• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ha, yang dimana Desa Ngebruk terletak di bagian Timur. km, adapun batas adalah sebagai berikut :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ha, yang dimana Desa Ngebruk terletak di bagian Timur. km, adapun batas adalah sebagai berikut :"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Desa Ngebruk

1. Desa Ngebruk

Penelitian ini dilaksanakan dikawasan industri rumahan dan kawasan persawahan. Secara administratif Desa Ngebruk termasuk dalam wilayah Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang. Desa Ngebruk merupakan daerah yang masih memiliki daerah yang memiliki luas wilayah 505,275 Ha, yang dimana Desa Ngebruk terletak di bagian Timur.

Seperti desa-desa di Indonesia pada umumnya, Desa Ngebruk merupakan kesatuan masyarkat yang memiliki aturan batas-batas wilayah yang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat hukum yang tinggal di wilayah Desa Ngebruk, dengan kondisi tanah yang sedang dan bukan merupakan wilayah pantai dan pegunungan, teradapat suatu jarak dari Desa dengan ibu kota Kecamatan 5 Km, dengan ibu kota Kabupaten 25 km, adapun batas adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Kecamatan Kromengan - Sebelah Timir : Kecamatan Kepanjen

- Sebelah Selatan : Desa Ternyang,Senggreng dan Sambigede - Sebelah barat : Desa Jatiguwi

Jumlah penduduk yang berada di Desa Ngebruk 6.475 orang dan 1.905 KK yang dimana ada 3 dusun dalam Desa Ngebruk, yaitu dusun

(2)

Krajan, dusun Kebonsari dan dusun Mbodo, dengan jumlah RT 39 dan

RW 6.42 Desa Ngebruk juga memiliki mata pencaharian baik dalam sektor

pertanian maupun sektor industri makanan, kerajinan dan sektor lain yang membantu nilai ekonomi masyarakat yang tinggal di Desa Ngebruk,

sehingga mengurangi jumlah kepala keluarga miskin sebanyak 398 KK.43

a. Kondisi Fisik

Kondisi daerah penelitian bukan merupakan wilayah pantai dan bukan wilayah pegunungan yang ada di Indonesia. Dengan demografi dataran tanah yang sedang inilah banyak dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk dijadikan area persawahan dan industri lain yang mendukung untuk menambah nilai ekonomi desa.Akan tetapi masih banyak yang melakukan suatu kesalahan yang berakibat pada kerugian masyarakat baik dalam hal melakukan proses pembuangan sampah yang sembarangan dan juga kerusakan lingkungan hidup yang lain. Selain itu terdapat juga kerugian lain bagi pemilik tanah dimana kualitas tanah menjadi terganggu dan tidak mampu menghasilkan jumlah produksi sawah menjadi baik.

b. Kondisi Sosial Budaya

Pada bagian ini akan dibahas mengenai kondisi kependudukan dan sosial ekonomi yang meliputi jumlah dan pertumbuhan penduduk, struktur dan mata pencaharian. Dimana jumlah dan kepadatan penduduk merupakan bagian yang sangat penting dalam ekosistem

(3)

suatu wilayah. Jumlah penduduk pada suatu daerah mempunyai pengaruh terhadap potensi kerusakan lingkungan hidup dan cenderung akan lebih mempunyai resiko kerusakan lingkungan hidup sekitar akibat jumlah kepadatan penduduk yang besar dalam suatu desa, khususnya Desa Ngebruk.

1) Mata Pencaharian

Mata pencaharian sebagaian besar penduduk Desa Ngebruk, pada sektor pertanian dan didukung dengan sektor yang lain :

1) Petani : 817 Or 2) Buruh tani : 1.298 Or 3) Wiraswasta/dagang : 489 or 4) Tukang bangunan : 192 or 5) Swasta : 614 or 6) PNS : 122 or 7) ABRI : 56 or 8) Lainnya : 175 or44

Menurut penulis dari data yang di peroleh dalam hal mata pencaharian yang ada di Desa Ngebruk menunjukan jumlah yang tinggi terhadap mata pencaharian sendiri adalah buruh tani yakni1.298 Or. Akan tetapi petani yang ada di Desa Ngebruk juga tinggi sekitar 817 Or sehingga dapat membantu pekerja buruh apabila petani memperoleh hasil panen yang tinggi. Tidak hanya jumlah petani dan juga buruh tani yang tinggi di Desa Ngebruk tetapi juga pedagang yang memiliki pengaruh terhadap berkembangnya suatu desa. Jumlah pedagang sendiri sekitar 489 or.

44Ibid

(4)

Dari jumlah mata pencaharian yang ada di Desa Ngebruk maka dapat dikatakan bahwa Desa Ngebruk lebih baik dari desa-desa lain. Sehingga potensi membuang sampah sembarangan menjadi berkurang, karena memiliki pola yang mampu mengelola jenis sampah dengan baik. Akan tetapi masyarakat yang memiliki mata pencaharian telah menganggap bahwa sampah kering yang tidak dapat digunakan merupakan sampah yang tidak memiliki manfaat.

2) Kondisi Sumber Daya Manusia ( SDM )

Kuantitas dan kwalitas SDM aparat pemerintah Desa dan personil mitra kerja Pemerintah Desa sebagaimana tabel dibawah ini:

Tabel 1.1 Kuantitas dan Kualitas SDM Di Desa Ngebruk No Kelembagaan SD SLTP SLTA DPL S.1 S.II S.III Tingkat pendidikan

1 Perangkat Ds - 2 7 - 1 - - 10 2 BPD - - - 1 6 - - 7 3 LPMD 1 3 4 9 - - 17 4 PKK 8 7 13 2 1 - 39 5 RT/RW 14 22 6 1 2 - - 45 6 Kr Taruna 25 50 27 3 8 - - 113

Sumber: Desa Ngebruk, 2016

Dilihat dari jumlah pendidikan yang ada di Desa Ngebruk menggambarkan bahwa masyarakat sekitar masih memiliki wawasan yang kurang terhadap pendidikan mengenai pengelolaan sampah, yang dimana ada beberapa jenis sampah yang dapat digunakan kembali seperti halnya, kresek, botol dan lain-lain.

3) Budaya Membuang Dan Membakar Sampah Tidak Sesuai Ketentuan

Budaya ini telah terjadi pada tahun 2007-2012 dimana sampah kering telah masuk kearea persawahan masyarakat yang memiliki

(5)

sawah, baik di Dusun Mbodo dan juga ada dusun lain yang mengalami dampak tersebut. Akan tetapi Dusun Mbodo yang mengalami banyak kerugian karena aliran sungai untuk mengairi sawah berakhir Dusun Mbodo. Akibat yang ditimbulkan yakni petani sedikit mengalami kesulitan dalam mengelola sawah yang

sebelumnya terdapat sampah kering di area tersebut.45

Menurut penulis kebudayaan yang semacam inilah yang menjadikan citra atau proses suatu dusun bahkan desa menjadi jelek karena pola perilaku masyarakatnya sendiri yang tidak menyadari betapa pentingnya suatu kebudayaan untuk tidak membuang sampah dialiran sungai, karena dampak yang ditimbulkan sangatlah merugikan pihak-pihak lainnya. Tidak hanya dalam bidang ekonomi tetapi juga bidang kesehatan dan keefektifan petani memiliki sawah dalam mengelola sawah, karena petani harus bekerja dua (2X) ketika hendak mengelola sawah milikinya.

Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh penumpukan sampah yang ada di bantaran sungai terjadi sejak 2007 sampai saat ini, dimana ada banyak petani yang meresahkan perbuatan tersebut. Tidak hanya masyarakat kerugian yang dialami oleh mayarakat tetapi juga banyak ekosistem yang tinggal di sungai mengalami kepunahan dan sungai yang semula jernih kini telah menjadi

45 Ibid

(6)

kotor/keruh. Dapat dilihat di sepanjang jalan yang ada di Dusun Mbodo, Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung.

Gambar 1.1 Jenis Sampah di Aliran Sungai yang ada di Sekitar Dusun Mbodo Sumber. Desa Ngebruk

Dari gambar diatas penulis berpendapat bahwa perilaku masyarakat sekitar masih memiliki kebudayaan membuang sampah sembarangan sehingga memiliki dampak negatif bagi masyarakat yang lain, seperti halnya persawahan yang dimiliki oleh masyarakat setempat. kebudayaan seperti inilah yang mampu membuat para petani menjadi marah karena mereka merasa dirugikan, tidak hanyaaliran air sungai yang menggenang menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk dan petani juga sulit mendapatkan aliran air sungai yang bersih seperti yang diharapkan para petani sehingga hasil panen menjadi lebih baik.

(7)

dilakukan karena dianggap sebagai cara efektif kedua setelah

membuang sampah disungai.46 Dapat dilihat pada gambar 1.2

sebagai berikut:

Gambar 1.2 Jenis Sampah dalam Proses pembakaran yang tidak sesuai di Sekitar Dusun Krajan

Sumber. Desa Ngebruk

Dari gambar diatas penulis beranggapan bahwa masyarakat belum sepenuhnya menyadari akan bahaya yang ditimbulkan apabila membakar sampah dengan sembarangan tanpa melalui proses pembakaran yang dalam Undang-undang. Menurut penulis tindakan seperti inilah yang akan memicu pemanasan global menjadi lebih cepat. Tidak hanya asap yang di timbulkan akan memicu pemanasan global menjadi lebih cepat tetpai juga menganggu sistem pernapasan manusia itu sendiri dan orang lain apabila terhirup oleh saluran pernapasan dan mata juga akan memerah akibat yang idtimbulkan

(8)

dari proses pembakaran sampah yang sembarangan. Dampak yang jelas adalah bau yang dihasilkan dari hasil pembakaran tersebut.

Budaya yang semacam inilah yang seharusnya mulai dilakukan perangkat desa untuk mengurangi jumlah volume sampah yang dibuang dialiran sungai. Perangkat desa dapat memberikan informasi apabila sampah yang dibuang dialiran sungai akan memiliki dampak negatif bagi semua masyarakat.

Jumlah penduduk juga memiliki pengaruh terhadap kebudayaan membuang sampah sembarangan di aliran sungai. Selain jumlah penduduk dapat dilihat dari faktor keagamaan masyarakat, semakin luas wawasan agama yang dimiliki maka semakin luas pemikiran masyarakat dalam hal bertindak dan tidak sesuka hati, yang mengakibatkan dampak negatif kepada masyarakat lain. Apabila itu terjadi seharusnya memiliki rasa tanggung jawab dan rasa kepedulian terhadap sesama akibat perbuatannya.

c. Potensi Sumber Daya Alam berupa Pengelolaan Lahan

Potensi yang sangat di Desa Ngebruk adalah pengelolaan sawah dan industri, yang mempunyai pengaruh penting untuk mengurangi jumlah kemiskinan di Desa Ngebruk. Akan tetapi banyak masyarakat yang tidak memiliki tingkat kesadaran akan kebersihan lingkungan di Desa Ngebruk, sehingga dampaknya dapat dirasakan oleh para petani yang menggarap sawah pribadi ataupun sawah yang disewa. Tidak

(9)

hanya sebagai lahan pertanian, terdapat juga sektor industri makanan kecil, seperti halnya tiwul, gatot, keripik, dan juga buah-buahan.

d. Peta Wilayah Desa Ngebruk

Gambar 1.3 Peta Wilayah Desa Ngebruk Sumber. Desa Ngebruk

2. Tugas Pokok dan fungsi BSM Lestari

Tugas dalam menjalankan BSM Lestari yang ada di Desa Ngebruk dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang telah terstruktur sebelumnya, sehingga pengelolaan sampah yang ada dapat berjalan dengan baik. Adapun tugas dan fungsi dari BSM Lestari yakni:

(10)

Struktur Organisasi

B. Impelementasi Sistem “Bank Sampah” yang ada di Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang

1. Sejarah Berdirinya Bank Sampah di Desa Ngebruk

Pada tahun 2014 desa Ngebruk memiliki gagasan dalam hal menanggulangi volume jumlah sampah yang ada di lingkungan sekitar hal semacam ini mampu membuat para petani marah akibat jumlah sampah yang mengganggu sistem perairan disawah. Akibat pembuangan sampah kering ke sungai yang di lakukan oleh masyarakat, sering di sinyalir penyebab dari kerusakan hasil tanaman sawah yang mengandalkan air dari aliran sungai.

BSM Lestari juga bekerja sama dengan Bank Sampah Malang dalam Wakil Ketua Sunarwan., ST Sekretaris Agus Sulistiyono Bendahara Nurhuda Penimbangan Zainuri Pemilahan Bakron Marketing Slamet Ketua BSM Lestari Fatkhur Rahman

(11)

Desa Ngebruk ini tidak mendapat pengawasan yang baik dari BSM Pusat, sehingga memutuskan untuk mundur dan mengelola sendiri sampah kering yang ada di BSM Lestari yang dibuat oleh Posdaya.

Dari hasil wawancara dengan salah satu penasehat yaitu;

“Motivasi berdirinya Bank Sampah Mandiri (BSM Lestari) yaitu karena adanya sungai yang sangat dibanjiri sampah yang dampaknya kasian sekali kepada petani, karena setiap hari petani harus menyingkirkan sampah, terutama sampah plastik yang sangat mengganggu, apalagi tehadap tanaman, selama ini banyak masyarakat yang tidak sadar akan akibat membuang sampah di sungai dan sungai dijadikan sebagai tempat penampungan sampah, sehingga dampak negatifnya kepada petani yang di bawahnya, karena hari ini petani mengumpulkan sampah yang ada di sawah milik pribadinya, maka besok sampah plastik tersebut kembali lagi, begitu seterusnya. Akhirnya muncul pemikiran anak-anak mahasiswa yang KKM (Kuliah Kerja Mahasiswa), yaitu bagaimana jika sampah bisa ditanggulangi, memberikan kesempatan kepada warga untuk meningkatkan kesejahteraannya apabila di pilah-pilah, kemudian sampah organiknya dijadikan pupuk dan sampah anorganiknya bisa dijual. Sehingga petani bisa tertolong dan sungai yang kotor menjadi

bersih, setidaknya berkurang dari sampah.”47

BSM Lestari memiliki visi, misi dan motto yang tidak jauh berbeda dengan Bank Sampah Malang dalam hal menanggulangi sampah sekalipun telah melepaskan diri dari Bank Sampah Malang. Adapun bunyi dari visi, misi dan motto dari Bank Sampah Malang yakni;

Motto Bank Sampah Malang " Pinjam Uang, Nyicil Sampah " " Beli Sembako, Bayar Sampah " " Bayar Listrik Dengan Sampah " " Sehat Dengan Sampah "

Visi

“ Menuju Kota Malang Yang Ber-Bsm " “ Bersih Dari Sampah ”

“ Sejuk Dari Pepopohonan ”

47Hasil wawancara dengan bapak Mochnur Laksono., SE, selaku penasehat dari Posdaya

(12)

“ Manfaat Akibat Pengelolaan Sampah ” Misi

1. Pengelolaan Sampah Sampai Bersih Dengan Kegiatan :

o Pengomposan (Komposter, Takakura), Biogas, Budidaya Cacing

Pada Sampah Organik

o Pembuatan Kerajinan Pada Sampah An-Organik

o Penabungan Sampah Layak Jual Pada Bsm Pada Sampah

An-Organik (70 Jenis Sampah)

2. Mewujudkan Kesejukan Dengan Penanaman Pohon Dan Terhindari Polusi Bau Dari Sampah Dan Sehat Lingkungannya

3. Memanfaatkan Sampah Untuk :

o Meningkatkan Pendapatan Masyarakat

o Mengurangi Pengangguran Terutama Masyarakat Kecil

o Merubah Perilaku Masyarakat Akibat Manfaat Sampah

Visi dan Misi diatas menggambarkan bahwa sampah mampu dikelola dengan baik apabila memalui penanganan yang tepat, apabila sampah kering tidak dilakukan dengan proses yang tepat maka masyarakat yang memiliki sawah mengalami kerugian dan dampak negatif dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar. Tujuan dari visi dan misi diatas guna untuk mengajak masyarakat dalam hal mengurangi jumlah sampah yang semakin hari semakin menumpuk.

2. Sistem Pengelolaan Bank Sampah di BSM Lestari Desa Ngebruk Bank Sampah dimanapun memiliki suatu sistem tersendiri untuk mencapai tujuan yang telah disepakati sejak awal. Sistem pengelolaan sendiri merupakan suatu komponen yang memiliki sub-sub namun saling memiliki keterkaitan. Adapun kegunaan dari sistem ini menunjukan bahwa setiap sub/komponen memiliki tanggung jawab sehingga mendukung dari tujuan dalam mengelola Bank Sampah khususnya BSM Lestari.

(13)

Sistem dalam mengelola bank sampah sendiri merupakan salah satu cara yang bertujuan untuk berjalannya bank sampah baik dalam mekanisme/tahapan pengelolaan BSM Lestari dan juga terlaksananya sistem lain. Pengelolaan dapat berjalan sesuai dengan prosedur yang diharapkan apabila sistem mampu memberikan perannya dalam sistem tersebut dalam BSM Lestari. Sehingga BSM Lestari akan menjadi lebih baik apabila terdapat sistem yang mendukung telah berjalan sesuai harapan, adapun sistem yang dimaksud yakni:

(14)

Sistem Pengelolaan Sampah BSM Lestari

Gambar 1.4 Sistem Pengelolaan Sampah BSM Lestari Bank Sampah 1. Pengelola dan Pengelolaan a. Dikelola Oleh Koperasi b. Dikelola oleh Masyarakat 2. Pengelolaan a. Mekanisme pengelolaan 1) Sosialisasi a) Secara Kelompok b) Secara Individu 2) Pendataan menjadi Nasabah 3) Pelatihan 4) Penyetoran 5) Pembiayaan a) Tabungan Hari Raya b) Tabungan kesehatan b. Standar Manajemen Bank Sampah 3. Norma/Peraturan a. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recyle Melalui Bank Sampah b. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah 4. Kebijakan Dari Desa a. Himbauan b. Teguran Ringan c. Teguran berupa Pengumuman tingkat RT d. Sanksi Tidak tertulis, yakni Sanksi Berupa pembayaran Uang Kas selam 3 Bulan 5. Subyek Sampah a. Kuantitas jenis sampah 1) Memadai 2) Tidak Memadai b. Kualitas jenis sampah 1) Tidak Dipilah 2) Dipilah 7. Sarana/Prasarana a. Memadai b. Tidak Memadai c. Tidak Memiliki 6. Obyek/Peran Aktif Masyarakat a. Ingin Mendapat Uang Lebih dari Sampah Yang Ditabung b. Mengurangi Volume Sampah dalam Rumah Tangga c. Menjadi Ruang Lingkup Rumah menjadi Bersih d. Mengurangi Berkembangbiakn ya Bakteri Penyakit

(15)

Dari bagan diatas terdapat penjelasan yang menjelaskan tentang sistem pengelolaan sehingga mendukung BSM Lestari sehingga dapat berjalan dengan sukses yakni:

1. Pengelola yang dimana pengelola memiliki peranan yang penting dalam menjalankan BSM Lestari, karena tanpa adanya pengelola sama halnya tidak berjalan sama sekali. Pengelola juga memiliki badan hukum yang melindungi BSM Lestari, badan hukum yang dimaksud yakni:

a. Dikelola koperasi, dimana koperasi merupakan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang berbasis lingkungan, sehingga sampah yang dapat didaur ulang memiliki nilai ekonomi. b. Dikelola melalui masyarakat, dimana masyarakat mendirikan

sendiri melalui paguyuban/komunitas pecinta lingkungan bersih sehingga Bank Sampah mampu menanggulangi jumlah sampah yang semakin hari semakin menumpuk, baik didirikan dibawah naungan Posdaya, Karang Taruna bahkan ibu PKK.

Menurut penulis sistem dalam pengelola memiliki etikat baik dalam menanggulangi masalah sampah, sehingga sampah yang semula menjadi barang yang tidak berguna menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi, dengan adanya pihak koperasi maupun pihak paguyuban yang membantu menanggulangi sampah sehingga masyarakat yakin bahwa sampah memiliki nilai ekonomi tersendiri. Tidak hanya menjadikan masyarakat memiliki rasa

(16)

persaudaraan yang baik akan tetapi mampu menjadi masyarakat lebih bertanggung jawab terhadap sampah, baik sampah anorganik maupun sampah organik. Dapat disimpulkan juga bahwa kedua pengelola mampu menjadi sampah memiliki nilai ekonomiyang lebih baik dalam menangani masalah sampah.

2. Pengelolaan. Pengelolaan yang dimaksud merupakan sistem yang mampu menjalankan Bank Sampah Khususunya BSM Lestari. Sehingga sistem pengelolaan menjadi peran penting kedua setelah sistem pengeloa. Pengelolaan memiliki tahapan / mekanisme yang dapat menunjang berjalannya sistem dari pengelolaan. Adapun mekanisme/tahapan yang dimaksud dalam BSM Lestari sebagai berikut:

a. Mekanisme / Tahapan Sistem Pengelolaan Sampah di BSM Lestari Desa Ngebruk

1) Upaya Pemberian Informasi dari Pihak Pengelola Bank Sampah melalui Sosialisasi

Upaya yang dilakukan pihak pengelola dalam mengenalkan BSM Lestari yang ada di Dusun Mbodo yaitu dengan membentuk kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam mengantisipasi dampak dari pengelolaan sampah yang tidak terkendali merupakan hal yang membutuhkan suatu bentuk pengenalan program melalui sosialisasi. Dengan proses sosialisasi bisa dilakukan kepada banyak masyarakat akan pentingnya mendaur ulang sampah baik sampah kering maupun sampah basah yang bertujuan untuk menanggulangi

(17)

permasalahan sampah dan peduli lingkungan yang ada di Desa Ngebruk baik Dusun Krajan, Kebonsari dan juga Dusun Mbodo. Proses sosialisasi juga dapat dibantu dari kelompok PKK yaitu Dasa Wisma. Adapun hasil dari wawancara tentang prsoses sosialisasi sebagai berikut:

“Sosialisasi dibantu dari kelompok PKK yaitu Dasa Wisma, ada 3 (tiga) yang sangat intens melakukan sosialisasi di permukiman

Desa Ngebruk, hanya saja belum berjalan dengan baik.48

Menurut penulis sebuah program atau kebijakan tidak akan terlaksana dengan baik apabila tidak adanya pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaannya dalam hal mewujudkan program atau kebijakan tersebut. Pengelolaan sampah melalui BSM Lestari di Desa Ngebruk merupakan bentuk kerjasama antara pemerintah dan seluruh masyarakat dalam mengatasi permasalahan sampah yang ada. Ada 2 (dua) pendekatan yang digunakan oleh pihak pengelola/pengurus untuk menarik minat masyarakat menjadi nasabah BSM Lestari yakni dengan cara;

a) Melalui pendekatan sosialisasi kepada masyarakat secara kelompok (komunal), dimana sosialisasi ini bisa terwujud apabila masyarakat hadir dalam undangan musyawarah yang diselenggarakan oleh pihak pengurus dan perangkat desa dalam hal mengurangi jumlah sampah. Baik dilakukan kepada kelompok PKK, Karang Taruna, dan pertemuan RT.

48Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Muhaimin., S.Pdi, selaku Perangkat Desa yang

(18)

b) Pendekatan yang kedua yang dilakukan yakni dilakukan dengan sistem individu dimana pihak pengurus melakukan sosialisasi kepada pihak pemilik industri rumah tangga dan juga masyarakat sekitar yang telah mengikuti sosialisasi terlebih dahulu yang diadakan dibalai desa, sehingga peran aktif masyarakat dalam menangani sampah yang dihasilkan mampu dijadikan bahan baku yang memiliki nilai ekonomi. Menurut penulis tujuan dari diadakannya sosialisasi tersebut mampu menjelaskan secara detail bahwa sampah rumah tangga mampu dijadikan sumber penghasilan tambahan yang mampu mensejahterakan masyarakat yang tidak mampu secara materi.

Pihak-pihak yang memiliki peran dalam mendukung berjalannya BSM Lestari adalah pihak-pihak yang bergerak dibawah naungan perangkat desa, sehingga BSM Lestari menjadi lebih baik. Adapun pihak pelaksana pengelolaan sampah melalui BSM Lestari di Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, yaitu:

1) Bank Sampah (BSM Lestari) membantu Pemerintah kabupaten Malang dalam mengurangi sampah di Kabupaten Malang, khususnya Desa Ngebruk. Bank Sampah Mandiri sebagai sebuah tempat untuk membina, melatih atau mendidik, mendampingi serta menerimadan membeli hasil kegiatan pengelolaan sampah para nasabah.

2) Tim Penggerak PKK melakukan sosialisasi dan pelatihan terkait dengan pengelolaan sampah.

3) Para kader lingkungan bertindak sebagai inisiator penggagas BSM Lestari nantinya diharapkan dapat memacu masyarakat di wilayah Desa Ngebruk agar dapat menciptakan kebersihan

(19)

lingkungan khususnya dalam rangka turut serta mengelola sampah dengan metode 3R.

4) Seluruh warga Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang merupakan aktor yang bertindak sebagai

pendukung dari kebijakan pengelolaan sampah.49

Menurut penulis pihak-pihak diatas memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda pula namun dengan tujuan yang sama yaitu mengatasi permasalahan sampah melalui pengelolaan yang baik yaitu 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle). Sehingga program dalam menanggani permasalahan sampah akan menjadi lebih baik karena adanya peran serta oleh masyarakat sekitar diarea permukiman.

Akan tetapi fakta yang ada dilapangan para pihak yang diharapkan untuk menanggulangi sampah kering yang berserakan menjadi berkurang bahkan bersih dialiran sungai. Akan tetapi para aktor diatas tidak mampu membantu pihak pengurus dalam mengelola dan tidak mampu mensosialisasikan BSM Lestari selama ini, dapat dikatakan juga bahwa masyarakat tidak mendukung proses berjalannya BSM Lestari sesuai dengan Peraturan Menteri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle Melalaui Bank Sampah, dimana Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki wewenang dalam mengawasi dan memberikan pelaksaan dan juga penyediaan tempat pengelolaan sampah.

49Ibid

(20)

“BSM Lestari yang diciptakan oleh beberapa masyarakat Dusun Mbodo ini mendapat apresiasi yang baik bagi perangkat desa. Akan tetapi perangkat desa tidak mendukung 100% akan gagasan tersebut, sehingga hanya dijadikan uji coba saja. Apabila Bank Sampah tersebut mampu berjalan dengan baik maka, perangkat desa mengakui adanya Program Bank Sampah dalam membawa perubahan dari sampah kering yang tidak berguna menjadi lebih bernilai, bahkan perangkat desa tidak menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh BSM Lestari, baik berupa tempat penampungan maupun kendaraan

pengangkut sampah kering.”50

Menurut penulis untuk mengingat hal yang berpengaruh terhadap kegiatan untuk menanggulangi sampah sebagaimana tujuan dari Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, dengan menggunakan fasilitas seadanya dan tenaga kerja swadaya untuk mengurangi sampah kering tidak ada yang memberi upah atas tenaga mereka dalam mengumpulkan sampah yang dibuang disungai maupun yang dikumpulkan dari rumah masyarakat.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam mengetahui bagaimana proses berjalannya BSM Lestari, maka penulis melakukan penelitian pada bulan September 2016 hingga bulan November 2016. Penulis merasa bahwa gagasan/ide yang dimiliki oleh tokoh masyarakat sangatlah baik, akan tetapi peran masyarakat ataupun pemerintah desa tidak memberikan motivasi maupun contoh yang baik kepada masyarakat yang tinggal di Desa Ngebruk sendiri, sehingga penulis merasa ada sesuatu yang harus

(21)

dilakukan dalam hal menangulangi sampah kering yang menyumbat aliran sungai sehingga dapat mengakibatkan kerugian bagi petani.

Tidak hanya menanggulangi sampah kering yang di hasilkan oleh masyarakat setiap harinya, baik di area permukiman maupun area persawahan. Pengelola BSM Lestari memiliki semangat dimana sampah kering yang semula tidak berguna menjadi berkah dalam bentuk uang, apabila sampah kering disetorkan kepada pengelola BSM Lestari yang ada di Desa Ngebruk. Diharapkan pula kepada masyarakat untuk menanggapi proses pengelolaan BSM Lestari ini agar berfungsi untuk mensejahterakan rakyat dalam mengelola sampah kering, sehingga Desa Ngebruk mampu menciptakan lapangan pekerjaan dalam pengelolaan sampah. 2) Tahap Pendataan Calon Nasabah BSM Lestari

Tujuan dari sistem pendataan ini untuk mengetahui jumlah masyarakat yang ingin menjadi nasabah setelah diadakan proses sosialisasi sebelumnya, sehingga pihak pengelola dapat memberikan tahapan selanjutnya untuk mendukung berjalannya Bank Sampah, khususnya di BSM Lestari. Sehingga pengelola juga dapat mengetahui minat dari masyarakat seberapa persen (%) untuk menjadi nasabah dari wilayah cakupan yang berada di desa baik dusun Krajan, Kebonsari, maupun dusun Mbodo sendiri. Adapun syarat dalam menjadi calon nasabah dari BSM Lestari yaitu;

(22)

1. Mengisi formulir yang disediakan oleh pihak BSM Lestari 2. Pilih tabungan yang diinginkan, jenis regular atau tabungan hari

raya

3. Menyerahkan sampah kering yang akan ditabungkan dalam kondisi bersih.

Tidaklah sulit dalam menjadikan diri menjadi lebih baik dalam mengelola sampah, khususnya sampah kering yang mampu memiliki nilai ekonomi.51

Menurut penulis persyaratan yang ada pada BSM Lestari sangatlah sederhana akan tetapi bagaimana masyarakat mampu menjalankan perannya dalam hal mengurangi jumlah sampah yang ada dalam rumah tangganya maupun yang ada disekitar tempat tinggalnya. Sehingga mampu mencerminkan perilaku yang baik dan peduli terhadap lingkungan disekitar dan juga dapat dijadikan contoh masyarakat lain bahwa sampah yang ada dirumah masih dapat digunakan kembali atau memiliki nilai ekonomi dalam membantu perekonomian rumah tangganya.

3) Tahap Pelatihan Kepada Nasabah

Setelah warga sepakat untuk melaksanakan sistem bank sampah, maka perlu dilakukan proses lanjutan. Tujuan dari tahapan ini merupakan suatu proses lanjutan untuk memberikan penjelasan secara detail tentang standarisasi sistem bank sampah. Tidak hanya proses standarisasi yang dijelaskan akan tetapi cara kerja dari bank sampah khususnya BSM Lestari yang ada di Desa Ngebruk.

(23)

Sehingga diharapkan kepada nasabah untuk memilah sampah yang akan disetorkan ke BSM Lestari.

Menurut penulis cara ini merupakan cara yang lebih efektif dalam melakukan proses penimbangan sampah kering yang telah disetorkan oleh nasabah ke bank sampah baik BSM Lestari maupun BSM lain. Sehingga pihak pengurus tidak perlu melakukan proses pemilahan ulang.

4) Tahap Penyetoran Sampah Kering

Penyetoran sampah ke BSM Lestari, waktu penyetoran sampah biasanya telah disepakati sebelumnya. Penjadwalan ini maksudnya untuk menyamakan waktu nasabah menyetor dan pengangkutan ke pengepul. Hal ini agar sampah tidak bertumpuk di lokasi Bank Sampah.52

Menurut penulis dimana tujuan penyetoran ini bertujuan untuk menyamakan proses pengangkutan sampah yang telah disetorkan sesuai waktu yang telah disepakati. Sehingga pihak pengurus tidak mengalami kesusahan dalam mengelola sampah yang telah disetorkan oleh nasabah dan tidak menumpuk seperti gudang yang tidak terurus. Dan tidak dijadikan tempat berkembangbiaknya serangga yang akan berdampak negatif bagi masyarakat yang lain.

Proses ini diawali dari petugas yang akan mencatat jenis dan bobot sampah setelah penimbangan. Hasil pengukuran tersebut lalu

(24)

dikonversi ke dalam nilai rupiah yang kemudian ditulis di buku tabungan. Pada tahapan ini, nasabah akan merasakan keuntungan sistem bank sampah.

5) Tahap Pembiayaan / Pembayaran

Dalam tahap ini merupakan tahap akhir dimana semua sampah memiliki nominal atau satuan harga dari jenis sampah yang telah disetorkan oleh pihak nasabah kepada pihak bank sampah yang ada di Desa Ngebruk yakni BSM Lestari. Proses pembiayaan ini terjadi hanya setiap 1 (satu) tahun sekali. Setelah nasabah melihatkan jumlah nominal uang yang ada pada buku tabungan yang mereka miliki.

Menurut penulis tahap ini merupakan proses yang sangat diharapkan oleh setiap nasabah yang telah menabungkan sampah kering mereka selama 1 (satu) tahun. Tahapan ini juga merupakan tahapan yang memerlukan proses kehati-hatian agar tidak ada kesalahpahaman karena dari hasil yang ditabung, para pekerja yang membantu proses berjalannya BSM Lestari juga mendapatkan hasil kerjanya selama setiap bulan, sehingga nasabah mengetahui jumlah potongan yang terjadi untuk membantu memberikan upah kepada para pekerja BSM Lestari setiap bulannya. Kesepakatan ini terjadi di awal tahapan yaitu sosialisai yang menjelaskan bahwa hasil yang diperoleh oleh nasabah akan dilakukan proses pemotongan harga sebagai proses pemberian upah kepada pekerja BSM Lestari.

(25)

b. Sistem Standar Manajemen Bank Sampah dalam Pengelolaan Sampah di BSM Lestari Desa Ngebruk

Sistem penerapan yang dilakukan oleh pihak Bank Sampah Mandiri ini tidak jauh berbeda dengan penerapan sistem yang ada pada Bank Sampah Malang, karena dulunya sempat terjadi kerjasama antara Bank Sampah Malang dengan BSM Lestari. Akan tetapi penerapan yang digunakan di BSM Lestari hanyalah pengelolaan sampah kering, bukan sampah basah.

Sistem penerapan yang digunakan untuk menghasilkan uang dari sampah kering sehingga dapat mengurangi jumlah penimbunan sampah kering yang tida dapat dihasilkan, karena dianggap sebagai barang yang tidak berguna bagi masyarakat, menjadi lebih bermanfaat dan dapat mengurangi jumlah kemiskinan di Desa Ngebruk. Adapun sistem penerapannya sebagai berikut:

Gambar 1.5 Diagram Pengelolaan Sampah Melalui Bank Sampah pada BSM Lestari.

(26)

Sampah rumah tangga, merupakan jenis sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam lingkup rumah tangga, seperti halnya sampah organik, anorganik dan residu, tidak termasuk tinja. Adapun jenis sampah rumah tangga yakni:

1) Sampah organik, disebut dengan sampah yang mudah mengalami proses pembusukan atau mudah terurai, seperti halnya sayuran dan buah-buahan.

2) Sampah anorganik, merupakan jenis sampah yang sulit mengalami proses pembusukan atau sulit untuk terurai, seperti halnya plastik, kaleng, besi dan lain sebagainya.

3) Residu, merupakan jenis sampah yang tidak dapat diolah dengan pemadatan, pengomposan maupun didaur ulang.

4) Sarana pengangkutan, dimana sarana yang digunakan dalam hal mengangkut sampah dari sumber sampah sementara menuju tempat pengelolaan sampah terpadu.

5) Proses pemilahan, dimana kegiatan tersebut merupak pengelompokkan dan melakukan proses pemisahan sampah sesuai dengan jenis.

6) Tempat pengolahan sampah dengan prinsip 3R (TPS-3R), dimana kegiatan ini merupakan proses pengumpulan, pemilahan, penggunaan kembali sampah.

Menurut penulis, dengan adanya diagram tersebut diatas mampu membuat masyarakat sadar bahwa sampah yang semula

(27)

tidak memiliki kegunaan menjadi lebih bermanfaat. Seperti halnya sampah rumah tangga yang mudah busuk, karena merupakan sampah organik bisa dijadikan kompos, yang mana sampah organik dapat dikelola oleh masyarakat setempat. Sampah organik sendiri merupakan jenis sampah seperti sayuran, buah, makanan dan yang mudah melakukan pembusukan.

Sedangkan untuk sampah anorganik dapat dijual atau dapat dijadikan bahan kerajinan yang memiliki nilai ekonomi, apabila dijual proses penjualan dapat dilakukan kepada pihak BSM yang dimana pihak BSM Pusat memiliki kewenangannya. dalam hal mengelola sampah anorganik yang dapat diolah menjadi kerajinan bahkan dijual kembali kepada pabrik untuk dapat dikelola menjadi barang yang bermanfaat dar limbah sampah yang dihasilkan dari BSM Pusat. Sampah anorganik sendiri merupakan sampah seperti kertas, plastik, botol, besi dan lain-lain yang tidak dapat membusuk dengan cepat. Sedangkan hasil dari sampah Residu hanya dapat dikelola oleh TPS dan TPA yang dilakukan oleh DKP Kota Malang. Sehingga semua jenis sampah dapat didaur ulang sesuai dengan jenis sampah yang sudah di sebutkan diatas.

Sistem pengelolaan sampah juga harus dilihat dari standar manajemen bank sampah yang telah ditentukan dalam pasal 4 point b Peraturan Menteri Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, Dan Recycle Melalui Bank Sampah

(28)

yang menjelaskan tentang standar manajemen bank sampah yang akan diolah kembali menjadi sampah yang bermanfaat.

Adapun standar manajemen bank sampah terhadap jenis sampah yang dapat dimiliki oleh nasabah/penabung sampah dimana terdapat beberapa sub komponen didalamnya antara lain: a. dilakukan penyuluhan Bank Sampah paling sedikit 1 (satu) kali

dalam 3 (tiga) bulan

b. setiap penabung diberikan 3 (tiga) wadah/tempat sampah terpilah

c. penabung mendapat buku rekening dan nomor rekening tabungan sampah

d. telah melakukan pemilahan sampah

e. telah melakukan upaya mengurangi sampah

Dari hasil komponen diatas dapat disimpulkan bahwa penabung harus memiliki kewajiban dalam mengelola sampah kering sebelum disetorkan ke pihak pengurus BSM Lestari untuk membantu mengurangi jumlah sampah kering yang ada di dalam rumah bahkan diarea sekitar.

Menurut penulis dengan adanya komponen tersebut dapat memberikan kemudahan terhadap pihak pengurus dalam hal mengelola sampah kering. Tidak hanya membantu pihak pengurus tetapi juga mengingatkan masyarakat terhadap perannya dalam mengelola sampah kering yang ada diarea sekitar tempat tinggalnya dimana masyarakat harus melakukan komponen diatas supaya mayarakat sendiri memiliki tanggungjawabnya sebagai nasabah dalam bank sampah khususnya BSM Lestari yang ada di Desa Ngebruk. Tidak hanya penyuluhan yang harus dilakukan

(29)

setidaknya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan kepada nasabah akan tetapi komponen tersebut tidak berjalan sama sekali dalam 3 (tiga) bulan sehingga nasabah tidak melupakan kewajibannya dalam mengurangi jumlah sampah sebagaimana dimaksud dalam point e dari komponen diatas.

Tidak hanya penabung sampah yang memiliki tanggung jawabnya terhadap sampah kering, akan tetapi pihak pengelolaan sampah di bank sampah juga memiliki peranan penting terhadap sampah kering khusunya. Seperti halnya penabung sampah/nasabah yang memiliki sub komponen, pihak pengelolaan sampah juga memiliki sub komponen yang harus diperhatikan, antar lain:

a. sampah layak tabung diambil oleh pengepul paling lama sebulan sekali

b. sampah layak kreasi didaurulang oleh pengrajin binaan Bank Sampah

c. sampah layak kompos dikelola skala RT dan/atau skala komunal d. sampah layak buang (residu) diambil petugas PU 2 (dua) kali

dalam 1 (satu) minggu

e. cakupan wilayah pelayanan Bank Sampah paling sedikit 1 (satu) kelurahan (lebih besar dari 500 (lima ratus) kepala keluarga) f. sampah yang diangkut ke TPA berkurang 30-40% setiap

bulannya

g. jumlah penabung bertambah rata-rata 5-10 penabung setiap bulannya

h. adanya replikasi Bank Sampah setempat ke wilayah lain

Menurut penulis sub komponen diatas dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam hal mengelola jenis sampah kering yang telah menumpuk di gudang Bank Sampah. Tidak hanya mampu menjadikan jenis sampah kering untuk didaurulang bahkan dijadikan bahan kreasi yang memiliki nilai ekonomi, pihak

(30)

pengelola juga seharusnya mampu mengelola jenis sampah basah yang mampu dijadikan sampah kompos yang bekerjasama dengan skala RT, akan tetapi itu tidak berjalan sebagaiamana yang diharapkan oleh Peraturan Menteri, tidak hanya pengelolaan sampah kering dan juga sampah basah, pihak pengelola juga seharusnya membawa masyarakat dusun lain untuk menjadi nasabah bank sampah khususnya di BSM Lestari, sehingga jumlah sampah yang diangkut menjadi berkurang 30% - 40% setiap bulannya dan juga menjadi nasabah BSM Lestari menjadi lebih banyak bahkan setiap bulan bertambah 5-10 penabung setiap bulannya. Akan tetapi hal tersebut menjadi hal yang sangat langka, karena pihak perangkat desa tidak mendukung secara penuh akan pengurangan sampah yang ada di Desa Ngebruk.

Tidak hanya pihak penabung dan juga pihak pengelola yang memiliki sub komponen tetapi juga pihak pelasanaan Bank Sampah dimana salah satunya sebagai fasilitator dalam pembangungan dan pelaksanaan Bank Sampah, antara lain sub komponen sebagai berikut:

a. sebagai fasilitator dalam pembangunan dan pelaksanaan Bank Sampah

b. menyediakan data “pengepul/pembeli sampah” bagi Bank Sampah

c. menyediakan data “industri daur ulang” d. memberikan reward bagi Bank Sampah catatan:

Fasilitator adalah orang yang memfasilitasi keperluan pembangunan dan pelaksanaan Bank Sampah, antara lain:

(31)

a. membantu dalam memfasilitasi penggalangan dana corporate

social responsibility (CSR);

b. penyediaan infrastruktur, sarana dan prasarana bagi berdirinya Bank Sampah;

c. pengurusan perijinan usaha Bank Sampah;

d. membantu dalam memasarkan produk daur ulang sampah (kompos, kerajinan).

Menurut penulis sendiri pihak fasilitator diatas tidak mampu memberikan tugasnya sebagai fasilitator akan tetapi hanya sebagai pengawas dalam menjalankan tugasnya sebagai fasilitator khusunya dalam point c tentang perijinan usaha Bank sampah dan juga memasarkan produk daur ulang sampah (kompos dan kerajinan). Akan tetapi pihak fasilitator mampu memberikan fasilitas berupa infrastruktur bagi berdirinya bank sampah yang ada di Desa Ngebruk. Hasil pengumpulan sampah kering juga mampu dijadikan suatu penggalangan dana Corporate Social Responsibility

(CSR) di Desa Ngebruk tersebut.

Hasil dari pengumpulan sampah kering yang di setorkan kepada pihak pengurus BSM Lestari akan memiliki nominalnya masing-masing. Seperti halnya plastik bening, kresek, buku, kertas HVS, selang air, dan lain sebagainya. Sehingga masyarakat yang mengumpulkan dapat memiliki uang yang ad di BSM Lestari. Akan tetapi sistem penerapan ini mengalami banyak kemunduran, tidak hanya program yang tidak berjalan perangkat desa sendiri juga tidak memberikan dukungan yang penuh terhadap program tersebut. Baik dalam sosialisasi kepada masyarakat dengan baik

(32)

akan bahaya yang ditimbulkan akibat membuang sampah yang sembarangan khususnya di sungai, tempat penampungan sampah yang hanya mengandalkan fasilitas dari kesadaran masyarakat yang berpartisipasi.

“Peran perangkat desa sendiri sangat jauh dari kata membantu, kata membantu disini hanyalah menyediakan kendaran pengangkut roda tiga yang mana itu diberikan karena adanya paksaan dari pihak pengurus yang mengalami kebingungan dalam hal mengangkut sampah kering dari rumah nasabah/ masyarakat yang melakukan proses penabungan sampah di BSM Lestari.”53

Akan tetapi perangkat desa tidak memberikan kendaraan yang layak untuk proses pengangkutan sampah kering dari tempat penampungan BSM Lestari menuju BSM Pusat. Sebagaimana di sebutkan dalam pasal 6 tentang tugas pemerintah dan pemerintahan dalam mengawasi pengelolaan sampah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah jo Pasal 5 Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah menyebutkan bahwa, pemerintah daerah memberikan fasilitas dalam hal pelaksanaan penanganan sampah yang ada di setiap daerah, baik kota atau kabupaten, baik tingkat RW atau tingkat RT.

Pihak Pengurus terlebih dahulu menghubungi pihak BSM Pusat dalam hal mengambil sampah yang ada di tempat penampungan. Jika itu tidak terjadi maka sampah kering yang ada di tempat

(33)

penampungan menjadi menumpuk dan akan dijadikan tempet perkembangan serangga lain untuk berkembangbiak.

Menurut penulis dengan adanya pengelolaan sampah melalui kegiatan bank sampah untuk meningkatkan kebersihan dan kesadaran kepada masyarakat luas bahwa sampah adalah sumber daya yang bernilai ekonomis apabila dikelola dengan baik dan benar. Tidak hanya pada aspek ekonomi saja, pengelolaan sampah yang dilaksanakan juga berdampak pada peningkatan pendidikan dalam memilah sampah, serta kesehatan lingkungan dan masyarakat. Pada dasarnya, pelaksanaan sampah tidak hanya pada metode bank sampah, masih ada beberapa cara memilah sampah.

Dalam hal mengetahui berjalan atau tidaknya sistem penerapan ini dapat dilihat dari hasil Input, Proses dan juga Output yang ada di Desa Ngebruk. Untuk mengukur indikator keberhasilan dari adanya kegiatan pengelolaan sampah Desa Ngebruk atau lebih dikenal BSM Lestari, penulis dalam penelitian ini menggunakan metode yang digunakan oleh Bambang Suwerda. Sehingga dapat diketahui sejauh mana keberhasilan yang ada di BSM Lestari yang terletak di Desa Ngebruk.

Gambar 1.6. Alur Indikator Keberhasilan Bank Sampah Oleh Bambang Suwerda. Sumber: Bambang Suwerda (2012, Hal. 24)

(34)

Hasil dari Input yang dimaksud diantaranya;

1. Jumlah partisipasi aktif para warga tingkat dusun yang mengikuti kegiatan pengelolaan sampah

2. Pendanaan yang menunjang dan digunakan dalam menjalankan kegiatan pengelolaan sampah melalui bank sampah di Desa Ngebruk.

Menurut penulis dapat dilihat dari hasil prosesnya yakni, proses merupakan tahapan-tahapan kegiatan yang terlaksana dalam mengelola sampah di Desa Ngebruk, termasuk berjalan atau tidaknya kegiatan bank sampah baik secara individu maupun kelompok. Pada dasarnya, mekanisme pelaksanaan pengelolaan sampah melalui manajemen bank sampah adalah sesuai dengan prosedur yang ada, dimulai dari pengumpulan, pemilahan, penyetoran serta kegiatan menabung sampah.

Sedangkan hasil Output sebagai hasil keluaran yang diperoleh dari adanya kegiatan pengelolaan sampah setelah kegiatan berlangsung, diantaranya:

a) Jumlah nominal Rupiah dari tabungan sampah yang diperoleh b) Jumlah warga yang berpartisipasi dalam kegiatan mengelola

sampah

c) Kondisi wilayah Desa Ngebruk semakin bersih dan petani mendapatkan hasil sawah yang lebih baik.

(35)

Menurt penulis apabila dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, output yang dihasilkan dari keberhasilan Bank Sampah dalam mengelola sampah kering yakni terdapat pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 dalam hal Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga. Adapun bunyi dari pasal diatas yakni:

“Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas:

a. pengurangan sampah; dan b. penanganan sampah.”

Tidak hanya pengurangan sampah menjadi berkurang, pengelolaan sampah dengan sistem Bank Sampah juga mampu mengatasi permasalahan sampah yang selama ini menjadi musuh masyarakat karena akibat yang ditimbulkan dari timbunan sampah yang ada di Desa Ngebruk sangat mengganggu produktifitas para petani, kesehatan dan kenyaman bagi masyarakat sekitar. Pengelolaan sampah dengan sistem Bank Sampah dapat juga membantu masyarakat untuk memiliki penghasilan dari sampah yang mereka hasilkan.

Sehingga dalam hal ini masyarakat dapat memiliki lingkungan yang sehat dan nyaman untuk di tinggali sesuai dengan pasal 4 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan

(36)

Sampah dimana dalam meningkatkan kesehatan masyarakat yang menjadikan sampah menjadi sumber daya yang memiliki manfaat di masa mendatang. Adapun bunyi dari pasal 4 yakni:

“Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.”

Dari alur indikator diatas dapat disimpulkan bahwa berhasil atau tidaknya Bank Sampah dapat dilihat dari hasil Input yang terdapat di tempat tinggal masyarakat sperti halnya BSM Lestari. 3. Norma atau Peraturan (Dasar Hukum) yang mendukung proses

Sistem Pengelolaan Bank Sampah dalam proses berjalannya BSM Lestari juga dapat dilihat dalam Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dalam hal menimbang point c dimana sampah merupakan permasalahan nasional dari hulu ke hilir, dan dapat memberikan manfaat secara ekonomi dan aman bagi lingkungan. Akan tetapi ada faktor lain yang mendukung dalam undang-undang untuk mengurangi masalah sampah yang terjadi selama ini, sehingga muncul paradigma baru akan pengelolaan sampah, dimana sampah merupakan sumber daya energi yang memiliki nilai ekonomi dan memiliki manfaat, seperti halnya kompos, pupuk atau bahan baku industri lain.

Tidak hanya undang-undang yang menjadi dasar hukum dalam sistem pengelolaan sampah ada juga Peraturan Menteri Lingkungan

(37)

Hidup Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce,

Reuse, dan Recycle Melalui Bank Sampah, seperti dijelaskan dalam

pasal 7 ayat 1 point e terhadap kegiatan 3R, dan ayat 4 dimana masyarakat memiliki kewajiban dalam melaksanakan kegiatan 3R melalui bank sampah, khususnya di Desa Ngebruk yang telah memiliki bank sampah yakni BSM Lestari, sehingga masyarakat yang tinggal di Desa Ngebruk memiliki tanggung jawab baik di tingkat dusun amupun tingkat RT/RW.

Sedangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah dimana tujuan dari pengelolaan sapah rumah tangga dapat dilihat pada pasal 4 yang dimana sapah yang dapat dikelola antara lain, sapah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga dan sampah spesifik. Dengan adanya peraturan atau kebijakan tersebut dapat diketahui bahwa jenis sampah yang mampu dikelola oleh BSM Lestari hanya meliputi jenis sampah rumah tangga dan juga sampah sejenis sampah rumah tangga.

Menurut penulis dengan adanya dasar hukum yang menjadi landasan utama, maka diharapkan kepada masyarakat untuk mematuhi dan melaksanakan pengelolaan sampah dengan bersungguh-sungguh, karena dasar hukum ini mampu dijadikan bahan pertimbangan apabila masyarakat hendak melakukan kebudayaan lama, yakni membuang sampah dan mengelola sampah

(38)

dengan cara dibakar yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam peraturan yang berlaku tentang pengelolaan sampah juga memiliki ketentuan lain apabila melawan hukum, dan akibat yag ditimbulkan disesuaikan dengan perbuatan yang telah dilanggar. 4. Kebijakan Desa, kebijakan ini dimaksud agar masyarakat

memahami bahwa kebijakan tersebut guna mengurangi bahkan menanggulangi volume sampah yang selama ini mengganggu perairan air sungai dan juga masyarakat mengetahui akibat yang akan ditimbulkan dari perbuatan membuang sampah dialiran sungai. Adapun kebijakan yang dimaksud sebagai berikut:

a. Himbauan b. Teguran Ringan

c. Teguran berupa Pengumuman tingkat RT

d. Sanksi Tidak tertulis, yakni Sanksi Berupa pembayaran Uang Kas selama 3 Bulan sebesar Rp 170.000,-

Menurut penulis dari kebijakan yang telah diberikan oleh desa bertujuan untuk menyadarkan masyarakat bahwa membuang smmpah sembarangan khususnya disungai akan berdampak negatif kepada masyarakat lain, baik yang dikelola melalui pembakaran yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku dan juga menumpuk sampah di area sekitar rumah maka menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat lain yang tinggal diarea sekitar.

Masyarakat juga diharapkan mampu menjadi anggota atau nasabah BSM Lestari yang baik dalam menanggulangi permasalahan sampah dan mengelola sampah semula tidak mempunyai nilai

(39)

ekonomi tersendiri, bagi penduduk Desa Ngebruk. Tidak hanya masyarakat yang menjadi nasabah atau anggota BSM Lestari tetapi juga perangkat desa yang mengeluarkan kebijakan tersebut. Apabila dikenakan sanksi maka memberikan efek tersendiri bagi masyarakat. 5. Subyek sampah yang dimaksud dapat dilihat dari berbagai aspek,

seperti halnya aspek kuantitas dimana sampah dapat dilihat dari jenis harga sampah yang telah disesuaikan dengan daftar harga pembelian sampah di BSM Lestari yang diperoleh dari Bank Sampah Pusat, sehingga dapat memiliki keuntungan. Sedangkan dilihat dari segi kualitas sendiri jenis sampah yang telah disetorkan oleh nasabah tidak dikelola melainkan hanya disetorkan kepada pihak Bank Sampah Pusat, dilain sisi pihak pengurus BSM Lestari memiliki keinginan untuk menjadikan sampah menjadi suatu kerajinan tangan yang memiliki nilai ekonomi akan tetapi tidak dapat berjalan.

Menurut penulis subyek dari sampah merupakan jenis sampah yang dapat diterima oleh pihak pengurus BSM Lestari, karena tidak semua jenis sampah dapat diterima dan memiliki nilai ekonomi apabila ditabung di semua Bank Sampah, seperti halnya kaleng yang mengandung besi dan juga kaleng mengandung besi memiliki nilai tersendiri dibanding dengan nilai ekonomi jenis sampah yang lainnya apabila dijadikan kilogram, kaleng yang mengandung besi dan aluminium dapat dinominalkan sebesar Rp 5.000 – 6.000 / kg. Sedangkan sampah jenis lain memiliki nominal tersendiri setiap

(40)

kilogram. Sehingga masyarakat mengetahui jenis sampah apa saja yang memiliki nilai tinggi hingga memiliki nilai terendah. Harga sampah dapat dilihat pada tabel. 1.2 yang terdapat pada lampiran. 6. Obyek/Peran Aktif Masyarakat atau disebut sebagai Nasabah

Bank Sampah, sehingga harapan pemerintah bahkan perangkat desa dalam hal mengurangi volume sampah yang ada di Desa Ngebruk baik Dusun Mbodo, Krajan, Kebonsari. Partisipasi masyarakat dalam menjadi nasabah BSM Lestari karena dari sampah masyarakat yang semula berpikiran bahwa sampah tidak memiliki manfaat ternyata mampu mendapatkan penghasilan apabila jenis sampah yang disetorkan ke pihak BSM Lestari sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh pihak Bank Sampah Pusat dan dijadikan panduan oleh BSM Lestari. Adapun alasan masyarakat yang menjadi nasabah antara lain;

1) Ruang Lingkup tempat tinggal menjadi bersih 2) Menjadikan budaya baru dalam mengelola sampah

3) Mendapatkan penghasilan baru dari sampah yang sesuai dengan kriteria yang sudah ada.

4) Dapat membantu mengurangi jumlah angka kemiskinan dari mengelola sampah.

Menurut penulis peran aktif dari masyarakat mampu menjadikan setiap masyarakat bertanggungjawab terhadap jenis sampah yang dihasilkan baik sapah rumah tangga yang ada di area

(41)

rumah dan juga di sekitar area tempat tinggal. Tidak hanya memiliki tanggungjawab akan tetapi mampu menjadi contoh kepada masyarakat lain yang ada di Desa Ngebruk, bahwa setiap masyarakat mampu memiliki penghasilan tambahan yang akan membantu mereka setiap tahunnya ketika hendak hari raya. Peran aktif masyarakat dapat di lihat pada tabel 1.3 yang terdapat pada lampiran. Sehingga dapat mengetahui jumlah nasabah yang ada si BSM Lestari.

“Dari Sampah Menjadi Berkah”, dari slogan ini maka dapat disimpulkan bahwa tidak semua jenis sampah merupakan barang yang tidak memiliki kegunaan, tetapi masyarakat yang menyadari akan sampah memiliki nilai ekonomi maka akan menjadi nasabah yang baik sehingga mendapatkan keuntungan dari sampah yang telah disetorkan kepada pihak BSM Lestari.

7. Sarana dan Prasarana, merupakan sistem ketiga yang menjadi faktor pendukung berjalannya BSM Lestari, karena sarana dan prasarana yang memadai akan membantu pihak pengelola dalam menangani jenis sampah. Sarana dan prasarana tidak dapat berjalan apabila sarana dan prasarana yang diperoleh masyarakat sekitar, karena peran pemerintah desa juga diharapkan.

Menurut penulis dari sistem sarana dan prasarana memiliki pengaruh penting dalam berjalannya BSM Lestari yang ada di Desa Ngebruk. Apabila hanya mengharapkan dari masyarakat maka BSM

(42)

Lestari tidak berjalan sesuai harapan pihak pengurus, maka pemerintah desa atau pemerintah kabupaten memberikan fasilitas sarana dan prasarana sesuai dengan pasal 5 point d Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah yang menyatakan bahwa tugas pemerintah adalah melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah.

Sehingga perangkat desa juga memiliki peran dalam menyediakan fasilitas yang mendukung berjalannya BSM Lestari, dimana BSM Lestari mampu menanggulangi permasalahan sampah selama ini. Fasilitas yang dimaksud adalah kendaran pengangkut sampah dari rumah nasabah menuju gudang dari BSM Lestari. Pemerintah desa telah memberikan fasilitas berupa sarana yang mendukung antara lain kendaraan roda tiga (3) sebagai pengangkut sampah dari rumah nasabah menuju BSM Lestari dalam artian bahwa perangkat desa memenuhi kewajibannya, akan tetapi prasarana yang diharapkan oleh pengurus BSM Lestari sendiri belum terfasilitasi secara penuh. Prasarana ini masih menggunakan tanah kosong milik warga yang tidak digunakan, dengan memanfaatkan tanah tersebut maka jadilah BSM Lestari tanpa dilengkapi oleh prasarana yang diharapkan dan juga penyediaan tempat penampungan sampah yang layak.

(43)

Menurut penulis dengan adanya semua sistem diatas mampu memiliki tanggungjawab dalam mengurangi volume sampah yang ada, tidak hanya mengurangi tetapi juga mampu menjadikan sebuah dusun yang menjadi edukasi lingkungan yang bersih, tidak hanya lingkungan yang bersih akan tetapi menjadikan masyarakat memiliki peran penting dalam mengelola sampah, tidak hanya sampah kering tetapi juga sampah basah yang diolah menjadi kompos bagi masyarakat sekitar.

Apabila semua sistem diatas telah mendukung sesuai dengan harapan pihak pengelola maka dari sampah mampu membantu pendapatan uang kas bagi desa, dan desa juga akan menrapkan ke dusun lain, sehingga nasabah BSM Lestari yang semula 61 nasabah menjadi 1.905 KK yang ada di Desa Ngebruk, seperti halnya dusun Krajan dan Dusun Kebonsari. Tidak hanya lingkungan yang bersih tetapi juga mampu dijadikan contoh oleh desa-desa lain yang mengalami masalah yang sama dalam mengurangi ataupun mengelola sampah, baik sampah kering maupun sampah basah. C. Faktor Pendukung dan Penghambat sistem Bank Sampah BSM Lestari

di Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang

Dalam sebuah proses selalu ada banyak faktor ada faktor pendukung dan faktor penghambat yang dapat menentukan proses berjalannya program dari BSM Lestari yang ada di Desa Ngebruk, tidak lain faktor tersebut terjadi akibat tanggung jawab dari pihak BSM Lestari maupun kesadaran dari masyarakat yang tinggal di Desa Ngebruk baik yang memiliki sektor industri

(44)

maupun sektor pertanian dan juga terdapat faktor yang mempengaruhi perangkat Desa Ngebruk sendiri.

a. Faktor Pendukung

Menurut Soerjono Soekamto adalah bahwa efektif atau tidaknya suatu hukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor diantaranya yaitu Faktor hukumnya sendiri, Faktor penegak hukum, pihak yang membuat dan yang menerapkan hukum, Faktor sasaran atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum, Faktor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan, Faktor kebudayaan, sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang

didasarkan pada karsa manusia dalam pergaulan.54

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis terdapat faktor pendukung dalam BSM Lestari yang ada di Desa Ngebruk. Adapun yang di maksud dengan faktor pendukung yang mempengaruhi yaitu faktor hukum itu sendiri, yakni faktor kebijakan hukum, subyek hukum (subyek sampah) dan juga sistem pengelolaan dengan aspek penyetoran dan pembiayaan. Faktor pendukung tersebut antara lain:

Menurut hasil wawancara dapat diketahui bahwa perangkat desa menyediakan fasilitas berupa sepeda motor roda 3 (tiga). Adapun hasil dari wawancara sebagi berikut:

(45)

“Dukungan hanya memberikan fasilitas berupa sepeda motor roda 3 (tiga) dari perangkat desa untuk pembuangan sampah dari warga yang

tidak bisa di daur ulang maka akan dibuang ke pembuangan sampah.”55

Menurut penulis, sebagai perangkat desa yang mengayomi masyarakat yang hasil tinggal di Desanya, peran perangkat desa tidak hanya memberikan 1 (satu) fasilitas sepeda motor roda 3 (tiga) saja. Baik memberikan fasilitas berupa kendaran akan tetapi sosialisasi juga lebih di kuatkan, karena selama ini hal berupa sosialisasi sangat kurang dan menyediakan tempat sampah yang layak, sehingga masyarakat tidak peduli akan BSM Lestari dalam hal mengelola sampah, baik dari proses pengumpulan sampah, memilah sampah bahkan hingga menyetorkan sampah tanpa harus menikmati fasilitas jemputan sampah yang disediakan oleh pihak BSM Lestari.

Sehingga dampak negatif yang selama ini merugikan masyarakat khususnya petani dapat terkendali dengan baik. Adanya pengelolaan sampah melalui kegiatan bank sampah adalah untuk meningkatkan kebersihan dan kesadaran kepada masyarakat luas bahwa sampah adalah sumber daya yang bernilai ekonomis apabila dikelola dengan baik dan benar. Tidak hanya pada aspek ekonomi saja, pengelolaan sampah yang dilaksanakan juga berdampak pada peningkatan pendidikan dalam memilah sampah, serta kesehatan lingkungan dan masyarakat.

55Hasil wawancara dengan bapak Mochnur Laksono., SE, selaku penasehat dari Posdaya

(46)

Tidak hanya sarana berupa kendaran 3 (tiga) roda yang diberikan oleh pihak desa terdapat pula faktor pendukung lain seperti, Kebijakan Desa, merupakan salah satu faktor pendukung dalam hal ini karena adanya teguran berupa teguran secara lisan dari pihak RT, jika masih ada yang melanggar dalam membuang sampah di sembarang tempat dikenakan sanksi berupa denda dengan membayar uang kas selama 3 bulan sebsesar Rp 170.000,-. Subyek Sampah, yaitu sifat sampah dalam hal ini merupakan sampah kering, yang dimana akan disetorkan kepada pihak BSM Lestari. Didalam sistem pengelola terdapat 2 (dua) aspek yakni penyatoran dan pembiayaan, apabila setiap masyarakat yang ingin menjadi nasabah BSM lestari akan dilakukan proses pendataan terlebih dahulu, dan adanya pembiayaan yang dilakukan oleh BSM Lestari setiap 1 (satu) tahun sekali ataupun ada keperluan lain.

Sehingga masyarakat yang berada diarea permukiman untuk mendorong berjalannya program yang membawa dampak positif. Akan tetapi masyarakat tinggal disekitar permukiman tidak menyadari akan pentingnya program yang sedang berjalan. Tidak hanya pada saat berjalan seperti sekarang, awal di bentuknya gagasan akan BSM Lestari yang direncanakan oleh tokoh masyarakat tidak mendapatkan respon yang baik. b. Faktor Penghambat

Menurut hasil wawancara terdapat beberapa faktor yang menjadi faktor penghambat dalam menjalankan BSM Lestari yang ada di Desa Ngebruk. Adapun hasil dari wawancara sebagai berikut:

(47)

“Kesadaran masyarakat akan lingkungan yang sehat sangatlah sedikit, tak jarang mereka tidak peduli akan program dari Bank Sampah Mandiri sendiri, sehingga masyarakat yang menjadi nasabah hanya

sedikit, bisa dikatakan hanya 5%.”56

Menurut penulis seharusnya kesempatan tersebut digunakan sebaik mungkin oleh masyarakat, karena selain menjadikan akrab sesama nasabah yang lain, tetapi juga memiliki rasa tanggung jawab yang baik terhadap penggelolaan sampah kering yang ada di dalam tempat tinggalnya. Selain 2 (dua) hal tersebut dapat pula menjadikan motivasi bagi masyarakat/warga masyarakat yang lain untuk ikut serta menjadi nasabah dalam BSM Lestari selama ini, agar dapat membantu mengurangi pencemaran sampah kering di lingkungan sekitar dan dapat mensejahterakan kehidupan masing-masing setiap nasabah dalam kesehariannnya, sekalipun hanya menabungkan sampah kering yang ada di sekitaran tempat tinggal. Akan tetapi semua tidak mampu berjalan dengan lancar, karena faktor penghambat terdapat kurangnya kesadaran masyarakat akan lingkungan yang sehat dan memiliki dampak yang positif apabila mengelola sampah kering di Desa Ngebruk.

Tidak hanya warga masyarakat sekitar letak BSM Lestari saja yang berpartisipasi dalam melancarkan program dari BSM Lestari, perangkat desa di Desa Ngebruk juga seharusnya memiliki partisipasi tersebut dan juga seluruh masyarakat yang tinggal di Desa Ngebruk. Seperti halnya ketua RT/RW yang seharusnya mencontohkan dirinya sebagai nasabah dari BSM Lestari dapat sekalipun membantu program dari Pemerintah kabupaten

56Wawancara dengan bapak Sunarwan, ST, selaku wakil ketua dari Posdaya Bank Sampah

(48)

dalam hal menciptakan lingkungan yang bersih, sehungga diharapkan kepada masyarakat untuk ikut serta dalam kelompok BSM Lestari.

“Akan tetapi itu tidak dijadikan contoh sebagaimana yang diharapkan oleh pihak pengurus BSM Lestari, karena ketua RT/RW tidak mampu memberikan contoh yang baik kepada warga masyarakatnya, sehingga nasabah yang di harapkan dari 1(satu) Desa menjadi nasabah, namun pada kenyataannya hanya 5% dari fakta yang ada. Inilah yang menjadi faktor

penghambat yang ada di Dusun Mbodo, Desa Ngebruk.”57

Dari hasil wawancara mengenai faktor penghambat sendiri terdapat perbedaan antara pihak posdaya dan perangkat desa yang ada di Desa Ngebruk khusus dalam menerapkan BSM Lestari dalam mengurangi volume sampah. Adapun hasil wawancaranya sebagai berikut:

“Masih banyak kekurangan dan banyak kendala yang perlu dibenahi baik dalam hal sisi administrasi maupun dari sisi sosialisasi ke masyarakat, karena apabila seluruh masyarakat Desa Ngebruk mengikuti program BSM Lestari, sehingga perangkat desa akan menambah fasilitas

kendaraan roda 3 (tiga) dan menyediakan tempat sampah yang layak.”58

Tidak hanya kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh perangkat desa mengalami kendala, tetapi bagi pengelola sampah sendiri mengalami banyak kendala yang mana kendala tersebut adalah masyarakat yang menjadi nasabah sendiri masih belum memilah sampah yang disetorkan atau diambil oleh pihak BSM Lestari, sehingga pihak pengelola harus bekerja 2 (dua) kali yakni harus memilah sampah kering yang disetorkan atau diambil, karena ada tipe sampah yang tidak serta merta dicampur dengan sampah kering lainnya. Yang menjadi faktor penghambat lain

57Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Muhaimin., S.Pdi, selaku Perangkat Desa yang

(49)

adalah tidak adanya prasarana yang di berikan oleh pihak desa kepada BSM Lestari.

Bank Sampah Malang sendiri tidak melakukan sosialisasi secara rutin untuk mendukung berjalannya proses pengelolaan sampah di BSM Lestari. Sehingga peran serta masyarakat yang diharapkan oleh pihak pengelola BSM Lestari untuk menjadi nasabah tidak berjalan dengan baik, sehingga jumlah yang terlibat menjadi nasabah hanya sekitar 5% dan itu hanya di dapatkan dari sekitar warga sekitar letak BSM Lestari saja. Sehingga partisipatif aktif dari masyarakat sendiri tidak bekerja secara maksimal.

Menurut penulis BSM Lestari mampu menjadi Bank Sampah yang Mandiri apabila terdapat pengawasan khusus dari Bank Sampah Pusat, agar masyarakat sadar bahwa BSM Lestari masih memiliki tanggung jawab kepada bank sampah pusat sebagai mitra kerja. Sehingga BSM Lestari tidak dipandang remeh oleh masyarakat yang belum menjadi nasabah, dan BSM Lestari mampu menanggulangi sampah yang selama ini meresahkan masyarakat khususnya hasil sampah yang dibuang dialiran sungai yang mengganggu persawahan masyarakat setempat.

Gambar

Tabel 1.1 Kuantitas dan Kualitas SDM Di Desa Ngebruk  No  Kelembagaan  Tingkat pendidikan
Gambar 1.1 Jenis Sampah di Aliran Sungai yang ada di Sekitar Dusun Mbodo  Sumber. Desa Ngebruk
Gambar 1.2 Jenis Sampah dalam Proses pembakaran yang tidak sesuai di Sekitar  Dusun Krajan
Gambar 1.3 Peta Wilayah Desa Ngebruk  Sumber. Desa Ngebruk
+3

Referensi

Dokumen terkait

harapannya subtema yang dipilih ini sebagai jembatan untuk pen*apaian tujuan dari 'ndonesia (inta $ehat pada akhir 2014 nanti# +ang tentunya! harapan saya dengan adanya "KN

Alkaloid semu yaitu basa tumbuhan yang mengandung nitrogen heterosiklik, memiliki aktifitas dan tidak mempunyai hubungan biosintesis dengan asam amino.. Alkaloid semu diturunkan

Tanggapan sistem lingkar tertutup terhadap masukan undak satuan Kode Matlab untuk penyelesaian soal contoh

Pneumatik merupakan ilmu yang mempelajari teknik pemakaian udara bertekanan (udara kempa). Sejalan dengan pengenalan terhadap sistem keseluruhan pada pneumatik, secara individu

Berdasarkan kedua hasil analisa diatas maka untuk peningkatan keragaman genetik kalus gandum terdapat pada perlakuan irradiasi antara LD 20 dan LD 50 yaitu dosis

249 Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu koordinator wilayah dari suporter Persisam Putra Samarinda yang berinisial W pada tanggal 27 Maret 2013 yang

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa gel ekstrak etanol daun binahong memiliki pengaruh dalam memperbaiki proses

Ming guke- KemampuanAkhir yang diharapkandanpokokbaha san (C, A, P) Bahan Kajian (sub-pokok bahasan) Metod e Pembe lajaran (bentu kpemb elajara n) Media Wakt u