• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Struktur Modal

Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto, 2001:282). Dari definisi tersebut dapat dirumuskan bahwa struktur modal adalah perimbangan antara hutang jangka panjang dan bauran antara modal yang terdiri atas saham preferen dan saham biasa serta dari sumber-sumber lain yaitu hutang jangka pendek sebagai pembelanjaan perusahaan.

Struktur modal dalam penelitian ini diproksikan dengan debt to equity ratio (DER) dikarenakan DER mencerminkan perbandingan antara total debt (total hutang) dari total shareholder’s equity (total modal sendiri). DER merupakan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang dengan modal yang dimilikinya dan sangat berkaitan dengan penciptaan suatu struktur modal yang dapat mempengaruhi kebijakan pendanaan perusahaan yang tepat guna memaksimalkan nilai perusahaan.

Total debt merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang). Sedangkan, total shareholder’s equity merupakan total modal sendiri (total modal saham yang disetor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi dari total hutang terhadap ekuitas.

(2)

Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar atau kreditur (Kusumaningtyas, 2012).

Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan perimbangan antara resiko dan tingkat pengembalian. Penggunaan lebih banyak hutang berarti memperbesar resiko yang ditanggung pemegang saham, namun penggunaan lebih banyak hutang juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Resiko yang semakin tinggi cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) akan menaikkan harga saham. Maka, struktur modal yang optimal harus mecapai suatu keseimbangan antara resiko dan pengembalian yang memaksimalkan harga saham (Brigham dan Houston, 2001).

2.1.2 Komponen Struktur Modal

Struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa komponen (Sundjaja dan Barlian, 2002:240),yaitu:

a. Modal Pinjaman

Modal pinjaman adalah semua pinjaman jangka panjang yang diperoleh perusahaan. Pemberi dana umumnya meminta pengembalian yang relatif lebih rendah, karena mereka memperoleh risiko yang paling kecil atas segala jenis modal jangka panjang, sebab:

(3)

1) Modal pinjaman mempunyai prioritas lebih dahulu bila terjadi tuntutan atas pendapatan atau aset yang tersedia untuk pembayaran.

2) Modal pinjaman mempunyai kekuatan hukum atas pembayaran dibanding dengan pemegang saham preferen atau saham biasa.

3) Bunga pinjaman merupakan biaya yang dapat mengurangi pajak, maka biaya modal pinjaman yang sebenarnya secara substansial menjadi lebih rendah.

b. Modal Sendiri

Modal sendiri adalah dana jangka panjang yang diperoleh dari pemilik perusahaan (pemegang saham). Tidak seperti modal pinjaman yang harus dibayar pada tanggal tertentu di masa yang akan datang, modal sendiri diharap tetap dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Ada 2 sumber dasar dari modal sendiri, yaitu:

1) Modal Saham

a) Saham preferen (Preferred Stock)

Saham preferen adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang mempunyai keistimewaan tertentu dibanding saham biasa. Keistimewaan tersebut antara lain mengenai pembayaran deviden dan pembagian kekayaan perusahaan apabila perusahaan yang bersangkuta dilikuidasi. b) Saham Biasa (Common Stock)

Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang diinvestasikan oleh para investor, yang pemegangnya memiliki klaim residual atas laba dan kekayaan perusahaan. Bagi pemegang saham biasa,

(4)

dengan membeli saham tersebut berarti membeli prospek dan siap menanggung segala risko sebesar dana yang diinvestasi.

2) Laba Ditahan

Laba ditahan adalah sisa laba dari keuntungan yang tidak dibayar sebagai deviden.

2.1.3 Teori Struktur Modal

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan bagaimana pengaruh struktur modal terhadap suatu nilai perusahaan. Bagaimana menciptakan struktur modal yang baik, sehingga mengoptimalkan nilai perusahaan. Teori struktur modal bertujuan untuk memberikan landasan berpikir untuk mengetahui struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang meminimumkan biaya modal perusahaan.

2.1.3.1 Agency Theory

Teori ini dikemukakan oleh Jensen and Meckling pada tahun 1976, Horne dan Wachowiez (2007:482) menyatakan bahwa manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen.

Untuk dapat melakukan fungsi dengan baik, manajemen harus diberi insentif dan pengawasan yang memadai.Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan, dan pembatasan terhadap keputusan yang dapat diambil manajemen.Kegiatan pengawasan tentu saja membutuhkan biaya yang disebut dengan biaya agensi.

(5)

Menurut Horne dan Wachowiez (2007:482), biaya agensi adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor dan pemegang saham.

Di dalam agency theory manajer dianggap tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Sehingga diperlukan suatu mekanisme agar manajer bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Salah satu mekanisme yang diusulkan oleh Jensen dan Meckling (1976 dalam Putri 2007) adalah dengan menambah hutang dan membayar deviden. Dengan semakin besar hutang dan deviden, dana menganggur dapat dikurangi sehingga manajer tidak dapat membelanjakannya untuk proyek-proyek yang kurang penting.

Menurut Wahidahwati (2002), ada beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost yaitu:

1. Dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen sehingga manajer akan berusaha memberi kebijakan yang menguntungkan perusahaan yang akan menguntungkan dirinya juga.

2. Meningkatkan devidend payout ratio, dengan demikian tidak tersedia cukup banyak free cash flow dan manajemen terpaksa mencari pendanaan dari luar untuk membiayai investasinya.

3. Meningkatkan pendanaan dengan hutang. Peningkatan hutang akan menurunkan besarnya excess cash flow yang ada di dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan yang dilakukan oleh manajemen.

(6)

4. Institusional investor sebagai monitoring agents. Distribusi saham antara pemegang saham dari luar yaitu institusional investor dan shareholdersdispersion dapat mengurangi agency cost. Hal ini karena kepemilikan mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen.

2.1.3.2 Trade-off Theory

The static trade off theory mengasumsikan bahwa struktur modal perusahaan merupakan hasil trade-off dari keuntungan pajak dengan menggunakan hutang dengan biaya yang akan timbul sebagai akibat penggunaan hutang tersebut. Esensi trade-off theory dalam struktur dalam struktur modal adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat lebih besar, tambahan hutang masih diperkenankan. Apabila pengorbanan karena penggunaan hutang sudah lebih besar, maka tambahan hutang sudah tidak diperbolehkan. Trade-off theory sudah mempertimbangkan berbagai faktor seperti corporate tax, biaya kebangkrutan, dan personal tax dalam menjelaskan mengapa suatu perusahaan memilih struktur modal tertentu.

Walaupun modal trade-off theory tidak dapat menetapkan secara tepat struktur modal yang optimal, namun model tersebut memberikan kontribusi penting yaitu: (1) perusahaan yang memiliki aktiva yang tinggi, sebaiknya menggunakan sedikit hutang; (2) perusahaan yang membayar pajak tinggi sebaiknya lebih banyak menggunakan hutang dibandingkan perusahaan yang membayar pajak rendah. Kesimpulannya adalah penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan

(7)

tetapi hanya pada satu titik tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaan hutang justru menurunkan nilai perusahaan tersebut.

2.1.3.3 Pecking Order Theory

Menurut Husnan (2004:324), Pecking order theory adalah urutan sumber pendanaan dari internal dan eksternal. Teori ini menjelaskan keputusan pendanaan yang diambil oleh perusahaan. Teori ini disebut pecking order karena teori ini menjelaskan bagaimana perusahaan akan menentukan hierarki sumber dana yang paling disukai. Secara ringkas teori tersebut menyatakan bahwa:

a. Perusahaan menyukai internal fiinancing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan).

b. Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian dividen yang ditargetkan, dengan berusaha menghindari perubahan pembayaran dividen secara drastis. c. Kebijakan deviden yang relatif segan untuk diubah, disertai dengan fluktuasi

profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bisa di duga mengakibatkan bahwa dana hasil operasi kadang-kadang melebihi kebutuhan dana untuk investasi, meskipun pada kesempatan yang lain masih kurang. Apabila dana hasil operasi kurang dari kebutuhan investasi, maka perusahaan akan mengurangi saldo kas atau menjual sekuritas yang dimiliki.

d. Apabila pendanaan dari luar (external financing) diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas paling “aman” terlebih dahulu yaitu dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan.

(8)

Teori Pecking order menjelaskan mengapa perusahaan perusahaan mempunyai uruturutan preferensi daalam memilih sumber pendanaan. Perusahaan-perusahaan yang menguntungkan umumnya meminjamkan dalam jumlah sedikit. Hal tersebut bukan karena perusahaan mempunyai target rasio hutang yang rendah, tetapi karena memang mereka memerlukan external financing yang sedikit. Sedangkan perusahaan yang kurang menguntungkan cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena internal tidak cukup dan hutang merupakan sumber eksternal yang paling disukai. Pendanaan internal lebih disukai karena hal tersebut memungkinkan perusahaan untuk tidak membuka diri lagi terhadap pihak luar. Dalam pendanaan eksternal, hutang lebih disukai dari pada modal sendiri karena pertimbangan biaya emisi saham. Selain itu manajemen juga mengkhawatirkan apabila melakukan penerbitan saham baru dipandang sebagai hal yang negatif oleh para pemodal, hal tersebut tentunya berdampak buruk bagi harga saham.

2.1.3.4 Asymmetric Information Theory

Menurut Brigham dan Houston (2006:38), asymmetric information adalah situasi dimana manajer memiliki informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor.

Myres dan Majluf (dalam Hanafi, 2008:315) menyatakan bahwa ada asimetri informasi antara manajer dengan pihak luar. Manajer mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi perusahaan dibanding dengan pihak luar. Pada saat harga saham menunjukkan nilai yang terlalu tinggi (overvalued), manajer akan cenderung mengeluarkan saham. Tentu pihak luar (pasar) tidak ingin ditipu. Karena

(9)

itu pada saat penerbitan saham baru diumumkan, harga akan jatuh karena pasar menginterpretasi bahwa harga saham sudah overvalue.

Jika harga saham jatuh cukup serius, maka pemegang saham lama akan dirugikan jika perusahaan menerbitkan saham baru. Sebaliknya, pemegang saham baru akan didiuntungkan karena bisa membeli saham dengan harga murah. Karena jatuhnya harga saham tersebut berkaitan dengan simetri informasi, maka bisa dikatakan bahwa ada biaya asimetri informasi yang berkaitan dengan penerbitan saham. Biaya tersebut akan semakin besar jika harga saham jatuh cukup signifikan. Dibanding dengan harga saham, pengumuman penerbitan liabilitas menurut pengamatan, disertai dengan penurunan harga saham yang relatif lebih kecil. Dilihat dari rerangka asimetri informasi, sekuritas liabilitas mempunyai asimetri informasi yang lebih kecil dibanding dengan saham. Liabilitas mempunyai pendapatan yang bersifat tetap (bunga liabilitas), karena itu ketidakpastian pendapatan liabilitas lebih kecil dibanding ketidakpastian saham. Asimetri informasi dari liabilitas tidak sebesar asimetri untuk saham. Dengan kata lain, biaya asimetri liabilitas lebih kecil dibanding dengan biaya asimetri saham. Dengan demikian model asimetri informasi dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku struktur modal.

(10)

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Faktor-faktor yang mempunyai pengaruh terhadap struktur modal perusahaan yaitu (Brigham dan Houton, 2006:42):

1. Stabilitas Penjualan

Sebuah perusahaan yang penjualan relatif stabil dapat dengan aman mengambil lebih banyak liabilitas dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil.

2. Struktur Aset

Perusahaan yang asetnya cocok sebagai jaminan atas pinjaman cenderung lebih banyak menggunakan liabilitas.

3. Leverage Operasi

Perusahaan dengan leverage operasi yang lebih sedikit memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menerapkan leverage keuangan karena perusahaan tersebut akan memiliki resiko bisnis yang lebih kecil.

4. Tingkat Pertumbuhan

Perusahaan yang tumbuh dengan cepat lebih banyak mengandalkan diri pada modal eksternal.

5. Profitabilitas

Perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian atas investasi yang sangat tinggi menggunakan liabilitas yang relatif sedikit.

6. Pajak

Semakin tinggi tarif pajak sebuah perusahaan, semakin besar manfaat yang diperoleh dari liabilitas.

(11)

7. Pengendalian

Dampak liabilitas dan saham pada posisi pengendalian manajemen dapat mempengaruhi struktur modal. Jika manajemen tidak merasa aman, mereka akan mempertimbangkan situasi pengendalian.

8. Sikap Manajemen

Beberapa manajemen cenderung lebih konservatif daripada yang lainnya, dan akibatnya menggunakan lebih sedikit liabilitas daripada rata-rata perusahaan di dalam industri mereka, sedangkan manajemen agresif menggunakan lebih banyak liabilitas di dalam pencarian mereka akan laba yang lebih tinggi. 9. Sikap pemberi pinjaman dan agen pemberi peringkat

Tanpa melihat analisis para manajer atas faktor-faktor leverage yang tepatbagi perusahaan mereka sendiri, perilaku pemberi pinjaman dan agen pemeringkat seringkali mempengaruhi keputusan struktur keuangan.

10. Kondisi pasar

Kondisi dari pasar saham dan obligasi yang mengalami perubahan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dapat memberikan arti yang penting dalam struktur modal sebuah perusahaan yang opimal.

11. Kondisi internal perusahaan

Kondisi internal sebuah perusahaan juga dapat memiliki pengaruh pada sasaran struktur modal.

12. Fleksibilitas keuangan

Sebuah perusahaan harus menjaga fleksibilitas keuangan, dalam hal ini menjaga kapasitas pinjaman cadangan yang memadai.

(12)

Selain teori diatas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal masih banyak lagi yang mengemukakan pendapat tentang hal tersebut. Dari beberapa faktor yang dipilih oleh para peneliti pada umumnya mempunyai kesamaan dengan latar belakang alasan yang hampir sama.

Oleh karena faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal cukup banyak dan tidak mudah untuk mengukurnya, serta data yang diperlukan juga tidak mudah diperoleh maka dalam penelitian ini penulis hanya mengambil beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap struktur modal yaitu profitabilitas, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial.

2.1.4.1 Profitabilitas

Dalam setiap operasional perusahaan yang menjadi tujuan utama dari usahanya adalah mendapatkan keuntungan yang optimal. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aset, maupun modal sendiri. Jumlah laba bersih kerap dibandingkan dengan ukuran kegiatan atau kondisi keuangan lainnya seperti penjualan, aset, ekuitas pemegang saham untuk menilai kinerja sebagai suatu presentase dari beberapa tingkat aktivitas atau investasi.

Syamsuddin (2009:59) menyatakan bahwa ada beberapa pengukuran tingkat profitabilitas yaitu gross profit margin, operating profit margin, net profit margin, total assets turnover, return on investement (ROA), retun on equity (ROE), tingkat penghasilan bagi pemegang saham biasa (return on common stock equity), pendapatan per lembar saham biasa (earning per share), deviden per lembar saham (devidden per share), dan nilai buku perlembar saham (book value per share).

(13)

Profitabilitas suatu perusahaan merupakan pencerminan kemampuan modal perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. Sehingga mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk mengadakan pinjaman atau penarikan modal asing. Dengan demikian, perusahaan akan dapat memenuhi kewajiban finansialnya sebagai akibat darii penggunaan modal modal asing. Salah satu rasio profitabilitas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah return on aseets (ROA).

Menurut Sutrisno (2009:222) Return on aseets juga disebut sebagai rentabilitas ekonomis yaitu ukuran kemampuan perusahaan dengan menghasilkan laba dengan semua aset yang dimiliki oleh perusahaan. dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sesudah bunga dan pajak. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin besar return on aseetsmaka semakin besar tingkat keuntungan dan semakin baik posisi perusahaan dalam segi penggunaan aset.

Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi akan menggunakan utang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal (Brigham dan Houston, 2001:40).

(14)

2.1.4.2 Pertumbuhan Penjualan

Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai perusahaan. Perusahaan yang tumbuh dengan cepat cenderung lebih banyak menggunakan utang dari pada perusahaan yang tumbuh secara lambat. Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi kecederungan perusahaan menggunakan utang sebagai sumber dana eksternal yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah.

Brigham and Houston (2006:42) berpendapat bahwa perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Perusahaan dalam melakukan usaha untuk menjaga kestabilan penjualan dan meningkatkan laju pertumbuhan penjualan yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk membiayai operasi perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi cenderung menggunakan utang atau dana eksternal untuk membiayai perusahaan.

Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang stabil cenderung dapat memenuhi kewajiban tetapnya dalam memenuhi kebutuhan operasi perusahaan. Dengan demikian semakin tinggi pertumbuhan penjualan perusahaan akan menggunakan utang dalam membiayai perusahaan, sehingga semakin tinggi struktur modalnya.

(15)

Pertumbuhan penjualan diukur dari perubahan total penjualan perusahaan dari tahun tertentu dengan tahun sebelumnya. Didalam perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi sering membutuhkan tambahan aset untuk mendukung pertumbuhan penjualannya. Tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi juga merupakan indikasi bahwa perusahaan akan lebih banyak mempunyai retained earning sekaligus juga membutuhkan dana yang lebih banyak untuk mendukung pertumbuhannya (Heriyanti, 2011).

2.1.4.3 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan asset, dan rata-rata total aktiva (Sujianto, 2001). Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm), perusahaan kecil (small firm).

Ukuran perusahaan merupakan salah satu kriteria yang dipertimbangkan oleh investor dalam strategi berinvestasi. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur melalui total asset yang diproksikan dengan nilai logaritma natural dari total aset perusahaan (Ln Total Asset). Besar kecilnya ukuran suatu perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal, semakin besar perusahaan maka akan semakin besar pula dana yang dibutuhkan perusahaan untuk melakukan investasi (Ariyanto, 2002). Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan modal asing juga semakin besar. Sebaliknya, semakin kecil ukuran perusahaan semakin sedikit dana ektern yang yang dibutuhkan perusahaan. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk

(16)

menunjang operasionalnya, dan salah satu alternatif pemenuhannya adalah dengan modal asing apabila modal sendiri tidak mencukupi (Halim, 2007).

2.1.4.4 Kepemilikan Manajerial

Dalam sebuah perusahaan terdapat dua pelaku yang memiliki hubungan terhadap perusahaan yaitu pemilik perusahaan atau pemegang saham dan agen atau manajer pengelola perusahaan. keduanya memiliki kepentingan masing-masing dalam setiap operasional perusahaan. perbedaan kepentingan antara agen dengan pemilik perusahaan dapat diatasi dengan Manajerial ownership, yaitu dimana seorang manajer atau agen yang mengelola perusahaan tersebut memiliki sebagian saham dalam perusahaan tersebut.

Kepemilikan saham oleh manajer disebuah perusahaan yang dikelolanya mempengaruhi besarnya kebijakan hutang yang akan diambilnya untuk operasional perusahaannya. Seorang manajer yang memiliki saham dari perusahaan yang dikelolanya pastinya akan berusaha semaksimal mungkin menggunaan dana perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Karena apabila perusahaan mengalami peningkatan keuangan, pastinya manajer yang memiliki sebagian saham perusahaan akan memperoleh keuntungan dari operasional tersebut. Apabila manajer melakukan keputusan yang salah dan perusahaan mengalami kerugian, maka manajer yang memiliki sebagian saham perusahaan akan ikut mengalami kerugian. Untuk itu manajer yang memiliki sebagian sejumlah saham dari perusahaan yang dikelolanya tersebut akan tetap menjaga struktur modal dari perusahaan yang dikelolanya tetap menjadi struktur modal yang baik dan optimal.

(17)

Kepemilikan saham oleh manajer dalam sebuah perusahaan mempengaruhi bagaimana manajer tersebut dalam mengelola perusahaan. Serta bagaimana seorang manajer membuat keputusan dalam melakukan pendanaan dari luar perusahaan atau hutang. Sehingga kepemilikan manjerial memiliki pengaruh terhadap besarnya rasio DER.

(18)

2.1.5 Penelitian Terdahulu

Tabel 1

Ringkasan Penelitian Terdahulu Penelitian (Tahun) Seftiani dan Handayani (2011) Putri (2012) Selly Zuliani (2014) Arma Pertiwi (2014) Penulis (2015) Judul Penelitian Faktor-faktor yang mempengaruhi Struktur Modal Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva, dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal. Pengaruh profitabilitas, pertumbuhan penjualan, struktur aset, dan tingkat pertumbuhan terhadap Struktur Modal Analisis pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan kepemilikan manajerial terhadap struktur modal Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial terhadap Struktur Modal. Variabel Independen Profitabilitas, Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Growth Opportunity, Kepemilikan Manajerial dan Struktur Aktiva Profitabilitas, Struktur Aktiva, dan Ukuran Perusahaan profitabilitas, pertumbuhan penjualan, struktur aset, dan tingkat pertumbuhan Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Kepemilikan Manajerial Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial Variabel Dependen

Struktur Modal Struktur Modal Struktur Modal Struktur Modal Struktur Modal Sampel Penelitian Perusahaan Publik Sektor Manufaktur Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI periode 2005-2010 Perusahaan tekstil dan garmen yang Terdaftar di BEI 2008-2012 Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI periode 2009-2012 Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI periode 2011-2014 Metode Analisis Analisis regresi berganda Analisis regresi berganda Analisis regresi berganda Analisis regresi berganda Analisis regresi berganda

(19)

Hasil Penelitian 1.ROA tidak berpengaruh terhadap struktur modal. 2.CR tidak berpengaruh terhadap struktur modal. 3.Size berpengaruh positif terhadap struktur modal. 4.Resiko bisnis berpengaruh positif terhadap struktur modal. 5.Growth berpengaruh negatif terhadap struktur modal. 6.Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap struktur modal. 1. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap struktur modal. 2.Struktur Aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal 3.Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal. 1. Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. 2. Pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. 3. Struktur aset tidak berpengaruh terhadap struktur modal. 4.Tingkat pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. 1.Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal 2.Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. 3. Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Dalam Proses Peneliian

Sumber: data yang telah diolah

Penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali penelitian yang telah dilakukan oleh Arma Pertiwi (2014). Hal yang membedakan dari penelitian ini dan sebelumnya yakni dalam penelitian Arma Pertiwi (2014) menggunakan tiga variabel diantaranya ukuran perusahaan, profitabilitas dan kepemilikan manajerial.

(20)

Objek yang digunakan dalam penelitian menggunakan objek perusahaan pertambangan yan terdaftar di BEI. Tahun pengamatan yang dilakukan dalam penelitian 2009-2012 dengan jumlah sampel sebanyak 10 perusahaan dan dengan jumlah pengamatan sebanyak 40 pengamatan.

Sedangkan penelitian yang sedang dilakukan peneliti menambahkan satu variabel independen yaitu pertumbuhan penjualan. Objek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI. Tahun pengamatan yang akan diteliti oleh penulis yaitu periode 2011-2014 dengan jumlah sampel sebanyak 33 perusahaan dan dengan jumlah pengamatan sebanyak 132 pengamatan.

(21)

2.2 Rerangka Pemikiran

Gambar 1

Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Struktur Modal

Perusahaan Investasi Sumber Pendanaan Sumber Eksternal Sumber Internal Hutang - Modal Sendiri - Laba ditahan - Cadangan dana milik perusahaan Struktur Modal Ukuran Perusahaan Kepemilikan Manajerial Pertumbuhan Penjualan Profitabilitas

(22)

Keterangan:

1. Perusahaan dihadapkan pada fungsi keuangan yaitu keputusan investasi. 2. Pada penelitian ini, keputusan pendanaan dijadikan fokus penelitian karena

perusahaan akan mempertimbangkan keputusan pendanaan untuk memenuhi kebutuhan dana yang akan digunakan dalam kegiatan operasi perusahaandan mengembangkan usahanya. Keputusan pendanaan ini bertujuan untuk menentukan tingkat struktur modal yang optimal.

3. Keputusan pendanaan ini bisa bersumber dari dalam perusahaan (internal financing) maupun dari luar perusahaan (eksternal financing). Pendanaan perusahaan dari dalam perusahaan dapat diperoleh dari modal sendiri, laba ditahan, dan cadangan dana yang dimiliki perusahaan. Sedangkan sumber pendanaan yang berasal dari luar perusahaan dapat diperoleh dari hutang (debt).

4. Struktur modal merupakan pembelanjaan permanen yang mencerminkan perimbangan antara total hutang (hutang jangka panjang dan hutang jangka pendek) dengan modal sendiri.

5. Struktur modal merupakan masalah yang penting bagi setiap perusahaan karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung terhadap posisi financial perusahaan. Struktur modal yang baik dapat meminimumkan biaya modal dan memaksimumkan nilai perusahaan. oleh karena itu terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan. Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan sebagai faktor yang mempengaruhi

(23)

struktur modal adalah profitabilitas, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan dan kepemilikan manajaerial.

2.3 Perumusan Hipotesis

2.3.1 Hubungan Profitabilitas terhadap Struktur Modal

Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Profitabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas pengelolaan asset perusahaan yang merupakan perbandingan antara earning after tax dengan total aset. Peningkatan profitabilitas akan meningkatkan laba ditahan, sesuai dengan pecking order theory yang mempunyai preferensi pendanaan pertama dengan dana internal berupa laba ditahan, sehingga komponen modal sendiri semakin meningkat.

Dalam setiap operasional perusahaan, tentunya setiap perusahaan mengharapkan keuntungan. Karena melalui keuntungan tersebut, sebuah perusahaan dapat melanjutkan operasionalnya. Dalam melanjutkan operasionalnya, perusahaan menggunakan dana yang dimiliki perusahaan atau menggunakan dana dari luar perusahaan atau hutang. Perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan atau profitabilitas yang tinggi cenderung memiliki hutang yang relatif kecil. Menurut (Brigham dan Houston , 2006) perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang relatif kecil. Hal tersebut disebabkan perusahaan dengan keuntungan yang besar memiliki sejumlah dana dan laba ditahan yang besar pula. Sehingga perusahaan tersebut cenderung

(24)

menggunakan laba ditahan yang besar dibanding menggunakan hutang untuk mengurangi tingkat resiko.

Perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan menggunakan hutang lebih kecil karena perusahaan mampu menyediakan dana yang cukup melalui laba ditahan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Santika dan Sudiatno (2011), Prahalan (2010), Kartika (2009), Nurrohim (2008), Shah dan Khan (2007), Christianti (2006), dan Mayangsari (2001). Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H1 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal

2.3.2 Hubungan Pertumbuhan Penjualan terhadap Struktur Modal

Perusahaan dengan pertumbuhan penjualan yang stabil dapat lebih aman, lebih banyak pinjaman, dan lebih mampu menanggung beban yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang pertumbuhan penjualannya tidak stabil. Perusahaan yang tumbuh dengan pesat lebih banyak membutuhkan dana sehingga membutuhkan banyak dana eksternal.

Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi memiliki kecenderungan penggunaan hutang sebagai sumber dana eksternal yang lebih besar dibandingkan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan yang rendah (Mayangsari, 2001). Pertumbuhan penjualan yang tinggi selalu diikuti dengan peningkatan dana yang digunakan untuk pembiayaan ekspansi.

Semakin besar tingkat pertumbuhan penjualan maka modal yang dibutuhkan akan semakin besar. Jika suatu perusahaan sepenuhnya bergantung pada dana internal, maka pertumbuhan dapat dibatasi. Hasil penelitian ini didukung oleh

(25)

Santika dan Sudiyanto (2011). Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H2 : Pertumbuhan Penjualan berpengaruh positif terhadap Struktur Modal

2.3.3 Hubungan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal

Semakin besar ukuran perusahaan yang diindikatori oleh total asset, maka perusahaan akan menggunakan hutang dalam jumlah yang besar pula. Semakin besar ukuran perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki jumlah aktiva yang semakin tinggi pula. Perusahaan yang ukurannya relatif besar akan cenderung menggunakan dana eksternal yang semakin besar. Hal ini disebabkan kebutuhan dana juga semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan perusahaan. Selain pendanaan internal, alternatif selanjutnya adalah pendanaan eksternal. Hal ini sejalan dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa jika penggunaan dana internal tidak mencukupi maka digunakan alternatif kedua menggunakan hutang.

Semakin besar ukuran sebuah perusahaan memudahkan perusahaan tersebut untuk memperoleh aliran dana dari luar perusahaan. Hal tersebut dikarenakan besarnya aset yang dimiliki perusahaan memberikan kepercayaan tertentu bagi para investor untuk menginvestasikan dananya.

Ukuran sebuah perusahaan mempengaruhi besarnya hutang yang dapat diperoleh perusahaan dan juga mempengaruhi besarnya kebutuhan hutang dari perusahaan tersebut. Hasil penelitian ini didukung oleh Seftianne dan Handayani (2011), Syeikh dan Wang (2011), Supriyanto dan Falikhatun (2008), Prabansari dan

(26)

Kusuma (2005). Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H3 : Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Struktur Modal

2.3.4 Hubungan Kepemilikan Manajerial dan Struktur Modal

Dalam sebuah perusahaan yang besar tidak semua perusahaan tersebut dikelola oleh pemiliknya langsung. Seperti yang terjadi pada usaha kecil menengah yang kebanyakan usahanya dikelola oleh pemiliknya langsung. Dalam perusahaan besar terdapat dua pihak yang memiliki kepentingan masing-masing. Yaitu pihak agen atau manajemen dan pemilik perusahaan. Masing-masing pihak memiliki kepentingan masing-masing dalam pengelolaan hutang perusahaan.

Manajer dan pemilik perusahaan masing-masing memiliki kepentingan sendiri didalam perusahaan. Untuk mengurangi dampak dari perbedaan kepentingan antar pemilik dan agen, seorang manajer diharapkan ikut serta dalam memiliki sebagian saham perusahaan. Dengan memiliki sebagian saham perusahaan, manajer hendaknya akan lebih bijaksana dalam memutuskan pendanaan yang dibutuhkan perusahaan. Apabila keputusan pendanaan terlalu berlebihan dan merugikan perusahaan tentu juga akan merugikan manajer yang sekaligus pemilik sebagian saham perusahaan tersebut. Sehingga semakin besar saham yang dimiliki manajer, semakin bijak keputusan dana ekstern yang dibuatnya. Karena aliran dana ekstern cenderung lebih beresiko dibanding dana yang berasal dari laba ditahan.

(27)

Ketika manajer memiliki sebagian saham perusahaan, manajer tersebut cenderung mengurangi resiko dengan menekan besaran hutang agar perusahaan tidak beresiko. Hasil penelitian ini didukung oleh Moh’d et al (1998), Jensen et al (1992) yang menunjukkan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H4 : Kepemilikan Manajerial berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal

Referensi

Dokumen terkait

Tesis ini meneliti meneiliti pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pegawai, pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Pegawai, pengaruh Kompensasi

Upaya kesehatan yang memanfaatkan latihan fisik atau olahraga untuk meningkatkat derajat kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat di5.

Hasil siklus II menunjukkan yang mendapat nilai baik sebanyak 10 orang guru, dan yang mendapat nilai cukup sebanyak 1 orang guru, sehingga tidak perlu tindakan pada

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah Desa, BPD, forum musyawarah desa, lembaga kemasyarakatan Desa, lembaga adat desa, BUM Desa, badan kerja sama

Kajian lanjutan pengaruh kecepatan pengadukan terhadap konsumsi glukosa dan produksi asam laktat dilakukan untuk mengaplikasikan kondisi terbaik yang telah diperoleh

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kesabaran dengan memaafkan dalam pernikahan, semakin sabar suami atau istri maka akan semakin

Etimologi Pemerintahan bukan hanya pengetahuan belaka yang dipelajari untuk dijadikan pengetahuan tentang asal-muasal kata tetapi lebih dari itu, pelajaran tentang

MFX Group adalah perusahaan investasi pertama dengan bidang bisnis brokerage Mata Uang Asing yang menawarkan suku bunga tetap pada deposit dalam jumlah 36% per tahun , tanpa resiko