• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Efikasi diri 2.1.1. Pengertian Efikasi diri

Dalam teori kognitif sosial, faktor-faktor internal atau personal salah satu yang terpenting adalah keyakinan diri atau efikasi diri saling mempengaruhi dan dipengaruhi hingga peserta didik melanjutkan kejenjang pendidikan yang selanjutnya sesuai dengan pilihannya dan harapannya sukses dalam memperoleh pekerjaan setelah lulus. Jess Greogory (2010) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan diri untuk mengetahui kemampuannya sehingga dapat melakukan suatu bentuk kontrol terhadap manfaat orang itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan sekitarnya. Menurut Ormrod (2008) self-efficacy adalah penilaian seseorang tentang kemampuannya sendiri untuk menjalankan perilaku tertentu atau mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Laura (2012)

self-efficacy merupakan salah satu faktor personal yang menjadi perantara

atau mediator dalam interaksi antara faktor perilaku dan faktor lingkungan.

self-efficacy dapat menjadi penentu keberhasilan perfomansi dan

pelaksanaan pekerjaan. Self-efficacy juga sangat mempengaruhi pola piker, reaksi emosional dalam membuat keputusan. Bandura (1997) mengatakan bahwa self-efficacy adalah keyakinan akan kemampuan individu untuk

(2)

mengorganisasi dan melaksanakan serangkaian tindakan yang dianggap perlu untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan.

Dari beberapa pendapat dapat dikatakan bahwa efikasi diri merupakan rasa percaya diri yang dimiliki seseorang bahwa dirinya mampu untuk menyelesaikan tugas dengan efektif dan efisien sehingga merujuk pada keyakinan diri sendiri mampu melakukan sesuatu yang diinginkannya, dapat dijadikan prediksi tingkah laku.

2.1.2. Sumber-sumber Efikasi diri

Menurut Greogory (2010), self-efficacy (efikasi diri) diperoleh, ditingkatkan, atau berkurang melalui salah satu atau kombinasi dari empat sumber pengalaman menguasai sesuatu, pengalaman vikarius, persuasi social, kondisi fisik dan emosional. Dengan setiap metode, informasi mengenai diri sendiri dan lingkungan akan diproses secara kognitif dan bersama-sama dengan kumpulan pengalaman sebelumnya, akan mengubah persepsi mengenai efikasi diri. Menurut Bandura (1997) empat sumber efikasi diri, antara lain:

1) Pengalaman menguasai sesuatu (Master experience)

Pengalaman menguasai sesuatu adalah sumber informasi yang paling berpengaruh dalam efikasi diri. Ini merupakan pengalaman langsung kita sehingga kesuksesan akan menaikkan efikasi atau keyakinan dan kegagalan akan menurunkan efikasi atau keyakinan.

(3)

Pengalaman vikarius merupakan pengalaman dari orang lain yang memberi contoh penyelesaian. Efikasi diri akan meningkat pada saat kita mengamati pencapaian orang lain yang mempunyai kompetensi yang sama atau seimbang, namun akan berkurang pada saat kita melihat teman kita gagal.

3) Persuasi social (Social Persuasion)

Persuasi social disebut juga umpan balik spesifik atas kinerja. Persuasi sendiri dapat membuat siswa menyerahkan usaha, mengupayakan strategi-strategi baru, atau berusaha cukup keras untuk mencapai kesuksesan.

4) Kondisi fisik dan emosional (Arousai)

Kondisi fisik dan emosional maksudnya tingkat Arousai mempengaruhi efikasi diri, tergantung pada Arousai itu diinterpretasikan pada saat siswa menghadapi tugas tertentu, apakah siswa merasa cemas dan khawatir (menurunkan efikasi) atau passion (bergairah) menaikkan efikasi.

Dari keempat hal tersebut dapat menjadi sarana bagi tumbuh dan berkempangnya self efficacy dapat diupayakan untuk meningkatkan dengan membuat manipulasi melalui empat hal tersebut.

2.1.3. Komponen Efikasi diri

Menurut Bandura (1997), perbedaan self efficacy pada setiap individu terletak pada tiga komponen adalah Magnitude, Strength, dan Generality.

(4)

Masing-masing mempunyai implikasi penting di dalam peformansi yang secara lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kekuatan keyakinan (Strength)

Kekuatan keyakinan (Strength), yaitu berkaitan dengan kekuatan pada keyakinan individu atas kemampuannya. Pengharapan yang kuat dan mantap pada individu akan mendorong untuk gigih dalam berupaya mencapai tujuan, walaupun mungkin belum memiliki pengalaman-pengalaman yang menunjang. Sebaliknya pengharapan yang lemah dan ragu-ragu akan kemampuan diri akan mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak menunjang.

2. Tingkat kesulitan tugas (Magnitude)

Tingkat kesulitan tugas (Magnitude) yaitu suatu masalah yang berkaitan dengan derajat kesulitan tugas individu. Komponen ini berimplikasi pada pemilihan perilaku yang akan dicoba individu berdasar ekspektasi efikasi pada tingkat kesulitan tugas. Individu akan berupaya melakukan tugas tertentu yang dapat dilaksanakannya dan akan menghindari situasi atau perilaku di luar batas kemampuannya.

3. Generalitas (Generality)

Generalitas (Generality), yaitu hal yang berkaitan dengan cakupan luas bidang tingkah laku dimana individu merasa yakin terhadap kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya. Tergantung pada pemahaman kemampuan dirinya yang terbatas pada serangkaian aktivitas dan situasi yang lebih luas dan bervariasi.

(5)

Jadi perbedaan efisiasi diri (Self-efficacy) pada setiap individu terletak pada tiga komponen, yaitu magnitude (tingkat kesulitan tugas), yaitu masalah yang berkaitan dengan derajat kesulitan tugas individu, Strength (kekuatan keyakinan), yaitu berkaitan dengan kekuatan pada keyakinan individu merasa yakin terhadap kemampuannya. Dari ketiga komponen dalam self efficacy tersebut terdapat pengaruh positif terhadap minat untuk berwirausaha.

2.2. Teori Pengetahuan Kewirausahaan 2.2.1. Pengertian Pengetahuan Kewirausahaan

Menurut Kamus Meriam Webster, pengetahuan (knowledge) adalah : “information, understanding, or skill that obtain from experience or education” yang artinya, informasi ataupun pemahaman yang diperoleh dari pengalaman sseseorang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan merujuk kepada sesuatu yang diketahui, kepandaian yang diperoleh. Notoadmodjo (2007) menjelaskan pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan yang terjadi melalui panca indera manusia, yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Wirausaha atau wiraswasta menurut Priyono dan Soerata (2005) berasal dari kata “wira” yang berarti utama, gagah, luhur, berani atau pejuang; kata “swa” berarti sendiri; dan kata “sta” berarti berdiri. Dari asal katanya “swasta” berarti berdiri di atas kaki sendiri atau berdiri di atas kemampuan sendiri. Salim dan Salim (dalam kamus bahasa Indonesia, 2002), wirausaha didefinisikan sebagai orang yang memiliki kepandaian atau bakat untuk mengenali produk, menentukan

(6)

cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya serta mengatur permodalan operasinya.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan kewirausahaan adalah segala sesuatu yang diketahui seseorang mengenai kewirausahaan baik pengetahuan, ide, ataupun inovasi yang dapat memunculkan gagasan wirausaha dan memiliki kemampuan untuk mengenali kebutuhan konsumen.

2.2.2. Ciri-Ciri Wirausaha

Menurut Pearce (dalam Winardi, 2003), ada sejumlah ciri-ciri seorang wirausahawan, yaitu :

1. Komitmen dan determinasi yang tiada batas

Para wirausahawan bersedia untuk menginvestasikan waktu mereka untuk pekerjaan, mentolerir standar kehidupan yang lebih rendah, dan bahkan mengorbankan waktu berkumpul dengan keluarga.

2. Dorongan atau rangsangan yang kuat untuk mencapai prestasi

Para wirausahawan dirangsang oleh kebutuhan untuk melampaui hasil-hasil yang telah dicapai mereka pada masa lampau.

3. Orientasi ke arah peluang-peluang serta tujuan-tujuan

Para wirausahawan cenderung memusatkan perhatian mereka kepada peluang-peluang, kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi atau problem-problem yang menuntut pemecahan.

(7)

4. Lokus pengendalian internal (locus of control internal)

Para wirausahawan sangat yakin akan diri mereka sendiri. Mereka beranggapan bahwa merekalah yang mengendalikan nasib usaha mereka. 5. Toleransi terhadap ambiguitas

Para wirausahawan dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi secara tidak menentu, seperti pelanggan yang silih berganti, pendapatan dan pengeluaran yang tidak tetap, kemunduran atau kemajuan perusahaan.

6. Terampil dalam memperhitungkan resiko

Para wirausahawan mempersiapkan diri dan mengantisipasi problem-problem yang mungkin akan timbul; mereka mengkonfirmasi peluang yang ada, dan apa yang diperlukan untuk meraih keberhasilan; mereka menciptakan cara-cara untuk berbagi resiko dengan para rekanan mereka. Mereka berhati-hati dalam melaksanakan operasi perusahaan mereka.

7. Kebutuhan akan status dan kekuasaan kurang dirasakan

Kekuasaan memang diraih oleh seorang wirausahawan yan berhasil, tetapi mereka lebih memusatkan perhatian mereka pada peluang-peluang, para pelanggan, pasar dan persaingan.

8. Kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah

Para wirausahawan berusaha untuk memecahkan masalah yang menyangkut keberhasilan mereka. Mereka tidak terintimidasi oleh situasi-situasi sulit. Mereka dapat bersifat desisif (berani mengambil keputusan) dan mereka dapat menunjukkan kesabara apabila perspektif jangka panjang dianggap tepat. 9. Kebutuhan yang tinggi untuk mendapatkan umpan balik (feedback)

(8)

Para wirausahawan secara aktif mencari umpan balik atau informasi yang memungkinkan mereka untuk mempercepat kemajuan serta efektivitas mereka. Secara instinktif mereka membina hubungan dengan orang-orang untuk mendapatkan pelajaran atau pengaruh yang bermanfaat dari mereka.

2.2.3. Aspek-Aspek Kewirausahaan

Drucker (dalam Ifham, 2012) menjelaskan beberapa aspek wirausaha, yaitu :

1. Mampu menginderakan peluang usaha, yakni kemampuan melihat dan memanfaatkan peluang untuk mengadakan langkah-langkah perubahan menuju masa depan yang lebih baik.

2. Memiliki rasa percaya diri dan mampu bersikap positif terhadap diri sendiri dan lingkungannya, yakni berkeyakinan bahwa usaha yang dikelolanya akan berhasil.

3. Berperilaku pemimpin yaitu mampu mengarahkan, menggerakkan orang lain, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan usaha.

4. Memiliki inisiatif, kreatif dan inovatif, yaitu mempunyai prakarsa untuk menciptakan produk atau metode baru yang lebih baik dalam hal mutu atau jumlahnya, agar mampu bersaing.

5. Mampu bekerja keras, yaitu bekerja secara penuh energik, tekun dan tabah melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan tanpa mengenal putus asa.

6. Berpandangan luas dengan visi ke depan yang baik yaitu berorientasi pada masa depan dan dapat memperkirakan hal-hal yang dapat terjadi sehingga langkah-langkah yang diambil sudah dapat diperhitungkan.

(9)

7. Berani mengambil resiko yang diperhitungkan yaitu suka pada tantangan dan berani mengambil resiko walau dalam situasi dan kondisi yang tidak menentu. Resiko yang dipilih tentunya dengan perhitungan yang matang.Tanggap pada saran dan kritik, yaitu peduli dan peka terhadap kritik sebagai dorongan untuk berbuat lebih baik.

2.2.4. Proses Kewirausahaan

Proses wirausaha tidaklah sesederhana dan semudah yang digambarkan dalam definisi. Tantangan terbesar adalah pada tahap memulai wirausaha tersebut. Tahap ini dimulai dengan mendirikan usaha dan menjaga keberlangsungan hidupnya pada tiga tahun pertama (Banfe, dalam Ifham 2012). Pada masa ini semua yang indah-indah yang melekat dalam gambaran wirausaha yang sukses belum lagi diraih. Proses pendirian dituntut kepercayaan diri yang tinggi dan determinasi yang kuat. Tekanan psikologis yang datang pada tahap ini juga sangat besar. Semua itu membutuhkan kematangan pribadi pada diri wirausahawan agar mampu melewati saat-saat krisis ini dengan baik (Hidayat, dalam Ifham, 2012). Proses wirausaha selanjutnya tidak kalah beratnya.

Tantangan persaingan dan perubahan yang terjadi di masyarakat senantiasa menghantui kelancaran usaha. Menurut Hidayat (dalam Ifham, 2012), hal itu menciptakan berbagai tekanan psikologis yang berat, terus menuntut wiausahawan untuk mampu menghadapinya dengan baik. Kemampuan dalam membangun jaringan, berkomunikasi dan meyakinkan orang lain, kecermatan dalam membaca peluang usaha adalah kapasitas-kapasitas yang dibutuhkan oleh seorang wirausahawan.

(10)

Motivasi berprestasi yang tinggi dan determinasi diri yang disertai kemampuan komunikasi dan kemampuan interpersonal lainnya serta kemampuan manajerial sangat memegang peranan pada tahap ini. Tahap ini terasa lebih mudah karena wirausahawan mulai mendapatkan masukan dari masyarakat yang menggunakan jasa atau produknya. Masukan ini berupa uang dan penerimaan masyarakat yang memadai. Semakin besar masukan yang diperoleh, semakin besar kecenderungan untuk mengelola dan mengembangkan dan melembagakan usahanya.

2.2.5. Bidang-Bidang Kewirausahaan

Banyak orang menyangka bahwa kewirausahaan adalah hanya di dalam bidang usaha ekonomi saja. Akibatnya apabila mereka mendengar istilah kewirausahaan, maka bayangan mereka tertuju kepada soal-soal produksi, jasa dan niaga serta moneter. Sesungguhnya, kewirausahaan itu terdapat pada bermacam-macam bidang (Soemanto, 1984), yaitu :

1. Kewirausahaan dalam bidang usaha ekonomi

Untuk mencapai keberhasilan dalam aktivitas ekonomi memerlukan kualitas pribadi yang kuat untuk berusaha. Para pengusaha perlu memiliki sikap dan kemauan yang kuat untuk bekerja demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi pribadi dan masyarakat, memiliki semangat berpetualang dengan berani berspekulasi dan menghadapi persaingan, serta mampu mendayagunakan setiap sumber yang ada, bai material, personal, maupun finansial.

(11)

Kegiatan wirausaha di bidang usaha ekonomi bergerak dan bernaung dalam lembaga-lembaga ekonomi yang berupa perusahaan atau perseroan yang bergerak dalam bidang-bidang produksi dan jasa.

2. Kewirausahaan dalam bidang karir dan jabatan

Bidang karir dan jabatan ini berupa pegawai negeri dan swasta. Dalam karir mereka juga dilanda dengan persaingan. Faktor yang menentukan dalam pengembangan karir mereka adalah prestasi kerja. Untuk mencapai itu maka orang tersebut harus memiliki jiwa kewirausahaan, yaitu kepribadian yang kuat, sikap mental dan pribadi yang dinamis.

3. Kewirausahaan dalam bidang pendidikan

Untuk memajukan semua aspek kehidupan maka pendidikan merupakan kebutuhan setiap orang. Kenyataan yang ada bahwa pelajar dan mahasiswa kurang berusaha untuk meningkatkan prestasi belajar mereka; dalam meningkatkan prestasi belajar bersikap tergantung, kurang percaya diri dan pesimis. Salah satu akibatnya, mereka terpaksa melihat catatan kecil sewaktu ujian. Kenyataan ini menunjukkan bahwa banyak pelajar dan mahasiswa belum memiliki ciri-ciri kepribadian manusia wirausaha. Adapun inti kewirausahaan di bidang pendidikan adalah terletak dalam hal belajar mandiri yang dilandasi oleh sikap mental wirausaha.

4. Multi bidang kewirausahaan

Suatu bayangan yang ideal ialah adanya kondisi, dimana masing-masing orang dapat bergerak dan berkembang dalam satu bidang atau jenis kegiatan wirausaha. Tentu saja hal ini dapat terwujud apabila di dalam masyarakat terdapat

(12)

stabilitas segala aspek kehidupan manusia. Namun fakta di dalam kenyataan ternyata tidak demikian. Kehidupan manusia dihadapkan pada berbagai permasalahan dalam segala aspek kehidupan. Untuk menghadapi hal tersebut, manusia harus mengembangka diri melalui berbagai bidang kewirausahaan. Sebagai contoh seorang pengusaha harus berwirausaha dalam bidang usaha ekonomi, pendidikan, dan karir. Hal ini terpaksa dilakukan untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan yang penuh tantangan dan permasalahan (Soemanto, 1984). 2.3. Teori Minat Berwirausaha

2.3.1. Pengertian Minat Berwirausaha

Santoso (2003) menyatakan bahwa minat berwirausaha adalah gejala psikis untuk memusatkan perhatian dan berbuat sesuatu terhadap wirausaha itu dengan perasaan senang, karena membawa manfaat bagi dirinya maupun orang lain. Jadi dapat dikatakan bahwa minat berwirausaha adalah keinginan, ketertarikan, serta kesediaan individu melalui ide-ide yang dimiliki untuk bekerja keras atau berkemauan keras untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, tanpa merasa takut dengan resiko yang akan terjadi, dapat menerima tantangan, percaya diri, kreatif, dan inovatif serta mempunyai kemampuan dan keterampilanuntuk memenuhi kebutuhan.

Minat berwirausaha muncul disebabkan oleh berbagai faktor.Menurut para ahli faktor munculnya minat berwirausaha berasal dari faktor internal atau faktor dari dalam diri sendiri dan faktor ekternal atau faktor dari luar diri. Faktor pengetahuan kewirausahaan merupakan salah satu faktor ekternal yang mempengaruhi munculnya minat berwirausaha (Zimmerer, 2010).

(13)

2.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha

Menurut Hantoro (2006) minat seseorang terhadap suatu objek diawali dari perhatian seseorang terhadap objek tersebut. Minat merupakan sesuatu hal yang sangat menentukan dalam setiap usaha, maka minat perlu ditumbuh kembangkan pada diri setiap mahasiswa. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan tumbuh dan berkembang sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti :

1. Faktor Intrinsik adalah faktor-faktor yang timbul karena pengaruh rangsangan dari dalam diri individu itu sendiri.

a. Pendapatan

Penghasilan yang diperoleh seseorang baik berupa uang maupun barang. Berwiraswasta dapat memberikan pendapatan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keinginan untuk memperoleh pendapatan itulah yang dapat menimbulkan minatnya untuk berwirausaha. a. Harga Diri

Berwiraswasta digunakan untuk meningkatkan harga diri seseorang, karena dengan usaha tersebut seseorang akan memperoleh popularitas, menjaga gengsi, dan menghindari ketergantungannya terhadap orang lain. b. Perasaan Senang

Perasaan adalah suatu keadaan hati atau peristiwa kejiwaan seseorang, baik perasaan senang atau tidak senang. Perasaan erat hubungannya dengan pribadi seseorang, maka tanggapan perasaan senang berwiraswasta akan memunculkan minat berwiraswasta.

(14)

2. Faktor Ekstrinsik adalah faktor-faktor yang mempengaruhi individu karena pengaruh rangsangan dari luar.

a. Lingkungan Keluarga

Kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga yang lain. Keluarga merupakan peletak dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, disinilah yang memberikan pengaruh awal terhadap terbentuknya kepribadian. Minat berwirausaha akan terbentuk apabila keluarga memberikan pengaruh positif terhadap minat tersebut, karena sikap dan aktivitas sesama anggota keluarga saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung.

b. Lingkungan Masyarakat

Merupakan lingkungan di luar lingkungan keluarga baik di kawasan tempat tinggalnya maupun dikawasan lain. Misalnya seseorang yang tinggal didaerah yang terdapat usaha jasa elektronika atau sering bergaul dengan pengusaha elektronika yang berhasil akan menimbulkan minat berwirausaha bidang elektronika.

c. Peluang

Merupakan kesempatan yang dimiliki seseorang untuk melakukan apa yang dinginkannya atau menjadi harapannya.

d. Pendidikan dan pengetahuan

Di dapat selama masa kuliah dan merupakan modal dasar yang digunakan untuk berwiraswasta, juga keterampilan yang didapat selama di perkuliahan terutama dalam mata kuliah praktek (Adi,2002).

(15)

2.4. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Variabel Penelitan Alat Analisa Hasil 1 Hendra Wijayanto (2014) Pengaruh Efikasi Diri dan Lingkungan terhadap Niat Berwirausaha Mahasiswa (Studi pada Mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara) Independen : efikasi diri dan lingkungan Dependen : minat berwirausaha Regresi Linear Berganda Efikasi diri dan lingkungan secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap niat berwirausaha mahasiswa. 2 Suci Wulandari (2012) Pengaruh Efikasi Diri terhadap minat berwirausaha pada siswa kelas XII di SMK Negeri 1 Surabaya Independen : efikasi diri Dependen : minat berwirausaha Regresi Linear Berganda Efikasi diri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat berwirausaha pada siswa kelas XII di SMK Negeri 1 Surabaya. 3 Aprilianty, E. (2012) Pengaruh Kepribadian Wirausaha, Pengetahuan Kewirausahaan dan Lingkungan Terhadap Minat Berwirausaha Siswa Smk Muhammadiyah Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah Independen : kepribadian wirausaha, pengetahuan wirausaha, dan lingkungan Dependen : minat berwirausaha Regresi Linear Berganda Pengetahuan kewirausahaan berpengaruh sebesar 13,7% terhadap variabel minat berwirausaha 4 Rahmania, M., dan Efendi, M. Pengaruh Pengetahuan Kewirausahan, Independen : pengetahuan kewirausahaan, Regresi Linear Pengetahuan wirausaha secara parsial

(16)

Industry, Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XII Kompetensi Keahlian Pemasar Smkn Bisnis Dan Manajemen Kota Padang industri, dan motivasi berprestasi Dependen : minat berwirausaha minat berwirausaha siswa kelas XII

Sumber : Wijayanto (2014), Wulandari (2012), Aprilianty, E. (2012), Rahmania, M., dan Efendi, M. (2012).

2.5. Kerangka Konseptual

Efikasi diri memiliki peran terhadap minat berwirausaha mahasiswa, semakin tinggi rasa percaya diri mahasiswa dan kematangan mentalnya maka semakin tinggi perannya untuk membangkitkan minat berwirausaha mahasiswa. Greogory (2010) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan diri untuk mengetahui kemampuannya sehingga dapat melakukan suatu bentuk kontrol terhadap manfaaat orang itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan sekitarnya.

Pengetahuan kewirausahaan merupakan kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang baru melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif, sehingga dapat menciptakan ide-ide atau peluang dan dapat di manfaatkan dengan baik maka akan mendapatkan keuntungan yang besar (Ifham, 2012).

Minat berwirausaha muncul apabila seorang berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Menurut Hantoro (2005) minat seseorang terhadap suatu objek diawali dari perhatian seseorang terhadap objek tersebut. Minat merupakan sesuatu hal yang sangat menentukan dalam setiap usaha, maka

(17)

minat perlu ditumbuh kembangkan pada diri setiap mahasiswa. Adapun hal yang dapat mempengaruhi minat berwirausaha adalah efikasi diri dan pengetahuan kewirausahaan.

Wijayanto (2014) menunjukkan bahwa efikasi diri berpengaruh terhadap minat seseorang berwirausaha. Selain efikasi diri, faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap minat berwirausaha. Penelitian Wijayanto didukung oleh Wulandari (2012) yang menunjukkan bahwa efikasi diri berpengaruh terhadap minat berwirausaha.

Selain efikasi diri, pengetahuan wirausaha juga mempengaruhi minat wirausaha. Rahmania dan Efendi (2012) melakukan penelitian yang menguji variabel pengetahuan kewirausahaan, praktek kerja industri, dan motivasi berprestasi terhadap minat berwirausaha. Ketiga variabel tersebut menunjukkan pengaruh yang positif terhadap minat berwirausaha.

Dari rincian di atas, faktor efikasi diri dan pengetahuan kewirausahaan dalam diri seseorang akan mempengaruhi minat berwirausahanya. Jika efikasi diri tinggi dan ditunjang oleh pengetahuan kewirusahaan yang tinggi juga, maka minat berwirausaha seseorang semakin membesar.

(18)

Berdasarkan uraian tersebut maka kerangka konseptual dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Sumber : Wijayanto (2014), Wulandari (2012), Aprilianty, E. (2012), Rahmania, M., dan Efendi, M. (2012).

2.6. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2012) , “hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan”.

Dari kerangka konseptual diatas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini ialah efikasi diri dan pengetahuan kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap minat berwirausaha mahasiswa manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Efikasi Diri (X1) Pengetahuan Kewirausahaan (X2) Minat Wirausaha (Y)

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dalam mengembangkan sebuah portal yang dapat memberikan informasi secara cepat dan akurat terkait informasi manajemen berita kebencanaan diperlukan beberapa data tentang bencana

Dalam hal ini kami akan menyusun informasi tentang Joint Operating Body Pertamina – Petrochina East Java dengan aplikasi Company Profile berbasis multimedia,

Perbedaan Penelitian Persamaan Penelitian Peneltian Terdahulu Penelitian yang akan Dilakukan 1 Jessica Yolanda Berjudul “Pengaruh Penggunaan Smartphone (Blakberry)

Mes- kipun di sisi yang lain, reaktualisasi filsafat Islam, khususnya dalam rangka reintegrasi keilmuan di perguruan tinggi Islam menjadi sangat krusial mengingat umat

Audit Sistem Informasi (SI) / TI merupakan proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti untuk menentukan apakah sistem informasi dapat melindungi aset, teknologi

H3: Tanggung jawab moral berpengaruh positif dengan loyalitas Penelitian pertama yang dilakukan oleh Muniz dan O’Guinn (2001) menjelaskan bahwa komunitas merek merupakan

Mengenai hukuman bagi pelaku tabrak lari tidak diatur secara spesifik, kelalaian yang merupakan penyebab terjadinya kecelakaan diatur dalam pasal 310, dan seseorang yang

Proses pengendapan bentonit secara kimiawi dapat terjadi sebagai endapan sedimen dalam suasana basa (alkali), dan terbentuk pada cekungan sedimen yang bersifat basa, dimana