• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Darah 2.1.1Definisi Darah

Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang mengandung elektrolit. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 60 -80 % dari berat badan, dengan viscositas darah 4,5 kali lebih besar dari viscositas air. Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan terdiri dari dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Plasma darah yang meliputi 55 % volume darah (Sacher,2004).

Di dalam darah terdapat tiga macam elemen sel telur yaitu eritrosit, lekosit, dan trombosit. Tiga elemen tersebut mempunyai fungsi yang berbeda – beda satu dengan lainnya, begitu pula jangka waktu hidupnya tidak sama. Misalnya eritrosit kurang lebih 120 hari dan trombosit 3 – 5 hari oleh karena itu nilai normal dari ketiga elemen sel telur tersebut lebih konstan dalam keadaan fisiologis. Nilai normal dari pemeriksaan terhadap darah dipengaruhi oleh sejumlah faktor misalnya faktor umur, iklim, jenis kelamin dan genetika. (Sacher,2004).

Plasma terdiri dari 91 sampai 92% air yang berperan sebagai medium transport, dan 8 sampai 9% zat padat. Zat padat tersebut antara lain protein-protein seperti albumin, globulin, faktor-faktor pembekuan, dan enzim unsur organik seperti zat nitrogen nonprotein (urea, asam

(2)

urat, xantin, kreatinin, asam amino), lemak netral, fosfolipid, kolesterol, dan glukosa, dan unsur anorganik, berupa natrium, klorida, bikarbonat, kalsium, kalium, magnesium, fosfor, besi, dan iodium (Price, 2006 ) 2.1.2 Fungsi Darah

Fungsi utama darah adalah untuk transportasi,sel darah merah tetap berada dalam sistem sirkulasi dan mengandung pigmen pengangkut oksigen hemoglobin. Sel darah putih bertanggung jawab terhadap pertahanan tubuh dan diangkut oleh darah ke berbagai jaringan tempat sel-sel tersebut melakukan fungsi fisiologiknya. Trombosit berperan mencegah tubuh kehilangan darah akibat perdarahan dan melakukan fungsi utamanya di dinding pembuluh darah. Protein plasma merupakan pengangkut utama zat gizi dan produk sampingan metabolik ke organ-organ tujuan untuk penyimpanan atau ekskresi. Banyak protein besar yang tersuspensi di dalam plasma juga menarik perhatian ahli hematologi, terutama protein-protein yang berkaitan dengan pencegahan perdarahan melalui proses pembekuan darah (koagulasi). (Bakri,dkk, 2000)

2.1.3Transfusi Darah

a. Tinjauan Umum Transfusi Darah

Transfusi darah merupakan pemberian infus seluruh darah atau komponen darah dan satu individu (donor) ke individu lain (resipien) dengan syarat terjadi kecocokan antara antigen sel darah

(3)

merah donor dan antibodi plasma atau serum resipien sehingga tidak terjadi reaksi homolitik (Rahmawati B,2005).

Pelayanan transfusi darah dan pusat-pusat darah tergantung pada pendonor darah suka rela untuk memberikan darahnya kepada pasien yang membutuhkan.Untuk itu sangat penting diciptakan suatu kondisi yang menyenangkan , aman, nyaman bagi pendonor sehingga mereka dapat berpartisipasi secara terus-menerus. Lingkungan yang bersih, berventilasi dan petugas harus ramah, profesional dan terlatih (M.D.Richard H Walker,1993).

Setiap bank darah harus mempunyai kegiatan yang sesuai dengan Prosedur-prosedur Standart Operasi (SOP). harus menunjukkan praktek-praktek aktual dan mencakup aktivitas pada lokasi donor darah. Prosedur-prosedur tersebut harus mempunyai persyaratan pelayanan bank darah transfusi darah. Peraturan SOP meliputi :

1. Kriteria yang digunakan untuk menguji kelayakan pendonor darah.

2. Metoda tes pemeriksaan bertujuan untuk mendapatkan pendonor darah yang memenuhi persyaratan.

3. Metoda atau prosedur dan komponen – komponen yang berkaitan diberikan oleh pendonor darah.

(4)

4. Prosedur-prosedur pengambilan darah termasuk tindakan pencegahannya diperlukan untuk menyakinkan bahwa hanya volume yang memenuhi syarat yang harus diambil.

5. Prosedur-prosedur pengontrolan yang baik terhadap persediaan darah. reagen dan peralatan-peralatan yang digunakan dalam pengumpulan darah.(M.D. Richard H Walker, 1993).

b. Tujuan Utama Transfusi Darah Transfusi darah bertujuan :

a. Menambah jumlah darah yang beredar dalam badan orang sakit yang darahnya berkurang karena suatu sebab misalnya operasi, perdarahan, waktu melahirkan, kecelakaan hingga darahnya yang biasa 4 - 5 liter kurang menjadi 3 liter dan harus ditambah dengan transfusi.

b. menambah kemampuan darah dalam badan pasien untuk zat asam atau 02, misalnya untuk penyakit yang sel - sel darahnya tidak berfungsi.

(Masri Rustam, 1978). c. Persyaratan Pendonor

Salah satu sifat khusus dan transfusi darah adalah sumber untuk darah itu terbatas. Sumber itu adalah usia sendiri dan tidak semua orang bisa. menjadi donor.

Syarat bagi pendonor adalah :

(5)

2. Kadar Hb nya kurang lebih 12,5 gr%.

3. Wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan untuk memendonorkan darahnya.

4. Setiap orang bisa memendonorkan darahnya 3 – 6 bulan sekali berat badan minimal 45 kg dapat menyumbangkan darahnya sebanyak 350 ml,berat badan lebih dari 50kg dapat menyumbangkan darahnya sebanyak 450 ml.

5. Tekanan darah sistolik antara 100-160 mmHg dan tekanan darah diastolik antara 60-100 mmHg.

6. Tidak pernah menderita penyakit seperti TBC, siphilis, paru - paru, jantung, ginjal, hipertensi, hepatitis B dan kencing manis.

(Contreras Marcella,2003). 2.1.4 Produk - Produk Darah

Darah untuk keperluan transfusi dipisah–pisahkan dan komponen–komponennya dengan menggunakan suatu alat yang disebut centrifuge dingin. (Ag.Soemantri, Tatty Ermin Setiati,2009 ).

1. Whole Blood (Darah Lengkap)

Jenis darah ini digunakan untuk mengobati kehilangan darah akut. Darah lengkap ada tiga macam :

a. Fresh blood ( darah segar ), yang disimpan selama 4-6 jam. Darah ini mengandung faktor pembekuan yang lengkap,

(6)

termasuk faktor V dan VIII, tetapi memiliki bahaya penularan lues dan CMV (Cito Megalo Virus).

b. Darah baru yang disimpan dalam waktu 3-4 hari. Darah ini kandungan faktor pembekuan labilnya sudah hampir habis, tetapi kadar 2,3 —DPG di dalam eritrosit masih cukup tinggi, sehingga kemampuan melepas oksigen masih baik.

c. Darah simpan biasa ( Preserve Blood )

Darah simpan ini bergantung kepada pengawet yang dipakai maka lama hidup eritrosit darah simpan ini berda-beda. Darah CPD dapat disimpan sampai 21-28 hari, sedang darah CPD Adenin -1 dapat disimpan 28-35 hari. (Waterburry, Larry 2001).

2. Sel Darah Merah ( Eritrosit )

Eritrosit diberikan untuk memperbaiki kapasitas oksigen darah, sehingga komponen darah yang lain tidak perlu diberikan.

Eritrosit diberikan dalam bentuk :

a. Pocked Red Cell (sel darah merah pekat) b. Red Cell Suspention (suspensi eritrosit) c. Wased Red Cell (sel darah merah yang dicuci) 3. Trombosit

Pemberian trombosit sering kali diperlukan pada kasus perdarahan yang disebabkan oleh kekurangan trombosit. Pemberian trombosit yang berulang - ulang dapat menyebabkan pembentukan trombosit

(7)

antibodi, bila tidak diperiksa dulu trombosit antigen yang cocok. (Waterburry,Larry,2001)

4. Lekosit

Sediaan lekosit dapat diperoleh dengan cara Leukoforesa. Karena umur lekosit pendek maka lekosit untuk keperluan transfusi harus baru sedangkan sumber lekosit dapat dipergunakan darah lengkap atau darah biasa.

5. Plasma Darah

Plasma darah diperoleh dengan cara memisahkan darah lengkap dan elemen selulernya. Sumber plasma ini dapat berupa darah segar, darah yang sudah kedaluwarsa, dan plasma foresis donor. (Waterburry, Larry,2001)

2.2. Eritrosit (Sel Darah Merah)

Eritrosit adalah sel darah merah yang merupakan komponen darah dan tidak berinti serta tidak mempunyai organel seperti sel-sel lain.Eritrosit seolah-olah merupakan kantong untuk hemoglobin (Hb),Hb adalah protein eritrosit yang berfungsi dalam mentransport O2 ( A.V Hoffbrand,2006).

Jumlah sel darah merah kira-kira adalah 5 juta per milimeter kubik darah rata-rata orang dewasa, dan berumur 120 hari. Keseimbangan yang tetap dipertahankan antara kehilangan dan penggantian sel darah normal setiap hari sudah dijadikan dalil, bahwa pembentukan sel darah merah di rangsang oleh hormon glikoprotein, eritropoietin, yang dianggap berasal dari ginjal. Ada teori yang mengatakan, bahwa pembentukan eritropoietin

(8)

dipengaruhi oleh hipoksia jaringan yang di sebabkan oleh faktor-faktor seperti perubahan O2 atmosfir, berkurangnya kadar O2 darah arteri, dan

berkurangnya konsentrasi hemoglobin. Stem sel yang berperan pada pembentukan eritrosit menjadi sasaran eritropoietin dan memulai poliferasi dan pematangan sel-sel darah merah. Selanjutnya, pematangan bergantung pada jumlah zat-zat makanan yang cukup dan penggunaanya yang cocok (yaitu, vitamin B12, asam folat, protein-protein, enzim-enzim, dan mineral

serta logam-logam seperti besi dan tembaga) ( Price, 2006). 2.2.1 Eritropoiesis

Eritropoiesis adalah pembentukan sel darah merah di dalam sumsum tulang. Di tempat tersebut terdapat banyak sel pluripoten hemopoietik stem yang dapat membentuk berbagai sel darah. Sel-sel ini akan terus menerus direproduksi selama hidup manusia walaupun jumlahnya akan semakin berkurang sesuai dengan bertambahnya usia. (Ag.Soemantri,Tatty Ermin Setiati,2009 ).

Sel eritrosit yang paling awal dapat dikenal dalam sumsum tulang adalah pronormoblast yang pada pewarnaan biasa Romanowsky (misal Giemsa) merupakan sel besar dengan sitoplasma biru tua, nukleus di tengah dengan nukleoli dan kromatin yang sedikit mengelompok. Sekali pronormoblast terbentuk maka akan membelah beberapa kali sampai akhirnya terbentuk 8 sampai 16 sel-sel darah merah yang matur. Kemudian sel ini berkembang sebagai basofil eritroblast sebab dapat dicat dengan zat warna basa. Generasi

(9)

berikutnya disebut polikromatik eritroblast yang berisi hemoglobin lebih banyak (berwarna merah jambu). Sesudah terjadi pembelahan lainnya maka akan terbentuk lebih banyak hemoglobin dan sel-sel ini disebut orthokromatik eritroblast. Sitoplasma berwarna biru pucat karena kehilangan alat sintesa RNA dan alat proteinnya. sementara kromatin inti menjadi lebih padat. Nukleolus akhirnya dikeluarkan dan normoblas tua di dalam sumsum tulang dan terjadi stadium retikulosit. Sel ini memakan waktu 1-2 hari dalam sumsum tulang dan juga beredar dalam darah selama 1-2 hari sebelum matang terutama dalam limpa. Ketika RNA hilang sempurna dan terbentuk eritrosit matang yang berwarna merah jambu. (A.V. Hoffbrand, J.E.Petit,2006).

2.2.2 Bentuk dan Ukuran Eritrosit

Sel darah merah atau eritrosit normal berbentuk pelat, cakram bikonkaf yang tidak berinti dengan diameter kira-kira 8 mikron dan mempunyai ukuran ketebalan sebagai berikut : pada bagian yang paling tebal, tebalnya 2 mikron sedang pada bagian tengah tebalnya 1 mikron atau kurang. Volume rata - rata sel darah merah adalah 83 mikron kubik (A.V. Hoffbrand,2006).

Sel darah merah lunak dan lentur maka dalam perjalanannya melalui mikrosirkulasi konfigurasinya berubah. Dinding sel bagian luar yang mengandung protein yang terdiri dari antigen kelompok A dan B serta faktor Rh menentukan golongan darah seseorang. (Sylvia. A Price,1994).

(10)

2.2.3 Fungsi Eritrosit

Fungsi utama eritrosit adalah mengatur hemoglobin dan seterusnya mengangkut oksigen dan paru-paru ke jaringan dan kembali ke dalam darah vena dengan karbondioksida ke paru-paru. Ketika molekul hemoglobin memuat dan melepaskan oksigen. Masing – masing rantai oksigen dilepas, rantai-rantai betha tertarik terpisah memudahkan masuknya molekul 2,3 Di Phospo Glyserit (2,3- DPG) yang mengakibatkan rendahnya afinitas molekul untuk pengikatan oksigen.( A.V. Hoffbrand, 2006).

Sel darah merah atau eritrosit juga banyak sekali karbonik anhidrat yang akan mengakatalisis reaksi antara karbondioksida dan air, akan meningkatkan reaksi ini menjadi beberapa lipat. Sel-sel darah merah juga bertanggung jawab sebesar 50 % dalam penyangga asam basa. (Guyton, 1993).

2.2.4 Konsentrasi Sel-sel Darah Merah dalam Darah.

Pria normal jumlah rata-rata sel darah merah per milimeter kubik adalah 5.200.000 dan pada wanita normal jumlahnya 4.700.000. Jumlah sel-sel darah merah bervariasi pada kedua jenis kelamin dan pada perbedaan umur juga pada ketinggian tempat seseorang itu tinggal. (Guyton,1993 ).

2.2.5 Penghancuran Sel Darah Merah

Sel darah merah dihancurkan setelah umur rata-rata 120 hari ketika sel dipindahkan ke ekstravaskuler oleh sistem retikulo

(11)

endotelial (RE) teristimewa sumsum tulang tetapi juga dalam hati dan limfa. Metabolisme sel darah perlahan-lahan memburuk karena enzim tidak diganti sampai sel menjadi tidak mampu (mati). (A.V.Hoffbrand, J.E.Petit, 2006).

Eritrosit dapat juga lisis oleh obat dan infeksi. Kerentanan eritrosit terhadap hemolisis oleh zat ini ditingkatkan oleh difisiensi enzim glukosa 6—fosfat dehidrogenase (G6PD), yang mengkatalisis tahap awal dalam oksidase glukosa melalui lintasan heksosa monofosfat. Defisiensi G6PD parah juga menghambat pembunuhan bakteri granulosit dan memudahkan terjangkitnya penyakit ke infeksi parah.(W.F. Ganong, 1995).

2.3. Pemeriksaan Jumlah Eritrosit

Menghitung jumlah eritrosit dapat dilakukan dengan menggunakan cara manual dan automatik.Cara manual menggunakan volume yang kecil dan pengenceran yang tinggi memakan waktu dan ketelitiannya kurang,sehingga sekarang ini jarang digunakan sebelum ada cara automatik.Diagnosa manual masih sering dipakai namun hanya sedikit yang menunjukkan hasil yang teliti dan dapat dipercaya,pada umumnya pemeriksaan pemeriksaan manual memberikan hasil yang meragukan oleh karena itu dibuat alat hitung yang automatik.

Eritrosit diibaca menggunakan alat eletronic particle counter kemudian dilihat hasilnya. Memungkinkan jumlah eritrosit diukur dengan cepat dan teliti. Automatisasi tidak menghilangkan kesulitan mengenai

(12)

pengenceran sampel dan standarisasi alat, tetapi cara ini meningkatkan kecepatan pemeriksaan dan ketelitian dibanding cara manual. Karena penghitungan cara automatik ini mempunyai ketepatan tinggi dan kalkulator elektrik merupakan bagian dari instrumen. Sedangkan menghitung sel darah secara manual dengan memakai pipet dan kamar hitung tetap menjadi upaya penting dalam laboratorium klinik. (Frances K. Widman, 2000).

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Eritrosit Secara Invitro Selama Penyimpanan

1. Suhu

Umur eritrosit dalam tubuh ialah 120 hari. Sehingga tiap hari ± 1 % eritrosit musnah dan dibentuk yang baru,dalam keadaan yang tidak

alamiah seperti dalam botol atau plastik banyak equilibrium tidak ada, yang ada hanya penghancuran sel-sel tanpa ada peremajaan. Maka tujuan ―blood storage― dengan proses yang khusus adalah memperlambat penghancuran agar ketiadaan peremajaan dapat diatasi. Salah satu cara untuk itu adalah menyimpan darah pada suhu rendah (4°C) sehingga metabolisme dapat diperlambat, disamping pemberian cadangan kalori yaitu dekstrosa. Suhu maksimum untuk menyimpan darah adalah 10° C. Diatas suhu tersebut perusakan eritrosit berlangsung cepat. Yang optimal disimpan pada suhu 4° C ± 20 C. Suhu 0° C merusak karena terjadi pembekuan air yang dapat merusak membran sel.

(13)

Alat pendingin yang optimal yaitu special blood refrigerator yang dilengkapi dengan termometer pencatat suhu autometik alarm dan kipas. Biasanya menggunakan double door dengan kondisi ini dapat dengan aman menyimpan CPDA -1 dalam 35 hari. (Masri Rustam. 1978).

2. PH

Darah ditampung dalam penampung yang berisi media perlindungan terhadap darah donor normal dengan pH 7,4 maka pH darah akan berubah selama masa penyimpanan. Dalam suasana alkali dari darah CPDA -1 membuat 23-DFG eritrosit lebih awet. (Wagener. 1980).

3. Zat Pengawet (Antikoagulan)

Baik untuk keperluan rujukan maupun keperluan pemeriksaan tertentu kadang - kadang memerlukan darah yang tetap dalam keadaan tidak membeku,untuk keperluan tersebut ada beberapa tindakan yang harus dilakukan yaitu:

a. Mempergunakan antikoagulan bahan yang dapat mengikat ion kalsium sehingga darah tidak dapat (membeku).

b. Membuat darah defibrinasi (mengaduk-aduk darah dengan butiran gelas sehingga seluruh fibrin akan melekat pada butiran gelas tesebut dan darah dalam keadaan cair).

c. Mempergunakan peralatan yang dilapisi dengan silikon sehingga mencegah aktivitas faktor XII dan adesi trombosit pada dinding gelas.

Darah membeku bila diluar tubuh apabila didiamkan bekuan akan mengerut dan serum akan terperas keluar. (E.N. Kosasih 2004).

(14)

Mencegah terjadinya penggumpalan dan menghemat nutrisi dalam melanjutkan metabolisme dan stabilitas sel darah selama penyimpanan maka digunakan antikoagulan transfusi darah berupa :

a. Natrium citrat (larutan 3,4 - 3,8 %)

Bersifat isotonik terhadap eritrosit pada perbandingan 1 volume Na Citrat : 4 volume darah. Tidak toksik sehingga dalam keadaan steril dapat langsung dalam semprit. Dengan darah ini dapat disimpan 2-3 hari pada suhu 4°C. Dilengkapi dengan membubuhkan dexstrosa atau glukosa bahari metabolisme bagi eritrosit.

b. ACD (Acid Citrat Dexstrosa)

Antikoagulan ini merupakan campuran dan glukosa, trisodium citrat, asam citrat diencerkan dengan aquades. Darah ACD dapat disimpan sampai 21 hari pada temperatur ± 4°C glukosanya berguna sebagai makanan untuk pertukaran zat dan eritrosit. Aturan pemakaian 1 ml ACD untuk 4 ini. Darah ACD yang disimpan selain 5 hari penurunan kadar 2,3-DPG dapat mencapai 20 %, yang menentukan oksigen afinitas dan eritrosit yaitu semakin rendah kadar 2,3 DFG makin tinggi afinitas oksigen dan eritrosit. Selama 14 hari 90% eritrositnya masih bertahan hidup, dan ini akan turun menjadi 70 % setelah disimpan selama 21 hari. Kecuali itu terjadi perubahan-perubahan pH, kadarK+, Na+, amoniak, asam laktat, dan kemampuan melepaskan oksigen kejaringan, sangat minimal. (Wagener, 1980).

(15)

c. CPD dan CPDA-1

Antikoagulan untuk darah donor yang bisa bertahan 21-28 hari pada suhu 1-6°C. Pemeliharaan ATP selama penyimpanan berhubungan dengan viabilitas setelah transfusi. Antikoagulan ini berisi Trisodium sitrat, asam sitrat, dekstrosa, monosodium phospat, sedang CPDA-1 ditambahkan adenin. Dekstrosa memberikan sejumlah bantuan terus menerus bagi perbaikan ATP. CPD dan CPDA-1 terdiri dan 20 g/l dekstrosa. Penambahan adenin pada CPDA-1 akan menghemat substrat dan sel darah merah dalam sintesa ATP. Viabilitas sel darah merah lebih baik dibandingkan CPD tanpa adenin. Kuantitas asam sitrat dan trisodium sitrat pada larutan CPD dan CPDA-1 sama sehingga pengeluaran ion K dapat ditekan sehinga membuat 2.3-DPG eritrosit lebih awet. Tambahan sitrat juga menghambat terjadinya glikolisis, sedangkan sodium biphospat mempertahankan pH tinggi (alkali) selama penyimpanan. Pemberian antikoagulan ini sebanyak 1,4 ml untuk 10 ml darah, 63 ml dalam standart plastik bag adalah 450 ± 10 % darah (405-495 ml). Jika volumenya kurang (300-404 ml) sel darah merah dapat digunakan tetapi harus bersegel. bertuliskan Unit Volume Rendah. (M.D Richard H Walker, 1993).

d. Heparin

Hanya dipergunakan kalau dalam waktu yang singkat harus diberikan sejumlah besar darah. Darah heparin hanya bertahan dalam beberapa waktu saja dalam vitro. (Soebrata,2007).

(16)

4. Lama Penyimpanan

Tabel 1.1 waktu penyimpanan darah donor berdasarkan jenis pengawetnya Jenis Pengawet Lama Simpan

ACD (Acid Citrat Dextrose) 21 hari CPD (Citrat Phospat Dextrose) 28 hari CPDA-1 (Citrat Phospat Dextrose Adenin) 35 hari (Rahmawati B,2005)

Apabila darah donor disimpan dalam waktu tertentu dapat Mempengaruhi hasil. Pemeriksaan terhadap jumlah eritrosit. dimana terjadi penurunan kadar 2.3-DPG yang fungsinya menentukan afinitas oksigen dan eritrosit yaitu makin rendah kadar 2,3-DPG makin tinggi afinitas oksigen dan eritrosit.

Umur eritrosit dalam tubuh ialah 120 hari. Sehingga tiap hari ± 1 % eritrosit musnah dan dibentuk yang baru,dalam keadaan yang tidak alamiah seperti dalam botol atau plastik banyak equilibrium tidak ada, yang ada hanya penghancuran sel-sel tanpa ada peremajaan. Maka tujuan ―blood storage― dengan proses yang khusus adalah memperlambat penghancuran agar ketiadaan peremajaan dapat diatasi.Sel darah merah yang telah disimpan selama 30 hari,dalam 24 jam 25% akan rusak dan keluar dari sirkulasi,sedangkan sisanya akan mengalami kerusakan lebih dari 1% perhari,ini diduga karena setelah penyimpanan jangka panjang sel darah merah yang muda akan lebih cepat rusak dari pada sel darah merah yang telah sempurna pembentukannya.( Masri Rustam,1978)

(17)

Perubahan-perubahan sel darah merah darah, salah satunya viabilitas eritrosit yang menurun setiap hari sebagai akibat penurunan kadar ATP. Setelah transfusi,eritrosit donor yang rusak segera disingkirkan oleh tubuh resipien.Eritrosit yang dapat melewati 24 jam pertama setelah transfusi akan mempunyai kelangsungan hidup yang normal. Kriteria viabilitas yang adekuat dari darah yang disimpan apabila kelangsungan hidup eritrosit sebanyak 70% setelah 24 jam pasca transfusi. Makin lama darah disimpan makin banyak sel darah merah yang dihancurkan dan makin kecil jumlah sel darah merah yang dapat bertahan hidup (Richard. H. Walker M.D, 1993).

Gambar 2.1

1) Eritrosit normal gambar, 2) Eritrosit mulai hancur

Gambar 2.2 Eritrosit mengalami penghancuran

(18)

5. Ketrampilan Pemeriksa

Sebagai seorang analis ketrampilan dalam melakukan pemeriksaan akan mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan, seorang analis yang bekerja di laboratorium kesehatan dituntut untuk memiliki ketrampilan baik penguasaan materi pemeriksaan (teori dan praktek) serta ditunjang oleh peralatan yang modern, sehingga dalam melakukan pemeriksaan hasil yang diperoleh menggambarkan keadaan pasien yang sesungguhnya.

2.5. Kerangka Teori

2.6. Kerangka Konsep

2.7. Hipotesis

Ada pengaruh lama penyimpanan darah donor terhadap jumlah eritrosit pada hari ke-0,1, 7, 14, 21,28 dan 35 hari.

Darah Simpan Dengan CPDA-1 Jumlah Eritrosit / mm3 Jumlah Eritrosit Anti Koagulan 1. NaCitrat 2. ACD 3. CPD, dan CPDA-1 Cara-cara penghitungan jumlah eritrosit : 1. Cara manual 2. Cara automatik Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit secara invitro:

1. Suhu 2. PH 3. Zat Pengawet (Anti Koagulan) 4. Lama penyimpanan 5. Ketrampilan pemeriksa

Gambar

Tabel 1.1  waktu penyimpanan darah donor berdasarkan jenis pengawetnya
Gambar 2.2 Eritrosit mengalami penghancuran

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Menurut ketentuan Bank Indonesia indikator untuk menilai risiko kredit dalam suatu bank yaitu dengan menggunakan Non Performing Loan (NPL). Angka ini menunjukkan

12 Kesepakatan untuk meningkatkan harga setinggi-tingginya demi mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya akan merugikan konsumen dikarenakan diantara pelaku usaha

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan siswa kelas XI SMA Surya Murni Pematangsiantar dalam mengembangkan kemampuan menulis

Analgesik merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri. Walaupun analgesik dapat menghilangkan nyeri dengan efektif , perawat dan dokter masih cenderung tidak melakukan

Insidensi tumor pada kelompok perlakuan ekstrak dosis 250 mg/kg BB mencapai 4/10 dalam waktu 16 minggu, artinya hanya 4 ekor tikus yang terkena tumor mamae (n=10).. Adapun

Menurut Sutherland 8 merumuskan: ”The Body of Knowledge regarding crime as social Phenomenon”; kriminologi sebagai keseluruhan ilmu pengetahuan yang bertalian

Penulis tertarik untuk menganalisis pertimbangan hukum hakim konstitusi dalam putusan Mahkamah Konstitusi terkait asas nemo judex idoneus in propria causa yang selanjutnya