• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LKPD INTERAKTIF BERBASIS LIVEWORKSHEETS PADA TOPIK HIDROLISIS GARAM UNTUK MENGIDENTIFIKASI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN LKPD INTERAKTIF BERBASIS LIVEWORKSHEETS PADA TOPIK HIDROLISIS GARAM UNTUK MENGIDENTIFIKASI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK SMA"

Copied!
275
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN LKPD INTERAKTIF BERBASIS LIVEWORKSHEETS

PADA TOPIK HIDROLISIS GARAM UNTUK MENGIDENTIFIKASI

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK SMA

HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

Disusun oleh:

Novena Tesalonika Rasuh NIM: 171444008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PADA TOPIK HIDROLISIS GARAM UNTUK MENGIDENTIFIKASI

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK SMA

Oleh:

Novena Tesalonika Rasuh NIM: 171444008

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing

(3)

ii

SKRIPSI

PENGEMBANGAN LKPD INTERAKTIF BERBASIS LIVEWORKSHEETS

PADA TOPIK HIDROLISIS GARAM UNTUK MENGIDENTIFIKASI

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

HALAMAN PENGESAHAN

Disusun oleh: Novena Tesalonika Rasuh

NIM: 171444008

Telah dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Pada Tanggal : 12 Juli 2021

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Susunan Panitia Penguji:

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd ... Sekretaris : Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D ... Anggota : Johnsen Harta, M.Pd ... Anggota : Risnita Vicky Listyarini, M.Sc ... Anggota : Fransisca Ditawati Nur Pamenang, S.Pd., M.Sc ...

Yogyakarta, 12 Juli 2021

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(4)

iii

HALAMAN MOTTO

You don’t have to be great to start,

but you have to start to be great.

(5)

iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Yogyakarta, 12 Juli 2021 Penulis

Novena Tesalonika Rasuh Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

(6)

v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Novena Tesalonika Rasuh

NIM : 171444008

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“Pengembangan LKPD Interaktif Berbasis Liveworksheets

pada Topik Hidrolisis Garam untuk Mengidentifikasi

Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik SMA”

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 12 Juli 2021 Penulis

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Pengembangan LKPD Interaktif Berbasis Liveworksheets Pada Topik Hidrolisis Garam Untuk Mengidentifikasi Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik SMA” dapat diselesaikan dengan baik.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang membantu penyelesaian studi dan skripsi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Sanata Dharma yang memberikan izin untuk melakukan penelitian ini.

2. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D. sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Kimia yang memberikan izin untuk melakukan penelitian in. 3. Bapak Johnsen Harta, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang selalu

memberikan motivasi, bimbingan, dan dukungan tanpa henti dari awal sampai akhir penyusunan skripsi.

4. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D. dan Ibu Risnita Vicky Listyarini, M.Sc. selaku validator produk dan instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

5. Bapak Frienki Eleven, S.T. selaku guru Kimia dan validator produk serta instrumen penelitian di SMA Stella Duce Bambanglipuro yang mendukung proses pelaksanaan penelitian di sekolah.

6. Bapak Thomas Seta Nugraha, S.Pd. selaku Kepala SMA Stella Duce Bambanglipuro yang telah memberikan izin untuk pelaksanaan penelitian di SMA Stella Duce Bambanglipuro.

7. Ibu Fransisca Ditawati N. P., S.Pd., M.Sc. selaku Kepala Laboratorium Kimia, Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sanata Dharma yang telah memberi ijin penggunaan Laboratorium untuk penelitian ini.

(8)

vii

8. Staff dan Karyawan Universitas Sanata Dharma, khususnya di Program Studi Pendidikan Kimia.

9. Yayasan Pendidikan Lokon yang memberikan dukungan moril dan materiil selama penelitian berlangsung.

10. Keluarga besar di Manado yang memberikan dukungan dan motivasi terus menerus dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabatku (Ester, Esther, Lia, Mea, Nadie, Rice, Stella, Tanika, dan Umbu) yang selalu memberi tawa dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Kimia angkatan 2017 yang sama-sama berjuang dari awal sampai akhir.

13. Pihak-pihak lain yang ikut berkontribusi dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat menyempurnakan penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pihak lain yang bersangkutan.

Yogyakarta, 12 Juli 2021 Penulis

(9)

viii

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LKPD INTERAKTIF BERBASIS LIVEWORKSHEETS PADA TOPIK HIDROLISIS GARAM UNTUK MENGIDENTIFIKASI

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK SMA

Novena Tesalonika Rasuh Universitas Sanata Dharma

2021

Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam belajar kimia Kurikulum 2013. LKPD berperan sebagai perangkat belajar yang dapat digunakan untuk melatih kemampuan berpikir kritis tersebut. Pembelajaran hidrolisis garam di SMA Stella Duce Bambanglipuro belum pernah menggunakan LKPD. Selama ini, guru hanya menggunakan soal studi kasus untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dengan hasilnya belum maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menghasilkan produk berupa LKPD Interaktif berbasis Liveworksheets pada topik hidrolisis garam mengikuti model ADDIE; (2) mengetahui validitas, kepraktisan, dan efektivitas produk; dan (3) mengetahui hasil identifikasi kemampuan berpikir kritis peserta didik pada topik hidrolisis garam. Jenis penelitian ini adalah Research & Development (R&D) yang menggunakan model pengembangan ADDIE (Lee & Owens, 2004). Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar wawancara, lembar validasi, instrumen tes kemampuan berpikir kritis, lembar observasi, dan angket respon peserta didik. Sampel penelitian ini adalah 13 peserta didik kelas XI IPA. Analisis data penelitian menggunakan stastitik Aiken’s V dan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) produk yang dikembangkan cocok dengan model pengembangan ADDIE karena memiliki tahapan yang sistematis dan efektif dalam mengembangkan LKPD interaktif; (2) produk memenuhi kriteria sangat valid dengan rata-rata persentase sebesar 97,45% (aspek media) dan 97,64% (aspek materi), praktis dengan rata-rata persentase sebesar 78,33%, dan cukup efektif dengan rata-rata persentase sebesar 53,85% yang disebabkan oleh ketercapaian kompetensi peserta didik yang belum maksimal; dan (3) kemampuan berpikir kritis peserta didik tergolong rendah pada topik hidrolisis garam dengan rata-rata persentase sebesar 21%. Produk yang dikembangkan dapat digunakan dalam mendukung pembelajaran hidrolisis garam.

Kata Kunci : LKPD Interaktif berbasis Liveworksheets, Hidrolisis Garam,

(10)

ix

ABSTRACT

DEVELOPMENT OF LIVEWORKSHEETS-BASED INTERACTIVE STUDENT’S WORKSHEET ON THE TOPIC OF SALT

HYDROLYSIS TO IDENTIFY CRITICAL THINKING ABILITY OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS

Novena Tesalonika Rasuh Sanata Dharma University

2021

Critical thinking is one of the abilities required by students in chemistry learning of 2013 Curriculum. Student’s worksheet acts as learning material that can be used to practice critical thinking. Salt hydrolysis learning at SMA Stella Duce Bambanglipuro never used student’s worksheet. So far, teacher only used case studies to measure critical thinking ability and the results not yet maximized. This research aims to: (1) create product of Liveworksheets-based Interactive student’s worksheet on the topic of salt hydrolysis following ADDIE model; (2) know the validity, practicality, and effectiveness of product; and (3) identify student’s critical thinking ability on salt hydrolysis. This study is Research and Development (R&D) that using ADDIE development model (Lee & Owens, 2004). The research instruments were interview sheet, validation sheets, critical thinking test instrument, observation sheet, and student response questionnaire. This research sample was 13 students of class XI High School. Data were analyzed using Aiken’s V statistic and descriptive. The results showed: (1)the product developed is suitable with ADDIE development model because its systematic and effective stages in developing interactive student's worksheet; (2) product has fullfilled the very valid criteria with average percentage of 97.45% (media aspect) and 97.64% (content aspect), practically with average percentage of 78.33%, and quite effective with percentage of 53.85% caused by student’s competence achievement has not been maximized; and (3) student’s critical thinking ability is relatively low on the topic of salt hydrolysis with average percentage of 21%. This product can be used to support salt hydrolysis learning.

Keywords : Liveworksheets-based Interactive Student’s Worksheet, Salt Hydrolysis, Critical Thinking Ability

(11)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORI ... 6

A. Landasan Teori ... 6

1. LKPD Interaktif Berbasis Liveworksheets ... 6

2. Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Kimia ... 10

3. Hidrolisis Garam ... 11

B. Penelitian Relevan ... 19

C. Kerangka Berpikir ... 21

BAB III METODE PENELITIAN... 23

A. Jenis Penelitian ... 23

B. Desain Penelitian ... 24

1. Tahap Analisis (Analysis)... 24

2. Tahap Perancangan (Design) ... 24

3. Tahap Pengembangan (Development) ... 26

4. Tahap Implementasi (Implementation) ... 27

5. Tahap Evaluasi (Evaluation) ... 27

C. Variabel Penelitian ... 28

D. Sampel Penelitian ... 28

E. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28

F. Metode Pengumpulan Data ... 28

G. Instrumen Penelitian ... 30

1. Lembar Wawancara... 30

2. Lembar Validasi ... 30

3. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis dalam LKPD Interaktif Berbasis Liveworksheets ... 31

4. Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kritis... 32

(12)

xi

H. Metode Analisis Data ... 32

1. Analisis Hasil Validasi Produk berupa LKPD Interaktif Berbasis Liveworksheets... 33

2. Analisis Instrumen Penelitian... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Hasil Penelitian ... 37

1. Hasil Analisis (Analysis) ... 37

2. Hasil Perancangan (Design) ... 38

3. Hasil Pengembangan (Development) ... 56

4. Hasil Implementasi (Implementation) ... 68

5. Hasil Evaluasi (Evaluation) ... 72

B. Pembahasan ... 76

1. Pengembangan LKPD Interaktif Berbasis Liveworksheets menggunakan Model ADDIE ... 76

2. Validitas, Kepraktisan, dan Efektivitas LKPD Interaktif Berbasis Liveworksheets... 79

3. Identifikasi Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik selama menggunakan LKPD Interaktif Berbasis Liveworksheets ... 81

4. Keunggulan Penelitian ... 85

5. Keterbatasan Penelitian ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 87

A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 11

Tabel 3.1 Kriteria Validasi LKPD Interaktif Berbasis Liveworksheets ... 33

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Validitas Berdasarkan Skala Aiken’s V ... 34

Tabel 3.3 Kriteria Validasi Lembar Observasi dan Angket Respon Peserta Didik ... 35

Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik ... 35

Tabel 3.5 Kriteria Efektivitas LKPD Interaktif Berbasis Liveworksheets ... 36

Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Kepraktisan LKPD Interaktif Berbasis Liveworksheets ... 36

Tabel 4.1 KD, IPK, dan Tujuan Pembelajaran Hidrolisis Garam ... 39

Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Analisis Validasi Produk dari Aspek Media ... 57

Tabel 4.3 Hasil Revisi Produk dari Aspek Media ... 58

Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Analisis Validasi Produk dari Aspek Materi ... 59

Tabel 4.5 Hasil Revisi Produk dari Aspek Materi ... 60

Tabel 4.6 Rangkuman Hasil Analisis Validasi Instrumen Tes dalam LKPD Interaktif Berbasis Liveworksheets ... 63

Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Analisis Validasi Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kritis ... 65

Tabel 4.8 Rangkuman Hasil Analisis Validasi Lembar Angket Respon Peserta Didik ... 67

Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik ... 69

Tabel 4.10 Rangkuman Hasil Analisis Efektivitas LKPD Interaktif Berbasis Liveworksheets ... 70

Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Analisis Kepraktisan LKPD Interaktif Berbasis Liveworksheets ... 71

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian ... 22

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian Pengembangan Berdasarkan Model ADDIE ... 23

Gambar 4.1 Tampilan Awal PPt ... 40

Gambar 4.2 Slide 1 PPt Materi Hidrolisis Garam ... 40

Gambar 4.3 Slide 2 s.d. 8 PPt Materi Hidrolisis Garam ... 41

Gambar 4.4 Slide 9 PPt Materi Hidrolisis Garam ... 42

Gambar 4.5 Penyimpan PPt Materi Hidrolisis Garam ... 42

Gambar 4.6 PPt diunggah ke dalam OneDrive ... 42

Gambar 4.7 Pengambilan Video Eksperimen di Laboratorium Kimia, Prodi Pendidikan Kimia Universitas Sanata Dharma ... 43

Gambar 4.8 Pengeditan Video dengan Movie Maker ... 43

Gambar 4.9 Ekspor Video dengan Format mp4... 44

Gambar 4.10 Pengunggahan Video ke dalam Youtube ... 44

Gambar 4.11 Pembuatan Berkas Google Form Baru ... 45

Gambar 4.12 Pengeditan Judul Berkas Google Form ... 45

Gambar 4.13 Fitur Unggah Jawaban Peserta Didik Menggunakan Google Form ... 45

Gambar 4.14 Tautan Google Form ... 46

Gambar 4.15 Perancangan Sampul dan Keseluruhan Tampilan LKPD Menggunakan Canva ... 46

Gambar 4.16 Beranda Masuk Liveworksheets ... 47

Gambar 4.17 Tampilan Liveworksheets untuk Membuat LKPD ... 47

Gambar 4.18 Tempat Mengunggah Berkas ... 47

Gambar 4.19 Halaman Pengeditan LKPD ... 48

Gambar 4.20 Cara Menambahkan Kotak Jawaban ... 48

Gambar 4.21 Cara Mengatur Posisi dan Menghapus Kotak ... 49

Gambar 4.22 Cara Copy Paste Kotak Jawaban ... 49

Gambar 4.23 Menu Preview untuk Melihat Tampilan LKPD ... 49

Gambar 4.24 Pengaturan Jenis dan Ukuran Huruf... 50

Gambar 4.25 Penambahan Berkas PPt ke dalam LKPD ... 50

Gambar 4.26 Pengaturan Ukuran Kotak PPt... 51

Gambar 4.27 Penambahan Video ke dalam LKPD ... 51

Gambar 4.28 Kode yang digunakan untuk Menghubungkan Soal dan Jawaban ... 52

Gambar 4.29 Tampilan Fitur Join with Arrows ... 52

Gambar 4.30 Kode yang digunakan untuk Fitur Multiple Choice ... 52

Gambar 4.31 Kode untuk Fitur Drag and Drop ... 53

Gambar 4.32 Tampilan Fitur Drag and Drop ... 53

Gambar 4.33 Kode yang digunakan untuk Fitur Add Links ... 54

Gambar 4.34 Menu Save untuk Menyimpan Dokumen ... 54

Gambar 4.35 Tampilan Penyimpanan Dokumen LKPD... 55

Gambar 4.36 Tampilan Pengaturan Lanjutan LKPD ... 55

Gambar 4.37 Modifikasi Tautan yang dapat dibagikan ... 55

(15)

xiv

Gambar 4.39 Penambahan Contoh Soal dan Cara Penyelesaian dalam

Slide 9 PPt ... 60

Gambar 4.40 Halaman Sampul ... 72

Gambar 4.41 Halaman KD, IPK, dan Tujuan Pembelajaran ... 73

Gambar 4.42 Halaman Petunjuk Pengerjaan ... 73

Gambar 4.43 Halaman Pengantar ... 74

Gambar 4.44 Slide 1 PPt ... 74 Gambar 4.45 Slide 2 PPt ... 74 Gambar 4.46 Slide 3 PPt ... 74 Gambar 4.47 Slide 4 PPt ... 74 Gambar 4.48 Slide 5 PPt ... 75 Gambar 4.49 Slide 6 PPt ... 75 Gambar 4.50 Slide 7 PPt ... 75 Gambar 4.51 Slide 8 PPt ... 75 Gambar 4.52 Slide 9 PPt ... 75 Gambar 4.53 Slide 10 PPt ... 75

Gambar 4.54 Halaman Uji Kompetensi Soal 1 ... 75

Gambar 4.55 Halaman Uji Kompetensi Soal 2 ... 75

Gambar 4.56 Halaman Uji Kompetensi Soal 3 dan Soal 4 ... 76

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus Kimia Kelas XI Semester Genap Tahun 2020/2021 ... 94 Lampiran 2. Kisi-kisi Lembar Wawancara ... 99 Lampiran 3. Lembar Wawancara ... 100 Lampiran 4. Hasil Wawancara dengan Guru Kimia Kelas XI SMA Stella

Duce Bambanglipuro ... 102 Lampiran 5. Kisi-kisi Lembar Validasi Media LKPD Interaktif Berbasis

Liveworksheets ... 105 Lampiran 6. Lembar Validasi Media LKPD Interaktif Berbasis

Liveworksheets ... 106 Lampiran 7. Kisi-kisi Lembar Validasi Materi LKPD Interaktif Berbasis

Liveworksheets ... 109 Lampiran 8. Lembar Validasi Materi LKPD Interaktif Berbasis

Liveworksheets ... 110 Lampiran 9. Kisi-kisi Lembar Validasi Instrumen Tes Berpikir Kritis

Pada Topik Hidrolisis Garam ... 113 Lampiran 10. Lembar Validasi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Pada Topik Hidrolisis Garam ... 114 Lampiran 11. Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis Pada Topik

Hidrolisis Garam, Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran,

serta Rubrik Penskoran ... 123 Lampiran 12. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis Pada Topik

Hidrolis Garam ... 133 Lampiran 13. Kisi-kisi Lembar Validasi untuk Lembar Observasi

Kemampuan Berpikir Kritis ... 134 Lampiran 14. Lembar Validasi untuk Lembar Observasi Kemampuan

Berpikir Kritis ... 135 Lampiran 15. Kisi-kisi Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kritis

Peserta Didik ... 137 Lampiran 16. Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik .... 138 Lampiran 17. Kisi-kisi Lembar Validasi Angket Respon Peserta Didik

terhadap Penggunaan LKPD Interaktif Berbasis

Liveworksheets ... 142 Lampiran 18. Lembar Validasi Angket Respon Peserta Didik terhadap

Penggunaan LKPD Interaktif Berbasis Liveworksheets ... 143 Lampiran 19. Kisi-kisi Angket Respon Peserta Didik terhadap Penggunaan

LKPD Interaktif Berbasis Liveworksheets ... 146 Lampiran 20. Lembar Angket Respon Peserta Didik terhadap Penggunaan

LKPD Interaktif Berbasis Liveworksheets ... 147 Lampiran 21. Hasil Validasi Media LKPD Interaktif Berbasis Liveworksheets

Pada Topik Hidrolisis Garam ... 149 Lampiran 22. Hasil Validasi Materi LKPD Interaktif Berbasis Liveworksheets

Pada Topik Hidrolisis Garam ... 163 Lampiran 23. Hasil Validasi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis

(17)

xvi

Lampiran 24. Hasil Validasi Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik ... 207 Lampiran 25. Hasil Validasi Lembar Angket Respon Peserta Didik terhadap

Penggunaan LKPD Interaktif Berbasis Liveworksheets Pada

Topik Hidrolisis Garam ... 219 Lampiran 26. Hasil Analisis Jawaban Peserta Didik dalam LKPD Interaktif

Berbasis Liveworksheets ... 232 Lampiran 27. Hasil Analisis Observasi Kemampuan Berpikir Kritis

Peserta Didik ... 233 Lampiran 28. Hasil Analisis Angket Respon Peserta Didik terhadap

Penggunaan LKPD Interaktif Berbasis Liveworksheets Pada

Topik Hidrolisis Garam ... 239 Lampiran 29. Surat Izin Wawancara di SMA Stella Duce Bambanglipuro ... 240 Lampiran 30. Surat Izin Penelitian di SMA Stella Duce Bambanglipuro ... 241 Lampiran 31. Surat Sudah Melakukan Penelitian di SMA Stella Duce

Bambanglipuro ... 242 Lampiran 32. Dokumentasi Kegiatan Wawancara dengan Guru Kimia Kelas

XI IPA SMA Stella Duce Bambanglipuro ... 243 Lampiran 33a. Dokumentasi Pertemuan Pertama Uji Coba Terbatas Produk

Secara Daring dari Sekolah ... 244 Lampiran 33b. Dokumentasi Pertemuan Pertama Uji Coba Terbatas Produk

Secara Daring dari Rumah ... 244 Lampiran 34a. Dokumentasi Pertemuan Kedua Uji Coba Terbatas Untuk

Presentasi Kelompok 1 melalui Zoom ... 245 Lampiran 34b. Dokumentasi Pertemuan Kedua Uji Coba Terbatas Untuk

Presentasi Kelompok 2 melalui Zoom ... 245 Lampiran 34c. Dokumentasi Pertemuan Kedua Uji Coba Terbatas Untuk

Presentasi Kelompok 3 melalui Zoom ... 246 Lampiran 34d. Dokumentasi Pertemuan Kedua Uji Coba Terbatas Untuk

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era digital ini, peserta didik perlu mengasah softskill sebagai bekal dalam dunia profesionalisme di masa depan berupa kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam memecahkan suatu masalah (Lase, 2019). Sistem pendidikan di Indonesia menyikapi isu penting tersebut dengan memperbaharui kurikulum nasional menjadi Kurikulum 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 36 Tahun 2018 turut mendukung dengan salah satu pasal berisikan tentang penguatan pola pembelajaran yang berpikir kritis kepada peserta didik. Kurikulum 2013 ini berfokus pada peran guru sebagai fasilitator yang memberi kesempatan pada peserta didik untuk berpikir kritis. Namun, belum semua guru telah menerapkan pembelajaran yang melatih peserta didik untuk dapat berpikir kritis (Pusparini dkk., 2018).

Miele dan Wigfield (2014) mendefinisikan kemampuan berpikir kritis sebagai pemikiran yang dimiliki oleh tiap individu dalam menggunakan bukti-bukti akurat untuk mengevaluasi apa yang dipelajari dan dipikirkan. Berpikir kritis dikategorikan sebagai kegiatan berpikir secara intelektual terhadap pemikiran yang reflektif dan independen untuk mengasah kemampuan kognitifnya (Ahmatika, 2016). Menurut Facione (2011), kemampuan berpikir kritis adalah suatu proses yang melakukan kegiatan interpretasi, menganalisis, mengevaluasi, menyimpulkan, dan menjelaskan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis merupakan pemikiran yang melakukan intepretasi, analisis, evaluasi, kesimpulan, dan penjelasan pada bukti-bukti akurat yang dimiliki menggunakan kemampuan kognitifnya untuk meningkatkan hasil akhir.

Fauji dan Winarti (2015) menyatakan ilmu kimia sebagai salah satu ilmu sains yang berperan penting dalam proses berpikir kritis. Analisis kemampuan berpikir kritis pembelajaran kimia menggunakan indikator Ennis (1985) terhadap peserta didik kelas XI salah satu SMA di kota Tanjungpinang

(19)

menunjukkan rata-rata persentase keseluruhan aspek penilaian sebesar 34,35% yang dikategorikan rendah (Khoirunnisa & Sabekti, 2020). Profil kemampuan berpikir kritis yang rendah ini menunjukkan status peserta didik belum terlatih sepenuhnya dalam menyelesaikan permasalahan (Prasetyowati & Suyatno, 2016). Fenomena tersebut dapat disebabkan oleh pengembangan perangkat pembelajaran kimia berupa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dalam mengidentifikasi kemampuan berpikir kritis peserta didik yang belum maksimal dilakukan guru (Haroen dkk., 2016). Fakta di lapangan menunjukkan LKPD biasanya diambil dari agen penerbit saja yang belum tentu sesuai dengan karakteristik peserta didik (Rachman dkk., 2017).

LKPD merupakan perangkat pembelajaran yang dapat membantu mengasah kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran kimia (Intani dkk., 2019). Umumnya, sekolah menggunakan LKPD berbasis konvensional untuk dikerjakan oleh peserta didik. Hal ini menjadi salah satu kendala dalam sistem pendidikan Indonesia saat ini yang dilaksanakan secara daring. Dalam hal ini, alternatif yang dapat digunakan sekolah dalam membantu proses belajar mengajar ialah menggunakan LKPD digital.

Hidrolisis garam merupakan salah satu topik pembelajaran kimia yang melibatkan kemampuan berpikir tingkat makroskopik, mikroskopik, dan simbolik yang membuat peserta didik merasa kesulitan (Andina dkk., 2017). Hidrolisis garam memiliki konsep abstrak dan kompleks karena proses kimianya yang tidak terlihat langsung dan berkelanjutan dari materi sebelumnya yaitu asam basa dan kesetimbangan asam basa (Maratusholihah dkk., 2017). Hal inilah yang mengakibatkan peserta didik perlu melatih kemampuan berpikir kritisnya untuk bisa memahami konsep hidrolisis garam dan tidak hanya menghafalkan rumus-rumusnya (Yotiani dkk., 2016).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia di SMA Stella Duce Bambanglipuro yang telah menggunakan Kurikulum 2013, proses pembelajaran hidrolisis garam tidak menggunakan perangkat pembelajaran tertentu dan bersifat klasik. Hal tersebut didukung oleh pernyataan guru kimia yang belum pernah mengembangkan LKPD berbasis konvensional maupun

(20)

digital selama pembelajaran kimia. Guru kimia juga menyatakan bahwa ketidakhadiran LKPD secara tidak langsung mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Pada ujian harian topik hidrolisis garam, hanya 60% peserta didik yang lulus dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang digunakan sebesar 66. Rendahnya persentase kelulusan disebabkan oleh penguasaan konsep dasar asam basa yang belum mantap dan hanya menghafalkan rumus-rumus dalam pembelajaran hidrolisis garam. Guru kimia pun hanya menggunakan studi kasus untuk mengidentifikasi kemampuan berpikir kritis peserta didiknya.

Hasil analisis dan wawancara yang dilakukan di SMA Stella Duce Bambanglipuro inilah yang mendorong peneliti melakukan penelitian yang mengembangkan LKPD Interaktif berbasis Liveworksheets yang mengidentifikasi kemampuan berpikir kritis peserta didik pada topik hidrolisis garam di SMA Stella Duce Bambanglipuro.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut.

1. Apakah model ADDIE cocok untuk mengembangkan produk berupa LKPD Interaktif berbasis Liveworksheets pada topik hidrolisis garam dalam mengidentifikasi kemampuan berpikir kritis peserta didik?

2. Apakah produk berupa LKPD Interaktif berbasis Liveworksheets yang dikembangkan pada topik hidrolisis garam untuk mengidentifikasi kemampuan berpikir kritis peserta didik telah memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif?

3. Bagaimana hasil identifikasi kemampuan berpikir kritis peserta didik pada topik hidrolisis garam selama menggunakan LKPD Interaktif berbasis Liveworksheets?

(21)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Menghasilkan produk berupa LKPD Interaktif berbasis Liveworksheets pada topik hidrolisis garam dalam mengidentifikasi kemampuan berpikir kritis peserta didik yang cocok dengan model pengembangan ADDIE. 2. Mengetahui validitas, kepraktisan, dan efektivitas produk berupa LKPD

Interaktif berbasis Liveworksheets pada topik hidrolisis garam untuk mengidentifikasi kemampuan berpikir kritis peserta didik.

3. Mengetahui hasil identifikasi kemampuan berpikir kritis peserta didik pada topik hidrolisis garam selama menggunakan LKPD Interaktif berbasis Liveworksheets.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat seperti berikut ini.

a. Menambah wawasan pengetahuan dalam bidang pengembangan LKPD Interaktif berbasis Liveworksheets untuk proses pembelajaran.

b. Menyumbangkan ide pemikiran dalam mengembangkan dan menggunakan produk dalam mengukur kemampuan berpikir kritis peserta didik.

c. Berkontribusi sebagai sumber referensi dalam penelitian-penelitian pengembangan selanjutnya dalam mengidentifikasi kemampuan berpikir kritis peserta didik.

(22)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Penelitian ini membantu peneliti untuk mengembangkan LKPD Interaktif berbasis Liveworksheets pada topik hidrolisis garam dalam mengidentifikasi kemampuan berpikir kritis peserta didik.

b. Bagi Guru Kimia

Pengembangan produk tersebut membantu guru kimia untuk dapat mengembangkan LKPD Interaktif berbasis Liveworksheets atau LKPD digital pada pembelajaran kimia.

c. Bagi Peserta Didik

Peserta didik menjadi lebih mudah dalam memahami proses pembelajaran hidrolisis garam dan melatih kemampuan berpikir kritisnya menggunakan produk tersebut.

d. Bagi Sekolah

Pengembangan produk dapat menjadi salah satu alternatif pihak sekolah dalam melakukan proses evaluasi kognitif yang interaktif dan menarik.

(23)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. LKPD Interaktif Berbasis Liveworksheets

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) termasuk bagian dari perangkat pembelajaran berupa lembaran kegiatan yang memecahkan permasalahan sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) yang ingin dicapai (Prastowo, 2013). LKPD digunakan untuk mengetahui dan mengukur sejauh mana proses belajar yang telah dicapai peserta didik. Tukan dkk. (2020) menyatakan hal yang serupa bahwa LKPD merupakan bagian dari bahan ajar yang dibuat dalam beberapa lembar berisikan materi pokok, rangkuman, dan latihan soal yang dikerjakan oleh peserta didik. LKPD juga termasuk media pembelajaran yang dibuat untuk meningkatkan keaktifan peserta didik, memberi kesempatan peserta didik untuk belajar mandiri, sekaligus menjadi keragaman metode pengajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan, LKPD dapat didefinisikan sebagai suatu perangkat pembelajaran yang berisikan materi, rangkuman, dan latihan soal yang digunakan dalam mengukur perkembangan belajar sekaligus melatih kemampuan peserta didik untuk memecahkan masalah sesuai dengan KD yang ingin dicapai.

Pada hakikatnya, LKPD berperan sebagai penunjang proses pembelajaran, membantu menguasai pengetahuan sains (kimia), dan membangun sikap ilmiah peserta didik (Nugraheny, 2018). LKPD memiliki manfaat yang dapat menumbuhkan minat belajar peserta didik dalam proses belajar mengajar melalui kegiatan diskusi yang terdapat di dalamnya (Toharudin dkk., 2011). Tidak hanya itu, LKPD juga memiliki manfaat yang membantu peserta didik untuk mengembangkan konsep, mengembangkan keterampilan proses, dan menambah informasi tentang konsep yang dipelajari secara sistematis (Prastowo, 2013).

(24)

Menurut Prastowo (2013), LKPD yang digunakan dalam proses belajar mengajar terbagi menjadi 5 bentuk yaitu (1) LKPD untuk menemukan konsep yang dipelajari, (2) LKPD yang menerapkan atau mengintegrasi seluruh konsep yang telah ditemukan, (3) LKPD sebagai pedoman pembelajaran, (4) LKPD sebagai pemberi penguatan, dan (5) LKPD sebagai petunjuk praktikum. Berdasarkan bentuk-bentuk LKPD tersebut, terdapat tahapan yang biasanya digunakan untuk menyusun LKPD yaitu sebagai berikut (Prastowo, 2013).

a. Melakukan Analisis Kurikulum

Tahapan ini dilakukan untuk menentukan materi-materi yang diperlukan sesuai dengan KD yang ingin dicapai. Penentuan materi ini dimulai dari kegiatan menganalisis materi pokok, pengalaman proses pembelajaran, dan materi yang nantinya diajarkan kepada peserta didik.

b. Menyusun Peta Kebutuhan LKPD

Peta kebutuhan LKPD ini disusun untuk mengetahui jumlah LKPD yang dibuat dan melihat urutan LKPD. Urutan LKPD ini diperlukan dalam penentuan prioritas penulisan mengikuti KD. Tahapan ini yang dimulai dengan menganalisis kurikulum dan sumber belajar yang digunakan.

c. Menentukan Judul-judul LKPD

LKPD dibuat dengan berdasarkan pada KD, materi pokok, dan pengalaman belajar yang dimuat dalam kurikulum. Pada satu judul LKPD dapat menggunakan satu KD dengan persyarakat cakupan KD tersebut tidaklah besar. Besar kecilnya KD ini dilihat dari bagian materi pokoknya.

d. Penulisan LKPD

Penulisan LKPD ini dimulai dengan merumuskan KD yang sesuai dengan topik pembelajaran yang dilakukan, menentukan instrumen penilaian, menyusun materi, dan memperhatikan struktur LKPD.

(25)

Prastowo (2013) menyebutkan LKPD tersusun atas enam unsur utama yaitu judul, petunjuk belajar, KD atau materi pokok, informasi tambahan (pendukung), langkah kerja (tugas), dan penilaian. Keenam unsur tersebut harus terimplementasi dalam penyusunan LKPD dan dapat dikembangkan lagi sesuai dengan kebutuhan atau topik pembelajarannya. Pendapat lain mengemukakan bahwa LKPD memiliki format yang meliputi 8 unsur hasil perkembangan dari 6 unsur utama yaitu judul, KD yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, laporan yang harus dikerjakan (Depdiknas, 2004). Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat dimodifikasi secara sederhana mengenai komponen yang perlu ada dalam LKPD berupa judul, KD, tujuan pembelajaran, petunjuk belajar, informasi singkat, tugas yang harus dikerjakan, dan daftar pustaka. Untuk menghasilkan LKPD dengan kualitas yang baik, maka beberapa persyaratan perlu dipenuhi. Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan meliputi syarat-syarat didaktik, konstruksi, dan teknis (Widjajanti, 2008).

a. Syarat-syarat Didaktik

Persyaratan ini mengatur penyusunan LKPD agar memperhatikan beberapa hal, seperti (1) perbedaan kemampuan tiap individu, (2) fokus pada proses menemukan konsep, (3) terdapat variasi stimulus dan aktivitas, (4) pengembangan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika peserta didik, serta (5) pengalaman belajar yang diperoleh dari pengembangan pribadi peserta didik.

b. Syarat-syarat Konstruksi

Persyaratan ini berkaitan dengan bahasa yang digunakan, penataan kalimat, pemilihan kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKPD. Dalam hal ini, persyaratan konstruksi meliputi (1) bahasa yang digunakan sesuai tingkat pemahaman peserta didik, (2) kejelasan struktur kalimat, (3) tata urutan materi sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik, (4) tidak menggunakan pertanyaan yang

(26)

terlalu luas, (5) tidak mengacu pada referensi di luar batas kemampuan baca peserta didik, (6) terdapat area jawaban peserta didik, (7) kalimat sederhana dan pendek, (8) menggunakan lebih banyak ilustrasi dibandingkan kata-kata, (9) tujuan belajar jelas, dan (10) memiliki identitas untuk administrasi.

c. Syarat-syarat Teknis

Persyaratan ini menekankan persoalan penyajian LKPD, seperti tulisan, gambar, dan penampilannya. Syarat-syarat teknis penyusunan LKPD berupa penggunaan huruf cetak dan bukan huruf latin/romawi, huruf tebal dan besar pada bagian topik, memperhatikan keserasian antara besarnya huruf dan besarnya ilustrasi yang digunakan.

Herawati dkk. (2016) menyatakan bahwa LKPD interaktif mendukung proses pembelajaran dengan bagian penyusunnya yang terdiri atas materi dan beberapa latihan soal yang menggunakan komputer agar dapat diakses oleh peserta didik secara mandiri. Salah satu LKPD interaktif yang dapat ditemui hingga saat ini berupa LKPD elektronik yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). LKPD elektronik ini merupakan lembar kerja yang memudahkan peserta didik belajar menggunakan media elektronik, seperti komputer dan gawai. Beberapa manfaat yang didapatkan dari LKPD elektronik berupa efisiensinya yang menghemat tempat dan waktu, ramah lingkungan, hemat biaya, dan dapat dimodifikasi dengan mudah. LKPD elektronik yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah LKPD Interaktif yang mengintegrasikan Microsoft Power Point (PPt), video, audio, dan soal-soal ke dalam Liveworksheets. Program Liveworksheets ini berlandaskan laman yang memudahkan guru dan peserta didik untuk mengakses LKPD interaktif melalui PC, laptop, dan gawai yang memiliki sistem operasi Android atau iOS secara gratis.

(27)

2. Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Kimia

Secara etimologis, berpikir kritis difokuskan pada kata “Kritis” yang jika ditelaah berasal dari kata “Kritik”. Kata “Kritik” berasal dari Bahasa Yunani (critikos) yang berarti “yang membedakan”. Dalam Bahasa Yunani Kuno, kritis memiliki pengertian “orang yang memberikan pendapat beralasan” atau “analisis”, “pertimbangan nilai”, “intepretasi”, atau “pengamatan”. Dalam hal ini, kritis merupakan kegiatan analisis dan evaluasi untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, dan memperbaiki pekerjaan (Sihotang, 2019).

Beberapa tokoh pendidikan ikut mengemukakan pendapatnya tentang berpikir kritis, seperti John Dewey, Edward Glaser, dan Robert Ennis. Dewey mendefinisikan berpikir kritis sebagai suatu kegiatan yang mempertimbangkan secara aktif dan teliti tentang keyakinan dan informasi yang diterima. Glaser mengembangkan ide pemikiran yang dicetuskan Dewy dengan menekankan sikap kritis sebagai kepiawaian dalam menggunakan metode penalaran dalam memecahkan suatu masalah. Selanjutnya Ennis yang mengemukakan pendapatnya tentang berpikir kritis. Ennis mendefinisikan berpikir kritis sebagai pemikiran yang reflektif dan mampu untuk mengambil keputusan (Sihotang, 2019). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat ditemukan benang merah yang menyimpulkan bahwa berpikir kritis adalah kegiatan yang melakukan pertimbangan aktif menggunakan metode penalaran dalam memecahkan masalah yang lalu direfleksikan untuk menghasilkan kesimpulan yang benar dan tepat.

Kemampuan berpikir kritis merupakan faktor penting bagi peserta didik dalam pembelajaran kimia. Kemampuan berpikir kritis diperlukan peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di sekitar secara tepat. Dalam hal ini, kemampuan berpikir kritis adalah proses intelektual yang dilakukan dalam bentuk ketrampilan peserta didik mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang didapatkan (Nafiah, 2014).

(28)

Menurut Ennis (1985), peserta didik menunjukkan suatu kemampuan berpikir kritis dilihat dari kemampuannya dalam memberi penjelasan (elementary clarification), membangun keterampilan dasar (basic support), menarik kesimpulan (inference), memberi penjelasan lebih lanjut (advanced

clarification), dan menyusun strategi dan taktik (strategies and tactics).

Kelima indikator berpikir kritis ini dijabarkan lebih dalam menjadi 12 indikator yang dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis (Ennis, 1985)

No. Indikator Sub Indikator

1. Memberi penjelasan

a. Memfokuskan pertanyaan b. Menganalisis argumen

c. Bertanya dan menjawab pertanyaan yang membutuhkan penjelasan atau tantangan 2. Membangun

keterampilan dasar

a. Mempertimbangkan kredibilitas sumber b. Melakukan pertimbangan observasi 3. Menarik

kesimpulan

a. Menyusun dan mempertimbangkan deduksi

b. Menyusun dan mempertimbangkan induksi

c. Menyusun dan mempertimbangkan hasil 4. Memberi

penjelasan lebih lanjut

a. Mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan definisi b. Mengidentifikasi asumsi 5. Menyusun strategi

dan taktik

a. Menentukan suatu tindakan b. Berinteraksi dengan orang lain

Penelitian ini hanya menggunakan 3 indikator berpikir kritis Ennis yang dimodifikasi yaitu (1) memberi penjelasan yang berfokus pada menganalisis argumen dan bertanya dan menjawab pertanyaan yang membutuhkan penjelasan atau tantangan; (2) membangun keterampilan dasar yang berfokus pada melakukan pertimbangan observasi; dan (3) menyusun strategi dan taktik yang berfokus pada menentukan suatu tindakan.

3. Hidrolisis Garam

Penelitian ini menggunakan KD 3.11 yang merupakan topik hidrolisis garam dalam pengembangan produk. KD hidrolisis garam tersebut diturunkan menjadi beberapa IPK yang menjadi pedoman penyusunan produk. Hidrolisis garam disusun oleh dua kata yaitu hidrolisis

(29)

dan garam. Hidrolisis berasal dari Bahasa Yunani hydro yang berarti air dan

lysis yang berarti membelah. Adapun garam didefinisikan sebagai senyawa

ionik yang terbentuk dari reaksi asam dan basa. Hidrolisis garam dideskripsikan sebagai reaksi anion, kation, ataupun keduanya dari suatu garam dengan air yang biasanya mempengaruhi pH larutan (Chang, 2010).

Peristiwa hidrolisis garam tidak terjadi pada semua garam. Hidrolisis tersebut hanya dapat terjadi pada senyawa-senyawa yang memiliki asam konjugasi dari basa lemah atau basa konjugasi dari asam lemah (Oxtoby et

al., 2016). Fenomena ini dapat dijelaskan melalui kekuatan afinitas proton

dari basa atau asam konjugasi terhadap air. Basa konjugasi yang berasal dari asam kuat tidak dapat menarik proton dari air karena memiliki sifat basa yang sangat lemah. Garam yang memiliki anion dari asam kuat saat dilarutkan dalam air tidak bereaksi dengan H+ yang berarti tidak terjadi reaksi hidrolisis. Hal yang sama terjadi pada asam konjugasi yang berasal dari basa kuat memiliki kation-kation yang tidak bereaksi (tidak memiliki afinitas) ataupun menghasilkan proton saat direaksikan dengan air. Akibatnya reaksi hidrolisis tidak dapat berlangsung dalam reaksi tersebut. Dapat disimpulkan bahwa garam yang mengandung kation dari basa kuat dan anion yang berasal dari asam kuat tidak mempengaruhi [H+] saat larut dalam air yang membuat reaksi hidrolisis tidak terjadi (Zumdahl & Zumdahl, 2010).

Pada hidrolisis garam ini, terdapat 4 jenis yang dikategorikan berdasarkan komponen asam basa pembentuknya sebagai berikut.

a. Garam yang Menghasilkan Larutan Netral

Reaksi yang terjadi antara asam kuat dan basa kuat tidak mengalami hidrolisis yang menghasilkan larutan garam yang bersifat netral. Biasanya garam yang mengandung ion logam alkali atau alkali tanah (kecuali Be2+) dan basa konjugasi dari asam kuat (misalnya Cl-, Br-, dan NO3-) adalah garam yang tidak mengalami reaksi hidrolisis dan

diasumsikan bersifat netral (Chang, 2010). Misalnya NaCl dilarutkan dalam air murni yang memiliki pH netral. Garam tersebut terdisosiasi

(30)

menjadi ion Na+ dan ion Cl- yang tidak mempengaruhi pH larutan tersebut (tetap netral). Hal ini disebabkan oleh sifat kedua ion yang tidak dapat bereaksi dengan air (Petrucci et al., 2017).

Na+ (aq)+ H2O (l) → Tidak bereaksi

Cl- (aq) + H

2O (l) → Tidak bereaksi

Berdasarkan reaksi di atas, ion Na+ tidak mendonorkan ataupun menerima proton H+ saat direaksikan dengan H2O yang menyebabkan

reaksi hidrolisis tidak terjadi. Ion Cl- sebagai basa konjugasi dari asam kuat (HCl) merupakan basa yang sangat lemah yang tidak dapat terprotonasi ataupun mempengaruhi pH larutan. Oleh karena itu, reaksi NaCl dalam air menghasilkan larutan garam bersifat netral (Petrucci et

al., 2017).

b. Garam yang Menghasilkan Larutan Basa

Reaksi antara basa kuat dan asam lemah menghasilkan larutan garam yang bersifat basa. Berikut ini adalah reaksi yang terjadi pada natrium asetat (CH3COONa) saat dilarutkan dalam air (Chang, 2010).

CH3COONa (s) H2O

→ Na+ (aq)+ CH

3COO- (aq)

Reaksi tersebut menunjukkan ion Na+ tidak mendonorkan atau

menerima proton karena sifatnya sebagai asam konjugasi yang sangat lemah dari basa kuat NaOH. Sementara itu, ion CH3COO- merupakan

basa konjugasi dari asam lemah CH3COOH yang memiliki afinitas

(kekuatan menarik) ion-ion proton air. Anion garam tersebut bereaksi dengan air yang memiliki proton, sehingga ion CH3COO- yang dapat

mengalami reaksi hidrolisis sebagai berikut (Chang, 2010). CH3COO- (aq) + H2O (l) ⇌ CH3COOH (aq) + OH- (aq)

Reaksi hidrolisis di atas menghasilkan ion OH-, sehingga larutan garam

natrium asetat dalam air merupakan larutan yang bersifat basa (Chang, 2010).

c. Garam yang Menghasilkan Larutan Asam

Saat garam yang dihasilkan dari asam kuat dan basa lemah dilarutkan dalam air, larutan garam tersebut bersifat asam (pH kurang dari 7).

(31)

Peristiwa hidrolisis garam tersebut ditunjukkan pada persamaan reaksi sebagai berikut.

NH4Cl (s) H2O

→ NH4+ (aq)+ Cl- (aq)

Ion Cl- sebagai basa konjugasi dari asam kuat tidak memiliki

afinitas yang kuat terhadap H+, sehingga tidak dapat terhidrolisis. Berbeda dengan ion NH4+ sebagai asam konjugasi yang berasal dari

basa lemah NH3 dapat mengalami reaksi hidrolisis karena

mendonorkan protonnya. Berikut ini adalah reaksi hidrolisis pada ion NH4+ (Chang, 2010).

NH4+ (aq) + H2O (l)⇌NH3 (aq)+ H3O+ (aq)

Reaksi hidrolisis tersebut menghasilkan ion H3O+ yang dapat dituliskan

sebagai H+. Proton yang dihasilkan menyebabkan pH larutan menurun atau larutan garam tersebut bersifat asam (Chang, 2010).

d. Garam dengan Kation dan Anion yang Dapat Terhidrolisis

Reaksi antara asam lemah dan basa lemah menghasilkan garam yang memiliki kation dan anion terhidrolisis. Meskipun kedua ion dapat mengalami hidrolisis, sifat larutan garam ditentukan oleh kekuatan relatif asam lemah dan basa lemah garam tersebut. Dalam menentukan sifat larutan garam tersebut, dapat dilakukan prediksi kualitatif antara harga Ka dan Kb berikut ini (Chang, 2010).

a. Kb > Ka

Jika nilai Kb suatu anion lebih besar dibandingkan nilai Ka

kation, maka larutan garam tersebut bersifat basa. Hal tersebut disebabkan oleh anion yang lebih mudah terhidrolisis dibandingkan kation. Berdasarkan reaksi kesetimbangannya, terdapat lebih banyak ion OH- dibandingkan ion H+ yang dihasilkan.

b. Kb < Ka

Jika nilai Kb dari anion lebih kecil dibandingkan nilai Ka dari

kation, maka larutan garam tersebut cenderung bersifat asam. Penyebabnya adalah kation lebih mudah terhidrolisis dibandingkan

(32)

anion. Dari reaksi kesetimbangannya, lebih banyak ion H+ yang dihasilkan dibandingkan ion OH-.

c. Kb ≈ Ka

Untuk nilai yang hampir setara antara Kb dan Ka, maka larutan

garam tersebut cenderung bersifat netral atau memiliki pH sama dengan 7.

Reaksi hidrolisis garam dapat mempengaruhi nilai pH larutan tersebut. Dalam menentukan nilai pH larutan garam, terdapat beberapa reaksi kesetimbangan yang digunakan. Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat tidak mengalami hidrolisis yang menyebabkan larutan garam memiliki pH sama dengan 7 atau bersifat netral (Zumdahl & Zumdahl, 2010).

a. Garam yang Menghasilkan Larutan Basa

Garam yang berasal dari basa kuat dan asam lemah mengalami hidrolisis pada anion garamnya. Misalnya garam CH3COONa dalam air

mengalami hidrolisis sebagian (Zumdahl & Zumdahl, 2010). Garam tersebut terionisasi dalam air menjadi ion CH3COO- dan ion Na+. Ion

Na+ tidak bereaksi dengan air, sedangkan ion CH3COO- terhidrolisis

(Kitti, 2010).

CH3COO- (aq) + H2O (l) ⇌ CH3COOH (aq) + OH- (aq)

Reaksi hidrolisis tersebut menghasilkan larutan yang bersifat basa karena menghasilkan ion OH- dan asam konjugasi. Berikut tetapan kesetimbangannya (Kitti, 2010).

K[H2O] = [CH3COOH][OH−] [CH3COO−]

Berdasarkan reaksi kesetimbangan tersebut, K[H2O] dapat dituliskan

sebagai tetapan baru dengan notasi Kh (konstanta hidrolisis). Rumus

tersebut dapat dituliskan kembali sebagai berikut (Kitti, 2010). Kh = [CH3COOH][OH

]

[CH3COO−]

(2.1)

(33)

Rumus tersebut dikalikan dengan [H

+]

[H+] pada ruas kanannya, sehingga

diperoleh rumus berikut ini.

Kh = [CH3COOH] [CH3COO−][H+]

× [H+][OH]

Oleh karena [CH3COOH]

[CH3COO−][H+] = 1

Ka dan [H

+][OH-] = K

w, maka rumus dapat

dituliskan sebagai berikut.

Kh = Kw Ka

Rumus hidrolisis garam pada ion CH3COO- menunjukkan koefisien

CH3COOH yang sama dengan ion OH- yang berarti [CH3COOH] =

[OH-]. Oleh karena itu, penentuan konsentrasi ion OH- dapat menggunakan rumus berikut (Kitti, 2010).

Kh = [OH−][OH−]

[CH3COO−] atau [OH -]2 = K

h[CH3COO-]

[OH-] = √Kw

Ka[CH3COO −]

b. Garam yang Menghasilkan Larutan Asam

Garam yang berasal dari basa lemah dan asam kuat mengalami hidrolisis pada kation garamnya. Contohnya adalah garam NH4Cl

dalam air yang mengalami hidrolisis sebagian. (Zumdahl & Zumdahl, 2010). Garam NH4Cl terionisasi dalam air menjadi ion NH4+ dan ion

Cl-. Ion Cl- tidak bereaksi dengan air, sedangkan ion NH4+ terhidrolisis

(Kitti, 2010).

NH4+ (aq) + H2O (l) ⇌ NH3 (aq) + H3O+ (aq)

Reaksi hidrolisis tersebut menghasilkan larutan yang bersifat asam karena menghasilkan ion H3O+ (atau H+) dan basa konjugasi. Berikut

tetapan kesetimbangannya (Kitti, 2010). Kh =

[NH3][H3O+]

[NH4+] Rumus tersebut dikalikan dengan [OH

]

[OH−] pada ruas kanannya, sehingga

diperoleh rumus berikut ini.

(2.3) (2.4) (2.5) (2.6) (2.7) (2.8)

(34)

Kh = [NH3] [NH4+][OH−]× [H3O +][OH] Oleh karena [NH3] [NH4+][OH−] = 1 Kb dan [H3O +][OH-] = K

w, maka rumus dapat

dituliskan sebagai berikut.

Kh = Kw Kb

Rumus hidrolisis garam pada ion NH4+ menunjukkan koefisien NH3

yang sama dengan ion H3O+ yang berarti [NH3] = [H3O+]. Oleh karena

itu, penentuan konsentrasi ion H3O+ atau ion H+ dapat menggunakan

rumus berikut (Kitti, 2010). Kh= [H3O+][H3O+] [NH4+] atau [H3O +]2 = K h[NH4+] [H3O+] = √Kw Kb[NH4 +]

c. Garam yang Berasal dari Asam Lemah dan Basa Lemah

Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah mengalami hidrolisis total. Berikut ini rumus hidrolisis garam NH4CN dalam air

(Kitti, 2010). Reaksi ionisasi : NH4CN (s) H2O → NH4+(aq)+ CN- (aq) Reaksi hidrolisis :

NH4+ (aq)+ CN- (aq) + H2O (l) ⇌ NH4OH (aq) + HCN (aq)

Tetapan kesetimbangan : Kh =

[NH4OH][HCN] [NH4+][CN−]

Jika dikalikan dengan [H

+][OH]

[H+][OH], maka diperoleh rumus berikut ini.

Kh = [NH4OH] [NH4+][OH−] x [HCN] [H+][CN] x [H +][OH-]

Rumus tersebut dapat disederhanakan menjadi sebagai berikut. Kh = 1 Kb× 1 Ka× Kw atau Kh = Kw Kb×Ka (2.9) (2.10) (2.11) (2.12) (2.13) (2.14)

(35)

Reaksi antara asam lemah dan basa lemah merupakan reaksi hidrolisis total. Contohnya garam NH4CN yang dilarutkan dalam air.

Penentuan pH larutan garam tersebut dapat dilakukan dengan menurunkan beberapa rumus dan melakukan pemisalan. Misalkan molaritas larutan garam adalah g mol/L dan derajat hidrolisis sebesar α.

NH4+(aq) + CN- (aq) + H2O(l) ⇌ NH4OH(aq) + HCN(aq)

M g g - - R -gα -gα +gα +gα S g(1-α) g(1-α) gα gα Tetapan hidrolisis : Kh = [NH4OH][HCN] [NH4+][CN−]

Dapat dituliskan menjadi sebagai berikut. Kh = gα×gα g(1−α)×g(1−α) = α2 (1−α)2 √Kh = α (1 − α)

Untuk menentukan konsentrasi [H+] yang digunakan dalam mengetahui pH, dapat dilihat dari ionisasi asam lemah atau basa lemahnya. Misalnya, asam lemah HCN dengan reaksi kesetimbangan hidrolisisnya sebagai berikut (Kitti, 2010).

HCN (aq) ⇌ H+ (aq) + CN- (aq)

gα g(1-α)

Berdasarkan rumus tersebut, harga tetapan ionisasi Ka sebagai berikut.

Ka = [H+][CN] [HCN] [H+] = K a [HCN] [CN−] = Ka gα g(1−α) = Ka α (1−α) Nilai √Kh = α

(1−α) disubstitusikan ke dalam rumus tersebut.

[H+] = Ka√Kh

Kemudian, Kh = Kw

Kb×Ka disubstitusikan ke dalam rumus di atas menjadi

rumus yang baru sebagai berikut.

[H+] = √KaK× Kw b (2.15) (2.16) (2.17) (2.18) (2.19) (2.20) (2.21)

(36)

B. Penelitian Relevan

Dalam mengembangkan penelitian LKPD Interaktif berbasis Liveworksheets, terdapat beberapa penelitian yang relevan yang digunakan. Nufus dkk. (2018) mengembangkan LKPD Interaktif berbasis software iSpring pada materi larutan penyangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKPD tersebut dikategorikan sangat layak dalam proses pembelajaran di sekolah dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 95,98%. Penelitian tersebut menghasilkan LKPD Interaktif berbasis software iSpring yang membantu peserta didik memahami konsep larutan penyangga.

Herawati dkk. (2016) mengembangkan LKPD Interaktif untuk pembelajaran konsep mol di kelas X SMA. LKPD interaktif yang dikembangkan ini berbasis iSpring menggunakan model pengembangan ADDIE. Hasil validasi dari aspek materi sebesar 4,75 yang tergolong sangat valid, aspek pedagogik sebesar 4,60 yang tergolong sangat valid, dan aspek media sebesar 4,00 yang tergolong valid. Hasil kepraktisan yang didapat sebesar 4,29 yang dikategorikan praktis. Hasil efektivitas diperoleh dari nilai

N-Gain sebesar 0,59 yang berada pada kategori sedang. Hasil penelitian ini

menunjukkan LKPD interaktif untuk pembelajaran konsep mol memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.

Indriani dan Lazulva (2020) mendesain dan melakukan uji coba LKPD Interaktif dengan pendekatan scaffolding pada topik hidrolisis garam. Hasil validasi yang diperoleh dari ahli media dan materi sebesar 92,5% yang dikategorikan sangat valid. Hasil kepraktisan dari guru menunjukkan persentase sebesar 88,75% yang termasuk sangat praktis, sedangkan dari peserta didik sebesar 90,45% yang juga menunjukkan produk sangat praktis.

Penelitian serupa dilakukan oleh Kalima dkk. (2017) yang mengembangkan suatu Lembar Kerja Peserta Didik Interaktif berbasis komputer pada pembelajaran kimia larutan asam basa di kelas XI SMA. Berdasarkan hasil yang diperoleh, LKPD interaktif berbasis komputer yang digunakan dalam pembelajaran larutan asam basa telah memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. Validasi produk dari ahli materi sebesar 0,76 yang

(37)

tergolong sangat valid, dari ahli pedagogik sebesar 0,87 yang tergolong sangat valid, dan dari ahli desain sebesar 0,71 yang tergolong sangat valid. Kepraktisan produk yang diperoleh sebesar 0,91 (sangat praktis) pada tahap one to one dan 0,78 (sangat praktis) pada tahap small group. Efektivitas produk yang diperoleh sebesar 0,69 (sedang).

Rachman dkk. (2017) mengembangkan LKPD berbasis berpikir kritis materi kelarutan dan hasil kali kelarutan pada mata pelajaran kimia di SMA. Penelitian tersebut menghasilkan LKPD berbasis berpikir kritis pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang menuntut peserta didik menyelesaikan permasalahan yang melibatkan indikator-indikator kemampuan berpikir kritis Ennis. Hasil penelitian menunjukkan LKPD berbasis berpikir kritis dinyatakan valid melalui evaluasi formatif Tessmer yang terdiri atas self-evaluation dan

expert review. Kepraktisan produk yang diperoleh dari angket peserta didik

menunjukkan hasil sebesar 85,94% yang tergolong sangat praktis. Efektivitas produk diukur dari hasil tes N-Gain dengan rerata di atas 0,3 dan di bawah 0,7 sebesar 82,5% yang dikategorikan sedang. Hasil analisis kemampuan berpikir kritis dari 40 peserta didik menunjukkan sebanyak 5% yang tergolong tinggi, 82,5% yang tergolong sedang, dan 12,5% yang tergolong rendah. Kemampuan berpikir kritis yang rendah disebabkan oleh kebingungan peserta didik dan tidak berani mengungkapkan solusi permasalahan.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa LKPD dapat membantu melatih kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran kimia. Hasil kajian dari penelitian-penelitian relevan menunjukkan beberapa kekurangan, seperti software yang berbayar, penggunaan produk melalui Compact Disk (CD), dan tahapan desain yang cukup susah dilakukan oleh guru. Kebanyakan LKPD yang mengukur kemampuan berpikir kritis peserta didik juga masih berbasis konvensional. Keterbaruan penelitian ini terdapat pada pengembangan LKPD Interaktif menggunakan Liveworksheets. Liveworksheets merupakan laman yang dapat diakses dengan mudah oleh guru dan peserta didik. Produk yang dikembangkan dapat diakses melalui peramban PC, laptop, dan gawai dengan sistem operasi

(38)

Android atau iOS yang terhubung internet. LKPD Interaktif berbasis Liveworksheets ini berisi Microsoft Power Point (PPt), video, gambar, dan uji kompetensi yang diintegrasikan ke dalam Liveworksheets untuk melatih kemampuan berpikir kritis peserta didik pada topik hidrolisis garam.

C. Kerangka Berpikir

Di era digital ini, kemampuan berpikir kritis peserta didik perlu dilatih dengan baik agar mampu bersaing di dunia profesionalisme nanti. Kebanyakan sekolah masih belum menemukan perangkat pembelajaran yang tepat dalam melatih kemampuan berpikir kritis tersebut. Umumnya, perangkat pembelajaran berupa LKPD yang digunakan masih berbasis konvensional yang memiliki beberapa kekurangan dalam membantu peserta didik mengasah kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran kimia. LKPD merupakan suatu perangkat pembelajaran yang berisikan materi, rangkuman, petunjuk, dan latihan soal yang dikerjakan peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya terobosan baru yang tidak hanya membantu melatih kemampuan berpikir kritis, tetapi juga menarik dan interaktif bagi peserta didik.

Hasil wawancara menunjukkan permasalahan guru kimia yang tidak pernah mengggunakan dan mengembangkan LKPD interaktif yang dapat mengidentifikasi kemampuan berpikir kritis peserta didik pada topik hidrolisis garam. Dari hasil wawancara tersebut, terobosan yang dilakukan ialah mengembangkan LKPD Interaktif berbasis Liveworksheets yang dapat mengidentifikasi kemampuan berpikir kritis peserta didik pada topik hidrolisis garam dengan menggunakan model pengembangan ADDIE. Produk dan instrumen penelitian dikembangkan lalu divalidasi validator. Setelah validasi, tanggapan yang diberikan validator dijadikan pedoman revisi produk. Produk yang telah diperbaiki lalu melewati uji coba. Setelah uji coba, produk direvisi kembali untuk menghasilkan produk yang diharapkan. Gambar 2.1 menunjukkan kerangka berpikir penelitian ini.

(39)

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian 1. Pengembangan LKPD konvensional dan digital belum ada 2. Identifikasi kemampuan berpikir kritis sebatas studi kasus

3. Kemampuan berpikir kritis peserta didik belum terasah dengan baik

Pengembangan LKPD Interaktif berbasis Liveworksheets yang dapat mengidentifikasi kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran hidrolisis garam dengan menggunakan model pengembangan ADDIE

Solusi Permasalahan Masalah Penelitian

Validasi Produk dan Instrumen Penelitian

Revisi

Uji coba produk kepada peserta didik kelas XI IPA SMA Stella Duce Bambanglipuro

LKPD Interaktif berbasis Liveworksheets pada topik hidrolisis garam dapat mengidentifikasi kemampuan berpikir kritis peserta didik dan

memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.

Hasil yang diharapkan

(40)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Researh and Development (R&D). Penelitian ini menggunakan pendekatan dari model pengembangan ADDIE (Lee & Owens, 2004). Model penelitian pengembangan ADDIE terdiri atas 5 tahapan yaitu analisis (Analysis), perancangan produk (Design), pengembangan produk (Development), implementasi produk (Implementation), dan evaluasi (Evaluation). Gambar 3.1 menunjukkan tahapan penelitian pengembangan yang digunakan.

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian Pengembangan Berdasarkan Model ADDIE (Lee & Owens, 2004)

Tahap Pengembangan

Analisis

Analisis Masalah Analisis Kebutuhan

Tahap

Perancangan Perancangan Tampilan dan Isi LKPD Interaktif

Validasi oleh validator

Revisi Uji Coba Terbatas Pembuatan Instrumen Pengambilan Data Tahap Analisis Tahap Implementasi Penyusunan LKPD berbasis Liveworksheets Analisis Data Tahap Evaluasi

(41)

B. Desain Penelitian

Pengembangan LKPD Interaktif berbasis Liveworksheets pada topik hidrolisis garam mengadopsi model pengembangan ADDIE yang dijabarkan sebagai berikut.

1. Tahap Analisis (Analysis)

Pada tahapan ini, terdapat analisis masalah dan analisis kebutuhan. Analisis masalah perlu dilakukan guna mengetahui permasalahan yang dihadapi guru maupun peserta didik terkait perangkat pembelajaran berupa LKPD yang belum mendukung kegiatan pembelajaran kimia, terutama hidrolisis garam, dalam melatih kemampuan berpikir kritis. Berikutnya adalah analisis kebutuhan untuk menentukan apa saja yang dibutuhkan dalam mengembangkan LKPD Interaktif berbasis Liveworksheets di SMA Stella Duce Bambanglipuro. Tahapan dalam menganalisis masalah dan kebutuhan dilakukan melalui wawancara dengan guru kimia kelas XI SMA Stella Duce Bambanglipuro.

2. Tahap Perancangan (Design)

Tahapan ini dimulai dengan perancangan produk awal LKPD Interaktif berbasis Liveworksheets. Perancangan produk ini mengombinasikan gambar, video, dan beberapa latihan soal pada topik hidrolisis garam. Hasilnya digunakan sebagai rancangan awal dalam menyusun produk.

a. Pengkajian Materi

Penelitian ini mengembangkan LKPD Interaktif berbasis Liveworksheets yang berfokus pada topik hidrolisis garam. Penelitian dimulai dengan menganalisis silabus mata pelajaran kimia pada kelas XI semester dua dan membedah KD topik hidrolisis garam. KD hidrolisis garam tersebut lalu digunakan untuk menghasilkan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) yang memiliki peran sebagai pedoman penyusunan materi LKPD Interaktif berbasis Liveworksheets.

(42)

b. Perancangan Produk

Setelah membedah materi yang digunakan dalam produk, perancangan awal produk dapat dilakukan menggunakan format berikut ini.

1) Sampul

Desain sampul dilakukan menggunakan ilustrasi yang merepresentasikan topik hidrolisis garam. Pada halaman sampul, terdapat judul LKPD, kelas, identitas pengisi (Kode Peserta Didik), dan penyusun LKPD.

2) Kompetensi Dasar (KD)

KD topik hidrolisis garam mengikuti silabus kimia kelas XI yang digunakan sekolah.

3) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

IPK dibuat berdasarkan KD yang telah ditetapkan sebelumnya. Penelitian ini mengembangkan 4 buah IPK yang menjadi pedoman dalam penyusunan isi produk dan instrumen penelitian.

4) Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran dibuat berdasarkan IPK yang telah dikembangkan. Tujuan pembelajaran dibuat untuk membantu Peserta Didik lebih mudah memahami target yang harus dicapai pada topik hidrolisis garam.

5) Petunjuk Pengerjaan

Petunjuk pengerjaan disusun untuk memudahkan Peserta Didik dalam mengerjakan LKPD Interaktif berbasis Liveworksheets.

6) Pengantar

Pengantar dalam LKPD Interaktif berbasis Liveworksheets berisi topik hidrolisis garam.

7) Uji Kompetensi

Uji kompetensi ini terdiri atas 4 soal yang merepresentasikan masing-masing IPK yang telah dikembangkan. Keempat soal tersebut dibuat untuk melatih kemampuan berpikir kritis Peserta Didik.

(43)

8) Referensi

Referensi merupakan sumber yang digunakan dalam menyusun LKPD Interaktif berbasis Liveworksheets agar Peserta Didik dapat mengakses materi yang ada dalam produk dengan mudah.

Setelah merancang format, penelitian dilanjutkan dengan membuat produk mengikuti tahapan berikut ini.

1) Menyusun materi hidrolisis garam menggunakan Microsoft Power Point (PPt) dan diunggah ke dalam OneDrive.

2) Mengedit video eksperimen hidrolisis garam menggunakan Movie Maker dan diunggah ke dalam Youtube.

3) Mendesain sampul dan tampilan keseluruhan produk yang menarik menggunakan Canva.

4) Mendesain ukuran LKPD, ukuran huruf, jenis huruf, dan spasi yang sesuai untuk LKPD Interaktif berbasis Liveworksheets.

5) Membuat kombinasi warna yang menarik.

6) Menggunakan gambar yang relevan dengan topik hidrolisis garam. 7) Mengatur komposisi dan struktur kalimat dalam produk.

8) Mengunduh desain produk dari Canva dengan format Portable Document Format (PDF).

9) Setiap komponen produk yang telah dibuat lalu diintegrasikan ke dalam Liveworksheets.

3. Tahap Pengembangan (Development)

a. Pengembangan Produk Menggunakan Liveworksheets

Semua komponen yang dibuat sebelumnya digabungkan dan dikembangkan menjadi lebih menarik dan interaktif menggunakan program Liveworksheets. Produk menggunakan Liveworksheets sebagai program utama. Hasil pengembangan produk dapat diakses menggunakan tautan produk yang dibagikan melalui PC dan gawai dengan sistem Android atau iOS yang terhubung jaringan internet. Produk memuat PPt, video, gambar, dan latihan soal yang interaktif untuk mendukung pembelajaran hidrolisis garam.

(44)

b. Validasi Produk dan Instrumen Penelitian

Produk dan instrumen penelitian yang telah dikembangkan lalu diuji kelayakannya oleh validator. Penelitian ini melibatkan dua dosen Pendidikan Kimia dan dua guru kimia SMA. Hasil validasi menentukan kualitas produk dan instrumen penelitian agar dapat lanjut ke tahap selanjutnya.

Setelah validasi dilakukan, produk dan instrumen penelitian direvisi berdasarkan penilaian dan saran yang diberikan validator. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki kekurangan produk dan instrumen penelitian yang digunakan. Produk yang telah direvisi lalu diujicobakan kepada peserta didik dalam tahap berikutnya.

4. Tahap Implementasi (Implementation)

Tahapan ini merupakan tahap uji coba produk pada sampel penelitian. Oleh karena populasinya yang kecil, uji coba ini dikategorikan sebagai uji coba terbatas karena jumlah pesertanya berada di rentang 9 – 20 orang (Sadiman, 2014). Produk yang telah divalidasi diujicobakan pada 13 peserta didik kelas XI SMA Stella Duce Bambanglipuro. Uji coba terbatas ini nantinya dinilai menggunakan instrumen penelitian yang sudah dikembangkan. Tahapan ini sekaligus menjadi tahap pengambilan data penelitian. Pengambilan data ini berupa hasil identifikasi kemampuan berpikir kritis peserta didik, efektivitas produk melalui kegiatan observasi kemampuan berpikir kritis, dan kepraktisan produk melalui angket respon peserta didik.

5. Tahap Evaluasi (Evaluation)

Pada tahap akhir, produk yang telah divalidasi dan diujicobakan pada peserta didik lalu dievaluasi. Evaluasi ini dilakukan untuk menghasilkan LKPD Interaktif berbasis Liveworksheets yang berkualitas. Tahap evaluasi ini merekap semua saran perbaikan yang diberikan oleh validator. Setelah perbaikan dilakukan, produk telah selesai dan menjadi produk akhir.

Gambar

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis (Ennis, 1985)
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian 1. Pengembangan LKPD konvensional dan digital belum ada 2
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian Pengembangan Berdasarkan Model ADDIE    (Lee &amp; Owens, 2004)
Tabel 3.1 Kriteria Validasi LKPD Interaktif Berbasis Liveworksheets    (Riduwan, 2010)  Persentase (%)  Kategori  81 – 100  Sangat Valid  61 – 80  Valid  41 – 60  Cukup Valid  21 – 40  Kurang Valid  0 – 20  Tidak Valid
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dan proses pembelajaran menunjukkan bahwa LKPD berbasis PBL dengan isi dan konstruk telah memenuhi syarat dengan kategori baik berdasarkan penelaian ahli

Hasil kela- yakan produk tersebut menunjukkan bahwa LKPD IPA yang dikembangkan menunjukkan bahwa penyajian materi pokok dan rinciannya sangat sesuai pendekatan

Produk yang dikembangkan pada penelitian ini adalah LKPD berbasis inkuiri pada materi pengklasifikasian ikan menggunakan Model Prosedur pengembangan hasil adaptasi dari

Tahapan pengembangan LKPD yaitu: menganalisa kebutuhan dan karakteristik siswa, persiapan desain awal produk dengan mengumpulkan materi dan gambar-gambar yang disajikan

E-LKPD berbasis kearifan lokal tradisi batimung yang dikembangkan berdasarkan model ADDIE dimulai dengan tahapan Analyze yang meliputi analisis awal, analisis tugas, dan analisis materi

Keseluruhan respons keefektifan peserta didik memperoleh persentase rata-rata 94% sehingga LKPD berbasis PBL dapat dikategorikan sangat efektif serta termasuk layak diterapkan dalam

3 Tahun 2023 Hal: 654-663 https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu 654 PENGEMBANGAN E-LKPD INTERAKTIF BERBASIS COLLABORATIVE LEARNING PADA MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pengem- bangan, dapat disimpulkan bahwa: 1 produk yang dihasilkan berupa LKPD tema Gunung Meletus berbasis inkuiri terbimbing, dengan