• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sandu Siyoto STIKes Surya Mitra Husada Kediri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sandu Siyoto STIKes Surya Mitra Husada Kediri"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

148

KEJADIAN DIARE BERDASARKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DENGAN DI WILAYAH

PUSKESMAS TAMIS DI NUSA TENGGARA TIMUR Sandu Siyoto

STIKes Surya Mitra Husada Kediri

Permasalahan rendahnya kondisi sanitasi dan pelaksanaan PHBS yang kurang menyebabkan tingginya permasalahan kesehatan yang disebabkan oleh vektor penyakit khususnya diare. Kondis lingkungan yang buruk sangat berpengaruh terhadap meningkatnya perkembangan vektor diare di lingkungan tersebut dan diperparah oleh perilaku yang tidak sehat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan sanitasi lingkungan rumah dengan kejadian diare di wilayah puskesmas Tamis Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi NTT.

Desain penelitian ini adalah adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasinya adalah semua keluarga di wilayah puskesmas Tamis Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi NTT berjumlah 295 rumah, dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling, diperoleh sampel sebagian keluarga di Wilayah Puskesmas Tamis Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi NTT berjumlah 170 rumah. Variabel indepen dalam penelitian ini adalah PHBS dan sanitasi lingkungan rumah, sedangkan variabel dependennya adalah kejadian diare. Instrumen yang dipergunakan adalah kuesioner. Hasilnya dianalisa dengan menggunakan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kategori kurang yaitu 91 orang (53,5%), sebagian besar dari responden melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kategori kurang yaitu 91 orang (53,5%), dan sebagian besar dari responden pernah mengalami diare, yaitu 92 orang (54,1%).Hasil analisa data menunjukkan bahwa untuk variabel PHBS nilai p-value = 0,000 < α = 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare, untuk variabel sanitasi lingkungan rumah (X2) menunjukkan nilai p-value = 0,000 < α = 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan antara sanitasi lingkungan rumah dengan kejadian diare.

Permasalahan PHBS mencerminkan perilaku responden dalam pelaksanaan upaya hidup sehat diantaranya adalah kebiasaan cuci tangan yang dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi tangan oleh e-colli, kontaminasi ini mungkin terjadi ketika kondisi sanitasi lingkungan rumah tidak terjaga.

(2)

149

DIARRHEA EVENT BASED ON CLEAN AND HEALTHY BEHAVIOR AND ENVIRONMENTAL SANITATION IN THE HOME AT HEALTH CENTER

COMMUNITY TAMIS IN EAST NUSA TENGGARA Sandu Siyoto

STIKes Surya Mitra Husada Kediri

Problems of poor sanitary conditions and lack of implementation of CHLB causes high health problems caused by disease vectors, especially diarrhea. Condition of poor environmental influence on the increasing development of diarrhea vectors in the environment and exacerbated by unhealthy behaviors. The purpose of this study was to determine the relationship between clean and healthy living behavior (CHLB) and sanitary home environment with the incidence of diarrhea in health centers community Tamis region of North Central Timor NTT Province.

The design of this study is a cross sectional analytic approach. The population was all families in health centers Tamis region of North Central Timor NTT Province totaled 295 homes, using simple random sampling technique, the sample obtained part of the family in the village of North Central Timor NTT Province totaling 170 homes. Independence variables in this study were CHLB and sanitary home environment, while the dependent variable was the incidence of diarrhea. The instrument used was a questionnaire. The results were analyzed using logistic regression.

The results showed that most of the respondents done a clean and healthy living behaviors (CHLB) in the category of less that 91 people (53.5%), most of the respondents done a clean and healthy living behaviors (PHBs) in the category of less that 91 people (53.5%), and most of the respondents had experienced diarrhea, which is 92 people (54.1%). Result Data analysis showed that for PHBs variable p-value = 0.000 <α = 0.05 so H0 is rejected and H1 is accepted, which means there is a relationship between a clean and healthy living behavior (PHBs) with the incidence of diarrhea, for sanitary home environment variable (X2) shows the p-value = 0.000 <α = 0.05 so H0 is rejected and H1 is accepted which means that there is a relationship between the environmental sanitation with the incidence of diarrhea.

Problems of CHLB shows the behavior of respondents in the implementation effort of healthy living habits include hand habits that can lead to contamination of hands by e-colli, this contamination may occur when the environmental sanitation conditions are not maintained

Keyword: Behavior And Healthy Living, Diarrhea, Sanitary Home Environment PENDAHULUAN

Peningkatan kesehatan

lingkungan dimaksudkan untuk perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan melalui kegiatan peningkatan sanitasi, dasar kondisi fisik dan biologis yang tidak baik termasuk berbagai akibat sampingan pembangunan. Sanitasi dasar meliputi penyehatan air bersih, penyehatan pembuangan kotoran, penyehatan lingkungan perumahan, penyehatan air buangan / limbah, pengawasan sanitasi tempat umum dan penyehatan makanan dan minuman. (Hiswani, 2008). Kondisi sanitasi lingkungan, bila tidak didukung oleh perilaku hidup yang bersih dan

sehat tetap akan menyebabkan terjadinya berbagai permasalahan kesehatan. Hal ini disebabkan karena terjadinya berbagai macam penyebab penyakit yang disebabkan oleh kondisi sanitasi lingkungan diantaranya adalah berkembangnya vektor penyakit (Notoatmodjo, 2010). Kondisi lingkungan yang buruk dan tidak

dilaksanakannnya PHBS

menyebabkan terjadinya

berkembangnya vektor penyakit karena tersedianya media penyebab penularan berbagai penyakit khususnya diare (Kemenkes RI, 2011). Permasalahan rendahnya kondisi sanitasi dan pelaksanaan PHBS yang kurang menyebabkan tingginya

(3)

150 permasalahan kesehatan yang disebabkan oleh vektor penyakit. Untuk angka kejadian diare pada tahun 2013 sebesar 21,9 per seribu penduduk, meningkat dibanding angka kesakitan diare pada tahun 2012 (13,75/1000 penduduk). Sedangkan diare pada balita sebesar 661,21/1000 balita, menurun dibanding kasus diare balita pada tahun 2012 (125,2/1000 balita) dan tahun 2011 (108,7/1000 balita) (Dinkes Timor Tengah Utara, 2013). Menurut Depkes RI (2013), pada tahun 2013, 72% penyakit menular disebabkan karena vektor penyakit yang tidak terkendali misalnya diare karena perkembangan lalat. Sedangkan menurut Dinas Kesehatan Propinsi NTT pada tahun 2013 terdapat 17.115 kasus malaria, 2.711 kasus DBD dan kasus diare yang mencapai hampir 35 ribu kasus. Sedangkan data dari Puskesmas Fafinesu B Kabupaten TTU selama tahun 2013 terdapat 68 kasus diare. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 4 Januari 2014 terhadap 10 rumah di Desa Fafinesu B Kabupaten TTU Propinsi NTT diketahui bahwa seluruhnya teridentifikasi adanya kejadian diare .

Penyakit berbasis lingkungan memang berhubungan dengan sanitasi. Menurut Notoatmodjo (2010) sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya. Kondis lingkungan yang buruk sangat berpengaruh terhadap meningkatnya perkembangan vektor di lingkungan tersebut, misalnya lingkungan yang pengelolaan sampahnya tidak baik menyediakan media perkembang biakan lalat yang dapat menularkan penyakit diare, kondisi ini diperparah dengan pegelolaan tinja yang buruk dimana lalat dapat berkembang biak pada tinja sehingga memudahkan penyebaran bakteri e-colli (Hiswani, 2008).

Kondisi tersebut diperparah dengan tidak dilaksanakannya PHBS

secara baik, termasuk dalam penyediaan sarana sanitasi dasar yang memadai. Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan pemukiman sehat yang memenuhi syarat kesehatan meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban/ wc), pembuangan air limbah dan pengelolaan sampah (tempat sampah). Sarana sanitasi ini merupakan prasarana pendukung untuk melakukan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Azwar, 2009).

Upaya yang diperlukan untuk meningkatkan kondisi sanitasi

lingkungan adalah dengan

memberikan penyuluhan dan asistensi kepada masyarakat tentang penyediaan sarana sanitasi dasar, misalnya dengan menyediakan desain penampungan air bersih yang ideal serta pengelolaan air limbah secara memadai. Selain itu untuk mencegah perkembangan vektor penyakit, perlu dilakukan sosialisasi tentang PHBS sehingga masyarakat dapat melaksanakan PHBS secara tepat dan optimal.

TUJUAN

Mengetahui hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan sanitasi lingkungan rumah dengan kejadian diare di wilayah puskesmas Tamis Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi NTT.

METODE PENELITIAN Desain Penelitian

Dalam penelitian ini rancangan penelitian yang digunakan adalah korelasi dengan menggunakan metode cross sectional

Penelitian dilakukan di Wilayah Puskesmas Tamis Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi NTT pada tanggal 24 Juni-24 Juli 2014.

Populasi, Sampel dan Sampling Populasi dalam penelitian ini adalah semua rumah di Desa Tamis

(4)

151 Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi NTT, dengan menggunakan metode simple random sampling diperoleh sampel sejumlah 170 rumah. Variabel Penelitian

Variabel Independen dalam penelitian ini adalah perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) (X1) dan sanitasi lingkungan rumah (X2) sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian diare (Y). Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Lembar Kuesioner.

Analisa Data

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi logistik. Dalam proses perhitungannya dibantu dengan menggunakan bantuan program komputer dengan tingkat kemaknaan (α) 0,05, sehingga kesimpulan dalam penelitian ini adalah:

1. p < α maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan

2. p > α maka H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti tidak ada hubungan

Keterbatasan Penelitian

Pengukuran PHBS serta sanitasi dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan tidak dilakukan observasi boleh penelitian sehingga hasil penelitian tergantung pada kejujuran responden dalam mengisi kuesioner tersebut.

HASIL PENELITIAN

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Wilayah Puskesmas Tamis Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi NTT

Tabel 1. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Wilayah Puskesmas Tamis Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi NTT No PHBS Frekuensi % 1 Kurang 91 53,5 2 Cukup 75 44,1 3 Baik 4 2,4 Jumlah 170 100,0

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar dari responden melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kategori kurang yaitu 91 orang (53,5%).

Sanitasi lingkungan rumah di Wilayah Puskesmas Tamis Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi NTT

Tabel 2. Sanitasi lingkungan rumah di Wilayah Puskesmas Tamis Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi NTT Tahun 2014 No Sanitasi Frekuens i % 1 Kurang 99 58,2 2 Cukup 66 38,8 3 Baik 5 2,9 Jumlah 170 100,0

Berdasarkan tabel 2 diatas diketahui bahwa sebagian besar dari responden melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kategori kurang yaitu 91 orang (53,5%).

Kejadian Diare di Wilayah Puskesmas Tamis Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi NTT

Tabel 3. Kejadian Diare di Wilayah Puskesmas Tamis Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi NTT

No Kejadian Diare Frekuensi % 1 Tidak Diare 78 45,9

2 Diare 92 54,1

Jumlah 170 100,0 Berdasarkan tabel 3 diatas diketahui bahwa sebagian besar dari responden pernah mengalami diare, yaitu 92 orang (54,1%).

ANALISA DATA

Hasil Analisis Hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan sanitasi lingkungan rumah dengan kejadian diare di wilayah puskesmas Tamis Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi NTT

(5)

152

Tabel 6. Hasil Analisis Hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan sanitasi lingkungan rumah dengan kejadian diare di wilayah puskesmas Tamis Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi NTT

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a

PHBS -2.209 .551 16.103 1 .000 .110 sanitasi -3.751 .592 40.075 1 .000 .023 Constant 8.688 1.167 55.439 1 .000 5.929.432

a. Variable(s) entered on step 1: PHBS, sanitasi.

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa variabel perilaku hidup bersih dan sehat (X1) menunjukkan nilai p-value = 0,000 < α = 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare di wilayah puskesmas Tamis Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi NTT. Berdasarkan nilai Exp(B) dapat diinterpretasikan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) mempunyai hubungan positif dengan kejadian diare, yang berarti bahwa dengan menerapakan PHBS yang baik maka kecenderungan untuk terjadi diare 0.110 kali lebih rendah jika dibandingkan dengan orang yang tidak menerapakan PHBS dengan baik dan variabel sanitasi lingkungan rumah (X2) menunjukkan nilai p-value = 0,000 < α = 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan antara sanitasi lingkungan rumah dengan kejadian diare di wilayah puskesmas Tamis Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi NTT. Berdasarkan nilai Exp(B) dapat diinterpretasikan bahwa sanitasi lingkungan mempunyai hubungan positif dengan kejadian diare, yang berarti bahwa dengan kondisi sanitasi lingkungan yang baik maka kecenderungan untuk terjadi diare 0,023 kali lebih rendah jika dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki sanitasi lingkungan yang baik. PEMBAHASAN

A. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Wilayah Puskesmas Tamis Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi NTT

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Wilayah Puskesmas Tamis Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi NTT diketahui bahwa sebagian besar dari responden melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kategori kurang yaitu 91 orang (53,5%).

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan PHBS adalah ketersediaan sarana air bersih, tanpa adanya sarana air bersih maka sulit bagi masyarakat untuk dapat melaksanakan PHBS dengan baik, misalnya untuk cuci tangan membutuhkan tersedianya air bersih yang mengalir (Wibowo, 2009). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) merupakan perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat (Depkes RI, 2007). Manusia hidup di berbagai tatanan, yaitu di berbagai tempat atau sistem sosial dimana ia melakukan kegiatan sehari-harinya. Di setiap tatanan, faktor-faktor individu, lingkungan fisik dan lingkungan sosial berinteraksi dan

menimbulkan dampak pada

kesehatan. Oleh sebab itu dapat pula dikatakan bahwa satu tatanan adalah suatu tepat dimana manusia secara aktif memanipulasi lingkungan, sehingga menciptakan dan sekaligus juga mengatasi masalah-masalahnya

(6)

153 di bidang kesehatan. (Depkes RI, 2011).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden melaksanakan PHBS dalam kategori kurang, kondisi ini disebabkan oleh banyak faktor baik faktor yang bersifat fisik misalnya ketersediaan sarana dan prasarana dan faktor non fisik yaitu pengetahuan responden tentang

PHBS. Pelaksanaan PHBS

membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai, misalnya untuk dapat mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir maka dibutuhkan sarana air bersih yang mengalir. Kondisi ini pada daerah penelitian sangat sulit untuk dapat dipenuhi karena kondisi budaya dan lingkungan yang tidak memungkinkan. Pada daerah penelitian, air bersih khususnya pada musim kemarau sangat sulit diperoleh sehingga air yang dipergunakan untuk mencuci tangan ditempatkan pada tempat tertentu dan dipakai bergantian, sedangkan dari sisi budaya masyarakat terbiasa menampung air dan tidak terbiasa menggunakan air yang mengalir misalnya menggunakan pompa atau PDAM, kondisi ini menyebabkan sebagian besar responden tidak bisa melaksanakan PHBS dengan baik.

Hasil tabulasi silang

menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 36-45 tahun dengan pelaksanaan PHBS dalam kategori kurang, yaitu 67 responden (60,4%). Kondisi ini menunjukkan bahwa responden memasuki usia yang sudah mapan, apa yang dipercayai menjadi sulit untuk diubah, misalnya kebiasaan responden merokok di dalam rumah, akan mendapat tantangan ketika berusaha diubah, karena dianggap tidak memberikan efek apapun kepada dirinya maupun keluarganya. Hal ini menyebabkan sulitnya merubah kebiasaan yang telah dilaksanakan sejak lama dan secara turun menurun dilaksanakan.

Hasil tabulasi silang

menunjukkan bahwa bahwa sebagian

besar responden memiliki anggota keluarga berjumlah 4-6 orang dengan pelaksanaan PHBS dalam kategori kurang, yaitu 56 responden (51,9%). Dengan jumlah keluarga yang cukup banyak maka keluarga harus menyediakan sarana yang lebih banyak pula misalnya menyediakan air bersih yang lebih banyak untuk membilas saat cuci tangan, hal ini disiasati oleh keluarga dengan menyediakan air yang ditampung dalam satu tempat untuk cuci tangan bergantian, hal ini menyebabkan lama-kelamaan akan menjadi kotor dan tidak memenuhi syarat untuk mencuci tangan.

B. Sanitasi Lingkungan Rumah di Wilayah Puskesmas Tamis Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi NTT

Sanitasi lingkungan rumah di Wilayah Puskesmas Tamis Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi NTT diketahui bahwa sebagian besar dari responden melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kategori kurang yaitu 91 orang (53,5%).

Sanitasi lingkungan rumah merupakan sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan rumah sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia (Azwar, 2006). Salah satu kriteria rumah sehat menurut Depkes (2007) adalah tersedianya sarana sanitasi yang meliputi penyediaan air bersih, jamban keluarga, pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah. Kondis lingkungan yang buruk sangat berpengaruh terhadap meningkatnya perkembangan vektor di lingkungan tersebut, misalnya lingkungan yang pengelolaan sampahnya tidak baik menyediakan media perkembang biakan lalat yang dapat menularkan penyakit diare, kondisi ini diperparah dengan

(7)

154 pegelolaan tinja yang buruk dimana lalat dapat berkembang biak pada tinja sehingga memudahkan penyebaran bakteri e-colli (Hiswani, 2008).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi sanitasi lingkungan pada sebagian besar responden dalam kategori kurang, hal ini disebabkan karena ketidak mampuan responden dan keluarganya untuk menyediakan sarana yang layak, misalnya ketersediaan jamban yang tertutup jarang sekali dijumpai pada daerah penelitian. Kebanayakan keluarga menyediakan jamban dalam bentuk terbuka sehingga memungkinkan vektor dapat mengakses tinja yang berpengaruh pada terjadinya pencemaran lingkungan. Selain itu sarana air bersih juga terbatas, karena terbatasnya jumlah sumur gali dan akses ke mata air yang terbatas. Kondisi ini menyebabkan responden dan keluarganya sangat berhemat dalam penggunaan air bersih, yang kebayakan hanya diutamakan untuk memenuhi kebutuhan memasak dan minum. Hal ini menyebabkan responden rentan terhadap penaykit lingkungan.

Terkait dengan pengelolaan sampah hampir seluruh keluarga mengelolanya sendiri dengan menimbul sampah dalam lubang atau dengan membakarnya. Pada proses ini muncul kerentanan pada sampah dikumpulkan dapat dijadikan sebagai media berkembang biaknya vektor penyakit sehingga memungkinkan terjadinya permasalahan penyakit lingkungan misalnya diare, mutaber atau demam berdarah.

Hasil tabulasi silang

menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai petani / buruh tani dengan kondisi sanitasi lingkungan rumah dalam kategori kurang, yaitu 49 responden (70,0%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah petani atau buruh tani, kondisi ini menyebabkan responden dalam bekerja jauh dari sumber-sumber

informasi tentang sanitasi lingkungan

sehingga responden hanya

melaksanakan apa yang telah dilaksanakan oleh para pendahulunya kondisi ini menyebabkan tidak terjadi perbaikan kondisi sanitasi rumah. C. Kejadian Diare di Wilayah

Puskesmas Tamis Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi NTT

Kejadian Diare di Wilayah Puskesmas Tamis Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi NTT diketahui bahwa sebagian besar dari responden pernah mengalami diare, yaitu 92 orang (54,1%).

Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik), yang secara klinis berupa pernapasan Kussmaul, hipoglikemia gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi. (Setiowulan, 2001). Penyebab diare diantaranya adalah infeksi yaitu virus (Rotavirus, Adenovirus, Norwalk), bakteri (Shigella, Salmonella, E. Coli); parasit (protozoa: E. Histolytica, G. Lamblia, Balantidium coli; cacing perut Askaris, Strongiloideus; dan jamur: Kandida), malabsorpsi yaitu karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak, atau protein, makanan yaitu makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan, dan Psikologis: rasa takut dan cemas (Hiewani, 2004). Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elktrolit tanpa melihat etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi) kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti (terapi rumatan) (Depkes RI, 2007).

Hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa sebagian besar responden pernah mengalami diare

menunjukkan ada berbagai

permasalahan baik dipandang dari sudut pandang kesehatan lingkungan maupun perilaku kesehatan. Pada daerah peneitian sangat jarang dijumpai wastafel yang diepruntukan

(8)

155 anggota keluarga mencuci tangan dengan sabun dengan menggunakan sabun, kebanyakan responden mencuci tangan dengan cara dicelupkan air dalam bak penampungan untuk cuci tangan, kondisi ini memungkinkan terjadinya penularan diantara anggota keluarga karena menggunakan tempat cuci dan air yang sama. Kebiasaan di daerah penelitian mencuci tangan kebanyakan hanya dilakukan jika secara fisik tangan terlihat kotor, misalnya terkena tanah, baru responden mencuci tangan.

Hasil tabulasi silang

menunjukkan bahwa sebagian besar responden terdapat kejadian diare di wilayah RTnya dengan kejadian diare dalam kategori terjadi, yaitu 64 responden (63,4%). Kondisi ini menunjukkan rentannya terjadi penularan diare antar keluarga karena adanya beberapa kebiasaan yang memunkinkan yaitu diantaranya adalah penggunaan tempat penampungan

sampah yang terbuka dan

penggunaan jamban terbuka sehingga vektor penyakit diare dapat hinggap dari rumah satu ke rumah lainnya sehingga menyebabkan terjadinya permasalahan kontaminasi lingkungan jika ada salah satu anggota masyarakat yang menderita diare. D. Hubungan Antara Perilaku

Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Dan Sanitasi Lingkungan Rumah Dengan Kejadian Diare Di Wilayah Puskesmas Tamis Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi NTT

Kejadian Hasil analisis regresi logistik tersebut menunjukkan nilai probabilitas untuk variabel perilaku hidup bersih dan sehat (X1) menunjukkan nilai p-value = 0,000 < α = 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare di wilayah puskesmas Tamis Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi NTT.

Nilai probabilitas variabel sanitasi lingkungan rumah (X2) menunjukkan nilai p-value = 0,000 < α = 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan antara sanitasi lingkungan rumah dengan kejadian diare di wilayah puskesmas Tamis Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi NTT.

Kondisi sanitasi lingkungan, bila tidak didukung oleh perilaku hidup yang bersih dan sehat tetap akan menyebabkan terjadinya berbagai permasalahan kesehatan. Hal ini disebabkan karena terjadinya berbagai macam penyebab penyakit yang disebabkan oleh kondisi sanitasi lingkungan diantaranya adalah berkembangnya vektor penyakit (Notoatmodjo, 2010). Kondisi lingkungan yang buruk dan tidak

dilaksanakannnya PHBS

menyebabkan terjadinya

berkembangnya vektor penyakit karena tersedianya media penyebab penularan berbagai penyakit khususnya diare (Kemenkes RI, 2011). Kondisi tersebut diperparah dengan tidak dilaksanakannya PHBS secara baik, termasuk dalam penyediaan sarana sanitasi dasar yang memadai. Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan pemukiman sehat yang memenuhi syarat kesehatan meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban/ wc), pembuangan air limbah dan pengelolaan sampah (tempat sampah). Sarana sanitasi ini merupakan prasarana pendukung untuk melakukan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Azwar, 2009).

Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi antara pelaksanaan PHBS dan sanitasi dengan kejadian diare. Sanitasi lingkungan menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kondisi sanitasi lingkungan yang kurang dalam arti banyak mengalami permasalahan diantaranya adalah penggunaan air

(9)

156 bersih yang tidak memenuhi syarat sehingga menyebabkan responden mengalami berbagai permasalahan yang terkait dengan kontaminasi air bersih karena sumber air bersih yang terbatas. Selain itu pengelolaan sampah yang tidak dilaksanakan dengan baik akan menyebabkan terjadinya kkontaminasi lingkungan sehingga berdampak pada terjadinya diare pada responden.

Permasalahan PHBS

mencerminkan perilaku responden dalam pelaksanaan upaya hidup sehat diantaranya adalah kebiasaan cuci tangan yang dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi tangan oleh e-colli sehingga dapat masuk kedalam saluran pencernaan dan menyebabkan terjadinya diare. Permasalahan lainnya adalah penggunaan air untuk cuci tangan serta penggunaan sabun untuk cuci tangan. Selain permasalahan terkait dengan cuci tangan permasalahan pemenuhan nutrisi yang sehat juga dapat menyebabkan diare, dimana responden yang konsumsi nutrisinya kurang dapat berdampak pada terjadinya penurunan daya tahan tubuh sehingga dapat menyebabkan infeksi diare.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Sebagian besar dari responden melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kategori kurang yaitu 91 orang (53,5%). 2. Sebagian besar dari responden

pernah mengalami diare, yaitu 92 orang (54,1%).

3. Variabel perilaku hidup bersih dan sehat (X1) menunjukkan nilai p-value = 0,000 < α = 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare di wilayah puskesmas Tamis Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi NTT.

4. Nilai probabilitas variabel sanitasi

lingkungan rumah (X2)

menunjukkan nilai p-value = 0,000 < α = 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan antara sanitasi lingkungan rumah dengan kejadian diare di wilayah puskesmas Tamis Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi NTT.

Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat

meningkatkan kepustakaan tentang Kejadian diare khususnya terkait dengan hubungan kelayakan sarana sanitasi dasar penduduk dan PHBS.

2. Bagi Institusi Kesehatan

Diharapkan dapat

meningkatkan kegiatan penyuluhan tentang pencegahan diare dan penyediaan sarana sanitasi dasar yang layak umum, misalnya MCK umum.

3. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat

melaksanakan PHBS dengan sebaik-baiknya, khususnya dalam menyediakan sarana cuci tangan dan sarana sanitasi yang memenuhi syarat.

DAFTAR PUSTAKA

Ashwill. 2001. Dehydration Mechanism of Ether FormationUsing an Alumina Catalyst, J. of Catalysis, Azwar, S, 2009, Sikap Manusia, Teori

dan Pengukurannya, Jakarta : Pustaka Pelajar.

________. 2009. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Binnarupa Aksara.

Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta

(10)

157 Darwis, S. D. 2003. Metode Penelitian

Kebidanan Prosedur Kebijakan & Etik. Jakarta, EGC

Depkes RI., 2001. Pedoman Pelayanan Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah Sakit. Departemen Kesehatan RI, DepKes RI, 2004. Sistem Kesehatan

Nasional 2004, Jakarta.

_________. 2007. Pedoman Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Jakarta.

_________. 2011. Profil Indonesia Sehat. Jakarta: PT Rineka Cipta _________. 2010. Indikator PHBS

Rumah Tangga. Jakarta: PT Rineka Cipta

Hiswani. 2008. Diare Merupakan Salah Satu Masalah Kesehatan Masyarakat Yang Kejadiannya Sangat Erat Dengan Keadaan Sanitasi Lingkungan. E-Journal : Universitas Sumatra Utara

Kemenkes RI. 2011. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Besih dan Sehat. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI

Notoadmodjo, S. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

__________. 2007. Promosi

Kesehatan dan Ilmu Perilak. Jakarta:Rineka Cipta

__________. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam, 2008. Manejemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik keperawatan Profesional Edisi Profesional. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan.edisi 3. Jakarta : Salemba Medika

Praditya, Sofie. 2011. Gambaran Sanitasi Lingkungan Rumah Tinggal Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Jember: Jurnal

Kesehatan Masyarakat

Universitas Negeri Jember. Pratiknya, A.W. 2005, Dasar-dasar

Metodologi Penelitian Kedokteran & Kesehatan, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sugiyono, 2007. Statiska Untuk

Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Setiowulan. 2001. Kapita Selekta

Kedokteran. Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. p.307-313.

Referensi

Dokumen terkait

premium dari Magnum merupakan kunci utama dalam membentuk citra mewah yang membuat magnum menjadi fenomenal (Laporan tahunan Unilever Indonesia hal 52). Dengan melihat

Sebab Pasal 18B ayat (2) sebagaimana telah diterangkan sebelumnya hanya mengakomodir kesatuan masyarakat hukum adat yang dalam terminologi Undang Undang Nomor 6 tahun

168 I I only want to look and rejoice disinterestedly ; In Paramore's house ' Expressing his feeling : Pleased, intimate in the happiness Qfmy dear Julia, my.

empiris adalah senyatanya, usaha nyata, khususnya yang berkaitan dengan masalah tindakan nyata yang dilakukan Badan Pengawas. Obat dan Makanan dalam melakukan

Adapun hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa t hitung &gt; t tabel atau 5,05 &gt; 2,02 maka disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya bahwa ada pengaruh penguasan konsep

Adapun Laporan Kerja Praktek Lapangan ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Studi Diploma 3 Perpajakan Fakultas Ekonomi dan

Tahapan evaluasi merupakan tahap dalam asuhan keperawatan yang dimana mahasiswa menilai asuhan keperawatan yang telah dilakukan evaluasi pada An. A sesuai dengan

Kesedaran dan kepekaan kita sebenarnya menjadi faktor utama yang menyumbang kepada pembangunan dan perkembangan di kalangan kanak-kanak terutamanya perkembangan mental dan