• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK MELALUI METODE PEMBELAJARAN TIME TOKEN MATERI SEGITIGA DI KELAS VII A 3 SMP NEGERI 2 LUWUK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK MELALUI METODE PEMBELAJARAN TIME TOKEN MATERI SEGITIGA DI KELAS VII A 3 SMP NEGERI 2 LUWUK"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK MELALUI METODE

PEMBELAJARAN TIME TOKEN MATERI SEGITIGA DI KELAS VII A

3

SMP NEGERI 2 LUWUK

Oleh:

Lakilo Laruli

Email: laruilakilo@gmail.com

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tompotika Luwuk Abstrak

Masalah utama pada penelitian ini adalah rendahnya kemampuan berpikir kreatif Peserta Didik Kelas VII A3 di SMP

Negeri 2 Luwuk pada materi segitiga. Ada beberapa hal yang menyebabkan permasalahan tersebut diantaranya pada pada dasarnya Peserta Didik kurang perhatian pada proses pembelajaran, malu bertanya pada guru serta kurangnya latihan dalam menyelesaikan soal sehingga peserta didik kesulitan dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan materi segitiga. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas. Rancangan penelitian tindak kelas ini mengacu pada model pembelajaran Spiral Kemmis dan Taggrat menurut Suharsimi Arikunto yang dilakukan dua siklus dan setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Penelitian ini dilakukan Kelas VII A3 di

SMP Negeri 2 Luwuk pada Tahun Ajaran 2016/2017. Berdasarkan hasil tes tindakan, terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif Peserta Didik. Mulai dari tes awal sampai tes akhir tindakan siklus II. Peningkatannya dapat dilihat dari 67,16% pada siklus I menjadi 90,44% pada siklus II. Untuk hasil observasi peserta didik dan guru terjadi peningkatan dari sikus I sampai sikus II. Peningkatan hasil observasi peserta didik dapat diihat dari 75% pada sikus I menjadi 96,36% pada siklus II,dan peningkatan hasil observasi guru dapat dilihat dari 70,83% dari sikus I menjadi 97,72% pada siklus II. Hal ini menunjukan bahwa penerapan metode Times token pada materi segitiga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika Peserta Didik Kelas VII A3 di SMP Negeri 2 Luwuk Kabupaten Banggai.

Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika, Penerapan Metode Times token PENDAHULUAN

Matematika merupakan alat bantu yang sangat penting dan berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta merupakan sarana berpikir untuk menumbuh kembangkan pola pikir logis, sistematis, obyektif, kritis, rasional dan pembentukan sikap yang harus dibina sejak pendidikan dasar. Oleh sebab itu matematika harus mampu menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan daya nalar peserta didik dan kemampuan dalam mengaplikasikannya untuk menghadapi tantangan hidup serta memecahkan masalah dalam matematika, mata pelajaran lain, maupun dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

Kenyataan dalam kegiatan belajar untuk pemenuhan tujuan pembelajaran belum terlaksana khususnya pada mata pelajaran matematika. Hal itu dapat terlihat dalam kemampuan mereka dalam menyelesaikan soal soal berkaitan dengan segitiga. Hasil wawancara kami dengan guru matematika di SMP Negeri 2 luwuk beliau mengatakan sebagian besar siswa belum bisa memberikan gagasan atau ide dari soal matematika misalnya ketika di berikan soal mengenai materi segitiga yang menyangkut dengan lingkungan sekitar siswa belum mampu mengajukan ide-ide misalnya ketika diberikan soal tentang segitiga dalam kehidupan sehari-hari itu seberti apa? Siswa belum mampu. belum mengenal segitiga atau mengembangkan dalam menyelesaian soal-soal yang berbeda dengan orang lain, hal itu terungkap ketika mereka mengerjakan soal macam - macam segitiga seperti segitiga sama kaki, segitiga sama sisi, dan segitiga sembarang. Dengan demikian kemampuan siswa untuk menguraikan suatu objek atau masalah masih rendah. Hal ini tergambarkan dari perolehan peserta didik dalam materi segitiga pada semester genap tahun pelajaran 2015-2016. Bahwa dari 34 peserta didik, 24 orang atau 70,59% tidak mencapai criteria ketuntasan yaitu 70.

Salah satu pendekatan yang dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran sebagai upaya peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematika pada peserta didik adalah konsep Metode Pembelajaran Time Token. Menurut Wuryani (2004: 262) “Metode Pembelajaran Time Token merupakan bentuk pendekatan untuk mengubah perilaku belajar peserta didik dengan cara memberikan rangsangan kepada peserta didik dalam bentuk hadiah atau pun nilai tertentu, yang diberikan kepada peserta didik setiap ia memenuhi perubahan-perubahan perilaku yang diharapkan guru. Sebagai contoh dalam proses pembelajaran apabila peserta didik dapat mengerjakan suatu tugas yang diberikan, ia akan diberikan sebuah kartu ataupun nomor tertentu setiap kali melakukan perubahan yang diinginkan guru. Pada suatu saat kartu-kartu perolehan tersebut, akan diakumulasikan untuk mendapatkan insentif-insentif tertentu, seperti peralatan sekolah, voucher pulsa, atau bahkan Handphone sekalipun dan lain sebagainya. Intinya adalah diharapkan peserta didik dapat mengalami perubahan sikap, perilaku dan terutama prestasi belajarnya berdasarkan rangsangan-rangsangan token tertentu”.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul “ Upaya Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif Peserta Didik Melalui Metode Pembelajaran Time Token Materi Segitiga di Kelas VII A3 SMP Negeri 2 LUWUK”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah yang dinyatakan secara jelas “Apakah dengan Metode Pembelajaran Time Token dapat meningkatkan Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif Matematika pada peserta didik Materi Segitiga kelas VII A3

(2)

LANDASAN TEORITIS

Kemampuan Berpikir Kreatif

Menurut Taylor (Nakin, 2012: 65) kreatif dipandang bersifat magis atau misterius sehingga tidak dapat dianalisis dan oleh karenanya tidak dapat dikembangkan. Kreativitas dipandang sebagai kemampuan individu jenius berkemampuan luar biasa yang melibatkan aktivitas pikiran bawah sadar (unconcious mind) untuk menghasilkan produk yang secara sosial diasumsikan kreatif. Produk-produk kreatif tersebut berupa karya seni, seperti lukisan atau puisi.

Haylock (2007: 47) Menurutnya, berpikir kreatif matematika mempunyai pengertian sama dengan kreativitas dalam matematika sekolah. Kecenderungan orang yang memandang bahwa matematika tidak mempunyai kesamaan karakteristik sama dengan kreativitas dapat ditilik dari adanya pandangan bahwa pada umumnya orang tidak melihat adanya suatu produk nyata matematika yang dikategorikan kreatif.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan kemampuan berpikir kretif matematika merupakan kesanggupan seseorang dalam melakukan sesuatu, untuk menyelesaikan masalah atau menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan baru dalam menyelesaikan soal matematika yang diberikan oleh guru. dengan indikator: 1) Mendeteksi suatu pernyataan; 2) Mengemukakan pemecahan; dan 3) Merinci secara detail.

Metode Pembelajaran Time Token

Pembelajaran Time Token diperkenalkan oleh arends pada Tahun 1998. Menurut Arends (2008: 21) “Pembelajaran Time Token merupakan identik dengan pembelajaran cooperative learning CL, hanya saja dalam pembelajaran Time Token ada pemberian semacam reward atau penghargaan kepada peserta didik jika dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Sedangkan O’leary dan Drabmant (dalam Wuryani, 2004 hal 262) “Time Token atau penguat sekunder adalah pendekatan pengajaran dengan memberikan rangsangan positif berupa sesuatu kepada peserta didik yang menunjukkan perilaku tertentu yang diharapkan dalam pembelajaran sebagai reward yang ditandai dengan suatu token atau kartu yang dapat ditukarkan dengan suatu hadiah tertentu”. Rangsangan reward dapat menyelesaikan masalah pembelajaran dengan membiarkan semua peserta didik mendapat token (kartu tertentu) untuk pekerjaan akademik dan tingkah laku positif di kelas. Token mungkin dapat berupa, angka, check, kartu, mainan, yang berbentuk uang atau bentuk apapun yang mudah diidentifikasi sebagai milik peserta didik. Secara periodik peserta didik menukar token yang telah mereka dapat selama pembelajaran dengan beberapa hadiah yang mereka inginkan.

Kemudian Menurut Suprijono, (2011: 111). Metode

Time Token merupakan salah satu dari metode

pembelajaran aktif. Metode pembelajaran aktif pada hakekatnya yaitu suatu metode pembelajaran yang mengarahkan atensi peserta didik terhadap materi yang dipelajarinya Metode pembelajaran Time Token Arend adalah salah satu metode pembelajaran yang secara langsung maupun tidak langsung menuntut peran aktif dari tiap peserta didik untuk berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung.

Selanjutnya menurut Aqib (2014 hal: 33) “pembelajaran Time Token merupakan struktur yang dapat

digunakan mengajarkan ketempilan sosial. Selain itu juga untuk menghindari peserta didik mendominasi pembicaraan atau peserta didik diam sama sekali”.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan metode pembelajaran Time Token adalah suatu penyajian materi pelajaran yang dengan memberikan rangsangan positif berupa sesuatu kepada peserta didik yang menunjukkan perilaku tertentu yang diharapkan dalam pembelajaran sebagai reward yang ditandai dengan suatu token atau kartu yang dapat ditukarkan dengan suatu hadiah tertentu, Selain itu juga untuk menghindari peserta didik mendominasi pembicaraan atau peserta didik diam sama sekali untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yng ingin dicapai.

Kemudian menurut Aqib (2014: 34) langkah-langkah dari pembelajaran dengan menerapkan Time Token ini sebagai berikut: (1) mengkondisikan peserta didik untuk melaksanakan diskusi (Cooperative Learning/CL), (2) tiap peserta didik diberi kupon berbicara dengan waktu lebih kurang 30 detik, serta peserta didik diberi sejumlah nilai sesuai waktu keadaan, (3) jika telah selesai berbicara, kupon yang dipegang peserta didik diserahkan. Setiap berbicara satu kupon dan (4) peserta didik yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Yang masih pegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis.

Adapun kelebihan dan kekurangan dari penerapan

Time Token sebagai berikut: menurut Arends (2008 hal:

27): (1) kelebihan penerapan Time Token : (a) dapat membantu mendistribusikan partisipasi dengan lebih merata kepada peserta didik pada kelompoknya dan (b) dapat menghindari peserta didik mendominasi pembicaraan atau peserta didik diam sama sekali dalam kelompoknya. Dan (2) kekurangan penerapan Time Token: (a) sulitnya menggelompokkan peserta didik yang memilki keterampilan sosial dalam kelompok, dan (b) membutuhkan waktu banyak waktu dan pemikiran yang ekstra lebih untuk membuat token yang baik dan menarik untuk diberikan kepada peserta didik agar termotivasi dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Kerangka Berpikir dan Hipotesis penelitian

Pendekatan dalam pembelajaran merupakan jalan utama menuju pencapaian Kemampuan Berpikir Kreatif matematika peserta didik. Salah satu bentuk pendekatan yang direkomendasikan untuk dapat meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif matematika peserta didik adalah dengan melalui penerapan Time Token. Time Token merupakan bentuk pengubahan perilaku peserta didik dengan melalui pemberian rangsangan hadiah setiap perubahan perilaku itu terjadi. Dengan demikian ketika perilaku pembelajaran telah mencapai taraf yang diharapkan, maka dengan demikian Kemampuan Berpikir Kreatif matematika peserta didik pun akan meningkat. Berikut ini akan diuraikan dalam bentuk bagan kerangka berpikir tentang penerapan Time Token sebagai upaya peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif matematika peserta didik.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori di atas di rumuskan hipotesis tindakan yaitu “Pembelajaran pada Materi Segitiga Menggunakan metode pembelajaran Time Token, dapat meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Peserta Didik kelas VII A³ di SMP Negeri 2 Luwuk”.

(3)

METODOLOGI PENELITIAN Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Luwuk Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah Tahun Pelajaran 2016-2017. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret – April 2017

Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang di lakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Kolaboratif artinya peneliti bekerjasama dengan guru kelas, sedangkan partisipatif artinya peneliti di bantu teman sejawat sebagai

observer. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti

menggunakan model yang dikemukakan oleh Kemis dan Mc. Taggart (dalam Arikunto, 2007: 16). Yang terdiri 4 tahapan yakni Perencanaan (planing), Pelaksanaan (acting), Observasi (observing) dan Refleksi (reflecting) dalam setiap siklus.

Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah peserta didik di kelas VII A3

berjumlah 34 peserta didik yang terdiri atas 19 laki-laki dan 15 perempuan.

Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah berikut: 1) Lembar observasi dan 2) Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Pengembangan Instrumen Definisi operasional

Kemampuan berpikir kretif matematika Skor total yang diperoleh setelah peserta didik mengisi tes kemampuan kreatif matematika. dengan indikator: 1) Mendeteksi suatu pernyataan; 2) Mengemukakan pemecahan; dan 3) Merinci secara detail.

Hasil Uji Coba Instrumen Siklus I

Pengujian Validitas Butir

Dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment

Pearson dan bantuan program microssoft excel 2007, dari 6

butir soal yang diuji cobakan diperoleh 6 butir yang valid soal no 1, 2, 3, 4, 5 dan 6, dan. Rangkuman perhitungan butir yang valid disajikan pada lampiran 6.

Pengujian Reliabilitas Instrumen

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa 6 butir soal instrumen yang diuji cobakan diperoleh 6 butir soal yang valid dan memiliki reliabilitas sebesar r = 0,748. Artinya tingkat ketepatan tes tersebut sudah valid dan reliabel. Sehingga butir-butir tersebut dapat memenuhi syarat untuk dijadikan instrumen penelitian untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematika peserta didik.

Siklus II

Pengujian Validitas Butir

Dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment

Pearson dan bantuan program microssoft excel 2007, dari 6

butir soal yang diuji cobakan diperoleh 6 butir yang valid soal no 1, 2, 3, 4, 5 dan 6, dan. Rangkuman perhitungan butir yang valid disajikan pada lampiran 6.

Pengujian Reliabilitas Instrumen

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa 6 butir soal instrumen yang diuji cobakan diperoleh 6 butir soal yang valid dan memiliki reliabilitas sebesar r = 0,747. Artinya tingkat ketepatan tes tersebut sudah valid dan reliabel. Sehingga butir-butir tersebut dapat memenuhi syarat untuk dijadikan instrumen penelitian untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematika peserta didik.

Teknik Analisis Data

Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika peserta didk tersebut dianalisis secara kuantitatif.

Indikator Keberhasilan

Adapun indikator keberhasilan untuk mengukur hasil belajar tersebut adalah sebagai berikut :

1. Hasil observasi kegiatan guru dan aktivitas peserta didik dari seluruh aspek yang dinilai dalam lembar pengamatan mencapai 85 % setelah mengkuti kegiatan pembelajaran berdasarkan model/metode/pendekatan atau strategi pembelajaran.

2. Rata-rata kemampuan berpikir kreatif dari seluruh peserta didik yang dikenai tindakan memperoleh nilai ≥ 85.

3. Kemampuan berpikir kreatif matematika peserta didik setiap langkah-langkah/ indikator kemampuan berpikir kreatif sekurang-kurangnya 70%.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembelajaran matematika melalui penerapan Metode

Times Token telah dilaksanakan sesuai dengan langkah–

langkah pembelajaran penerapan Metode Time Token yang disesuaikan dengan RPP. Dari hasil temuan bahwa dengan menerapkan Metode Times Token meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, hal ini dapat dilihat persentase dari siklus pertama 68,99% meningkat kesiklus kedua menjadi 90,44 ini menunjukkan, penerapan pembelajaran Metode Times Token sanagat efektif untuk diterapkan pada materi segitiga. Hal ini didukung oleh Aqib (2014 hal: 33) “pembelajaran Time Token merupakan struktur yang dapat digunakan mengajarkan ketempilan sosial. Selain itu juga untuk menghindari peserta didik mendominasi pembicaraan atau peserta didik diam sama sekali”. Keterbatasan penelitian dalam penelitian ini kesilutan mengidentikasi atau membuat token yang baik serta kesulitan untuk mengelompokkan peserta didik agar merata dalam segi kemampuannya dalam berkomunikasi.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti memperoleh gambaran bahwa penerapan Metode Time Token yang telah diterapkan merupakan suatu alternatif untuk meningkatkan kemampuan Berpikir Kreatif matematika peserta didik dalam menyelesaikan masalah–masalah pada luas dan keliling segitiga.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan Hasil observasi kegiatan dan aktivitas peserta didik dari seluruh aspek yang dinilai dalam lembar pengamatan siklus I mencapai aktifitas guru 70,83%, keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran 75% dan mengalami peningkatan pada siklus II mencapai aktifitas guru 97,72% dan aktifitas peserta didik selama proses pembelajaran mencapai 96,36% setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan menerapkan motede

Time Token. Rata–rata kemampuan Berpikir Kreatif

(4)

tindakan mencapai 67,16% pada siklus I dan 90,44% pada siklus II. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa penerapan metode Times Token dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika peserta didik kelas VIIA3 SMP Negeri 2 Luwuk.

Saran

Adapun saran – saran yang penulis maksud dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Dari hasil penelitian yang diperoleh ternyata penggunaan metode Time Token dapat meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika peserta didik pada materi luas ddan keliling segitiga, oleh karena itu hendaknya guru lebih mengintensifkan penggunaan pendekatan ini dalam kegiatan pembelajaran yang relevan.

2. Guru hendaknya selalu meningkatkan wawasan pengetahuan tentang berbagai pendekatan dalam proses pembelajaran sehingga guru dapat memilih dan menggunakan pendekatan yang relevan untuk melaksanakan proses pembelajaran.

3. Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya peserta didik dibiasakan untuk selalu mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya melalui berbagai kegiatan menganalisis dan memecahkan permasalahan- permasalahan.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard. (2008). Learning to teach (belajar untuk

mengajar))(buku satu) terjemahan. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

Aqib, Zainal (2014). Model-Model, Media dan Strategi

Pembelajaran Kontekstual (inovatif.). Bandung: Rama

Widya.

Haylock. (2007). Adolescence Perkembangan Kreativitas

Remaja. Jakarta: Erlangga.

Nakin. (2012). Pengembangan Kreativitas siswa Melalui

Pembelajaran Matematika. Bandung: Rosda Karya.

Suprijono, A. (2011). Cooperative Learning. Teori dan

aplikasi. Jakarta: Erlangga.

(5)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk tahun 2016, Direktorat EKPD akan tetap melakukan kegiatan Koordinasi EKPD di 34 Provinsi, dengan tambahan dua kegiatan utama, yaitu (1) Evaluasi Ketimpangan

Hasil analisis laporan keuangan tersebut akan memperlihatkan kinerja perusahaan yang menghasilkan rasio, yang menunjukkan hasil secara lebih baik dari pada hanya dengan

MODEL PELATIHAN ASESMEN MEMBACA PERMULAAN BAGI GURU DI SEKOLAH DASAR KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

mempermudah pembaca memahami tulisan ini, maka skripsi ini dibagi dalam beberapa bagian yaitu: halaman judul, lembar pengesahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi,

Fokus penelit ian ini adalah ” Bagaimana Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pengelolaan Supervisi Pembelajaran (St udi M ult isit us Sekolah Dasar Negeri Ngut er 1 dan 2 Kabupat

Responden utama dari penelitian ini adalah petani yang tergabung dalam kelompok tani Subur Basuki dan Subur Raharjo yang telah mengikuti program PHSL (Pemupukan

Hasil dari kesimpulan dari penelitian ini, analisis hukum Islam dan hukum positif terhadap isteri yang meninggalkan suami dapat dikatakan isteri tersebut nusyuz

Amin dan Amri (2011) mengutip pendapat Budiyono (2006) dan Carr (1992) menjelaskan bahwa ruang terbuka publik merupakan salah satu elemen kota yang ditujukan