68
ANALISIS DAN HASIL
4.1 Efektifitas dan Efisiensi Penilaian Kinerja
Suatu kinerja dikatakan efektif bila dapat diselesaikan dalam waktu yang tepat atau lebih cepat dari perkiraan target penyelesaian sedangkan suatu kinerja dapat dikatakan efisien apabila terdapat unsur penghematan dalam biaya. Pada bab sebelumnya kita sudah melihat proses bisnis perusahaan dan juga terdapat standar kinerja perusahaan yang diukur untuk keberhasilan suatu proyek. Urutan dari pengerjaan proyek lahan gambut dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Urutan Pengerjaan Lahan Gambut Sumber: Dokumen Proses Bisnis CV. Jawara Kasih Sejati
Berikut analisis efektifitas dan efisiensi proses pengerjaan proyek: 1. Land Clearing
Land clearing adalah proses pembersihan permukaan lahan dan pembuangan tunggul yang besar keluar dari lahan produksi gambut. Karenanya ada keterkaitan antara proses land clearing dengan proses buang sampah. Luas lahan yang harus dibersihkan berdasarkan kontrak adalah 187,2 Ha dimana untuk proses ini akan diberikan upah sebesar Rp 6.000.000,-/Ha dengan total nilai Rp 1.123.200.000,-Menurut wawancara dengan pihak keuangan dan melihat hasil kinerja lapangan
dari bulan April 2009 hingga Juni 2009 didapati proses land clearing membutuhkan waktu kurang lebih 1.000 jam dimana setiap jam untuk satu unit excavator memerlukan bensin sebanyak 22 L dengan insentif Rp 100.000,-/Ha. Perincian biaya land clearing dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Perincian Biaya Land Clearing
Land clearing
Rincian Total Biaya bensin excavator 22.000 Liter x 6.000 /Liter Rp 132.000.000
Biaya kontrak 1.000 Jam x 150.000 /Jam Rp 150.000.000 Insentif operator 187,2 Ha x 100.000 /Ha Rp 18.720.000
Total biaya Land Clearing Rp 300.720.000 Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Proses land clearing bisa dikatakan sudah efektif karena dari segi waktu penyelesaian hanya membutuhkan waktu ±3 bulan. Dari segi efisiensi, proses land clearing belum dapat terlihat secara jelas pengaruhnya terhadap perusahaan karena meskipun kegiatan land clearing sangat menguntungkan bagi perusahaan tetapi dalam proses pembuangan sampah masih diperlukan evaluasi lebih lanjut.
2. Buang Sampah
Buang sampah adalah proses pembuangan tunggul dan sampah yang tidak dibutuhkan pada lahan produksi. Terdapat 2 kali proses buang sampah dalam keseluruhan proses pengolahan lahan gambut, pertama sesudah proses land clearing, dan kedua sesudah proses cabut tunggul. Pada proses ini membutuhkan excavator dan traktor. Perkiraan penggunaan total jam kerja excavator adalah 7.000 jam dimana setiap jam satu unit excavator membutuhkan bensin 22 L dan perkiraan kinerja traktor adalah 4.500 trip dimana setiap trip-nya membutuhkan bensin 2,5 L.
Perincian biaya buang sampah dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Perincian Biaya Buang Sampah
Buang sampah
Rincian Total Biaya bensin excavator 154.000 Liter x 6.000 /Liter Rp 924.000.000
Biaya bensin traktor 11.250 Liter x 6.000 /Liter Rp 67.500.000 Biaya kontrak 7.000 Jam x 150.000 /Jam Rp 1.050.000.000 Insentif operator 7.000 Jam x 7.000 /Jam Rp 49.000.000 Insentif traktor 4.500 Trip x 7.500 /Trip Rp 33.750.000 Total biaya buang sampah Rp 2.124.250.000 Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Proses buang sampah kurang efektif dan efisien disebabkan kurangnya peralatan berupa traktor sedangkan biaya penyediaan traktor cukup besar dan menyulitkan perusahaan karena kondisi finansial perusahaan yang tidak memadai. Keuntungan untuk proyek bisa habis hanya untuk pembelian traktor mengingat harga traktor baru cukup mahal. Perusahaan mencoba mengatasi masalah ini dengan melakukan perawatan dan pemantauan yang lebih ketat pada traktor. Selain itu, kinerja traktor dibagi menjadi 2 shift, pagi dan malam. Traktor digunakan untuk membuang sampah dari lahan sehingga dapat membantu agar proses cabut tunggul berjalan efektif dan efisien.
3. Cabut Tunggul
Cabut tunggul adalah proses pembersihan lahan dari tunggul yang terdapat dalam lahan produksi dengan kedalaman 1,5 meter dimana tahap ini membutuhkan waktu 11.664 jam dimana setiap jam untuk satu unit excavator memerlukan bensin sebanyak 22 L. Insentif untuk tahap cabut tunggul sebesar Rp 900.000,-/Ha.
Tabel 4.3 Perincian Biaya Cabut Tunggul Cabut tunggul
Rincian Total Biaya bensin excavator 256.608 Liter x 6.000 /Liter Rp 1.539.648.000
Biaya kontrak 11.664 Jam x 150.000 /Jam Rp 1.749.600.000 Insentif operator 233,28 Ha x 900.000 /Ha Rp 209.952.000 Total biaya cabut tunggul Rp 3.499.200.000 Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Proses cabut tunggul sudah cukup efektif karena target penyelesaian untuk cabut tunggul adalah 5 jalur/bulan sedangkan perusahaan dapat menyelesaikan proses tersebut lebih dari 8 jalur/bulan. Tetapi dalam hal efisiensi, proses cabut tunggul masih kurang efisien karena belum adanya pengalaman dari pihak Perusahaan sehingga dalam pengawasan di lapangan proses cabut tunggul harus menunggu proses buang sampah terlebih dahulu. Bila proses buang sampah belum selesai maka operator akan menunda pekerjaan. Selain itu sampah yang menumpuk sering membuat proses cabut tunggul menjadi lambat. Dengan demikian terjadi penambahan jam kerja cabut tunggul yang cukup tinggi.
4. Gali Parit Jalur
Gali parit jalur adalah proses penggalian parit sedalam 2 meter pada lahan produksi dengan menggunakan excavator. Perkiraan waktu pengerjaan gali parit jalur adalah 40 jam/jalur sedangkan setiap lahan memiliki ±25 jalur dan terdapat 4 lahan sehingga total jam kerja yang dibutuhkan ±4.000 jam.
Tabel 4.4 Perincian Biaya Gali Parit Jalur Gali parit jalur
Rincian Total Biaya bensin excavator 88.000 Liter x 6.000 /Liter Rp 528.000.000
Biaya kontrak 4.000 Jam x 150.000 /Jam Rp 600.000.000 Insentif operator 120.000 Meter x 400 /Meter Rp 48.000.000 Total biaya gali parit jalur Rp 1.176.000.000 Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Proses gali parit jalur sudah cukup efektif karena lama kinerja gali parit sudah sesuai dengan standar kinerja pada umumnya sedangkan dari segi kualitas perlu peningkatan keahlian untuk mendapatkan hasil maksimal dan rapi. Dari segi efisiensi proses gali parit jalur sudah sesuai dengan standar kinerja pada umumnya. 5. Meratakan Jalur
Meratakan jalur adalah proses penyelesaian sebelum lahan diserahkan ke bagian produksi. Pekerjaan meratakan tanah menggunakan excavator dengan perkiraan waktu 40 jam/jalur sehingga membutuhkan total jam kerja ±4.000 jam.
Perincian biaya meratakan jalur dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Perincian Biaya Meratakan Jalur
Meratakan jalur
Rincian Total Biaya bensin excavator 88.000 Liter x 6.000 /Liter Rp 528.000.000
Biaya kontrak 4.000 Jam x 150.000 /Jam Rp 600.000.000 Insentif operator 4.000 Jam x 7.000 /Jam Rp 28.000.000 Total biaya meratakan jalur Rp 1.156.000.000 Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Proses meratakan jalur cukup efektif karena kinerja meratakan jalur sudah cukup baik dan sesuai dengan standar kinerja pada umumnya. Dari segi efisiensi proses meratakan jalur cukup sesuai dengan standar kinerja pada umumnya, sehingga proses meratakan jalur tidak memberikan masalah yang berarti bagi perusahaan.
6. Memasang Jembatan
Memasang jembatan adalah proses setelah lahan gambut siap untuk diproduksi. Jembatan dipasang pada pinggiran lahan mendekati stockpile. Lama waktu membuat jembatan adalah ±10 jam setiap lahan. Karena terdapat 4 lahan maka dibutuhkan ±40 jam.
Perincian biaya memasang jembatan dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Perincian Biaya Memasang Jembatan
Memasang jembatan
Rincian Total Biaya bensin excavator 880 Liter x 6.000 /Liter Rp 5.280.000
Biaya kontrak 40 Jam x 150.000 /Jam Rp 6.000.000 Insentif operator 40 jam x 7.000 /Jam Rp 280.000 Total biaya membuat jembatan Rp 11.560.000 Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Proses memasang jembatan dinilai cukup efektif karena Perusahaan sudah terbiasa menangani pembuatan jembatan sehingga tidak ada masalah yang cukup berarti dalam proses ini. Dari segi efisiensi proses memasang jembatan juga memiliki kinerja yang baik karena operator sudah terbiasa dengan lapangan dan pekerjaan memasang jembatan, sehingga tidak terdapat masalah yang cukup berarti bagi Perusahaan untuk menyelesaikan proses membuat jembatan ini.
4.2 Balanced Scorecard Framework
Dalam merekomendasikan implementasi Balanced Scorecard, terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan agar Balanced Scorecard dapat diterapkan dengan sebaik-baiknya dan mampu secara optimal meningkatkan kinerja Perusahaan. Tahapan dari penerapan Balanced Scorecard Framework atas proyek adalah:
1. Formulasi objectives to be, strategic posture dan strategy to be.
2. Menyelaraskan objectives to be dengan strategic posture dan strategic posture dengan strategy to be.
3. Membuat strategy map dari setiap posisi dalam organisasi proyek berdasarkan strategy to be.
4. Memformulasikan gap analysis antara current strategy dengan strategy to be, sebagai dasar formulasi action plan to be.
5. Membuat scorecard untuk setiap posisi dalam organisasi proyek dengan menentukan objektif, indikator kinerja untuk setiap penilaian, target, dan strategi dalam dimensi perspektif finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pengembangan.
4.3 Formulasi Objectives To Be, Strategic Posture, Strategy
To Be
4.3.1. Objectives To Be
Sebuah perusahaan tentu memiliki objectives dari proyek yang sedang dikerjakan yang menggambarkan bagaimana perusahaan tersebut dinyatakan berhasil dalam mencapai Operational Excellence dalam menyelesaikan proyek.
Current Objective Perusahaan adalah “Menyelesaikan proyek untuk mendapatkan keuntungan maksimal bagi perusahaan dan menciptakan relasi yg baik dengan pelanggan”. Objektif tersebut tidak menyebutkan fokus penyelesaian proyek dari segi apa. Keuntungan maksimal yang bagaimana yang diinginkan perusahaan dan bagaimana cara menciptakan relasi yang baik dengan pelanggan.
Tabel 4.7 Analisis Current Objective, Kelemahannya, dan Rekomendasi
Current Objective Problem Rekomendasi
Menyelesaikan proyek Komponen keberhasilan proyek? Kualitas dan waktu Mendapatkan keuntungan
maksimal
Keuntungan maksimal dapat
mengurangi kualitas? Keuntungan optimal Menciptakan relasi yang
baik dengan pelanggan
Bagaimana cara menciptakan relasi yang baik?
Meningkatkan kepuasan pelanggan Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Untuk mengatasi masalah tersebut maka penulis mulai membuat objektive ideal yang terbaik untuk Perusahaan yang biasa disebut objectives to be. Idealnya proyek diselesaikan dengan kualitas dan waktu yang baik, sehingga terdapat 2 komponen dalam menyelesaikan proyek yaitu kualitas dan waktu. Dalam hal mencapai keuntungan maksimal perusahaan pada current objective bisa saja mengakibatkan kualitas yang kurang baik dan tingkat kepuasan pelanggan yang berkurang. Oleh
sebab itu maka keuntungan yang baik untuk dicapai adalah keuntungan optimal dimana didalamnya dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.
Tabel 4.8 Pemicu Kualitas dan Waktu serta Hasil
Trigger Result
Kualitas dan waktu Keuntungan optimal dan tingkat kepuasan pelanggan meningkat Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Objectives to be dari proyek yang dikerjakan CV. Jawara Kasih Sejati (Perusahaan) adalah “Menyelesaikan proyek dengan baik untuk mewujudkan keuntungan optimal yang memberikan value added pada Perusahaan maupun pelanggan”.
Melalui analisis kita dapat melihat terdapat perbedaan atau Gap antara objectives to be dan current objective. Perbedaan tersebut terletak pada proses pengerjaan proyek dengan kualitas hasil dan waktu penyelesaian proyek yang lebih baik dan cepat sehingga value added yang dapat dirasakan oleh pihak Perusahaan dari segi finansial dan tingkat kepuasan pelanggan.
Tabel 4.9 Perbandingan Current Objective dengan Objective To Be
Current Objective Objective to be Menyelesaikan proyek Menyelesaikan proyek dengan kualitas yang baik Menyelesaikan proyek tepat pada waktunya Mendapatkan keuntungan maksimal Mendapatkan keuntungan optimal Menciptakan relasi yang baik dengan pelanggan Meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
4.3.2. Strategic Posture
Untuk memastikan tercapainya objectives to be, maka penulis memformulasikan Strategic Posture yang merupakan gambaran/kondisi yang harus dicapai sehingga objectives to be dapat tercapai.
Strategic posture perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Menyelesaikan proyek sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan. (Standar kerja sesuai dengan kontrak kerja PT. Indah KiatPulp & Paper Tbk. No: 107/PUD/SPK/III/09).
2. Menyelesaikan proyek dengan waktu lebih cepat 30 hari kerja dari jadwal yang sudah ditentukan dalam kontrak.
3. Mendapatkan laba bersih atas proyek sebesar Rp 2.000.000.000,-.
4. Mendapatkan referensi kontrak dan kerjasama yang berkelanjutan dengan pihak pelanggan.
Gambar 4.2 Strategic Posture
4.4.1. Strategy to be
Berdasarkan strategic posture yang ada, penulis menyusun strategy to be untuk mencapai masing-masing strategic posture sebagai berikut:
1. Menyelesaikan proyek sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan a. Membangun sistem standarisasi dan pengendalian pengawasan mutu
b. Menerapkan langkah-langkah yang sudah terstandarisasi dalam pengerjaan proyek
c. Mengawasi sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien d. Mengevaluasi kualitas hasil kerja proyek sesuai tolok ukur
Menyelesaikan proyek sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan
Membangun sistem standarisasi dan
pengendalian pengawasan mutu
Menerapkan langkah-langkah yang sudah terstandarisasi dalam pengerjan proyek
Mengawasi sumber daya agar bekerja dengan
efektif dan efisien
Mengevaluasi kualitas hasil kerja proyek
sesuai tolok ukur
Gambar 4.3 Strategy To Be dari Menyelesaikan Proyek Sesuai dengan Standar Kualitas yang Telah Ditentukan
Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
2. Menyelesaikan proyek dengan waktu lebih cepat 25 hari kerja dari jadwal yang sudah ditentukan dalam kontrak
a. Membuat kerangka kerja dalam menyelesaikan proyek
b. Melakukan monitoring dalam pengerjaan proyek agar sesuai dengan kerangka kerja
Menyelesaikan proyek dengan waktu lebih cepat 25 hari kerja dari jadwal yang sudah ditentukan dalam kontrak
Membuat kerangka kerja dalam menyelesaikan proyek Melakukan monitoring dalam pengerjaan proyek Mengevaluasi hasil kerja proyek sesuai dengan tingkat pencapaian waktu
Gambar 4.4 Strategy To Be dari Menyelesaikan Proyek dengan Waktu Lebih Cepat dari 25 Hari Kerja dari Jadwal yang Sudah Ditentukan dalam Kontrak
Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
3. Mendapatkan laba bersih atas proyek sebesar Rp 2.000.000.000,-
a. Mengoptimalkan Net Income melalui peningkatan pendapatan dan penurunan biaya
b. Mengelola keuangan secara efektif dan efisien c. Menggunakan peralatan secara efektif dan efisien
d. Menyediakan mesin yang produktif agar proyek selesai tepat waktu
e. Mengevaluasi penggunaan sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien f. Mengelola inventory secara efektif dan efisien
Gambar 4.5 Strategy To Be dari Mendapatkan Laba Bersih Atas Proyek Sebesar Rp 2.000.000.000,-
4. Mendapatkan referensi kontrak dan kerjasama yang berkelanjutan dengan pihak pelanggan.
a. Mengoptimalkan kepuasan pelanggan
b. Menerapkan mekanisme umpan balik berupa kritik dan saran dari pelanggan
Gambar 4.6 Strategy To Be dari Mendapatkan Referensi Kontrak dan Kerjasama yang Berkelanjutan dengan Pihak Pelanggan
Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
4.4 Gap Analysis and Action Plan
4.4.1. Gap Analysis
Agar Balanced Scorecard dapat diimplementasikan dengan baik untuk mencapai objective to be dari proyek lahan gambut, maka penulis membuat Gap Analysis untuk melihat seberapa jauh strategi yang sedang dijalankan Perusahaan untuk mengarah dan mencapai tujuan yang diinginkan serta strategi yang diusulkan oleh penulis sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
Objectives to be dari proyek yang dikerjakan Perusahaan adalah menyelesaikan proyek dengan baik untuk mewujudkan keuntungan optimal yang memberikan value added pada Perusahaan maupun pelanggan.
Gambar 4.7 Skema Strategic Posture
Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Objectives to be kemudian diformulasikan menjadi Strategic Posture yang merupakan gambaran/kondisi yang harus dicapai sehingga objectives to be dapat tercapai. Strategic posture perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Menyelesaikan proyek sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan. 2. Menyelesaikan proyek dengan waktu lebih cepat 30 hari kerja dari jadwal yang
sudah ditentukan dalam kontrak.
3. Mendapatkan laba bersih atas proyek sebesar Rp 2.000.000.000,-.
4. Mendapatkan referensi kontrak dan kerjasama yang berkelanjutan dengan pihak pelanggan.
Melalui Strategic posture terdapat 4 kondisi yang ingin dicapai:
1. Kondisi pertama:
Menyelesaikan proyek sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan.
Sebenarnya perusahaan sudah memiliki Current Strategy untuk mencapai kondisi tersebut yaitu: Memilih sumber daya secara efektif dan efisien agar bekerja sesuai dengan standar kerja.
Analisis: dengan memilih sumber daya secara efektif dan efisien agar bekerja
sesuai dengan standar kerja saja tidak cukup mendukung pencapaian kondisi tersebut karena tidak adanya tolok ukur standar dan bila hanya sumber daya yang bekerja sesuai dengan keahlian yang sudah dipilih bagaimana dengan sumber daya tertentu yang kurang memiliki keahlian? Bagaimana Perusahaan dapat meningkatkan kualitas sumber daya bila hanya mengandalkan keahlian dari sumber daya yang ada tanpa adanya pelatihan? Bukankah dengan mengerti langkah pengerjaan proyek dengan jelas saja tidak dapat memastikan hasil pengerjaan proyek maksimal? Oleh karena itu penulis merekomendasikan butuh sebuah standar kualitas berupa SOP (Standard Operational Procedure). Oleh karena itu perlu adanya pembuatan SOP yang kemudian diterapkan pada proyek dan seluruh pegawai proyek wajib mengetahui dan mempelajari SOP tersebut, setelah dipelajari dan diterapkan maka perlu adanya pengawasan pada pengerjaan proyek agar mendapatkan hasil maksimal selain itu dilakukan evaluasi hasil kinerja proyek apakah sudah sesuai dengan SOP dan membandingkan kinerja apakah sudah sesuai dengan tolok ukur keberhasilan proyek dengan tujuan pembelajaran serta mengecek bagaimana cara melakukan proyek yang sudah terstandarisasi tersebut dengan cara yang terbaik dan hasil yang semaksimal mungkin kemudian didemonstrasikan oleh Operator yang memiliki performa kinerja kualitas terbaik.
Untuk mencapai kondisi pertama tersebut diperlukan strategy to be sebagai berikut:
a. Membangun sistem standarisasi dan pengendalian pengawasan mutu
b. Menerapkan langkah-langkah yang sudah terstandarisasi dalam pengerjan proyek
c. Mengawasi sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien
d. Mengevaluasi kualitas hasil kerja proyek sesuai dengan tolok ukur yang sudah ditentukan
Tabel 4.10 Current Strategy dan Strategy To Be Kondisi 1
1 Current Strategy Strategy To Be
1 Memilih sumber daya secara efektif dan efisien agar bekerja sesuai dengan standar kerja
1. Membangun sistem standarisasi dan pengendalian pengawasan mutu Action Plan:
a. Membuat SOP untuk setiap aktivitas kegiatan pengerjaan proyek
b. Membuat tolok ukur keberhasilan dalam pengerjaan proyek sesuai dengan standar kerja
2. Menerapkan langkah-langkah yang sudah terstandarisasi dalam pengerjan proyek
Action Plan:
a. Mempelajari langkah-langkah yang sudah terstandarisasi dalam
pengerjaan proyek
b. Mengerjakan proyek sesuai dengan SOP
c. Membuat pelatihan karyawan secara internal dan eksternal 3. Mengawasi sumber daya agar bekerja
dengan efektif dan efisien Action Plan:
Memantau kinerja karyawan agar sesuai dengan SOP dan seluruh tolok ukur keberhasilan yang ada
Current Strategy Strategy To Be
4. Mengevaluasi kualitas hasil kerja proyek sesuai dengan tolok ukur yang sudah ditentukan
Action Plan:
a. Membandingkan kualitas hasil kerja dengan SOP
b. Membandingkan kualitas hasil kerja dengan tolok ukur
keberhasilan dalam pengerjaan proyek
c. Melakukan pelatihan melalui demonstrasi dari karyawan yang memiliki performa kualitas baik Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Kesimpulan: Untuk mencapai kualitas yang baik perlu adanya sistem standarisasi
dan pengendalian pengawasan mutu, caranya adalah dengan membuat SOP dan tolok ukur keberhasilan SOP yang baik serta untuk memastikan kualitas hasil yang maksimal diadakan pengawasan dan evaluasi hasil kerja proyek.
2. Kondisi kedua:
Menyelesaikan proyek dengan waktu lebih cepat 30 hari kerja dari jadwal yang sudah ditentukan dalam kontrak.
Sebenarnya perusahaan sudah memiliki Current Strategy untuk mencapai kondisi ini yaitu:
Mengawasi sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien.
Analisis: hal ini merupakan upaya untuk mencapai kinerja proyek selesai dengan
tepat waktu karena lebih cepat apabila sumber daya bekerja sesuai dengan kemampuan dan keahlian. Tetapi tidak cukup hanya dengan mengawasi sumber daya dapat mendapatkan hasil maksimal perlu juga dibuat rencana berupa
kerangka kerja untuk dijadikan panduan sama halnya pengawasan tetap penting dalam pengerjaan proyek setelah proyek dikerjakan perlu diadakan evaluasi hasil kerja proyek sesuai dengan tingkat pencapaian waktu.
Untuk mencapai kondisi kedua tersebut diperlukan strategy to be sebagai berikut: a. Membuat kerangka kerja dalam menyelesaikan proyek
b. Melakukan monitoring dalam pengerjaan proyek agar sesuai dengan kerangka kerja
c. Mengevaluasi hasil kerja proyek sesuai dengan tingkat pencapaian waktu
Tabel 4.11 Current Strategy dan Strategy To Be Kondisi 2
2 Current Strategy Strategy To Be
1 Mengawasi sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien
1. Membuat kerangka kerja dalam menyelesaikan proyek
Action Plan:
a. Membuat rencana dan langkah-langkah pengerjaan proyek b. Membuat time frame dan tolok
ukur keberhasilan penyelesaian proyek
2. Melakukan monitoring dalam
pengerjaan proyek agar sesuai dengan kerangka kerja
Action Plan:
Mengawasi kinerja karyawan pada setiap tahapan pengerjaan proyek agar selesai tepat pada waktunya
Current Strategy Strategy To Be
3. Mengevaluasi hasil kerja proyek sesuai dengan tingkat pencapaian waktu
Action Plan:
a. Membandingkan kecepatan hasil pengerjaan dengan tolok ukur keberhasilan dalam pengerjaan proyek
b. Melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan pada kinerja bila ada hasil yang tidak sesuai dengan rencana
c. Mengadakan pelatihan melalui demonstrasi dari karyawan yang memiliki performa kinerja cepat Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Kesimpulan: Untuk mencapai target penyelesaian proyek lebih cepat 30 hari kerja
dari jadwal yang sudah ditentukan dalam kontrak perlu adanya kerangka kerja, monitoring pengerjaan proyek agar sesuai dengan kerangka tersebut, dan evaluasi apakah hasil kerja sudah sesuai dengan kerangka yang sudah ditentukan tersebut..
3. Kondisi ketiga:
Mendapatkan laba bersih atas proyek sebesar Rp 2.000.000.000,-
Sebenarnya perusahaan sudah memiliki Current Strategy untuk mencapai kondisi ini yaitu:
a. Maksimalisasi Net Income, membangun sistem manajemen strategis dan meningkatkan efisiensi finansial
b. Membangun sistem manajemen strategis c. Meningkatkan efisiensi finansial
Analisis: maksimalisasi net income dengan mengerjakan proyek secara efektif dan
cepat dan mengurangi pembelian asset. Bila maksimalisasi income adalah strategi yang digunakan maka mengerjakan proyek secara efektif dan cepat adalah suatu cara meningkatkan pendapatan dengan meningkatkan kinerja proyek tetapi jangan sampai action plan yang digunakan untuk mendapatkan income maksimal itu mengabaikan kualitas dari proyek itu sendiri oleh karena itu kata maksimalisasi kurang cocok diganti menjadi mengoptimalkan net income. Sedangkan dengan mengurangi pembelian asset mungkin akan meningkatkan pendapatan karena pengeluaran berkurang tetapi bila asset dibutuhkan maka action plan ini kurang relevan oleh karena itu untuk mengoptimalkan pendapatan action plan yang cocok adalah dengan mengurangi biaya operasional dalam pengerjaan proyek
Membangun sistem manajemen strategis yang berfokus untuk keuangan sangatlah tidak cocok bisa saja semua hasil lebih difokuskan untuk keuntungan tanpa mempedulikan kualitas dari hasil pengerjaan proyek tersebut. Sedangkan untuk pembuatan sistem laporan hasil kinerja setiap hari sangat diperlukan untuk mengetahui sejauh mana proyek berjalan.
Meningkatkan efisiensi finansial dengan membuat standar laporan finansial memang dibutuhkan, mengurangi pembelian dan memperbaiki peralatan yang rusak merupakan strategi penghematan biaya pada proses bisnis yang berhubungan dengan penyelesaian proyek tepat waktu sehingga lebih baik dipindahkan pada objektif penyelesaian proyek tepat waktu. Karena bila alat rusak maka dapat mempengaruhi jam kerja yang akan berdampak pada hasil kinerja proyek. Melakukan penyediaan untuk barang-barang agar bisa digunakan bila dibutuhkan
oleh pihak mekanik maupun pihak operator hal ini memang penting tetapi seharusnya sudah ada pada list stock gudang yang perlu dipersiapkan sesuai dengan SOP yang telah dibuat, membuat prioritas memperbaiki peralatan hal ini memang penting tentu perlu diusahakan secepat mungkin semua peralatan dapat bekerja dalam hal ini perlu adanya standarisasi SOP pada perbaikan alat berat, maintenance sesuai check list sudah harus ada pada SOP, mengurangi breakdown dengan perawatan berkala juga sudah ada pada SOP Stoker.
Untuk mencapai kondisi ketiga tersebut diperlukan strategy to be sebagai berikut: a. Mengoptimalkan Net Income melalui peningkatan pendapatan & penurunan
biaya
b. Menggunakan peralatan secara efektif dan efisien c. Menyediakan mesin yang produktif
d. Mengevaluasi penggunaan sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien e. Mengelola keuangan secara efektif dan efisiensi
Tabel 4.12 Current Strategy dan Strategy To Be Kondisi 3
3 Current Strategy Strategy To Be
1 Maksimalisasi Net Income, membangun sistem manajemen strategis dan meningkatkan efisiensi finansial
1. Mengoptimalkan Net Income melalui peningkatan pendapatan & penurunan biaya
Action Plan:
a. Meningkatkan pendapatan perusahaan melalui peningkatan kinerja proyek
b. Mengurangi biaya operasional dalam pengerjaan proyek c. Melakukan efisiensi dalam
pengeluaran uang 2 Membangun sistem manajemen
strategis
1. Menggunakan peralatan secara efektif dan efisien
Action Plan:
a. Bekerja maksimal ketika alat berat dihidupkan
b. Tidak bekerja melebihi kapasitas hourmeter alat berat
2. Menyediakan mesin yang produktif Action Plan:
a. Mengurangi lama downtime dari kerusakan dengan melakukan maintenance secara berkala b. Memperbaiki kerusakan peralatan
secepatnya
c. Membuat SOP dalam melakukan maintenance
d. Melakukan maintenance secara reguler sesuai SOP pada seluruh peralatan berat yang digunakan dalam proyek
e. Mengidentifikasi kerusakan dan melakukan tindakan preventif sebelum terjadi kerusakan yang lebih besar pada alat berat di lapangan
Current Strategy Strategy To Be
3. Mengevaluasi penggunaan sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien
Action Plan:
a. Mengawasi dan mengevaluasi kinerja dari sumber daya agar bekerja sesuai dengan kemampuan dan keahlian
b. Mengevaluasi kinerja maintenance c. Mengevaluasi kinerja inventory d. Mengevaluasi kinerja keuangan 4. Mengelola inventory secara efektif
dan efisien Action Plan:
a. Memenuhi kebutuhan
perlengkapan/peralatan untuk proyek
b. Membuat sistem untuk pemesanan ulang berupa stock card
c. Menganalisa kebutuhan peralatan dari alat berat yang diperlukan nanti
3 Meningkatkan efisiensi finansial 1. Mengelola keuangan secara efektif dan efisiensi
Action Plan:
a. Menjaga tingkat pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat biaya operasional selama proyek berjalan setiap bulannya b. Mengelola kebutuhan keuangan
secara tepat waktu
c. Membuat dan mengusahakan proyeksi keuangan tidak berbeda jauh dengan kenyataan
Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Kesimpulan: Usaha Perusahaan untuk mendapatkan laba bersih atas proyek
sebesar Rp 2.000.000.000,- tidak berarti dengan cara penghematan yang justru bisa mengurangi kualitas hasil pengerjaan proyek, melainkan dengan mengoptimalkan segala sumber daya yang ada maka target tersebut dapat tercapai tanpa melupakan
kualitas pengerjaan. Optimalisasi ini mencakup net income, sistem manajemen strategis, maintenance, dan inventory control.
4. Kondisi keempat:
Mendapatkan referensi kontrak dan kerjasama yang berkelanjutan dengan pihak pelanggan.
Sebenarnya perusahaan sudah memiliki Current Strategy untuk mencapai kondisi ini yaitu:
Mengoptimalkan kepuasan pelanggan
Analisis: Mengoptimalkan kepuasan pelanggan memang diperlukan untuk
mencapai kondisi keempat tersebut. Pemberian hasil pengerjaan yang terbaik tentu menjadi prioritas untuk kepuasan pelanggan selain itu membuat time frame tentu sudah umum bagi pelanggan tetapi apabila laporan time frame setiap saat ketika dibutuhkan pelanggan tentu akan menjadi nilai tambah yang baik untuk kepuasan pelanggan dan apabila kita memberikan mekanisme umpan balik untuk kepuasan pelanggan tentu kita dapat tau kekurangan dan kelebihan kita dalam mengerjakan proyek sehingga dapat lebih meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan dan apabila tanggapan pelanggan diterima dan dilaksanakan oleh perusahaan dan dinilai itu semua baik dari pelanggan maka pelanggan dengan tidak keberatan akan memberikan referensi ataupun kerjasama yang berkelanjutan kepada pihak perusahaan. Sehingga untuk mencapai kondisi keempat tersebut diperlukan strategy to be sebagai berikut:
a. Mengoptimalkan kepuasan pelanggan
Tabel 4.13 Current Strategy dan Strategy To Be Kondisi 4 4 Current Strategy Strategy To Be
1 Mengoptimalkan kepuasan pelanggan
1. Mengoptimalkan kepuasan pelanggan Action Plan:
a. Memberikan kualitas atau hasil pengerjaan yang terbaik untuk pelanggan
b. Memastikan penyelesaian proyek sesuai dengan time frame atau lebih cepat
c. Memberikan laporan time frame kepada pelanggan sejauh mana penyelesaian proyek
2. Menerapkan mekanisme umpan balik berupa kritik dan saran dari pelanggan Action Plan:
Memberikan kuesioner untuk
mengevaluasi kinerja perusahaan dari sisi pelanggan
Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Kesimpulan: Mendapatkan referensi atau kerja sama yang berkelanjutan adalah
salah satu target yang diinginkan dalam setiap usaha karena dengan demikian akan semakin banyak proyek dan pelanggan yang didapatkan oleh perusahaan. Demi mencapai target tersebut, menciptakan relasi yang baik dengan pelanggan yang sudah ada menjadi sangat penting, cara untuk menciptakan relasi yang baik itu adalah dengan mengoptimalkan kepuasan pelanggan. Dengan memberikan informasi pengerjaan proyek secara detai maka pelanggan akan tahu seberapa baik kinerja perusahaan, selain itu pelanggan dapat memberikan kritik dan saran agar kualitas dan pelayanan yang diberikan Perusahaan semakin baik.
Untuk mencapai semua objektif perusahaan, maka strategic posture diturunkan menjadi strategy to be sampai dengan action plan. Berdasarkan Gap Analysis beberapa strategi yang ada tidak mendukung strategic posture dan pencapaian
objektif perusahaan, beberapa strategi memerlukan action plan tambahan mendukung pencapaian objektif perusahaan.
4.4.2. Action Plan To Be
Berdasarkan strategy to be yang ada penulis menyusun action plan untuk masing-masing strategy to be sebagai berikut:
1. Membangun sistem standarisasi dan pengendalian pengawasan mutu Action plan:
a. Membuat SOP untuk setiap aktivitas kegiatan pengerjaan proyek
b. Membuat tolok ukur keberhasilan dalam pengerjaan proyek sesuai dengan standar kerja
2. Menerapkan langkah-langkah yang sudah terstandarisasi dalam pengerjaan proyek
Action plan:
a. Mempelajari langkah-langkah yang sudah terstandarisasi dalam pengerjaan proyek
b. Mengerjakan proyek sesuai dengan SOP
c. Membuat pelatihan karyawan secara internal dan eksternal 3. Mengawasi sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien
Action plan:
Memantau kinerja karyawan agar sesuai dengan SOP dan seluruh tolok ukur keberhasilan yang ada
4. Mengevaluasi kualitas hasil kerja proyek sesuai tolok ukur Action plan:
a. Membandingkan kualitas hasil kerja dengan SOP
b. Membandingkan kualitas hasil kerja dengan tolok ukur keberhasilan dalam pengerjaan proyek
c. Melakukan pelatihan melalui demonstrasi dari karyawan yang memiliki performa kualitas baik
5. Membuat kerangka kerja dalam menyelesaikan proyek Action plan:
a. Membuat rencana dan langkah-langkah pengerjaan proyek
b. Membuat time frame dan tolok ukur keberhasilan penyelesaian proyek
6. Melakukan monitoring dalam pengerjaan proyek agar sesuai dengan kerangka kerja
Action plan:
Mengawasi kinerja karyawan pada setiap tahapan pengerjaan proyek agar selesai tepat pada waktunya
7. Mengevaluasi hasil kerja proyek sesuai dengan tingkat pencapaian waktu Action Plan:
a. Membandingkan kecepatan hasil pengerjaan dengan tolok ukur keberhasilan dalam pengerjaan proyek
b. Melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan pada kinerja bila ada hasil yang tidak sesuai dengan rencana
c. Mengadakan pelatihan melalui demonstrasi dari karyawan yang memiliki performa kinerja cepat
8. Mengoptimalkan Net Income melalui peningkatan pendapatan & penurunan biaya
Action plan:
a. Meningkatkan pendapatan perusahaan melalui peningkatan kinerja proyek b. Mengurangi biaya operasional dalam pengerjaan proyek
c. Melakukan efisiensi dalam pengeluaran uang
d. Mencegah kerugian yang lebih besar dengan melakukan maintenance 9. Menggunakan peralatan secara efektif dan efisien
Action plan:
a. Bekerja maksimal ketika alat berat dihidupkan
b. Tidak bekerja melebihi kapasitas hourmeter alat berat 10. Menyediakan mesin yang produktif
Action plan:
a. Mengurangi lama downtime dari kerusakan dengan melakukan maintenance secara berkala
b. Memperbaiki kerusakan peralatan secepatnya c. Membuat SOP dalam melakukan maintenance
d. Melakukan maintenance secara reguler sesuai SOP pada seluruh peralatan berat yang digunakan dalam proyek
e. Mengidentifikasi kerusakan dan melakukan tindakan preventif sebelum terjadi kerusakan yang lebih besar pada alat berat di lapangan
11. Mengevaluasi penggunaan sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien Action plan:
a. Mengawasi dan mengevaluasi kinerja dari sumber daya agar bekerja sesuai dengan kemampuan dan keahlian
b. Mengevaluasi kinerja maintenance c. Mengevaluasi kinerja inventory d. Mengevaluasi kinerja keuangan
e. Membuat pelatihan secara internal dan eksternal 12. Mengelola keuangan secara efektif dan efisiensi
Action plan:
a. Menjaga tingkat pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat biaya operasional selama proyek berjalan setiap bulannya
b. Mengelola kebutuhan keuangan secara tepat waktu
c. Membuat dan mengusahakan proyeksi keuangan tidak berbeda jauh dengan kenyataan
13. Mengelola inventory secara efektif dan efisien Action Plan:
a. Memenuhi kebutuhan perlengkapan/peralatan untuk proyek b. Membuat sistem untuk pemesanan ulang berupa stock card
c. Menganalisa kebutuhan peralatan dari alat berat yang diperlukan nanti 14. Mengoptimalkan kepuasan pelanggan
Action plan:
b. Memastikan penyelesaian proyek sesuai dengan time frame atau lebih cepat c. Memberikan laporan time frame kepada pelanggan sejauh mana penyelesaian
proyek
15. Menerapkan mekanisme umpan balik berupa kritik dan saran dari pelanggan Action plan:
Memberikan kuesioner untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dari sisi pelanggan
4.5 Strategy Map
Penulis telah membuat Strategy Map berdasarkan analisis terhadap strategi to be dan action plan-nya bagi masing-masing posisi untuk mendukung pencapaian keberhasilan proyek.
4.5.1. Strategy Map untuk Direktur
Mengoptimalkan pendapatan
Menyelesaikan proyek sesuai dengan standar
kualitas yang sudah ditentukan
Meningkatkan kemampuan dan keahlian
sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan
Financial Customer Internal Process Business Learning & Growth Mendapatkan referensi, kerjasama yang berkelanjutan, dan kepuasan pelanggan Menyelesaikan proyek dengan waktu 30 hari lebih cepat dari jadwal yang sudah ditentukan
Gambar 4.8 Strategy Map untuk Direktur
4.5.2. Strategy Map untuk Pimpinan Proyek Mendukung perusahaan mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan Financial Customer Internal Process Business Learning & Growth Mendapatkan tingkat kepuasan dan feedback yang
baik dari pelanggan
Menyelesaikan proyek dengan waktu 30 hari lebih cepat dari jadwal yang sudah
ditentukan
Meningkatkan hasil kinerja proyek melalui
pembelajaran dan pelatihan
Menyelesaikan proyek sesuai dengan standar kualitas yang
sudah ditentukan
Gambar 4.9 Strategy Map untuk Pimpinan Proyek Sumber: Diskusi Manajemen mengenai Proyek Lahan Gambut
4.5.3. Strategy Map untuk Pengawas
Melakukan efisiensi biaya opersional
Mengawasi dan memastikan kualitas dan waktu penyelesaian kinerja proyek
yang baik Financial Customer Internal Process Business Learning & Growth Menghasilkan pengerjaan proyek yang berkualitas baik
bagi pelanggan
Meningkatkan hasil kinerja proyek
Gambar 4.10 Strategy Map untuk Pengawas
4.5.4. Strategy Map untuk Operator
Mendukung perusahaan mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan
Menyelesaikan proyek dengan kualitas sesuai dengan standar yang sudah
ditentukan
Mengerjakan proyek sesuai dengan standar operasi Financial Customer Internal Process Business Learning & Growth Mengoptimalkan kemampuan dan keahlian Operator
Gambar 4.11 Strategy Map untuk Operator
4.5.5. Strategy Map untuk Mekanik
Mendukung perusahaan mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan
Menyediakan mesin yang produktif agar tercipta
efisiensi kerja
Memperbaiki alat berat sesuai dengan standar yang
ditentukan dengan cepat
Mempelajari akibat terjadinya kerusakan dan cara mengurangi kerusakan yang
sudah terjadi Financial Customer Internal Process Business Learning & Growth
Gambar 4.12 Strategy Map untuk Mekanik
4.5.6. Strategy Map untuk Stoker
Gambar 4.13 Strategy Map untuk Stoker
4.5.7. Strategy Map untuk Kepala Gudang
Mendukung perusahaan mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan
Selalu mencukupi kebutuhan perlengkapan atau peralatan
untuk proyek
Membuat sistem inventory dalam hal stok gudang dengan stock card
Mengoptimalkan penggunaan stok gudang
untuk dapat selalu memenuhi kebutuhan proyek Financial Customer Internal Process Business Learning & Growth
Gambar 4.14 Strategy Map untuk Kepala Gudang Sumber: Diskusi Manajemen mengenai Proyek Lahan Gambut
4.5.8. Strategy Map untuk Keuangan
Mendukung perusahaan mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan
Memenuhi kebutuhan keuangan proyek untuk kepentingan perusahaan
Menjaga likuiditas keuangan perusahaan
Mengoptimalkan kesesuaian proyeksi keuangan dengan jumlah kebutuhan dan ketepatan
waktu Financial Customer Internal Process Business Learning & Growth
Gambar 4.15 Strategy Map untuk Keuangan
4.5.9. Detail dari Strategy Map
Detail dari Strategy Map dimana termasuk objektif, strategi, action plan, dan performance measure sebagai hasil diskusi penulis dengan pihak perusahaan akan dijelaskan pada Tabel 4.10 sampai Tabel 4.17 berikut.
Tabel 4.14 Strategy Map untuk Direktur
Perspektif Objective Strategy Action Plan Performance
Measurement Financial Mengoptimalkan pendapatan Mengoptimalkan Net Income melalui peningkatan pendapatan & penurunan biaya Meningkatkan pendapatan perusahaan melalui peningkatan kinerja proyek Net income ROI Mengurangi biaya operasional dalam pengerjaan proyek Operating profit Customer Mendapatkan referensi, kerjasama yang berkelanjutan, dan kepuasan pelanggan Mengoptimalkan kepuasan pelanggan
Memberikan kualitas atau hasil pengerjaan yang terbaik untuk pelanggan
Kuesioner tingkat kepuasan pelanggan Memastikan penyelesaian
proyek sesuai dengan time
frame atau lebih cepat
Waktu menyelesaikan proyek Internal Business Process Menyelesaikan proyek sesuai dengan standar kualitas yang sudah ditentukan Membangun sistem standarisasi dan pengendalian pengawasan mutu Membuat Standar Operasional Prosedur untuk setiap aktivitas pengerjaan proyek Pencapaian target standarisasi Menyelesaikan proyek dengan waktu 30 hari lebih cepat dari jadwal yang sudah ditentukan Membuat kerangka kerja dalam menyelesaikan proyek
Membuat time frame penyelesaian proyek Pengerjaan tepat waktu sesuai time frame Learning And Growth Meningkatkan kemampuan dan keahlian sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan Mengevaluasi kualitas hasil kerja proyek sesuai tolok ukur
Membandingkan kualitas hasil kerja dengan SOP
Evaluasi kerapian dengan langkah pengerjaan proyek Mengevaluasi hasil kerja proyek sesuai dengan tingkat pencapaian waktu Membandingkan
kecepatan hasil pengerjaan dengan tolok ukur
keberhasilan dalam pengerjaan proyek
Evaluasi waktu penyelesaian proyek
Tabel 4.15 Strategy Map untuk Pimpinan Proyek
Perspektif Objective Strategy Action Plan Performance
Measurement Financial Mendukung perusahaan mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan Mengoptimalkan Net Income melalui peningkatan pendapatan & penurunan biaya Mengurangi biaya operasional dalam pengerjaan proyek Operating profit Customer Mendapatkan tingkat kepuasan dan feedback yang baik dari
pelanggan
Mengoptimalkan kepuasan pelanggan
Memberikan kualitas atau hasil pengerjaan yang terbaik untuk pelanggan
Kuesioner tingkat kepuasan pelanggan Memastikan penyelesaian
proyek sesuai dengan time
frame atau lebih cepat
Waktu menyelesaikan proyek Memberikan laporan time
frame kepada pelanggan
sejauh mana penyelesaian proyek Jumlah laporan rutin untuk pelanggan Menerapkan mekanisme umpan balik berupa kritik dan saran dari pelanggan
Memberikan kuesioner untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dari sisi pelanggan Feed back kuesioner pelanggan Internal Business Process Menyelesaikan proyek sesuai dengan standar kualitas yang sudah ditentukan Membangun sistem standarisasi dan pengendalian pengawasan mutu Membuat Standar Operasional Prosedur untuk setiap aktivitas pengerjaan proyek
Pencapaian target standarisasi Membuat tolok ukur
keberhasilan dalam pengerjaan proyek sesuai dengan standar kerja
Kuesioner kepuasan pelanggan dan kerapian proyek Menerapkan langkah-langkah yang sudah terstandarisasi dalam pengerjan proyek Mempelajari langkah-langkah standarisasi dalam pengerjaan proyek Karyawan yang mengetahui SOP dalam operasi Menyelesaikan proyek dengan waktu 30 hari lebih cepat dari jadwal yang sudah ditentukan Membuat kerangka kerja dalam menyelesaikan proyek
Membuat rencana dan langkah-langkah pengerjaan proyek Perbandingan antara target proyek dan waktu dengan mapping
Membuat time frame penyelesaian proyek
Pengerjaan tepat waktu sesuai
Perspektif Objective Strategy Action Plan Performance Measurement Learning And Growth Meningkatkan hasil kinerja proyek melalui pembelajaran dan pelatihan Mengevaluasi kualitas hasil kerja proyek sesuai tolok ukur
Membandingkan kualitas hasil kerja dengan SOP
Evaluasi kerapian dengan langkah pengerjaan proyek Membandingkan kualitas
hasil kerja dengan tolok ukur keberhasilan dalam pengerjaan proyek Evaluasi tingkat kerapian pengerjaan proyek Melakukan pelatihan
melalui demonstrasi dari karyawan yang memiliki performa kualitas baik
Jumlah pelatihan kualitas yang diadakan Mengevaluasi hasil kerja proyek sesuai dengan tingkat pencapaian waktu Membandingkan
kecepatan hasil pengerjaan dengan tolok ukur
keberhasilan dalam pengerjaan proyek Evaluasi kecepatan dan target pengerjaan proyek Mengadakan pelatihan
melalui demonstrasi dari karyawan yang memiliki performa kinerja cepat
Jumlah pelatihan kinerja kecepatan yang diadakan Mengevaluasi penggunaan sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien Mengawasi dan
mengevaluasi kinerja dari sumber daya agar bekerja sesuai dengan kemampuan dan keahlian Evaluasi kecepatan dan kinerja penyelesaian proyek Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Tabel 4.16 Strategy Map untuk Pengawas
Perspektif Objective Strategy Action Plan Performance
Measurement Financial Melakukan efisiensi biaya opersional Mengoptimalkan Net Income melalui peningkatan pendapatan & penurunan biaya Mengurangi biaya operasional dalam pengerjaan proyek Operating expenses Customer Menghasilkan pengerjaan proyek yang berkualitas baik bagi pelanggan Mengoptimalkan kepuasan pelanggan
Memberikan kualitas atau hasil pengerjaan yang terbaik untuk pelanggan
Kuesioner tingkat kepuasan pelanggan Memastikan penyelesaian
proyek sesuai dengan time
frame atau lebih cepat
Waktu menyelesaikan proyek
Perspektif Objective Strategy Action Plan Performance Measurement Internal Business Process Mengawasi dan memastikan kualitas dan waktu penyelesaian kinerja proyek yang baik Mengawasi sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien Memantau kinerja karyawan agar sesuai dengan SOP dan seluruh tolok ukur keberhasilan yang ada Laporan kualitas kinerja proyek Melakukan monitoring dalam pengerjaan proyek agar sesuai dengan kerangka kerja Mengawasi kinerja karyawan pada setiap tahapan pengerjaan proyek agar selesai tepat pada waktunya Laporan Time Frame Learning And Growth Meningkatkan hasil kinerja proyek Mengevaluasi kualitas hasil kerja proyek sesuai tolok ukur
Membandingkan kualitas hasil kerja dengan SOP
Evaluasi kerapian dengan langkah pengerjaan proyek Membandingkan kualitas
hasil kerja dengan tolok ukur keberhasilan dalam pengerjaan proyek Evaluasi tingkat kerapian pengerjaan proyek Melakukan pelatihan
melalui demonstrasi dari karyawan yang memiliki performa kualitas baik
Jumlah pelatihan kinerja kualitas yang diadakan Mengevaluasi hasil kerja proyek sesuai dengan tingkat pencapaian waktu Membandingkan
kecepatan hasil pengerjaan dengan tolok ukur
keberhasilan dalam pengerjaan proyek Evaluasi kecepatan dan target pengerjaan proyek Melakukan tindakan
perbaikan yang diperlukan pada kinerja bila ada hasil yang tidak sesuai dengan rencana
Pengaruh solusi terhadap time
frame
Mengadakan pelatihan melalui demonstrasi dari karyawan yang memiliki performa kinerja cepat
Jumlah pelatihan kinerja kecepatan yang diadakan Mengevaluasi penggunaan sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien
Mengikuti pelatihan secara internal dan eksternal
Jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan
Mengawasi dan
mengevaluasi kinerja dari sumber daya agar bekerja sesuai dengan kemampuan dan keahlian
Evaluasi kinerja Operator
Tabel 4.17 Strategy Map untuk Operator
Perspektif Objective Strategy Action Plan Performance
Measurement Financial Mendukung perusahaan mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan Menggunakan peralatan secara efektif dan efisien
Bekerja maksimal ketika alat berat dihidupkan
Revenue
Tidak bekerja melebihi kapasitas hourmeter alat berat Laporan over hourmeter Customer Menyelesaikan proyek dengan kualitas sesuai dengan standar yang sudah ditentukan Mengoptimalkan kepuasan pelanggan
Memberikan kualitas atau hasil pengerjaan yang terbaik untuk pelanggan
Kuesioner tingkat kepuasan pelanggan Internal Business Process Mengerjakan proyek sesuai dengan standar operasi Menerapkan langkah-langkah yang sudah terstandarisasi dalam pengerjan proyek Mengerjakan proyek sesuai dengan SOP
Pelaporan kinerja sesuai SOP Menggunakan peralatan secara efektif dan efisien
Bekerja maksimal ketika alat berat dihidupkan
Perbandingan pencapaian target dengan
hourmeter
Tidak bekerja melebihi kapasitas hourmeter alat berat Over hourmeter Learning And Growth Mengoptimalkan kemampuan dan keahlian Operator Meningkatkan pengetahuan dan keahlian sumber daya
Membuat pelatihan secara internal dan eksternal
Jumlah
pelatihan kinerja yang dibuat Mengikuti pelatihan secara
internal dan eksternal
Jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan kinerja Menerapkan langkah-langkah yang sudah terstandarisasi dalam pengerjan proyek
Membuat pelatihan secara internal dan eksternal
Jumlah pelatihan SOP
Tabel 4.18 Strategy Map untuk Mekanik
Perspektif Objective Strategy Action Plan Performance
Measurement Financial Mendukung perusahaan mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan Mengoptimalkan Net Income melalui peningkatan pendapatan & penurunan biaya
Mencegah kerugian yang lebih besar dengan melakukan maintenance Other expense Customer Menyediakan mesin yang produktif agar tercipta efisiensi kerja Menyediakan mesin yang produktif Mengurangi lama
downtime dari kerusakan
dengan melakukan maintenance secara berkala Lama penanganan downtime Internal Business Process Memperbaiki alat berat sesuai dengan standar yang ditentukan dengan cepat Menyediakan mesin yang produktif
Membuat SOP dalam melakukan maintenance
Perbandingan kinerja dan lama
downtime Karyawan mengetahui SOP maintenance Karyawan melakukan maintenance sesuai prosedur Memperbaiki kerusakan peralatan secepatnya Lama penanganan downtime Learning And Growth Mempelajari akibat terjadinya kerusakan dan cara mengurangi kerusakan yang sudah terjadi Mengevaluasi penggunaan sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien
Membuat pelatihan secara internal dan eksternal
Jumlah pelatihan yang diadakan Mengevaluasi kinerja maintenance Evaluasi laporan jumlah dan lama
downtime Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Tabel 4.19 Strategy Map untuk Stoker
Perspektif Objective Strategy Action Plan Performance
Measurement Financial Mendukung perusahaan mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan Mengoptimalkan Net Income melalui peningkatan pendapatan & penurunan biaya
Mencegah kerugian yang lebih besar dengan melakukan maintenance Other expense Customer Menyediakan mesin yang produktif Menyediakan mesin yang produktif Mengurangi lama
downtime dari kerusakan
dengan melakukan maintenance secara berkala Lama penanganan downtime Internal Business Process Menciptakan mekanisme untuk dapat mengurangi tingkat kerusakan alat berat dengan waktu yang singkat Menyediakan mesin yang produktif Melakukan maintenance secara reguler sesuai SOP pada seluruh peralatan berat yang digunakan dalam proyek
Laporan check
list maintenance
Mengidentifikasi
kerusakan dan melakukan tindakan preventif sebelum terjadi kerusakan yang lebih besar pada alat berat di lapangan Pengaruh tindakan prefentif yang dilakukan Tindakan preventif yang dilakukan Learning And Growth Mengoptimalkan kemampuan dan keahlian Stoker dalam melakukan maintenance dan perbaikan Mengevaluasi penggunaan sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien
Mengikuti pelatihan secara internal dan eksternal
Jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan Memantau dan
mengevaluasi proyek yang sedang berjalan
Evaluasi kinerja jumlah dan lama penanganan
downtime Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Tabel 4.20 Strategy Map untuk Kepala Gudang
Perspektif Objective Strategy Action Plan Performance
Measurement Financial Mendukung perusahaan mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan Mengoptimalkan Net Income melalui peningkatan pendapatan & penurunan biaya Mengurangi biaya operasional dalam pengerjaan proyek Other expense
Customer Selalu mencukupi kebutuhan perlengkapan atau peralatan untuk proyek Mengelola inventory secara efektif dan efisien Memenuhi kebutuhan perlengkapan/peralatan untuk proyek Jumlah kondisi kebutuhan tidak terpenuhi Internal Business Process Membuat sistem inventory dalam
hal stok gudang dengan stock card
Mengelola inventory secara efektif dan efisien
Membuat sistem untuk pemesanan ulang berupa
stock card Jumlah pelaporan stock card untuk sistem inventory Jumlah pemesanan tepat waktu Learning And Growth Mengoptimalkan penggunaan stok gudang untuk dapat selalu memenuhi kebutuhan proyek Mengelola inventory secara efektif dan efisien Menganalisa kebutuhan peralatan dari alat berat yang diperlukan nanti
Pemenuhan kebutuhan perlengkapan Mengevaluasi penggunaan sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien Mengevaluasi kinerja inventory Evaluasi pemesanan tepat waktu
Tabel 4.21 Strategy Map untuk Keuangan
Perspektif Objective Strategy Action Plan Performance
Measurement Financial Mendukung perusahaan mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan Mengoptimalkan Net Income melalui peningkatan pendapatan & penurunan biaya
Melakukan efisiensi dalam pengeluaran uang Budget achievement Jumlah pembayaran tepat waktu Customer Memenuhi kebutuhan keuangan proyek untuk kepentingan perusahaan Mengelola keuangan secara efektif dan efisien Mengelola kebutuhan keuangan secara tepat waktu Pengelolaan keuangan sesuai dengan jadwal Jumlah request tambahan diluar proyeksi Internal Business Process Menjaga likuiditas keuangan perusahaan Mengelola keuangan secara efektif dan efisien Menjaga tingkat pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat biaya operasional selama proyek berjalan setiap bulannya
Laporan keuangan kinerja proyek Perbedaan proyeksi dan kenyataan Learning And Growth Mengoptimalkan kesesuaian proyeksi keuangan dengan jumlah kebutuhan dan ketepatan waktu Mengelola keuangan secara efektif dan efisiensi Membuat dan mengusahakan proyeksi keuangan tidak berbeda jauh dengan kenyataan
Evaluasi perbedaan proyeksi dan kenyataan Mengevaluasi penggunaan sumber daya agar bekerja dengan efektif dan efisien Mengevaluasi kinerja keuangan Evaluasi operating profit
4.6 Key Performance Indicator 4.6.1 KPI untuk Direktur
Net income ROI Operating profit Kuesioner tingkat kepuasan pelanggan Waktu menyelesaikan proyek Pencapaian target standarisasi Pengerjaan tepat waktu sesuai time frame Evaluasi waktu penyelesaian proyek Evaluasi kerapian dengan langkah pengerjaan proyek Financial Customer Internal Business Process Learning & Growth
Gambar 4.10 KPI untuk Direktur
4.6.2 KPI untuk Pimpinan Proyek Operating profit Kuesioner tingkat kepuasan pelanggan Feed back kuesioner pelanggan Pencapaian target standarisasi Kuesioner kepuasan pelanggan dan kerapian proyek Jumlah pelatihan kualitas yang diadakan Evaluasi kecepatan dan target pengerjaan proyek Financial Customer Internal Business Process
Learning & Growth
Waktu menyelesaikan proyek Jumlah laporan rutin untuk pelanggan Karyawan yang mengetahui SOP dalam operasi Perbandingan antara target proyek dan waktu
dengan mapping Pengerjaan tepat waktu sesuai time frame Evaluasi kerapian dengan langkah
pengerjaan proyek Evaluasi tingkat kerapian pengerjaan proyek Jumlah pelatihan kinerja kecepatan yang diadakan Evaluasi kecepatan dan kinerja penyelesaian proyek
Gambar 4.11 KPI untuk Pimpinan Proyek
4.6.3 KPI untuk Pengawas Total Expense Waktu menyelesaikan proyek Jumlah pelatihan kinerja kecepatan yang diadakan Jumlah pelatihan kinerja kualitas yang diadakan Laporan Time Frame Financial Customer Internal Business Process Learning & Growth Pengaruh solusi terhadap time frame Kuesioner tingkat kepuasan pelanggan Evaluasi tingkat kerapian pengerjaan proyek Evaluasi kecepatan dan target pengerjaan proyek Jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan Evaluasi kerapian dengan langkah pengerjaan proyek Evaluasi kinerja Operator Laporan kualitas kinerja proyek
Gambar 4.12 KPI untuk Pengawas
4.6.4 KPI untuk Operator Revenue Kuesioner tingkat kepuasan pelanggan Jumlah pelatihan SOP Jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan kinerja Perbandingan pencapaian target dengan hourmeter Over hourmeter Financial Customer Internal Business Process Learning & Growth Jumlah pelatihan kinerja yang dibuat Laporan over hourmeter Pelaporan kinerja sesuai SOP
Gambar 4.13 KPI untuk Operator
4.6.5 KPI untuk Mekanik Lama penanganan downtime Evaluasi laporan jumlah dan lama downtime Tindakan preventif yang dilakukan Jumlah pelatihan yang diadakan Other expense Pengaruh tindakan prefentif yang dilakukan Laporan check list maintenance Financial Customer Internal Business Process Learning & Growth
Gambar 4.14 KPI untuk Mekanik
4.6.6 KPI untuk Stoker Other expense Lama penanganan downtime Jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan
Laporan check list maintenance Pengaruh tindakan prefentif yang dilakukan Financial Customer Internal Business Process
Learning & Growth
Evaluasi kinerja jumlah dan lama penanganan
downtime Tindakan preventif
yang dilakukan
Gambar 4.15 KPI untuk Stoker
4.6.7 KPI untuk Kepala Gudang Other expense Jumlah kondisi kebutuhan tidak terpenuhi Jumlah pelaporan stock card untuk sistem inventory Jumlah pemesanan tepat waktu Evaluasi pemesanan tepat waktu Pemenuhan kebutuhan perlengkapan Financial Customer Internal Business Process Learning & Growth
Gambar 4.16 KPI untuk Kepala Gudang
4.6.8 KPI untuk Keuangan Budget achievement Jumlah pembayaran tepat waktu Jumlah request tambahan diluar proyeksi Perbedaan proyeksi dan kenyataan Laporan keuangan kinerja proyek Evaluasi operating profit Evaluasi perbedaan proyeksi dan kenyataan Financial Customer Internal Business Process Learning & Growth Pengelolaan keuangan sesuai dengan jadwal
Gambar 4.17 KPI untuk Keuangan
4.6.9 Detail dari Key Performance Indicator
Berdasarkan hasil diskusi penulis dengan pihak perusahaan, detail dari KPI yang mencakup objektif, performance measure, target, dan weight akan diterangkan dalam tabel 4.25 sampai 4.32 berikut.
Tabel 4.22 KPI untuk Direktur
Perspektif Objective Performance
Measurement Target Tipe Weight
Financial Mengoptimalkan pendapatan
Net income 20% Minimum 20%
ROI 20% Minimum 15% Operating profit 10% Minimum 15% Customer Mendapatkan referensi, kerjasama yang berkelanjutan, dan kepuasan pelanggan Kuesioner tingkat kepuasan pelanggan 70% Minimum 10% Waktu menyelesaikan proyek 11 bulan Maksimum 10% Internal Business Process Menyelesaikan proyek sesuai dengan standar kualitas yang sudah ditentukan Pencapaian target standarisasi 80% Minimum 10% Menyelesaikan proyek dengan waktu 30 hari lebih cepat dari jadwal yang sudah ditentukan Pengerjaan tepat waktu sesuai time frame 95% Minimum 8% Learning And Growth Meningkatkan kemampuan dan keahlian sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan Evaluasi kerapian dengan langkah pengerjaan proyek 1 kali/2 minggu Minimum 6% Evaluasi waktu penyelesaian proyek 1 kali/minggu Minimum 6% Total 100%
Tabel 4.23 KPI untuk Pimpinan Proyek
Perspektif Objective Performance
Measurement Target Tipe Weight
Financial Mendukung perusahaan mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan Operating profit 10% Minimum 11% Customer Mendapatkan tingkat kepuasan dan feedback yang baik dari pelanggan Kuesioner tingkat kepuasan pelanggan 70% Minimum 10% Waktu menyelesaikan proyek 11 bulan Maksimum 10% Jumlah laporan rutin untuk pelanggan 1 kali/bulan Minimum 5% Feed back kuesioner pelanggan 70% Minimum 8% Internal Business Process Menyelesaikan proyek sesuai dengan standar kualitas yang sudah ditentukan Pencapaian target standarisasi 80% Minimum 7% Kuesioner kepuasan pelanggan dan kerapian proyek 70% Minimum 7% Karyawan yang mengetahui SOP dalam operasi 90% Minimum 6% Menyelesaikan proyek dengan waktu 30 hari lebih cepat dari jadwal yang sudah ditentukan Perbandingan antara target proyek dan waktu dengan mapping 19.44 ha/bulan Minimum 5% Pengerjaan tepat waktu sesuai time frame 95% Minimum 7% Learning And Growth Meningkatkan hasil kinerja proyek melalui pembelajaran dan pelatihan Evaluasi kerapian dengan langkah pengerjaan proyek 1 kali/2 minggu Minimum 5%
Perspektif Objective Performance
Measurement Target Tipe Weight
Evaluasi tingkat kerapian pengerjaan proyek 80% Minimum 5% Jumlah pelatihan kualitas yang diadakan
1 kali/2 bulan Minimum 3%
Evaluasi kecepatan dan target pengerjaan proyek 1 kali/2 minggu Minimum 4% Jumlah pelatihan kinerja kecepatan yang diadakan
1 kali/2 bulan Minimum 3%
Evaluasi kecepatan dan kinerja penyelesaian proyek 1 kali/2 minggu Minimum 4% Total 100%
Sumber: Diskusi Manajemen CV. Jawara Kasih Sejati
Tabel 4.24 KPI untuk Pengawas
Perspektif Objective Performance
Measurement Target Tipe Weight
Financial Melakukan efisiensi biaya opersional Operating expenses 90% Maksimum 15% Customer Menghasilkan pengerjaan proyek yang berkualitas baik bagi pelanggan Kuesioner tingkat kepuasan pelanggan 70% Minimum 12% Waktu menyelesaikan proyek 11 bulan Maksimum 12% Internal Business Process Mengawasi dan memastikan kualitas dan waktu penyelesaian kinerja proyek yang baik Laporan kualitas kinerja proyek 1 kali/minggu Minimum 11% Laporan Time Frame 95% Minimum 10%
Perspektif Objective Performance
Measurement Target Tipe Weight
Learning And Growth Meningkatkan hasil kinerja proyek Evaluasi kerapian dengan langkah pengerjaan proyek 1 kali/2 minggu Minimum 5% Evaluasi tingkat kerapian pengerjaan proyek 80% Minimum 5% Jumlah pelatihan kinerja kualitas yang diadakan
1 kali/2 bulan Minimum 4%
Evaluasi kecepatan dan target pengerjaan proyek 1 kali/2 minggu Minimum 5% Pengaruh solusi terhadap time frame 75% Minimum 8% Jumlah pelatihan kinerja kecepatan yang diadakan
1 kali/2 bulan Minimum 4%
Jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan 80% Minimum 4% Evaluasi kinerja Operator 1 kali/2 minggu Minimum 5% Total 100%