BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
STASIUN METEOROLOGI SUSILO SINTANG
BULETIN
STASIUN METEOROLOGI SUSILO SINTANG
Jl. PRAMUKA NO. 1 SINTANG, KALIMANTAN BARAT Telp : (0565) 21013
SUSUNAN REDAKSI PENANGGUNG JAWAB Supriandi, SP, M.Si PEMIMPIN REDAKSI Marheden DESAIN / PRODUKSI Chahya Putra Nugraha, S.Tr Ida Bagus Gauttama B.D., S.Tr
EDITOR Saifudin Zukhri, S.Tr Irma Dewita Sari, S.Tr
PENULIS Syahbudin, A.Md Annisa Nazmi Azzahra, S.Tr Ananggirieza Nugraha, S.Tr
Siwi Kuncorojati, S.Tr DISTRIBUSI Willi Pramono, A.Md M. Gilang Bagus Sahputra, A.Md.
ALAMAT
Stasiun Meteorologi Susilo Sintang Jl. Pramuka No. 1 Sintang, Kalimantan
Barat Telp : (0565) 21013
Email : stamet.sintang@yahoo.com /
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga telah Terbit Buletin Cuaca Edisi September 2020 Stasiun Meteorologi Susilo Sintang. Kami mengharapkan melalui buletin ini dapat mempermudah kita dalam mengenal karakteristik cuaca dan dapat membantu dalam prakiraan cuaca wilayah setempat khususnya Sintang, Kalimantan Barat.
Terima kasih kepada seluruh pegawai dan staf Stasiun Meteorologi Susilo Sintang atas kelengkapan data secara rutin sehingga dapat mempermudah dalam pembuatan buletin ini.
Agar buletin ini dapat terbit secara rutin, maka saya mengharapkan kontribusi setiap anggota dan pengurus buletin Stasiun Meteorologi Susilo Sintang agar lebih berperan aktif baik dalam penulisan maupun penerbitan.
Demi peningkatan kualitas informasi dalam buletin ini, kami sangat mengharapkan kritik, saran dan pendapat dari berbagai pihak. Semoga informasi yang kami sajikan dapat memberikan manfaat bagi pihak terkait dan masyarakat umum.
D
A
F
T
A
R
IS
I
KATA PENGANTAR
Susunan Redaksi Daftar Isi Daftar Istilah MeteorologiKONDISI ASTMOSFER
Analisis Global Analisis Regional Analisis LokalPROSPEK
KONDISI ASTMOSFER
Prakiraan ENSO Prakiraan IOD Prakiraan Anomali SPL Prakiraan Curah dan Sifat HujanRANGKUMAN
Kondisi Atmosfer Maret 2020 Prospek Kondisi Atmosfer April-Mei 2020
KEGIATAN
STAMET SINTANG
LENSA METEOROLOGI
Mari Kenali Jenis Awan Ceilometer
17
31
iii
01
27
36
DAFTAR ISTILAH METEOROLOGI
Cuaca: Kondisi atmosfer yang terjadi suatu saat di suatu tempat dalam waktu yang relatif singkat.
Iklim: Keadaan cuaca rata-rata dalam cakupan waktu yang panjang dan cakupan wilayah yang luas.
Curah Hujan: Ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan pada tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan satu milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada suatu tempat yang datar tertampung air setinggi satu millimeter atau tertampung air sebanyak satu liter
.
Sifat Hujan: Perbandingan jumlah curah hujan pada periode tertentu terhadap normal curah hujan pada periode tertentu; Atas Normal (AN): curah hujan > 115%; Normal (N): curah hujan 85% - 115%; Bawah Normal (BN): curah hujan <85%.
Kelembapan Udara: Perbandingan jumlah uap air di udara dengan jumlah udara pada temperatur tertentu yang dinyatakan dalam persen (%).
Suhu Permukaan Laut: Suhu yang didapat dari hasil pengukuran lapisan permukaan laut.
Visibility (Jarak Pandang): Tingkat kejernihan (transparansi) dari
atmosfer, yang berhubungan dengan penglihatan manusia yang dinyatakan dalam satuan jarak.
El Nino: Kondisi terjadinya peningkatan suhu muka laut di ekuator Pasifik Tengah dan Pasifik Timur dari nilai rata-ratanya.
La Nina: Kondisi terjadinya penurunan suhu muka laut di ekuator Pasifik Tengah dan Pasifik Timur dari nilai rata-ratanya.
Dipole Mode (IOD): Fenomena interaksi laut-atmosfer di
Samudera Hindia berdasarkan selisih antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan di sebelah barat Sumatera.
Southern Oscillation Index (SOI): Nilai indeks berdasarkan
perbedaan atau selisih Tekanan Permukaan Laut (SLP) antara Tahiti dan Darwin.
KONDISI
ATMOSFER
BU
LE
TI
N
M
ET
EO
RO
LO
G
IE
D
IS
IS
EP
TE
M
BE
R
20
20
ANALISIS GLOBAL
Cuaca terbentuk dari suatu rangkaian fenomena dinamika atmosfer yang terjadi di bumi. Dalam rangka mempermudah analisis dinamika atmosfer, skala cuaca dibagi menjadi 3, yaitu skala global, regional, dan lokal. Berikut kami sampaikan kondisi dinamika atmosfer skala global yang mana ruang lingkupnya sangat luas.
A. Analisis Suhu Permukaan Laut (SPL)
Sebagai salah satu sumber utama air di bumi, laut memiliki peranan yang penting dalam proses pembentukan cuaca terutama hujan. Hal ini dikarenakan hujan terjadi disebabkan oleh adanya penguapan air yang ada di bumi oleh matahari, dan laut merupakan sumber air yang terluas di bumi ini. Keadaan SPL tentunya juga berpengaruh dalam proses penguapan ini. Untuk membantu menganalisis SPL, digunakan nilai anomali terhadap keadaan normalnya. Semakin tinggi nilai anomali SPL maka semakin mudah pula terjadi penguapan sehingga dapat menambah suplai uap air di udara dan membentuk awan-awan yang menyebabkan hujan. Sebaliknya, ketika nilai anomali SPL rendah maka air laut akan sulit menguap sehingga tidak ada suplai tambahan uap air di udara.
Secara umum anomali SPL perairan sekitar Kalimantan Barat menunjukkan nilai yang positif, yang memiliki arti bahwa SPL pada bulan Agustus 2020 lebih hangat dibanding keadaan normalnya. Naiknya SPL ini menunjukkan indikasi terdapat tambahan suplai uap air dari laut dan menyebabkan naiknya kejadian hujan termasuk di wilayah Kabupaten Sintang.
B. Analisis Madden Julian Oscillation (MJO)
Fenomena ini erat kaitannya dengan suplai uap air yang dapat mempengaruhi kejadian hujan di beberapa wilayah Indonesia. Indeks MJO ini terbagi menjadi 8 fase. MJO ini dikatakan mempengaruhi wilayah Indonesia jika memasuki fase 3 & 4. Berikut merupakan analisis MJO bulan Agustus.
Gambar 2 Diagram Penjalaran MJO
Sumber : www.bom.gov.au
Gambar 2 di atas merupakan diagram penjalaran MJO bulan Agustus (garis hijau), Juli (garis merah), dan September (garis biru). Berdasarkan gambar di atas, pada awal bulan Agustus MJO masuk ke fase 4 dan pada akhir bulan masuk kembali ke fase 3 dengan garis yang berada di luar lingkaran yang memiliki arti bahwa MJO sedang
dalam keadaan kuat. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat tambahan suplai uap air pada awal dan akhir bulan Agustus di wilayah Indonesia termasuk Kabupaten Sintang yang menyebabkan bertambahnya kejadian hujan salah satunya di wilayah Kabupaten Sintang.
C. Analisis Southern Oscillation Index (SOI)
SOI ini merupakan suatu indeks yang dapat mempresentasikan tentang kondisi fenomena cuaca global berupa El-Nino dan La-Nina. Fenomena El-Nino menyebabkan kurangnya uap air yang berimbas pada minimnya frekuensi hujan di beberapa wilayah di Indonesia. Fenomena La-Nina merupakan kondisi kebalikannya, dimana fenomena ini menyebabkan tingginya uap air yang berimbas pada tingginya frekuensi hujan di beberapa wilayah di Indonesia. Berikut kami sampaikan analisis SOI pada Gambar 3.
Gambar 3 Southern Oscillation Index (SOI)
Sumber : www.bom.gov.au
Fenomena cuaca global El-Nino terindikasi kuat jika SOI menunjukkan nilai di bawah -7, sedangkan fenomena cuaca global La-Nina terindikasi kuat jika SOI menunjukkan nilai di atas +7. Berdasarkan gambar di atas, pada bulan Agustus umumnya indeks SOI bergerak naik dari +5 menuju ke +10. Hal ini menunjukkan bahwa fenomena La-Nina sedang aktif dengan fase kuat. Fenomena La-Nina yang
D. Analisis Indian Ocean Dipole (IOD)
Lokasi Indonesia yang berdekatan dengan Samudera Hindia juga berpengaruh dalam pembentukan cuaca di Indonesia ini. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa laut juga memiliki peranan penting dalam membangun cuaca yang terjadi di bumi ini. Fenomena IOD ini merupakan suatu fenomena naik turunnya suhu permukaan laut yang dapat mempengaruhi cuaca khususnya hujan di wilayah Indonesia bagian barat. Fenomena IOD ini dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase positif dan negatif. Fase IOD negatif menambah suplai uap air di wilayah Indonesia bagian barat, sedangkan fase IOD positif menambah suplai uap air di wilayah India. Untuk mengetahui fase dipole mode perlu dianalisis menggunakan Indeks IOD.
Gambar 4. Indeks IOD
Sumber : www.bom.gov.au
Berdasarkan gambar 4 di atas garis indeks IOD bulan Agustus bergerak turun hingga melewati angka -0.5, mengindikasikan bahwa IOD sedang aktif dalam fase negatif. Seperti yang sudah dijelaskan, fase IOD negatif menambah suplai uap air di wilayah Indonesia bagian barat. Dengan demikian, dapat diindikasikan bahwa fenomena IOD juga memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap meningkatnya kejadian hujan di wilayah Kabupaten Sintang.
ANALISIS REGIONAL
A. Analisis Relative Humidity (Kelembapan Udara)Kelembapan atau Relative Humidity (RH) pada Gambar 5 menunjukkan banyaknya konsentrasi uap air di udara. Secara umum prosentase nilai RH di wilayah Kabupaten Sintang menunjukkan kondisi yang sedikit basah. Pada lapisan 925 mb (sekitar 762 mdpl) memiliki nilai RH rata-rata 75% s.d. 85%, pada lapisan 850 mb (sekitar 1458 mdpl) memiliki nilai RH rata-rata 65% s.d. 75%, pada lapisan 700 mb (sekitar 3013 mdpl) memiliki nilai RH rata-rata 60% s.d. 70%, dan pada lapisan 500 mb (sekitar 5576 mdpl) memiliki nilai RH rata-rata 65% s.d. 70%.
Gambar 5 Kelembapan Udara (RH) Per Lapisan
Sumber : www.esrl.noaa.gov
B. Analisis Streamline
Gambar 6 Streamline Angin Lapisan 850mb
Streamline atau garis angin merupakan kondisi arah pergerakan angin secara umum. Gambar 6 menunjukkan proyeksi rata-rata arah dan kecepatan angin pada bulan Juni. Legenda di bawah gambar menunjukkan nilai kecepatan angin dengan satuan knots. Dari gambar 6 kita dapat melihat bahwa terdapat perlambatan kecepatan angin di wilayah Sintang yang disebabkan adanya belokan angin (shear) di wiayah utara Kalimantan Barat. Hal tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan awan konvektif yang dapat menghasilkan hujan di wilayah Sintang.
ANALISIS LOKAL
A. Suhu UdaraGambar 7 Grafik Suhu Udara Bulan Agustus di Sintang
Berdasarkan Gambar 7 terlihat bahwa suhu udara rata-rata harian yang tercatat di Stasiun Meteorologi Sintang berkisar antara 23,3°C – 28,2°C. Suhu udara maksimum harian berkisar antara 27,5°C – 33,7°C dengan suhu maksimum tertinggi terjadi pada tanggal 10 Agustus 2020. Suhu minimum harian bulan Agustus 2020 berkisar antara 27,6°C – 24,4°C dengan suhu minimum terendah terjadi pada11 Agustus 2020.
B. Angin
Gambar 8 WindRose Stamet Susilo Sintang Agustus 2020
Analisis angin lokal menggunakan aplikasi WindRose dengan data pengamatan Stasiun Meteorologi Susilo Sintang sebagai acuan. Gambar 8 menunjukkan frekuensi rata-rata arah angin (berhembus dari) di Stasiun Meteorologi Susilo Sintang. Pada bulan Agustus umumnya angin berhembus dari arah tenggara dengan kecepatan rata-rata 1,69 knots atau 3,1 km/jam. Kecepatan angin paling tinggi yaitu 10 knot atau 18 km/jam terjadi 5 Agustus pukul 10.00 WIB.
C. Kelembapan Udara
Gambar 9 Grafik Kelembapan Udara Bulan Agustus di Sintang
Pada Gambar 9 terlihat bahwa kelembapan udara rata–rata harian yang tercatat di Stasiun Meteorologi Susilo Sintang pada bulan Agustus 2020 berkisar antara 80% – 98% dengan kelembapan rata– rata minimum terjadi pada tanggal 27 Agustus 2020 dan kelembapan rata – rata maksimum terjadi pada 05 Agustus 2020.
Kelembapan udara maksimum harian sebesar 98 – 100%, sedangkan kelembapan minimum harian bulan Agustus 2020 berkisar antara 50% – 90% dengan kelembapan minimum terendah terjadi pada tanggal 10 Agustus 2020.
D. Tekanan Udara
Pada Gambar 10 menunjukkan grafik tekanan udara rata – rata, maksimum, dan minimum harian di Stasiun Meteorologi Susilo Sintang selama bulan Agustus 2020. Tekanan udara rata-rata harian yang tercatat berkisar antara 1004,0 – 1007,7 mb dengan tekanan udara rata-rata harian tertinggi tercatat terjadi pada tanggal 11 Agustus 2020 dan terendah tercatat pada tanggal 30 Agustus 2020. Selain itu, tekanan udara maksimum harian berkisar antara 1005,7 – 1009,4 mb dengan puncak tekanan udara maksimum tertinggi tercatat pada tanggal 11 Agustus 2020. Tekanan udara minimum
harian bulan Agustus 2020 berkisar antara 1001,0 – 1004,9 mb dengan tekanan udara minimum terendah terjadi pada tanggal 30 Agustus 2020.
Gambar 10 Grafik Tekanan Udara Bulan Agustus di Sintang
E. Visibility (Jarak Pandang)
Berdasarkan Gambar 11 dapat diketahui bahwa jarak pandang yang tercatat pada bulan Agustus 2020 berkisar antara 100 – 10.000 meter dengan jarak pandang maksimum per hari berkisar 7.000 – 10.000 meter sedangkan jarak pandang minimum per hari berkisar antara 100 – 4000 meter. Jarak pandang mendatar terendah tercatat terjadi pada tanggal 6 Agustus 2020. Jarak pandang <1.000 meter tercatat berjumlah 2 kejadian yang diakibatkan adanya kabut tebal (fog).
F. Curah Hujan
Gambar 12 Grafik Curah Hujan Bulan Agustus di Sintang
Gambar 12 menunjukkan grafik curah hujan Stasiun Meteorologi Susilo Sintang bulan Agustus 2020. Jumlah curah hujan bulan Agustus 2020 tercatat sebesar 227 mm dengan curah hujan tertinggi terjadi pada tanggal 28 Agustus 2020 sebesar 64 mm. Curah hujan pada bulan Agustus 2020 yang terjadi di wilayah Kabupaten Sintang termasuk dalam kategori menengah karena berada dalam kisaran nilai 200 - 300 mm per bulan. Kejadian hujan berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa terdapat 1 kejadian hujan lebat (50 – 100 mm/hari), 3 kejadian hujan sedang (20 – 50 mm/hari), 6 kejadian hujan ringan (5 – 20 mm/hari), dan 6 kejadian hujan sangat ringan (1 - 5 mm/hari) di wilayah Kabupaten Sintang.
G. Penyinaran Matahari
Pada Gambar 13 menunjukkan lamanya penyinaran matahari bulan Agustus 2020. Tercatat bahwa pada pukul 07.00 – 18.00 penyinaran matahari berkisar antara 0 – 9,8 jam. Penyinaran matahari minimum terjadi pada 3 Agustus 2020, sedangkan penyinaran maksimum terjadi pada tanggal 10 dan 14 Agustus 2020.
Gambar 13 Grafik Penyinaran Matahari Bulan Agustus di Sintang
Keadaan cuaca pada bulan Agustus 2020 (Gambar 14) didominasi keadaan kabut. Hal ini terlihat pada hasil pengamatan terdapat 31 kejadian kabut, 16 kejadian hujan dengan intensitas ringan hingga lebat, 12 kejadian petir/guntur, dan 7 kejadian kilat.
I. Titik Panas (Hotspot)
Gambar 15 di bawah ini menunjukkan banyaknya titik panas (hotspot) yang teramati oleh satelit di Kabupaten Sintang. Dari grafik tersebut dapat kita lihat bahwa jumlah titik panas yang terdeteksi di wilayah Kabupaten Sintang sebanyak 680 titik dengan hari kejadian sebanyak 21 hari selama bulan Agustus 2020. Titik panas paling banyak terjadi pada tanggal 22 Agustus 2020 yang berjumlah 229 titik.
Gambar 15 Grafik Hotspot Harian Kabupaten Sintang Bulan Agustus 2020
Gambar 16 menunjukkan sebaran titik panas (hotspot) per Kecamatan di wilayah Kabupaten Sintang selama bulan Agustus 2020. Berdasarkan grafik tersebut, dapat kita lihat bahwa titik panas paling banyak terdeteksi di Kecamatan Ketungau Tengah dengan jumlah 152 titik diikuti Kecamatan Ketungau Hulu sebanyak 120 titik dan Kayan Hulu 109 titik.
PROSPEK
KONDISI ATMOSFER
BU
LE
TI
N
M
ET
EO
RO
LO
G
IE
D
IS
IS
EP
TE
M
BE
R
20
20
PRAKIRAAN ENSO
Fenomena ENSO merupakan fenomena global yang cukup penting untuk dipertimbangkan dalam mengambarkan kondisi cuaca di wilayah Indonesia. Hasil dari beberapa kajian ilmiah menyatakan bahwa pada saat terjadi fenomena ENSO, beberapa wilayah di Indonesia mengalami penurunan ataupun peningkatan curah hujan. Saat ENSO mengindikasikan kondisi EL Nino, beberapa wilayah Indonesia mengalami penurunan curah hujan. Kemudian, pada saat ENSO mengindikasikan La Nina, di beberapa wilayah Indonesia mengalami peningkatan curah hujan.
Gambar 17 Grafik Prakiraan Indeks Nino 3.4
Sumber: http://www.bom.gov.au
Pada bulan September 2020 kondisi ENSO yang ditunjukkan Gambar 17 secara umum diprediksikan dalam kondisi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata anomali suhu permukaan laut di wilayah nino 3.4 berada pada kisaran 0,4°C hingga -0,8°C.
Selanjutnya, hasil prediksi kondisi ENSO pada bulan Oktober 2020 diprediksikan berada dalam kondisi La Nina lemah dengan nilai rata-rata anomali suhu permukaan laut di wilayah nino 3.4 berada pada kisaran -0,8°C hingga -1,2°C.
lemah. Hal ini mengindikasikan bahwa fenomena ENSO diprediksi akan berpengaruh terhadap kondisi cuaca di wilayah Indonesia khususnya Sintang pada bulan Oktober 2020.
PRAKIRAAN IOD
Dipole Mode merupakan fenomena interaksi antara lautan dengan atmosfer
yang terjadi di Samudera Hindiayang ditandai dengan anomali suhu permukaan laut antara Samudera Hindia Barat dengan Samudera Bagian Timur. Fenomena ini turut mempengaruhi kondisi cuaca di wilayah Indonesia, khususnya Indonesia bagian barat. Adanya fenomena Dipole Mode dapat memberikan pengaruh berupa terjadinya peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia bagian barat. Proses identifikasi kemungkinan terjadinya fenomena Dipole Mode dilakukan dengan menganalisis hasil pemodelan indeks IOD dari BOM Australia selama dua bulan kedepan.
Gambar 18 Grafik Prakiraan IOD
Sumber: http://www.bom.gov.au
Hasil pemodelan prediksi indeks Dipole Mode (IOD) ditunjukkan pada Gambar 18 yang menunjukkan bahwa secara umum fenomena Dipole Mode pada bulan September 2020 diprediksi dalam keadaan normal. Hal ini ditandai dengan rata-rata nilai IOD secara rata-rata (mean) berada dalam kisaran nilai 0,0°C hingga -0,4°C.
Begitu juga dengan fenomena Dipole Mode pada bulan Oktober 2020 menunjukkan kondisi Dipole Mode dalam keadaan normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai indeks IOD rata-rata berada pada kisaran 0,0°C hingga -0,4°C.
Hasil analisis prediksi pemodelan indeks IOD selama periode September – Oktober 2020 menunjukkan Dipole Mode dalam keadaan normal. Hal ini mengindikasikan bahwa fenomena Dipole Mode tidak berpengaruh terhadap penambahan suplai uap air di wilayah Indonesia bagian barat termasuk di Kabupaten Sintang.
PRAKIRAAN ANOMALI SPL
A. Prakiraan Bulan September 2020Gambar 19 Prakiraan Anomali SPL September 2020
Sumber: https://www.cpc.ncep.noaa.gov
Dengan merujuk pada hasil pemodelan prakiraan kondisi anomali suhu permukaan laut lembaga layanan cuaca nasional Amerika Serikat (NOAA) yang
perairan barat Provinsi Kalimantan Barat pada bulan September 2020 diprediksi mengalami kondisi yang lebih hangat dari rata – rata normalnya. Hal ini ditunjukkan oleh nilai anomali suhu permukaan laut (warna kuning dan jingga) untuk wilayah perairan barat Provinsi Kalimantan Barat yang secara umum bernilai positif dengan rentang nilai anomali 0,25°C hingga 1,0°C. Berdasarkan nilai anomali suhu permukaan laut tersebut, diprakirakan terdapat potensi pembentukan awan hujan yang dapat berdampak pada peningkatan curah hujan di wilayah Sintang.
B. Prakiraan Bulan Oktober 2020
Gambar 20 Prakiraan Anomali SPL Oktober 2020
Sumber: https://www.cpc.ncep.noaa.gov
Berdasarkan hasil pemodelan prakiraan kondisi anomali suhu permukaan laut yang ditunjukkan Gambar 20 terlihat bahwa kondisi suhu permukaan laut wilayah perairan barat Provinsi Kalimantan Barat pada bulan Oktober 2020 diprediksi menunjukkan nilai anomali suhu permukaan laut yang positif (warna jingga) dengan rentang nilai anomali 0,5°C hingga 1,0°C. Nilai anomali suhu permukaan laut tersebut
diprakirakan berpengaruh terhadap potensi pembentukan awan konvektif di wilayah Kabupaten Sintang.
PRAKIRAAN CURAH DAN SIFAT HUJAN
Prakiraan curah hujan merupakan prakiraan potensi besarnya curah hujan yang terjadi pada suatu wilayah. Prakiraan curah hujan dikategorikan menjadi empat, yaitu rendah (<100 mm), menengah (101 – 300 mm), tinggi (301 – 400 mm), dan sangat tinggi (>400). Sedangkan, prakiraan sifat hujan merupakan prakiraan potensi sifat hujan yang terjadi di suatu wilayah terhadap normal curah hujannya. Prakiraan sifat hujan dikategorikan menjadi tiga, yaitu Bawah Normal, Normal, dan Atas Normal.
A. Prakiraan Bulan Agustus 2020
Gambar 21 Peta Prakiraan Curah Hujan Kalimantan Barat Bulan September 2020
Gambar 22 Peta Prakiraan Sifat Hujan Kalimantan Barat Bulan September 2020
Sumber: http://www.iklim.kalbar.bmkg.go.id
Berdasarkan Gambar 21 terlihat bahwa prakiraan curah hujan di wilayah Sintang menunjukkan potensi curah hujan terjadi sebesar 51 – 100 mm dengan kategori rendah. Sedangkan, Gambar 22 menunjukkan bahwa sifat curah hujan di wilayah Sintang secara umum berada pada kategori Bawah Normal.
Prakiraan curah hujan dan sifat hujan bulan September 2020 pada setiap kecamatan di wilayah Sintang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1 Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Bulan Agustus di Kabupaten Sintang
No. Nama Kecamatan
Curah Hujan
Kategori Sifat Hujan
(mm)
1 Ambalau 51 – 100 Rendah Bawah Normal 2 Binjai Hulu 51 – 100 Rendah Bawah Normal 3 Dedai 51 – 100 Rendah Bawah Normal 4 Kayan Hilir 51 – 100 Rendah Bawah Normal 5 Kayan Hulu 51 – 100 Rendah Bawah Normal
6 Kelam Permai 51 – 100 Rendah Bawah Normal 7 Ketungau Hilir 51 – 100 Rendah Bawah Normal 8 Ketungau Hulu 51 – 100 Rendah Bawah Normal 9 Ketungau Tengah 51 – 100 Rendah Bawah Normal 10 Sungai Tebelian 51 – 100 Rendah Bawah Normal 11 Sepauk 51 – 100 Rendah Bawah Normal 12 Serawai 51 – 100 Rendah Bawah Normal 13 Sintang 51 – 100 Rendah Bawah Normal - Normal 14 Tempunak 51 – 100 Rendah Bawah Normal
B. Prakiraan Bulan Oktober 2020
Berdasarkan Gambar 23 terlihat bahwa prakiraan curah hujan di wilayah Sintang menunjukkan potensi curah hujan terjadi sebesar 201 – 300 mm dengan kategori menengah. Selain itu, Gambar 24 menunjukkan bahwa sifat curah hujan di wilayah Sintang berada pada kategori Bawah Normal – Normal.
Gambar 24 Peta Prakiraan Sifat Hujan Kalimantan Barat Bulan Oktober 2020
Sumber: http://www.iklim.kalbar.bmkg.go.id
Prakiraan curah hujan dan sifat hujan bulan Oktober 2020 pada setiap kecamatan di wilayah Sintang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2 Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Bulan September di Kabupaten Sintang
No. Nama Kecamatan
Curah Hujan
Kategori Sifat Hujan
(mm)
1 Ambalau 201 – 300 Menengah Bawah Normal 2 Binjai Hulu 201 – 300 Menengah Bawah Normal 3 Dedai 201 – 300 Menengah Bawah Normal 4 Kayan Hilir 201 – 300 Menengah Bawah Normal 5 Kayan Hulu 201 – 300 Menengah Bawah Normal 6 Kelam Permai 201 – 300 Menengah Bawah Normal 7 Ketungau Hilir 201 – 300 Menengah Bawah Normal 8 Ketungau Hulu 201 – 300 Menengah Normal
9 Ketungau Tengah 201 – 300 Menengah Bawah Normal 10 Sungai Tebelian 201 – 300 Menengah Bawah Normal 11 Sepauk 201 – 300 Menengah Bawah Normal 12 Serawai 201 – 300 Menengah Bawah Normal 13 Sintang 201 – 300 Menengah Bawah Normal - Normal 14 Tempunak 201 – 300 Menengahi Bawah Normal
RANGKUMAN
BU
LE
TI
N
M
ET
EO
RO
LO
G
IE
D
IS
IS
EP
TE
M
BE
R
20
20
KONDISI ATMOSFER AGUSTUS 2020
Kondisi dinamika atmosfer secara global cukup berpengaruh terhadap kondisi cuaca Kabupaten Sintang. Hal ini terlihat nilai anomali SPL yang lebih hangat dari normalnya yang dapat mendukung bertambahnya suplai uap air dari laut terhadap pembentukan awan konvektif. Selain itu pada awal dan akhir Agustus, MJO terdeteksi berada pada fase 3 dan 4 yang dapat mengindikasikan adanya kontribusi peningkatan curah hujan di wilayah Sintang. Indeks SOI bernilai +5 menuju +10 yang menandakan kecenderungan La Nina dimana massa udara dari pasifik barat bergerak ke wilayah Indonesia bagian timur dan indeks IOD bernilai -0,5 yang menandakan adanya suplai uap air ke wilayah Indonesia bagian barat sehingga kedua fenomena tersebut dapat berpengaruh pada terjadinya hujan di wilayah Kabupaten Sintang.
Berdasarkan kondisi dinamika atmosfer secara regional, nilai RH pada lapisan 925 - 500 mb menunjukkan koondisi yang sedikit basah. Selanjutnya, pola angin lapisan 850 mb menunjukkan adanya wilayah belokan angin di utara Kalimantan Barat sehingga terdapat perlambatan udara di atas wilayah Kabupaten Sintang yang dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan konvektif atau awan hujan di wilayah Kabupaten Sintang.
Hasil pengamatan Stasiun Meteorologi Susilo Sintang selama bulan Agustus 2020 sebagai berikut:
Suhu udara rata-rata harian berkisar antara 23,3°C – 28,2°C, suhu udara maksimum tercatat sebesar 34,4°C terjadi pada tanggal 10 Agustus 2020 dan suhu minimum harian tercatat sebesar 21,0°C terjadi pada11 Agustus 2020. Secara umum angin berhembus dari arah tenggara dengan kecepatan rata-rata
1,69 knots atau 3,1 km/jam. Kecepatan angin paling tinggi yaitu 10 knot atau 18 km/jam terjadi 5 Agustus pukul 10.00 WIB.
Kelembapan udara rata–rata harian yang tercatat berkisar antara 80% – 98% dengan kelembapan udara harian tertinggi 100% pada 25 hari di bulan Agustus dan kelembapan minimum terendah senilai 50% terjadi pada tanggal 10 Agustus 2020.
Agustus 2020 dan tekanan udara minimum sebesar 1001,0 mb terjadi pada tanggal 30 Agustus 2020.
Tercatat bahwa jarak pandang bulan Agustus berkisar antara 100 – 10.000 meter. Jarak pandang mendatar sebesar < 1000 meter tercatat pada 2 kejadian di bulan Agustus yang diakibatkan adanya kabut tebal.
Jumlah curah hujan bulan Agustus tercatat sebesar 227 mm berada dalam kategori menengah. Curah hujan tertinggi terjadi pada tanggal 28 Agustus 2020 sebesar 64 mm/hari.
Lama penyinaran matahari berkisar antara 0 – 9,8 jam dengan lama penyinaran maksimum terjadi pada tanggal 10 dan 14 Agustus 2020 dan lama penyinaran minimum terjadi pada 3 Agustus 2020.
Keadaan cuaca bervarasi antara lain 31 kejadian kabut, 16 kejadian hujan, 12
kejadian petir/Guntur, dan 7 kejadian kilat.
Titik Panas pada bulan Agustus tercatat sejumlah 680 titik dengan titik
terbanyak terjadi pada tanggal 22 Agustus 2020 dengan jumlah 229 titik dan wilayah paling banyak terdeteksi hotspot adalah kecamatan Ketungau Tengah dengan jumlah hotspot sebanyak 152 titik.
PROSPEK KONDISI ATMOSFER
SEPTEMBER - OKTOBER 2020
.Berdasarkan analisis global bulan September dan Oktober 2020, fenomena ENSO pada bulan September diprediksi berada dalam kondisi Nomal dan bulan Oktober berada dalam kondisi La Nina lemah. Selanjutnya, Dipole Mode diprediksi berada pada kategori normal yang mengindikasikan bahwa fenomena tersebut tidak berpengaruh terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia bagian barat, termasuk Kabupaten Sintang.
Anomali Suhu Permukaan Laut (SPL) bulan September dan Oktober 2020 di perairan barat wilayah Kalimantan Barat menunjukkan kondisi anomali bernilai positif sehingga dapat meningkatkan potensi pembentukan awan – awan konvektif khususnya di Kabupaten Sintang.
Prakiraan curah hujan bulan September 2020 berada pada kategori rendah (51 – 100 mm) dengan prakiraan sifat hujan secara umum berada pada kondisi Bawah Normal. Sedangkan pada bulan Oktober 2020 prakiraan curah hujan berada pada kategori menengah (201 – 300 mm) dengan prakiraan sifat hujan berada pada kondisi Bawah Normal - Normal.
KEGIATAN
STAMET SUSILO SINTANG
BU
LE
TI
N
M
ET
EO
RO
LO
G
IE
D
IS
IS
EP
TE
M
BE
R
20
20
Vidcon
Bimbingan Teknis Pengelola Database TA 2020
Pada tanggal 11 - 13 Agustus 2020 dilaksanakan vidcon Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengelola Database TA 2020. Kegiatan tersebut diikuti oleh Annisa Nazmi Azzahra S.Tr untuk mewakili Stasiun Meteorologi Susilo Sintang. Kegiatan ini bertema “Pengelola Data Handal Untuk Informasi MKG Terpercaya”.
Gambar 25 Vidcon Bimtek Pengelola Database
Pada tanggal 12 - 14 Agustus 2020 dilaksanakan rapat koordinasi nasional BMKG tahun 2020 di ruang rapat gedung MEWS Pontianak. Kegitan ini dilakukan untuk meningkatkan koordinasi antar satuan kerja di BMKG seluruh Indonesia. Kegiatan diikuti oleh tiap Kepala UPT di seluruh wilayah Kalimantan Barat. Stasiun Meteorologi Sintang diwakili oleh Supriandi SP.M.Si selaku Kepala Stasiun Meteorologi Susilo Sintang.
Rapat Koordinasi Karhutla Kabupaten Sintang
Pada Rabu, 19 Agustus 2020 dilaksanakan rapat koordinasi karhutla Kabupaten Sintang. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan sinkronisasi tugas pemantauan, patroli pencegahan, dan penanganan karhutla di wilayah Kabupaten Sintang. Kegiatan rapat diwakili oleh Supriandi SP.M.Si selaku Kepala Stasiun Meteorologi Susilo Sintang.
Preventive Maintenance AWOS di Bandara Pangsuma
Putussibau
Pada tanggal 20-22 Agustus 2020 dilaksanakan kegiatan preventive maintenance AWOS di Bandara Pangsuma Putussibau. Preventive maintenance bertujuan untuk merawat kondisi perlatan agar selalu opimal dan bekerja dengan baik. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Chahya Putra Nugraha, S.Tr dan Saifudin Zukhri, S.Tr selaku teknisi Stasiun Meteorologi Susilo Sintang.
Gambar 28 Preventive Maintenance AWOS di Bandara Pangsuma Putussibau
Padat Karya Tahun 2020 di UPBU Kelas II Tebelian
Pada Kamis, 27 Agustus 2020 dilaksanakan kegiatan Padat Karya Tahun 2020 di UPBU Kelas II Sintang bertempat di gerbang masuk UPBU Tebelian Sintang. Kegiatan tersebut Bertema “Peran Serta Ditjen Perhubungan Udara Dalam Rangka Peningkatan
Gambar 29 Foto Bersama dalam Kegiatan Padat Karya UPBU Kelas II Tebelian
Rapat Pembentukan Panitia Kegiatan Apel Siaga
Pada Jumat, 28 Agustus 2020 dilaksanakan rapat pembentukan panitia kegiatan apel siaga dan gelar pasukan dan peralatan dalam rangka kesiapsiagaan menghadapi bencana kebakaran hutan dan lahan tahun 2020 di Kabupatem Sintang. Stasiun Meteorologi Susilo Sintang diwakili oleh Supriandi SP.M.Si selaku Kepala Stasiun.
LENSA
METEOROLOGI
LE
TI
N
M
ET
EO
RO
LO
G
IE
D
IS
IS
EP
TE
M
BE
R
20
20
MARI KENALI JENIS - JENIS AWAN
Kita sering melihat keindahan langit yang dihiasi awan dengan bentuk - bentuk yang beranekaragam. Kira-kira apa saja jenis awan yang ada di langit ya? Berikut akan ada sedikit pembahasan terkait jenis - jenis awan tersebut.
Awan - awan di langit dikelompokkan menjadi 4 menurut jenisnya. Hal ini sudah banyak diteliti sejak tahun 1802 oleh Komisi Cuaca Internasional yang diadakan di Munchen dan Uppsala (Swedia) ditahun 1894, yakni:
1. Grup Awan Tinggi
Jika dilihat dari Indonesia yang memiliki iklim tropis, kelompok awan tinggi ini biasanya berada pada jarak 6 - 18 km dari permukaan bumi. Jika dari negara yang memiliki iklim sedang, seperti Eropa dan kawasan Asia Timur jarak awan ini hanya sekitar 5 - 13 km. Lebih dekat lagi jika melihat dari daerah Kutub Utara, karena hanya berjarak 3 - 8 km.
Awan Cirrus (Ci)
Gambar 31 Awan Cirrus
Dinamakan dengan awan cirrus karena memiliki struktur yang halus seperti serat bulu burung. Bentuknya indah dan melengkung di angkasa dengan pola horizontal dikedua titiknya. Pada awan ini tampak kristal es meskipun sebenarnya tipe awan cirrus tidak menimbulkan hujan. Awan cirrus biasanya memiliki ketinggian > 5 km. Bentuknya yang menyerupai kristal es dan berada pada tempat yang tinggi menandakan bahwa suhu yang ada pada awan ini sangat rendah, meskipun berada di musim panas.
Awan Cirrocumulus (Ci Cu)
Gambar 32 Awan Cirrocumulus
Awan ini tampak indah menghiasi angkasa. Polanya saling terputus dan terhubung, tampak dipenuhi oleh kristal es. Jika jeli melihatnya, akan nampak latar belakang seperti domba yang bergerombol. Masa hidup awan ini hanya sebentar saja, karena ia akan langsung berubah menjadi CiSt. Meskipun merupakan awan yang memiliki volume cukup kecil, awan jenis ini tetap berpotensi mendatangkan hujan walaupun hujan tersebut tidak sampai pada permukaan bumi.
Awan Cirrostratus (Ci St)
Gambar 33 Awan Cirrostratus
Awan ini berbentuk seperti kelambu yang berserabut dengan jalur-jalur yang tipis dan berwarna keputih - putihan serta dapat menutup sebagian atau seluruh langit. Dengan tekstur halus dan rata menutupi langit, menampakkan warna langit semakin cerah dan bersinar. Inilah jenis awan yang kerap menampikan Hallo, yaitu fenomena berupa lingkaran bulat seperti cincin yang mengitari matahari atau bulan.
2. Grup Awan Menengah
Jenis awan menengah ini memiliki jarak pandang berbeda - beda. Di wilayah Indonesia jaraknya sekitar 2 - 8 km dari permukaan bumi. Sedangkan, pada kawasan yang beriklim sedang jaraknya sekitar 2 - 7 km. Untuk kawasan Kutub Utara dan Selatan jaraknya sekitar 2 - 4 km dari permukaan bumi.
Awan Altocumulus (Ac)
Gambar 34 Awan Altocumulus
Tipe awan ini memiliki bentuk yang bulat berukuran kecil dan berjumlah banyak. Warna awan ini biasanya putih sampai kelabu. Jika melihat dengan jeli, akan nampak awan - awan ini saling bergandengan satu sama lain. Awan dengan pola ini biasanya muncul diwaktu senja dan ditemukan di wilayah yang terdapat angin, serta memiliki massa udara relatif stabil dan kering.
Awan Altostratus (As)
Awan dengan jenis ini memiliki bentuk meluas, menyebar dan tebal, serta berwarna putih kelabu. Biasanya bentuk awan seperti ini merupakan salah satu pertanda akan turun hujan, terutama jika terdapat awan As yang menggumpal dan berjmlah banyak. Awan As bisa ditemui diwaktu senja hingga malam hari, bahkan bisa selalu ada dari waktu senja, malam, hingga pagi harinya. Awan ini juga dapat berkembang menjadi bentuk awan As
3. Grup Awan Rendah
Sudah tergambar jelas dari jenisnya, awan dengan tipe rendah merupakan awan yang memiliki ketinggian rendah. Biasanya berjarak maksimal sekitar 3 km dari permukaan bumi .
Awan Stratocumulus (St Cu)
Gambar 36 Awan Stratocumulus
Awan ini berbentuk seperti bola - bola yang memiliki ukuran tipis namun meluas hingga menutupi langit. Pergerakan awan ini cenderung dari arah horizontal kemudian vertikal. Bentuknya mirip rekahan, yang mana akan terlihat saat cahaya matahari masuk melalui celah -celah sempitnya. Awan yang berbentuk gelombang ini terihat tipis, sehingga sangat minim sekali muncul hujan. Warnanya yang putih dan sebagian kelabu bisa terjadi saat awal senja sampai petang hari. Keberadaannya memastikan bahwa atmosfer di daerah tersebut stabil.
Awan Stratus (St)
Gambar 37 Awan Stratus
Awan stratus memiliki ketinggian sangat rendah, yakni sekitar 2 km. Biasanya terlihat di ujung lautan dengan tekstur tipis dan berlapis - lapis. Awan stratus tidak tumbuh secara vertikal seperti tipe awan cumulus. Awan ini berkembang mengikuti arah aliran angin yang mengakibatkan udara akan terkondensasi pada ketinggian yang rendah. Awan ini berwarna abu - abu dan dapat menyebabkan gerimis.Jika anda melihat awan ini di daerah dingin, pasti akan sangat kesusahan untuk membedakan diantara awan dan kabut.
Awan Nimbostratus (Ni St)
Gambar 38 Awan Nimbostratus
Awan nimbostratus adalah awan yang berada pada ketinggian rendah dan menyebar tanpa bentuk (rapat). Awan ini menyebar cukup luas memenuhi angkasa, berwarna putih gelap. Awan ini dapat menimbulkan hujan atau salju yang lama. Keberadaan awan ini menyebabkan jarak pandang yang rendah dan akan menghalangi sinar matahari.
Hujan yang dibawa oleh awan dengan karakteristik nimbostratus ini biasanya memiliki intesitas ringan hingga sedang, namun berlangsung dalam waktu yang lama.
4. Grup Awan Perkembangan Vertikal
Awan dengan tipe ini memiliki jarak pandang dari permukaan bumi cukup dekat, yakni hanya sekitar 0,5 - 1,5 km.
Awan Cumulus (Cu)
Gambar 39 Awan Cumulus
Awan ini merupakan tipe awan tumbuh vertikal berbentuk kembang kol. Biasanya memiliki puncak yang tinggi dengan bantuan gerakan udara yang naik ke angkasa. Ketika awan - awan ini bertemu langsung dengan matahari, akan terlihat terang dan bercahaya. Awan ini mengindikasikan cuaca cerah dan angin sepoi-sepoi.
Awan Cumulonimbus (Cb)
Gambar 40 Awan Cumulonimbus
Awan ini memiliki volume yang besar dengan letak yang rendah, namun memiliki puncak yang tinggi melebar seperti pegunungan. Awan ini dapat menimbulkan hujan badai disertai petir dan angin kencang. Karena ciri-cirinya itulah, awan ini paling dikhawatirkan dalam dunia penerbangan. Awan jenis ini memiliki ketinggian sekitar 300 m dengan puncak yang dapat menyentuh batas troposfer pada ketinggian 15.000 m.
CEILOMETER
Gambar 41 Ceilometer
Ceilometer adalah alat untuk mengukur ketinggian dari dasar permukaan awan.
Ceilometer ini bekerja berdasarkan prinsip dari pantulan balik (backScattered) dari gelombang suara/cahaya yang dipancarkan, akibat adanya material yang melayang di udara. Sehingga perbedaan waktu antara gelombang yang dipancarkan (Tx) dan gelombang balik yang diterima (Rx) akan dijadikan acuan untuk menghitung ketinggian dari material pemantul (aerosols/awan).
Metode yang umum digunakan untuk mengukur tinggi dasar awan
1.LIDAR (Light detection and ranging) yang dapat mengukur ketinggian awan hingga
30 km diatas permukaan tanah. Teknologi laser banyak dimanfaatkan sebagai pendeteksi pada ceilometer ini, dengan panjang gelombang berkisar 600-1000 nm. 2.SODAR (Sonic Detection and Ranging), pengukuran didasarkan pada pancaran
gelombang suara vertikal (sound pulses vertically) yang akan menghasilkan informasi berupa frekuensi dan amplitudo dari gelombang gema di udara (atmospheric echoes).
Terdapat 2 jenis Ceilometer – Lidar, yaitu:
Ceilometer dengan unit Tx dan Rx yang terpisah.Ceilometer ini memiliki bagian
transmitter dan receiver yang terpisah, sehingga untuk pengukuran awan yang rendah akan kurang akurat karena akan terjadi overlap pada batas ketinggian tertentu.
Gambar 41 Ceilometer dengan Uni Tx dan Rx Terpisah
Ceilometer dengan unit Tx dan Rx yang menyatu.Ceilometer ini memiliki bagian Tx
dan Rx yang menyatu dalan satu garis pancaran, sehingga kekuatan gelombang yang terukur hampir dapat dilakukan dari ketinggian terendah.
Gambar 42 Ceilometer dengan Uni Tx dan Rx Menyatu
Prinsip pengukuran pada Ceilometer
Bila kecepatan cahaya adalah :
c = 2.99 x 10^8 m/s (= 186 000 miles per second)
Dan waktu pantulan cahaya dari ketinggian 25,000 ft akan diterima receiver sekitar :
t = 50.9 ms
Maka, hubungan antara “time delay” (t) dan ketinggian backscattering (h) :
h = ( c * t ) / 2
Dimana, c adalah kecepatan cahaya.
Gambar 43 Prinsip Kerja Ceilometer Kekuatan Signal Pantulan
Kekuatan dari signal yang diterima oleh unit receiver secara garis besar dapat dijabarkan sesuai dengan persamaan dibawah ini (Lidar equation) :
Pr(z) : daya yang diterima (instantaneous power received) pada jarak ‘z’ dengan satuan Watt (W).
EO : energi effective pulse [J=Joule=Ws=Watt-second]. c : kecepatan cahaya di udara [m/s = meters per second]. A : luasan penerima (receiver aperture), [m2].
z : jarak [m].
ß(z) : volume backscatter coefficient pada jarak z [m-1srad-1, srad = steradian].
Gambar 44 Hasil Tampilan Ceilometer