• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PT. NALA PALMA CADUDASA KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PT. NALA PALMA CADUDASA KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

PT. NALA PALMA CADUDASA KECAMATAN MUARA BENGKAL

KABUPATEN KUTAI TIMUR

Oleh :

TRIONO RISTI SUTRISNO NIM. 100 500 220

PROGRAM STUDI GEOINFORMATIKA JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA

(2)

PT. NALA PALMA CADUDASA KECAMATAN MUARA BENGKAL

KABUPATEN KUTAI TIMUR

Oleh :

TRIONO RISTI SUTRISNO NIM. 100 500 220

PROGRAM STUDI GEOINFORMATIKA JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA

(3)

Pembimbing,

Husmul Beze, S.Hut, M.Si NIP. 197906132008121003

Penguji I,

Dyah Widyasasi, S. Hut, MP NIP. 197101031997032001

Penguji II,

Yulianto S.Kom., M.MT NIP. 198307192009121007

Menyetujui/Mengesahkan Ketua Program Studi Geoinformatika Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Dyah Widyasasi, S. Hut, MP NIP. 197101031997032001

Judul Laporan PKL : Laporan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) PT. NALA PALMA CADUDASA di Kecamatan Muara Bengkal Kabupaten Kutai Timur

Nama : Triono Risti Sutrisno

NIM : 100 500 220

Program Studi : Geoinformatika

Jurusan : Manajemen Pertanian

Menyetujui,

(4)

Segala puji dan syukur berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan rahmat, nikmat, taufik serta hidayah-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan laporan PKL ini. Laporan PKL ini disusun berdasarkan hasil kegiatan praktek kerja lapang yang dilakukan di PT. Nala Palma Cadudasa Kecamatan Muara Bengkal Kabupaten Kutai Timur.

Sebuah penghargaan yang setinggi – tingginya tidak lupa disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan kegiatan PKL dan penyelesaian laporan PKL ini.

Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan ucapan terima kasih setulus hati kepada :

1. Ayah, Ibu dan keluarga yang senantiasa berdoa untuk keberhasilan dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan PKL

2. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

3. Ibu Dyah Widyasasi, S.Hut, MP selaku Dosen penguji I dan Ketua Program Studi Geoinformatika

4. Bapak Yulianto S.Kom., M.MT selaku Dosen penguji II 5. Bapak Huzmul Beze, S.Hut, M.Si selaku dosen pembimbing

6. Bapak Phuah Chuan Hun selaku Senior Estate Manager PT. Nala Palma Cadudasa.

7. Bapak Faisal selaku Manager Estate Mulupan PT. Nala Palma Cadudasa. 8. Bapak Angga F. M selaku Kepala Assistant PT. Nala Palma Cadudasa.

(5)

sebutkan satu persatu.

10. Rekan-rekan tenaga kerja yang telah banyak membantu PKL saya.

11. Rekan-rekan yang tergabung dalam tim PKL 2013 Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Program Studi Geoinformatika.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, dikarenakan oleh keterbatasan penulis dalam penguasaan materi. Namun penulis berharap informasi yang tersaji di dalamnya dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya untuk kemajuan perkembangan pengetahuan dibidang perkebunan.

Penulis

(6)

HALAMAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB. I PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

Tujuan ... 4

Hasil yang Diharapkan ... 4

BAB. II KEADAAN UMUM LOKASI Tinjauan Umum Perusahaan... 5

Manajemen PT. Nala Palma Cadudasa ... 9

Lokasi dan Waktu Kegiatan PKL ... 10

BAB. III HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN A. Pembuatan Titik Pancang Tanam Tujuan ... 12

Dasar Teori ... 12

Alat dan Bahan ... 14

Prosedur Kerja... 15

Hasil yang Dicapai... 16

Pembahasan... 16

B. Pembuatan dan Pemasangan Patok Blok Tujuan ... 18

Dasar Teori ... 18

Alat dan Bahan ... 20

Prosedur Kerja... 20

Hasil yang Dicapai... 21

Pembahasan... 22

C. Pengambilan Data Survey Topografi Tujuan ... 23

Dasar Teori ... 23

(7)

Pembahasan... 27

D. Monitoring Land Clearing (LC) Tujuan ... 29

Dasar Teori ... 29

Alat dan Bahan ... 30

Prosedur Kerja... 30

Hasil yang Dicapai... 30

Pembahasan... 31

E. Pengambilan Data Ketinggian Air Pada Saat Banjir Tujuan ... 32

Dasar Teori ... 32

Alat dan Bahan ... 33

Prosedur Kerja... 33

Hasil yang Dicapai... 34

Pembahasan... 35

F. Pembuatan Titik Sprinkle Tujuan ... 35

Dasar Teori ... 36

Alat dan Bahan ... 37

Prosedur Kerja... 37

Hasil yang Dicapai... 38

Pembahasan... 39

BAB. IV KESIMPULAN DAN SARAN ... Kesimpulan ... 41

Saran... 42

Daftar Pustaka... 43 Lampiran

(8)

Nomor Tubuh Utama Hal

1. Keadaan Lokasi Perencanaan Perkebunan Kelapa Sawit

PT. Nala Palma Cadudasa (PT. NPC) ... 6

2. Rencana Kebutuhan Tenaga Kerja PT. Nala Palma Cadudasa 2013 .. 10

3. Kegiatan yang Dilakukan pada saat Praktek Kerja Lapangan ... 11

4. Hasil Kegiatan Pembuatan Pancang Tanam ... 16

5. Hasil Kegiatan Pemasangan Patok ... 21

6. Hasil Kegiatan Pengambilan Data Survei Topografi ... 27

7. Hasil Kegiatan Monitoring Land Clearing (LC) ... 31

8. Data Hasil Pengukuran Ketinggian Banjir Besar ... 34

9. Hasil Pembuatan Titik Sprinkle ... 38

Lampiran 10. Data Tabel Hasil Pengukuran Topografi Menggunakan Total Station .. 44

11. Hasil Kegiatan Pengambilan Titik Koordinat Parit Cacing ... 56 12. Hasil Pengukuran Pengambilan Data Ketinggian Air pada saat Banjir . 59

(9)

Nomor Tubuh Utama Hal

1. Struktur Organisasi Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT. NPC ……. 9

2. Rumus Pythagoras ………. 17

3. Model patok blok PT. NPC ……… 21

4. Contoh Pemasangan Patok Blok ………... 22

5. Cara Pemasangan Patok Sprinkle ……… 38

Lampiran 6. Tampilan jendela Batas Hak Guna Usaha PT. Nala Palma Cadudasa Estate Mulupan dan Estate Senambah ………... 59

7. Tampilan Jendela Peta Desain Blok PT. NPC Estate Mulupan …..… 60

8. Tampilan jendela peta kontur PT. NPC Estate Mulupan ……….. 61

9. Pengambilan Data Topografi ……… 62

10. Monitoring LC, Pegambilan titk koordinat di sudut blok ……… 62 11. Pengambilan titik koordinat di awal galian parit cacing (field drain) … 63 12. Pengambilan titik koordinat di akhir galian parit cacing (field drain) … 63

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menurut Anonim (2013) perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit (PKS) sedang menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, salah satunya ditandai dengan membaiknya harga CPO (Crude Palm Oil). CPO (Crude

Palm Oil) yang biasa di sebut minyak kelapa sawit merupakan produk yang

ditransaksikan di pasar komoditi. Komoditi ini merupakan hasil sumber daya alam yang lazim diolah menjadi berbagai produk turunan, baik yang berupa barang konsumsi maupun bahan baku industri. Indonesia merupakan penghasil minyak sawit terbesar di dunia, yang kemudian disusul oleh malaysia. akan tetapi, malaysia terlebih dahulu memperkenalkan produk berjangka CPO berdenominasi ringgit dibandingkan dengan indonesia.

Usaha perkebunan kelapa sawit dan unit pengolahannya diperkirakan semakin berkembang dengan pesat, seiring dengan semakin majunya perkembangan teknologi, sehingga pemanfaatan kelapa sawit semakin beragam. Ditinjau dari kegunaan kelapa sawit banyak memberikan manfaat bagi manusia yakni kepentingan rumah tangga, kosmetik, makanan industri farmasi maupun industri kimia. Jadi keuntungan untuk berkembang terus dalam pengoperasian industri kelapa sawit tidaklah tertutup bahkan kelapa sawit merupakan suatu prospek yang cerah dimasa mendatang karena pemasaran minyak dan inti kelapa sawit tidak saja dipasarkan di dalam negeri tetapi juga di

eksport ke luar negeri.

Pengolaha kelapa sawit adalah faktor yang menetukan keberhasilan perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang diperoleh kelapa sawit pada pabrik

(11)

kelapa sawit adalah minyak kelapa sawit (CPO). Hasil sampingan dari pengolahan kelapa sawit pada pabrik kelapa sawit adalah inti (karnel) kalapa sawit. Melihat masa depan minyak kelapa sawit yang cukup cerah ditingkat konsumsi minyak sawit yang terus menerus meningkat dan cenderung menguntungkan pasar eksport dan pasar dalam negeri yang nampak semakin baik ditambah lagi faktor penyediaan lahan serta tenaga kerja, semua merupakan unsur – unsur penunjang paling pokok untuk lebih menggerakkan pembudidayaan tanaman kelapa sawit ini lebih terpadu dan optimal.

Kemudian berkaitan dengan terobosan dan upaya untuk menggalakkan

eksport non-migas nasional baik dalam hal volume nilai keragamannya menitik

beratkan kearah komoditi yang cermat sehingga dengan adanya pengawasan dan kontrol yang baik akan menunjang hasil produksinya. Karena tidak jarang ditemui perusahaan kelapa sawit yang masih mengalami permasalahan dalam jumlah produksi yang dihasilkan yaitu masih banyak ditemukan kehilangan minyak sawit dan kotoran inti sawit yang melebihi standar.

Praktek kerja lapang merupakan kegiatan intrakulikuler yang wajib dilakukan mahasiswa program studi diploma sebelum penulisan tugas akhir. Praktek kerja lapang dapat ditempuh mahasiswa Program Studi Diploma III sekurang – kurangnya telah menyelesaikan 114 SKS. Praktek kerja lapang merupakan implementasi keilmuan dan bidang studi yang dimiliki mahasiswa pada dunia kerja yang sebenarnya. Salah satu lokasi yang bisa digunakan mahasiswa Program Studi Geoinformatika dalam melakukan PKL adalah di perkebunan kelapa sawit. Salah satu perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur adalah PT Nala Palma Cadudasa (NPC).

(12)

Melalui praktek kerja lapang yang dilakukan di perkebunan kelapa sawit, mahasiswa diharapkan memperoleh pengalaman praktis di dunia kerja di bidang perkebunan serta dapat melakukan pengkajian terhadap penerapan keilmuan dan teori yang diperoleh mahasiswa selama proses pembelajaran di perguruan tinggi. Dalam pelaksanaan praktek kerja lapang, mahasiswa wajib memenuhi segala ketentuan yang diberlakukan program studi dan PT NPC sebagai tempat atau lembaga usaha yang digunakan sebagai praktek kerja lapang. Diantaranya adalah mahasiswa mengisi jurnal kegiatan yang telah ditentukan program studi sebagai dasar dalam mengevaluasi pelaksanaan praktek kerja lapang. Selain itu, setiap mahasiswa wajib membuat laporan dalam bentuk tulisan ilmiah tentang pelaksanaan praktek kerja lapang maupun yang diperoleh dari di luar lembaga usaha yang dijadikan tempat praktek kerja lapang.

Praktek kerja lapang perlu dilakukan karena melihat pertumbuhan dan perkembangan yang cepat berubah di dunia kerja. Praktek kerja lapang (PKL) akan menambah kemampuan untuk mengamati, mengkaji serta menilai antara teori dengan kenyataan yang terjadi di perkebunan kelapa sawit yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas mahasiswa dalam mengamati permasalahan dan persoalan, baik dalam bentuk aplikasi teori maupun kenyataan yang sebenarnya.

(13)

B. Tujuan

Tujuan diadakannya Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah:

1. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengenal dan mengetahui secara langsung tentang perusahaan kelapa sawit sebagai salah satu penerapan disiplin dan pengembangan karier.

2. Menjadi sarana pengaplikasian dari teori yang diperoleh dari bangku kuliah ke tempat kerja PT NPC.

3. Lebih dapat memahami konsep-konsep non-akademis di perekebunan kelapa sawit.

C. Hasil yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa diharapkan bisa membandingkan secara langsung perbedaan antara teori di perkuliahan dengan yang ada di lapang.

2. Mahasiswa diharapkan mampu membuka wawasan baru dan mengembangkan ilmu yang telah diperoleh di bangku perkuliahan.

3. Dapat menguji kemampuan diri sendiri baik dari segi disiplin ilmu maupun sosialisasi hidup masyarakat.

4. Memperoleh wawasan tentang dunia kerja yang diperoleh di perkebunan kelapa sawit.

(14)

BAB II

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Tinjauan Umum Perusahaan

Menurut Anonim (2010) PT. Nala Palma Cadudasa merupakan salah satu perusahaan perkebunan swasta nasional berencana akan mengembangkan perkebunan kelapa sawit dengan luas total ± 19.305 ha. Sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Kutai Timur Nomor 188445/815/HK/XII/2009 tanggal 1 Desember 2009 dengan luas wilayah ± 10.830 ha dan Surat Keputusan Nomor 525.26/K.334/2010 tanggal 14 April 2010 dengan luas wilayah ± 8.475 ha.

PT. Nala Palma Cadudasa selaku pelaksanaan kegiatan perkebunan kelapa

sawit akan mengadopsi teknologi pertanian yang padat karya dengan maksud penggunaan benih unggul, pupuk dan pestisida. Perencanaan PT. Nala Palma Cadudasa untuk melakukan pembangunan perkebunan kelapa sawit secara adminitratif di wilayah desa Mulupan, Senambah, Ngayau, Muara Bengkal Ilir, Muara Bengkal Ulu dan Benua Baru Kecamatan Muara Bengkal Kabupaten Kutai Timur. Sedangkan secara geografis terletak pada koordinat 116º 31 ‘ 56.63” BT -116º 40’ 2.86” BT dan 0º 13’ 22.12” LS - 0º 22’ 36.14” LS. PT. Nala Palma Cadudasa mempunyai kantor khusus wilayah Kutai Timur di Jl. MT. Haryono gang Rawa Sari RT. 12 Kelurahan Air Putih Samarinda.

Perusahaan Nala Palma Cadudasa merupakan bagian dari beberapa perusahaan yang telah lama berpengalaman di bidang perkebunan kelapa sawit antara lain:

1. PT. Borneo Indo Subur yang berlokasi di Kalimantan Barat.

(15)

3. PT. Agronusa Bumi Sejahtera yang berlokasi di Sangkulirang, Kalimantan Timur.

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Kalimantan Timur yang mengacu pada peta ijin lokasi perkebunan kelapa sawit PT. Nala Palma Cadudasa berada pada Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK). Keadaan lokasi rencana perkebunan kelapa sawit PT. Nala Palma Cadudasa disajikan pada tabel 1 dibawah.

Tabel 1. Keadaan Lokasi Perencanaan Perkebunan Kelapa Sawit

PT. Nala Palma Cadudasa (PT. NPC)

No. Deskripsi Keadaan Areal Kerja 1. Luas wilayah perkebunan 19.305 ha

2. Persetujuan Bupati Kutai Timur

SK 188.4.45/815/HK/XII/2009 luas ± 10.830 ha

SK 525.26/K.334/2010 luas ± 8.475 ha

3.

Areal tidak efektif

Pemukiman ± 351,26 ha

Rawa ± 2.346,37 ha

Sempadan sungai ± 316,29 ha Jumlah areal tidak efektif ± 3.013,92 ha

4.

Areal efektif

Rencana badan jalan kebun ± 598,64 ha Rencana lokasi pabrik ± 15,00 ha

Emplasmen ± 21,57 ha

Jumlah areal efektif untuk sarana prasarana

kebun ± 635,21 ha

5. Areal efektif untuk tanam ± 15.655,87 ha 6. Jumlah areal efektif untuk sarana prasarana

(16)

Dari areal efektif tanam tersebut PT. NPC merencanakan 80% dari luas areal penanaman kelapa sawit diperuntukan sebagai kebun inti ± 12.524,70 ha dan sisanya diperuntukan sebagai kebun plasma yang luasnya 3.131,17 ha. Perkebunan plasama ini merupakan kebun yang langsung dimiliki oleh masyarakat setempat. Untuk masalah pengerjaan, pembibitan, pemupukan dan pestisida akan dibantu oleh perusahaan. Perkebunan plasma merupakan binaan dari perusahaan sehingga teknis penanaman dan pemeliharaan serta panen selalu dibawah pengawasan perusahaan. Perkebunan plasma akan tergantung pada hasil musyawarah antara perusahaan dan masyarakat sekitar yang memiliki kebun plasma dan sekaligus menjadi karyawan perusahaan.

Dalam lokasi perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit PT. NPC terdapat beberapa areal yang dijadikan sebagai kawasan konservasi, areal tersebut akan dikeluarkan dari rencana pembangunan perkebunan. Adapaun areal konservasi yang meliputi areal rawa seluas ± 2.346,37 ha dan areal yang sepadan dengan sungai seluas ± 316,29 ha. Berdasarkan luas areal efektif tanam yaitu seluas ± 15.655,87 ha akan dibagi menjadi areal afdeling dan blok. Luas areal dalam satu afdeling berkisar antara 900-1.000 ha dan selanjutnya setiap satu afdeling dibagi lagi menjadi petak tanam dengan luasan 30 ha yang ukurannya 30m x 100m. Berdasarkan hasil tersebut maka areal efektif perkebunan kelapa sawit PT. NPC seluas ± 15.655,87 ha akan dibagi menjadi 17

afdeling.

Adapun tujuan PT Nala Palma Cadudasa melaksanakan pengembangan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kutai Timur sebagai berikut:

(17)

2. Meningkatkan produktivitas sumber daya lahan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat melalui usaha agribisnis perkebunan.

3. Meningkatkan ekspor non-migas yang ditargetkan pemerintah melalui sub sektor perkebunan.

4. Memperluas kesempatan kerja dan pendapatan petani.

5. Melakukan alih teknologi, manajemen dan pengetahuan agribisnis serta agroindustri kepada usaha perkebunan rakyat di sekitar lokasi proyek.

Adapun manfaat yang nantinya diharapkan dapat diperoleh dari usaha perkebunan kelapa sawit ini pada dasarnya adalah :

1. Untuk mendapatkan keuntungan dari usaha perkebunan kelapa sawit. 2. Pendayagunaan sumber daya alam secara efisien, produktif, dan

berwawasan lingkungan.

3. Pemerataan pembangunan wilayah khususnya di Kabupaten Kutai Timur. 4. Perluasan kesempatan kerja serta peluang berusaha bagi masyarakat. 5. Penigkatan pendapatan masyarakat atau petani yang ikut serta dalam

kegiatan proyek.

6. Sebagai salah satu usaha dalam peningkatan hasil devisa non-migas tanaman ekspor bidang perkebunan.

(18)

B. Manajemen PT. Nala Palma Cadudasa

Dalam perusahaan perkebunan kelapa sawit mempunyai manajemen yang berbeda – beda antara persusahaan. PT. Nala Palma Cadudasa mempunyai mempunyai gambar stuktur organisasi sebagai berikut.

Gambar 1. Struktur Organisasi Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT.NPC

PT. Nala Palma Cadudasa masih memerlukan banyak sumber daya manusia yang ahli dalam bidangnya. Perencanaan kebutuhan tenaga kerja untuk persiapan kedepan perusahaan maka dibutuhkan tenaga kerja yang telah terurai pada Tabel 2 di bawah ini.

(19)

Tabel 2. Rencana Kebutuhan Tenaga Kerja PT Nala Palma Cadudasa 2013

Jenis Kerja Uraian Pendidikan

Jadwal kebutuhan Tenaga Kerja Tahun ke-

1 2 3 4 5 6

1. Pegawai Staf

1. Manajer kebun

(Administrator) Sarjana 1 - - - 2. Kepala tata usaha

atau HRD Sarjana 1 - - - 3. Asisten kepala Sarjana 1 - - - 4. Asisten sosek Sarjana 1 - - - 5. Asisten teknik Sarjana 1 - - - 6. Asisten HSE Sarjana 1 - - - 7. Asisten afdeling Sarjana 3 3 3 3 3 2

2. Pegawai bulanan

1. Staf adminitrasi D3 6 6 6 6 6 4 2. Staf HRD D3 1 - - - 3. Staf external dan

relationCSR D3 1 - - - 4. Asisten pembibitan Sarjana 2 - - - 5. Surveyor Sarjana / D3 4 - - - 6. Juru ukur D3 4 - - - 7. Mekanik D3 3 3 3 3 3 3 8. Healt dan safety D3 1 - - - 9. Environment D3 4 - - - 0. Mandor SMU- D3 6 - - - 3. Sopir

1. Jeep 4 WD SMU 4 - - - 2. Dump truck SMU 14 - - - 3. Truck (TBS) SMU - - - 9 9 8 4. Tractor dan trailer SMU 1 - - - 5. Zonder SMU 1 - - -

C. Lokasi dan Waktu Kegiatan PKL

Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan di PT. Nala Palma

Cadudasa yang dimulai pada tanggal 17 Maret 2013 sampai dengan tanggal 17 Mei 2013. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama Praktek Kerja Lapang dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

(20)

Tabel 3. Kegiatan yang Dilakukan pada saat Praktek Kerja Lapang.

No Waktu Lokasi Jenis Kegiatan Keterangan 1.

18 Maret 2013 11 – 13 April 2013 15 – 20 April 2013 2 – 3 Mei 2013

Estate Mulupan Pembuatan Pancang Tanam Praktek

2. 22 - 24 April 2013 Estate Mulupan Pembuatan dan Pemasangan Patok Blok Praktek 3. 19 – 23 Maret 2013 25 – 28 Maret 2013 30 – 31 Maret 2013 1 – 6 April 2013 8 – 10 April 2013

Estate Mulupan Pengambilan Data

Survey Topografi Praktek

4. 25 – 27 April 2013 30 April 2013 7 Mei 2013

Estate Mulupan Monitoring Lc (Land

Clearing) Praktek 5. 29 April 2013 Kampung Mulupan Pengambilan Data Ketinggian Air Pada

Saat Banjir

Praktek 6. 13 Mei 2013 Estate Mulupan Pembuatan Titik Sprinkle Praktek

(21)

BAB III

HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG

Kegiatan yang dikerjakan pada saat Praktek Kerja Lapang (PKL) di perusahaan perkebunan kelapa sawit pada sesi land clearing. Adapun kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

A. Pembuatan Pancang Tanam

1. Tujuan

Pembuatan pancang tanam dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan acuan pancang tanam dengan menggunakan pola segitiga agar tanaman kelapa sawit lebih teratur.

2. Dasar Teori

Menurut Laras (2011) pancang tanam adalah titik acuan pembuatan pancang tanam pada setiap blok yang berjarak 9 meter antar pokok tanam serta menggunakan sudut 0º dan 180 º. Untuk mencegah adanya pergeseran atau hilangnya patok pancang tanam maka pembuatan patok as poros tanam dianjurkan tiap ujung blok ada 3 patok as pancang poros.

Dalam pembuatan pancang tanam ini, digunakan pancang tanam titik hidup dan titik mati yang dimana pancang tanam titik hidup merupakan pancang yang nantinya akan ditanami bibit sawit, sedangkan untuk pancang tanam titik mati hanya digunakan sebagai acuan untuk pancang titik hidup selanjutnya. Setelah itu pancang tanam titik mati akan dilepas.

Umumnya pada areal rata dan berombak arah barisan pada tanaman kelapa sawit adalah Utara – Selatan. hal ini berhubungan dengan arah penyinaran matahari Timur – Barat. Dengan membuat arah barisan Utara - Selatan maka

(22)

jarak antar tanam Timur – Barat lebih panjang dari pada jarak antar tanaman dalam barisan. Sehingga penyinaran akan lebih lama bagi setiap tanaman karena saling menutupi antar daun tanaman lebih sedikit.

Pada umumnya perkebunan kelapa sawit menerapkan jarak tanam sama segala penjuru (equidistant plant spacing) yang umum dikenal dengan jarak tanam segitiga sama sisi (sistem mata lima). Sistem ini memberikan pemanfaatan yang lebih besar terhadap tanah untuk pengambilan unsur hara dan menyediakan ruang dan cahaya matahari bagi perkembangan pelepah daun. Sudah dibuktikan di Afrika bahwa penanaman sistem segitiga sama sisi menghasilkan lebih banyak dari pada penanaman dengan sistem kubus. Menggunakan sistem sama sisi membuat jarak antar barisan lebih pendek dari pada jarak antar tanaman. Jarak tanam akan tergantung kepada kerapatan tanam yang diinginkan.

Untuk mencegah dan mengatasi timbulnya pengaruh kekurangan cahaya matahari serta mendapatkan letak dan barisan tanaman yang teratur , maka pengaturan arah barisan tanam Kelapa Sawit sangat penting agar penggunaan cahaya matahari seefektif mungkin bagi setiap tanaman. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan pemancangan:

a. Keadaan Topografi Areal Tanam

Sebelum melaksanakan pemancangan terlebih dahulu mengetahui dan mengklasifikasikan keadaan topografi areal, dalam hal ini dapat diklasifikasikan ke dalam areal rata sampai berombak. Pada umumnya untuk areal rata sampai berombak digunakan pemancangan sistem mata lima, sedangkan areal curam dan sangat curam digunakan sistem kontour.

(23)

b. Arah Barisan

Umumnya pada areal rata sampai berombak arah barisan pada tanaman Kelapa Sawit adalah Utara – Selatan. Hal ini berhubungan dengan arah penyinaran matahari Timur – Barat. Dengan membuat arah barisan Utara – Selatan maka jarak antar tanaman Timur – Barat lebih panjang daripada jarak antar tanaman dalam barisan, sehingga penyinaran matahari akan lebih lama bagi setiap tanaman karena saling menutupi antar daun tanaman lebih sedikit. Untuk areal curam dan sangat curam arah barisan mengikuti arah kontour yang ada dan jarak antar tanaman adalah berbanding terbalik dengan jarak antar teras kontour.

3. Alat dan Bahan

a. Alat yang digunakan pada kegiatan ini antara lain :

1) Hard Case Box

2) Total Station Nikon NPL 322 3) Statif / tripod 4) Parang 5) Prisma Pole 6) Prisma 7) Roll meter (50 m) 8) HT

b. Bahan – bahan yang digunakan dalam kegiatan ini antara lain : 1) Kertas Kerja dan gambar Kerja

2) Pita Survei 3) Spidol 4) Patok kayu

(24)

4. Prosedur Kerja

a. Persiapan

1) Apel pagi yang bertujuan untuk membagi tugas serta memberi arahan kepada anggota kerja.

2) Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan serta pengecekan kondisi alat.

3) Menuju lokasi yang akan dikerjakan. b. Pelaksanaan

1) Melakukan proses centering alat total station posisi tepat diatas patok pancang tanam.

2) Memasukan gelembung nivo kotak tepat pada tengah lingkaran. 3) Pengecekan centering alat dengan memperhatikan nivo dan patok

tepat pada benang lensa centering.

4) Melakukan nol-set alat tepat ke arah utara atau patok yang telah dibuat sebelumnya.

5) Pemasangan patok pancang tanam pada setiap ujung blok sebanyak 3 patok yang berjarak 9 meter antar patok.

6) Berdirikan prisma menggunakan prisma pole di ujung blok kemudian melakukan penembakan menggunakan total station. 7) Hasil dari jarak tembak kemudian di cek dengan cara hasil jarak di

bagi 9 meter.

8) Prisma harus berdiri sesuai jarak yang telah dihitung, kemudian melakukan pemasangan patok tepat di mana prisma berdiri.

(25)

5. Hasil Yang Dicapai

Kegiatan ini menghasilkan patok pancang tanam pada setiap blok ke arah utara - selatan sehingga menjadi acuan pembuatan pancang tanam. Pembuatan patok pancang tanam mempunyai target kerja per hari sebanyak 10 blok. Untuk kegiatan ini mencapai target yang ditetapkan oleh perusahaan.

Tabel 4. Hasil Kegiatan Pembuatan Pancang Tanam

No. Waktu Hasil (buah) HOK (orang) Prestasi Kerja buah/orang

1. Kamis, 11 April 2013 12 4 3 2. Jum’at, 12 April 2013 8 4 2 3. Sabtu, 13 April 2013 36 4 9 4. Senin, 15 April 2013 24 4 6 5. Selasa, 16 April 2013 44 4 11 6. Rabu, 17 April 2013 16 4 4 7. Kamis, 18 April 2013 24 4 6 8. Jum’at, 19 April 2013 20 4 5 9. Sabtu, 20 April 2013 20 4 5

Rata-rata Prestasi Kerja 5,6

6. Pembahasan

Pembuatan pancang tanam di perkebunan PT. NPC menggunakan pola segitiga. Jarak tanam untuk arah utara-selatan digunakan jarak 4,5 meter dari titik hidup ke titik mati. Karena titik hidup tidak perlu dibuat pancang tanam, maka pancang tanam dibuat per 9 meter ke arah utara-selatan. Untuk ke arah barat-timur digunakan jarak 7,8 meter dari titik hidup ke titik mati. Di sini kita hanya menggunakan titik hidup, maka untuk ke arah barat – timur digunakan jarak 15,6 meter.

Untuk mencegah hilangnya patok pancang tanam akibat stacking dari kontraktor, maka dibuat patok mata lima. Mata lima adalah patok pancang tanam yang memiliki 5 patok yang terletak di ujung blok maupun awal blok dengan sudut per 60°. Cara perhitungannya adalah dengan menggunakan rumus Pythagoras.

(26)

Gambar 2. Rumus Pythagoras

Pekerjaan pancang tanam yang dilakukan menggunakan total station ini hanya dilakukan di awal blok dan di akhir blok yang kemudian akan dilanjutkan oleh tim pancang lainnya dengan acuan dari patok pancang yang telah dibuat oleh tim total station. Pengecekan alat harus sering kali dilakukan karena medan gambut yang mudah goyang apabila terkena getaran. Kesalahan untuk sudut 1º akan sangat mempengaruhi kelurusan pancang tanam.

Hasil kegiatan pembuatan pancang tanam pada hari pertama adalah sebanyak 9 pancang tanam. Kegiatan pembuatan pancang tanam ini dilakukan oleh 1 tim yang terdiri dari 4 orang, di mana 1 orang menjadi pemimpin proyek. Selama 9 hari kerja tim berhasil membuat pancang tanam sebanyak 201 pancang tanam pada 17 blok. Dalam 1 blok memiliki luasan 20 ha. Rata-rata dalam sehari tim mampu membuat tiang pancang sebanyak 22 buah pancang tanam dan memiliki presatasi kerja sebanyak 5 pancang tanam untuk setiap pekerja. Hasil pembuatan tiang pancang tanam ini sudah dianggap sebagai prestasi kerja yang baik. Sebab dalam 1 hari perusahaan menargetkan

(27)

pembuatan tiang pancang minimal pada 3 blok yang berbeda. Kenyataannya tim mampu melakukan pembuatan pancang tanam dalam 1 hari mencapai 6 blok yang berbeda.

Dalam kegiatan pembuatan pancang tanam ini, tim juga mengalami beberapa kendala. Salah satunya adalah bentuk blok yang tidak berbentuk persis persegi empat. Akibat hal ini perpindahan alat sering dilakukan untuk melanjutkan pengukuran. Perpindahan alat total station yang digunakan untuk pengukuran memakan waktu yang cukup lama, sehingga prestasi pembuatan pancang tanam menjadi kurang maksimal.

B. Pembuatan Patok dan Pemasangan Blok

1. Tujuan

Tujuan pembuatan dan pemasangan patok blok ini untuk mempermudah jalannnya pekerjaan serta mengetahui blok yang harus dikerjakan dan pengecekan pekerjaan yang dikerjakan oleh pekerja.

2. Dasar Teori

Menurut Arif (2011) patok blok adalah patok informasi yang menandakan tata letak blok. Dengan adanya patok blok akan mempermudah semua pekerjaan tanda untuk membedakan antara blok satu sama lain karena bentuk lahan hampir sama. Patok blok juga dapat memberi informasi luas blok.

Pemasangan patok blok dilakukan di setiap persimpangan blok di antara jalan Collection Road (CR) dan Main Road (MR).

a. Jalan utama (Main Road)

Jalan utama (Main Road) yaitu jalan yang menghubungkan antara satu

afdeling dengan afdeling lainnya maupun dari afdeling ke pabrik serta

(28)

dilalui kendaraan lebih sering dan lebih berat, termasuk kendaraan umum. Jalan utama biasanya dibangun secara terpadu dengan infrastruktur lain seperti perumahan, bengkel dan kantor.

b. Jalan produksi (Collection Road)

Jalan produksi (Collection Road) yaitu jalan yang berfungsi sebagai sarana untuk mengangkut produksi kelapa sawit, jalan ini terdapat diantara blok dan berhubungan dengn jalan utama. Jika jarak 10 pengumpulan panen 200 m maka jalan produksi dibangun dengan interval 400m (2 x 200 m), tegak lurus terhadap baris tanaman.

Sementara menurut Parido (2011) pada setiap persimpangan blok (titik pertemuan 4 blok) dipasang patok kayu 7,5 cm dan diberi warna merah. Tinggi patok 1,8 meter dimana tertanam ± 30 cm dan sisanya (1,5 m) tegak diatas tanah. Sebelum diberit cat merah, kulit kayu harus dikupas dan dibiarkan mengering getahnya, baru dioles cat. Kayu patok mengunakan kayu yang ada di sekitar lokasi. Bagian yang dicat adalah keliling kayu setinggi 20 cm dari sisi atas. Untuk jalur rintisan , setiap jarak 40 – 60 meter juga diberi patok yang diberi cat. Patok terbuat dari kayu di sekitar lokasi ukuran 2-5 cm. Tinggi patok 1,8 meter dimana tertanam ± 30 cm dan sisanya (1,5 m) tegak diatas tanah Kulit kayu pada posisi cat harus dikupas terlebih dahulu dan ditunggu hingga getahnya mengering baru dioles cat. Jarak patok bantu bisa diperpendek sesuai/menyesuaikan lokasi kerja. Bagian yang dicat adalah keliling kayu setinggi 20 cm dari sisi atas.

(29)

3. Alat dan Bahan

a. Alat yang digunakan pada kegiatan ini antara lain : 1) Kuas

2) Parang 3) Gergaji

4) Cetakan nama

b. Bahan – bahan yang digunakan dalam kegiatan ini antara lain : 1) Cat kayu 2) Pilox 3) Spidol 4) Patok blok 5) Minyak cat 4. Prosedur Kerja a. Persiapan

1) Apel pagi serta pengarahan. 2) Mempersiapkan alat dan bahan. b. Pelaksanaan

1) Pengecetan patok blok.

2) Penulisan nama blok, luas blok, wilayah blok. 3) Setiap blok dibuatkan patok blok 4 patok.

4) Pelangsiran ke setiap blok sesuai dengan nama blok. 5) Penanaman patok blok pada setiap pojok blok.

(30)

5. Hasil Yang Dicapai

Patok blok sudah terpasang pada setiap pojokan blok. Jumlah blok yang dihasilkan sebanyak 304 patok blok untuk Estate Mulupan dan semuanya sudah terpasang dan disajikan pada Tabel 5 dibawah ini.

Tabel 5. Hasil Kegiatan Pemasangan Patok

No. Waktu (hari) Volume Kerja (patok) Jumlah Pekerja (orang) Prestasi Kerja (patok/orang)

1. 1 40 8 5 2. 1 39 8 4,88 3. 1 38 8 4,75 4. 1 37 8 4,63 5. 1 42 8 5,25 6. 1 42 8 5,25 7. 1 33 8 4,13 8. 1 33 8 4,13

Rata-rata Prestasi Kerja 4,75

Di bawah ini adalah gambar model patok yang di inginkan PT. Nala Palma Cadudasa

(31)

Dibawah ini sketsa pemasangan patok blok :

Gambar 4. Contoh pemasangan patok blok.

6. Pembahasan

Hasil pada pemasangan dan pembuatan patok blok pada hari pertama adalah sebanyak 40 patok blok yang dikerjakan oleh 8 orang dalam 1 tim. Selama 8 hari pekerjaan, tim mampu memasang patok sebanyak 304 patok di Estate Mulupan. Rata – rata dalam sehari, tim mampu memasang 38 patok blok dan memiliki prestasi kerja sebanyak 4 patok blok untuk setiap pekerja.

Estate Mulupan terdiri dari 102 blok, 1 blok memiliki luas rata-rata 20 ha. Dalam 1 blok dibuat 4 patok. Patok dipasang pada setiap ujung sudut blok. Pemasangan patok blok ini berguna untuk memberikan informasi tentang lokasi dan nama blok.

Dengan adanya patok blok yang sudah terpasang maka akan membantu pekerja dalam menjalankan pekerjaannya. Pekerja dapat membedakan blok serta mempermudah pengarahan terhadap semua karyawan perusahaan sehingga pada saat dipertanyakan lokasi kerja dengan mudah dan cepat mengetahuinya. Pada awalnya sebelum adanya patok blok masih banyak

(32)

karyawan tidak mengetahui dan membedakan antar blok akan tetapi setelah ada akan sangat membantu semua jenis pekerjaan.

Pada kegiatan pemasangan dan pembuatan patok blok ini, tim juga mengalami beberapa kendala. Salah satunya adalah, kurangnya sarana transportasi untuk membawa patok yang telah selesai dikerjakan ke lokasi pemasangan sehingga prestasi kerja menjadi kurang maksimal.

C. Pengambilan Data Survei Topografi

1. Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk menggambarkan bentuk permukaan lahan atau keadaan suatu lahan menjadi peta kontur.

2. Dasar Teori

Rafil (2011) berpendapat bahwa peta topografi adalah hasil dari pemetaan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Peta topografi mengacu pada semua ciri-ciri permukaan bumi yang dapat diidentifikasi, apakah alamiah atau buatan, yang dapat ditentukan pada posisi tertentu. Oleh sebab itu, dua unsur utama topografi adalah ukuran relief (berdasarkan variasi elevasi axis) dan ukuran planimetrik (ukuran permukaan bidang datar). Peta topografi menyediakan data yang diperlukan tentang sudut kemiringan, elevasi, daerah aliran sungai, vegetasi secara umum dan pola urbanisasi. Peta topografi juga menggambarkan sebanyak mungkin ciri-ciri permukaan suatu kawasan tertentu dalam batas-batas skala.

Peta topografi dapat juga diartikan sebagai peta yang menggambarkan kenampakan alam (asli) dan kenampakan buatan manusia, diperlihatkan pada posisi yang benar. Selain itu peta topografi dapat diartikan peta yang menyajikan

(33)

informasi spasial dari unsur-unsur pada muka bumi dan dibawah bumi meliputi, batas administrasi, vegetasi dan unsur-unsur buatan manusia.

Peta topografi ialah peta yang menunjukkan keadaan muka bumi sesebuah kawasan, selalunya menggunakan garisan kontur dalam peta moden. Peta topografi mestilah mempunyai garisan lintang dan garisan bujur dan titik pertemuannya menghasilkan koordinat. Koordinat ialah titik persilangan antara garisan lintang dan bujur.

Peta topografi ialah peta yang menunjukkan keadaan muka bumi sesebuah kawasan, selalunya menggunakan garisan kontur dalam peta moden. Peta topografi mestilah mempunyai garisan lintang dan garisan bujur dan titik pertemuannya menghasilkan koordinat. Koordinat ialah titik persilangan antara garisan lintang dan bujur.

Peta topografi yang piawai biasanya menggunakan skala 1:50,000. Skala begini dapat menunjukkan sesebuah kawasan seluas Putrajaya dengan lebih lengkap dan sempurna. Peta topografi memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan dengan peta rupa bumi.

Peta topografi dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan, serta dapat digunakan sebagai peta dasar (base map) dalam pembuatan peta tematik, seperti peta arkeologi dan peta turis. Dalam survei arkeologi, peta topografi berguna untuk memperoleh gambaran umum tentang wilayah yang diteliti. Dalam kondisi tertentu, misalnya medan survei yang terlalu berat, peta yang sudah ada dapat dipakai untuk memplotkan temuan arkeologis. Pemetaan tersebut, meskipun hanya bersifat sementara, sangat efektif untuk menyimpan dan menyelamatkan data arkeologis.

(34)

Data dari peta topografi yang diambil untuk membuat peta arkeologi hanya satu atau dua unsur saja, tergantung dari skala dan tujuan pembuatan peta arkeologi itu. Data tersebut digunakan sebagai latar belakang penempatan dan orientasi secara geografis. Selain peta topografi, yang dapat digunakan sebagai peta dasar antara lain adalah foto udara, peta geologi, dan peta administratif. Besar skala peta dasar yang dibutuhkan untuk membuat peta arkeologi tergantung pada luas wilayah yang akan dipetakan, yaitu:

a. Wilayah seluas provinsi memerlukan peta dasar berskala 1:100.000 sampai dengan 1:250.000.

b. Wilayah seluas kabupaten memerlukan peta dasar berskala 1:50.000 sampai dengan 1:100.000.

c. Wilayah setingkat kecamatan, desa, atau situs memerlukan peta dasar berskala 1:10.000 sampai dengan 1:25.000.

3. Alat dan Bahan

a. Alat yang digunakan pada kegiatan ini antara lain :

1) Hard Case Box

2) Total station Nikon NPL 322 3) Roll meter (50 m) 4) Statif / Tripod 5) Parang 6) Prisma Pole 7) Prisma 8) HT 9) Gps Garmin Map 78s

(35)

b. Bahan – bahan yang digunakan dalam kegiatan ini antara lain : 1) Pita survei 2) Patok 3) Paku 4) Spidol 4. Prosedur Kerja a. Persiapan

1) Apel pagi serta pengarahan kepada anggota tenaga kerja.

2) Mempersiapkan alat dan bahan serta pengecekan alat total station. 3) Berangkat menuju lokasi yang sudah direncanakan.

b. Menentukan titik ikat

1) Pembuatan 2 patok titik ikat ditempat yang lebih tinggi. 2) Pengambilan koordinat menggunakan gps handheld.

3) Dibutuhkan waktu yang agak lama untuk mendapatkan nilai estimate

accurationnya dibawah 3,0.

4) Centering dan setting alat

Centering alat di atas patok titik ikat atau biasa disebut patok BM serta pengaturan alat total station titik BM menjadi station sedangkan titik ikat yang satunya menjadi titik backside.

c. Pengambilan data detail

Pengambilan data detail adalah pengukuran topografi secara detail 1 : 100 yang artinya setiap 50 cm perubahan bentuk tanah harus diambil pointnya. Pengerjaan teori akan jauh beda dengan apa yang dikerjakan dilapangan. Pengambilan data detail diambil dengan jarak 100 meter.

(36)

d. Pemberian keterangan pada titik poligon beridirinya alat

Pemberian keterangan dilakukan untuk memudahkan dalam pengerjaan pada hari selanjutnya.

5. Hasil yang dicapai

Hasil dari kegiatan ini adalah berupa data koordinat yang mana siap diolah menjadi peta kontur. Pada pengukuran survei topografi ini mendapatkan hasil dengan jumlah 445 titik untuk estate Mulupan. Disajikan pada Tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6. Hasil Kegiatan Pengambilan Data Survei Topografi

No. Blok Volume Kerja (titik) Jumlah Tenaga (orang) Pretasi Kerja (titik/orang)

1 C 83 4 20,7

2 D 122 4 30,5

3 E 134 4 33,5

4 F 106 4 26,5

Rata-rata Prestasi Kerja 27,81

6. Pembahasan

Dari data topografi yang telah dikerjakan, tim survei yang terdiri dari 4 orang mampu menyelesaikan survei topografi dengan jumlah 445 titik yang dikerjakan selama 21 hari. Rata – rata tim mampu mengerjakan 21 titik dalam sehari. Untuk 1 blok, para pekerja memiliki prestasi kerja sebanyak 27 titik. Untuk hasil pengambilan data survei topografi ini sudah dianggap prestasi kerja yang bagus karena PT. Nala Palma Cadudasa menargetkan tim survei mampu menyelesaikan pengambilan data survei topografi ini yang memiliki luas ± 3.000 ha dapat diselesaikan dalam 2 bulan selama melaksanakan kegiatan PKL di PT. Nala Palma Cadudasa.

(37)

Dari data yang telah diolah hingga menjadi peta kontur terlihat bahwa lahan di Estate Mulupan milik PT. Nala Palma Cadudasa secara umum terlihat bergelombang. Di mana sisi utara lebih tinggi 7 meter dibandingkan pada bagian selatan. Pembuatan peta topografi ini berguna untuk melihat perbedaan tinggi antar blok pada bagian yang rendah rencananya akan ditinggikan oleh perusahaan untuk mengeringkan blok dari genangan air. Selain itu peta topografi ini berguna untuk perencanaan pembuatan saluran air. Saluran air ini berguna untuk mengeringkan lahan sawit yang sebagian masih terendam air. Sebab bila lahan perkebunan terendam air dalam tempo waktu yang lama, tanah akan menjadi asam.

Untuk pembuatan peta topografi ini, data dari hasil survei topografi dimasukan ke komputer dan kemudian diolah dalam software surfer 8 untuk menampilkan pola kontur lahan dan kemudian diexport ke dalam autocad untuk dapat dioverlay dengan area blok yang telah dikerjakan. Untuk peta kontur yang telah dioverlaykan dengan area blok akan dilampirkan pada Lampiran 5.

Pada saat pelaksanaan pengukuran menggunakan alat total station hanya dapat membidik tembakan pada jarak maksimal 2 km. Meskipun demikian pada saat cuaca panas atau pun berembun pembidik akan mengalami kendala dalam membidik prisma pada jarak yang jauh meskipun jarak bidik kurang dari 2 km. Hal ini disebabkan karena adanya spectrum atau gelombang panas matahari yang membuat arah bidikan menjadi berbayang atau kabur pada saat cuaca panas. Sehingga harus melakukan pemindahan alat beberapa kali untuk melanjutkan pengukuran.

(38)

D. Monitoring Land Clearing (LC)

1. Tujuan

Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk mengetahui hasil kerja yang telah dikerjakan oleh para kontraktor di lapangan.

2. Dasar Teori

Wibisono (2011) menyatakan bahwa land clearing adalah kegiatan

pembukaan dan pengolahan lahan sampai dengan lahan tersebut siap ditanami kelapa sawit. Kegiatan land clearing ini dilakukan bertujuan menyiapkan areal siap tanam untuk menunjang pertumbuhan tanaman kelapa sawit dan memudahkan dalam pengelolaan kebun pada saatnya nanti. Salah satu kegiatan

land clearing ini adalah pembuatan saluran drainase.

Masalah utama yang dihadapi dalam perkebunan kelapa sawit pada lahan

gambut antara lain. a. Drainase buruk

b. Daya dukung tanah yang lemah c. Resiko kebakaran

d. Keasaman tanah yang tinggi e. Salinitas tinggi.

Dari permasalahan tersebut di atas, maka solusinya untuk melakukan budidaya kelapa sawit dilahan gambut pada dasarnya dapat dilakukan, dengan membuat drainase karena hal ini yang sangat penting dalam pemanfaatan lahan gambut, lahan gambut selalu identik dengan perendaman tanah, sehingga pembuatan saluran drainase merupakan kata kunci.

Drainase yang baik untuk pertanian gambut adalah drainase yang tetap mempertahankan batas air kritis gambut akan tetapi tetap tidak mengakibatkan

(39)

kerugian pada tanaman yang akan berakibat pada hasil. Intensitas drainase bervariasi tergantung kondisi alami tanah dan curah hujan. Curah hujan yang tinggi (4000-5000 mm/tahun) membutuhkan sistem drainase untuk meminimalkan pengaruh banjir.

3. Alat

a. Alat yang digunakan pada kegiatan ini antara lain : 1) GPS Handheld Garmin 78s

4. Prosedur Kerja

a. Persiapan

1) Apel pagi serta pengarahan kepada anggota tenaga kerja. 2) Mempersiapkan alat serta pengecekan alat GPS Handheld. 3) Berangkat menuju lokasi yang sudah direncanakan.

b. Pelaksanaan

1) Mengecek blok yang telah dikerjakan oleh kontraktor 2) Menghidupkan GPS.

3) Menunggu hingga estimate accuracy mencapai 3,0.

4) Tekan enter sedikit lebih lama untuk mengambil koordinat di setiap sudut blok.

5) Pengambilan titik koordinat di awal galian parit cacing (Field Drain). 6) Pengambilan satu titik koordinat akhir galian parit cacing (Field Drain)

sebagai acuan pembuatan laporan BAPP.

5. Hasil yang dicapai

Hasil dari kegiatan ini adalah barupa data koordinat sudut blok dan koordinat parit cacing (Field Drain) yang akan dibuat menjadi laporan Berita Acara Pengajuan Pembayaran (BAPP) mingguan bagi PT. Nala Palma Cadudasa. Hasil

(40)

dari kegiatan monitoring Land Clearing (LC) berupa titik koordinat parit cacing (Field Drain) akan dilampirkan pada lampiran.

Tabel 7. Hasil Kegiatan Monitoring Land Clearing (LC) No. Waktu Jumlah Titik Jumlah

Pekerja (titik/orang/hari) Prestasi Kerja

1. 1 45 2 22,5

2. 1 39 3 16

Rata-rata Prestasi Kerja 19,25

Field drain (parit cacing) adalah parit dalam blok tanam sawit dengan ukuran

lebar 1 meter dan kedalaman 1 meter (parit 1 x 1) dengan maksud dan tujuan sebagai saluran pembuangan air dalam blok tanam sehingga tidak menimbulkan genangan dalam blok tanaman sawit di areal rendahan (rawa/gambut).

6. Pembahasan

Pada kegiatan Monitoring land clearing (LC) ini berhasil mendapatkan data jumlah parit cacing (Field Drain) dan luasan blok yang sudah dikerjakan oleh para kontraktor. Kegiatan monitoring LC ini dikerjakan selama 2 hari. Untuk hari pertama, tim yang terdiri dari 2 orang mampu mengambil data sebanyak 45 titik. Untuk hari kedua dengan penambahan anggota tim menjadi 3 orang, tim mampu mengerjakan pengambilan data sebanyak 39 titik. Rata – rata para pekerja memiliki prestasi kerja sebanyak 19 titik per harinya.

Untuk pengukuran parit cacing (Field Drain) dilakukan hanya 1 orang dengan menggunakan GPS Garmin 78s. Sebenarnya parit cacing ini, di perkebunan kelapa sawit berfungsi sebagai saluran pembuangan air dalam blok. Air di dalam blok perlu dibuang untuk mengurangi genangan air di dalam blok. Sebab genangan air di dalam blok yang terlampau lama menyebabkan tanah menjadi asam. Tanah yang asam ini tidak baik bagi perkembangan tanaman kelapa sawit.

(41)

Pengukuran titik koordinat parit cacing (Field Drain) dilakukan dengan cara mengambil koordinat pada setiap awal galian parit cacing, kemudian mengambil 1 titik koordinat pada akhir galian parit cacing sebagai acuan. Selama melakukan pengukuran ini yang menjadi kendala adalah sulitnya medan di lapangan. Tanah gambut yang berair dan berlumpur membuat pekerjaan menjadi terhambat serta beberapa blok yang tidak bisa dilewati menggunakan perahu bermotor dan diharuskan berjalan kaki untuk mengambil titik koordinat parit cacing.

E. Pengambilan Data Ketinggian Air Pada Saat Banjir

1. Tujuan

Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk mengetahui daerah yang terendam air pada saat banjir datang di kampung Mulupan dan mencari informasi tentang waktu kedatangan banjir tiap tahun.

2. Dasar Teori

Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai. Secara sederhana banjir dapat didefinisikan sebagainya hadirnya air di suatu kawasan luas sehingga menutupi permukaan bumi kawasan tersebut. Dalam cakupan pembicaraan yang luas, kita bisa melihat banjir sebagai suatu bagian dari siklus hidrologi, yaitu pada bagian air di permukaan Bumi yang bergerak ke laut. Dalam siklus hidrologi kita dapat melihat bahwa volume air yang mengalir di permukaan Bumi dominan ditentukan oleh tingkat curah hujan, dan tingkat peresapan air ke dalam tanah. Air hujan sampai di permukaan Bumi dan mengalir di permukaan Bumi, bergerak menuju ke laut dengan membentuk alur-alur sungai. Alur-alur sungai ini di mulai di daerah yang tertinggi di suatu kawasan, bisa daerah pegunungan,

(42)

gunung atau perbukitan, dan berakhir di tepi pantai ketika aliran air masuk ke laut

(Hidayat, 2013). 3. Alat dan Bahan

a. Alat yang digunakan pada kegiatan ini antara lain : 1) Hard Case Box

2) Total station Nikon NPL 322 3) Roll meter (50 m) 4) Statif / tripod 5) Parang 6) Prisma Pole 7) Prisma 8) HT 9) Gps Garmin 78s

b. Bahan – bahan yang digunakan dalam kegiatan ini antara lain : 1) Pita survei 2) Patok 3) Paku 4) Spidol 4. Prosedur Kerja a. Persiapan

1) Apel pagi serta pengarahan kepada anggota tenaga kerja.

2) Mempersiapkan alat dan bahan serta pengecekan alat total station. 3) Berangkat menuju lokasi yang sudah direncanakan.

b. Menentukan titik ikat

(43)

2) Pengambilan koordinat menggunakan GPS handheld.

3) Dibutuhkan waktu yang agak lama untuk mendapatkan nilai estimate

accurationnya dibawah 3,0.

4) Centering dan setting alat

Centering alat di atas patok titik ikat atau biasa disebut patok BM serta pengaturan alat total station titik BM menjadi station sedangkan titik ikat yang satunya menjadi titik backsight.

5) Pengambilan data batas banjir

Pengambilan data batas banjir dilakukan pada pohon yang memiliki tanda bekas banjir tahun lalu.

6) Pengambilan data banjir saat ini

Pengambilan data banjir saat ini dilakukan pada ketinggian air sekarang.

5. Hasil yang dicapai

Dari pengukuran ketinggian air pada saat banjir menggunakan alat total station mendapatkan hasil berupa data ketinggian air di kampung Mulupan. Ketinggian banjir di kampung Mulupan pada saat dilakukan pengukuran ini adalah – 0,5 meter dari ketinggian banjir tahun lalu.

Hasil dari kegitan ini adalah barupa data koordinat dari bajir tertinggi dan banjir saat ini. Data hasil pengukuran disampaikan pada Tabel 8 di bawah ini.

Tabel 8. Data Hasil Pengukuran Ketinggian Banjir Besar. No Hari Tenaga Kerja

(orang) Volume Kerja (titik) Prestasi Kerja (titik/orang/hari) 1. 1 6 12 2

(44)

6. Pembahasan

Pengukuran ketinggian air ini dilakukan di kampung Mulupan, Kecamatan Muara Bengkal. Dari tabel di atas, tim berhasil mendapatkan 12 titik dengan jumlah pekerja sebanyak 6 orang dalam sehari. Prestasi kerja yang didapat oleh pekerja adalah sebanyak 2 titik.

Pengukuran ini dilakukan dengan cara mengukur ketinggian air tahun lalu yang berbekas di sekitar rumah warga dan di pohon dengan acuan pengukuran menggunakan GPS Garmin 78s. Dari GPS mendapatkan nilai ketinggian -1 m dari permukaan laut, kemudian melanjutkan pengukuran menggunakan total station untuk mengambil detail pada ketinggian air pada saat pengukuran ini dilakukan. Data ketinggian air tahun lalu kemudian dibandingkan dengan keadaan air pada saat melakukan pengukuran ini, ternyata ketinggian air banjir pada saat pengukuran ini dilakukan memiliki ketinggian -40 cm dari permukaan laut. Sedangkan ketinggian maksimal yang berada di kampung Mulupan adalah 30 cm.

Pada pengukuran ini tim mengalami beberapa kendala, salah satunya adalah arus yang menggoyangkan patok yang digunakan sebagai acuan pengukuran menggunakan alat total station. Akibatnya, pekerjaan menjadi kurang maksimal.

F. Pembuatan Titik Sprinkle

1. Tujuan

Tujuan dari pembuatan titik springkle ini adalah membantu pemasangan penyiram (Sprinkle) yang digunakan untuk menyiram bibit-bibit sawit yang telah dimasukan ke dalam babybag.

(45)

2. Dasar Teori

Ari (2013) menyatakan bahwa irigasi Sprinkler (Sprinkler or spray Irrigation)

adalah suatu metode pemberian air ke seluruh lahan yang akan diirigasi dengan menggunakan pipa yang bertekanan melalui nozzle. Sistem sprinkler dapat diklasifikasikan menjadi sistem permanen (Fixed/solid set), portable dan semi

portable (hand move atau mechanical move), traveling irrigator (gun atau boom), center pivot atau linear move.

Irigasi Sprinkler adalah suatu sistem irigasi yang fleksibel di mana selain dapat digunakan untuk menyiram tanaman juga dapat digunakan untuk pemupukan dan pengobatan dan untuk menjaga kelembaban tanah dan mengontrol kondisi iklim agar sesuai bagi pertumbuhan tanaman.

Adopsi dari sistem sprinkler ini tergantung pada keuntungan ekonomis dan lingkungan yang akan didapatkan dibandingkan dengan sistem irigasi yang lain. Sistem sprinkler sekarang ini digunakan untuk berbagai jenis tanaman terutama komoditas yang bernilai tinggi seperti buah-buahan, sayuran dan digunakan pada berbagai jenis lahan dan topografi.

Sistem irigasi sprinkler cocok untuk semua jenis tanah apabila application

ratenya sesuai dengan kapasitas inflitrasi tanahnya. Termasuk juga pada lahan marginal yang memiliki kapasitas infitrasi atau kapasitas menyimpan air yang

rendah.

Manfaat yang diperoleh menggunakan sistem irigasi adalah

a. Dapat mengontrol pemberian air pada tanaman sehingga dapat mengurangi tingkat pertumbuhan tanaman yang vegetatif dan memperbesar peluang tanaman untuk tumbuh secara generatif dimana akan meningkatkan produktivitas hasil panen.

(46)

b. Desain dapat dirancang secara fleksibel sesuai dengan jenis tanaman, tenaga kerja yang tersedia dan penghematan energi

c. Dapat dilakukan fertigation atau pemberian nutrisi tanaman melalui sistem irigasi

d. Dapat digunakan untuk mengontrol iklim bagi pertumbuhan tanaman e. Dapat menjaga tanah tetap lembut agar cocok bagi pertumbuhan

seedling (persemaian)

f. Mempercepat perkecambahan dan penentuan panen

Sistem Irigasi Sprinkler ini juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya a. Memerlukan biaya investasi yang tinggi

b. Keseragaman distribusi air dapat terus menurun seiring dengan waktu c. Angin sangat berpengaruh atas keseragaman distribusi air

d. Dapat mengakibatkan kanopi tanaman lembab dan mendatangkan penyakit tanaman

e. Dapat merusak tanaman muda pada saat air disiramkan.

3. Alat dan Bahan

a. Alat yang digunakan dalam kegiatan ini : 1) Roll Meter (50 m)

b. Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini : 1) Patok

4. Prosedur Kerja

a. Persiapan

1) Apel pagi yang bertujuan untuk membagi tugas serta memberi arahan kepada anggota kerja.

(47)

2) Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan serta pengecekan kondisi alat.

b. Pelaksanaan

1) Menarik roll meter sepanjang 13 meter ke arah barat-timur di sisi wilayah pembibitan.

2) Pemberian patok di setiap jarak 13 meter.

3) Menarik roll meter sepanjang 13 meter kearah utara-selatan dari patok yang telah dibuat.

5. Hasil yang Dicapai

Hasil dari kegiatan ini berupa patok yang kemudian akan dipasang penyiram (sprinkle) untuk penyiraman bibit. Hasil dari pengukuran pembuatan titik Sprinkle disajikan pada Tabel 9 di bawah ini.

Tabel 9. Hasil Pembuatan Titik Sprinkle

No. Waktu Jumlah Patok Jumlah Pekerja Prestasi Kerja

1. 1 23 4 5,75

Di bawah ini merupakan gambar cara pemasangan patok Sprinkle yang di inginkan oleh PT. Nala Palma Cadudasa.

(48)

6. Pembahasan

Pembuatan sprinkle ini penting dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan penyiraman bibit sawit. Sprinkle ini hanya dibuat di bagian pembibitan yang bekerja secara otomatis menyirami bibit sawit secara berkala. Dengan penyiraman secara teratur, tingkat pertumbuhan bibit sawit menjadi lebih cepat.

Pengukuran ini dikerjakan hanya satu hari dengan beranggotakan 4 orang dalam 1 tim. Pengerjaan ini dikerjakan di wilayah pembibitan di PT. Nala Palma Cadudasa. Prestasi kerja yang diperoleh para pekerja adalah sebanyak 5 patok dalam sehari pengukuran.

Cara pembuatan patok sprinkle ini hampir sama dengan pembuatan pancang tanam, namun yang membedakan adalah ukuran jaraknya yaitu menggunakan jarak 13 meter. Jarak penanaman patok sprinkle untuk ke arah utara-selatan adalah 13 meter dari titik hidup ke titik mati, patok titik mati hanya digunakan sebagai acuan pembuatan patok ke arah barat-timur. Dari titik mati yang telah dibuat, ditarik 6,5 meter kearah barat dan 6,5 meter ke arah timur. Kemudian dilanjutkan dengan jarak 13 meter. Setelah patok sprinkle ke arah barat-timur selesai, patok titik mati yang telah dibuat kemudian dicabut karena tidak digunakan.

Alasan digunakannya jarak 13 meter adalah untuk 1 buah sprinkle mampu menyiram sejauh 7 meter secara memutar. Jadi untuk 1 buah sprinkle sudah mencakup wilayah dengan diameter 14 meter.

Dalam pengukuran ini, tim menemui beberapa kendala. Di antaranya adalah patok yang telah dikerjakan oleh para pekerja sebelumnya tidak sesuai ukuran yang telah ditentukan. Akibatnya pada saat pengukuran ini dilakukan terjadi

(49)

selisih yang membuat patok menjadi tidak simetris dengan patok yang telah dikerjakan oleh pekerja sebelumnya dan prestasi kerja pun menjadi kurang maksimal.

(50)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Nala Palma Cadudasa:

1. Kegiatan pembuatan pancang tanam, didapatkan hasil berupa patok sebanyak 201 pancang tanam di 17 blok yang dilakukan dalam waktu 9 hari. Patok pancang tanam tersebut kemudian akan ditanam bibit kelapa sawit. 2. Kegiatan pembuatan dan pemasangan patok blok, didapatkan hasil berupa

patok blok yang telah diberi nama sesuai dengan nama blok dengan jumlah 304 patok kemudian diletakan pada 4 sisi blok. Dengan demikian, proses pekerjaan akan lebih mudah bila mengetahui nama setiap blok.

3. Kegiatan pengambilan data survey topografi mendapatkan hasil berupa data jarak lapang serta data koordinat X,Y dan Z yang diambil menggunakan alat total station. Dari data tersebut diketahui bahwa lahan di Estate Mulupan terlihat bergelombang.

4. Kegiatan monitoring land clearing (LC) yang telah dilakukan mendapatkan hasil berupa data koordinat parit cacing (field drain) yang telah diambil menggunakan GPS dengan jumlah 84 parit cacing (field drain). Dari data tersebut akan diolah menjadi peta blocking area yang kemudian akan dijadikan laporan mingguan untuk PT. Nala Palma Cadudasa.

5. Data ketinggian air pada saat pengukuran ini dilakukan kemudian dibandingkan dengan data ketinggian air tahun lalu mendapatkan hasil bahwa ketinggian air pada saat pengukuran ini dilakukan mencapai -40 cm dari permukaan laut.

(51)

6. Pembuatan titik sprinkle adalah kegiatan yang dilakukan untuk memasang patok kayu di wilayah pembibitan yang nantinya akan dipasang sprinkle untuk penyiraman bibit sawit.

B. Saran

Adapun saran dari penulis yang dapat diberikan dalam rangka membangun kinerja bersama antara PT. Nala Palma Cadudasa dengan mahasiswa PKL pada waktu yang akan datang serta meningkatkan kualitas dan kemampuan mahasiswa PKL:

1. Diharapkan agar PT. Nala Palma Cadudasa dapat menjalin hubungan yang berkelanjutan dengan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda karena kegiatan PKL ini sangat memberikan manfaat bagi seluruh mahasiswa yang melaksanakannya.

2. Sebaiknya perusahaan menyediakan sarana transportasi lebih banyak, karena pekerjaan sering tertunda akibat kurangnya transportasi.

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Andal Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT. Nala Palma

Cadudasa, Samarinda

Hidayat N. 2013 Pengertian Banjir

http://x-blog46.blogspot.com/2013/02/pengertian-banjir.html

(diakses pada tanggal 21 Mei 2013)

Parido E. 2011. LAND CLEARING : BLOCK DESIGN.

http://edho-d-paridos.blogspot.com/2011/08/block-desigen.html

(diakses pada tanggal 21 Mei 2013)

Anonim. 2009 Theodolit http://theodolit.blogspot.com/

(diakses pada tanggal 22 Mei 2013)

Anonim. 2013 Peta Topografi

id.wikipedia.org/wiki/Peta_topografi (diakses pada tanggal 22 Mei 2013) Laras P. 2011. Pemancangan dan penyiapan lubang tanam kelapa sawit

http://panji1989.blogspot.com/2011/01/pemancangan-dan-penyiapan-lubang-tanam.html (diakses pada tanggal 11 Juni 2013)

Arif H. 2011. Main Road, Collecton Road & Control Road di kebun Kelapa Sawit http://habibiezone.wordpress.com/2011/05/31/main-road-collecton-road-control-road-di-kebun-kelapa-sawit/ (diakses pada tanggal 11 Juni 2013) Rafil. 2011. PETA TOPOGRAFI http://rafil-petatopografi.blogspot.com/

(diakses pada tanggal 11 Juni 2013)

Wibisono WE. 2011. Kinerja Jaringan Drainase pada PT Perkebunan Nusantara

V Sei Galuh Riau

http://wiraekowibisono.blogspot.com/2011/05/kinerja-jaringan-drainase.html (diakses pada tanggal 11 Juni 2013) Ari J. 2013 Sistem Irigasi Sprinkler

http://kabar agro.blogspot.com/2013/04/sistem-irigasi-sprinkler.html

(diakses pada tanggal 11 Juni 2013)

Anonim. 2013 Perkebunan Kelapa Sawit

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26705/5/Chapter%20I.pdf

(53)

Lampiran 1.

Tabel 10. Data tabel hasil pengukuran topografi menggunakan Total station

Kode Point X Y Elevasi

C1 479177.584 27880.156 -4.180 C2 479169.954 27879.368 -4.188 C3 479157.379 28068.784 -3.146 C4 479157.032 28072.911 -3.387 C5 479162.575 28069.291 -3.310 C6 479162.566 28073.192 -3.404 C7 479153.409 28209.905 -2.767 C8 479145.881 28130.930 -2.745 C9 479134.182 28453.799 -1.721 C10 479134.368 28462.818 -1.016 C11 479128.918 28455.540 -1.414 C12 479128.317 28460.534 -1.384 C13 479118.807 28685.633 -0.068 C14 479118.393 28692.190 -0.445 C15 479111.635 28685.734 -0.473 C16 479111.294 28692.589 -0.444 C17 479103.795 28895.412 0.939 C18 479101.391 28900.733 0.960 C19 479096.653 28894.089 0.431 C20 479096.100 28898.917 0.065 C21 479087.191 29086.362 0.951 C22 479081.895 29086.365 2.207 C23 479082.154 29091.592 0.965 C24 479087.921 29091.717 0.968 C25 479074.590 29282.417 0.943 C26 479074.872 29287.009 0.945 C27 479079.847 29283.588 1.653 C28 479079.690 29286.903 1.423 C29 479067.224 29477.200 1.934 C30 479066.592 29481.293 1.945 C31 479072.287 29476.874 1.933 C32 479072.099 29481.354 1.945 C33 479058.884 29679.266 2.480 C34 479058.744 29683.306 2.491 C35 479064.573 29678.917 2.479 C36 479064.472 29682.967 2.490

(54)

Tabel 10. (Lanjutan) C37 479051.337 29875.670 3.451 C38 479051.361 29879.742 3.465 C39 479056.044 29875.989 3.452 C40 479057.032 29880.087 3.465 C41 479042.494 30088.666 4.477 C42 479042.302 30093.493 4.495 C43 479048.545 30089.485 4.480 C44 479048.220 30093.724 4.495 C45 479035.171 30294.436 5.232 C46 479035.008 30298.555 5.240 C47 479039.722 30294.473 5.232 C48 479039.503 30298.659 5.247 C49 481140.010 27884.978 5.672 C50 481140.010 28069.993 5.311 C51 481141.531 28267.992 4.769 C52 481141.018 28469.945 0.257 C53 481141.014 28668.014 0.194 C54 481144.155 28843.148 0.099 C55 481147.267 29062.080 -0.155 C56 481150.961 29255.000 0.078 C57 481154.548 29458.025 0.021 C58 481158.191 29695.938 -0.636 C59 481163.247 29926.725 -0.659 C60 481168.003 30091.834 -0.751 C61 480155.831 30283.034 -1.056 C62 480155.805 30041.189 -0.086 C63 480154.785 29870.229 -1.218 C64 480153.291 29477.979 -0.977 C65 480152.348 29265.938 -0.777 C66 480150.617 29077.974 -0.499 C67 480150.570 28878.938 -0.105 C68 480148.852 28669.994 0.000 C69 480148.056 28461.930 -0.002 C70 480152.500 28277.938 -0.313 C71 480152.500 28069.013 -0.082 C72 480151.020 27877.992 -0.688 C73 482142.314 27870.039 6.242

(55)

Tabel 10. (Lanjutan) C74 482075.602 28071.995 6.322 C75 481544.335 27980.117 6.265 C76 481154.930 28072.998 5.311 C77 481153.010 27884.992 0.527 C78 481614.174 27884.992 5.388 C79 482065.796 28111.509 3.806 C80 481996.774 28271.977 3.674 C81 481547.652 28313.334 4.285 C82 481154.512 28267.992 4.769 C83 481220.573 28083.998 4.437 C84 481541.722 28177.501 4.477 C85 481993.103 28282.992 -0.378 C86 481952.000 28470.000 -0.340 C87 481154.025 28467.008 0.257 C88 481154.484 28286.343 0.000 C89 481547.652 28313.334 4.285 C90 481952.000 28473.000 -0.206 C91 482113.800 28662.900 -0.187 C92 482167.016 28863.966 0.000 C93 482157.383 29072.043 -0.139 C94 482157.383 29279.000 0.429 C95 482169.000 29456.000 0.311 C96 482180.430 29683.000 0.201 C97 482167.576 29895.358 0.205 C98 482173.960 30096.494 0.851 C99 482173.960 30318.643 0.552 C100 481215.000 30128.000 -0.715 C101 481188.000 29924.000 -1.190 C102 481188.000 29693.987 -0.640 C103 481171.721 29482.957 -0.431 C104 481171.721 29270.938 0.077 C105 481167.500 29076.989 0.087 C106 481164.137 28843.070 0.097 C107 481160.070 28701.954 0.254 C108 481157.563 28478.008 0.377 C109 482342.436 28852.999 -0.184 C110 482601.800 29062.900 -0.433

(56)

Tabel 10. (Lanjutan) C111 482808.062 29244.169 -0.291 C112 483059.000 29454.000 -0.983 C113 480105.000 27870.000 0.000 C114 480097.500 27697.500 -0.177 C115 480120.000 27660.000 0.000 C116 480120.000 27450.000 -0.703 C117 480120.000 27300.000 0.161 C118 480120.000 27275.974 0.112 C119 480135.005 27083.987 0.209 C120 480135.000 27072.987 0.213 C121 480083.968 26887.000 -0.332 C122 480084.000 26872.000 -0.332 C123 480084.999 26684.192 0.325 C124 480120.000 26640.000 0.375 C125 480120.000 26520.000 0.325 C126 480097.500 26437.970 0.070 C127 480135.995 26285.948 -0.218 C128 480136.000 26274.948 -0.342 C129 480136.000 26080.961 -0.445 C130 480083.000 26069.000 -0.535 C131 480080.998 25880.800 -0.450 C132 480097.500 25852.500 -0.459 C133 480127.500 25687.500 -0.728 C134 480097.500 25657.500 -0.728 C135 480127.500 25507.500 0.113 C136 480127.500 25440.493 1.170 C137 480135.995 25278.935 -0.893 C138 480135.798 25267.934 -0.787 C139 480132.021 25080.039 -0.993 C140 480132.360 25069.038 -1.176 C141 479158.706 27875.993 -1.736 C142 479167.500 27687.138 -2.096 C143 479167.500 27652.500 0.949 C144 479190.000 27510.000 -0.038 C145 479190.000 27450.000 -0.138 C146 479167.500 27307.500 0.071 C147 479167.500 27274.004 -0.262

Gambar

Tabel 1.   Keadaan Lokasi Perencanaan Perkebunan Kelapa Sawit  PT. Nala Palma Cadudasa (PT
Gambar 1 .  Struktur Organisasi Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT.NPC
Tabel 2. Rencana Kebutuhan Tenaga Kerja PT Nala Palma Cadudasa 2013
Tabel 3. Kegiatan yang Dilakukan pada saat Praktek Kerja Lapang.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari kegiatan magan I yang dilaksanakan di SMP Negri I Kabupaten Sorong selam kurang lebih 2 minggu dapat saya simpulkan bahwa proses belajar mengajar cukup

Hal ini mengindikasikan bahwa masih sebahagian besar para dosen di UMN Al Wasliyah belum mengikuti pelatihan.Para dosen diharapkan dapat aktif untuk mengembangkan kompetensi

laksanakan kewajiban sampai de- ngan jangka waktu berakhirnya jangka waktu penghentian semen- tara sebagian atau seluruh alat produksi dapat direkomendasikan untuk dikenakan

Adapun tujuan dari kegiatan ini, yaitu untuk lebih mengenalkan Museum Seni yang terdapat di Desa Ayunan terhadap masyarakat lokal, nasional maupun di kancah

Pihak LAZIS IPHI Jateng hanya menyalurkan hasil zakat berdasarkan laporan dari mustahik pertama yakni Bapak Amsori, setelah mendapat laporan pengurus LAZIS IPHI

Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan pada penelitian ini.Tujuan pada penelitian adalah memperoleh model terbaik untuk meramalkan jumlah pengunjung

Analisis data menggunakan analisis varians ganda (anova) dan uji lanjut Duncan. Untuk mengetahui kandungan protein, karbohidrat, lemak, serat, kadar air, kadar abu,

Hasilnya adalah telah berhasil dirancang dan dibuat fluorescence imaging system berbasis high power RGB-LED dan kamera digital menggunakan high power RGB-LED, switching power supply,