• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL PENGEMBANGAN KECAKAPAN LITERASI BUDAYA MELALUI PROGRAM TELUSUR RESEP MASAKAN TRADISIONAL DAYAK ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTIKEL PENGEMBANGAN KECAKAPAN LITERASI BUDAYA MELALUI PROGRAM TELUSUR RESEP MASAKAN TRADISIONAL DAYAK ABSTRAK"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL

DAFTAR PUSTAKA

Annonimus.2016. Naskah Akademik Pendidikan Multikeaksaraan, Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan kesetaraan.

Annonimus.2017. Panduan Penyelenggaraan dan Pembelajaran Pendidikan Multikeaksaraan, Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan kesetaraan.

Annonimus.2017. Pedoman Penilaian Pembelajaran dan Sertifi kasi Pendidikan Multikeaksaraan, Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan kesetaraan.

Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2006 Tentang Gerakan Nasional Perecepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Dan Pemberantasan Tuna Aksara.

Kusmiadi, Ade. 2007. Model Pengelolaan Pembelajaran Pasca Keaksaraan melalui Penguatan

Pendidikan Kecakapan Hidup Bagi Upaya Keberdayaan Perempuan Pedesaan (studi pemberdayaan perempuan pedesaan di Kampung Cibago Kecamatan Cisalak Kab Subang) Disertasi Doktor pada Pasca Sarjana UPI Bandung; tidak diterbitkan. Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Dalam Negeri Dan Menteri

Pendidikan Nasional, No. 17/Men.PP/Dep. II/VII/2005, Nomor: 28A TAHUN 2005, No 1/PB/2005 Tentang Percepatan Pemberantasan Buta Aksara Perempuan.

Permendiknas Nomor 35 Tahun 2006 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Penuntasan Buta Aksara.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 42 Tahun 2015. tentang Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan.

Rifai, A. 2005. Pendekatan Membangun Masyarakat dalam Percepatan Desa Tuntas Buta Aksara.

Makalah Disajikan Dalam Rangka Sosialisasi Gerakan Percepatan Desa Tuntas Buta Aksara, Dinas Pendidikan Jawa Tengah.

Taqiyuddin. 2005. Pendidikan Untuk Semua. Bandung ; Mulia Press.

PENGEMBANGAN KECAKAPAN

LITERASI BUDAYA

MELALUI PROGRAM TELUSUR RESEP

MASAKAN TRADISIONAL DAYAK

Oleh : Ety Ariani, S.Pd., Amniah, S.Pd., Drs. Elli

Pamong Belajar pada BP-PAUD dan Dikmas Kalimantan Tengah

ABSTRAK

Kondisi sosial masyarakat yang sebagian besar pendatang, tidak semuanya penduduk asli tanah Dayak, mendukung pelaksanaan program pendidikan multikeaksaraan yang berbasis pelestarian kearifan budaya lokal. Kegiatan pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan kecakapan literasi budaya peserta didik disamping melestarikan keberaksaraan mereka. Penggalian resep masakan tradisional Dayak yang kebanyakan berasal dari bahasa tutur dikumpulkan sebagai bahan untuk kegiatan pembelajaran dan pada akhirnya dikompilasi sebagai kumpulan resep hasil karya peserta didik yang dapat dimanfaatkan untuk memperkaya bahan bacaan pada program pendidikan keaksaraan. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai rata-rata jawaban responden terhadap kelayakan model adalah 81,40 berada pada rentang nilai 84 – 82. Sehingga dapat dikategorikan bahwa Model Kecakapan Literasi Budaya Melalui Telusur Resep Masakan Tradisional Dayak pada Program Multikeaksaraan” layak untuk diterapkan.

Hasil studi eksplorasi pada PKBM Berdikari dan PKBM Mawar Merah di Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah menunjukkan warga masyarakat telah menyelesaikan pendidikan keaksaraan dasar. Kemelekaksaraan yang sudah mereka miliki perlu dipertahankan dan dilestarikan agar kemampuan keberaksaraan mereka tidak hilang atau buta aksara kembali. Untuk itulah diperlukan program keaksaraan lanjutan yang menjadi wadah bagi warga masyarakat untuk memelihara kemampuan keberaksaraan mereka.Melalui program ini mereka memiliki kemampuan baca-tulis-hitung yang bermanfaat bagi kehidupan mereka sehari-hari.

Adanya Model Kecakapan Literasi Budaya Melalui Telusur Resep Masakan Tradisional Dayak pada pembelajaran multikeaksaraan dapat dijadikan panduan oleh pengelola dan

(2)

sikap dan mengembangkan keterampilan. Area program yang dapat dijadikan materi pembelajaran dalam pendidikan multikeaksaraan merujuk pada konteks lokal dan tuntutan kebutuhan lokalitasnya itu sendiri untuk meningkatkan kualitas peran dalam kehidupan yang lebih luas.

Warga masyarakat yang akan menjadi sasaran kegiatan pendidikan multikeaksaraan ini berlatarbelakang ibu rumah tangga. Salah satu kegiatan yang paling dekat dengan mereka adalah kegiatan memasak. Karenanya pendidikan multikeaksaraan yang sesuai adalah pendidikan multikeaksaraan bermuatan kearifan budaya lokal yakni masakan tradisional Dayak. Pengenalan mengenai masakan dimaksudkan agar peserta didik memahami bahan yang digunakan. Karena tidak semua masakan dapat diperbolehkan untuk dikonsumsi seperti

Bangamat yang menggunakan kelelawar sebagai bahan utama masakan. Di

samping itu, sebagai masyarakat pendatang mereka diharapkan turut serta menjaga kelestarian masakan tradisional Dayak dengan mengenalnya lebih jauh melalui program pendidikan multikeaksaraan. Mereka diharapkan akan menjadi sosok penerus salah satu warisan leluhur suku Dayak.

Pendekatan yang dikembangkan pada pendidikan multikeaksaraan adalah pembelajaran berbasis karya (Dikbindiktara, 2017:20). Pada program ini peserta didik diajak menelusuri keberadaan resep masakan tradisional Dayak yang sebagian besar diperoleh melalui bahasa tutur. Sehingga perlu ada kegiatan mentransformasi bahasa tutur tersebut menjadi bahasa tulisan agar tidak punah karena berkurangnya jumlah orang yang mengenal masakan tradisional karena dimakan usia. Peserta didik dilibatkan dalam salah satu program pelestarian warisan leluhur dengan menyusunnya menjadi kumpulan resep masakan tradisional Dayak. Kumpulan resep karya peserta didik ini akan menjadi bahan bacaan kearifan budaya lokal di lingkungan PKBM.

B. Kajian Teori

1. Pendidikan Multikeaksaraan

Pendidikan multikeaksaraan merupakan layanan pendidikan keaksaraan yang menyelenggarakan pembelajaran bagi peserta didik yang telah selesai mengikuti pendidikan keaksaraan dasar. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan disebutkan bahwa pendidikan multikeaksaraan merupakan pendidikan keaksaraan yang menekankan peningkatan keragaman keberaksaraan dalam segala aspek kehidupan.

pendidik dalam melaksanakan pembelajaran multikekasaraan. Pengelola dan pendidik dapat melaksanakan pembelajaran multikeaksaraan, karena pengelola dan pendidik memahami cara pembelajaran multikeaksaraan dengan pendekatan seni budaya. Kata Kunci: Pendidikan multikeaksaraan, literasi budaya.

A. Pendahuluan

Pendidikan keaksaraan merupakan salah satu upaya membangun sumber daya manusia yang bermutu tidak hanya sekadar mendidik masyarakat agar mampu membaca, menulis, dan berhitung. Pendidikan keaksaraan merupakan pengembangan kemampuan individu agar mampu mengatasi persoalan kehidupan. Dengan kata lain, pendidikan keaksaraan diarahkan untuk mengembangkan kemampuan menggunakan aksara dan angka dalam bentuk bahasa tulis, lisan, dan penguasaan informasi dan teknologi komunikasi pada tingkat yang diperlukan untuk berfungsi di tempat kerja, berusaha mandiri, dan dalam kehidupan bermasyarakat. (Kemdikbud, 2016:5).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada PKBM Berdikari dan PKBM Mawar Merah di Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah, beberapa warga masyarakat telah menyelesaikan pendidikan keaksaraan dasar. Melalui program ini mereka memiliki kemampuan baca-tulis-hitung yang bermanfaat bagi kehidupan mereka sehari-hari. Kemelekaksaraan yang sudah mereka miliki perlu dipertahankan dan dilestarikan. Hal ini dibutuhkan agar kemampuan keberaksaraan mereka tidak hilang atau buta aksara kembali. Untuk itulah diperlukan program keaksaraan lanjutan yang menjadi wadah bagi warga masyarakat untuk memelihara kemampuan keberaksaraan mereka.

Kondisi sosial masyarakat di lingkungan kedua PKBM merupakan masyarakat pendatang, dimana mereka belum begitu memahami budaya setempat yakni budaya suku Dayak. Padahal berdasarkan falsafah hidup di mana bumi dipijak

disitu langit dijunjung, pemahaman mengenai budaya setempat sangat diperlukan.

Berdasarkan kondisi tersebut mereka memerlukan penyelenggaraan pendidikan yang dapat membantu mereka mengembangkan kecakapan literasi budaya seperti pendidikan multikeaksaraan. Mengingat pendidikan multikeaksaraan merupakan pendidikan keaksaraan yang menekankan peningkatan keragaman keberaksaraan dalam segala aspek kehidupan (Ditbindiktara, 2017:1).

Cakupan area program pendidikan multikeaksaraan bersumber dari konteks lokal, agar peserta didik mampu mamahami dan mendayagunakan sumberdaya lokal untuk digunakan sebagai sarana memperoleh pengetahuan, membentuk

(3)

a. Keagamaan;

b. Pekerjaan, Keahlian, dan profesi; c. Pengembangan Seni dan Budaya; d. Sosial, Politik, dan Kebangsaan; e. Kesehatan dan Olah Raga;

f. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Kemendikbud, 2016:32-35)

Dalam kegiatan pengembangan model ini area yang sesuai untuk dikembangkan adalah budaya. Dengan pertimbangan sasaran pengembangan model berlatarbelakang masyarakat pendatang yang memerlukan pengetahuan mengenai budaya lokal tempat mereka tinggal. Di samping itu, mereka juga berstatus sebagai ibu rumah tangga. Di mana kegiatan memasak merupakan termasuk kegiatan rutin mereka. Menyediakan makanan bagi anggota keluarga merupakan tugas mereka sehari-hari. Sehingga mereka memerlukan pengetahuan mengenai bahan yang digunakan dalam masakan tradisional setempat, agar dapat menyajikan masakan yang diperbolehkan untuk dikonsumsi berdasarkan keyakinan mereka.

3. Literasi Budaya dalam Pendidikan Multikeaksaraan

Literasi budaya merupakan kemampuan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa (Kemendikbud, 2017:3). Dalam hubungannya dengan pengembangan model ini, peserta didik akan memperoleh pemahaman mengenai kearifan budaya lokal sekaligus turut serta dalam kegiatan pelestarian melalui program telusur resep masakan tradisional Dayak. Di mana mereka dilibatkan secara langsung untuk menelusuri resep masakan tradisional Dayak yang sebagian besar diketahui melalui bahasa tutur. Kemudian mereka mentransformasikan bahasa tutur yang diperoleh ke dalam bahasa tulisan hingga tersusun menjadi kumpulan resep masakan tradisional Dayak.

Di samping itu, pembelajaran dalam rangka mengembangkan literasi budaya dapat dijadikan sebagai sebuah strategi mendukung pencapaian program pendidikan multikeaksaraan. Karena dapat memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran. Pada kegiatan ini, peserta didik tidak akan merasa dibenturkan atau dipaksakan dengan pengetahuan yang baru. Sebab peserta didik akan belajar dengan berdampingan dengan budaya yang sehari-hari mereka jumpai.

Penyelenggaraan pendidikan multikeaksaraan diharapkan untuk mengatasi kemunduran keaksaraan, dimana peserta didik dapat kembali buta aksara jika tidak ditindaklanjuti dengan kegiatan yang menunjang bertahannya bahkan lestarinya kemampuan keberaksaraan yang telah diperolehnya. Dalam naskah akademik Pendidikan Multikeaksaraan (2016:12) dijelaskan bahwa pendidikan multikeaksaraan sebagai program berfungsi:

a. Memadukan keterampilan keaksaraan dasar;

b. Memungkinkan berlangsungnya pendidikan sepanjang hayat; c. Meningkatkan pemahaman masyarakat dan komunitas; d. Menyebarkan teknologi dan keterampilan vokasional;

e. Memotivasi, mengilhami dan meneguhkan harapan menuju kualitas kehidupan; f. Menumbuhkembangkan kebahagiaan kehidupan keluarga melalui pendidikan.

2. Program Pembelajaran pada Pendidikan Multikeaksaraan

Program pembelajaran pada pendidikan multikeaksaraan dikembangkan dan diterapkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang mencakup tiga ranah hasil belajar yang meliputi dimensi sikap, pengetahuan, serta keterampilan (Kemendikbud, 2016:13-15).

a. Pada dimensi sikap, peserta didik diharapkan mampu memiliki perilaku dan etika yang mencerminkan sikap orang beriman dan bertanggungjawab menjalankan peran dan fungsi dalam kemandirian berkarya di masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup.

b. Pada dimensi pengetahuan, peserta didik diharapkan mampu menguasai pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tentang pengembangan peran dan fungsi dalam kehidupan di masyarakat dengan memperkuat cara berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dan berhitung untuk meningkatkan kualitas hidup.

c. Pada dimensi keterampilan, peserta didik memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia dan keterampilan berhitung secara efektif dalam melakukan pengembangan peran dan fungsi untuk kemandirian berkarya di masyarakat serta meningkatkan kualitas hidup.

Cakupan area program pendidikan multikeaksaraan bersumber dari konteks lokal, agar peserta didik mampu memahami dan mendayagunakan sumberdaya lokal untuk digunakan sebagai sarana memperoleh pengetahuan, membentuk sikap, dan mengembangkan keterampilan. Area program yang dikembangkan adalah:

(4)

2. Tingkat Kemampuan Tutor Dalam Melaksanakan Pembelajaran

Kemampuan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran, dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi oleh petugas pemantau sebanyak 4 (empat) orang mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan menutup pembelajaran. Nilai rata-rata kemampuan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran uji coba model ini pada PKBM Berdikari sebesar 82,04 dan PKBM Mawar Merah sebesar 80,37. Sehinggga kualifi kasi pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pendidik dapat dikategorikan baik karena berada dalam rentang skor 76 – 85 (Baik).

3. Sikap peserta didik terhadap nilai-nilai budaya lokal melalui masakan tradisional

Untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap nilai-nilai budaya lokal melalui resep masakan tradisional, digunakan skala penilaian (1, 2, 3,4,5) selanjutnya dilakukan penilaian sesuai pedoman yang telah ditetapkan. Nilai rata-rata sikap peserta didik terhadap nilai-nilai budaya lokal melalui masakan tradisional pada waktu uji coba model ini pada PKBM Berdikari sebesar 46,20 dan PKBM Mawar Merah sebesar 46,10. Selanjutnya dapat diketahui kualifi kasi sikap peserta didik dapat dikategorikan baik karena berada dalam rentang skor 46 – 47 (Baik).

4. Kemampuan unjuk kerja peserta didik dalam menulis resep masakan tradisional Dayak

Kompetensi peserta didik dalam menulis resep masakan tradisional pada PKBM Berdikari dan PKBM Mawar Merah adalah sebagai berikut:

Nama PKBM Kategori Kategori Persentase

Berdikari Sangat Lancar 25 % Lancar 45 % Cukup Lancar 20 % Tidak Lancar 10 % Mawar Merah Sangat Lancar 15 % Lancar 35 % Cukup Lancar 45 % Tidak Lancar 5 %

Dapat disimpulkan bahwa tingkat kompetensi peserta didik dalam menulis resep masakan tradisional baik pada PKBM Berdikari maupun PKBM Mawar Merah berada dalam kategori sebagian besar cukup lncar dan lancar. C. METODE KAJIAN

Pada kajian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk memperoleh data, digunakan teknik pengumpulan data berupa: angket, observasi, wawancara dan dokumentasi. Sampel penelitian ini adalah peserta didik program multikeaksaraan pada kelompok belajar PKBM Berdikari sebanyak 20 orang, dan PKBM Mawar Merah sebanyak 20 orang Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah. D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Tingkat kecakapan literasi budaya peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran

Hasil analisis data terhadap pre test dan post test pada kelompok belajar di PKBM Berdikari diperoleh nilai ‘t” tabel sebesar 4,60. Langkah berikutnya melakukan interpretasi terhadap “t” tabel dengan terlebih dahulu mencari df atau db dengan rumus db = N – 1. Maka diketahui db = 20 – 1 = 19, selanjutnya berkonsultasi pada tabel “t” pada taraf signifi kan 5% maupun 1%. Diketahui t tabel pada taraf signifi kan 5% sebesar 2,09, sedangkan pada taraf signifi kan 1% sebesar 2,86. Dengan membandingkan besarnya “t” hasil perhitungan sebesar 4,6 dan t tabel t.s 5% sebesar 2,09 dan t.s 1% sebesar 2,86, maka diketahui t hitung lebih besar dari t tabel. Karena “t” hitung lebih besar dari “t” tabel, maka ada perbedaan yang signifi kan antara nilai pre test dan nilai post test pada peserta didik PKBM Berdikari. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata pada saat pre test sebesar 6,05 sedangkan rata-rata post test sebesar 7,2. Hal ini menunjukkan bahwa ada kemajuan belajar peserta didik setelah mengikuti pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik/tutor.

Selanjutnya nilai pre tes dan post test peserta didik pada PKBM Mawar Merah diperoleh t hitung sebesar 8,27. Dengan membandingkan besarnya “t” hasil perhitungan sebesar 8,27 dan t pada tabel ts. 5% sebesar 2,09 dan ts. 1% sebesar 2,86, maka diketahui t hasil perhitungan lebih besar dari t tabel. Karena “t” hitung lebih besar dari “t” tabel, maka ada perbedaan yang signifi kan antara nilai pre test dan nilai post test pada peserta didik PKBM Mawar Merah. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata pada saat pre test sebesar 6,5 sedangkan rata-rata post test sebesar 7,6. Hal ini menunjukkan bahwa ada kemajuan belajar peserta didik setelah mengikuti pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik/tutor dalam uji coba model ini. Berdasarkan 2 (dua) lokasi uji coba, semuanya menunjukkan perbedaan yang signifi kan antara nilai pre test dan post test, yang berarti bahwa terdapat peningkatan pengetahuan peserta didik setelah mengikuti pembelajaran.

(5)

ARTIKEL

5. Kemampuan peserta didik dalam mempraktekkan hasil tulisan resep masakan tradisional

Dalam uji coba model, peserta didik diminta untuk mempraktekkan hasil tulisan resep masakan yang telah dibuat dalam bentuk kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang peserta didik, diperoleh nilai rata-rata kompetensi peserta didik dalam mempraktekkan hasil tulisan resep masakan tradisional dalam kelompok pada PKBM Berdikasi: skor tertinggi 2,88 dan skor terendah 2,86. Sedangkan pada PKBM Mawar Merah, skor tertinggi 2,70 dan skor terendah 2,82. Selanjutnya dapat diketahui kualifi kasi kompetensi peserta didik dalam mempraktekkan hasil tulisan resep masakan dapat dikategorikan cukup baik karena berada dalam skor di atas 2 (cukup Baik).

E. Simpulan

Nilai rata-rata yang diperoleh dari jawaban responden sebanyak 20 orang terhadap kelayakan model adalah 81,40 berada pada rentang nilai 84 – 82. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Model Kecakapan Literasi Budaya Melalui Telusur Resep Masakan Tradisional Dayak pada Program Multikeaksaraan” layak untuk diterapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono. 1992. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : CV. Rajawali.

Depdiknas. 2008. Rancangan Penilaian Hasil Belajar. Direktorat Jenderal Manajemen

Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.

Kemendikbud, Dirjen PAUD dan Dikmas, Ditbindiktara.(2016). Silabus Pendidikan

Multikeaksaraan. Jakarta.

______. 2017. Panduan Penyelenggaraan dan Pembelajaran Pendidikan Multikeaksaraan. Jakarta.

______. 2017. Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan

Lanjutan Tahun 2017. Jakarta.

Maman Abdurrahman dan Sambas Ali Muhidin. 2011. Panduan Praktis memahami Penelitian. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Reaja Rosda Karya Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta

PENGUATAN KEBERAKSARAAN

PEREMPUAN SUKU DAYAK SIANG

DI DESA BAHITOM MELALUI

PENDEKATAN KETERAMPILAN

Oleh : Muhamad Aff andi,M.Pd.

Dosen Program Studi Pendidikan Luar Sekolah

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Palangka Raya

ABSTRAK

Dewasa ini, keaksaraan dipandang sebagai hal yang sangat urgent dan bahkan menjadi salah satu tolak ukur kesejahteraan suatu negara melalui penilaian Human Development Index (HDI) yang dilakukan oleh UNDP. Untuk meningkatkan SDM tersebut tentunya perlu dilakukan bukan hanya pendidikan keaksaraan yang sekedar mendidik masyarakat mampu membaca, menulis dan berhitung, tetapi juga pendidikan keaksaraan untuk pengembangan kemampuan individu agar mampu mengatasi persoalan kehidupan. Perbedaan adat istiadat serta kebudayaan seringkali menjadi jurang pemisah antara pendidikan dan masyarakat. Perbedaan tingkat kesejahteraan serta kebiasaan leluhur setempat menjadi tantangan tersendiri dalam menurunkan angka buta aksara melalui pendidikan. Kondisi seperti itu seringkali dijumpai pada masyarakat adat terpencil. Adapun yang menjadi sasaran di wilayah tersebut ialah 20 orang perempuan usia produktif dengan rentang usia 15-59 tahun. Pendekatan yang digunakan ialah kualitatif dengan menggunakan pedoman wawancara, lembar observasi serta dokumentasi sebagai instrumen pengumpul datanya. Dalam menganalisis data, digunakan teknik reduksi, display serta penarikan kesimpulan.

Berdasarkan pada hasil pengamatan serta analisis data di lapangan, diperoleh hasil bahwa: fl ash card bersifat efektif mengenalkan warga belajar pada huruf dan angka; Warga belajar juga mampu mengenal dengan cepat nama dari alat dan bahan yang diperlukan untuk membuat olahan nugget ikan maupun pembuatan bros. Adapun kelemahannya ialah tutor tidak menguasai dengan fasih bahasa Dayak Siang yang dijadikan bahasa ibu oleh warga desa Bahitom, sehingga perlu penerjemah pada beberapa konteks kalimat. Hal tersebut cukup menyita efesisensi waktu pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

dengan kurikulum, namun belum banyak menyentuh konsep fisika sebagai aplikasi dari dasar-dasar teknik analisis matematis yang dipelajari tersebut. Teknik sajiannya

Menurut Munawir ( 2010:119) pada dasarnya modal kerja itu terdiri dari dua,yaitu pertama, bagian yang tetap atau bagian yang permanen yaitu jumlah minimum yang harus tersedia

Hal ini ditunjukkan dengan analisa pernyataan responden yang didapat diantaranya semakin tinggi tingkat pendapatan konsumen, semakin tertarik seseorang responden

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Tim Pelaksana Daerah Media Inkubator

[r]

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Desa Lokasi Penerima Dana Bantuan

[r]

LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPPMP) Alamat : Kamp!9 Karangmalang Yggyak