• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMASARAN GARAM RAKYAT (STUDI KASUS DESA KERTASADA, KECAMATAN KALIANGET, KABUPATEN SUMENEP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PEMASARAN GARAM RAKYAT (STUDI KASUS DESA KERTASADA, KECAMATAN KALIANGET, KABUPATEN SUMENEP)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PEMASARAN GARAM RAKYAT

(STUDI KASUS DESA KERTASADA, KECAMATAN KALIANGET,

KABUPATEN SUMENEP)

Try Suherman1, Elys Fauziyah2, Fuad Hasan2 1

Alumni Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura 2

Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Abstract

This research has aimed to find out the marketing chain of salt, marketing margin of salt and marketing efficiency of salt. It is performed in Kertasada village, Kalianget Sub district Sumenep. Marketing chain and market structure are analyzed by qualitative analysis. Then, marketing margin and ratio concentration are analyzed by quantitative analysis. The result of this research about marketing chain shows: salt farmer – trader – factory – agent – retail – customer. Marketing margin of salt is 1.780.000 IDR and it is implying efficient.

Key Words : Marketing chaim, marketing margin, structure, habit, perform of market, Salt.

Pendahuluan

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai 81.000 km merupakan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumber daya hayati dan non-hayati yang sangat besar. Lautan yang merupakan 70% dari luasan total negara, menyimpan banyak potensi yang dapat dimanfaatkan. Salah satunya adalah komoditas garam. Posisi sebagai negara kepulauan dengan laut yang sangat luas menyebabkan setiap daerah berpotensi untuk memproduksi garam, tetapi sejak dahulu hanya beberapa daerah yang dikenal sebagai produsen utama garam, termasuk di dalamnya adalah Pulau Madura.

Sejak dahulu Pulau Madura dikenal sebagai pulau garam. Sebenarnya istilah pulau garam ini diambil dari komoditas potensial yang ada di Madura. Pada saat ini madura menghasilkan sekitar 800.000 ton garam per tahun atau sekitar 80% kebutuhan garam konsumsi di Indonesia. Salah satu pemasok garam terbesar untuk kebutuhan garam nasional adalah Kabupaten Sumenep yang merupakan wilayah paling timur dari pulau Madura, dengan luasan usahatani garam sebesar 10.067 hektar. Selain itu menurut Disperindag Kabupaten Sumenep (2010) di wilayah ini juga terdapat beberapa perusahaan diantaranya PT. Budiono, PT. Pilar Raya, PT. Garindo, dan PT. Garam. Keberadaan lembaga tersebut bagi petani sangat penting, karena kelembagaan ini

dapat merangsang petani untuk memproduksi garam. Selain itu juga dapat membantu para pegaram dalam memasarkan atau menjual hasil produksinya. Diantara masing-masing lembaga tersebut PT. Garam merupakan perusahaan yang terbesar dalam komoditas ini. Hal ini dikarenakan selain memasok garam dari petani, PT. Garam ini juga mempunyai lahan yang tersebar di wilayah pulau Madura. Lahan-lahan ini biasanya dikontrakkan pada petani yang hasilnya dibagi sesuai perjanjian kontrak.

Kebutuhan garam nasional setiap tahun cukup besar, sebagai gambaran pada tahun 2010 dibutuhkan sekitar 2,985 juta ton, namun total produksi pasokan garam dalam negeri hanya sebesar 1,400 juta ton. Hanya setengah dari kebutuhan garam nasional yang mampu dihasilkan oleh pegaram. Untuk menutupi kekurangan ini, pemerintah mempunyai opsi mengimpor garam, tetapi hanya dilakukan di luar musim panen (Kementrian Perindustrian, 2010). Seharusnya kelebihan permintaan garam ini dapat dimanfaatkan oleh pegaram untuk meningkatkan produktivitasnya. Namun untuk merealisasikannya petani menghadapi beberapa kendala diantaranya : (1) masih lemahnya kelembagaan pegaram, (2) terbatasnya infrastruktur dan fasilitas produksi, (3) kecilnya permodalan yang dimiliki, (4) regulasi yang tidak berpihak ke patani, (5) sistem tataniaga yang kurang menguntungkan pegaram, (6) mutu/kualitas garam yang masih belum sesuai dengan permintaan, dan (7) ketidakpastian

(2)

cuaca (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2010).

Permasalahan yang dihadapi oleh pegaram secara nasional juga dihadapi oleh pegaram yang ada di Desa Kertasada Kabupaten Sumenep. Petani garam, berada dalam posisi lemah dalam proses penetapan kualitas dan harga di setiap pedagang. Pulau penghasil garam terbesar di Indonesia ini tidak mampu memenuhi stok garam nasional. Tidak hanya karena cuaca yang kurang baik namun keprihatinan terjadi saat musim panen harga pun sangat fluktuatif. Petani garam tidak mengetahui secara pasti spesifikasi teknis/kelas/grade mutu garam berdasarkan Standart Nasional (SNI) dan tidak mengetahui bagaimana harga patokan garam yang ditetapkan, pada umumnya harga ditingkat petani garam di tentukan oleh tengkulak.

Berdasarkan latarbelakang tersebut diatas, penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui bentuk saluran pemasaran garam, (2) Menganalisis marjin pemasaran garam untuk pegaram dan lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran garam, dan (3) Menganalisis efisiensi pemasaran pada pemasaran garam di daerah penelitian

Metodologi Penelitian

Metodologi Penentuan Lokasi dan Sampel Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu di Desa Kertasada, Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian dikarenakan di Desa Kertasada, merupakan salah satu sentra daerah penggaraman di Kabupaten Sumenep. Pengambilan sampel Pegaram dilakukan dengan cara acak sederhana (simple random sampling), dengan jumlah sampel sebesar 35 pegaram. Sedangkan untuk analisis saluran pemasaran penentuan sampelnya dilakukan secara snowball sampling.

Metode Analisis Data

Untuk menjawab tujuan pertama dilakukan dengan cara analisis kualitatif yaitu menelusuri lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam kegiatan pemasaran komoditas garam mulai dari pegaram sampai konsumen. Sedangkan tujuan kedua dianalisis secara kuantitatif dengan rumus sebagai berikut :

a. Analisis Margin Pemasaran

Analisis margin di gunakan untuk mengukur jumlah keuntungan yang diperoleh masing-masing lembaga pemasaran. Dengan analisis margin juga dapat diketahui bagian (share) yang di terima petani (Azaino,1981). Secara matematis rumus analisis margin adalah : MP = Pr – Pf ………..………(1) Keterangan: MP = marjin pemasaran (Rp/ton); Pr = harga konsumen (Rp/ton); Pf = harga produsen (Rp/ton)

b. Share Harga yang diterima Petani

Salah satu ukuran yang perlu diperhatikan dalam analisis margin adalah persentase bagian yag diterima produsen dari harga konsumen akhir. Untuk menentukan persentase harga yang di terima produsen dari harga konsumen akhir di gunakan rumus :

SPF=Pf/Pr………..(2) Keterangan: SPf = share harga di tingkat petani; Pf = harga di tingkat petani; Pr = harga di tingkat konsumen.

c. Share Biaya Pemasaran dan Share Keuntungan

Persentase biaya pemasaran dan persentase keuntungan yang di peroleh lembaga pemasaran di tentukan dengan memakai rumus sebagai berikut :

Sbi =(bi/Pr) x 100%...(3) Ski =(ki/Pr) x 100%...(4) Keterangan: Ski = share keuntungan lembaga pemasaran ke i; Sbi = share biaya pemasaran ke i.

d. Distribusi marjin pemasaran

DM=(Mi/Mtot) x 100% ...(5) Keterangan : DM=Distribusi Marjin; Mi=Marjin pemasaran kelompok lembaga pemasaran; i = 1 (pedagang pengumpul); i = 2 (pedagang pengecer) Mtot = M1 + M2 + … + Mn.

Tujuan ketiga dianalisis dengan kreteria sebagai berikut :

(3)

Tabel 1. Model Analisis dan Alat Ukur yang Digunakan dalam Pengukuran Efisiensi Pemasaran

No Model Analisis Alat Ukur Kriteria

Efisien Tidak Efisien

1 Struktur Pasar a. Jumlah pembeli (pedagang) b. Jumlah penjual (petani) c. Kemudahan Memasuki Pasar d. Kolusi antar pedagang e. Konsentrasi pasar Banyak Banyak Mudah Tidak ada Tidak terkonsentrasi Sedikit Sedikit Sulit Ada Terkonsentrasi 2 Perilaku Pasar a. Penentuan harga

b. Pembentukan harga c. Praktek tidak jujur

Berdasarkan standarisasi Tidak ditentukan oleh pedagang Tidak ada Tidak berdasarkan standarisasi Ditentukan oleh pedagang Ada 3 Penampilan Pasar a. Teknologi

b. Distribusi margin c. Share petani Menggunakan teknologi Besar apabila fungsi pemasaran yang dilakukan banyak Adil Tidak Kecil apabila fungsi pemasaran yang dilakukan sedikit Belum adil Sumber : Indrian (2006)

Hasil dan Pembahasan Saluran Pemasaran Garam

Saluran pemasaran adalah organisasi suatu produk atau lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses penyaluran pemasaran suatu produk dan jasa, sehingga produk dan jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen. Sebagian besar produsen yang membuat suatu produk tidak menjual secara langsung produknya kepada konsumen akhir, hal ini disebabkan karena

produsen tidak mampu menanggung biaya besarnya distribusi dan pengolahan. Hal ini juga terjadi pada aliran pemasaran garam di Desa Kertasada Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep. Saluran pemasaran garam melibatkan beberapa lembaga pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saluran pemasaran untuk komoditas garam rakyat di Desa Kertasada Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep hanya tersusun dari satu saluran pemasaran yaitu:

Gambar 1. Saluran Pemasaran Garam di Desa Kertasada Kondisi dari masing-masing lembaga pemasaran yang ada pada saluran pemasaran garam rakyat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pegaram

Ada beberapa kriteria penentuan pegaram yang dijadikan sebagai responden dalam menentukan

(4)

saluran pemasaran yaitu pegaram yang melakukan kegiatan produksi dan pemasaran dengan lahan yang dimiliki sendiri sewa dan bagi hasil sedangkan pegaram yang hanya sebagai penggarap saja tidak dapat dijadikan responden, karena pegaram tersebut hanya melakukan kegiatan produksi sedangkan proses transaksi dilakukan oleh pemilik lahan. Dalam proses transaksinya Pegaram menjual garam ke Tengkulak dalam bentuk curah dan yang kemudian dikemas oleh Tengkulak dalam karung 50 kg. Pegaram yang ada di desa Kertasada di kategorikan dalam 3 kelompok : • Kelompok pegaram yang memiliki

hubungan dengan tengkulak.

Beberapa karakteristik pegaram dalam kategori ini adalah : (a) Pegaram mendapatkan pinjaman modal yang di pergunakan untuk kegiatan proses produksi, (b) Pegaram yang menjual outputnya ke pegaram yang memberikan pinjaman modal dan, (c) Pegaram yang tidak bisa menjual pada tengkulak lain yang memberikan nilai jual lebih tinggi. Bentuk transaksi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi pegaram, karena harga yang di berikan pada pegaram lebih rendah dari harga normal. Dalam proses pemasarannya pegaram memiliki hubungan yang baik (kekerabatan) dengan tengkulak, sehingga seringkali pegaram tidak menjual kepada tengkulak lain walau harga yang ditawarkan lebih tinggi. Pegaram akan memilih menjual produknya pada tengkulak yang selama ini menampung hasil usahataninya. Selain percaya, dengan adanya kedekatan keluarga timbul rasa tidak enak jika harus menjual ke tengkulak lain. • Kelompok pegaram yang ikut dalam

Organisasi APGAT

Organisasi pegaram yang ada di Desa Kertasada dikenal dengan nama APGAT (Asosiasi Pegaram Garam Kertasada), yang berfungsi menjadi wadah aspirasi pegaram dalam melakukan kegiatan produksi serta pemasaran. Dalam proses pemasarannya APGAT ini memberikan arahan, saran dalam melakukan transaksi tengkulak. Saran-saran yang diberikan ini yaitu informasi-informasi seperti harga dari masing-masing tengkulak dengan perbedaan harga yang ditawarkan pada pegaram sehingga dalam pemasarannya pegaram dapat memilih tengkulak yang memberikan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan tengkulak lainnya.

• Kelompok pegaram yang tidak memiliki hubungan dengan tengkulak dan tidak ikut organisasi

Pegaram yang termasuk dalam kategori ini memiliki kebebasan dalam membuat keputusan untuk memasarkan garam. Namun pada kategori ini tidak lantas membuat pegaram ini mendapatkan harga yang menguntungkan. Hal itu disebabkan karena pegaram tidak mempunyai informasi yang akurat di bandingkan dengan informasi dari APGAT, sehingga posisi tawar pun tidak kuat.

2. Tengkulak

Dalam memperoleh bahan baku garam pabrik tidak secara langsung mendapatkan dari pegaram. Pabrik memperoleh garam dari tengkulak. Tidak semua tengkulak garam dapat menjual produk dimiliki ke pabrik. Hal itu disebabkan karena pabrik hanya menerima garam dari tengkulak yang sudah memiliki badan usaha berupa UD, CV dan PT. Selain itu, pihak pabrik garam mensyaratkan volume pasok garam harus jumlah yang besar. Dengan adanya ketentuan tersebut artinya para pegaram tidak dapat langsung menjual garam pada gudang/pabrik. Ada tiga badan usaha yang bertindak penyetok garam pada pabrik garam pada pabrik garam yaitu : (1) UD. Ahmad Dewa, (2) UD. Eka Jaya, dan (3) UD. Tani Garam. Keberadaan pabrik garam memberikan kemudahan bagi tengkulak untuk menjual garamnya karena pihak pabrik memberikan bantuan operasional untuk mengangkut garam yang dibeli dari tengkulak sehingga dapat menghemat biaya.

3. Pabrik

Dalam saluran pemasaran garam di Desa Kertasada terdapat 2 pabrik yang terlibat yaitu PT. Garindo dan PT. Budiono. Sedangkan PT. Garam tidak bisa menampung garam yang di hasilkan oleh pegaram karena kualitas yang disyaratkan oleh PT. Garam yaitu KP I (kualitas baik sekali), yang tidak bisa dipenuhi oleh masyarakat pegaram. Dalam hal ini tentu PT. Garindo dan PT. Boediono sangat dibutuhkan guna menampung hasil produksi garam rakyat oleh pegaram yang sudah melalui tengkulak. PT. Garindo dan PT. Boediono ini merupakan cabang perusahaan yang berada di Gresik. Fungsi dari Kedua Pabrik ini yaitu hanya untuk menampung garam dari tengkulak yang ada di Kecamatan Kalianget. Namun sebelum didistribusikan ke Perusahaan yang ada di gresik garam terlebih dahulu sudah

(5)

melalui proses pencucian yang berguna untuk mengurangi kandungan senyawa yang tidak dibutuhkan dalam syarat bahan baku industri maupun garam konsumsi.

4. Agen

Fungsi agen adalah menjual produk olahan pabrik yang siap untuk di konsumsi. Saluran pemasaran ini tidak rumit karena dalam proses pemasarannya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu para pengecer mendatangi langsung pada pihak agen dalam melakukan transaksi, atau agen ini yang dapat mendatangi langsung para toko/pengecer dalam melakukan transaksi garam. Dalam saluran pemasaran mereka hanya melakukan kegiatan penyimpanan dan transportasi. Produk garam yang di jual pun juga merupakan produk garam yang dihasilkan oleh pabrik. Tidak ada penambahan atau inovasi yang dilakukan, karena agen ini merupakan penyalur dari pabri ke pengecer. 5. Pengecer

Lembaga pemasaran ini merupakan rantai terakhir dalam pemasaran garam. Sasaran dari pembeli yaitu konsumen yang merasakan langsung garam yang tadinya dalam bentuk kasar dan masih karungan namun setelah dilakukan proses pengolahan di pabrik garam berubah dalam bentuk sachet yang telah dihaluskan dan diberi tambahan obat berupa

yodium. Proses transaksi ini dimana konsumen terakhir dapat langsung membeli kepada pengecer yang dekat. Fungsi pemasaran juga tidak banyak yang dilakukan hanya transportasi untuk membeli produk pada agen.

Margin Pemasaran Garam

Marjin pemasaran sering digunakan sebagai indikator efisiensi pemasaran. Besarnya marjin pemasaran pada berbagai saluran pemasaran dapat berbeda, karena tergantung pada panjang pendeknya saluran pemasaran dan aktivitas-aktivitas yang telah dilaksanakan serta keuntungan yang diharapkan oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran. Margin pemasaran garam rakyat dari petani sampai ke pengecer seperti terlihat pada Tabel 2. Dalam pemasaran garam rakyat di Desa Kertasada Kecamatan Kalianget ini bagian yang di terima petani garam (farmer’s share) sebesar 11%. Bagian yang diterima petani garam (farmer’s share) ini sama dengan yang diterima petani garam (Rp 220.000,-/ton) dibagi dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir atau harga di tingkat pengecer (Rp 2.000.000,-/ton) dikalikan dengan 100% dengan mengetahui bagian yang diterima petani garam ini maka kita dapat melihat keterkaitan antara pemasaran dan proses produksi.

Tabel 2. Margin Pemasaran , Distribusi Margin, dan Share pada Pemasaran Garam di Desa Kertasada Tahun 2010

No Lembaga Pemasaran

dan Komponen Margin

Kode Nilai (Rp/ton) Margin Distribusi Margin (%) Share (%) 1 Pegaram a. Harga Jual 220.000 11 2 Tengkulak a. Harga beli b. Biaya pengemasan c. Biaya bongkar muat d. Biaya Transportasi e. Biaya penyimpanan f. Keuntungan g. Harga jual 220 000 7 000 8 000 12 750 500 31 750 280 000 60 000 0.39 0.45 0.72 0.03 1.78 15.7 0.35 0.4 0.638 0.025 1.588 14 2 Pabrik a. Harga beli b. Biaya transportasi c. Biaya bongkar muat d. Biaya penyimpanan e. Biaya pencucian f. Biaya pengemasan karung g. Biaya penghalusan 280 000 157 750 5 500 1 888 53 833 6 000 72 000 8.86 0.31 0.11 3.02 0.34 4.04 7.888 0.275 0.094 2.692 0.3 3.6

(6)

h. Biaya obat-obatan i. Biaya pengemasan dos j. Keuntungan k. Harga jual 160 000 182 000 643 278 1 562 500 1 282 500 8.99 10.2 36.1 8 9.113 32.16 78.13 3 Agen a. Harga beli b. Biaya transportasi c. Keuntungan d. Harga jual 1 562 500 112 500 62 500 1 737 500 175 000 6.32 3.51 86.88 5.625 3.125 4 Pengecer a. Harga beli b. Keuntungan c. Harga jual 1 737 500 262 500 2 000 000 262 500 14.7 13.13 100 Sumber : Data Mentah Diolah (2011)

Jika dilihat pada Tabel 2 margin yang terbentuk sebesar (Rp 1.780.000,-/ton) dengan selisih dari harga beli konsumen akhir (Rp 2.000.000,-/ton) dan harga yang diterima pegaram yaitu sebesar (Rp 220.000,-/ton). Distribusi margin yang panjang terletak dilembaga pemasaran pabrik, karena pabrik melakukan banyak sekali fungsi pemasaran yang terdiri dari : proses transportasi, bongkar muat, penyimpanan, pencucian, pengemasan karung dan dus, pengalusan, pemberian obat

dan retribusi, sehingga terbentuk margin yang besar dari pabrik. Sedangkan Share keuntungan paling besar diterima oleh Pabrik (32,16%), kemudian secara berturut-turut diterima oleh Pengecer (13,13%) dan Agen (3,13%).

Efisiensi Pemasaran Garam

Struktur, perilaku, dan penampilan pasar garam di Desa Kertasada dapat dijelaskan dalam Tabel 3 berikut :

Tabel 3. Struktur, perilaku, dan penampilan pasar garam di Desa Kertasada Tahun 2011

Model Alat Ukur

Kreteria

Kondisi lapang Efisien Tidak

Efisiensi Struktur Pasar a. Jumlah pembeli

(pedagang) b. Jumlah penjual (petani) c. Kemudahan Memasuki Pasar d. Kolusi antar pedagang e. Konsentrasi pasar Banyak Banyak Mudah Tidak ada Tidak terkonsentrasi Sedikit Sedikit Sulit Ada Terkonsentrasi Sedikit Banyak Sulit Ada terkonsentrasi Perilaku Pasar a. Penentuan harga

b. Pembentukan harga c. Praktek tidak jujur Berdasarkan standarisasi Tidak ditentukan oleh pedagang Tidak berdasarkan standarisasi Ditentukan oleh pedagang Ada Terdapat standar Ditentukan oleh pedagang Ada

(7)

Tidak ada Penampilan Pasar a. Teknologi

b. Distribusi margin c. Share petani Menggunakan teknologi Besar apabila fungsi pemasaran yang dilakukan banyak Adil Tidak Kecil apabila fungsi pemasaran yang dilakukan sedikit Belum adil Menggunakan teknologi Kecil Belum adil Sumber : Data Mentah Diolah (2011)

Tabel 4. Struktur Pasar garam di Desa Kertasada Tahun 2011. Tingkat

Pasar

Jumlah Penjual Jumlah

Pembeli Differensiasi Produk Hambatan Keluar masuk pasar Struktur Pasar

Pegaram 35 3 Tidak ada Ada Monopsoni

Tengkulak 3 2 Tidak ada Ada Monopsoni

Sumber : Data Mentah Diolah

Struktur pasar dapat dianalisa secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisa kualitatif dapat dilihat dari jumlah penjual dan pembeli, diferensiasi produk dan hambatan keluar masuk pasar. Sedangkan analisa kuantitatif menggunakan analisa konsentrasi ratio. Analisa Kualitatif struktur pasar garam ditunjukkan dalam Tabel 4.

Jika dilihat dari jumlah penjual dan pembeli yang tidak sebanding, maka pemasaran garam di Desa Kertasada Kecamatan Kalianget dikategorikan sebagai pasar tidak efisien, karena beberapa tingkat pasar ini hampir semuanya mengarah pada pasar monopsoni. Sedangkan kalau dilihat dari aspek differensisi produk, tidak ada perubahan bentuk yang dapat menciptakan nilai tambah dari garam yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran garam di Desa Kertasada Kecamatan Kalianget. garam yang dihasilkan pegaram seluruhnya dijual dalam bentuk karungan tanpa pengubahan nilai tambah. Sedangkan hambatan keluar masuk pasar dapat dilihat dari kondisi dimana pegaram yang memiliki hubungan seperti pinjaman kepada tengkulak, tidak dapat memilih menjual garam kepada tengkulak yang dapat memberikan harga yang lebih baik. Sedangkan dalam pasar, antara tengkulak juga tidak dapat keluar masuk pasar secara bebas, karena tengkulak tidak mudah untuk

mendapatkan garam dari pegaram hal ini disebabkan para pegaram sebagian besar terikat secara tidak formal dengan tengkulak lain yang sudah lama memiliki ikatan dengan mereka. Selain itu terdapat kolusi yang dilakukan oleh para Pedagang, ini terlihat dari kondisi dimana pabrik memberikan ketentuan untuk memasok garam harus mempunyai badan hukum. Hal itu tentu merugikan pegaram yang tidak dapat memasok garam langsung ke pabrik.

Untuk menganalisis perilaku pasar dapat digunakan pendekatan kualitatif yang dapat dilihat dari proses penentuan dan pembentukan harga dan ada atau tidaknya praktek pemasaran yang tidak jujur. Proses penentuan harga garam petani diatur dalam ketentuan PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 44/MDAG/PER/1012007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 20/M-DAG/PER/9/2005 TENTANG KETENTUAN IMPOR GARAM dalam Pasal 1 ayat 2 dimana KP1 dan KP2 adalah pengelompokan jenis garam petani untuk penentuan harga penjualan garam di tingkat petani. Sedangkan pembentukan harga garam terdapat pada PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 44/MDAG/PER/1012007 TENTANG PERUBAHAN ATAS

(8)

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 20/M-DAG/PER/9/2005 TENTANG KETENTUAN IMPOR GARAM terdapat pada pasal 3 ayat 7 dimana Harga garam KP1 dan KP2 ditetapkan oleh Direktur Jenderal berdasarkan kesepakatan instansi/asosiasi terkait. Di dalam proses pemasaran garam terdapat praktek tidak jujur, hal ini terlihat dari kejadian dimana pegaram yang memiliki hubungan dengan tengkulak menetapkan harga garam di bawah strandar yang telah ditentukan oleh pemerintah.

Dalam penelitian ini penampilan pasar dalam pemasaran garam digunakan indikator teknologi analisis marjin pemasaran, distribusi marjin, share harga yang diterima pegaram. Teknologi ini merupakan metode atau alat yang digunakan oleh setiap lembaga pemasaran yang dapat membantu mempermudah dan mengefisienkan biaya yang harus dikeluarkan. Dari segi pemasaran untuk pendistribusian barang dari pegaram sampai terdistribusi ke konsumen akhir dibantu alat transportasi berupa truk. Sedangkan di pabrik teknologi digunakan untuk pencucian, penghalusan dan pengemasan. Sedangkan dari sisi distribusi margin lembaga pemasaran yang banyak melakukan fungsi pemasaran mendapatkan distribusi margin yang terbesar dalam penelitian ini distribusi margin yang terbesar diterima oleh pabrik garam. Dari aspek share pegaram, mereka hanya menerima sebesar 11%, ini lebih kecil dibandingkan dengan share yang diterima oleh pabrik atau tengkulak.

Simpulan

1. Hanya ada satu Saluran pemasaran garam di Desa Kertasada yaitu: Petani – Tengkulak – Pabrik – Agen – Pengecer – Konsumen

2. Marjin pemasaran untuk saluran pemasaran garam sebesar Rp 1.780.000,-/ton, dengan distribusi margin terbesar ada di lembaga pemasaran pabrik garam.

3. Berdasarkan analisis efisiensi pemasaran dengan pendekatan SCP (Structure, Conduct, Performance) disimpulkan bahwa pemasaran garam di Desa Kertasada Kecamatan Kalianget tidak efisien.

Saran

Saluran pemasaran garam pada penelitian cukup panjang, sedangkan share yang diterima

oleh petani kecil, untuk mengatasi hal tersebut pegaram dapat memaksimalkan fungsi Asosiasi ini yaitu dengan cara mengganti posisi pedagang dengan Asosiasi. Asosiasi ini dapat membentuk badan hukum yang dapat menaikkan posisi tawar terhadap pabrik.

Daftar Pustaka

Aboot, M. 1981. Agricultural Economic and Marketing in The Tropic. Longman Group Ltd. Essex.

Aprianto. 2006. Analisis Pemasaran Gula Merah Kelapa. [Skripsi] Jurusan SosialEkonomi Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya, Malang. Asih, N. 2002. Analisis Pemasaran Makanan

Tradisional Getuk Goreng. Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya, Malang.

Azaino, Z . 1981. Pengantar Tataniaga Hasil Pertanian. Departemen ilmu-ilmusocial ekonomi pertanian. IPB Bogor.

Kottler, Philip. 1997. Marketing Management Analysis, Planning, Implementation and Control. New Jersey: Prentice Hall Internasional inc. 9 thn edition. Limbong dan Sitorus. 1985. Pengantar Tata

Niaga Pertanian. IPB Bogor

Masrofie. 1994. Pengantar Tata Niaga Pertanian. IPB Bogor

Marihati dan Prasetya.2003. Profil Penggaraman di II Daerah Penghasil Garam Rakyat dan Upaya Yang Perlu Dilakukan Guna Meningkatkan Mutu Produk Garam Beryodium. [skripsi].Vol 4, No.2, April 32 Jurnal Gaky Indonesia (Indonesia Jurnal Of IDD) IL 2003. (http://google.com) diakses pada Minggu 16 Januari 2011.

Syafi’i, Achmad. 2006. Potret Pemberdayaan Petani Garam (Implementasi

(9)

Konsep Strategi) .[skripsi].untag Press Surabaya

Suryani dan Wirjodirdjo.2001. Scenario Kebijakan Pengembangan Garam

Nasional. Prosiding Seminar Nasional Teknik Industri dan manajemen produksi Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 20-21 juni Surabaya.

Gambar

Tabel 1. Model Analisis dan Alat Ukur yang Digunakan dalam Pengukuran Efisiensi  Pemasaran
Tabel 2. Margin Pemasaran , Distribusi Margin, dan Share pada Pemasaran Garam di   Desa  Kertasada Tahun 2010
Tabel 3. Struktur, perilaku, dan penampilan pasar garam di Desa Kertasada Tahun 2011
Tabel 4. Struktur Pasar garam di Desa Kertasada Tahun 2011.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hipotesis dalam penelitian ini yaitu antara model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dengan konvensional bahwa “Terdapat perbedaan hasil belajar siswa

Metode penelitian yang saya gunakan adalah metode studi kasus dimana sampel alga Padina australis (Gambar 1) yang diambil dari alam kemudian di tempatkan ke dalam

Namun Pemerintah Kabupaten Bantul melalui Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian juga mengeluarkan anggaran dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBD)

Jalan Raya Karangploso km 4, Kotak Pos 199 Malang 65152, Indonesia Telp. Hama pada tanaman tebu menyebabkan penurunan produksi gula sekitar 10%. Hama penting pada

Promosi Sms Broadcast adalah suatu kegiatan pemasaran yang dilakukan suatu perusahaan untuk memperkenalkan produk dari perusahaannya terhadap konsumen dengan

Data ini menunjukkan terdapat peningkatan pendekatan bermain lempar tangkap terhadap hasil belajar servis bawah pada siswa kelas VII SMPN 1 Nanga Mahap

Tahun 1989, Jaron Lanier memeperkenalkan Virtual Reality dan menciptakan bisnis komersial pertama kali di dunia maya, Tahun 1992 mengembangkan Augmented reality

Sidang Majelis Jemaat Khusus dengan agenda yaitu pembahasan Peraturan Pelaksana Majelis Jemaat (PPMJ) akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 22 November 2014 pukul 10.00, bertempat