Ekuivalen: Eksperimentasi Model Pembelajaran NHT (Number Head Together) Dengan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Komunikasi Matematis Siswa Kelas VIII SMP N 1 Puring
41
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT (NUMBERED HEAD
TOGETHER) DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP
KOMUNIKASI MATEMATIS MATERI BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS
VIII SMP NEGERI 1 PURING TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Nur Khomsiyah, Mujiyem Sapti, Puji Nugraheni
Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Muhammadiyah Purworejo e-mail: nur.cyute@yahoo.com
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah komunikasi matematika siswa yang mendapat pembelajran model NHT dengan pendekatan Konstruktivisme lebih baik dari pada komunikasi matematika yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Populasi penelitian ini yaitu semua siswa SMP Negeri 1 Puring Tahun Pelajaran 2011/2012. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII D dan VIII E diambil dengan teknik simple random sampling. Instrument penelitian ini berupa dokumentasi dan tes. Validitas instrumen tes menggunakan validitas isi. Prasyarat analisis data menggunakan uji Lilliefors untuk uji normalitas dan uji Bartlett untuk uji homogenitas. Analisis data dengan uji rataan t hipotesis pihak kanan. Hasil analisis data dengan taraf signifikansi α = 5%, menunjukkan bahwa komunikasi matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran NHT dengan pendekatan konstruktivisme lebih baik dari pada komunikasi matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional (Fa=3,244>1,645=Ftabel).
Kata kunci: model NHT, pendekatan kontruktivisme, komunikasi matematika
PENDAHULUAN
Matematika sebagai salah satu bagian dari ilmu pengetahuan merupakan mata pelajaran yang diberikan pada semua tingkat pendidikan, bahkan matematika sudah mulai diperkenalkan di tingkat pra sekolah. Sehingga pemahaman konsep dasar dalam pembelajaran matematika sangat penting. Dalam penerapan konsep matematika yang dipelajari, didukung oleh kemampuan penalaran dan komunikasi yang relevan. Komunikasi yang dimaksud adalah kemampuan dalam menafsirkan gagasan matematika baik secara lisan, tertulis juga demonstrasi. Terkadang siswa pandai dalam mengerjakan soal matematika tetapi kurang bisa dalam mengemukakan pendapatnya secara lisan dan berbagi dengan lainnya. Akibatnya banyak siswa yang mempunyai prestasi rendah.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar salah satunya yaitu dengan pembaruan model pembelajaran. Karena selama ini proses pembelajaran matematika yang ditemui masih secara konvensional. Permasalahan ini disebabkan oleh kurangnya guru dalam menyampaikan yang kurang variatif. Hal ini telah membatasi komunikasi siswa karena proses pembelajaran hanya berlangsung satu arah dari guru terhadap siswa. Oleh karena itu penulis untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang telah dipaparkan dengan melakukan eksperimen mengenai penerapan model pembelajaran NHT (Number Head Together) dengan pendekatan Konstruktivisme. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui Apakah komunikasi matematika siswa yang menggunakan model NHT dengan pendekatan konstruktivisme lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.
Komunikasi merupakan bagian penting dalam pembelajaran matematika, karena melalui komunikasi siswa dapat berbagi ide dan membangun pemahaman. NCTM (1989: 214) menyebutkan, adapun standar komunikasi yang menunjukkan indikator komunikasi matematika yang dimiliki semua siswa dapat dilihat dari:
a. The ability to express the mathematical ideas through oral(verbal communication) and written, and also to demonstrate and to describe it visually.
b. The ability to understand, to interprete and to evaluate the mathematical ideas either verbally, letterally (in written) or visually.
c. The ability to use the mathematical term notations and its structures in order to present the ideas and to describe the relationships to the models of situation.
Maknanya, siswa memiliki kemampuan komunikasi matematika yang dapat dilihat dari kemampuan mengekspresikan melalui ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual. Selain itu siwa juga diharapkan memiliki kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya. Dan Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model situasi. Menurut Eggen dan Kauchak dalam Widyantini (2006)
Ekuivalen: Eksperimentasi Model Pembelajaran NHT (Number Head Together) Dengan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Komunikasi Matematis Siswa Kelas VIII SMP N 1 Puring
43
menyatakan model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran.
NHT merupakan suatu model pembelajaran dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok, dan kemudian guru memanggil nomor dari suatu siswa untuk melakukan presentasi. Presentasi dilakukan di depan kelas setelah siswa melakukan diskusi dengan kelompoknya masing-masing. Dalam pembelajaran NHT menggunakan empat langkah pembelajaran, sebagai berikut:
a. Langkah pertama: Numbering (penomoran)
Pada tahap ini, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok beranggotakan 3 sampai 5 siswa dan member nomor. Setiap siswa pada masing-masing kelompok memiliki nomor antara 1 sampai dengan 5.
b. Langkah kedua: Questioning (mengajukan pertanyaan)
Guru memberikan tugas atau pertanyaan kepada masing- masing kelompok. Dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c. Langkah ketiga: Heads Together (berfikir bersama)
Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.
d. Langkah Keempat: Answering (menjawab)
Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban diskusi kelompok mereka (Miftahul Huda, 2011: 138).
Proses pembelajaran harus benar-benar memperhatikan kondisi lingkungan anak. Di samping itu, kesiapan anak untuk belajar juga tidak boleh diabaikan. Maka dalam proses pembelajaran tidak hanya memperhatiakn faktor lingkungan sebagai sarana untuk interaksi tetapi guru juga harus melihat kondisi siswanya. Banyak pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan salah satunya menggunakan pendekatan Konstruktivisme. Pendekatan Konstruktivisme menurut Piaget dalam Suyono dan Hariyanto (2011: 109) adalah pembelajaran yang menuntut guru harus lebih menekankan pentingnya peran pengalaman bagi anak, atau interaksi anak dengan lingkungan di sekelilingnya. Misalnya guru harus mencermati peran penting konsep-konsep fundamental, seperti kelestarian objek-objek, serta permainan-permainan yang menunjang struktur kognitif.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu karena peneliti tidak mungkin melakukan kontrol atau manipulasi pada semua variabel yang relevan, kecuali beberapa variabel yang diteliti. Desain penelitian ini terdapat dua kelas yaitu kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT) dan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Model pembelajaran NHT (Number Head Together) dengan pendekatan Konstruktivisme sebagai variabel bebas dan kemampuan komunikasi matematika siswa sebagai variabel terikat. Tahap akhir dari penelitian ini yaitu masing-masing kelas akan diberi tes untuk mengukur kemampuan komunikasi matematika siswa.
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 29 April sampai 28 Mei 2012 di SMP Negeri 1 Puring Kabupaten Kebumen. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Puring Tahun Pelajaran 2011/2012. Jumlah populasi sebanyak enam kelas yang masing-masing kelas terdiri dari empat puluh anak. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII D dan VIII E diambil dengan teknik simple random sampling. Instrumen penelitian ini yaitu dokumen yang berupa daftar nama-nama siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini dan tes. Tes yang dibuat berisi soal tentang materi bangun ruang. Jumlah yang diujikan sebanyak 8 soal dengan tipe subyektif. Skor tiap soal berbeda tergantung dari langkah dan kesukaran masing-masing soal. Soal dibuat berdasarkan kisi-kisi yang mencangkup indikator dan aspek komunikasi matematis. Untuk mengetahui baik atau tidaknya soal maka peniliti melakukan uji validitas. Dalam penitian ini peneliti menggunakan validitas isi. Uji prasyarat analisis data menggunakan uji Lilliefors untuk uji normalitas, uji Bartlett untuk uji homogenitas dan uji keseimbangan. Analisis data dengan uji rataan t hipotesis pihak kanan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Uji prasyarat analisis data awal yaitu menggunakan uji normalitas, homogenitas, dan uji kesembangan. Hasil uji normalitas diperoleh Lobs =0,1040 < Ltabel =0,1401,
Ekuivalen: Eksperimentasi Model Pembelajaran NHT (Number Head Together) Dengan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Komunikasi Matematis Siswa Kelas VIII SMP N 1 Puring
45
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Kemudian dilakukan uji homogenitas dan uji keseimbangan. Hasil dari uji homogenitas 𝜒𝑜𝑏𝑠2 = 2,281 < 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 = 3,841, maka hipotesis diterima dan penelitian ini berasal dari populasi yang memiliki variansi sama. Kelompok eksperimen dan kontrol dalam keadan seimbang karena tobs= 1,843 dan ttabel=1,960. Daerah kritiknya yaitu DK={t|t < -ttabel atau t > ttabel}. Karena tobs ∈ ttabel sehingga hipotesis diterima. Sebelum menghitung analisi data menggunakan uji rataan t hipotesis maka perlu dilakukan uji data akhir. Hasil uji normalitas dat akhir yaitu Lobs < Ltabel maka H0 diterima, uji homogenitas menghasilkan 𝜒𝑜𝑏 𝑠2 < 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 (H0 diterima). Karena H0 diterima maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan populasi memiliki variansi yang sama.
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan uji rataan t hipotesis pihak kanan. Pengujian dilakukan satu kali pada variabel model pembelajaran dan variabel kemampuan komunikasi matematika. Taraf signifikasi yang dipakai sebesar 0,05. Diperoleh tobs sebagai berikut 𝑡𝑎= 3,244 dengan 𝐷𝐾 = {𝑡|𝑡 > 1,645}, karena 𝑡𝑎 ∈ 𝐷𝐾 maka H0A ditolak, artinya kemampuan komunikasi matematika siswa yang menggunakan model NHT dengan pendekatan Konstruktivisme lebih baik dibandingkan model pembelajaran konvensional. Dalam pembelajaran dengan model NHT dengan pendekatan Konstruktivisme ini guru juga akan berperan sebagai fasilitator yang akan mendorong siswa untuk lebih interaktif. Sehingga mereka juga mempunyai keberanian dan mengeluarkan ide-ide atau pendapat mereka kepada teman sekelompok. Pembelajaran konvensional berbeda dengan model NHT dengan pendekatan Konstruktivisme. Dengan pembelajaran konvensional ini menyebabkan siswa dalam penguasaan materi yang diajarkan kurang maksimal dan siswa juga kurang bisa berfikir kritis karena pembelajaran ini hanya terpusat pada guru.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran Number Head Together dengan pendekatan Konstruktivisme menghasilkan komunikasi matematika siswa yang lebih baik
dibandingkan model pembelajaran Konvensional pada sub materi bangun ruang kubus dan balok siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Puring Tahun Pelajaran 2011/2012.
Sesuai dengan kesimpulan yang telah dikemukakan dalam penelitian ini maka peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut.
1. Dalam melaksanakan proses pembelajaran matematika sebaiknya mengadakan pengembangan dan penerapan model pembelajaran yang lebih variasi misalnya dengan penerapan model pembelajaran NHT dengan pendekatan Konstruktivisme dalm pembelajaran untuk meningkatkan komunikasi matematika siswa pada pembelajaran.
2. Pemilihan metode belajar hendaknya disesuaikan dengan kondisi siswa karena akan memberikan penguatan untuk membantu mempermudah penerimaan konsep dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
NCTM. 1989. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston. USA: Key Curiculum Pess.
Suyono & Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Widyantini. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Departemen Pedidikan Nasional.