Empat Kebenaran Mulia
Pariyatti Sāsana Yunior 2
Nilai Penting
Empat Kebenaran Mulia
Para bhikkhu, dikarenakan tidak memahami,
tidak menembus Empat Kebenaran Mulia,
demikianlah ini, Aku dan juga kamu harus
berlarian untuk waktu yang lama sekali dan
berputar-putar di lingkaran
kelahiran-dan-kematian (D 2:90)
Ānupubbīkathā
Ceramah Progresif
•
“…ceramah ttg: dāna, sīla, surga; ketidak-murnian,
kerendahan dan bahaya dari kenikmatan inderawi dan
manfaat dari ‘penolakan.’ Ketika bhagavā mengetahui
hati brahmana Pokkharasāti sudah siap, lembut
(muducitta —hati yg lembut), bebas dari rintangan,
gembira dan jernih (pasannacitta), kemudian Beliau
membabarkan dhamma yang unik dan istimewa dari
p a r a B u d d h a ( b u d d h ā n a ṃ s ā m u k k a ṃ s i k ā
dhammadesanā), yaitu penderitaan (dukkha),
kemunculannya (samudaya), kelenyapannya (nirodha)
dan Jalan (magga). (D 1:110)
Tiga Latihan (Ti sikkhā)
•
Latihan sīla, samādhi dan paññā berkaitan
dengan hierarki kemajuan spiritual.
•
Sīla bagus, belum tentu samādhi dan
paññā-bagus.
•
Samādhi bagus, sīla juga bagus, tetapi paññā
ttg nāma-rūpa belum tentu bagus.
•
Paññā-nya berkembang, maka sīla dan
samādhi-nya pasti sudah berkembang juga.
Tiga Latihan dan Kelahiran Kembali
•
Sīla melampaui kelahiran di 4 apāya; samādhi
melampaui kelahiran di 7 alam-inderawi; paññā
melampaui kelahiran apapun.
•
Sīla maksimal tetapi samādhi dan paññā tidak, maka
seseorang akan mencapai tingkat kesucian sotāpanna
dan sakadāgāmī. Apabila sīla dan samādhi maksimal
tetapi hanya sedikit paññā maka seseorang akan
mencapai tingkat kesucian Anāgāmī.
•
Apabila ketiganya maksimal maka dia akan mencapai
ke-arahat-an. (ref: Vimuttimagga:ESK 5; lih. A 4:380f)
•
Pandangan Benar Adi-duniawi adalah penembusan
4KM.
Empat Kebenaran Mulia
1.Kebenaran Mulia ‘Penderitaan' (dukkha
ariyasacca).
•
Dukkha: (1) kelahiran, (2) usia-tua, (-)sakit,
(3)kematian, (4)kesedihan, ratap-tangis,
sakit-tubuh, sakit-batin dan keputus-asaan,
(5)berkumpul dengan yang tidak dicintai,
(6)berpisah dengan yang dicintai, (7)tidak
mendapatkan apa yang diinginkan,(8)secara
singkat lima agregat yang menjadi objek
kemelekatan.
1.
Kelahiran: ‘kelahiran, terlahir, muncul (di kandungan),
kelahiran kembali (abhinibbatti), penjelmaan agregat2,
mendapatkan landasan-indriya di berbagai mahluk
dalam bermacam kelompok mahluk.’
2.
Usia tua: ‘usia-tua, tua-renta, tanggalnya gigi, beruban,
keriput, berkurangnya usia, menurunnya kemampuan
indriya2 di berbagai mahluk dalam bermacam kelompok
mahluk.’
3.
Kematian: ‘“jatuh,” berpindah, perpecahan,
kelenyapan, kematian (maccu maraṇa), waktunya telah
habis (kālakiriyā), rusaknya agregat, membuang tubuh,
kehancuran indriya-hidup di berbagai mahluk dalam
bermacam kelompok mahluk.’
4.
Kesedihan: “tersentuh oleh sesuatu atau apapun itu yang
menyakitkan (dukkhadhamma), oleh ketidak-beruntungan
terhadap apapun (aññataraññatarena byasanena
samannāgatassa), kesedihan, kepedihan, kesusahan,
kesedihan-di dalam (antosoka), duka-cita-di dalam
(antoparisoka).”
•
Ratap-tangis: “tersentuh oleh sesuatu atau apapun itu yang
menyakitkan (dukkhadhamma), oleh ketidak-beruntungan
terhadap apapun (aññataraññatarena byasanena
samannāgatassa), menangis, meratapi, menangis penuh
•
Sakit tubuh: “perasaan sakit-tubuh apapun, perasaan tidak
nyaman di tubuh, perasaan sakit atau tidak menyenangkan
yang muncul melalui kontak tubuh.”
•
Sakit-batin: “apapun perasaan hati yang menyakitkan (cetasika
dukkha), perasaan hati yang tidak menyenangkan (cetasika
asāta), perasaan menyakitkan atau tidak menyenangkan yang
muncul melalui kontak-batin.”
•
Keputus-asaan: “tersentuh oleh sesuatu atau apapun itu yang
menyakitkan (dukkhadhamma), oleh ketidak-beruntungan
terhadap apapun (aññataraññatarena byasanena
samannāgatassa), kesedihan, kesengsaraan, putus asa,
5.
Berkumpul dengan yang tidak dicintai: “Disini, siapapun yang
tidak mengharapkan, tidak menyukai objek mata,…batin yang
tidak menyenangkan, atau berjumpa, menemui, berkumpul
dengan, bercampur dengan mereka yang berharap kepadanya
yg tidak baik, celaka, sakit dan tidak aman.”
6.Berpisah dengan yang dicintai: “Disini, siapapun yang mengharapkan, menyukai objek mata,…, batin yang
menyenangkan, atau berjumpa, menemui, berkumpul dengan, bercampur dengan mereka yang berharap kepadanya yg baik, bermanfaat, nyama dan aman: ibu atau ayah atau kakak laki2 atau kakak perempuan atau teman2 atau kolega2 atau saudara sedarah yang kemudian direnggut dari kebersamaan, pergaulan, hubungan, persatuan.”
7.Tidak mendapatkan apa yang diinginkan: “Di mahluk2 yang
mengalami kelahiran (jātidhamma), harapan spt ini muncul:
• ‘Oo andaikan kita tidak terlahir, andaikan kita tidak harus datang
untuk lahir,’ Tetapi hal ini tidak bisa didapat dengan cara
berharap, inilah tidak mendapatkan yang seseorang inginkan adalah dukkha. (Catatan: yg digaris bawah diganti dg tidak
menjadi tua, tidak menjadi sakit, tidak mati, tidak sedih, tidak ada ratap-tangis, tidak sakit tubuh, tidak sakit batin, tidak putus asa.)
8.
Secara singkat lima agregat yang menjadi objek kemelekatan:
yaitu: agregat materialitas, agregat perasaan, agregat persepsi,
agregat formasi-formasi, agregat kesadaran yang menjadi
2. Kebenaran Mulia “Sebab Penderitaan”
•
“Taṇhā (keinginan) yang menghasilkan kelahiran kembali,
disertai dengan kenikmatan dan nafsu, mencari kepuasan
disini dan disana, yaitu: keinginan inderawi (kāmataṇhā),
keinginan akan eksistensi (bhavataṇhā), keinginan akan
non-eksistensi (vibhavataṇhā).
•
‘Keinginan muncul dan mengokohkan’ dirinya di apapun
yang menyenangkan dan dapat dinikmati di dunia ini (yaṃ
loke piyarūpaṃ sātarūpaṃ).
•
6 indriya, 6 objek, 6 kesadaran, 6 kontak, 6 perasaan yg
muncul dari kontak, 6 kehendak, 6 keinginan, 6
pikiran-awal (vitakka) dan 6 kelanjutan pikiran (vicāra)
Avijjā (Ketidak-tahuan)
Vism.xvii.587
•Ketidaktahuan akan 4KM, masa lalu, depan, masa
lalu & masa depan, akan hal-hal yang menyebabkan
sebab-akibat-yang-saling-berketergantungan.’
•Menyembunyikan Kebenaran akan 4KM, mencegah
penembusan fungsi dan karakteristik yang
sesungguhnya. Demikian pula halnya dg
lima-agregat yang dulu disebut masa-lalu, lima-lima-agregat
yang menghampiri disebut masa depan, dan
kausalitas khusus, serta sebab-akibat yang saling
bergantungan.
3. Kebenaran Mulia “Lenyapnya Dukkha”
•
‘Lenyap dan berhentinya taṇhā tersebut tanpa sisa
(taṇhāya asesavirāganirodha), melepaskan, meninggalkan,
terbebaskan dan tidak melekatinya.
•
Keinginan ditinggalkan dan lenyap di apapun yang
menyenangkan dan dapat dinikmati di dunia ini (yaṃ loke
piyarūpaṃ sātarūpaṃ).
•
6 indriya, 6 objek, 6 kesadaran, 6 kontak, 6 perasaan yg
muncul dari kontak, 6 kehendak, 6 keinginan, 6
pikiran-awal (vitakka) dan 6 kelanjutan pikiran (vicāra)
4. Kebenaran Mulia “Jalan Menuju ke Lenyapnya Dukkha”
•
JMB 8
1.
Pandangan Benar: Pengetahuan ttg dukkha (dukkhe ñāṇa),
pengetahuan ttg penyebab dukkha (dukkhasamudaye ñāṇa),
pengetahuan ttg lenyapnya dukkha (dukkhanirodhe ñāṇa)
dan pengetahuan tentang Jalan menuju ke lenyapnya
dukkha (dukkhanirodhagāminiyā paṭipadāya ñāṇa).
2.
Pikiran Benar: pikiran ttg penolakan (nekkhammasaṅkappa),
pikiran ttg bebas-kedengkian (abyāpādasaṅkappa), pikiran
ttg bebas-kekerasan (avihiṃsāsaṅkappa).
4. Kebenaran Mulia “Jalan Menuju ke Lenyapnya Dukkha”
3.
Ucapan Benar: menahan diri dari berbohong, menahan diri
dari fitnah, menahan diri dari kata-kata kasar, menahan diri
dari pergunjingan.
4.
Perbuatan Benar: menahan diri dari pembunuhan, menahan
diri dari mengambil sesuatu yang tidak diberikan, menahan
diri dari perzinahan.
5.
Penghidupan Benar: ‘Disini, para bhikkhu, murid mulia
meninggalkan penghidupan-salah dan memulai hidup
dengan penghidupan-benar.
4. Kebenaran Mulia “Jalan Menuju ke Lenyapnya Dukkha”
6. Usaha Benar: ‘seorang bhikkhu membangkitkan kemauannya, berusaha keras, mengerahkan pikirannya dan berjuang untuk:
(1)Mencegah kemunculan keadaan batin yang tidak baik yang belum muncul.
(2)Meninggalkan keadaan batin yang tidak baik yang telah muncul.
(3)Mengembangkan keadaan batin yang baik yang belum muncul.
(4)Merawat keadaan batin yang sudah muncul supaya tidak hilang, semakin menumbuhkannya dan mengembangkannya secara maksimal.
4. Kebenaran Mulia “Jalan Menuju ke Lenyapnya Dukkha”
7. Perhatian Benar:
(1) Setelah menjauhkan dari iri-hati dan ketidak-nyamanan di dunia, seorang bhikkhu berdiam dengan usaha keras, penuh kewaspadaan, penuh perhatian merenungkan tubuh di dalam tubuh.
(2)…merenungkan perasaan di dalam perasaan-perasaan.
(3)…merenungkan pikiran di dalam pikiran.
4. Kebenaran Mulia “Jalan Menuju ke Lenyapnya Dukkha”
8. Konsentrasi Benar:
(1) Disini, seorang bhikkhu, terpisah dari kepuasan inderawi, terpisah dari keadaan batin yang tidak baik, mencapai dan berdiam di jhāna ke-1 disertai dengan vitakka, vicāra, pīti dan
sukha yang lahir dari ketidak-melekatan/kesunyian (vivekajā).
(2)Dengan tenang/diamnya (vūpasamā) vitakka dan vicāra
melalui pencapaian kemanunggalan batin dan ketenangan-di dalam, dia mencapai dan berdiam di jhāna ke-2,
4. Kebenaran Mulia “Jalan Menuju ke Lenyapnya Dukkha”
8. Konsentrasi Benar:
(3)Dengan luruhnya pīti, dia berdiam dengan ketenangan-hati (upekkhā), penuh perhatian dan kewaspadaan, mengalami
kebahagiaan dengan tubuhnya, dia mencapai dan berdiam di dalam jhāna ke-3 dimana para orang-suci menyatakannya, “dia berdiam dengan kebahagiaan dalam ketenangan-hati dan perhatian penuh (upekkhako satimā sukhavihārī’ti).”
(4)Dengan meninggalkan kebahagiaan (sukha) dan penderitaan (dukkha), dan dengan lenyapnya kegembiraan (somanassa) dan kesedihan (domanassa) di awal, dia mencapai dan
berdiam di dalam jhāna ke-4 yang bukan kebahagiaan-dan-bukan-penderitaan (adukkhamasukha), dengan perhatian-penuh dan ketenangan-hati yang termurnikan secara