• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ira Purnasari, Paulina dan Salbiah Kastari Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Pontianak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ira Purnasari, Paulina dan Salbiah Kastari Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Pontianak"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

320

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN)

PADA PEKERJA BURUH DI INDONESIA PORT

CORPORATION TERMINAL PETI KEMAS

(IPC TPK) KOTA PONTIANAK

Ira Purnasari, Paulina dan Salbiah Kastari

Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Pontianak E-mail: irapurnasari@gmail.com

Abstrak: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) Pada Pekerja Buruh di Indonesia Port Corporation Terminal Peti Kemas Kota Pontianak. Penelitian bersifat observasional dengan tipe penelitian cross sectional dengan melakukan pengujian terhadap hipotesis untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas (masa kerja, kebiasaan merokok, kebugaran jasmani dan status gizi) dan variabel terikat (keluhan nyeri punggung bawah (LBP)). Jumlah sampel yang digunakan adalah 55 sampel. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan nyeri punggung bawah (LBP) (p value = 0,000, OR = 36,000), ada hubungan kebiasaan merokok dengan keluhan nyeri punggung bawah (LBP) (p value = 0,002, OR = 8,700), tidak ada hubungan kebugaran jasmani dengan keluhan nyeri punggung bawah (LBP) (p value = 0,884, OR = 1,569) dan tidak ada hubungan status gizi dengan keluhan nyeri punggung bawah (LBP) (p value = 0,884, OR = 0,637).

KataKunci: gizi kerja, keluhan nyeri punggung bawah (low back pain)

Abstract: The Factors Related with Low Back Pain on The Labor Workers in Indonesia Port Corporation Container Terminal Pontianak City. The study was observational type cross-sectional study with a test of hypothesis to determine the relationship between the two variables are independent variables (length of employment, smoking habits, physical fitness and nutritional status) and the dependent variable (low back pain (LBP)). The samples used were 55 samples. The results of this study concluded that there is a relationship between tenure with low back pain (LBP) (p value = 0.000, OR = 36,000), there is a relationship smoking and low back pain (LBP) (p value = 0.002, OR = 8.700 ), there is no relationship of physical fitness with low back pain (LBP) (p value = 0.884, OR = 1.569) and there was no relationship of nutritional status with low back pain (LBP) (p value = 0.884, OR = 0.637).

Keywords: smoking habits, nutritional statuslow back pain (LBP)

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (UU No. 36/2009). Produktivitas kerja yang optimal serta perlindungan tenaga kerja akan terwujud bila mana perhatian tentang upaya perlindungan

tenaga kerja oleh berbagai aspek dapat mendukung tercapainya derajat kesehatan yang maksimal. Upaya perlindungan tenaga kerja perlu terus ditingkatkan melalui perbaikan syarat kerja termasuk upah/gaji dan jaminan sosial, kondisi kerja, kesehatan dan keselamatan kerja serta hubungan kerja dalam rangka peningkatan kesejahteraan para pekerja secara menyeluruh (Suma’mur, 2014).

(2)

Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya, beban dimaksud mungkin fisik, mental dan sosial. Seorang tenaga kerja yang secara fisik bekerja berat seperti halnya buruh bongkar-muat barang di pelabuhan, memikul lebih banyak beban fisik dari pada beban mental atau pun sosial, cara kerja yang dilakukan seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik, membawa, memegang merupakan hal yang bisa menyebabkan terjadinya peyakit akibat kerja ataupun kecelakaan kerja (Suma’mur, 2014 )

Melakukan pekerjaan mengangkat, menurunkan, dan membawa barang dilakukan secara langsung tanpa bantuan alat apapun dapat menjadi risiko terjadinya kecelakaan pada pekerja seperti terjatuh, tertimpa muatan, kelelahan dan cidera pada punggung yaitu Low Back Pain (LBP).LBP atau nyeri punggung merupakan rasa nyeri yang terjadi di daerah punggung bagian bawah dan dapat menjalar ke kaki terutama bagian belakang dan samping luar. Keluhan utama nyeri pinggang akibat teknik atau sikap kerja yang salah dapat berupa pegal di pinggang yang sudah bertahun-tahun, pinggang terasa kaku, sulit digerakkan, dan terus-menerus lelah. LBP merupakan nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Hal ini biasanya merupakan nyeri yang terjadi akibat gerakan mengangkat, membungkuk, atau mengejan, hilang timbul paling sering terjadi pada punggung bagian bawah dan biasanya tidak menandakan kerusakan permanen apapun. Nyeri merupakan perasaan yang sangat subjektif dan tingkat keparahannya sangat dipengaruhi oeh pendapat pribadi dan keadaan saatnyeri tersebut terjadi, kebanyakan orang yang mengalami nyeri punggung bawah memiliki episode berulang, kekambuhan pada 1 tahun berkisar antara 24 sampai 80 persen (Nur, 2015).

Gejala-gejala nyeri punggung dapat sangat bervariasi dari satu orang ke orang yang lain. Gejala tersebut meliputi sakit, kekakuan, rasa baal (mati rasa), kelemahan dan rasa kesemutan (seperti ditusuk peniti dan jarum). Batuk atau bersin seringkali dapat memperberat nyeri punggung dengan menybabkan spasme (kontraksi) otot punggung yang terasa sangat nyeri. Nyeri tersebut dapat berawal pada punggung namun nyeri dapat menjalar ke punggung, namun juga dapat menjalar turun ke tungkai bahkan ke kaki (Bull, 2007).

LBP merupakan keluhan muskuluskeletal yang sering dikeluhkan oleh pasien. Bahkan seringkali menyebabkan gangguan aktivitas sehari-hari, disabilitas dan produktifitas penderitanya. LBP dapat dialami siapa saja, pada umur berapa saja. Namun demikian keluhan LBP jarang dijumpai pada kelompok umur 0-10 tahun, hal ini mungkin berhubungan dengan beberapa faktor etiologi tertentu yang sering dijumpai pada usia yang lebih tua. Hampir 70-80% penduduk di Negara maju pernah mengalami LBP Setiap tahun 14-45% orang dewasa menderita LBP dan satu di antara 20 penderita harus di rawat dirumah sakit karena serangan akut. LBP sangat umum pada umur 35-55 tahun (Khosama, dkk. 2013).

Setiap perusahaan pelayanan jasa seperti pelayanan jasa bongkar bongkar-muat berpotensi besar bagi pekerjanya menderita keluhan LBP, Salah satunya Indonesia Port Corporation Terminal Peti Kemas (IPC TPK) Kota Pontianak yang merupakan anak perusahaan dari IPC Holding yaitu produk (brand) baru dari PT Pelindo II yang berpusat di Jakarta.Badan Usaha Milik Negara dalam sektor perhubungan yang menjalankan bisnis sebagai penyedia fasilitas jasa kepelabuhan seperti pengelolaan terminal peti kemas dan jasa pelayanan. Ruang lingkup jenis-jenis pekerjaan di IPC antara lain operator empty, operator Full, proman, operator mobil, operatoe stacker, operator porklif, operator louder, dan pekerja bongkar-muat.

Pekerja bongkar-muat di IPC TPK Pontianak berpotensi besar mengalami LBP di sebabkan oleh waktu aktivitas fisiknya dilakukan dalam waktu yang paling lama dibanding dengan jenis pekerjaan lain. Jumlah pekerja tetap bongkar muat di IPC TPK Kota Pontianak berjumlah 55 orang, enis barang yang dimuat seperti semen, besi, pupuk dengan berat barang minimal 50 kg, mereka sebagian besar telah bekerja di atas 5 tahun, umur pekerjanya di atas 20 tahun dan Pekerjaan bongkar-muat dilakukan juga dalam waktu yang panjang yaitu dimulai dari pukul 07.00-16.00 dengan waktu istirahat yang minim yaitu 1 jam. Sementara menurut (Budiono, 2003), batasan beban angkat angkut yang di perbolehkan ialah 40 kg untuk angkat angkut sekali-kali pada pria dan untuk angkat angkut terus menerus pada pria sebesar 15-18 kg.

Dari survey awal yang dilakukan di Indonesia Port Corporation Terminal Peti Kemas (IPC TPK) Kota Pontianak ditemukan

(3)

adanya keluhan nyeri punggung tetapi pada umumnya keluhan itu diabaikan dan hanya diobati dengan minum jamu atau mengurut daerah yang terasa sakit. Keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) yang dirasakan oleh pekerja bongkar-muat di IPC TPK Kota Pontianak antara lain pekerja mengalami gejala panas pada daerah punggung bawah, mengalami kaku dipunggung bagian bawah, mengalami nyeri sebelum melakukan aktivitas, mengalami nyeri sesudah melakukan aktivitas, kesulitan membungkuk, sulit berjalan karena nyeri, merasa kesemutan di daerah punggung dan pekerja yang mengalami mati rasa dari daerah punggung sampai tungkai kaki. Selain itu dari wawancara yang dilakukan Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pihak IPC belum pernah melakukan observasi keluhan Low Back Pain (LBP) terhadap pekerja bongkar-muat.Maka dari itu dilakukan pemeriksaan pendahuluan yang dilakukan untuk mengetahui keluhan Low Back Pain yang dialami pekerja bongkar-muat di IPC TPK Pontianak. Dari hasil observasi yang dilakukan terhadap 6 orang pekerja bongkar muat di IPC TPK Pontianak, didapatkan hasil bahwa sebanyak 33% pekerja mengalami gejala panas pada daerah punggung bawah, 66% mengalami kaku dipunggung bagian bawah, 66% mengalami nyeri sebelum melakukan aktivitas, 50% mengalami nyeri sesudah melakukan aktivitas, 50% kesulitan membungkuk, 33% sulit berjalan karena nyeri, 83% merasa kesemutan di daerah punggung dan 33% pekerja yang mengalami mati rasa dari daerah punggung sampai tungkai kaki.

Sehingga peneliti tertarik untuk menganalisis lebih mendalam mengenai hubungan beban angkat angkut dengan keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja buruh di IPC TPK Kota Pontianak.

METODE PENELITIAN

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah masa kerja, kebiasaan merokok, kebugaran jasmani dan gizi kerja. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keluhan Nyeri Punggung Bawah pada pekerja buruh di Indonesia Port Corporation (IPC) TPK Kota Pontianak.

Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional dimana variabel bebas dan variabel terikat yang terjadi pada obyek penelitian

diukur dan dikumpulkan pada waktu yang bersamaan. Pendekatan ini digunakan untuk melihat hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain (Azwar, 2011).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pekerja di IPC TPK Kota Pontianak berjumlah 55 pekerja. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total populasi.

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti yaitu data primer dengan cara observasi menggunakan lembar observasi (checklist) dan wawancara menggunakan kuisioner kemudian status gizi, beban angkat angkut dan data sekunder yang diperoleh dari PT. Tenaga Kerja Bongkar Muat Pontianak.

Data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui kecendrungan atau hubungan antara variabel yang diteliti dengan cara analisis univariat dan analisis bivariat.

HASIL Masa Kerja

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden di Indonesia Port Corporation Terminal Peti Kemas (IPC TPK) Kota Pontianak Tahun 2016

No Masa Kerja Frekuensi (%) 1. ≥ 10 Tahun 37 67,3 2. < 10 Tahun 18 32,7

Jumlah 55 100

Sumber: Data Primer Tahun 2016

Berdasarkan tabel 1 diperoleh hasil bahwa responden pada kelompok masa kerja ≥10 Tahun di Indonesia Port Corporation Terminal Peti Kemas (IPC TPK) Kota Pontianak mempunyai proporsi terbanyak yaitu sebesar 67,3%.

Kebiasaan Merokok

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden di Indonesia Port Corporation Terminal Peti Kemas (IPC TPK) Kota Pontianak Tahun 2016 No Kebiasaan Merokok Frekuensi (%) 1. Merokok Berat 33 60,0 2. Merokok Ringan 22 40,0 Jumlah 55 100

(4)

Berdasarkan tabel 2 diperoleh hasil bahwa responden pada kelompok merokok berat di Indonesia Port Corporation Terminal Peti Kemas (IPC TPK) Kota Pontianak mempunyai proporsi terbanyak yaitu sebesar 60,0%.

Kebugaran Jasmani

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kebugaran Jasmani Responden di Indonesia Port Corporation Terminal Peti Kemas (IPC TPK) Kota Pontianak Tahun 2016 No Kebugaran Jasmani Frekuensi (%) 1. Tidak 47 85,5 2. Ya 8 14,5 Jumlah 55 100

Sumber: Data Primer Tahun 2015

Berdasarkan tabel 3 diperoleh hasil bahwa responden pada kelompok kebugaran jasmani yang tidak di Indonesia Port Corporation Terminal Peti Kemas (IPC TPK) Kota Pontianak mempunyai proporsi terbanyak yaitu sebesar 85,5%.

Status Gizi

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden di Indonesia Port Corporation Terminal Peti Kemas (IPC TPK) Kota Pontianak Tahun 2016

No Status Gizi Frekuensi (%)

1. Tidak Normal 8 14,5

2. Normal 47 85,5

Jumlah 55 100

Sumber: Data Primer Tahun 2016

Berdasarkan tabel 4 diperoleh hasil bahwa responden pada kelompok status gizi normal di Indonesia Port Corporation Terminal Peti Kemas (IPC TPK) Kota Pontianak mempunyai proporsi terbanyak yaitu sebesar 85,5%.

Nyeri Punggung Bawah (LBP)

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Nyeri Punggung Bawah (LBP) Responden di Indonesia Port Corporation Terminal Peti Kemas (IPC TPK) Kota Pontianak Tahun 2016

No. Nyeri Punggung Bawah (LBP) Frekuensi (%) 1. Nyeri 39 70,9 2. Tidak Nyeri 16 29,1 Jumlah 55 100

Sumber: Data Primer Tahun 2016

Berdasarkan tabel 5 diperoleh hasil bahwa responden pada kelompok yang mengalami nyeri punggung bawah (LBP) di Indonesia Port Corporation Terminal Peti Kemas (IPC TPK) Kota Pontianak mempunyai proporsi terbanyak yaitu sebesar 70,9%.

Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan p value yang berhubungan dengan keluhan nyeri punggung bawah (Low Back Pain) pada pekerja buruh di Indonesia Port Corparation Terminal Peti Kemas (IPC TPK) Kota Pontianak adalah masa kerja (p value= 0,039) dan kebiasaan merokok (p value= 0,002).

PEMBAHASAN

Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (LBP)

Menurut Dermawan (2015) masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya kerja tenaga kerja itu bekerja di suatu tempat. Massa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatif. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang kerja tersebut.

Hasil analisa uji statistik Chi Square pada hubungan antara masa kerja dengan keluhan nyeri punggung bawah (LBP) menunjukkan signifikansi p value = 0,039 yang berarti lebih kecil dari α (0,05), sehingga secara statistik ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan nyeri punggung bawah (LBP) pada pekerja angkat angkut di Indonesia Port Corporation Terminal Peti Kemas (IPC TPK) Kota Pontianak. Responden yang memiliki masa kerja ≥10 tahun mempunyai resiko mengalami keluhan nyeri punggung bawah (LBP) 4.286 kali lebih besar dibandingkan masa kerja ≥10 tahun.

(5)

Dari hasil uji korelasi didapatkan p value = 0,018 karena p <0,05 sehingga dalam penelitian ini faktor masa kerja responden memiliki hubungan dengan keluhan nyeri punggung bawah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan masa kerja ≥10 tahun memiliki kecenderungan menderita nyeri punggung bawah (LBP) lebih tinggi (67,3%) dibandingkan dengan responden yang lama kerjanya <10 Tahun (32,7%). Sebuah studi yang dilakukan Suharto (2005), seseorang yang bekerja lebih dari 10 tahun meningkatkan risiko terjadinya LBP dibandingkan kurang dari 10 tahun, dimana paparan mengakibatkan rongga diskus menyempit secara permanen dan juga mengakibatkan degenerasi tulang belakang yang akan menyebabkan nyeri punggung bawah kronis.

Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan Umami (2013) yang menyebutkan bahwa pekerja yang memiliki keluhan LBP paling banyak dirasakan oleh pekerja yang memiliki masa kerja >10 tahun dibandingkan dengan mereka dengan masa kerja <10 tahun ataupun 5-10) tahun. LBP sebagai penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama untuk menimbulkan gejala. Jadi semakin lama waktu bekerja atau semakin lama pekerja terkena faktor risiko maka semakin besar timbulnya risiko untuk mengalami LBP. Bagi pekerja angkat angkut di Indonesia Port Corporation Terminal Peti Kemas Kota Pontianak diharapkan memperbanyak waktu istirahat dan melakukan peregangan otot untuk memenimalisir kejadian nyeri punggung bagian bawah (LBP).

Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (LBP)

Menurut Siswanto dalam Prasetya (2012), kebiasaan merokok merupakan faktor penting, karena asap rokok dapat mempengaruhi koordinasi gerakan silia, bahkan mungkin gerak silia menjadi lumpuh sehingga dapat menimbulkan obstruksi serta dapat menyebabkan bronchitis dan dalam pemeriksaan akan mempengaruhi pernafasan seseorang. Kebiasaan ini mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang yang juga akan mempengaruhi terhadap kesehatan paru-paru.

Hasil analisa uji statistik Chi Square pada hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan nyeri punggung bawah (LBP)

menunjukkan signifikansi p value = 0,002 yang berarti lebih kecil dari α (0,05), sehingga secara statistik ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan nyeri punggung bawah (LBP) pada pekerja angkat angkut di Indonesia Port Corporation Terminal Peti Kemas (IPC TPK) Kota Pontianak. Responden yang memiliki kebiasaan merokok berat mempunyai resiko mengalami keluhan nyeri punggung bawah (LBP) 8,700 kali lebih besar dibandingkan kebiasaan merokok ringan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Soleha (2009) yang menemukan ada hubungan yang signifikan antar kebiasaan merokok dengan keluhan otot punggung, khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, karena nikotin pada rokok dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Hal ini kemungkinan disebabkan sebaran data kebiasaan merokok dengan keluhan low back pain yang tidak merata. Selain itu, faktor kebiasaan olahraga juga berpengaruh, pekerja yang mempunyai kebiasaan merokok sebagian besar juga memiliki kebiasaan olahraga, sehingga kemungkinan terserang keluhan low back pain dapat diminimalisir.

Hasil penelitian terhadap 55 responden menunjukkan bahwa responden yang kebiasaan merokoknya berat memiliki kecenderungan menderita nyeri punggung bawah (LBP) lebih tinggi (87,9%) dibandingkan dengan responden yang kebiasaan merokoknya ringan (45,5%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tana L (2011) yang menyebutkan dalam penelitiannya bahwa responden yang memiliki riwayat merokok lebih banyak menderita LBP dibandingkan dengan yang tidak merokok sama sekali. Merokok dikatakan memiliki hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot punggung, khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, Hal ini disebabkan karena nikotin yang terdapat pada rokok dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain itu, merokok dapat pula menyebabkan berkurangnya kandungan mineral pada tulang sehingga menyebabkan nyeri akibat terjadinya keretakan atau kerusakan pada tulang.

Menurut Tveito (2004), merokok dapat menyebabkan penurunan perfusi dan kekurangan gizi otot dan tulang akibat kurangannya aliran darah ke jaringan. Selain itu, merokok juga dapat menyebabkan jaringan tidak efisien untuk merespon stress mekanik

(6)

yang dapat menyebabkan keluhan nyeri punggung. Meningkatnya keluhan otot sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Risiko meningkat 20% untuk tiap 10 batang rokok per hari. Mereka yang telah berhenti merokok selama setahun memiliki risiko LBP sama dengan mereka yang tidak merokok. Sebaiknya pekerja angkat angkut di Indonesia Port Corporation Terminal Peti Kemas Kota Pontianak mulai membiasakan untuk tidak merokok saat bekerja karena selain dapat meyebabkan terjadinya keluhan nyeri punggung bawah (low back pain), merokok juga dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Memperbanyak kegiatan olahraga untuk pencegahan terhadap keluhan nyeri punggung bawah (LBP).

Hubungan Kebugaran Jasmani dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (LBP)

Menurut Nita (2012), kurangnya kebugaran jasmani merupakan faktor resiko nyeri punggung bawah. Karyawan yang tidak memiliki kebiasaan olah raga beresiko sebesar 2,94 kali lebih besar dari karyawan yang sering berolah raga secara teratur. Namun kebiasaan merokok dan keadaan gizi yang tidak normal juga dapat faktor pemicu untuk terjadinya keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja, karena asap rokok dapat mempengaruhi koordinasi gerakan silia, bahkan mungkin gerak silia menjadi lumpuh sehingga dapat menimbulkan obstruksi serta dapat menyebabkan bronchitis dan dalam pemeriksaan akan mempengaruhi pernafasan seseorang ditambah kurangnya berolahraga dan status gizi yang tidak normal.

Hasil analisa uji statistik Chi Square pada hubungan antara kebugaran jasmani dengan keluhan nyeri punggung bawah (LBP) menunjukkan signifikansi p value = 0,678 yang berarti lebih besar dari α (0,05), sehingga secara statistik tidak ada hubungan antara kebugaran jasmani dengan keluhan nyeri punggung bawah (LBP) pada pekerja angkat angkut di Indonesia Port Corporation Terminal Peti Kemas (IPC TPK) Kota Pontianak. Responden yang tidak memiiliki kebugaran jasmani mempunyai resiko mengalami keluhan nyeri punggung bawah (LBP) 1,569 kali lebih besar dibandingkan responden yang memiliki kebugaran jasmani.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rahmat (2007) yang

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian low back pain dengan kebiasaan olahraga dengan P value 0,029. Hal ini kemungkinan disebabkan karena sebaran data yang tidak merata antara kebiasan olahraga dengan keluhan low back pain. Pekerja yang memiliki kebiasaan olahraga lebih banyak yang mengalami keluhan low back pain, hal ini dimungkinkan karena posisi mengangkat barang yang kurang baik, sehingga lebih besar peluang untuk mengalami keluhan. Demikian juga dari kebiasaan merokok, pekerja yang sering berolahraga juga lebih banyak yang mempunyai kebiasaan merokok.

Tingkat keluhan otot juga dipengaruhi oleh tingkat kesegaran jasmani. Berdasarkan laporan dari NIOSH yang dikutip dari hasil penelitian Cady et al (1979) menyatakan bahwa untuk tingkat kesegaran tubuh yang rendah, maka risiko terjadinya keluhan adalah 7,1 % tingkat kesegaran jasmani yang sedang risiko terjadinya gangguan otot rangka adalah 3,2 % dan tingkat kesegaran jasmani yang tinggi maka risiko untuk terjadinya keluhan otot rangka 0,8%.

Menurut Munir (2012), dengan meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas otot punggung, beban akan terdistribusi secara merata dan mengurangi beban hanya pada tulang belakang. Selain sebagai upaya preventif misalnya dengan peregangan, olahraga ternyata dapat juga mengurangi gejala nyeri bila sudah terjadi gangguan nyeri punggung bawah. Hubungan Status Gizi dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (LBP)

Menurut Permenkes, no.41 (2014), status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Status kesehatan dan nutrisi atau keadaan gizi berhubungan erat satu sama lainnya dan berpengaruh pada produktivitas dan efisiensi kerja. Dalam melakukan pekerjaan tubuh memerlukan energi. Apabila kekurangan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif kapasitas kerja akan terganggu. Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan indikator status gizi untuk memantau berat badan normal orang dewasa bukan untuk menentukan overweight dan obesitas pada anak-anak dan remaja. Namun bukan berarti hanya pekerja yang memiliki status gizi yang tidak normal yang dapat menderita keluhan nyeri punggung bawah. Pekerja yang memiliki status gizi

(7)

normal, tetapi mempunyai kebiasaan merokok yang berat dan jarang melakukan olahraga juga menjadi faktor pendukung terjadinya keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja.

Hasil analisa uji statistik Chi Square pada hubungan antara status gizi dengan keluhan nyeri punggung bawah (LBP) menunjukkan signifikansi p value = 0,884 yang berarti lebih besar dari α (0,05), sehingga secara statistik tidak ada hubungan antara status gizi dengan keluhan nyeri punggung bawah (LBP) pada pekerja angkat angkut di Indonesia Port Corporation Terminal Peti Kemas (IPC TPK) Kota Pontianak. Responden yang status gizinya tidak normal mempunyai resiko mengalami keluhan nyeri punggung bawah (LBP) 0,637 kali lebih besar dibandingkan responden dengan status gizi normal.

Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurzannah (2015) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian low back pain pada pekerja bongkar muat di Pelabuhan Belawan Medan (p value = 0,05). Tidak adanya hubungan antara obesitas dengan keluhan low back pain kemungkinan disebabkan karena sebaran data yang tidak merata antara keluhan low back pain dengan status gizi.

Menurut Purnamasari (2010), ketika seseorang kelebihan berat biasanya kelebihan berat badan akan disalurkan pada daerah perut yang berarti menambah kerja tulang lumbal. Ketika berat badan bertambah, tulang belakang akan tertekan untuk menerima beban tersebut sehingga mengakibatkan kerusakan dan bahaya pada stuktur tulang belakang. Salah satu daerah pada tulang belakang yang paling berisiko akibat efek dari overweight adalah vertebra lumbal.

Penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari et al (2001) bahwa seseorang yang overweight lebih berisiko 5 kali menderita LBP

dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan ideal. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Deyo dan Weinstein (2001) yakni faktor risiko LBP meningkat pada seseorang yang over weight. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat menyimpulkan sebagai berikut:

Ada hubungan antaramasa kerja dengan keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) pada Pekerja Buruh di Indonesia Port Corparation Terminal Peti Kemas (IPC TPK) Kota Pontianak(p value = 0,039).

Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) pada Pekerja Buruh di Indonesia Port Corparation Terminal Peti Kemas (IPC TPK) Kota Pontianak (p value = 0,002).

Tidak ada hubungan antara kebugaran jasmani dengan keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) pada Pekerja Buruh di Indonesia Port Corparation Terminal Peti Kemas (IPC TPK) Kota Pontianak (p value = 0,678).

Tidak ada hubungan antara status gizi dengan keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) pada Pekerja Buruh di Indonesia Port Corparation Terminal Peti Kemas (IPC TPK) Kota Pontianak (p value = 0,678).

Pengelola Indonesia Port Corporation Terminal Peti Kemas (IPC TPK) Kota Pontianak diharapkan mengadakan kegiatan olahraga secara rutin kepada seluruh pekerja buruh bongkar muat dalam meningkatkan kebugaran jasmani. Mengadakan kerja sama dengan pihak ketiga untuk memberikan pendidikan dan pelatihan tentang tata cara teknik angkat angkut barang yang baik dan benar. Mengadakan kerja sama dengan instansi kesehatan untuk melakukan pengecekan kesehatan pekerja secara berkala.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 2014. Metodelogi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Bina pura Aksara Publisher. Tangerang Selatan.

Budiono, Sugeng. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang: Universitas Diponegoro.

Bull, E, Archard, G. 2007. Nyeri Punggung. Erlangga. Jakarta.

Dermawan, M, I,Arif. 2015. faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan gangguan fungsi paru pada pekerja meubel di Kota Pontianak 2015. Fakultas Kesehatan Lingkungan Politeknik kesehatan. Pontianak

Nur, Fina H. 2015. Hubungan Lama Duduk Saat Jam Kerja Dan Aktivitas Fisik Dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah

(8)

(Low Back Pain) Pada Karyawan Kantor Terpadu Pontianak Tahun 2014. Universitas Kedokteran Tanjung Pura. Pontianak

Suma’mur P.K. 2014. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. CV. Haji Masagung. Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Iz provedene ankete i istraživanja koja su navedena u prijašnjim poglavljima da se zaključiti da mladi ljudi sve manje i manje čitaju tiskane novine, dok je korištenost

Pada saat hari pelaksanaan, upacara Entas-Entas terdiri dari berbagai proses pembacaan mantra yang diteruskan dengan pembakaran petra (tempat atman / merupakan manifestasi dari

satu korelasi antara pemberdayaan masyarakat khsusnya perempuan yang ada di perkotaan yang saling berhubungan dengan isu terhadap kemiskinan, kekerasan terhadap perempuan dan

Penerapan media video animasi dalam keterampilan menulis teks eksplanasi siswa kelas XI IPS semester ganjil SMAN 10 Kota Tangerang Selatan tahun pelajaran 2020/2021

Jika Kesadaran akan pentingnya nilai-nilai agama, moral, dan etika sosial dalam kehidupan bangsa ini masih ada, maka tidak ada media lain yang paling bagus kecuali

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosialisasi Program Keluarga Harapan di Kelurahan Kranggan sudah dilaksanakan dengan baik, pelaksana kebijakan ada penyusunan anggota

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Hutan Bayur, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, dapat disimpulkan bahwa ditemukan 18 jenis jamur makroskopis anggota kelas

Tiap piringan terdapat lubang kecil ditengah untuk jalannya umpan, sedangkan piringan mangkok membentuk celah sebagai jalan keluar untuk masing-masing cairan yang mengandung berat