Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
oleh
Dahlia Diah Novitasari NIM. 11160130000045
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
i
Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2020/2021”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing Dr. Hindun, M.Pd. 2020.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan media video animasi dalam keterampilan menulis teks eksplanasi siswa kelas XI SMAN SMAN 10 Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2020/2021. Subjek dalam penelitian ini adalah media video animasi dengan tema proses inkubasi DBD dan pencegahannya. Objek penelitianya, yaitu siswa kelas XI IPS 3 semester ganjil yang berjumlah 35 orang.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik analisis data dalam penelitian ini terdiri dari reduksi data, analisis data dari hasil reduksi data, penyajian data, dan membuat kesimpulan. Peneliti menggunakan media video animasi yang telah diunduh dari YouTube.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan menulis teks eksplanasi siswa kelas XI IPS 3 SMAN 10 Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2020/2021 pada semester ganjil, dengan menerapkan media video animasi dinyatakan baik, yakni dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 80,15. Sebagaimana rinciannya adalah sebanyak 7 peserta didik yang mendapat predikat baik sekali, 21 peserta didik yang mendapat predikat baik, dan 5 peserta didik yang mendapat predikat cukup.
ii
Media in Explanatory Text Writing Skills the Eleventh Grade of SMAN 10 Tangerang Selatan in the Academic Year of 2020/2021". Skripsi of Department of Indonesian Language and Literature Education at Faculty of Educational Sciences of Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Advisor Dr. Hindun, M.Pd. 2020.
The purpose of this study was to know the application of animated video media in the students’ explanatory text writing skills in class XI of SMAN 10 Tangerang Selatan in academic year of 2020/2021. The subjects in this research is animated video media with the theme of DBD incubation process and prevention. The study used 35 students of the eleventh grade students at their first semester.
The research method used is qualitative descriptive. The data analysis techniques in this study consisted of data reduction, data analysis from data reduction, data presentation, and deduction. Researchers used animated video media that has been downloaded from YouTube.
Based on the analysis by using media of animation, it showed that the students' explanatory text writing skills of the eleventh grade students at their first semester of SMAN 10 Tangerang Selatan in academic year of 2020/2021 is good, with an average score of 80,15. There are 7 students got a excellent predicate, 21 students got a good predicate, and five students got enough predicate.
iii
selesai sesuai waktu yang diharapkan. Salawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan besar baginda Nabi Muhammad SAW kepada keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang senantiasa istiqomah dalam melakukan amal kebaikan.
Skripsi yang disusun dengan judul Penerapan Media Video Animasi dalam Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa Kelas XI SMAN 10 Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2020/2021 merupakan syarat untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulisan skripsi ini dapat selesai tentu dengan dukungan, bantuan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Sururin, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Novi Diah Haryanti, M. Hum., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Hindun, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang sudah bersedia meluangkan waktunya, memberi arahan, serta dukungan kepada penulis semasa menyelesaikan penulisan skripsi.
5. Didah Nurhamidah, M.Pd., selaku dosen penguji I dan Nur Syamsiyah, M.Pd., selaku dosen penguji II yang telah memberikan arahan untuk perbaikan skripsi ini.
iv
perkuliahan.
7. H. Nursalim, S.Pd., selaku kepala sekolah SMAN 10 Kota Tangerang Selatan dan Sri Lestari, S.Si., M. Pd., selaku wakil kepala sekolah SMAN 10 Kota Tangerang Selatan yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian.
8. Nurhadi Muhammad, M.Pd., selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI IPS 3 SMAN 10 Kota Tangerang Selatan, Lily Vebrina, S.Si., selaku wali kelas XI IPS 3, serta seluruh guru dan staf yang telah membantu kelancaran penulis dalam melakukan pengambilan data.
9. Siswa-siswi kelas XI IPS 3 SMAN 10 Kota Tangerang Selatan yang telah membantu kemudahan pengambilan data, terkhusus dalam pengumpulan tugas menulis teks eksplanasi.
10. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis, yaitu Ayahanda Sutrisno dan Ibunda Wahidah yang selalu menyayangi, mendidik, tidak pernah henti mendoakan, dan senantiasa memberikan beragam motivasi dalam bentuk lisan maupun tulisan untuk kesuksesan penulis.
11. Teruntuk adikku Kresna Surya Herlambang dan Shafa Zulaikha yang setia memberikan doa, dukungan, serta motivasi agar penulis tetap semangat sehingga jauh dari rasa lelah dan menyerah dalam proses menyelesaikan penulisan skripsi.
12. Teruntuk sahabatku Aida Rahma, Anissa Yuniar, Euis Fajriyani Putri Pertiwi, Farhatun Fitriah, Litteu Nur El Lailatie, Nur Hikmah Salsabilah Assyifa, Siti Hanifah, dan Vina Dwi Pratiwi yang selalu mendoakan, memberi penguatan, serta dukungan semasa penulis menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi.
13. Teruntuk kawan-kawan sehimpun secita selama mengisi kegiatan di kampus, kader HMI PBSI 2016, HMI PBSI, dan HMI Komisariat Tarbiyah Cabang Ciputat yang selalu mendoakan, memberi semangat, dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi.
v
cita.
15. Tak lupa, Rifa Nurafia selaku mentor penulis dalam menyelesaikan skripsi yang selalu memberikan doa, semangat, motivasi, dan masukkan yang sangat membangun bagi penulis. Selain itu, Azizah selaku senior lintas jurusan yang menjadi tempat mencurahkan segala keluh kesah selama penulis menjalankan roda kepengurusan organisasi.
16. Semua pihak yang telah memberi kemudahan dan membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi yang tidak dapat dituliskan satu per satu.
Penulis mengharapkan agar semua pihak yang telah tulus memberikan dukungan, doa, motivasi, dan bantuan dalam bentuk apapun terhadap proses menyelesaikan skripsi ini, mendapat balasan kebaikan dari Allah SWT. Selain itu, semoga Allah SWT selalui meridhoi apapun yang menjadi cita-cita serta harapan semua pihak yang telah membantu penulis dan semoga Allah SWT menjadikan segala kebaikan yang telah diberikan dapat menjadi ladang amal dan pahala yang terus mengalir, Aamiin ya Rabbal ‘Alamiin.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, seperti aspek isi maupun teknik penulisan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikannya. Penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat dijadikan sumber acuan bagi peneliti lain yang memfokuskan penelitiannya di bidang pendidikan.
Tangerang Selatan, 8 Desember 2020
vi LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB IPENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian... 6
BAB IILANDASAN TEORITIK ... 8
A. Media Video... 8
1. Media Pembelajaran ... 8
2. Jenis-jenis Media Pembelajaran ... 9
3. Kelebihan Media Video ... 12
4. Kekurangan Media Video ... 13
B. Video Animasi ... 13
1. Hakikat Video Animasi... 13
2. Jenis-Jenis Animasi ... 14
C. Keterampilan Menulis ... 15
1. Pengertian Menulis ... 15
2. Manfaat Menulis ... 17
vii
1. Pengertian Teks Eksplanasi... 25
2. Struktur Teks Eksplanasi ... 27
3. Kaidah Kebahasaan Teks Eksplanasi ... 28
4. Langkah-langkah Menulis Teks Eksplanasi... 28
E. Penelitian Relevan ... 29
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN ... 35
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35
B. Subjek dan Fokus Penelitian ... 35
C. Metode Penelitian ... 35
D. Instrumen Penelitian ... 37
E. Teknik Pengumpulan Data ... 48
BAB IVHASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 55
A. Profil Sekolah ... 55
1. Identitas SMAN 10 Kota Tangerang Selatan ... 55
2. Sejarah Singkat SMAN 10 Kota Tangerang Selatan ... 60
3. Visi dan Misi SMAN 10 Kota Tangerang Selatan ... 61
4. Sarana dan Prasarana ... 63
B. Deskripsi Pembahasan Hasil Data ... 63
C. Rekapitulasi Data Hasil Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa. 151 BAB VPENUTUP ... 156 A. Simpulan ... 156 B. Saran ... 156 DAFTAR PUSTAKA ... 158 LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT PENULIS
viii
Tabel 3. 2 : Penilaian Teks Eksplanasi Peserta Didik ... 38
Tabel 3. 3 : Penjabaran Format Penilian Menulis Teks Eksplanasi... 39
Tabel 3. 4 : Kualifikasi Nilai Menurut Burhan Nurgiyantoro ... 47
Tabel 3. 5 : Wawancara Guru Pelajaran Bahasa Indonesia... 49
Tabel 3. 6 : Wawancara Peserta Didik Nilai Tertinggi ... 50
Tabel 4. 1 : Daftar Nama Dewan Guru SMAN 10 Kota Tangerang Selatan ... 56
Tabel 4. 2 : Daftar Nama Tenaga Kependidikan SMAN 10 ... 58
Tabel 4. 3 : Daftar Peserta Didik SMAN 10 Kota Tangerang Selatan ... 59
Tabel 4. 4 : Daftar Sarana dan Prasarana SMAN 10 Kota Tangerang Selatan ... 60
Tabel 4. 5 : Daftar Ekstrakulikuler SMAN 10 Kota Tangerang Selatan ... 63
Tabel 4. 6 : Penilaian Teks Eksplanasi Adelia Agustine ... 64
Tabel 4. 7 : Penilaian Teks Eksplanasi Afif Ramadhan ... 66
Tabel 4. 8 : Penilaian Teks Eksplanasi Amanda Annisa Putri ... 69
Tabel 4. 9 : Penilaian Teks Eksplanasi Arief Budhi Arganto ... 71
Tabel 4. 10 : Penilaian Teks Eksplanasi Asyarafil Hayat ... 74
Tabel 4. 11 : Penilaian Teks Eksplanasi Azahra Tania Putri ... 77
Tabel 4. 12 : Penilaian Teks Eksplanasi Bintang Fauzan ... 79
Tabel 4. 13 : Penilaian Teks Eksplanasi Deany Larasati ... 82
Tabel 4. 14 : Penilaian Teks Eksplanasi Devina Ananda Futri ... 85
Tabel 4. 15 : Penilaian Teks Eksplanasi Dhea Siti Nurhaliza ... 88
Tabel 4. 16 : Penilaian Teks Eksplanasi Dinda Ayu Nuraisyah ... 90
Tabel 4. 17 : Penilaian Teks Eksplanasi Emira Hayatina Ramadhan ... 93
Tabel 4. 18 : Penilaian Teks Eksplanasi Imelda Putri Amanda ... 96
Tabel 4. 19 : Penilaian Teks Eksplanasi Jihan Saniyyah ... 98
Tabel 4. 20 : Penilaian Teks Eksplanasi Kurnia Eka Hadi Kusuma ... 101
Tabel 4. 21 : Penilaian Teks Eksplanasi Lisda Aviliani ... 104
Tabel 4. 22 : Penilaian Teks Eksplanasi Loudri Putra Hermawan ... 106
ix
Tabel 4. 28 : Penilaian Teks Eksplanasi Rafi Ahmad Fahreza ... 122
Tabel 4. 29 : Penilaian Teks Eksplanasi Regina Sofya ... 125
Tabel 4. 30 : Penilaian Teks Eksplanasi Risca Fabyra ... 127
Tabel 4. 31 : Penilaian Teks Eksplanasi Rizki Hardiansyah Rahmat ... 130
Tabel 4. 32 : Penilaian Teks Eksplanasi Rosi Rahmawati ... 133
Tabel 4. 33 : Penilaian Teks Eksplanasi Salsabila Zulkarnaen ... 135
Tabel 4. 34 : Penilaian Teks Eksplanasi Sapto Mulyono ... 138
Tabel 4. 35 : Penilaian Teks Eksplanasi Selvia Armayanti ... 141
Tabel 4. 36 : Penilaian Teks Eksplanasi Silvi Hidayah Putri ... 143
Tabel 4. 37 : Penilaian Teks Eksplanasi Ullan Eka Ramadhani... 146
Tabel 4. 38 : Penilaian Teks Eksplanasi Zabrina Erlinda ... 149
Tabel 4. 39 : Rekapitulasi Nilai Hasil Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi . 151 Tabel 4. 40 : Penilaian Tes Siswa Kelas XI IPS 3 ... 154
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Uji Referensi
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 3 : Hasil Wawancara Guru Bahasa Indonesia Kelas XI IPS 3 Lampiran 4 : Hasil Wawancara Siswa Kelas XI IPS 3
Lampiran 5 : Dokumentasi Kegiatan Belajar Mengajar Lampiran 6 : Media Video Animasi
Lampiran 7 : Hasil Teks Eksplanasi Siswa Lampiran 8 : Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian
1
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting terlebih untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Lewat pendidikan, suatu bangsa akan berkembang menjadi lebih baik dan menentukan masa depan para generasi penerus bangsa. Pendidikan juga memberikan banyak pembelajaran bagi peserta didiknya, baik secara moral dan pemikiran. Maka pendidikan sangat perlu diberikan dan dirasakan oleh semua putra dan putri Indonesia, karena pendidikan berhak didapat oleh siapa pun tanpa memandang suku, agama, dan ras seseorang.
Semakin berkembangnya zaman, semakin banyak pula model dan media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Media adalah salah satu alat untuk memudahkan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, media juga dapat membantu guru untuk mengkonkretkan materi yang sangat abstrak atau sulit dipahami tanpa kontekstual dengan keberadaan lingkungan. Lalu dengan demikian peserta didik lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru saat pembelajaran berlangsung. Terlebih di era saat ini, banyak peserta didik yang senang melakukan proses pembelajaran dengan santai atau tanpa terbebani. Namun hal tersebut tidak menghilangkan esensi daripada proses belajar. Meskipun media telah menjadi alat untuk mencapai proses pembelajaran, masih ada segelintir guru yang tidak menggunakan media selama proses belajar. Berdasarkan pengalaman penulis selama menjalankan kegiatan Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP), tidak adanya media dalam proses belajar membuat peserta didik merasa bosan selama belajar.
Saat ini hampir seluruh masyarakat dunia menjalankan kegiatan di rumah, karena sedang terjadi pandemi Virus Corona atau Covid-19. Seluruh kegiatan yang biasa dilakukan manusia di luar rumah seperti, bekerja, sekolah, berdagang, berkumpul dengan saudara atau teman, dan sebagainya dihentikan untuk menekan angka penularan virus tersebut. Sehingga, sekolah melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), untuk melanjutkan proses pembelajaran yang sebelumnya dilakukan di
sekolah. Menurut Bambang Warsita, “Pendidikan dan pelatihan jarak jauh (Diklat jarak jauh) adalah suatu model pembelajaran yang membebaskan peserta untuk dapat belajar tanpa terikat oleh ruang dan waktu dengan sedikit mungkin bantuan dari orang lain.”1 Melihat fenomena pada PJJ yang dilakukan peserta didik, nampaknya masih ada hal yang tidak dapat dicapai dalam pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti ingin mencari tahu apakah dengan menggunakan media, proses pembelajaran akan lebih baik atau tidak.
Penggunaan media dalam proses belajar disesuaikan dengan tingkatan peserta didik. Biasanya media yang digunakan untuk peserta didik Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD) lebih menyenangkan dan mudah, daripada yang diterapkan di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Media sendiri terdiri dari beberapa jenis, yaitu, media audio, media visual, dan media audiovisual. Penerapan media dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) diharapkan dapat mempermudah peserta didik untuk, menguasi materi yang diajarkan. Terlebih tiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda dan mereka memiliki gaya belajarnya tersendiri. Ada peserta didik yang senang mendengar, melihat, serta melihat dan mendengar untuk memahami sesuatu.
Penelitian yang akan dilakukan penulis akan menggunakan media audiovisual dalam proses pembelajaran. Media audiovisual yang dimaksud adalah video animasi yang peneliti unduh dari You Tube. Video menjadi salah satu media audiovisual yang cukup menarik bagi peserta didik. Ketika video tersebut diputar, peserta didik dapat memperhatikan video yang ditayangkan dan dapat membantu proses pembelajaran. Memberikan tayangan video saat proses PJJ sepertinya (diharapkan) akan dapat memudahkan peserta didik, untuk memahami materi yang disampaikan. Terlebih selama proses pembelajaran jarak jauh yang masih ada beberapa kendala, terutama mengenai penyampaian materi. Melalui media audiovisual yang ditayangkan dan dibagikan, peserta didik lebih dapat menangkap materi yang disampaikan selama PJJ.
1 Bambang Warsita, Pendidikan Jarak Jauh: Perancangan, Pengembangan,
Video animasi digunakan untuk menarik perhatian peserta didik. Walaupun video yang digunakan adalah berbentuk animasi, yang khas dengan anak-anak akan tetapi isi atau pesan dari video tersebut jauh dari kesan anak-anak. Video yang ditayangkan selain dapat menarik perhatian peserta didik, juga berharap dapat bermanfaat. Penulis menggunakan video animasi yang mengedukasi peserta didik terhadap proses inkubasi dan pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD).
Proses inkubasi dan pencegahan DBD dipilih oleh penulis agar para peserta didik dapat mengetahui proses inkubasi penyakit DBD yang menyerang manusia lewat virus nyamuk dengue dan cara pencegahannya. Edukasi tersebut perlu dilakukan karena, penyakit DBD masih sering terjadi di Indonesia. Terlebih saat peralihan musim tiba, banyak masyarakat Indonesia yang jatuh sakit. DBD juga dapat menyebabkan korbannya hingga meninggal dunia. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui penyakit DBD dan melakukan pencegahan sebelum terkena penyakit tersebut.
Setelah melakukan penayangan video animasi tentang proses inkubasi dan pencegahan DBD, selanjutnya peserta didik menuliskan apa yang dapat ditangkap dari hasil menonton video itu. Peserta didik sering diminta untuk mencatat pelajaran yang disampaikan oleh guru. Terkadang juga mereka menulis tanpa dipinta terlebih dahulu. Menulis selain dapat mempermudah pelajaran yang telah diajarkan selama sekolah, tetapi juga dapat meningkatkan keterampilan menulis peserta didik.
Keterampilan menulis sangat dibutuhkan, terlebih oleh peserta didik SMA. Menulis memiliki makna, yaitu menuangkan gagasan atau pemikiran dalam bentuk huruf atau angka. Hal ini sangat diperlukan ketika peserta didik akan melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi. Melalui menulis, gagasaan serta ide yang dimiliki seseorang akan abadi dan dihargai oleh orang lain. Seseorang dapat menuliskan apapun yang ada di benaknya.
Kegiatan menulis sudah ada sejak dini diajarkan oleh orang tua mau pun guru di sekolah. Namun, yang menjadi masalah adalah keterampilan menulis pada peserta didik dan bahkan pada setiap orang tidak bisa begitu saja muncul secara cepat. Menulis menjadi suatu hal yang seharusnya “disegani”, karena ketika
menulis kita butuh banyak ide, gagasan, dan inspirasi. Terlebih bila ingin memulai suatu tulisan, hal tersebut adalah salah satu hal yang menghambat kegiatan menulis. Bukan menjadi rahasia umum lagi, jika memang memulai tulisan adalah hal yang cukup sulit.
Kurangnya minat menulis pada peserta didik terlihat saat penulis melakukan kegiatan PLP. Ketika menulis, peserta didik cenderung bertele-tele saat menuliskan sesuatu. Bahkan ada segelintir peserta didik yang kurang mempunyai keterampilan dalam menulis, dalam hal ini biasanya peserta didik mengulang kosakata yang telah digunakan sebelumnya.
Permasalahan keterampilan menulis harus dapat ditanggulangi. Penggunaan teks eksplanasi diharapkan dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan keterampilan menulisnya. Melalui teks eksplanasi, peserta didik dapat menggambarkan atau menuliskan sesuatu dari hasil menonton video animasi proses inkubasi dan pencegahan DBD itu sendiri. Penjelasan yang dilakukan peserta didik lewat tulisan, dapat menjadi modal tersendiri untuk melatih keterampilan menulis. Diharapkan setelah menonton video animasi, peserta didik dapat menuliskan hasil menonton dengan baik. Hal tersebut menandakan bahwa, peserta didik mampu menyimak dan menuliskan pembahasan tersebut.
Bukan hanya itu, penggunaan teks eksplanasi sebagai alat agar peserta didik dapat memiliki keterampilan menulis disebabkan, karena nilai teks eksplanasi yang tidak terlalu baik daripada materi lainnya. Hal tersebut disampaikan oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bapak Nurhadi. Beliau juga menyampaikan perlu adanya stimulus untuk peserta didik dalam membuat teks eksplanasi.
Teks eksplanasi merupakan sebuah teks yang berisi tentang penjelasan suatu fenomena. Teks tersebut berisi beberapa paragraf, antara paragraf satu dengan yang lain terdapat kesinambungan. Materi teks eksplanasi dalam silabus pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah menengah atas, berada pada kelas XI semester ganjil. Penerapan media video animasi dalam keterampilan menulis, diharapkan dapat membantu peserta didik untuk memiliki keterampilan menulis. Penayangan video animasi dapat memberikan gambaran kepada peserta didik, untuk menuliskan
gagasannya terkait hal yang didapat selama menonton video animasi. Terlebih dalam penulisan rangkaian kejadian secara runtut, yang terdapat pada suatu fenomena. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian terhadap teks eksplanasi yang dibuat oleh kelas XI, melalui stimulus media video animasi.
Penelitian yang akan dilakukan ini ialah mengenai media video animasi. Objek yang dituju adalah siswa kelas XI semester ganjil SMAN 10 Kota Tangerang Selatan. Peserta didik tersebut nantinya akan menonton video animasi bertema proses inkubasi dan pencegahan DBD sebagai medianya. Pemilihan objek penelitian berdasarkan hasil obeservasi penulis selama melakukan kegiatan PLP di SMAN 10 Kota Tangerang Selatan.
Kelas XI IPS 3 dipilih menjadi objek penelitian karena, kelas tersebut memiliki keberagaman tingkat kecerdasan. Jadi diperlukan media yang sesuai agar keberagaman tersebut dapat diberikan stimulus yang tepat. Selain itu, kelas XI IPS 3 yang memiliki karakter heterogen dapat menyukseskan penelitian ini. Maka dari itu, peneliti ingin melakukan penelitian penerapan media video animasi terhadap siswa kelas XI di SMAN 10 Kota Tangerang Selatan pada semester ganjil tahun pelajaran 2020/2021.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya penggunaan media saat proses pembelajaran 2. Peserta didik memiliki minat menulis yang rendah
3. Peserta didik mengalami kesulitan dalam menulis teks eksplanasi 4. Penerapan media video animasi dalam Pembelajaran Jarak Jauh
5. Penerapan media video animasi proses inkubasi dan pencegahan DBD dapat membantu meningkatkan keterampilan menulis
6. Penerapan media video animasi dalam keterampilan menulis teks eksplanasi
C. Pembatasan Masalah
Melihat hasil identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah pada penelitian ini. Fokus penelitiannya, yaitu “Penerapan Media Video Animasi berjudul, Proses Inkubasi DBD dan Pencegahannya, dalam Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Pembelajaran Jarak Jauh Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMAN 10 Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2020/2021”.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, peneliti merumuskan masalah “Bagaimana Penerapan Media Video Animasi dalam Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMAN 10 Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2020/2021?”.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini ialah:
1. Mendeskripsikan proses pembelajaran menulis teks eksplanasi dengan menggunakan media video animasi pada peserta didik kelas XI SMAN 10 Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2020/2021.
2. Menganalisis hasil menulis teks eksplanasi yang telah dibuat oleh peserta didik kelas XI SMAN 10 Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2020/2021.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun praktis.
1. Kegunaan Teoritis
a. Sebagai karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan masukan dalam perkembangan ilmu pengetahuan tentang keterampilan menulis teks eksplanasi.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan pada penelitian berikutnya.
2. Kegunaan Praktis a. Untuk Siswa
Sebagai bahan masukan agar siswa memiliki keterampilan menulis teks eksplanasi.
b. Untuk Guru
Sebagai evaluasi diri bagi guru untuk mengembangkan keterampilan menulis teks eksplanasi dalam kegiatan pembelajaran dalam kelas. c. Untuk Mahasiswa
Sebagai pengetahuan tentang keterampilan menulis teks eksplanasi yang dimiliki oleh siswa kelas XI. Selain itu, dapat dijadikan acuan evaluasi diri untuk meningkatkan kemampuan mengajar terhadap keterampilan menulis. Penelitian ini juga dapat memberikan manfaat kepada mahasiswa lain sebagai referensi dalam melakukan penelitian berikutnya.
8
BAB II
LANDASAN TEORITIK
A. Media Video
1. Media Pembelajaran
Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah oleh guru terhadap peserta didik sudah semakin maju. Perkembangan yang terjadi tidak luput dari media yang digunakan selama proses belajar, media yang digunakan untuk pembelajaran berkembang sesuai zaman. Heinich dalam Rusman dkk. berpendapat bahwa, media ialah alat saluran komunikasi. Kata media sendiri berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang artinya “perantara”, yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima (a receiver). Heinich memberi contoh media seperti film, televisi, diagram, bahan cetak, komputer, dan instruktur.1
Media memiliki hubungan yang erat dalam pembelajaran, karena media dapat diartikan juga sebagai alat bantu yang digunakan untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran. Media bersifat meyakinkan pesan dan dapat merangsang pikiran peserta didik sehingga mereka dapat terdorong selama proses belajar berlangsung. Selama proses pembelajaran media mengatur hubungan efektif antara guru dan peserta didik.2
Berdasarkan pengertian media di atas dapat disimpulkan bahwa, media adalah suatu alat untuk menyampaikan informasi atau pesan. Penggunaan media dapat mempermudah pesan yang ingin disampaikan. Namun, pesan yang disampaikan melalui media atau alat harus digunakan secara tepat agar pesan dapat sampai kepada penerima. Oleh karena itu, bukan hanya sekadar alat tetapi juga terdapat unsur manusia yang terlibat di dalam sebuah media.
1 Rusman, dkk., Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi:
Mengembangkan Profesionalitas Guru, edisi 1, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015), cet. ke-4, h. 169.
2 Ega Rima Wati, Ragam Media Pembelajaran: Visual - Audiovisual – Komputer –
Perkembangan zaman membuat dunia pendidikan bergerak maju ke arah yang lebih baik. Penggunaan media pembelajaran sangat membantu guru atau pun peserta didik. Media pembelajaran adalah wahana pengantar pesan atau informasi belajar, sehingga peserta didik dapat terkondinisikan selama proses belajar. Media belajar sendiri bagian dari sumber belajar yang menekankan pada perangkat lunak atau keras. Nilai dan fungsi alat tersebut sangat menentukan hasil belajar.3
Media pembelajaran juga diartikan sebagai alat dan teknik yang digunakan sebagai perantara antara guru dan peserta didik. Kegunaan media pembelajaran untuk mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dengan peserta didik saat proses belajar.4 Berbeda dengan Gerlach dan Ely dalam Wina Sanjaya, mereka berpendapat bahwa, media pembelajaran bukan hanya alat tetapi juga segala hal yang memungkikan peserta didik mendapatkan pengetahuan. Gerlach dan Ely juga mengatakan media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau segala kegiatan yang memungkinkan peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, bahkan sikap.5
Melihat beberapa pengertian di atas bahwa media pembelajaran, yakni alat yang digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan pesan yang berkaitan dengan belajar. Media pembelajaran menjadi jembatan bagi peserta didik dan guru untuk memiliki komunikasi yang baik serta aktif, agar tujuan pembelajaran dapat terwujud. Akan tetapi, lingkup media pembelajaran bukan hanya guru dan murid, tetapi semua aspek lingkungan yang dapat menunjang pembelajaran pada peserta didik. Lingkungan sekolah dapat memberikan pengetahuan tersendiri bagi peserta didik.
2. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran memiliki banyak jenis dari sudut pandang yang berbeda, di antaranya adalah:7
3 Kusen, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penerbitan dan Percetakan STAIN
Curup, 2010), cet. ke-1, h. 62.
4 Ega Rima Wati, op. cit., h. 3.
5 Wina Sanjaya, Media Komunikasi Pembelajaran, edisi 1, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2016), cet. ke-3, h. 59-60.
a. Media pembelajaran yang dilihat dari sifatnya:
1) Media auditif, yakni media yang dapat didengar atau media yang mengeluarkan unsur suara, seperti radio, tape recorder, kaset, piringan hitam, dan rekaman suara.
2) Media visual, yakni media yang hanya dapat dilihat dan tidak mengandung unsur suara. Biasanya media ini terdiri dari gambar, foto, lukisan, dan lain sebagainya.
3) Media audiovisual, yakni media yang terdiri dari unsur gambar dan suara, seperti rekaman video, film, slide suara, dan sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan menarik daripada media auditif dan visual.
b. Media yang dilihat dari jangkauannya:
1) Media yang memiliki daya liput luas dan serentak seperti radio dan televisi. Melalui media ini, peserta didik dapat mempelajari kejadian yang aktual secara bersama tanpa menggunakan ruang khusus.
2) Media yang mempunyai daya liput terbatas oleh ruang dan waktu seperti, film slide, film, video, dan lain-lain.
c. Media yang dilihat dari teknik pemakaiannya:
1) Media yang diproyeksikan seperti film slide, film stripe, transparansi, komputer, dan sebagainya. Namun, media ini harus menggunakan alat proyeksi untuk digunakan. Bila tidak terpasang alat tersebut, maka media-media di atas kurang berfungsi.
2) Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan, radio, dan sebagainya dalam berbagai bentuk media grafis.
Berdasarkan jenis media pembelajaran yang dikategorikan menurut sudut pandangnya, sejatinya jenis media di atas memiliki kesamaan. Jenis-jenis media pembelajaran yang sering digunakan dan tidak asing dalam proses pembelajaran ada tiga, yaitu media berbasis visual, audio, dan audiovisual. Ketiga jenis media pembelajaran tersebut memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing.
Salah satu media yang mudah dan sukai oleh penggunanya adalah media video. Media video sendiri termasuk ke dalam jenis media audiovisual. Hills
mengutarakan dalam Hamalik yang terdapat di Ishak Abdulhak dan Deni Darmawan media audiovisual, yakni sebuah representasi melalui alat indera penglihatan dan pendengaran. Tujuannya untuk memperlihatkan pembelajaran pendidikan yang lebih realistis kepada peserta didik. Hal tersebut dipandang lebih tepat dan efektif, dibanding hanya melalui cerita yang disampaikan oleh lisan.8
Adapun pengertian media visual yang diungkapkan Wina Sanjaya adalah media yang mengandung unsur suara dan gambar yang dapat dilihat. Biasanya berbentuk video dalam berbagai ukuran film, slide suara dan sebagainya.9 Selain itu, Niken dan Dany juga mendefinisikan media video sebagai salah satu jenis media audiovisual, selain film. Video sendiri dapat dikembangkan untuk kebutuhan pembelajaran, biasa ditemukan dalam bentuk VCD.10
Menurut Hamzah dan Nina, sebagai salah satu media audiovisual yang memiliki unsur gerakan dan suara, video dapat digunakan sebagai alat bantu mengajar di berbagai bidang studi. Kemampuan yang dimiliki video dalam memanipulasi waktu dan ruang, dapat mengajak peserta didik untuk menjelajahi hal-hal yang belum pernah ditemui sebelumnya, meskipun dibatasi oleh ruang kelas.11
Berdasarkan definisi media audiovisual (video) yang telah dipaparkan, dapat dikatakan bahwa, media audiovisual adalah media yang teradapat unsur gambar dan suara di dalamnya. Media tersebut lebih mudah dimengerti oleh penerima pesan, karena penerima dapat secara langsung melihat dan mendengar penjelasan secara lebih jelas. Video menjadi salah satu media yang sering digunakan dalam pembelajaran dan juga disukai oleh peserta didik. Oleh karena itu, media audiovisual dapat dikatakan sebagai media yang lebih efektif dan baik dalam proses pembelajaran.
8 Ishak Abdulhak dan Deni Darmawan, Teknologi Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2015), cet. ke-2, h. 84.
9 Wina Sanjaya, op. cit., h. 118.
10 Niken Ariani dan Dany Haryanto, Pembelajaran Multimedia di Sekolah: Pedoman
Pembelajaran Inspiratif, Konstruktif, dan Prospektif, (Jakarta: Prestasi Putakaraya, 2010), cet. ke-1, h. 93.
11 Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, Teknologi Komunikasi dan Informasi
3. Kelebihan Media Video
Menjadi salah satu media yang paling disukai peserta didik dan diminati oleh guru, media video memang memiliki keunggulan. Penggunaan media video untuk proses pembelajaran memiliki sisi positif, di antaranya sebagai berikut:12
a. Video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari peserta didik ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktik, dan sebagainya. b. Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat
ditayangkan berulang-ulang kali. c. Video dapat menanamkan sikap afektif.
d. Video mengandung nilai positif yang dapat memicu peserta didik untuk berpikir dan berdiskusi.
e. Video dapat menyajikan peristiwa berbahaya bila dilihat secara langsung, seperti letusan gunung berapi.
f. Video dapat ditunjukkan ke kelompok kecil, besar, individu, dan kelompok yang heterogen.
g. Melalui kemampuan dan teknik pengambilannya yang dapat menghabiskan banyak waktu, tetapi video dapat ditampilkan dalam satu atau dua menit.
Kelebihan yang dimiliki media video memang dapat membuat efektif proses pembelajaran. Pemutaran video saat belajar dapat memudahkan peserta didik memahami isi dari materi yang disampaikan. Selain itu, peserta didik juga dapat melihat hal-hal yang lebih luas; sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya atau tidak bisa dilihat secara langsung oleh mata. Media video juga dapat menampilkan sesuatu secara singkat, namun hal yang disamapaikan jelas dan mudah dipahami. Oleh karena itu, keunggulan penggunaan media video di atas dapat dijadikan alasan mengapa media tersebut lebih efektif daripada media lainnya.
12 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, edisi revisi, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
4. Kekurangan Media Video
Kelebihan yang dimiliki media video bukan berarti menjadikan media ini tidak memiliki kekurangan. Kefektifan media video juga dapat memungkinkan terjadinya kekurangan dalam proses pembuatan video atau selama proses pembelajaran. Berikut kekurangan media video: 13
a. Pembuaatan video membutuhkan biaya yang mahal
b. Pada saat video ditayangkan, gambarnya bergerak terus sehigga tidak semua peserta didik mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan c. Tidak semua video sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar, kecuali
video yang dibuat khusus untuk kebutuhan pribadi.
Kekurangan yang ada dalam media video memang tidak terlalu banyak daripada keunggulannya. Namun, kekurangan media pembelajaran memang harus diperhatikan. Media video membutuhkan biaya yang tidak murah untuk proses produksinya, butuh orang-orang yang andal untuk membuat sebuah video. Selanjutnya, selama pemutaran video peserta didik dapat tidak fokus, karena proses penayangan yang singkat dan durasi yang terlalu cepat. Jadi, peserta didik tidak dapat menangkap seutuhnya pesan-pesan yang disampaikan.
B. Video Animasi
1. Hakikat Video Animasi
Elly Herliyanti mendefinisikan animasi sebagai tenik untuk membuat sebuah karya yang berbentu audiovisual, supaya menghasilkan urutan gambar yang membentuk suatu adegan. Menurutnya, animasi sangat memiliki hubungan yang erat dengan ide yang dibuat dan ide tersebut harus dapat dipahami oleh penonton.14 Definisi animasi juga pernah disampaikan oleh Vaughan dalam Iwan Binanto, yaitu usaha untuk membuat presentasi statis menjadi hidup. Animasi merupakan perubahan visual sepanjang waktu yang memberi kekuatan besar pada proyek multimedia dan halaman web yang dibuat.15
13 Ibid., h. 51.
14 Elly Herliyanti, Animasi Dua Dimensi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), cet. ke-1, h.
7-8.
15 Iwan Binanto, Multimedia Digital—Dasar Teori dan Pengembangannya, edisi 1,
Selain definisi di atas, John dan Roger mengartikan animasi sebagai seni yang memberikan penglihatan gerakan dari suatu objek yang tidak bergerak. Kurang lebihnya sama dengan buku yang berjudul, Animation: Basic Titling and Animation for Motion Picture mendefinisikan animasi sebagai bukti teknik yang menyatukan hal kemudahan gerak dari objek yang tidak bergerak.16
Perlunya manipulasi untuk memaksimalkan hasil dari animasi, agar pesannya dapat sampai kepada penonton. Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan animasi, seperti pencocokan audio dengan visualnya, penggunaan video, gambar pendukung, dan bahkan gambar-gambar detail lainnya.17
Berdasarkan berbagai pengertian animasi di atas, animasi adalah kumpulan gambar yang dimanipulatif seakan-akan menjadi hidup dan bergerak. Gambar-gambar yang dibuat tersebut disorot secara secepat, yang akhirnya menjadikan gambar tersebut menghasilkan sebuah video yang dapat bergerak. Pembuatan animasi juga harus memaksimalkan gambar-gambar yang dijadikan objek, agar hasilnya dapat maksimal dan baik.
2. Jenis-Jenis Animasi
Secara umum menurut Aditya, animasi terbagi dalam tiga kategori, yaitu animasi tradisional (2D animation), stop motion, dan computer graphics animation (3D animation). Berikut penjelasan terkait jenis-jenis animasi, di antaranya:18
a. Animasi Tradisional
Animasi tradisional ialah animasi yang sudah lama. Disebut tradisional karena, teknik animasi ini digunakan untuk pengembangan awal animasi di media layar kaca dan layar perak. Jenis animasi ini juga kerap disebut, cell animation karena teknik pengerjaannya
16 Aditya (DreamARCH Animation), Trik Dahsyat Menjadi Animator 3D Andal), edisi I,
(Yogyakarta: ANDI, 2018), cet. ke-10, h. 2.
17 Jihan Felisa, “Rekayasa Kamera Virtual pada Perangkat Lunak Adobe Flash”, Media
Informatika, vol. 18, no. 3, 2019, h. 151.
dilakukan pada kertas celluloid transparent yang sekilas terlihat sama dengan kertas transparansi untuk OHP. Celluloid transparent merupakan kertas tembus pandang, sehingga animator dapat dengan mudah membuat gambar yang berurutan dan menciptakan animasi yang halus pergerakannya.
b. Stop Motion Animation
Stop motion animation adalah animasi yang menggunakan media
perekam, misalnya kamera, untuk menangkap pergerakan objek yang digerakan sedikit demi sedikit. Objek pada animasi ini akan diatur untuk memperlihatkan pose tertentu dan kamera akan mereka pose objek tersebut. Proses gerak objek dan rekam pose akan terjadi berulang kali. Hasilnya, ketika kamera memutar pose-pose objek secara cepat, terciptalah ilusi pergerakan animasi.
c. Computer Graphic Animation (3D Animation)
Computer graphic animation ialah jenis animasi yang prosesnya
dikerjakan dengan media komputer. Animasi ini dapat berupa animasi 2 dimensi (2D) dan 3 dimensi (3D). Perkembangan computer graphic
animation sangat cepat melalui pendekatan 3D yang sangat
revolusioner dan bahkan mampu mendekati bentuk objek aslinya (hyperreality) sehingga pada akhirnya, animasi jenis ini menjadi identik dengan animasi 3D (3D animation).
Melihat ketiga jenis animasi tersebut, dapat dikatakan bahwa, animasi berkembang dengan baik dan pesat. Jenis-jenis animasi dikategorikan sesuai cara pembuatan dan objek yang dituju animatornya. Namun, secara garis besar animasi dibuat dengan menggunakan teknologi yang telah mumpuni. Terlebih
animasi 2D dan 3D yang dioperasikan dengan menggunakan komputer.
C. Keterampilan Menulis 1. Pengertian Menulis
Muhammad Javed memaparkan bahwa, “Writing is one of the four basic skills. The students start learning to communicate through written form as they
begin to interact with others at school level. The writing skill is more complicated than that of other language skills.”19 Keterampilan menulis lebih sulit dari keterampilan lainnya.
Menulis adalah keterampilan berbahasa aktif. Puncak kemampuan seseorang dapat dikatakan terampil berbahasa ialah saat itu mampu menulis. Menulis merupakan kemampuan yang kompleks, menulis tulisan juga merupakan media untuk melestarikan dan menyebarluaskan informasi dan ilmu pengetahuan.20 Scott McLean juga berpendapat bahwa menulis merupakan hal yang rumit. Menurutnya, “Writing well is difficult. Even people who write for a living sometimes struggle to get their thoughts on the page.”21
Nurudin juga menyampaikan bahwa, menulis ialah sebuah rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar lebih mudah dipahami. Hal tersebut mengartikan bahwa sesungguhnya, menulis yang baik adalah menulis yang dapat dipahami oleh orang lain.22
Lain sisi, Tarigan dalam E. Kokasih mengungkapkan bahwa, menulis adalah kegiatan yang produktif serta ekspresif yang memanfaatkan grafologi struktur dan kosakata. Menulis dikatakan produktif karena menghasilkan karya yang berupa ungkapan dari ide seseorang, sedangkan yang dimaksud ekspresif ialah dapat mengungkapkan maksud, gagasan, perasaan, dan pengalaman. Menulis ialah lambang grafik yang mengungkapkan suatu bahasa yang dipahami, sehingga orang yang membaca dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut.23
Merujuk pada beberapa pengertian menulis di atas, dapat disimpulkan bahwasannya menulis ialah sebuah kegiatan untuk menyampaikan gagasan seseorang. Gagasan tersebut untuk mengomunikasikan sesuatu kepada orang lain
19 Muhammad Javed dkk., “A Study of Students’ Assessment in Writing Skills of the
English Language”, International Journal of Instruction, vol. 6, no. 2, 2013, h. 130.
20 Hindun, Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkarakter di Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah
Dasar, (Depok: Nufa Citra Mandiri, 2014), cet. ke-2, h. 201-202.
21 Scott McLean, Writing for Success, (Boston: Flat World Knowledge Incorporated,
2011), versi 1.0, h. 37.
22 Nurudin, Dasar-Dasar Penulisan, (Malang: UMM Press, 2010), cet. ke-2, h. 4. 23 E. Kosasih, dkk., Pengajaran Keterampilan Berbahasa, edisi 1, (Tangerang Selatan:
dalam bentuk tulisan. Tulisan-tulisan tersebut menjadi media untuk menyebarkan suatu informasi dari penulis kepada pembaca. Keterampilan menulis perlu diasah, karena lebih sulit daripada ketiga keterampilan berbahasa lainnya.
2. Manfaat Menulis
Bernard Percy mengemukakan beberapa manfaat menulis dalam bukunya yang berjudul, The Power of Creative Writing. Berikut beberapa manfaat yang dipaparkan:24
a. Sarana untuk Mengungkapkan Diri (A Tool for Sefl Expression)
Sarana untuk mengungkapkan diri adalah dengan melakukan kegiatan menulis, penulis dapat mengungkapkan perasaan hati (kegelisahan, keinginan, kemarahan, dan sebagainya). Jadi menulis dapat menjadi media untuk menyalurkan perasaan hati. Terlebih bila penulis tersebut tidak dapat mengungkapkan secara lisan, maka dengan menulis dapat menjadi salah satu sarananya.
b. Sarana untuk Pemahaman (A Tool for Understanding)
Menulis dapat mengikat kuat suatu ilmu pengetahuan ke dalam otak. Sesuatu yang diikat tersebut akan lebih menancap kuat jika diikat dengan erat. Menulis sebenarnya menancapkan pemahaman kuat dalam otak penulis, yang artinya menulis untuk pemahaman.
c. Membantu Mengembangkan Kepuasan Pribadi, Kebanggan, Perasaan Harga Diri (A Tool to Help Developing Personal Satisfaction, Pride, A Feeling of Self Worth)
Kegiatan menulis dapat meningkatkan rasa percaya diri seseorang. Melalui rasa percaya diri tersebut, seseorang dapat mengetahui bahwa sebenarnya ia memiliki kamampuan terpendam yang belum diberdayakan. d. Meningkatkan Kesadaran dan Penyerapan Terhadap Lingkungan (A Tool
for Increasing Awareness and Perception of Environment)
Seorang penulis akan diasah kepekaannya, bukan hanya peka terhadap bahan yang akan ditulis tetapi juga mengembangkan sikap peduli
terhadap orang lain yang menderita. Selanjutnya dengan menulis, seorang penulis akan dapat membiasakan diri untuk menjadi manusia yang kreatif, inovatif dan peduli terhadap masalah lingkungannya.
e. Keterlibatan Secara Bersemangat dan Bukannya Penerimaan yang Pasrah (A Tool for Active Involvement not Passive Acceptance)
Penulis adalah seorang pencipta dan orang yang kreatif. Jika ada sesuatu yang kurang baik, mereka akan mengkritisi hal tersebut. Seorang penulis tidak akan membiarkan hal buruk terjadi pada lingkungan sekitarnya, karena hatinya sudah terbiasa tergerak untuk menyuarakan gagasan. f. Mengembangkan Suatu Pemahaman Tentang dan Kemampuan
Menggunakan Bahasa (A Tool for Developing An Understanding of and Ability to Use the Language)
Bila seseorang ingin menulis harus menguasai bahasa yang akan dijadikan alat untuk menulis. Jika tidak memiliki kemampuan menulis yang mumpuni, maka tulisannya tidak maksimal. Artinya, kalau seseorang jarang menulis maka ia dapat dikatakan tidak mempunyai kemampuan berbahasa tulis dengan baik.
Keenam manfaat menulis yang telah disampaikan tersebut dapat dikatakan bahwa, menulis dapat berguna untuk diri sendiri atau pun orang lain. Kegiatan menulis dapat membantu penulis menuangkan gagasan yang dimiliki walaupun ia tidak bisa mengungkapkan secara lisan. Menulis juga dapat memberikan apresiasi terhadap diri sendiri atas pencapaian yang telah ditoreh. Namun menulis juga diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkuat pemahaman seseorang dalam menguasai ilmu tertentu.
3. Tujuan Menulis
Semua hal yang dilakukan memiliki tujuan tertentu, hal tersebut juga terjadi pada kegiatan menulis. Terdapat lima tujuan menulis yang diutarakan oleh Imron Rosidi, di antaranya adalah:25
a. Memberitahukan atau Menjelaskan
Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan sesuatu biasa disebut karangan eksposisi. Karangan eksposisi ialah karangan yang berusaha menjelaskan sesuatu kepada pembaca dengan memberikan bukti konkret. b. Meyakinkan atau Mendesak
Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak pembaca bahwa, gagasan yang disampaikan adalah benar sehingga pembaca dapat diharapkan untuk mengikuti pendapat penulis.
c. Menceritakan Sesuatu
Tulisan yang berusaha menceritakan sesuatu disebut dengan karangan narasi. Karangan narasi sendiri terbagi menjadi karangan narasi ekspositoris (nyata) dan narasi sugestif (fiktif).
d. Memengaruhi Pembaca
Tulisan yang bertujuan untuk memengaruhi pembaca disebut karangan persuasi. Karangan tersebut berisi mengenai imbauan atau ajakan kepada pembaca untuk melakukan sesuatu. Tulisan ini biasanya dilengkapi dengan fakta dan penjelasan, agar pembaca dapat meyakini dan terpengaruh oleh tulisan penulis.
e. Menggambarkan Sesuatu
Tujuan tulisan ini untuk menggambarkan sesuatu dengan jelas dan detail. Tulisan seperti ini dikategorikan sebagai karangan deskripsi, yaitu tulisan yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu sehingga pembaca seolah-olah dapat merasakan secara langsung.
Berdasarkan tujuan menulis menurut Rosidi di atas, dapat ditarik simpulan bahwa, tujuan menulis adalah untuk menuangkan ide atau gagasan penulis. Tulisan tersebut dapat berupa sebuah gambaran atau sebuah cerita yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca. Selain itu, hasil tulisan juga dapat memberikan informasi untuk menambah wawasan pembaca, penulis juga dapat memengaruhi pembaca lewat tulisannya, dan meyakinkan bahwa tulisan tersebut benar adanya.
4. Jenis-Jenis Tulisan
Penggolongan menulis dibagi dalam berbagai sisi, salah satunya adalah berdasarkan keobjektifan masalah dan isi serta sifatnya. Jenis tulisan yang dilihat dari keobjektifan masalah terbagi atas tiga jenis, yaitu tulisan ilmiah, tulisan populer, dan tulisan fiktif.26
Tulisan ilmiah ialah tulisan yang dilakukan di kalangan akademisi. Tulisan ini disusun dengan sistematika dan kaidah ilmiah yang telah ditetapkan. Biasanya tulisannya cenderung kaku dan penulis tidak bisa mengikuti kehendaknya.27 Oleh karena itu tulisan ilmiah sangat bersifat objektif, karena permasalahan tersebut biasanya telah diteliti dengan baik.28 Contoh tulisan ilmiah adalah skripsi, tugas akhir, proyek akhir, makalah, laporan praktikum, tesis, buku teks, dan disertasi.29
Selanjutnya terdapat tulisan populer. Tidak begitu banyak perbedaan dengan tulisan ilmiah, tulisan populer juga disajikan secara sistematis dan lugas. Akan tetapi hasil dari tulisannya masih dapat dipertanyakan, karena data yang dikemukakan tidak terlalu objektif. Meskipun demikian, data yang disajikan dapat dibuktikan kebenarannya.30
Jenis tulisan yang dilihat dari keobjektifan yang terakhir adalah tulisan fiktif. Pada tulisan fiktif, cerita dan fakta disajikan diwarnai dengan subjektivitas dan imajinasi penulisnya. Hal tersebut akan membuat berbagai penafsiran pembaca, karena bahasa yang digunakan cenderung bersifat konotatif. Contoh tulisan fiktif sering ditemui berupa puisi, cerpen, novel, dan drama.31
Penjenisan tulisan berdasarkan isi dan sifatnya terdiri atas, naratif, deskriptif, ekspositorik, persuasif, dan argumentatif. Sebuah tulisan dibentuk atas serangkaian paragraf, maka penjenisan tulisannya berdasarkan komposisi alineanya.32
26 Daeng Nurjamal, Warta Sumirat, dan Riadi Darwis, Terampil Berbahasa: Menyusun
Karya Tulis Akademik, Memandu Acara (MC-Moderator), dan Menulis Surat, (Bandung: Alfabeta, 2017), cet. ke-7, h. 69.
27 Nurudin, op. cit., h. 52.
28 Daeng Nurjamal, Warta Sumirat, dan Riadi Darwis op. cit., h. 70. 29 Ibid.
30 Ibid. 31 Ibid. 32 Ibid.
Tulisan naratif adalah tulisan yang berisi mengenai cerita. Meskipun dalam tulisan tersebut terdapat gambaran atas cerita, tetapi secara keseluruhan tulisannya bersifat cerita.33 Finoza dalam Dalman mengungkapkan bahwa, karangan narasi berasal dari kata naration yang artinya bercerita, ia adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menggambarkan tindak tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis.34
Lalu ada tulisan deskriptif yang berisi gambaran tentang suatu objek atau keadaan tertentu.35 Tulisan ini bertujuan untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan menggambarkan objek yang dituliskan. Finoza dalam Nurudin menjelaskan bahwa, penulis tidak boleh mencampuradukkan keadaan yang sesungguhnya dengan sudut pandang dirinya sendiri.36
Kemudian terdapat tulisan ekspositorik, yakni tulisan yang berisi tentang pembahasan yang terdiri dari persoalan beserta penjelasa yang terperinci.37 Tulisan ekspositorik menjelaskan pendapat yang membutuhkan fakta yang diperkuat dengan data. Tujuan tulisan ini untuk menyampaikan informasi dan menambah wawasan pembaca.38
Selanjutnya tulisan persuasif, yakni sebuah tulisan yang berusaha menonjolkan fakta tentang persoalan yang dijadikan untuk memengaruhi pembacanya.39 Melalui teks persuasi, penulis mencoba mengubah pandangan pembaca tentang sebuah permasalahan. Fakta yang ditampilkan dalam tulisan persuasi diharapkan dapat meyakini pembaca, agar mau melakukan sesuatu sesuai keinginan penulis.40
Terakhir terdapat tulisan argumentatif. Tulisan ini berisi tentang persoalan yang didukung dengan argumentasi untuk meyakinkan pembaca atas pendapat
33 Ibid.
34 Dalman, Keterampilan Menulis, edisi 1, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016), cet.
ke-5, h. 105.
35 Daeng Nurjamal, Warta Sumirat, dan Riadi Darwis, op. cit., h. 71. 36 Nurudin, op. cit., h. 60.
37 Daeng Nurjamal, Warta Sumirat, dan Riadi Darwis, loc. cit. 38 Dalman, op. cit., h. 120.
39 Daeng Nurjamal, Warta Sumirat, dan Riadi Darwis, loc. cit. 40 Nurudin, op. cit., h. 82-83.
yang dikemukakan.41 Penulis argumentatif harus memiliki keterampilan dalam bernalar dan menyusun ide yang logis.42 Ide dan gagasan tersebut akan memperkuat tulisan argumentasi yang disampaikan, agar pembaca percaya atas tulisan tersebut.
Kedua jenis tulisan tersebut menjadi salah satu tulisan yang sering ditemui. Jenis tulisan berdasarkan tingkat keobjektifan dapat dijumpai di mana pun, terlebih bagi seorang akademisi; yang menulis suatu hal lewat kaca mata netral/objektif. Bukan hanya sisi objektif yang dapat ditemui, tetapi juga pandangan subjektifitas dari para penulis fiktif.
Keterkaitan jenis tulisan dari sisi keobjektifannya dengan tulisan yang dilihat dari isi dan sifatnya, yakni tulisan-tulisan tersebut saling berkesinambungan. Sifat-sifat tulisan di atas dapat dijumpai dalam jenis tulisan dengan tingkat keobjektifannya. Cara penulis menuangkan gagasannya semua dilihat dengan cara ia menggunakan salah satu jenis tulisan, apakah penulis menuliskannya dengan cara mendeskripsikan sesuatu, menjelaskan sesuatu, atau bahkan sampai memengaruhi pembaca.
5. Karakteristik Menulis
Setiap penulis pasti mengharapkan tulisannya dapat disukai dan mudah dipahami oleh pembaca. Namun, untuk membuat tulisan yang baik maka harus ada syarat yang dipenuhi. Berikut ciri-ciri tulisan yang baik:43
a. Jujur, jangan memalsukan gagasan dalam sebuah tulisan, karena kurang memiliki pengetahuan terhadap bahasan yang ditulis.
b. Jelas, jangan membuat bingung pembaca dengan kalimat kompleks dan penjelasan yang bertele-tele.
c. Singkat, jangan membuang waktu pembaca dengan menulis hal yang tidak perlu.
d. Tidak monoton, jagan menggunakan kalimat yang sama, karena kalimat yang bervariasi akan menghilangkan kebosanan pembaca.
41 Daeng Nurjamal, Warta Sumirat, dan Riadi Darwis, loc. cit.. 42 Dalman, op. cit., h. 137.
Jadi ciri khas atau karakteristik tulisan yang baik ialah, tulisan yang dibuat berdasarkan kemampuan penulisnya tanpa menjiplak karya orang lain. Selain itu, dari segi penulisan juga harus ditulis secara jelas, singkat, dan tidak monoton. Hal tersebut dikarenakan agar pembaca mengerti maksud dari tulisan tersebut, tidak bosan selama membaca hasil tulisan, dan tidak banyak membuang waktu untuk membaca tulisan tersebut, karena isi tulisannya singkat tanpa bertele-tele.
6. Pembelajaran Jarak Jauh (Daring)
Proses pembelajaran atau pendidikan jarak jauh telah dilaksanakan jauh sebelum terjadinya pandemi Covid-19. Pengertian pendidikan jarak jauh disampaikan oleh Uno dalam Bambang Warsita, beliau memaparkan,
Diklat jarak jauh adalah pendidikan yang peserta Diklatnya terpisah dari pendidik/instruktur dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar dengan memanfaatkan TIK dan media lain. Dengan demikian, dalam Diklat jarak jahu, proses pembelajarannya terjadi secara terpisah dengan proses belajar peserta Diklat. Artinya, pembelajaran jarak jauh adalah sekumpulan metode pembelajaran di mana aktivitas pembelajaran dilakukan secara terpisah dari aktivitas belajar.45
Pendidikan jarak jauh telah berkembang dengan pesat. Perbedaan pendidikan jarak jauh dengan tatap muka adalah adanya keterpisahan antara pengajar dan peserta didik selama pembelajaran. Keterpisahan ini membutuhkan suatu media yang berperan sebagai jembatan antara pengajar dengan peserta didik. Penggunaan media jarak jauh sangat mengatasi masalah jarak, waktu, dan ruang. 46
Pembelajaran daring yang dilakukan saat ini bertujuan agar peserta didik tetap belajar di rumah, untuk menghindari wabah Covid-19. Tujuan lainnya ialah untuk mempersiapkan peserta didik di era digital, pembelajaran lebih santai, peserta didik dapat memanajamen waktu untuk belajar dan menyelesaikan tugas yang diberikan, dan waktu belajar lebih lama.47 Saide and Saide mendefinisikan bahwa, “Distance education as an educational process in which a significant
45 Bambang Warsita, Pendidikan Jarak Jauh: Perancangan, Pengembangan,
Implementasi, dan Evaluasi Diklat, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), cet. ke-1, h. 15.
46 Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, op. cit., h. 125.
47 Eka Putri Melania, “Pembelajaran Daring, Apakah Efektif untuk Indonesia?”, 2020,
proportion of the teaching is conducted by someone removed in space and or time from the learner”.48 Artinya adalah proporsi guru sedikit berkurang untuk melakukan pembelajaran dalam satu ruangan bersama peserta didik.
Selain itu, pembelajaran jarak jauh juga harus memiliki kesiapan. Dinn Wahyudin memaparkan kunci belajar dari rumah saat melakukan bincang di K-Lite 107.1 FM bersama Indra Charismiadji. Ia menyampaikan bahwa, pertama, peserta didik harus menjadi pembelajar mandiri artinya peserta didik harus dapat belajar dengan cara yang berbeda dibanding di sekolah. Kedua, orang tua yang telaten. Orang tua sebagai pendamping peserta didik di rumah, harus aktif sebagai asisten guru aslinya. Bukan hanya membantu dalam proses pembelajaran, tetapi juga menjadi fasilitator dan motivator bagi peserta didik. Ketiga, guru yang kreatif. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan TIK untuk merancang model pembelajaran daring. Hal tersebut dilakukan, karena sejatinya guru telah terbiasanya melakukan pembelajaran tatap muka di kelas.49
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan pembelajaran jarak jauh ialah metode pembelajaran yang dilakukan tanpa melalui tatap muka langsung. Pembelajaran jarak jauh dapat dilaksanakan di mana dan kapan pun, dengan menggunakan media yang dapat mendukung proses pembelajaran. Kegiatan ini sudah sejak lama dilakukan, namun karena saat ini dunia sedang dilanda pandemi hebat. Oleh sebab itu, lembaga pendidikan formal dari jenjang TK s.d. SMA juga harus melakukan pembelajaran daring, untuk terus melakukan proses pembelajaran selama pandemi berlangsung. Pembelajaran jarak jauh bukan hanya dilakukan untuk peserta didik dengan gurunya saja, tetapi peran orang tua di rumah juga sangat membantu peserta didik dan guru untuk melancarkan kegiatan belajar mengajar.
48 Anjum Bano Kazimi, dkk., “Quality Assurance in Distance Education: an Issue Needs
to be Resolved on Priority Bases in Pakistan”, TOEJDEL: The Online Journal of Distance Education and e-Learning, Volume 8, Issue 3, July 2020, h. 165.
49 Dinn Wahyudin, “Belajar dari Covid-19: Menuju ‘Kenormalan Baru’ Sistem
D. Teks Eksplanasi
1. Pengertian Teks Eksplanasi
Saat manusia mengekspresikan gagasan secara lisan atau tulis, itu tandanya telah menciptakan teks. Begitu pula dengan menyimak atau membaca, pada dasarnya telah mengintepretasikan makna teks.50 Secara sederhana teks dapat diartikan sebagai bentuk ekspresi komunikasi berupa tulisan, ucapan, gambar, atau simbol. Tujuannya untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.51 Teks ditulis agar pesan yang dituangkan dapat dengan mudah diterima pembaca. Oleh karenanya, penting untuk mempertimbangkan kemasan teks.52
Kemampuan teks mengakomodasi keperluan penutur bahasa disebabkan oleh fungsi sosial yang dimilikinya, yakni disebut “genre”. Istilah ini secara umum diuraikan sebagai sebuah proses sosial yang mengarah pada sebuah tujuan sosial tertentu. Lalu untuk mencapainya, maka jenis teks tertentu akan memerlukan unit wacana dan penyusunan yang benar. Oleh karenanya, sebuah teks akan mempresentasikan interaksi antaranggota sebuah komunitas budaya untuk bersama-sama mencapai tujuan sosial. Maksudnya ialah teks yang memiliki tujuan yang sama, maka akan memiliki struktur tahapan yang sama juga, sehingga teks-teks tersebut merupakan teks dengan genre yang sejenis.53
Oleh sebab itu, teks dapat didefinisikan sebagai bentuk ekspresi seseorang untuk berkomunikasi. Melalui teks seseorang dapat menyampaikan ide dan gagasannya kepada orang lain. Namun yang perlu diperhatikan adalah isi dari teks tersebut, penulisan teks harus sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca. Teks sendiri terbagi dalam beberapa jenis berdasarkan tujuannya. Selain itu, teks dengan struktur penyusunan yang serupa juga dapat digolongkan ke dalam satu jenis teks yang sama. Salah satu jenis teks yang dipaparkan pada penelitian ini
50 Endah Tri Priyatni, Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013,
edisi 1, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), cet. ke-3, h. 65.
51 Pardiyono, Pasti Bisa! Let’s Write! Ayo Mengarang! Integrated Learning, Text Dan
Type Text, Genre, Retorical Structure, (Yogyakarta: siGma, 2020), cet. ke-9, h. 2.
52 Ibid., h. 1-2.
53 Djatmika, Mengenal Teks dan Cara Pembelajarannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
adalah teks eksplanasi. Teks eksplanasi ialah teks yang bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena teks tersebut ialah teks eksplanasi.
Taufiqur Rahman mendefinisikan, “Teks eksplanasi adalah teks yang menjelaskan tentang proses terjadinya atau terbentuknya suatu fenomena alam atau peristiwa sosial”.54 Teks tersebut timbul karena ada peristiwa yang terjadi sebelumnya dan setelah itu mengakibatkan peristiwa lainnya. Teks ini memiliki fungsi sosial, yakni memberikan penjelasan kepada pembaca tentang proses terjadinya fenomena yang disusun menurut prinsip sebab-akibat.55
John Barwick dalam Djatmika dan Rachmad Isnanto pernah berpendapat bahwa, “An explanation text to explain how and why something in the world happens. It is about actions rather than about things.” Pendapat tersebut mengartikan, yakni teks eksplanasi dibuat untuk memberikan penjelasan tentang “bagaimana” dan “mengapa” suatu hal dapat terjadi. Teks tersebut tidak menekankan penjelasan terhadap suatu benda, tetapi penjelasan terkait tahapan yang dilalui oleh sebuah fenomena.56
Seperti teks pada umumnya, teks eksplanasi juga memiliki tujuan. Linda Gerot dan Peter Wignel, dalam Djatmika dan Rachmad Isnanto menyatakan, bahwa teks eksplanasi memiliki fungsi sosial “to explain processes involved in the formation or working of natural or sociocultural phenomena”. Kutipan tersebut dapat diartikan bahwa teks eksplanasi memiliki tujuan sosial untuk menjelaskan proses-proses cara kerja fenomena yang terjadi secara alami, yang berhubungan dengan sosiokultural. Tulisan tersebut berfungsi agar masyarakat mengetahui proses terjadinya sebuah fenomena.57
Penulisan teks eksplanasi banyak menggunakan fakta yang fungsinya sebagai penyebab atau akibat terjadinya suatu peristiwa. Bahkan, dapat dikatakan bahwa
54 Taufiqur Rahman, Teks dalam Kajian Struktur dan Kebahasaan, (Semarang: Pilar
Nusantara, 2017), cet. ke-1, h. 37.
55 Ibid., h. 37-38.
56 Djatmika dan Rachmat Isnanto, Writing Explanation Texts, (Bandung: Pakar Raya,
2019), h. 4.
teks tersebut hampir semuanya berupa fakta.58 Fungsi fakta dalam teks ekslpanasi untuk menyampaikan kebenaran dari informasi yang terdapat dalam tulisan. Informasi yang disajikan kepada pembaca sesuai dengan kenyataan yang terjadi, bukan rekayasa.59
Jadi, teks eksplanasi ialah sebuah teks yang menjelaskan suatu fenomena alam, sosial, budaya, dan sebagainya yang berlandaskan sebab-akibat. Isi teks eksplanasi berkaitan dengan proses terjadinya suatu fenomena yang ada. Selain itu, untuk memaparkan kejadian yang jelas dan rinci, teks eksplanasi membutuhkan fakta untuk memperkuat tulisannya agar pembaca mengetahui dan percaya pesan tulisan tersebut.
2. Struktur Teks Eksplanasi
Suherli memaparkan struktur teks eksplanasi. Ia berpendapat bahwa teks eksplanasi memiliki struktur kebahasaanya sendiri, sama seperti teks pada umumnya. Teks ini dibentuk oleh bagian-bagian, seperti berikut:60
a. Identifikasi fenomena (phenomenon identification), mengidentifikasi sesuatu yang akan diterangkan. Hal tersebut berkaitan dengan fenomena alam, sosial, budaya, dan lainnya
b. Penggambaran rangkaian kejadian (explanation sequence), memerinci proses kejadian yang relevan dengan fenomena yang diterangkan sebagai pertanyaan atas bagaimana atau mengapa.
1) Pertanyaan yang dimulai dengan bagaimana akan melahirkan uraian yang tersusun berdasarkan urutan waktu
2) Pertanyaan yang dimulai dengan mengapa akan melahirkan uraian yang tersusun berdasarkan kausalitas; kejadiannya disusun berdasarkan hubungan sebab-akibat.
58 Suherli, dkk., Bahasa Indonesia: Buku Guru/Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, edisi revisi, (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017), cet. ke-2, h. 67.
59 Ibid., h. 71. 60 Ibid., h. 80.