• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dan pembentukan serta pengembangan karakter (character building) bangsa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dan pembentukan serta pengembangan karakter (character building) bangsa"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidik atau guru merupakan komponen vital dan fundamental dalam proses pendidikan, yang mengedepankan proses pematangan kejiwaan, pola pikir dan pembentukan serta pengembangan karakter (character building) bangsa untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Keberadaan dan peran pendidik dalam proses pembelajaran tidak dapat digantikan oleh siapapun dan apapun. Pendidik yang handal, profesional dan berdaya saing tinggi, serta memiliki karakter yang kuat dan cerdas merupakan modal dasar dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas yang mampu mencetak sumberdaya manusia yang berkarakter, cerdas dan bermoral tinggi. Sumberdaya manusia yang demikianlah yang sebenarnya diperlukan oleh bangsa Indonesia untuk dapat bersaing dengan negara-negara lain dan dapat berperan serta aktif dalam perkembangan dunia di era global dan bebas hampir tanpa batas ini.1

Pendidik yang kuat dan cerdas bukan semata-mata pendidik yang secara fisik memiliki badan atau tubuh yang kuat dan pandai. Lebih dari itu, yang dimaksud dengan berkarakter kuat adalah di samping fisik yang kuat, pendidik harus memiliki kepribadian yang utuh, matang, dewasa, berwibawa, berbudi pekerti luhur, bermoral baik, penuh tanggung jawab dan memiliki jiwa keteladanan, dan memiliki keteguhan atau ketetapan hati untuk berjuang

1

Mochtar Buchori, Ilmu Pendidikan dan Praktik Pendidikan Dalam Renungan, (Jakarta: IKIP Muhammadiyah Jakarta Press, 2005), hlm. 16.

(2)

membangun dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia seutuhnya melalui tugas-tugas yang diembannya dan tidak mudah terpengaruh pada upaya-upaya atau kondisi yang dapat mengakibatkan mereka ke luar (out of track) dari “jalan dan perjuangan yang benar”. Sedangkan pendidik yang cerdas berarti memiliki kemampuan untuk melakukan terobosan dan pemikiran yang mampu menyelesaikan masalah dan melakukan pengembangan-pengembangan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan yakni membangun manusia seutuhnya baik dari segi intelektual maupun moral.2

Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis.3 Secara etimologi, karakter adalah segala bentuk perubahan yang layak dilakukan oleh manusia. Secara terminologi, karakter adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tertentu.4 Setiap individu memiliki karakter yang berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor dari dalam (intrinsik), meliputi: Intelegensi, jenis kelamin, umur, kedudukan dalam keluarga. Faktor dari luar (ekstrinsik), meliputi: peran keluarga, peran masyarakat, pergaulan, media massa.5

2

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas Dan Siswa, (Jakarta: Depdikbud, 2004), hlm. 41.

3

Sunarto dan B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 4

4

Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 224.

5

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya 1995), cet.10, hlm. 141

(3)

Dari hasil observasi diketahui kenyataan bahwa beberapa karakter atau tingkah laku yang ditunjukkan oleh siswa SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang terbagi menjadi dua yakni karakter yang negatif dan karakter yang positif. Adapun karakter yang negatif dari siswa SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang antara lain: setiap hari terdapat siswa yang datang terlambat ke sekolah, terdapat siswa yang tidak membawa buku/alat pelajaran pada jam pelajaran yang bersangkutan, terdapat siswa yang keluar kelas pada waktu jam pelajaran tanpa seizin guru, terdapat siswa yang tidak memakai seragam dan atribut sekolah dengan benar, terdapat siswa yang membawa barang-barang tanpa rekomendasi dari guru terkait seperti telepon genggam (HP) dengan alasan untuk berkomunikasi dengan orang tua karena rumahnya jauh, terdapat siswa yang mencorat-coret tembok, meja dan kursi di kelas.6

Iulah beberapa bentuk kenakalan yang dilakukan oleh siswa SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang. Siswa yang melakukan pelanggaran yang ringan maka pihak sekolah melalui guru kelasnya masing-masing akan memberikan teguran secara lisan agar jangan mengulangi perbuatannya. Akan tetapi apabila pelanggaran tersebut dianggap sebagai bentuk pelanggaran yang cukup berat, maka pihak sekolah melalui kepala sekolah akan memanggil orang tua untuk datang ke sekolah guna menyampaikan bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh siswa tersebut serta mencarikan solusi yang tepat agar perbuatannya tersebut tidak ditiru oleh siswa yang lain.

6

(4)

Sedangkan karakter yang positif dari siswa SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang, antara lain ada sebagian siswa yang mengikuti shalat dhuhur berjama’ah, siswa mengumpulkan dana sosial bagi temannya yang terkena musibah, siswa memberikan sebagian barang miliknya kepada teman yang membutuhkan, siswa mengucapkan kalimat-kalimat Thoyyibah, seperti mensyukuri nikmat yang diperoleh dengan mengucap “Alhamdulillah”, membaca “bismillah” ketika hendak mengerjakan sesuatu, siswa mengkuti Peringatan Hari Besar Islam di sekolah, siswa menjaga kebersihan kelas, siswa menghampiri guru ketika dipanggil, siswa menyapa jika bertemu dengan guru dan berjabat tangan ketika bertemu dengan guru, siswa membantu ibu bapaknya baik secara fisik maupun materil, serta siswa mau membantu keperluan teman/sahabatnya. 7

Dari hasil observasi diketahui bahwa beberapa upaya untuk membangun pendidikan karakter di SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang, antara lain: a. Pendidikan karakter ketika dalam pembelajaran di kelas, diwujudkan dalam bentuk: mengucap salam dan berdoa bersama dan menanamkan nilai-nilai sosial.

b. Pendidikan karakter dalam bentuk praktik atau kegiatan anak didik di luar kelas, diwujudkan dalam bentuk: berjabat tangan dengan guru, melakukan salat berjamaah, salat duha, dan tadarus, serta hormat atau tawadlu ketika bertemu dengan guru.8

7

Hasil observasi di SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang, 7 November 2012.

8

(5)

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk menyusun penelitian yang berjudul “Upaya Membangun Karakter Siswa di SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang”. Adapun alasannya sebagai berikut: 1. Sosok guru mempunyai peran penting dalam membimbing siswa untuk

belajar. Guru adalah orang yang digugu dan ditiru jadi pantaslah menjadi panutan bagi siswa untuk mengajarkan hal-hal yang baik.

2. Banyak faktor yang melatar belakangi terjadinya karakter siswa seperti kasih sayang dari orang tua, pendidikan agama, pergaulan bebas, dan lain sebagainya. Pada dasarnya siswa masih membutuhkan bimbingan dan pengawasan dari keluarga dan bila mereka sering menentang orang tuanya, bukan berarti bahwa semua yang ditentangnya itu dilakukan dengan sepenuh hatinya. Mereka hanya tak ingin diperintah dengan keras ataupun ditekan. Maka perlu adanya tindakan khusus untuk membimbing aktifitas pada siswa. 3. Dalam penelitian ini penulis memilih SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten

Batang sebagai objek penelitian karena dari hasil observasi didapatkan data bahwa siswa di sekolah dasar tersebut pada kenyataannya sedang dalam fase pertumbuhan yang biasanya suka protes dan berontak, sehingga dibutuhkan pembinaan dan penerapan dari nilai-nilai pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Penulis berasumsi bahwa hal ini disebabkan karena siswa dalam masa nakal dan suka bertindak sesuka hati mereka tanpa mempedulikan lingkungan, sehingga membutuhkan pendidikan agama dalam membentuk perilaku akhlakul karimah.

(6)

B. Rumusan Masalah

Penulis akan memaparkan beberapa masalah yang berkaitan dengan judul penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk karakter siswa di SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang?

2. Bagaimana upaya membangun karakter siswa di SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang?

3. Apa saja faktor yang menghambat dan mendukung upaya membangun karakter siswa di SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang?

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran judul penelitian ini, maka peneliti perlu memberikan penegasan istilah sebagai berikut:

1. Upaya

Upaya adalah usaha atau syarat untuk menyampaikan sesuatu maksud, suatu usaha yang dilakukan terus menerus.9

2. Membangun

Membangun adalah melakukan perbaikan dengan perencanaan yang matang.10

3. Karakter Siswa

Karakter berasal dari bahasa Yunani kharakter yang berakar dari diksi “kharassein” yang berarti memahat atau mengukir (to inscribe/to engrave), sedangkan dalam bahasa latin karakter bermakna membedakan tanda. Dalam bahasa Indonesia, karakter dapat diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan atau

9

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm. 1048.

10

(7)

tabiat atau watak. Karakter merupakan kualitas sifat, ciri, artibrut, serta kemampuan khas yang dimiliki individu yang membedakannya dari pribadi yang lain. Karakter memiliki arti tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seorang dengan yang lain. Karakter yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sifat yang melekat pada peserta didik yang diwujudkan dalam bentuk perilaku peserta didik tersebut. 11 Siswa adalah peserta didik; pelajar; anak didik. 12 Yang dimaksud dengan karakter siswa dalam penelitian ini adalah segala aktivitas baik dalam bentuk perbuatan atau tindakan, ucapan atau dengan kata lain adalah akhlak siswa yang tercover dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan hasil proses pembelajaran.

Berdasarkan penegasan istilah di atas, maka dapat diketahui bahwa maksud dari judul penelitian adalah penelitian tentang upaya membangun karakter siswa yang ada di SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan bentuk karakter siswa di SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang.

2. Untuk mendeskripsikan upaya membangun karakter siswa di SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang.

3. Untuk mendeskripsikan faktor yang menghambat dan mendukung upaya membangun karakter siswa di SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang.

11

Sri Narwanti, Pendidikan Karakter : Pengintegrasian 18 Pembentukan Karakter dalam

Mata Pelajaran (Yogyakarta: Familia, 2011), hlm. 1-2. 12

WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm. 1132.

(8)

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut: 1. Secara Teoretis

a. Sebagai bahan pengetahuan dan pembelajaran bagi guru dalam mendidik dan membimbing siswanya agar memiliki karakter yang baik.

b. Untuk menambah khazanah ilmu-ilmu pendidikan khususnya di bidang peranan guru dalam membimbing siswa belajar membangun karakter siswa.

2. Secara Praktis

Memberikan masukan kepada guru di SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang untuk membangun karakter siswanya.

E. Tinjauan Pustaka

1. Analisis Teoretis dan Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian ini digunakan banyak referensi untuk menghasilkan sebuah karya ilmiah. Selama proses pembuatan penelitian ini telah ditemukan skripsi dan buku-buku yang relevan, antara lain:

Karakter menurut Rutland mengemukakan bahwa Karakter berasal dari akar kata bahasa latin yang berarti “dipahat”. Secara harfiyah karakter artinya “kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi”. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak

(9)

atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lainnya, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian.13

Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat Indonesia sa`at ini. Istilah pendidikan karakter masih jarang didefinisikan oleh banyak kalangan. Kajian secara teoritis terhadap pendidikan karakter bahkan salah-satu dapat menyebabkan salah tafsir tentang makna pendidikan karakter.14 Beberapa masalah ketidaktepatan makna yang beredar di masyarakat mengenai pendidikan karakter dapat didefinisikan di antaranya sebagai berikut:

a. Pendidikan karakter : mata pelajaran agama dan PKN, karena itu menjadi tanggung jawab Guru Agama dan Guru PKN.

b. Pendidikan karakter : mata pelajaran budi pekerti.

c. Pendidikan karakter : pendidikan yang menjadi tanggung jawab keluarga, dan bukan tanggung jawab sekolah.

d. Pendidikan karakter : adanya penambahan mata pelajaran baru dalam KTSP.

e. Dan lain sebagainya.

Secara makna bahwa karakter ditemukan dalam bahasa yunani “karasso” berarti “cetak biru”, “format dasar”.15

Secara harfiyah karakter artinya “kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama, atau

13

M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter: Membangun Peradapan Bangsa, (Surakarta: Yuna Pustaka, 2010), hlm. 12.

14

Dharma Kesuma, Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktis Di Sekolah, 2011, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), hlm. 4.

15

Muhammad Badiran, Praktik Etika Pendidikan di Seluruh Wilayah NKRI, (Bandung: PT. Alfabeta, 2011), hlm. 152.

(10)

reputasi”(Hornby dan Parnwell). Menurut Kamus lengkap bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlaq atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari lain, tabiat, dan watak.16

Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.17 Definisi lain juga dikemukakan oleh Fakry Ghaffar adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.18

Menurut tokoh yang bernama FW Foerster salah satu tokoh terkenal di Jerman yang ikut dalam mencetuskan konsep pendidikan karakter. Konsep ini menekankan pada dimensi etis-spiritual dalam proses pembentukan pribadi. Adapun karakter pendidikannya adalah (1) nilai dijadikan sebagai tolak ukur, (2) mengkondisikan keteguhan prinsip bagi pelaku pendidikan, (3) keputusan pribadi sangat diunggulkan, dan (4) terciptanya keteguhan dan kesetiaan dalam proses pembelajaran.19

Menumbuhkan pendidikan karakter tentu saja bertujuan untuk menumbuhkan karakter positif. Untuk dapat mencapai tujuan terbentuknya karakter positif maka karakter tidak bisa lepas dari nilai-nilai tentang benar

16

M. Furqon Hidayatullah, Op.Cit., hlm. 12.

17

Dharma Kesuma, dkk, Op.Cit, hlm. 5.

18

Ibid, hlm. 5.

19

Moh. Rosyid, Revitalisasi Pendidikan Nasional, (Kudus: STAIN Kudus Press, 2007), hlm. 173-174.

(11)

dan salah.20 Seseorang dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam kehidupannya. Begitu pula seorang pendidik, ia harus memiliki nilai dan keyakinan yang dilandasi hakikat dan tujuan pendidikan serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik.21

Ada beberapa penelitian yang sudah dilakukan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini antara lain:

Hasil penelitian terdahulu oleh Roziyah dalam penelitiannya yang berjudul “Implementasi Pengembangan Bakat Peserta Didik Pada Sekolah Berbasis Pendidikan Karakter di SMP Plus Salafiyah Kauman Pemalang, 2011” menjelaskan bahwa sekolah berbasis karakter adalah sekolah yang berusaha mendidik peserta didiknya menjadi anak-anak yang berkarakter, sehingga menjadi kepribadian yang utuh. Maka dalam sekolah yang berbasis karakter, tidak hanya aspek academis saja yang di kedepankan, tetapi non academis juga, termasuk didalamnya adalah membangun karakter peserta didik dan pendidikan kecakapan hidup (Life Skill Educational).22

Kemudian menurut Rizza Muawanah dalam penelitiannya yang berjudul “Strategi Orang Tua Mendidikan Karakter Anak Sholeh Menurut Imam Al-Ghozali, 2010” menuliskan bahwa membangun karakter berarti

20

Abdullah Munir, Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Anak Sejak Dari Rumah, (Jogjakarta: PT. Pustaka Insan Mandani, 2010), hlm . XIII .

21

M. Furqon Hidayatullah, Op.Cit, hlm. 13.

22

Roziyah, “Implementasi Pengembangan Bakat Peserta Didik Pada Sekolah Berbasis Karakter Di Smp Plus Salafiyah Kauman Pemalang”, Skripsi Sarjana Pendidikan Agama Islam, (STAIN Pekalongan, 2011), hlm. 41.

(12)

membangun tata nilai. Dalam pembentukan sifat karakter yang baik perlu melibatkan peran-peran aktif dari semua aspek. Orang tua salah satu faktor penting dalam pembentukan anak Karakter, karena ligkungan keluarga yang dipenuhi dengan rasa kasih sayang dan saling menolong yang berdasarkan ikatan kuat antara keluarga, sehingga mempunyai andil besar dalam membentuk karakter anak, serta dapat memotivasi anak untuk membina dirinya dan meningkatkan kemampuan dan potensinya.23

Fokus penelitian ini adalah berusaha untuk menjelaskan tentang upaya membangun karakter siswa di SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang. 2. Kerangka berpikir

Berdasarkan kajian teoretis di atas maka dapat dibangun kerangka berpikir bahwa dalam partisipasinya sebagai pendidik dan pengajar, maka seorang guru tersebut tidak lepas dari beberapa tugas dan fungsinya. Adapun fungsi guru tersebut yang berperan sebagai pendidik dan pengajar meliputi empat hal, empat hal tersebut yaitu mengembangkan kepribadian, membimbing, membina budi pekerti dan memberikan pengarahan.

Tugas pokok guru yang berhubungan dengan peranannya sebagai pendidik dan pengajar, guru memiliki beberapa tugas yaitu guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangakan nilai-nilai hidup kepada anak didik, sedangkan tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik.

23

Rizza Muawanah, “Strategi Orang Tua Mendidikan Karakter Anak Sholeh Menurut Imam Al-Ghozali”, Skripsi Sarjana Pendidikan Agama Islam, (STAIN Pekalongan, 2010), hlm. 29-30.

(13)

Pendekatan guru sebagai pengajar, antara keduanya memiliki kesamaan dan tugasnya yaitu baik sebagai pengajar maupun pendidik tugasnya adalah meneruskan dan mengembangkan, letak perbedaannya adalah pada objek yang diteruskan dan dikembangkan, kalau mendidik meneruskan dan mengembangakan nilai-nilai hidup, sedangkan pengajar itu meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Guru memiliki lima pendekatan yang dominan yaitu: guru sebagai pendidik dan pengajar, guru sebagai pembimbing, guru sebagai penglola kelas, guru sebagai fasilitator dan guru sebagai evaluator (evaluator of student learning).24 Seorang guru harus selalu memikirkan perilakunya, karena segala yang dilakukannya akan dijadikan teladan oleh murid-muridnya dan masyarakatnya.

Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Figur yang satu ini akan senantiasa menjadi sorotan strategis ketika berbicara masalah pendidikan. Karena itu, guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah. Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualias. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang

24

(14)

signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas. Dengan kata lain, perbaikan kualitas pendidikan harus berpangkal dari guru dan berujung pada guru pula.

Dengan kerangka berpikir tersebut kiranya dapat dibuat alur atau skema sebagai berikut :

F. Metode Penelitian

1. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian, yang terdiri dari:

a. Pendekatan penelitian

Dalam penelitian ini jenis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang analisisnya tidak menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Penelitian ini menekankan analisisnya Guru

Keberhasilan proses belajar mengajar karakter siswa Siswa memiliki

karakter yang baik Kualitas pendidikan meningkat Lingkungan Sarana/Prasarana Proses Pembelajaran Pendidikan karakter Evaluasi Hasil Pembelajaran

(15)

pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika antara fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah. 25

b. Jenis penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan field research), karena merupakan penyelidikan mendalam (Indepth Study) mengenai unit sosial sedemikian rupa, yang mana penelitian ini dilakukan dalam kancah kehidupan yang sebenarnya, sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut. 26 Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analisis. Deskriptif analisis, bertujuan untuk menggambarkan data tentang upaya membangun karakter siswa di SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang.

2. Sumber Data

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, sehingga sumber data yang digunakan terdiri dari dua (2) yaitu:

a. Sumber Data Primer

Merupakan sumber data utama yang langsung berhubungan dengan pembahasan judul skripsi, yakni: kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang.

25

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), hlm. 5.

26

(16)

b. Sumber Data Sekunder

Merupakan sumber data penunjang dari data utama yang ada relevansinya dengan pembahasan dan sub batasan, yakni buku-buku kepustakaan yang berhubungan dengan penelitian ini.

3. Metode Pengumpulan Data

Penggunaan metode pengumpulan data secara tepat yang relevan dengan jenis data yang akan digali adalah merupakan langkah penting dalam suatu kegiatan penelitian. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan metode sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Metode observasi adalah suatu metode pengumpulan data di mana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung.27 Metode ini peneliti gunakan untuk mendapatkan data tentang bentuk karakter siswa dan upaya membangun karakter siswa di SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang.

b. Metode Interview

Metode interview adalah metode pengumpulan data melalui tanya jawab dan bercakap-cakap secara lisan.28 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode interview bebas terpimpin, sehingga tidak mengikat jalannya interview tersebut. Dengan demikian, pertanyaan-pertanyaan dapat ditambah dan dikurangi, tanpa mengganggu kelancaran jalannya interview dan akan membawa hasil yang akurat. Metode ini digunakan

27

Ibid, hlm. 108.

28

(17)

untuk memperoleh data tentang bentuk karakter siswa, upaya membangun karakter siswa, faktor yang menghambat dan mendukung upaya membangun karakter siswa di SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang, serta untuk memperoleh data-data lain yang berkaitan dan dibutuhkan dalam penelitian ini. Metode interview digunakan untuk melakukan wawancara dengan kepala sekolah, guru dan siswa SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan meneliti bahan-bahan yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, raport, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.29 Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang profil SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang, meliputi: tinjauan historis, letak geografis, visi dan misi, struktur organisasi, keadaan guru, karyawan dan siswa, serta keadaan sarana dan prasarana.

4. Metode Analisis Data

Analisis data adalah suatu usaha mengetahui tafsiran terhadap data yang terkumpul dari hasil penelitian. Data yang terkumpul tersebut kemudian diklasifikasikan dan disusun, selanjutnya diolah dan dianalisa. Analisa data tersebut merupakan temuan-temuan di lapangan.30

29

Ibid, hlm. 136.

30

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 192.

(18)

Untuk menganalisis data yang ada, akan digunakan analisis data kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis adalah prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan menggambarkan atau melukiskan subyek dan obyek penelitian (seseorang lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta yang nampak atau sebagaimana adanya, kemudian dicoba diadakan penegasan dan analisa sehingga nantinya akan membentuk dalam rumusan teori baru atau memperkuat teori lama, dengan menghasilkan modifikasi teori lama, dengna menghasilkan modifikasi teori bukan merumuskan teori, yang kemudian menjadi suatu kesimpulan mengenai upaya membangun karakter siswa di SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Adapun secara rinci sistematika penelitian skripsi tersebut sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penelitian Skripsi.

Bab II Guru dan Karakter Siswa yang meliputi: Bagian pertama tentang Guru, meliputi: Pengertian Guru, Tugas Pokok Guru, Syarat-Syarat Guru, Peran Guru, serta Tanggung Jawab Guru Dalam Proses Pembelajaran. Bagian kedua tentang Karakter Siswa, meliputi: Pengertian Karakter Siswa, Macam-Macam

(19)

Karakter Siswa, Bentuk-Bentuk Karakter Siswa, Karakteristik Karakter Siswa, serta Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter Siswa.

Bab III Gambaran Umum SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang. Bagian pertama tentang Profil SMP Islam Wonopringgo Pekalongan, meliputi: Tinjauan Historis, Letak Geografis, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa, serta Keadaan Sarana dan Prasarana. Bagian kedua tentang bentuk karakter siswa di SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang. Bagian ketiga tentang upaya membangun karakter siswa di SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang. Bagian keempat tentang faktor yang menghambat dan mendukung upaya membangun karakter siswa di SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang.

Bab IV Upaya membangun karakter siswa di SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang, meliputi: Analisis bentuk karakter siswa di SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang, Analisis upaya membangun karakter siswa di SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang, Analisis faktor yang menghambat dan mendukung upaya membangun karakter siswa di SD Negeri Wonosegoro 02 Kabupaten Batang.

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul : “ Implementasi Pendidikan Karakter Terhadap Pembentukan Karakter Bagi Siswa SD Kemiri I Pasuruan ” adalah hasil karya saya, dan dalam

Faktor-faktor apa yang mendukung penanaman karakter peduli sosial bagi mahasiswa pada kegiatan pengabdian masyarakat di BEM FKIP UMS?. Faktor-faktor apa yang menghambat

Untuk mengetahui kendala yang dihadapi pembelajaran PKn dalam membangun karakter cinta tanah air peserta didik di SMP Negeri Kembaran.. Untuk mengetahui upaya dalam mengatasi

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan pada lembaga dalam membangun sikap toleransi dalam upaya peningkatan kesadaran multikultural dan pembentukan karakter

Temuan penelitian menunjukkan bahwa: 1 Bentuk-bentuk kultur sekolah dalam pembentukan karakter siswa di SD Plus Rahmat Kota Kediri melalui kegiatan harian, program-program yang ada,

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran guru dalam perencanaan pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa untuk menjaga kedisiplinan siswa di SD

Untuk memahami apasaja faktor yang mendukung dan menghambat keberhasilan penerapan variasi metode pada mata pelajaran PAI di Sekolah Dasar Negeri I Bringin Batealit

Dengan peran dan kapasitas yang dimiliki oleh kepala sekolah diharapkan bisa membangun budaya organisasi yang positif di sekolah sehingga bisa meningkatkan