• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. hubungan kontraktual yang bekerja secara proposional. 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. hubungan kontraktual yang bekerja secara proposional. 1"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perjanjian adalah sebuah instrumen yang dapat mengakomodir dan mempertemukan kepentingan yang berbeda antara 2 belah pihak atau lebih. Melalui perjanjian, maka perbedaan tersebut selanjutnya dibingkai dengan perangkat hukum sehingga dapat mengikat beberapa pihak. Dalam perjanjian bisnis ada pertanyaan mengenai sebuahkepastian dan keadilan justru akan tercapai apabila ada perbedaan antara para pihak melalui mekanisme hubungan kontraktual yang bekerja secara proposional.1 Salah satu jenis perjanjian yang kian marak di kalangan masyarakat dan lembaga adalah perjanjian kredit.

Dikutip dari Usman menyatakan bahwa perjanjian kredit adalah perjanjian baku yang berisi klausul-klausul yang telah dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir tetapi tidak terikat dalam bentuk tertentu apabila perjanjian tersebut terikat antar individu.2 Namun apabila Individu dengan lembaga akan menjadi perjanjian kredit baku karena ada format khusus yang biasanya telah disiapkan oleh lembaga perkreditan. Dalam hal ini hal yang baku adalah isi perjanjiannya dan biasanya lembaga tidak memberikan kesempatan calon debitur untuk lebih detail membaca rinciannya karena pada intinya akan diutarakan secara lisan dalam perjanjian. Dalam hal

1 Novia Rani Aliftian Hadi dan Djulaeka, 2018, Peranan BPSK Dalam Sengketa Perjanjian

Kredit.RechtIdee, Vol. 13, No. 2, Desember 2018. Hal. 202

2 Ibid

(2)

2 ini, debitur adalah pihak yang berhutang ke pihak lain, biasanya dengan menerima sesuatu dari kreditur yang dijanjikan debitur untuk dibayar kembali pada masa yang akan datang. Pemberian pinjaman kadang memerlukan juga jaminan atau agunan dari pihak debitur. Debitur sama dengan konsumen dalam transaksi jual beli dan di transaksi simpan pinjam istilahnya adalah debitur.

Salah satu lembaga yang sering bahkan memiliki kegiatan untuk melakukan perjanjian kredit adalah lembaga keuangan atau lembaga perbankan. Dalam hal ini perkembangan lembaga perbankan sebagai jasa keuangan di lingkungan masyarakat semakin digemari apalagi dengan banyaknya produk yang ditawarkan pada konsumen tentu tidak akan membuat konsumen diam saja dan tentu akan mencari tahu kelebihan dan kekuranga produk tersebut. Aktivitas lending atau peminjaman uang menjadi salah satu bentuk transaksi yang telah ada sejak lama. Dalam dunia perbankan biasanya digunakan istilah kredit yang berarti meminjam sejumlah uang atau membeli sebuah properti dan mengembalikan secara berjangka dalam periode yang telah ditentukan. Selain debitur, pihak utama adalah kreditur yaitu Lembaga atau Bank yang berlaku sebagai pemberi pinjaman.

Perkembangan ekonomi semakin pesat dan kehadiran lembaga perbankan menjadi hal penting di kalangan masyarakat. Pasal 1 ayat 2 UU No. 10 tahun 1998 dijelaskan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat sebagai bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dalam rangka meningkatkan taraf hidup

(3)

3 rakyat banyak maka kredit ini menjadi sebuah analisis penting di lingkungan perbankan karena perbankan syariah adalah lembaga perkreditan resmi yang sesuai legalitas undang-undang. Dalam hal ini Kredit merupakan salah satu sumber pendanaan yang penting bagi masyarakat yang juga mempunyai resiko dalam pelaksanaannya dan resiko tersebut akan ditanggung baik oleh bank maupun oleh debitur.

Debitur atau nabah sebagai seorang konsumen tentu ada beberapa hak yang harus diperoleh dan telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut UUPK), yang membuat konsumen setara dengan pihak pelaku usaha atau penjual jasa atau produk apabila terjadi sebuah masalah antara konsumen dengan bank.

Berkaitan dengan kredit, salah satu perbankan syariah yang juga aktif dalam proses pembiayaan adalah CIMB Niaga. Pada konteks ini CIMB Niaga selaku kreditur salah satunya memiliki produk yang disebut kredit dan salah seorang nasabah yang disebut debitur melaporkan perkara bahwa PT. CIMB Niaga telah melakukan perjanjian wanprestasi yang merugikan dimana terkait pemindahtanganan buku tabungan pada pihak ketiga dan tanpa pemberitahuan pada konsumen atau nasabah dianggap sangat merugikan pihak nasabah dan atas adanya transaksi pemindahan dana sejumlahRp 282.900.000,00dari rekening Termohon yang ada pada Pemohon kerekening pihak ketiga/penerima dana yang ada pada Bank CIMBNiaga/Pemohon, Bank Mandiri, dan Bank NTB serta pembelian pulsatelepon genggam/hand phone tersebut dengan cara melakukan pemblokiran dan investigasi ke rekening

(4)

4 penerima dana pada BankCIMB Niaga, Bank Mandiri, dan Bank NTB, namun hasil investigasi menunjukkan bahwa dana sudah tidak ada lagi pada Rekening Penerima karena telah dilakukan pendebetan pada waktu yang berdekatan dengan transaksi penerimaan dana tersebut.

Keberatan perkara ini diajukan oleh debitur selaku konsumen pada Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (selanjutnya disebut BPSK). BPSK adalah badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen. BPSK dibentuk oleh pemerintah di daerah tingkat II ( kabupaten/kota) untuk penyelesaian sengketa konsumen diluar pengadilan, maka putusan BPSK bersifat final dan mengikat, tanpa upaya banding dan kasasi.3Proses berperkara di BPSK dapat dikelompokkan sebagai proses yang cukup sederhana. Hal ini berarti pemeriksaan atau penyelesaian sengketa dilakukan hanya pada sengketa konsumen saja. Jadi, dalam setiap sengketa konsumen, salah satu pihak yang wajib adalah pihak konsumen dalam sengketa tersebut. Tanpa adanya konsumen atau yang mewakilinya sebagai salah satu pihak, maka sengketa itu bukan sengketa konsumen.4

Keberadaan BPSK diharapkan mampu menengahi masalah antara pelaku usaha dan konsumen namun, Penegakan hukum perlindungan konsumen dalam hal penyelesaian sengketa di BPSK masih terjadi ketimpangan dan menimbulkan kebingungan bagikonsumen khususnya dalam transaksi perbankan karena dimungkinkan dalam perjanjian perbankan ada

3 Zulham. 2013. Hukum Perlindungan Konsumen. Kencana Media Group

4 Susanti Adi Nugroho, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum Acara

(5)

5 bagian perjanjian yang kurang dipahami nasabah hingga muncul wanprestasi atau pengingkaran perjanjian.

Kasus yang terjadi mengenai perjanjian wanprestasi tidak sesuai dengan perjanjian awal menurut persepsi konsumen atau nasabah ini menimbulkan sebuah sengketa dimana ada perlawanan nasabah yang melaporkan ke BPSK dan dinyatakan oleh BPSK bahwa PT. CIMB Niaga bersalah dan berhak mengganti rugi atas kelalaiannya serta ketidakhadirannya saat putusan dibacakan. Masih tetap bertahan dengan paradigma lembaga bahwa menurut PT. CIMB Niaga mengenai kasus perdata yang terjadi pada nasabahnya ini bukanlah wilayah kewenangan BPSK karena menurut Pihak Bank, perkara ini merupakan perkara antara debitur dan kreditur, bukan kasus antara konsumen dan pelaku usaha. Sehingga permasalahan berlanjut ketika PT. CIMB Niaga melakukan perlawanan perdata pada nasabah dimana untuk menolak amar dari BPSK.

Hal ini ketika dibawa ke Pengadilan Negeri Medan dengan Putusan Perdata Nomor 696/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN.Mdn dijelaskan bahwa permohonan ditolak karena semenjak kejadian yang merugikan Termohon selaku debitur (Konsumen), selanjutnya Pemohon/Pelaku Usaha secara sepihak tanpa memberitahukan dan Persetujuan dari Pengaduan tidak memberikan jaminan keamanan dengan mengganti Nomor Rekening Pengadu semula ke nomor rekening yang baru tanpa adanya pemberitahuan kemudian hal itu telah mengakibatkan kerugian dari Pemohon karena atas kerugian yang menimpa Termohon belum diselesaikan sehingga tindakan PT. CIMB

(6)

6 Niaga jelas sangat melanggar hak-hak selaku konsumen sesuai dengan Pasal 4 undang-undang No. 8tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan yang telah merugikan Termohon selaku debitur ( Konsumen ).

Adapun anggota BPSK terdiri dari aparatur pemerintah, pelaku usaha, konsumen, dan produsen yang mendapatkan amanah khusus dari menteri. Selama menangani kasus konsumen, BPSK berhak melakukan pemeriksaan validasi laporan, meminta bukti, hasil tes laboratorium, serta bukti lain terkait pihak yang bersengketa sehingga bukan hal sulit BPSK untuk bekerjasama dengan pelaku usaha maupun konsumen dalam penyelesaian kasunya.

Ketidak setaraan kedudukan dalam perjanjian kredit bank ini menimbulkan risiko bagi pihak nasabah debitur, terutama isi perjanjian bank yang memuat klausul eksonerasi yang membebaskan bank sebagai kreditur dari kewajibannya. Hal ini tentulah merugikan nasabah debitur sebagai konsumen dari jasa yang diberikan bank. Pemohon menyatakan keberatan karena BPSK memutuskan amar yang tidak sesuai dengan pengajuan keberatan pemohon sehingga pemohon menolak atas keputusan tersebut dan dibawa ke ranah Pengadilan Negeri dimana dalam tuntutan perkaranya Pengadilan negeri menolak seluruhnya dengan alasan bahwa putusan BPSK sudah tepat dan benar, sesuai kaedah yang berlaku. Namun dalam putusan kasasi permohonan pemohon dikabulkan dan membatalkan putusan Pengadilan Negeri Medan.

(7)

7 Ketidak sesuaian yang dianggap oleh pihak bank ini kemudian dibawa ke putusan perkara kasasi dimana Mahkamah Agung justru mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: PT. Bank CIMB Niaga, Tbkdan membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 696/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN.Mdn. tanggal 14 Februari 2017 serta kemudian mengadili sendiri bahwa Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Medan tidak berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara a quo sehingga Termohon harus membayar biaya perkara pada semua tingkat peradilan, yang dalam tingkat kasasi ditetapkan sejumlah Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah);

Kewenangan BPSK memberikan konsultasi perlindungan konsumen melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku, melaporkan kepada penyidik umum, menerima pengaduan baik secara tertulis maupun tidak tertulis dan melakukan pemanggilan pelaku usah yang diduga telah melakukan pelanggaran lalu memanggi dan menghadirkan para saksi dalam proses penyelesaian sengketa. Badan penyelesaian sengketa memiliki kewenangan untuk membentuk majelis yang terdiri 3 unsur yaitu pemerintah, pelaku usaha dan beberapa konsumen. Dalam pasal 53 UUPK juga mengatur bahwa “Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksaan tugas dan wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Daerah tingkat II diatur dalam Surat Keputusan Menteri.” Terbentuknya BPSK merupakan amanat dari Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen jo. Pasal 2 Kepmenperindag No. 350.MPP/Kep/12/2001 mengatur bahwa disetiap kpta

(8)

8 atau kabupaten harus dibentuk BPSK. Pembentukan BPSK terdapat pada Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 90 Tahun 2001, Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 108 Tahun 2004, Keputusan Presiden Republik Indonesia No.18 Tahun 2005, Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 12 Tahun 2013, Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2014, Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 1 Tahun 2015.

Melihat kasus dan fenomena yang terjadi tersebut di atas maka peneliti memiliki ketertarikan untuk mengkaji lebih jauh mengenai“Kewenangan

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Dalam Mengadili Sengketa yang Bersumber Pada Perjanjian Kredit dan Wanprestasi’’.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang menjadi dasar ketertarikan penulis untuk meneliti, maka isu hukum yang akan dijelaskan penulis dalam bentuk rumusan masalah yaitu :

1. Bagaimana pertimbangan hakim terhadap kewenangan BPSK dalam mengadili sengketa perjanjian kredit dan wanprestasi antara Danny Vs PT. Bank CIMB Niaga pada tingkat Pengadilan Negeri Nomor. 696/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN.Mdn ?

2. Bagaimana pertimbangan hakim terhadap kewenangan BPSK dalam mengadili sengketa perjanjian kredit dan wanprestasi antara Danny Vs PT. Bank CIMB Niaga pada tingkat Mahkama Agung Nomor. 1162 K/Pdt.Sus-BPSK/2017 ?

(9)

9

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas yang menjadi dasar ketertarikan penulis untuk meneliti, maka tujuan penelitianini yaitu :

1. Untuk menganalisis hasil pertimbangan hakim dalam mengadili sengketa perjanjian kredit dan wanprestasi antara Danny Vs PT. Bank CIMB Niaga pada tingkat Pengadilan Negeri Nomor. 696/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN.Mdn

2. Untuk menganalisis hasil pertimbangan hakim dalam mengadili sengketa perjanjian kredit dan wanprestasi antara Danny Vs PT. Bank CIMB Niaga pada tingkat Mahkama Agung Nomor. 1162 K/Pdt.Sus-BPSK/2017

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan pemahaman lebih spesifik pada peneliti maupun peneliti selanjutnya mengenai peran BPSK dalam penyelesian masalah konsumen serta tahapan yang dilakukan BPSK dalam pengambilan keputusan.

b. Menerapkan teori pemahaman hukum acara perdata yang berkaitan dengan ilmu hukum gugatan seseorang terkait kasus perjanjian kredit dan wanprestasi

c. Lebih memahami ilmu pengetahuan tentang hukum perbankan khususnya di bagian jasa keuangan dalam bidang pinjam meminjam dan mendalami ketika praktek di lapangan.

(10)

10 2. Manfaat Praktis

a. Penelitian dapat dijadikan bahan pembanding dalam penelitian yang akan datang

b. Memberikan saran atau masukan terkait penyelesaian sengketa perjanjian kredit dan wanprestasi melalui BPSK.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian akan sangat mempengaruhi perolehan bahan hukum dalam penelitian yang bersangkutan untuk selanjutnya dapat diolah dan dikembangkan secara optimal sesuai dengan metode ilmiah demi mencapai tujuan penelitian yang dirumuskan. Penelitian hukum adalah suatu proses menemukan aturan hukum, prinsip hukum dan doktrin- doktrin hukum agar dapat membantu menjawab semua isu tentang hukum yang dihadapi.5

1. Metode Pendekatan

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah tinjauan hukum yuridis normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara studi dokumen/ literature dan disajikan secara sistematika sesuai dengan permasalahan penelitian yang ada. Adapun metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang- undangan dengan menelaah semua regulasi hukum atau perundang-undangan yang berkaitan dengan isu hukum yang akan diteliti , yaitu penelitian terhadap norma-norma yang terdapat dalam UUD 1945, UU No 8 Tahun 1999 tentang hak

5

(11)

11 perlindungan konsumen. Pendekatan perundang-undangan ini digunakan untuk mengkaji Kewenangan Badan Penyesaian Sengketa Konsumen Dalam Mengadili Sengketa yang Bersumber Pada Perjanjian Kredit dan Wanprestasi.

2. Jenis dan bahan sumber hukum a) Bahan hukum primer meliputi:

(1) Undang- undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

(2) Undang- undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang hak perlindungan konsumen

(3) Undang- Undang Perbankan Nomor 6 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia

Bahan hukum primer diperoleh dengan studi pustaka terhadap peraturan perundang-undangan yang relevan dengan permasalahan sehingga menemukan sebuah konsep yang digunakan terkait Kewenangan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Dalam Mengadili Sengketa yang Bersumber Pada Perjanjian Kredit dan Wanprestasi.

b) Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder diperoleh melalui buku-buku, dokumen Negara, laporan-laporan hasil penelitian,makalah-makalah, jurnal-jurnal ilmiah, dan artikel-artikel yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

(12)

12 c) Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier diperoleh dengan mengutip langsung dari kamus glosarium dan doktrin-doktrin yang berkaitan dengan perlindungan hukum yang diangkat penulis.

3. Teknik Pengumpulan bahan hukum

Pengumpulan dan Pengolahan data bahan hukum dikumpulkan melalui prosedur identifikasi peraturan perundang-undangan, serta klasifikasi dan sistematisasi bahan hukum sesuai permasalahan penelitian. Oleh karena itu, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara membaca,menelaah, mencatat membuat ulasan bahan-bahan pustaka yang ada kaitannya kasus penelusuran mengenai kualitas produk yang diterima konsumen saat pemesanan sebelumnya. 4. Analisis Bahan Hukum

Pengolahan data diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan dengan cara sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Sistematisasi berarti membuat klasifikasi terhadap bahan hukum tersebut kemudian diuraikan secara deskriptif untuk memperoleh gambaran yang dapat dipahami secara jelas dan terarah dan menjawab permasalahan yang ada pada penelitian. Kegiatan yang dilakukan dalam analisis data penelitian hukum normatif dengan cara data yang diperoleh di analisis secara kualitatif. Bahan hukum yang diperoleh selanjutnya dilakukan pembahasan, pemeriksaan dan pengelompokan ke dalam bagian-bagian tertentu untuk dikelolah dan dijadikan sebagai data informasi.

(13)

13

F. Sistematika Penulisan

Pada penulisan penelitian ini, penulis akan menyajikan dalam empat bab yang didalamnya terdiri dari sub bab sub bab, sistematika penulisannya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Hal yang dimaksudkan untuk menggali acuan umum dalam penelitian yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka dan Metode Penelitian yang meliputi jenis penelitian, pendekatan penelitian, bahanhukum, metode pengumpulan bahan hukum, pengolahan atau analisis bahan hukum, penelitian terdahulu dan sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hal yang dimaksudkan untuk menjadi acuan teoritis dan konseptual. Tinjauan pustaka menerangkan mengenai landasan teori tentang Hak Perlindungan Konsumen, BPSK, Perjanjian Kredit dan Wanprestasi.

BAB III PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi analisis yang akan diuraikan hasil dari penelitian yang dilakukan mengenai Kewenangan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Dalam Mengadili Sengketa yang Bersumber Pada Perjanjian Kredit dan Wanprestasi.

(14)

14

BAB IV PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dan saran.Pada bab ini disusun suatu kesimpulan terhadap pokok permasalahan yang telah dibahas sebelumnya. Sedangkan saran diperuntukkan bagi pembaca dan lembaga yang diteliti, agar saran yang dipaparkan dapat memberi pengetahuan dan manfaat dalam kebijakan manajemen sumber daya manusia, serta dapat dikembangkan menjadi bahan kajian penelitian berikutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Ansietas saat ujian atau beberapa literatur menyebut dengan istilah Test Anxiety berkaitan dengan tekanan yang dihadapi siswa untuk mencapai nilai yang tinggi

Mata kuliah ini membahas tentang bahasa pemrograman Pascal lanjutan meliputi : I/O, Looping, decision, operasi string, prosedur, fungsi, array, rekursi, set, record, pointer

Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, beberapa permasalahan dapat dikaji dan diteliti lebih mendalam dan tidak

dihasilkan oleh pemerintah daerah masih belum memenuhi kriteria nilai informasi yang diisyaratkan, diantaranya keterandalan. Mengingat bahwa keandalan merupakan unsur

Data dalam penelitian ini adalah kumpulan dialog-dialog dari Joan Jett dalam naskah film The Runaways karya Floria Sigismondi yang termasuk kedalam jenis dari

Harga grosir beras jenis IR di PIBC cenderung turun disebabkan menurunnya permintaan dari para pedagang antar pulau sedangkan harga cabe di PIKJ naik.. disebabkan pasokan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) kekerasan fisik yang paling sering melibatkan siswa adalah berkelahi; (2) pelaku tidak menganggap tindakan

memberitahukan kebakaran pada suatu ruangan yang baik akan terdiri dari : ƒ Sensor; untuk mendeteksi tanda-tanda kebakaran.. ƒ Mikrokontroller; untuk mengolah informasi dari sensor