• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERTANGKAP DI PERAIRAN DENDANG KABUPATEN BELITUNG TIMUR BANGKA BELITUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TERTANGKAP DI PERAIRAN DENDANG KABUPATEN BELITUNG TIMUR BANGKA BELITUNG"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MORFOMETRI, PERTUMBUHAN, DAN TINGKAT

KEMATANGAN GONAD RAJUNGAN (Portunus pelagicus)

YANG TERTANGKAP DI PERAIRAN DENDANG

KABUPATEN BELITUNG TIMUR BANGKA BELITUNG

MAKALAH SEMINAR Oleh : ADITYA NUGRAHA K2A 607 004 Pembimbing : Dr.Ir.Djoko Suprapto

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2011

(2)

RINGKASAN

Aditya Nugraha. K2A 607 004. Morfometri, Pertumbuhan, dan Tingkat

Kematangan Gonad Rajungan (Portunus pelagicus) yang Tertangkap di Perairan Dendang Kabupaten Belitung Timur, Bangka Belitung (Djoko Suprapto)

Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung Timur, pada tahun 2009-2010 produksi Rajungan di Kabupaten Belitung Timur mengalami penurunan dalam satu tahun terakhir sebesar 39,447 ton. Minimnya informasi mengenai aspek biologi rajungan, struktur populasi, habitat, pola pertumbuhan, distribusi dan life history, pendugaan stok dan tingkat eksploitasi Rajungan menyebabkan kurangnya perlindungan terhadap Rajungan dari ancaman eksploitasi yang tidak terkendali, sehingga perlu dilakukan satu studi mengenai aspek biologi sebagai langkah awal dalam usaha manajemen dan perlindungan terhadap sumberdaya kepiting Rajungan di alam.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan dan hubungan morfometrik Rajungan, hubungan morfometrik terhadap fekunditas, serta Tingkat Kematangan Gonad dan ukuran pertama kali matang gonad pada Rajungan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di TPI Batu itam Kabupaten Belitung Timur.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yang bersifat deskriptif. Ukuran sampel untuk pengamatan morfomerti diambil sebesar 10% dari total jumlah Rajungan yang didaratkan. Total selama dua minggu penelitian yang dilakuaka setiap hari mendapatkan 202 individu Rajungan (103 ekor Rajungan jantan dan 99 ekor rajungan Betina). Sampel untuk pengamatan fekunditas dan TKG diambil dari Rajungan betina yang telah mencapai TKG III dan TKG IV serta ovigerous. Sampling dilakukan setiap hari di TPI Batu itam dengan tujuan untuk mendapatkan data yang berurutan dan berkesinambungan.

Hasil dari penelitian mendapatkan nilai parameter “b” sebesar 3,2509 pada Rajungan jantan dan 3,1481 pada Rajungan betina. Hasil perhitungan fekunditas pada TKG III dan TKG IV mendapatkan kisaran sebesar 143.641-1.096.040 telur dan ovigerous mendapatkan kisaran sebesar 370.949-1.165.714 telur. Tingkat kematangan gonad dari penelitian ini adalah tingkat 4 dan ukuran pertama kali matang gonad pada Rajungan jantan dan betina masing – masing 94,4 mm dan 98,6 mm. Hasil perhitungan faktor kondisi pada Rajungan jantan didapatkan kisaran sebesar 5,71- 7,91 dan Rajungan betina didapatkan kisaran sebesar 5,70-8,37. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, sifat pertumbuhan Rajungan di Kabupaten Belitung Timur adalah allometrik positif (b > 3) dan dari hasil analisa korelasi mendapatkan bahwa fekunditas Rajungan memilki hubungan yang erat dengan lebar karapas. Hasil pengamatan tingkat kematangan gonad selama penelitian mengindikasikan bahwa saat itu merupakan musim pemijahan. Dari nilai faktor kondisi menunjukkan bahwa Rajungan jantan dan betina bertubuh pipih.

Kata kunci: Portunus pelagicus: Morfometri, Pertumbuhan, dan Tingkat

(3)

SUMMARY

Aditya Nugraha. K2A 607 004. Morphometric, Growth, Gonad Maturity Stages

Of Blue Swimmer Crab (Portunus pelagicus) in Dendang Waters East Belitung Regency, Bangka Belitung (Djoko Suprapto)

Based on data from of marine and Fisheries Office, East Belitung Regency, in 2009-2010 the production of blue swimmer crab in East Belitung Regency has been decreasing on year last year by 39,447 tons. The lack of information about biological aspect, population structures, habitat, growth pattern, distribution and life history, stock estimation and exploitation rate of blue swimmer crab cause the lack of protection toward the blue swimmer crab and uncontrolled exploitation threat. Therefore it is necessary to conduct a study about biological aspects as an initial stage in management and conservation efforts toward blue swimmer crab exploitation.

The purpose of this study was to determine the growth pattern and morphometric relationships, morphometric relationship with fecundity, gonad maturity stages and the size of the first gonad maturity Of Blue Swimmer Crab. Research was done in November-December 2011 in TPI Batu itam East Belitung.

The method used in this study was Descriptive Survey Method. The size of sample for morphometry observation was taken 10% from total number of landed crabs. The samples callected during the research was got 202 individual crabs (103 males and 88 females). Samples for observation fecundity and gonad maturity stages were collected Blue Swimmer Crab that have reached the gonad maturity of stage III and stage IV as well as ovigerous females. Sampling was done every day in TPI Batu itam in order to obtain the successive and continuous data.

The results has showed that value of “b” parameter were 3,2509 for male and 3,1481 for female crabs. The results obtained from the calculation of fecundity in the gonad maturity of stage III and stage IV ranging between 143.641-1.096.040 eggs and ovigerous have obtained ranging between 370.949-1.165.714 eggs. Gonad maturity stages of this research was the level 4th and the size of the first gonad maturity for male and female the each of 94,4 mm and 98,6 mm. The results from the calculation of condition factor in male crabs have obtained ranging between 5,71-7,91 and female crabs have obtained ranging between 5,70-8,37. According to the results of this study concluded that, the growth characteristic of the Portunus pelagicus on East Belitung regency is allometrik positive (b > 3) and from the results of correlation analysis found that crab fecundity to strong relationship with carapace width. The observation of gonad maturity stages during research indicated that the time was the spawning season. The value of condition factors show is that blue swimmer crab male and female have flat bodies.

(4)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perairan Dendang kecamatan Belitung Timur memiliki tekstur dasar berpasir dan lumpur berpasir yang merupakan habitat yang disukai oleh Rajungan, karena itu tidak mengherankan jika perairan Dendang menjadi daerah penangkapan Rajungan (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Belitung Timur, 2011). Rajungan memiliki nilai ekonomis tinggi, karena Rajungan memiliki daging dengan rasa yang lezat dan ukuran tubuh yang cukup besar. Kondisi inilah yang mengakibatkan peningkatan permintaan pasar.

Semakin meningkatnya permintaan Rajungan di Belitung Timur, mengakibatkan kegiatan penangkapan terhadap Rajungan semakin tinggi. Hal ini jika dibiarkan tanpa ada pengelolaan sumberdaya Rajungan dapat mengakibatkan dampak buruk bagi kelestarian sumberdaya Rajungan di Kabupaten Belitung Timur, karena Rajungan memiliki daya tahan yang relatif rendah terhadap tekanan penangkapan. Kekurang cermatan dalam pengelolaan sumberdaya Rajungan bisa berakibat berkurangnya kepadatan stok atau bahkan punahnya sumberdaya Rajungan. Langkah awal upaya untuk menjaga keseimbangan populasi Rajungan menurut Warmer (1977) adalah mengetahui faktor – faktor biologi Rajungan seperti tingkat kematangan gonad, faktor kondisi, fekunditas. Faktor tersebut dipengaruhi faktor internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi morfometri dan jenis kelamin dari Rajungan, sedangkan faktor eksternal antara lain, intensitas cahaya, salinitas, dan suhu.

Perumusan Masalah

Eksploitasi Rajungan di perairan Dendang dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar di Kabupaten Belitung Timur yang semakin meningkat. Nilai produksi Rajungan di Kabupaten Belitung Timur pada tahun 2007 mencapai 2483,728 ton mengalami penurunan pada tahun 2008 menjadi 2147,74 ton. Tahun 2009 produksi Rajungan mengalami penurunan sebesar 284,02 ton menjadi 1863,72 dan Pada tahun 2010 produksi Rajungan mengalami penurunan menjadi 1824,273 ton (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Belitung Timur, 2011).

Penurunan produksi Rajungan dikhawatirkan akan terus terjadi apabila kegiatan eksploitasi tersebut tidak diimbangi dengan pengelolaan sumberdaya Rajungan. Hal ini memungkinkan terjadi perubahan pada potensi Rajungan seperti perubahan ukuran hasil tangkapan Rajungan yang semakin kecil atau bahkan semakin langka ditemukan yang dapat mengakibatkan kepunahan, sehingga diperlukan informasi tentang faktor – faktor biologi yang meliputi ukuran tubuh dan tingkat kematangan gonad pada Rajungan.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi morfometri dari Rajungan yang meliputi panjang karapas, lebar karapas, dan berat tubuh serta mengetahui aspek pertumbuhan Rajungan yaitu hubungan lebar karapas dengan berat tubuh, faktor kondisi, Tingkat Kematangan Gonad, dan sifat pertumbuhan dan mengetahui hubungan berat tubuh dengan fekunditas dari Rajungan kemudian untuk mengetahui ukuran pertama kali matang gonad pada Rajungan.

(5)

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November - Desember 2011 di Tempat Penampungan Ikan Batu Itam, Dendang, Kabupaten Belitung Timur.

MATERI DAN METODE

Hipotesis

Untuk mengetahui hubungan lebar karapas dengan berat tubuh Rajungan digunakan uji korelasi Spearman dan Kendall’s Tau karena distribusi variabel – variabelnya tidak normal dan hubungan lebar karapas dengan fekunditas digunakan uji korelasi Pearson karena distribusi variabel – variabelnya normal. Maka diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Lebar Karapas terhadap Berat Tubuh Rajungan

HO = Tidak ada hubungan lebar karapas dengan berat tubuh Rajungan. H1 = Ada hubungan lebar karapas dengan berat tubuh Rajungan. 2. Lebar Karapas terhadap Fekunditas

HO = Tidak ada hubungan lebar karapas dengan fekunditas. H1 = Ada hubungan lebar karapas dengan fekunditas.

Kaidah pengambilan keputusan menggunakan pengujian nilai signifikasi dengan kriteria sebagai berikut :

Jika Signifikansi > 0,05, maka Tolak H1 dan Terima Ho Jika Signifikansi < 0,05, maka Tolak Ho dan Terima H1

Materi Penelitian

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel Rajungan (Portunus pelagicus) yang didaratkan oleh nelayan di Tempat Pendaratan Ikan Batu itam, Kabupaten Belitung Timur berjumlah 202 ekor, merupakan 10% dari jumlah populasi Rajungan yang tertangkap selama 2 minggu.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei yang bersifat deskriptif. Menurut Nazir (2003), metode survei adalah penelitian dengan observasi atau pengamatan dilakukan dalam rangka pengumpulan data untuk penelitian dengan cara pengamatan langsung terhadap sampel yang menjadi objek penelitian. Melakukan sampling langsung ke TPI Batu itam untuk mengumpulkan data mengenai Rajungan (Portunus pelagicus). Menurut Sandjaya (2006), metode deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual dari suatu kelompok ataupun suatu daerah kemudian melakukan analisa lebih lanjut mengenai kebenaran tersebut. Setelah pengumpulan data selesai dilakukan analisis data dan membuat kesimpulan tentang kondisi biologi Rajungan (Portunus pelagicus).

Teknik Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel Rajungan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah random sampling, dimana metode pengambilan sampel ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat umum, pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Sampel Rajungan (Portunus pelagicus) diperoleh dari hasil

(6)

tangkapan nelayan yang didaratkan di Tempat Pendaratan Ikan. Jumlah sampel Rajungan yang diambil sebanyak 10 % dari jumlah tangkapan nelayan dan dilakukan pengamatan Tingkat Kematangan Gonad dan perhitungan fekunditas pada Rajungan betina yang telah mencapai TKG III dan TKG IV serta yang telah

ovigerous. Menurut Gay dan Diehl (1992) untuk penelitian deskriptif, sampelnya

10% dari populasi. Pengambilan sampel dilakukan setiap hari selama dua minggu.

Analisis Data

1. Hubungan lebar karapas dan berat tubuh

Untuk mengetahui sifat pertumbuhan Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Dendang Kabupaten Belitung Timur, maka dilakukan analisis hubungan panjang berat. Adapun menurut Effendie (1997), analisa hubungan panjang berat dihitung dengan menggunakan rumus :

W = aLb Keterangan : W : Berat tubuh L : Lebar karapas a : Konstanta/intercept b : Slope/sudut tangensial

Nilai a dan b adalah konstanta yang diperoleh dari analisa regresi panjang dan berat. Menurut Effendie (1997), jika nilai b < 3 atau b > 3, disebut pola pertumbuhan allometrik, dimana nilai b < 3 disebut allometrik negative, sedangkan nilai b > 3 disebut allometrik positif, dan jika nilai b = 3 disebut pola pertumbuhan isometrik.

2. Faktor kondisi

Untuk mengetahui faktor kondisi Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Dendang Kabupaten Belitung Timur, maka dilakukan perhitungan faktor kondisi. Adapun menurut Bagenal (1978), faktor kondisi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan : K = Faktor Kondisi

W = Berat total Rajungan (gram) L = Lebar karapas Rajungan (cm)

3. Tingkat kematangan gonad (TKG)

Dasar penentuan tingkat kematangan gonad Rajungan dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap sampel gonad Rajungan yang didapatkan. Pengamatan dilakukan dengan melihat perubahan morfologi gonad pada Rajungan. Menentukan klasifikasi Tingkat Kematangan Gonad Rajungan dengan melihat kunci Tingkat Kematangan Gonad pada Rajungan menurut kaidah John dan Silvadas (1978) dalam Kasry (1985).

Dalam pendugaan rata – rata ukuran pertama kali rajungan matang gonad dihitung dengan menggunakan persamaan Spearman-Karber (Udupa 1986 dalam Herianti dan Waluyo, 1993) sebagai berikut :

(7)

Keterangan :

m = Log lebar karapas Rajungan pada kematangan gonad pertama.

xk = Log nilai tengah kelas lebar karapas yang terakhir Rajungan telah matang gonad.

x = Log pertambahan lebar karapas dari nilai tengah.

pi = Proporsi Rajungan matang gonad pada kelas lebar karapas ke-I dengan jumlah Rajungan pada selang lebar karapas ke-I.

ni = Jumlah Rajungan pada kelas lebar karapas ke-I. qi = 1 – pi.

M = Lebar karapas Rajungan pertama kali matang gonad sebesar anti log m, jika α=0,05, maka Selang Kepercayaannya 95% dari m adalah :

4. Fekunditas

Menurut Effendie (1997), perhitungan nilai fekunditas menggunakan rumus sebagai berikut : Keterangan: F = Fekunditas G = Berat gonad (gr) V = Volume pengenceran (ml) X = Jumlah telur

Q = Berat telur sebagian (gr)

Selanjutnya, dikatakan bahwa produksi jumlah telur bertambah secara exponen dengan bertambahnya ukuran tubuh. Sesuai dengan rumus dari Mantellato dan Fransozo (1997) dalam Aslan et al. (2003) :

F = aLb Keterangan :

F = Fekunditas (butir) L = Lebar Karapas (mm) a dan b = Konstanta

untuk menghitung hubungan korelasi dari lebar karapas dan fekunditas dilakukan uji korelasi dengan SPSS.

5. Uji korelasi dan arah hubungan

Kriteria dalam pengujian nilai korelasi (r) menurut Hasan (2002) adalah sebagai berikut :

 r = 0 maka tidak memiliki korelasi;

 0 < r ≤ 0,2 maka korelasi sangat rendah (lemah sekali);

 0,2 < r ≤ 0,4 maka memiliki korelasi rendah (lemah tapi pasti);  0,4 < r ≤ 0,7 maka memiliki korelasi cukup;

 0,7 < r ≤ 0,9 maka memiliki korelasi tinggi;

 0,9 < r ≤ 1 maka memiliki korelasi sangat tinggi dan kuat;  r = 1 maka memiliki korelasi sempurna.

(8)

Kriteria dalam penentuan arah suatu hubungan menurut Santoso (2011) adalah apabila diperoleh nilai b / X variabel (+), maka akan menggambarkan suatu hubungan yang positif, dalam hal ini dengan adanya peningkatan variabel X, maka akan meningkatkan variabel Y dan garis regresi yang tergambar bersifat miring ke kanan atas, dan demikian pula sebaliknya apabila diperoleh nilai b / X variabel (-), maka akan menggambarkan suatu hubungan yang negatif, dalam hal ini dengan adanya peningkatan variabel X, maka akan menurunkan (mengurangi) variabel Y dan garis regresi yang tergambar bersifat miring ke kanan bawah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Gambaran umum lokasi penelitian

Perairan Dendang terletak di sebelah selatan pulau Belitung yang memiliki luas perairan sebesar 24.160,01 ha dengan panjang garis pantai 49,1 km. Disekitar perairan terdapat 3 ekosistem yaitu ekosistem mangrove, ekosistem terumbu karang, dan ekosistem lamun. Ekosistem mangrove di sekitar perairan Dendang memiliki luas 370,27 ha dan luas dari ekosistem terumbu karang adalah 261,7 ha yang terdapat disekitar pulau - pulau kecil di perairan Dendang. Di perairan Dendang ekosistem lamun memiliki luas 60 ha.

Dari hasil pengamatan parameter fisika yang dilakukan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Belitung Timur dalam waktu 1 tahun yaitu dari bulan januari 2010 sampai desember 2010 didapatkan hasil yaitu kisaran suhu perairan Dendang sebesar 29 0C – 32 0C dimana suhu maksimum 32 0C terjadi pada bulan Agustus dan suhu terendah 29 0C terjadi pada bulan November. Salinitas di perairan Dendang dari hasil pengamatan didapatkan kisaran sebesar 30 ppm sampai dengan 33 ppm. Kecerahan di perairan Dendang dari tidak terhingga (dasar perairan terlihat dari permukaan air) sampai sampai dengan 3,4 meter dan didapatkan derajat keasaman (pH) sebesar 7,9 sampai dengan 8,4. Perairan Dendang memiliki 2 musim yaitu musim barat dan musim timur dengan rata – rata kecepatan angin 3 – 5 m/s. Pada musim barat ( Desember – Juni ) arus bergerak ke timur dengan kecepatan 3 – 5 m/s. Pada musim timur ( Juli – November ) arus bergerak ke barat dengan kecepatan 3 – 5 m/

s.Substrat dasar di perairan Dendang yaitu berpasir (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung Timur, 2011).

2. Distribusi lebar karapas Rajungan

Adapun distribusi ukuran lebar karapas dari Rajungan (Portunus pelagicus) selama penelitian berjumlah 202 ekor yang terdiri dari 103 ekor Rajungan jantan dan 99 ekor Rajungan betina. Didapatkan ukuran lebar karapas Rajungan bervariasi antara 67 mm - 164 mm. Pada Rajungan jantan memiliki kisaran ukuran lebar karapas antara 78 mm - 164 mm, sedangkan pada Rajungan betina kisaran ukuran lebar karapas antara 67 mm - 162 mm.

(9)

Gambar 1. Histogram Distribusi Lebar Karapas Rajungan yang Tertangkap Selama Penelitian.

Pada gambar 1 terlihat frekuensi kemunculan Rajungan jantan tertinggi terdapat pada modus kelas lebar karapas 114 mm – 124 mm dengan frekuensi kemunculan 26,2% dari 103 individu dan Rajungan betina pada modus kelas lebar karapas 125 mm – 135 mm dengan frekuensi kemunculan 28,3% dari 99 individu.

3. Hubungan panjang berat

Hubungan lebar karapas dan berat dari 200 individu rajungan yang digunakan sebagai sampel ditentukan dengan menggunakan persamaan logaritma sebagai berikut : Log W = log a + b log L, dimana W adalah berat (gr), L adalah lebar karapas (mm), a dan b adalah intersept dan koefisien regresi yang didapat dari analisis regresi.

Tabel 1. Hasil Perhitungan dan Analisa Regresi Panjang dan Berat Portunus

pelagicus yang Tertangkap Selama Penelitian.

Sex Parameter Hubungan Lebar Karapas dan Berat Tubuh Rajungan

n A b SE r Sifat Pertubuhan

Jantan 103 -1,4366 3,2509 0,0588 0,9424 Allometrik + Betina 99 -4,4686 3,1481 0,0721 0,9325 Allometrik + Total 202 -4,5618 3,1915 0,0657 0,9365 Allometrik + n = jumlah sampel; a = intercept; b = k. regresi; r = korelasi; SE = standart error

Gambar 2. Grafik hubungan lebar karapas dan berat tubuh Rajungan selama penelitian. y = 3,2509x - 4,6872 R² = 0,9424 y = 1,07x - 0,1775 R² = 0,8414 L o g bera t

Log lebar karapas

Hubungan lebar karapas dan berat tubuh

Jantan Betina Linear (Jantan) Linear (Betina) log W = -1,436 + 3,2509 log L r = 0,9424 n = 103 log W = -4,4689 + 3,1481 log L r = 0,9325 n = 99 log W = -4,5618 + 3,1915 log L r = 0,9365 n = 202

(10)

Gambar 3. Grafik hubungan lebar karapas dan berat tubuh Rajungan jantan dan betina yang tertangkap selama penelitian.

4. Tingkat Kematangan Gonad

Dari hasil pengamatan tingkat kematangan gonad Rajungan jantan dan betina dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Hasil pengamatan Tingkat Kematangan Gonad Portunus pelagicus yang Tertangkap Selama Penelitian.

Tingkat Kematangan Gonad Jantan Betina

Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase

I 11 10,7 14 14,1

II 10 9,7 17 17,2

III 13 12,6 12 12,1

IV 22 21,4 25 25,3

V 47 45,6 31 31,2

Dari hasil perhitungan pendugaan ukuran pertama kali rajungan matang gonad dihitung dengan menggunakan persamaan Spearman-Karber pada selang kepercayaan 95%, diduga Rajungan jantan dan betina pertama kali matang gonad pada ukuran lebar karapas masing – masing berukuran 94,4 mm dan 98,6 mm.

5. Faktor kondisi

Hasil perhitungan nilai faktor kondisi pada Rajungan jantan dan betina setiap interval kelas dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini :

Tabel 3. Hasil Perhitungan Faktor Kondisi Portunus pelagicus yang Tertangkap Selama Penelitian.

Interval Lebar Karapas (mm) Faktor Kondisi Jantan Betina 59 – 69 - 8,37 70 – 80 5,71 7,15 81-91 6,81 6,35 92- 102 6,34 6,51 103- 113 6,65 6,19 114 – 124 6,76 7,07 125 – 135 7,20 7,66 136 – 146 7,54 7,21 147 – 157 7,42 7,60 158 – 168 7,91 5,70

Dari tabel diatas terlihat nilai faktor kondisi dari setiap interval kelas dari Rajungan betina dan Rajungan jantan. Pada Rajungan jantan kelas yang memiliki nilai faktor kondisi tertinggi pada interval kelas 158 mm - 168 mm dan terendah pada interval kelas 70 mm -80 mm. Rajungan betina memiliki nilai faktor kondisi tertinggi pada interval kelas 59 mm - 69 mm dan terendah pada interval kelas 81 mm - 91 mm.

6. Fekunditas

Dari hasil perhitungan fekunditas pada Rajungan yang telah mencapai TKG III dan TKG IV yang berjumlah 37 ekor didapatkan kisaran 143.641 butir – 1.096.040 butir. Fekunditas paling sedikit terjadi pada Rajungan dengan ukuran 102

(11)

mm dan paling banyak terjadi pada Rajungan dengan lebar karapas 162 mm. Hasil perhitungan fekunditas pada Rajungan yang ovigerous berjumlah 31 ekor didapatkan kisaran 370.949 butir – 1.165.714 butir. Fekunditas paling sedikit terjadi pada Rajungan dengan ukuran lebar karapas 116 mm dan paling banyak terjadi pada Rajungan dengan lebar karapas 157 mm.

Dilakukan analisis regresi untuk mengetahui hubungan antara lebar karapas (L) terhadap Fekunditas (F). Grafik hubungan antara lebar karapas dan fekunditas disajikan pada gambar 4 dan 5 di bawah ini.

Gambar 4. Grafik Hubungan Lebar Karapas dan Fekunditas pada Rajungan TKG III dan TKG IV yang tertangkap selama penelitian.

F = -1480081,50L17183,87

R = 0,833

Gambar 5. Grafik Hubungan Lebar Karapas dan Fekunditas pada Rajungan yang telah ovigerous yang tertangkap selama penelitian.

Pembahasan

1. Distribusi lebar karapas Rajungan

Besar kecilnya ukuran Rajungan yang tertangkap mengambarkan baik buruknya kualitas dan kuantitas tangkapan yang dilakukan nelayan di Periaran Dendang. Secara kualitas ukuran Rajungan jantan yang tertangkap di Perairan Dendang merupakan ukuran Rajungan yang belum dewasa, sedangkan Rajungan betina yang tertangkap merupakan ukuran Rajungan yang telah dewasa. Menurut Potter et al., (1983) Rajungan dengan ukuran lebar karapas > 127 mm telah berumur lebih dari 1 tahun.

y = 0,0334x - 0,1054 R² = 0,7658 y = 0,1545x - 13,206 R² = 0,7973 Fek u n d ita s ( x 1 0 0 0 0 b u tir) Lebar Karapas (mm)

Hubungan Lebar Karapas dan Fekunditas

TKG III TKG IV Linear (TKG III) Linear (TKG IV) F = -1436093,29L 15642,01 r = 0,883 F = -1320231,99L 15453,78 r = 0,892 y = 0,1721x - 14,838 R² = 0,8347 F ek un dita s (x 1 0 .0 0 0 bu tir) Lebar Karapas (mm)

(12)

Saat penelitian Rajungan jantan yang lebih banyak tertangkap dari pada Rajungan betina dan dilihat dari histogram distribusi lebar karapas terdapat dua modus pada Rajungan betina dan satu modus pada Rajungan jantan hal ini sesuai dengan hasil yang didapat kan oleh De Lestang et. al., (2003) di Perairan barat Australia. Hal ini disebabkan fishing ground dari nelayan di kecamatan Dendang yang cendrung menangkap di perairan dalam. Rajungan hidup di daerah eutuaria kemudian bermigrasi ke perairan bersalinitas lebih tinggi untuk menetaskan telurnya dan setelah mencapai ukuran Rajungan muda akan kembali lagi ke estuaria (Nyabkken, 1986). Dari hasil yang didapatkan dari distribusi lebar karapas bahwa Rajungan jantan lebih banyak tertangkap pada ukuran yang kecil dibandingkan Rajungan betina hal ini disebabkan pada saat penelitian merupakan musim pemijahan bagi Rajungan. Musim pemijahan Rajungan terjadi sepanjang tahun dengan puncaknya terjadi pada musim barat di bulan Desember Romimohtarto (2005). Bervariasinya ukuran dapat disebakan oleh faktor jenis kelamin,umur, dan ketersedaian makanan Hermanto (2004).

2. Hubungan lebar karapas dengan berat tubuh

Dari nilai (b) yang didapatkan mengindikasikan bahwa pola pertumbuhan Rajungan jantan, betina, dan total adalah allometrik positif, dimana b > 3 yang berarti pertambahan berat lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan lebar, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hermanto (2004). Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa Rajungan jantan lebih berat dari Rajungan betina dengan melihat nilai “b” pada Rajungan jantan lebih besar dari Rajungan betina karena betina lebih lebih banyak mengeluarkan energi untuk reproduksi sedangkan jantan untuk pertumbuhannya. Nilai koefesien korelasi yang didapatkan pada penelitian ini menunjukan adanya korelasi positif dan kuat antara berat tubuh dengan lebar karapas pada Rajungan selama penelitian, artinya pertambahan berat tubuh berhubungan erat dengan pertambahan ukuran lebar karapas karena nilai r yang didapatkan > 0,9 (Hasan ,2002).

Tingginya nilai parameter pertumbuhan (b) pada penelitian ini kemungkinan disebabkan adanya ketersediaan makanan yang baik dari segi kuantitas dan kualitas dalam menunjang pertumbuhan Rajungan, kondisi habitat yang sesuai, dan faktor lainnya seperti suhu dan salinitas. Nilai b yang didapatkan benilai positif dan persamaan garis yang didapatkan adalah linear positif, hal ini sesuai dengan hasil yang didapatkan oleh Abowei and George (2009) yang menggambarkan suatu hubungan yang positif pada hubungan lebar karapas dan berat tubuh yaitu setiap pertambahan lebar karapas akn diikuti pertambahan berat tubuh. Menurut Santoso (2011) nilai b variabel (+), maka akan menggambarkan suatu hubungan yang positif, dalam hal ini dengan adanya peningkatan variabel X, maka akan meningkatkan variabel Y dan garis regresi yang tergambar bersifat miring ke kanan atas.

Dalam beberapa kasus parameter pola pertumbuhan (b) bernilai besar pada famili portunid (Portunus pelagicus dan P. sanguinolentus) hal ini dapat dibandingkan dengan penelitian dari Atar et al., (2003) yang mendapatkan nilai b < 3 (allometrik negatif) pada Blue crab (Callinectes sapidus) di perairan Lagoon Lake Turkey. Menurut Chande dan Mgaya (2003), salinitas yang ideal untuk pertumbuhan Rajungan adalah 27 ppm – 32 ppm. Suhu yang baik untuk perkembangan Rajungan adalah 17 0C – 37 0C (Perkins, 1974). Berubahnya nilai

(13)

parameter pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran lebar karapas dan berat tubuh dari spesies tersebut (Atar et al., 2003). Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan pertumbuhan lebar karapas dan berat tubuh antara lain temperatur, salinitas, faktor ekologi, makanan, dan faktor lain seperti jenis kelamin, umur, waktu, dan area penangkapan (Offem et al., 2009).

3. Tingkat Kematangan Gonad

Dari hasil pengamatan Tingkat Kematangan Gonad selama penelitian Rajungan betina dan Rajungan jantan Tingkat Kematangan Gonadnya didominasi oleh stadia V masing – masing sebesar 45,6% dan 31,2%. Hal ini menunjukkan bahwa pemijahan Rajungan berlangsung terus menerus (sepanjang tahun) menunjukan pematangan gonad tidak serentak dari stadia belum matang ke stadia matang dan menunjukan saat penelitian adalah musim pemijahan, menurut Effendie (1997), Rajungan yang mendekati musim pemijahan akan ditandai dengan peningkatan persentase Tingkat Kematangan Gonad stadia III yang tinggi. Musim pemijahan Rajungan terjadi sepanjang tahun dengan puncaknya terjadi pada musim barat di bulan Desember, musim peralihan pertama di bulan Maret, musim Timur di bulan Juli, dan musim peralihan kedua di bulan September (Romimohtarto, 2005).

Rajungan jantan pertama kali matang gonad pada ukuran lebar karapas 94,4 mm dan Rajungan betina pada ukuran lebar karapas 98,6 mm. Hasil ini sesuai dengan hasil yang didapatkan Lestang (2000), ukuran pertama kali matang gonad pada Rajungan jantan dan betina di teluk Shark masing – masing 92,4 mm dan 96,5 mm. Ukuran pertama kali matang gonad di perairan Mayangan didapatkan Rajungan jantan matang gonad pertama kali pada ukuran 101,5079 mm dan Rajungan betina matang gonad pertama kali pada ukuran 122,2081 mm hal ini disebabkan oleh perbedaan letak geografis dan fishing ground dari nelayan di daerah tersebut sehingga Rajungan yang tertangkap didomoinasi yang berukuran besar. Nelayan pada umumnya membuang Rajungan yang baru molting karena karapasnya masih lemah dan beratnya kurang, dengan demikian nelayan menangkap Rajungan yang berukuran besar karena telah memiliki karapas yang keras dan berat yang cukup besar sehingga meningkatkan ukuran pertama kali matang gonad pada Rajungan yang diperoleh (García and Fernández, 2000). Dengan demikian Rajungan jantan mengalami kematangan gonad lebih pendek daripada Rajungan betina. Hal ini dapat disebabkan perbedaan parameter pertumbuhan sehingga dalam suatu kelas umur dapat terjadi perbedaan saat pertama kali matang gonad antara Rajungan jantan dan betina.

Perbedaan saat pertama kali matang gonad dari spesies yang sama dipengaruhi oleh variasi kecepatan molting (Hines, 1989). Efrizal (2006) menyatakan bahwa pada salinitas 28-30 ppm lama waktu perkembangan larva dari fase zoea ke fase crab membutuhkan waktu minimum 14-19 hari. Pada suhu 28 0C – 32 0C merupakan suhu optimal untuk molting pada Rajungan (Juwana, 1998). Ukuran kematangan seksual dipengaruhi oleh hormon, faktor lingkungan seperti suhu dan salinitas, serta makanan (Atmadja, 1994).

4. Faktor kondisi

Dari nilai faktor kondisi yang didapat menunjukan bahwa Rajungan jantan dan betina memiliki tubuh yang kurus kerena menurut Lawal-Are dan Kusemiju

(14)

(2000) nilai Kn dalam kepiting portunid umumnya tinggi yaitu diperoleh nilai K sebesar 7,62 - 9,97. Nilai faktor kondisi pada penelitian didapatkan lebih tinggi nilai faktor kondisi pada Rajungan jantan daripada Rajungan betina, hal ini sesuai dengan hasil yang didapatkan oleh Lawal dan Kusemiju (2000). Rajungan jantan menyimpan energinya untuk pertumbuhan dagingnya sedangkan Rajungan betina memanfaatkan energi yang tersimpan untuk reproduksi (Ikomi dan Sikoki, 2001). Menurut Tanod et al. (2000) perubahan salinitas terlalu besar dapat menyebabkan laju pertumbuhan Rajungan. Salinitas yang ideal untuk pertumbuhan Rajungan adalah 27 ppm – 32 ppm (Chande dan Mgaya, 2003).

Menurut Le Cren (1951) dalam Lumbanbatu (1979), nilai faktor kondisi berkaitan dengan jenis kelamin, makanan, dan kematangan gonad. Menurut Tanod

et al. (2000) faktor kondisi juga bisa memperlihatkan terjadinya musim pemijahan.

Hal ini disebabkan pada saat menjelang musim pemijahan populasi Rajungan pada Tingkat Kematangan Gonad stadia III semakin meningkat dibandingkan pertambahan lebar karapas.

5. Fekunditas

Fekunditas merupakan faktor yang sangat penting dalam memanajemen stok Rajungan. Fekunditas akan sangat bervariasi pada setiap spesies yang berbeda maupun pada spesies yang sama. Rajungan betina kawin hanya sekali dalam hidupnya, sperma dari perkawinan tersebut diletakan dalam semial receptacles dan dapat digunakan berkali – kali selama betina memijah, umumnya lebih dari dua kali selama priode 1 atau 2 tahun (Williams 1965 dalam Hill et al., 1989). Bervariasinya jumlah fekunditas yang ditemukan pada kepiting Portunidae dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain sebagian telur lepas atau hilang secara tidak sengaja dan fertilisasi (Aslan et al., 2003).

Kangsas (2000) sperma dalam spermathecum betina pada Callinectes sapidus dapat bertahan selama 12 bulan. Pada umumnya, famili portunuid akan memproduksi sebanyak 1 – 6 juta telur per spawning. Dari nilai korelasi yang didapatkan dari hasil penelitian ini semuanya di atas 0,9 berarti hubungan antara lebar karapas dan fekunditas sangat erat. Dari grafik hubungan lebar karapas dan fekunditas didapatkan hubungan yang linier positif, hal ini sesuai dengan hasil yang didapatkan oleh Raghunath Ravi et. al (2008) di Karela, India. Menurut Santoso (2011), suatu hubungan yang positif, dalam hal ini dengan adanya peningkatan variabel X, maka akan meningkatkan variabel Y dan garis regresi yang tergambar bersifat miring ke kanan atas yang berarti setiap penambahan lebar karapas akan diikuti dengan penambahan fekunditas.

Perbedaan jumlah telur yang diproduksi oleh Rajungan ukuran besar dengan Rajungan ukuran kecil, disebabkan karena Rajungan ukuran besar memiliki periode intermolt jauh lebih lama antara pemasakan dan pelepasan telur dari pada Rajungan muda dan Rajungan ukuran besar memiliki waktu yang lebih banyak untuk mengumpulkan cadangan energi yang diperlukan untuk menghasilkan telur (De Lestang et al., 2003). Kecepatan perkembangan telur setelah dilepaskan tergantung pada suhu air. Pada suhu 25 oC dibutuhkan delapan hari untuk telur untuk menjadi sepenuhnya dikembangkan dan siap untuk dilepaskan kembali (Smith, 1982). Aslan et al. (2003), menyatakan bahwa hubungan fekunditas dengan lebar karapas merupakan allometrik, yakni fekunditas Rajungan bertambah secara allometrik terhadap ukuran lebar karapas.

(15)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hubungan lebar karapas dengan berat badan Rajungan jantan dan betina sangat

kuat dan erat. Pola pertumbuhan pada Rajungan jantan dan betina bersifat allometrik positif.

2. Rajungan jantan pertama kali matang gonad pada ukuran lebar karapas berukuran 94,4 mm dan Rajungan betina pertama kali matang gonad pada ukuran lebar karapas 98,6 mm. Dilihat dari Tingkat Kematangan Gonad saat penelitian paling banyak didapatkan TKG V pada Rajungan jantan dan betina. 3. Nilai faktor kondisi Rajungan jantan tertinggi terjadi pada interval kelas 158 mm - 168 mm dan terendah pada interval kelas 70 mm - 80 mm. Sedangkan Rajungan betina memiliki nilai faktor kondisi tertinggi pada interval kelas 59 mm - 69 mm dan terendah pada interval kelas 81 mm - 91 mm. Dari nilai faktor kondisi tersebut Rajungan memiliki tubuh yang pipih.

4. Fekunditas Rajungan yang didapatkan saat penelitian berkisar antara 143.641 butir sampai 1.096.040 butir pada TKG III dan TKG IV. Fekunditas Rajungan yang telah ovigerous dari penelitian ini berkisar antara 711.779 butir sampai 1.165.714 butir.

Saran

Perlu adanya penelitian lanjutan dengan waktu pengambilan sampel yang lebih lama, dengan variasi ukuran yang lebih besar, dan lokasi yang lebih luas mengenai pendugaan stok, laju rekuitmen, dan tingkat mortalitas untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap guna mendukung pengelolaan sumberdaya Rajungan di Perairan Dendang, Kabupaten Belitung Timur.

DAFTAR PUSTAKA

Abowei. J. F. N, and George.A. D. I. 2009. A Study of the Length -Weight Relationship and Condition Factor of Callinectes amicola (De Rochebrune, 1883) from Okpoka Creek, Niger Delta, Nigeria. International Journal of Animal and Veterinary Advances 1(2): 66-72, 2009.

Anonim. 2011. Statistik Perikanan Tangkap Belitung Timur. Permerintah Kabupaten Belitung Timur Dinas Perikanan dan Kelautan.

Atar H. H. and Secer S. 2003. Width/Length-weight relationship of blue crab,

Callinectes sapidus (Rathburn, 1896). Population living in Beymelek

lagoon lake. Turk. J. Vet. Anim. Sci. 443–447.

Atmadja, S. B. 1994. Tingkat Kematangan Gonad Beberapa Ikan Pelagis Kecil. Jurnal penelitian perikanan Indonesia. 3(2): 83-89.

Aslan, L. O. M., W. Nurgaya., Sutriani, Risnawaty, W. O. Marlina., dan Nistiawaty. 2003. Biologi Rajungan Portunus pelagicus Linnaeus di Perairan Pantai Purirano, Kendari Sulawesi Tenggara. Seminar Nasional Crustacea ke-3. 20-21 Agustus 2003. IPB. Bogor.

Bagenal T. B. 1978. Methods of Assessment of Fish Production in Fresh Waters, 3rd cdn. IBP Handbook No 3. Pp. 126 – 130, 166 – 169.

(16)

Chande, A. I., and Y. D. Mgaya. 2003. The Fishery of Portunus pelagicus and species Diversity of Portunid Crabs Along The Coastal of Dar es Sallam, Tanzania. Western Indian Ocean. J. Marine Sci. 2(1): 75 – 84.

De Lestang, S, N.G. Hall and I.C Potter. 2003. Reproductive Biology of the Swimming Crab (Portunus pelagicus, Decapoda : Portunidae) in Five Bodies on the West Coast of Australia. Fishery Bulletin 101 : 745 – 757. Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan jilid I. Yayasan Pustaka Nusatama:

Yogyakarta.

Hasan, I. 2002. Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif). Bumi Aksara. Jakarta.

Heriyanti, H. I. dan Waluyo. 1993. Pendugaan Ukuran Pertama Kali Ikan Matang Gonad Beberapa Jenis Ikan Demersal di Perairan Utara Jawa. Jurnal Penelitian Perikanan Laut 78:46-58 p.

Hermanto, D. T. 2004. Studi Pertumbuhan dan Beberapa Aspek Reproduksi Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Mayangan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Perikanan, IPB. 78 hal.

Hill, J. D. L. Fowler, dan M. J. V. D, Avyle. 1989. Special profile: Life Histories and Environmental Requirements of Coastal and Invertebrates (Mid – Atlantic) Blue Crab. Biological Report 82 (11.100). Georgia Cooperative Fish and Wildlife Research unit. School of Forest Resources. University of Georgia. Athens.

Hines, A.H., 1989. Geographic Variation in Size Atmaturity in Brachyuran Crabs. Bull. Mar. Sci. 45 (2), 356–368.

Ikomi. R. B., Sikoki. F. D. 2001. Studies on the Distribution, Abundance, Growth Pattern and Dietary Habits of Brycinus nurse Ruppel, 1833 (Osteichthyes: Characidae) in the River Jamieson, Nigeria. Acta Ichthyol. Piscat. 31(1): 27-43.

Juwana, S. 1998. Studi Untuk Membut Diet Optimal Bagi Burayak Rajungan (Portunus pelagicus) : IV. Diet Semi Murni, Diet Murni dan Suhu Optimum. Terbitan Khusus Puslitbang Oseanoligi-LIPI.

Kangas, M.I. 2000. Synopsis Of The Biology and Exploitation Of The Blue Swimming Crab, Portunus pelagicus Linnaeus, in western Australia. Fisheries research report No.121.

Kasry, A. 1984. Pengaruh Antibiotik dan Makanan pada Tingkat Salinitas yang Berbeda Terhadap Kelulusan Hidup dan Perkembangan Larva Kepiting,

Sylla serrata (foskal) (Crustacea: Portunidae). Desertasi. Fakultas Pasca

Sarjana IPB. Bogor.

Lawal-Are, A. O and K. Kusmiju, 2000. Size Composition, Growth Pattern and Feeding Habits of the Blue Crab, Callinectes Amicola (drocheburne). In: Badagry logoon, Nigeria. J. Sci. Res. Dev., 4: 117-126

Lumbanbatu, D. T. F. 1997. Aspek Biologi Reproduksi Beberapa Jenis Ikan di Waduk Lahor, Jawa Timur Karya Ilmiah. Fakultas Perikanan. Institud Pertanian Bogor. Bogor Tidak dipublikasikan. 169 hal.

M. Nazir. 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Nybakken, J. W. 1986. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia. Jakarta.

Offem, B.O., Samsons, Y. A. And Omoniyi, I.T. 2009. Leght-weight Relationship, Conditon Factor and Sex Ratio of Forty Six Important Fishes in a Tropical

(17)

Flood River. Research Journal of Fisheries and Hydrobiology Nigeria, 4(2): 65 – 72, 2009.

Perkins, F. J. 1974. The Biology of Estuarine and Costal Waters. Academic Press Inc. (London) Ltd. New York.

Potter, I.C., Chrystal, P.J. and Loneragan, N.R. 1983. The Biology of the Blue Manna Crab P.pelagicus in a Australia estuary. Marine Biologi, 78; 75-85. Raghunath Ravi, Mary K. Manisseri and Somy Kuriakose. 2008. Relationship between morphometric characteristics and fecundity of Portunus

pelagicus (Linnaeus, 1758). Central Marine Fisheries Research Institute.

Kerala, India.

Romimohtarto, K dan S. Juwana. 2005. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut. Djambatan. Jakarta.

Sandjaya. 2006. Metode Penelitia Ilmiah. PT. Gramedia. Jakarta.

Santoso, S. 2011. Mastering SPSS. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Smith, H. 1982. Blue Crabs in South Australia – Their Status, Potential, and Biology. SAFIC, 6(5) 6-9.

Tanod, A. L., Sulistiono, dan S. Watanabe. 2000. Reproduction and Growth of Three Species Mudcrab (Sylla serrata, S. Tranquebarica, S. Oceanica) in Segara Anakan Lagoon, Indonesia. JSPS – DGHE Internasional Symposium. 10 (4) : 347 – 351.

Gambar

Gambar 1.  Histogram Distribusi Lebar Karapas Rajungan yang Tertangkap Selama  Penelitian
Gambar 4.  Grafik Hubungan Lebar Karapas dan Fekunditas pada Rajungan TKG  III dan TKG IV yang tertangkap selama penelitian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penelitian ini akan mengungkap tentang bagaimana tingkat produktivitas ekonomi pengrajin perempuan Dusun Mayak; bagaimana identitas keagamaan dan representasinya dalam

Penelitian ini sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya, khususnya untuk mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang juga ingin melakukan penelitian

Mega Jaya merupakan sebagai produsen kopi bubuk Sari Buana, lembaga pemasaran yang terlibat dalam memasarkan produk pada perusahaan yaitu pengecer besar dan pedagang

Berat kering akar pada macam bahan stek dan konsentrasi filtrat bawang merah (g) Peningkatan konsentrasi filtrat bawang merah memberikan kecenderungan hasil yang

Aksiologi: Nilai Kegunaan Ilmu Ceramah, Ekspositori, Inkuiri, dan Diskusi Kehadiran, Keaktifan Ketepatan Argumentasi Kerapihan Presentasi Menulis/meresume dari yang

Semua perilaku luhur dalam berdagang, bagi orang Jawa senantiasa merupakan urip mung sadrema nglakoni, artinya hidup hanya sekedar menjalankan apa yang sudah

2.1 Beban merata dari suatu bangunan yang relatif fleksibel diatas tanah lempung yang relatif lunak akan menyebabkan reaksi perlawanan tanah yang juga merata, namun akan