• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Domba merupakan jenis ternak potong yang tergolong ternak ruminansia kecil, hewan pemamahbiak dan merupakan hewan mamalia yang menyusui anaknya. Di samping penghasil daging yang baik, domba dan kambing juga menghasilkan kulit yang dapat di manfaatkan untuk berbagai macam keperluan industri kulit (Cahyono, 1998).

Keberhasilan usaha peternakan domba tidak terbatas pada usaha pengembangan populasi ternak yang dipelihara. Perawatan dan pengawasan terhadap kemungkinan serangan penyakit perlu mendapat perhatian yang serius. Penyakit yang sulit di tanggulangi atau di sembuhkan serta berbahaya bagi ternak yang lain harus di jauhkan. Dari segi ekonomi, apabila biaya pengobatan lebih tinggi daripada nilai ternaknya, maka dianjurkan di jual sebagai ternak potong (Sodiq dan Abidin, 2002).

Kecamatan Perbaungan merupakan salah satu daerah penyebaran populasi ternak di Kabupaten Serdang Bedagai yang berpotensi untuk dikembangkanya populasi ternak domba menjadi lebih baik lagi karena kawasan tersebut termasuk salah satu wilayah di Propinsi Sumatera Utara yang perkembangan populasi ternak dombanya pada tahun 2009 di Kecamatan Perbaungan mencapai 4.218. (Badan Pusat Statistik, 2009).

(3)

Tabel 1. Populasi Ternak Domba di Kabupaten Serdang Bedagai dalam Kecamatan No Kecamatan Luas Wilayah(km2) Jumlah Ternak domba Jumlah KK Kepadatan domba/KK 1 Perbaungan 111,620 4.218 923 4,569 2 Teluk Mengkudu 66,950 3.384 655 5,166 3 Pegajahan 93,120 2.420 317 7,634 4 Sipispis 145,259 2.273 238 9,550 5 Pantai Cermin 80,296 1.615 540 2,990 6 Serbajadi 50,690 1.570 452 3,473 7 Dolok Masihul 237,417 1.293 227 5,696 8 Sei Rampah 198,900 1.254 337 3,721 9 Bintang Bayu 95,586 832 136 6,117 10 Kotarih 78,024 664 113 5,876 11 Tebing Tinggi 182,291 617 270 2,285 12 Sei Bamban 72,260 590 610 0,967 13 Tebing Syahbandar 120,297 506 295 1,175

(4)

14 Bandar Khalifah 116,000, 410 232 1,767

15 Tanjung Beringin 74,170 158 516 0,306

16 Silinda 56,740 150 178 0,842

17 Dolok Merawan 120,600 112 156 0,717

Sumber : Badan Pusat Statistik (2009)

Tabel 2. Populasi Ternak Domba di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

No Desa Luas Desa ( Ha) Jumlah Ternak domba Jumlah KK Kepadatan domba/KK 1 Sei Sijenggi 292 521 114 4,570 2 Tanjung Buluh 729 497 112 4,438 3 Suka Beras 350 400 190 2,105

4 Deli Muda Hilir 643 469 243 1,930

5 Cinta Air 352 456 321 1,420

6 Lubuk Bayas 487 519 512 1,013

7 Pematang Tatal 232 352 425 0,828

(5)

9 Lubuk Rotan 365 385 520 0,740 10 Melati I 105 273 402 0,679 11 Lubuk Dendang 175 156 294 0,530 12 Adolina 1.723 135 290 0,465 13 Suka Jadi 445 320 887 0,360 14 Sei Buluh 83 264 808 0,326 15 Kesatuan 291 165 558 0,295 16 Tanah Merah 361 168 638 0,263 17 Kota Galuh 308 216 830 0,260 18 Melati II 1.180 261 1.027 0,254 19 Jumbur Pulau 274 233 943 0,247 20 Pematang Sijanom 4.710 237 1.425 0,166 21 Batang Terap 471 180 937 0,192

22 Sungai Naga Lawan 871 98 672 0,145

23 Lidah Tanah 638 92 965 0,095

24 Bengkel 145 87 990 0,087

25 Tualang 568 110 2.067 0,053

26 Cintaman Jernih 1.620 90 1.715 0,052

27 Simpang Tiga Pekan 164 87 2.402 0,036

28 Deli Muda Hulu 17 122 3.493 0,034

Sumber : Badan Pusat Statistik (2009)

Menurut Murtidjo (1993), potensi ekonomi ternak domba sebagai lapangan usaha memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan ternak besar lain yakni :

(6)

- Ternak domba relatif kecil dan cepat dewasa, sehingga usaha ternak domba memiliki keuntungan ekonomi yang cukup tinggi.

- Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang dalam pemeliharaanya tidak memerlukan lahan yang luas.

- Investasi usaha ternak domba membutuhkan modal relatif kecil

- Modal usaha untuk ternak domba lebih cepat berputar dibanding dengan jenis ternak ruminansia besar yang lain.

- Domba memiliki sifat suka bergerombol sehingga memudahkan dalam pemeliharaanya.

Usaha Peternakan Rakyat

Usaha peternakan rakyat mempunyai ciri-ciri antara lain: skala usaha kecil dengan cabang usaha, teknologi sederhana, produktivitas rendah, mutu produk kurang terjamin, belum sepenuhnya berorientasi pasar dan kurang peka terhadap perubahan – perubahan (Cyrilla dan Ismail, 1988).

Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak Pada umunya ciri-ciri usahatani yang ada di Indonesia berlahan sempit, permodalan terbatas, tingkat pengetahuan petani yang terbatas dan kurang dinamis, serta pendapatan petani yang rendah (Soekartawi et al, 1986).

Usaha ternak domba merupakan pelengkap yang baik pada usaha pertanian tanaman pangan dengan pemanfaatan bahan-bahan yang mungkin tidak dipergunakan dan penyerapan kelebihan tenaga kerja pada kebanyakan keluarga tani, walaupun begitu usaha ini mampu memberikan fungsi sosial yang sangat penting. Ternak domba berfungsi sebagai sumber dana untuk pendidikan anggota keluarga tani dan sebagai pemenuhan kebutuhan yang sifatnya mendesak (Suradisastra, 1993).

(7)

Pengembangan domba sebagai salah satu ternak potong masih banyak mengalami hambatan karena pemeliharaan domba dan kambing masih dilakukan secara tradisional. Pemberian pakannya hanya sekedarnya tanpa memperhitungkan kebutuhan standar gizi. Bahkan sering dijumpai domba dan kambing dilepas begitu saja untuk mencari makan sendiri. Tatalaksana program pemeliharaanya tidak baik dan kandangnya hanya di buat sekedar tempat berlindung dari terik matahari disiang hari dan dingin di malam hari (Cahyono, 1998).

Beberapa karakteristik sosial ekonomi peternak yang diduga berpengaruh terhadap pendapatan peternak yaitu :

a. Pengalaman Beternak

Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh terhadap penerimaan inovasi dari luar. Dalam melakukan penelitian, lamanya pengalaman diukur mulai sejak kapan peternak itu aktif secara msndiri mengusahakan usahataninya tersebut sampai diadakan penelitian

(Fauzia dan Tampubolon, 1991).

Mnurut Abidin dan Simanjuntak (1997), faktor penghambat berkembangnya peternakan pada suatu daerah tersebut dapat berasal dari faktor-faktor topografi, iklim, keadaan social, tersedianya bahan-bahan makanan rerumputan dan penguat. Disamping itu faktor pengalaman yang dimiliki peternak masyarakat sangat menentukan pula berkembangnya peternakan didaerah itu.

b. Tingkat Pendidikan

Model pendidikan yang digambarkan dalam pendidikan petani bukan pendidikan formal yang acap kali mengasingkan pertanian dan realitas. Pendidikan petani yang dikembangkan adalah pendidikan yang memungkinkan tiap-tiap pribadi berkontak dengan orang lain, pekerjaan dan dengan dirinya sendiri (kebutuhan, perasaan, dorongan, saling memberi dan menrima, berbicara dan

(8)

mendengarkan). Model pendidikan ini mempunyai ideal yang mengarah pada suatu sasaran agar petani mempunyai mentalitas yang baik yang disertai dengan penguasaan majemen dasar serta memiliki skill dalam praktek bertani, yang akhirnya membawa petani untuk memperoleh produksi yang optimal. Produksi yang optimal tentu merupakan suatu langkah penting untuk memenuhi kebutuhan

(Wiryono, 1997).

Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan keterampilan/pendidikan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja (Ahmadi, 2003).

Menurut Soekartawi (1986), menyatakan bahwa tingkat pendidikan peternak cenderung mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi dan teknologi baru. Peternak yang tingkat pendidikannya lebih tinggi seharusnya dapat meningkatkan lebih besar pendapatan peternak namun kenyataan di lapangan berbeda seperti yang telah diuraikan diatas karena pada dasarnya pernak yang ada di daerah peneltian masih tergolong berpendidikan rendah.

c. Umur/usia

Semakin muda usia peternak (usia produktif 20-45 tahun) umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi teknologi semakin tinggi Chamdi (2003).

d. Sistem Pemeliharaan

Sistem pemeliharaan intensif yaitu domba yang dipelihara dilakukan secara intensif dengan membutuhkan perhatian penuh dari pemiliknya, berupa kegiatan rutin sehari-hari dan kegiatan insidental. Seumur hidup ternak berada di kandang dan tidak bisa berkeliaran kemana-mana (Mulyono dan Sarwono,2007).

(9)

Sistem pemeliharaan semi–intensif adalah kegiatan pemeliharaan ternak domba dengan sistem pengembalaan yang dilakukan secara teratur dan baik.dalam kondisi tertentu, pemilik sudah mulai menaruh perhatian terhadap ternak domba yang dipeliharanya, terutama ketika ternak akan melahirkan dan digemukan untuk dipotong dengan mengurung ternak domba selama sehari penuh. Dalam hal ini pemilik sudah mulai menjaga kebersihan kandang dan memberikan obat-obatan/konsentrat sebagai tambahan makanan (Mulyono dan Sarwono,2007).

Sistem pemeliharaan ekstensif merupakan beternak domba secara tradisional yaitu campur tangan peternak terhadap ternak peliharaanya hampir tidak ada. Domba dilepas begitu saja dan pergi mencari pakan sendiri di lapangan pengembalaan, pinggiran hutan atau tempat lain yang banyak ditumbuhi rumput dan sumber pakan. Sesuai dengan habitat aslinya, domba menyukai pakan dari tanaman di daerah perbukitan (Mulyono dan Sarwono,2007).

Skala Pemilikan

Menurut Sodiq dan Abidin (2002), berdasarkan skala usaha dan tingkat pendapatan peternak usaha peternakan di klasifikasikan sebagai berikut:

1. Peternakan sebagai usaha sambilan.

Yaitu: tingkat pendapatan petani dari usaha ternaknya tidak lebih tinggi dari 30% total pendapatanya.

(10)

Yaitu : petani mengusahakan pertanian campuran (mixed farming) dengan usaha ternak sebagai cabang usaha lainya, pendapatan petani berkisar antara 30%-70% dari total pendapatan usaha ternak secara keseluruhan.

3. Peternakan sebagai usaha pokok.

Yaitu: usaha ternak menjadi usaha pokok, sedangkan usaha tani lainya hanya sebagai sambilan. Tingkat pendapatan petani berkisar antara 70%-100% dari usaha ternak.

4. Peternakan sebagai usaha industri.

Yaitu: usaha peternakan sudah menjadi suatu usaha pemeliharaan ternak dengan komoditas ternak terpilih (specialiced farming) dengan tingkat pendapatan mencapai 100%.

Pendapatan Usaha Ternak

Menurut Boediono (1998), biaya mencakup suatu pengukuran nilai sumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas yang bertujuan mencari keuntungan. Berdasarkan volume kegiatan, biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya adalah nilai dari semua pengorbanan ekonomis yaitu semua hal yang harus dikeluarkan untuk membuat suatu produk, yang diperlukan, yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan, dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk (Cyrilla dan Ismail, 1988). Biaya tetap (fixed cost) adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu, sedangkan biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah– ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan (Widjaja, 1999 ).

(11)

Asuransi, perbaikan rutin, pajak dan bunga modal termasuk kedalam biaya tetap, sedangkan pakan, pupuk, bibit, obat – obatan, bahan bakar dan kesehatan ternak termasuk biaya tidak tetap (Kay dan Edward, 1994).

Soeharjo dan Patong (1973), menyebutkan bahwa dalam analisis pendapatan diperlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Selanjutnya disebutkan bahwa tujuan analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang dan keadaan yang akan datang dari kegiatan usaha. Dengan kata lain analisis pendapatan bertujuan untuk mengukur keberhasilan suatu usaha.

Analisis usaha

Analisis usaha ternak merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu usaha ternak komersil. Melalui hasil analisis ini dapat dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang di hadapi. Analisis usaha peternakan bertujuan mencari titik tolak untuk memperbaiki hasil dari usaha ternak tersebut. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk merencanakan perluasan usaha baik menambah cabang usaha atau memperbesar skala usaha. Hernanto (1996), menyatakan bahwa analisis usaha dimaksudkan untuk mengetahui kinerja usaha secara menyeluruh. Ada tiga laporan utama yang berkaitan dengan analisis usaha yaitu :

(1) arus biaya dan penerimaan (cash flow), yaitu berupa biaya operasional

(2) neraca (balance sheet), yaitu berupa harta, utang dan modal

(3) pertelaan pendapatan (income statement), yaitu menyangkut laporan laba-rugi berupa pendapatan dikurangi dengan beban (biaya).

(12)

Pendapatan (income statement) lebih menunjukkan kepada sumber-sumber penerimaan dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk mencapai penerimaan tersebut. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan tersedianya dana riil untuk periode selanjutnya. Menurut Suharno dan Nazaruddin (1994), gambaran mengenai usaha ternak yang memilki prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya. Analisis usaha juga dapat memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya untuk bibit, pakan, kandang serta lamanya modal akan kembali dan tingkat keuntungan yang diperoleh.

Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen itu masih dapat di tingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila pendapatanya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi. Analisis usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu (Aritonang, 1993).

Gambar

Tabel 1. Populasi Ternak Domba di Kabupaten Serdang Bedagai dalam  Kecamatan  No  Kecamatan  Luas  Wilayah(km 2 )  Jumlah Ternak domba  Jumlah KK  Kepadatan domba/KK  1  Perbaungan  111,620  4.218  923  4,569  2  Teluk Mengkudu    66,950  3.384  655  5,166
Tabel 2. Populasi Ternak Domba di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang    Bedagai

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun Amerika adalah negara adidaya satu- satunya setelah Perang dingin, namun itu tidak menjadikannya terlepas dari masalah terorisme, dan meskipun Amerika telah memiliki

 Ekspansi ini diharapkan dapat mendukung target penjualan CSAP pada tahun 2018 yang diharapkan naik 14% menjadi Rp11 triliun dibandingkan dengan tahun lalu.. Penjualan dari

Pemahaman tentang sistem hirarki, prinsip, kriteria, indikator dan pengukur sangat penting untuk proses perumusan model kriteria dan indikator. Pemahaman tentang konsep dengan

Segala puji syukur hanya untuk Allah SWT yang atas tuntunan, kehendak dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir berjudul “Kajian Kualitas Air Waduk Cirata Sebagai

Dalam penelitian ini digunakan tiga jenis instrumen pengumpul data yaitu lembar penilaian RPP, lembar observasi proses pembelajaran biologi, angket peserta

Hasil penelitian terdahulu (HARSOJO dan ANDINI, 2003), menununjukkan bahwa pada bakso sapi yang diteliti ternyata kontaminasi bakteri cukup tinggi (11,4 x 10 7 koloni/g),

Di dalam kasus ahli waris pengganti di desa Kalisoka, peneliti menyimpulkan bahwa pembagian harta ahli waris pengganti tidak sesuai dengan pembagian yang ada di

Setelah data yang berbentuk nilai biner tersebut diterima oleh mikrokontroller maka data hasil output per frekuensi tersebut akan diletakkan secara berurutan di dalam memori