• Tidak ada hasil yang ditemukan

tujuan, penyusunan rencana pelatihan, pelaksanaan pelatihan dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "tujuan, penyusunan rencana pelatihan, pelaksanaan pelatihan dan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab V ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan dan rekomendasi yang didasarkan dari hasil temuan data lapangan dan pembahasan hasil.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil temuan lapangan dan pembahasan hasil yang dikemukakan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Prosedur Pelatihan PT. Wika In-Trade yang telah memiliki sertifikat standar ISO-9002 tentang standar manajemen mutu industri manufakturing dan QS-9000 tentang standar manajemen mutu industri aluminium casting produk metal khusus otomotif, telah memiliki prosedur pengembangan sumber daya pegawai yang terprogram, sistematis dan berkesinambungan. Prosedur pengembangannya dilaksanakan dengan tahap-tahap pemmusan

tujuan, penyusunan rencana pelatihan, pelaksanaan pelatihan dan

evaluasi.

Tahap pemmusan tujuan pelatihan dimulai dengan training need assesment yang bersifat receptive atau bottom-up. Analisis kebutuhan pelatihan diambil dengan memperhatikan tuntutan

(2)

kebutuhan lapangan atau kebutuhan pegawai dengan menilai kompetensi yang sudah dimiliki pegawai dibandingkan dengan kompetensi yang disyaratkan dimiliki untuk menyelesaikan tugas kerjanya. Hasil TNA tersebut disingkronkan dengan kebutuhan dan tujuan organisasi (perusahaan) untuk kemudian dimmuskan dalam mmusan tujuan pelatihan.

Cara pemmusan tujuan pelatihan seperti ini, sangat tepat dilaksanakan karena akan mengkaper semua kebutuhan sesuai tuntutan kerja di pemsahaan tersebut. Jadi mmusan tujuan yang tersusun akan betul-betul menggambarkan prilaku atau kompetensi yang hams dimiliki oleh pegawai bersangkutan untuk menyelesaikan tugas kerjanya.

Tahap penyusunan rencana pelatihan , dilaksanakan dengan didasarkan pada analisis kebutuhan dengan memperhatikan potensi dan kompetensi sasaran yang hams dimiliki sesuai standar kinerja pemsahaan. Kebutuhan tujuan pelatihan diusulkan dari bawah. Jadi rencana pelatihan disusun dengan melibatkan semua pihak yang akan terlibat dalam pelaksanaan pelatihan seperti calon peserta, pengawas, kepala seksi terkait, bagian personalia dan kepala pabrik. Trainer diambil dari pegawai senior berpengalaman seperti pengawas, kepala seksi terkait atau mungkin menggunakan instruktur ahli dari luar.

(3)

Sedangkan pelaksanaan pelatihan menggunakan metode dan

teknik On The Job Training dan Off The Job Training. Sistem

penyelenggaraan pelatihan yang memadukan kedua strategi tersebut

memungkinkan

peserta

mudah

memahami

dan

menguasai

pengetahuan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai sesuai

tujuan pelatihan. Metode off the job training yang dilaksanakan

belum diberdayakan secara maksimal, karena kurangnya sarana dan

prasarana pendukung yang memadai sehingga dalam pencapaian

tujuan pelatihan untuk menguasai berbagai kemampuan praktis

kurang berhasil. Alasan kurangnya sarana dan pra-sarana pendukung

yang memadai karena dana yang minim tidak memungkinkan untuk

pengadaan sarana dan pra-sarana tersebut.

Penggunaan metode On the Job Training untuk situasi dan

kondisi PT. Wika In-Trade, dirasakan lebih mengenai sasaran dan mempakan alternatif terbaik untuk saat itu. Dengan menggunakan kedua metode tersebut, khususnya on the job training, yang dilaksanakan dalam pemsahaan itu sendiri sebagai media

penyampaiannya, sangat memungkinkan bagi peserta pelatihan

untuk dapat lebih mengetahui, mamahami dan mudah dalam

mengaplikasikan hasilnya. Sedangkan untuk evaluasi dilaksanakan

dua tahap, pertama evaluasi hasil pelatihan dilakukan bersama antara

(4)

dampak dilakukan oleh pemakai lulusan pelatihan untuk mengetahui nilai praktis dalam aplikasi di tempat kerjanya, dapat diterapkan atau

tidak.

Implikasinya untuk situasi dan kondisi di PT. Wika In-trade, khususnya untuk pelatihan pada tingkat operator produksi, sebaiknya lebih menekankan pada penggunaan metode dan teknik pelatihan On

The Job Training dengan pemsahaan itu sendiri sebagai medianya

disamping metode offthejob training.

2. Pelatihan yang diselenggarakan PT. Wika In-Trade, menganut model pelatihan yang berorientasi pada kebutuhan peserta di lapangan dipadukan dengan kebutuhan dan tujuan organisasi. Kemudian dalam pelaksanaan pelatihannya menggunakan perpaduan dua metode On The Job Training dengan Off The Job

Training.

Dengan sistem penentuan tujuan yang didasarkan pada training

needs assesmen pegawai dilapangan yang sifatnya botom-up dan

kebutuhan serta tujuan organisasi (pemsahaan) didukung dengan penggunaan metode pelatihan yang tepat, maka hasilnya tampak bahwa peserta (pegawai) pelatihan mendapat tambahan peningkatan pengetahuan dan skil yang bermakna sesuai tuntutan kebutuhan lapangan pekerjaan.

(5)

Implikasinya untuk situasi dan kondisi perusahaan seperti

PT. Wika In-Trade, agar pelatihan bermakna dan dapat meningkatkan pengetahuan dan skill peserta, maka model pelatihan yang berorientasi pada kebutuhan peserta (pegawai) dan kebutuhan serta tujuan organisasi (pemsahaan) dengan menggunakan metode dan teknik pelatihan on thejob dan off thejob training sangat tepat. 3. Untuk situasi dan kondisi seperti PT. Wika In-Trade, penggunaan

model pelatihan dan metode pelatihan seperti yang disebut pada point 2, telah memberikan dampak yang positif terhadap penguasaan pengetahuan dan kemampuan (skill) yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan lapangan. Dengan demikian pengetahuan dan kemampuan (skill) yang diperoleh sangat menunjang sekali terhadap upaya penyelesaian tugas-tugas pekerjaan pegawai.

Implikasinya, Agar penguasaan pengetahuan dan kemampuan lulusan pelatihan lebih bermakna dan dapat diterapkan ditempat

kerjanya, maka hams menggunakan metode pelatihan yang tepat. Untuk PT. Wika In-Trade On The Job Training dengan pemsahaan

itu sendiri sebagai media pelatihannya sangat tepat.

4. Penggunaan metode on the job training dan off the job training dalam pelatihan secara sinergis, telah membantu mempermudah peserta pelatihan (pegawai) dalam memahami dan menguasai

(6)

materi-materi pelatihan bahkan menerapkannya dilapangan sesungguhnya.

Untuk situasi dan kondisi PT. Wika In-Trade yang terbatas sarana dan prasarana untuk pelaksanaan pelatihan off the job

training, maka lebih tepat pelaksanaan pelatihannya menggunakan

metode on the job training dengan teknik rotasi jabatan, instmksi jabatan, magang, coaching dan Iain-lain.

Implikasinya untuk situasi dan kondisi seperti PT. wika in-trade khusus untuk seksi produksi machining yang menuntut kemampuan skill yang tinggi untuk penyelesaian tugas pekerjaannya, lebih efektif menggunakan pelatihan on the job training.

5. Prosedur pengembangan SDM baik melalui Training maupun Re

training yang terprogram sistematis dan berkesinambungan dengan

model pelatihan yang berorientasi pada kebutuhan peserta dan organisasi, ditunjang dengan penggunaan metode pelatihan yang tepat, untuk situasi PT. Wika In-Trade, telah memberikan bukti bahwa tingkat penguasaan pengetahuan dan skill pegawai meningkat.

Dengan pengetahuan dan skill yang meningkat, telah memacu

pada peningkatan kinerja pegawai. Pada akhirnya kinerja pegawai

yang meningkat dapat mendorong pada peningkatan produktivitas

kerja pegawai secara optimal.

(7)

Implikasinya, Agar peningkatan pengetahuan dan kemampuan peserta bemilai guna dan dapat diterapkan atau diaplikasikan ditempat kerjanya sehingga berdampak positif pada peningkatan produktifitas pegawai itu sendiri, maka prosedur pelatihan hams memperhatikan :

• Perencanaan yang matang dimana mmusan tujuan didasarkan pada analisis kebutuhan lapangan yang sifatnya bottom-up dan kebutuhan serta tujuan organisasi.

• Pelaksanaan pelatihan hams ditata apik dengan melibatkan pelatih yang kompeten, metode yang tepat sesuai dengan kondisi dan situasi serta sifat dan karakteristik materi dan tujuan pelatihan yang ingin dicapai.

• Evaluasi yang kontinyu untuk mengetahui keberhasilan dari pelatihan itu sendiri dapat dijadikan bahan referensi untuk kegiatan pelatihan berikutnya

6. Meningkamya pengetahuan dan kemampuan {skill) pegawai sebagai akibat proses pelatihan yang terprogram, sistematis dan berkesinambungan, akan menghasilkan produk pelatihan yang memiliki kualifikasi ability pegawai yang andal. Dengan keandalan ability pegawai yang baik, telah memacu kinerja yang optimal sehingga menghasilkan produktifitas kerja yang baik. Produktifitas

(8)

individu pegawai yang tinggi dan diorganisir dengan baik akhirnya akan berdampak positif pada produktivitas pemsahaan itu sendiri.

Implikasinya, dalam pelaksanaan kerja dilapangan sesungguh nya, pihak pemakai lulusan, pihak manajerial, dan pimpinan pemsahaan hams memperhatikan faktor-faktor pendukung untuk menciptakan situasi kerja yang kondusif. Situasi kerja yang kondusif akan sangat membantu pada peningkatan produktifitas kerja pegawai dengan baik, yang akhirnya akan berdampak positif terhadap peningkatan produktifitas pemsahaan itu sendiri.

B. Rekomendasi

Berdasarkan pada pembahasan hasil temuan lapangan dan beberapa kesimpulan dari hasil penelitian di PT. Wika In-Trade, akhirnya diajukan beberapa rekomendasi sebagai implikasi dari hasil temuan penelitian ini. Rekomendasi hasil penelitian ini ditujukan kepada pihak pemsahaan dalam hal ini PT. Wika In-Trade, berkaitan dengan penyelenggaraan pelatihan, peserta pelatihan, Manajemen PT Wika In-trade, pemakai lulusan dan Lembaga penyelenggara pelatihan lainnya serta bagi penelitian selanjutnya.

7. Rekomendasi bagi Penyelenggara Pelatihan di PT. Wika In-Trade Proses pelatihan baik training maupun re-training yang

(9)

peserta, kebutuhan organisasi serta tujuan organisasi. Penggunaan kedua metode dan teknik pelatihan belum ditopang oleh sarana dan prasarana yang memungkinkan berjalannya pelatihan secara maksimal temtama untuk penggunaan metode off the job training.

Proses pelatihan yang dilaksanakan PT. Wika In-Trade menekankan pada kebutuhan peserta (pegawai), kebutuhan organisasi dan tujuan organisasi. Penggunaan metode dan teknik pelatihan on the job training telah memberikan bukti keseriusan upaya PT. Wika In-Trade dalam mengembangkan sumber daya manusianya.

Metode pelatihan on the job training dirasa sangat tepat digunakan untuk situasi dan kondisi PT. Wika In-Trade. Karena dengan metode on the job training peserta diberi pengalaman nyata di tempat mereka bekerja sehingga memudahkan peserta untuk memahami dan menguasai bahkan menerapkannya. Lain halnya dengan metode off the job training yang dilaksanakan PT. Wika In-Trade tampaknya masih perlu modifikasi dan perbaikan lebih lanjut dalam hal kelengkapan sarana pendukung pelatihan, temtama untuk pelatihan yang menuntut kemampuan praktis.

Terhadap kenyataan seperti tersebut di atas disarankan kepada pihak manajemen PT. Wika In-Trade hendaknya tetap mempertahankan sistem training need assesment dan penggunaan

(10)

metode on the job training serta metode off the job training secara sinergis. Untuk penggunaan metode off' the job training hendaknya PT. Wika In-Trade mempertimbangkan untuk melengkapi sarana dan prasarana pendukung yang memadai dengan penataan waktu yang lebih fleksibel lagi.

Karena bukan tidak mungkin penggunaan kedua metode pelatihan secara sinergis yang dilengkapi sarana dan pra-sarana yang memadai akan menghasilkan output pelatihan yang lebih berkualitas lagi. Kemudian untuk tindak lanjut pegawai, evaluasi hasil penelitian dan evaluasi dampak dari pelatihan terhadap kinerja pegawai, hendaknya disosialisasikan kepada pegawai agar mereka dapat mengoreksi diri terhadap kekurangan-kekurangan yang mereka miliki untuk memotivasi peningkatan diri pegawai lebih tinggi.

2. Rekomendasi Bagi Peserta Pelatihan (Pegawai PT. Wika

In-Trade)

Pegawai tingkat operator produksi mempakan ujung tombak bagi keberhasilan peningkatan produk baik secara kuantitas maupun kualitas . Karena itu kemampuan {ability) baik knowledge maupun

skill pegawai hams betul-betul up to date. Dengan demikian untuk

dapat mempertahankan dan bahkan meningkatkan hasil produk pemsahaan, para pegawai hams betul-betul memiliki kemampuan

(11)

In-Trade khususnya bagian produksi machining lebih giat, rajin, kreatif dan proaktif untuk mengembangkan diri demi terjaganya kualitas kinerja individu yang baik, jangan sampai hanya menunggu kapan ada pelatihan yang diselenggarakan pemsahaan. Upaya dan sikap jemput bola mempakan alternatif terbaik agar tidak tertinggal

atau usang.

Disarankan cara yang dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi kerja di pemsahaan, mereka dapat belajar sendiri, magang sederhana, belajar dengan asistensi dan bertanya pada pegawai yang lebih senior. Cara belajar seperti itu dapat dilaksanakan sambil bekerja.

3. Rekomendasi Bagi Manajemen PT. Wika In-Trade

Pelatihan memang mempakan investasi sumber daya manusia yang sangat berharga. Kinerja pegawai yang meningkat dapat mendorong pada produktivitas kerja pegawai itu sendiri dan diharapkan dapat memngkatkan produktifitas pemsahaan.

Namun demikian, ability pegawai yang mapan dengan kinerja dan produktifitas yang baik akan menjadi sia-sia bila pihak manajemen tidak segera mengorganisir mereka dengan proporsional. Karena itu pihak manajemen perlu memperhatikan penempatan kerja pegawai hams sesuai dengan kealiliannya, keselamatan kerja dan

(12)

kesehatan kerja pegawai serta faktor kesejahteraan hidup pegawai secara proporsional. Faktor-faktor tersebut dapat menciptakan suasana kerja yang kondusif yang akan lebih memotivasi pegawai untuk produktif.

4. Rekomendasi bagi Lembaga Penyelenggara Pelatihan sesuai Konsep PLS

Produktifitas pegawai akan berimbas pada produktifitas pemsahaan. Produktifitas peserta (pegawai) mempakan kulminasi akhir dari suatu upaya pengembangan atau pelatihan pegawai. Upaya pendidikan dan pelatihan mempakan investasi yang sangat berharga, sekalipun memakan tenaga, waktu dan biaya sangat mahal.

Karena itu kepercayaan yang diberikan oleh lembaga ataupun pemsahaan untuk menyelenggarakan suatu pendidikan atau pelatihan khususnya, hams ditangani dengan menggunakan kaidah-kaidah pelatihan yang baik. Baik dalam pengertian disesuaikan dengan

situasi dan kondisi nyata.

Hal-hal yang hams diperhatikan untuk menyelenggarakan suatu

pelatihan, secara garis besarnya sesuai konsep PLS yaitu :

• Perencanaan pelatihan hams diramu dengan melihat kondisi kebutuhan peserta dan tujuan lembaga. Dalam hal ini, pemmusan tujuan pelatihan hams didasarkan pada analisis kebutuhan peserta

(13)

di lapangan, di samping kebutuhan dan tujuan lembaga . Jadi

TNA yang sifatnya bottom-up mempakan masukan yang sangat berharga karena mencerminkan kebutuhan pelatihan yang mendasar sesuai kebutuhan peserta dan tuntutan pekerjaan. Dengan demikian tingkat relevansi tujuan pelatihan dengan tuntutan pekerjaan akan dapat dimmuskan secara optimal.

• Kemudian dalam pelaksanaan pelatihan hams menggunakan metode-metode pelatihan yang mengacu pada tujuan pelatihan dan materi pelatihan yang dituntut, karena tidak semua pelatihan sama tujuannya dan tidak semua metode tepat untuk semua jenis pelatihan. Dalam pelaksanaan pelatihan hams melibatkan komponen-komponen pelatihan secara sinergis seperti masukan

sarana, masukan mentah dan masukan lingkungan serta masukan lain akan sangat menunjang pada kelancaran proses dan ketercapaiaan tujuan pelatihan secara optimal sehingga akan

menghasilkan out-put pelatihan dan out-comes pelatihan yang

sesuai harapan. Intinya metode pelatihan yang digunakan hams dapat menciptakan suasana belajar yang partisipatif yang

menekankan pada proses belajar peserta disamping hasil yang diharapkan.

(14)

Karena itu model pelatihan empat langkah yaitu, "to show, to tell,

to do dan to check" sangat tepat digunakan untuk jenis pelatihan

yang menuntut penguasaan pengetahuan dan kemampuan praktis

peserta.

• Cara evaluasi pelatihan baik evaluasi hasil, evaluasi proses, evaluasi reaksi, maupun evaluasi dampak hasil pelatihan hams dilaksanakan dengan teliti, sistematis dan berkesinambungan. Karena dengan cara evaluasi seperti tersebut hasil yang akan dicapai dari suatu pelatihan dan kelemahan-kelemahan dalam suatu pelaksanaan pelatihan akan terkontrol dengan baik. Hal itu akan memberikan masukan yang sangat berharga untuk penyempumaan kegiatan pelatihan selanjutnya.

Bila setiap penyelenggara dapat menyelenggarakan pelatihan sesuai harapan seperti konsep PLS di atas , Insya Allah hasil yang diperoleh akan menambah atau bahkan memngkatkan pengetahuan dan skill peserta sehingga mereka tidak kesulitan dalam menerapkan

hasil latihnya di lapangan kerja sesungguhnya. Dan tentu akan menghasilkan kinerja yang tinggi dan pada akhimya akan menghasilkan produktifitas kerja pegawai yang akan berimbas positif pada produktifitas lembaga atau pemsahaan terkait.

(15)

5. Rekomendasi bagi Peneliti Selanjutnya;

Penulis menyadari bahwa keterbatasan dalam penelitian ini yang mengkaji Pengamh Pelatihan Terhadap Produktifitas Kerja Pegawai, melalui Studi evaluatif dampak pelatihan terhadap peningkatan produktifitas kerja di PT. Wika In-Trade belum begitu mendasar bam mengungkap mengenai pengamh pelatihan terhadap : • Peningkatan pengetahuan dan kemampuan pegawai

• Relevansi hasil pelatihan dalam aplikasinya di tempat kerja

• Metode pelatihan yang tepat untuk situasi dan kondisi PT. Wika

In-Trade.

• Peningkatan produktifitas kerja pegawai secara kuantitas dan

kualitas, serta

• Dampak positif terhadap produktifitas pemsahaan.

Sedangkan faktor lain seperti motivasi kerja pegawai yang timbul dari perlakuan organisasi (pemsahaan) seperti kompensasi, kesehatan dan keselamatan kerja, faktor dorongan keluarga dan kehadiran pegawai tidak diungkap secara detail dalam penelitian ini. Kenyataan ini membuka peluang bagi peneliti selanjutnya untuk mengungkap masalah-masalah tersebut berkaitan dengan produktifitas kerja khususnya di PT. Wika In-Trade produk metal Jatiwangi Majalengka.

(16)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Karya musik Simbor Limbor merupakan bentuk musik representasi terhadap sebuah mitos, dengan pendekatan terhadap kebudayaan masyarakat Melayu desa Sungai Limau sebagai

Hasil analisis sikap dan perilaku konsumen menunjukkan adanya konsistensi antara sikap dan perilaku konsumen terhadap produk Bank Sampah, yaitu konsumen memiliki sikap

Menanggapi Replik Penuntut Umum tentang uraian unsur “Dengan memakai tipu muslihat ataupun rangkaian kebohongan”yang dimaksud dengan “tipu muslihat” adalah suatu

Fase pedagogi kekinian bisa dianggap sebagai penyempurnaan dari fase sebelumnya karena misi pemberdayaan siswa melalui aktifitas konstruksi dan evaluasi pengetahuan

Dimana seorang user dapat mengatur banyaknya jumlah bintang yang diinginkan dan membuat password sehingga screen saver dapat berhenti apabila password yang kita masukkan sesuai

Kemudian pada PpL2 mengalami kenaikan susut berat sebesar (20.00) kenaikan pada PpL2 disebabkan lama penyimpanan dan pengemasan plastik yang meningkatkan laju

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah serta adanya keterbatasan kemampuan, waktu dan dana, maka dalam hal ini masalah dapat dibatasi