• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana stroke merupakan penyebab kematian ketiga yang paling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana stroke merupakan penyebab kematian ketiga yang paling"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling serius dijumpai dimana stroke merupakan penyebab kematian ketiga yang paling sering dijumpai setelah penyakit jantung dan semua jenis Kanker. Pada tahun 2005 kasus stroke menyebabkan kematian sekitar 5-7 juta, dan 87% diantaranya berasal dari negara-negara yang berpenghasilan rendah dan menengah (Sherin dkk, 2011).

Stroke merupakan salah satu penyebab kematian secara menyeluruh, pemeriksaan Computerized tomography Scan (CT-Scan) merupakan pemeriksaan yang paling akurat digunakan untuk membedakan antara stroke haemoragik dengan stroke iskemik, pemeriksaan ini membutuhkan biaya yang mahal dan masih banyak dijumpai keterbatasan alat diagnostik

CT-Scan di negara-negara yang sedang berkembang dan berpenghasilan

rendah (Clifford dkk, 2014).

Stroke merupakan salah satu penyebab kematian yang biasa dijumpai di negara-negara yang sedang berkembang dan negara yang berpenghasilan rendah sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan tingkat morbiditas dan mortalitas yang sering ditemukan di negara sedang berkembang.

(2)

akurat digunakan untuk membedakan stroke haemoragik dan stroke iskemik tapi membutuhkan biaya yang mahal dan masih banyak dijumpai keterbatasan ketersediaan alat CT-Scan terutama dinegara-negara yang sedang berkembang yang memilki penghasilan rendah dan menengah. Penggunaan Skor Stroke yang dilakukan secara klinis sering digunakan untuk membedakan antara stroke haemoragik dan stroke iskemik tapi tetapi tingkat keakurasinya belum bisa diandalkan dalam membedakan tipe dari stroke (Clifford dkk, 2013).

Pemeriksaan Computed Tomography Scan merupakan pemeriksaan yang paling dianjurkan dalam membedakan stroke iskemik dan stroke haemoragik, tetapi pemeriksaan ini membutuhkan biaya yang sangat tinggi. Di negara yang sedang berkembang seperti negara India, masih banyak ditemukan keterbatasan alat CT-Scan, sehingga pemeriksaan fisik dan menggunakan skor stroke merupakan scoring yang sering digunakan dalam membedakan stroke iskemik dan stroke haemoragik (Goswani dkk, 2013).

Stroke merupakan salah satu jenis penyakit yang masuk kedalam jenis kedaruratan medis yang membutuhkan perawatan yang lebih serius sama halnya pada perawatan serangan penyakit jantung. Manajemen penatalaksanaan yang tepat dari pasien stroke akut sepenuhnya didasarkan pada jenis stroke yang dijumpai, dalam hal ini apakah dijumpai adanya infark atau perdarahan pada stroke fase akut, karena hal ini membantu kita dalam menentukan tindakan atau terapi yang akan kita tetapkan dalam penatalaksanaan stroke pada fase akut, dalam hal ini kita harus melakukan

(3)

tindakan Computed Tomography scan yang merupakan gold standart untuk menegakan diagnosa stroke pada fase akut (Pavan dkk, 2012).

Membedakan stroke haemoragik dan stroke iskemik sedini mungkin dengan tepat pada kasus stroke fase akut, sangat menentukan tingkat keberhasilan penatalaksanaan pada kasus stroke, sehingga dapat menurunkan tingkat kematian pada pasien penderita stroke. Membedakan stroke iskemik dan stroke haemoragik secara klinis sangat sulit ditentukan, hal ini akan mempersulit para dokter untuk segera memberikan thrombolisis atau anti platelet pada pasien stroke iskemik untuk menggurangi tingkat kematian pada kasus-kasus stroke iskemik (Goswani dkk. 2013).

Negara India merupakan salah satu negara yang mempunyai jumlah populasi penduduk yang padat, dimana masyarakatnya masih mayoritas masyarakat menengah kebawah. Pemeriksaan head CT-Scan merupakan pemeriksaan yang seharusnya dilakukan untuk membedakan stroke haemoragik dan stroke iskemik pada pasien stroke fase akut, namun tidak bisa di lakukan karena keterbatasan ketersediaan alat head CT-Scan, sehingga banyak para dokter di India menggunakan metode Siriraj stroke

score dalam menentukan jenis stroke (Soman dkk, 2004).

Pemerikaasn CT-Scan tanpa kontras merupakan pemeriksaan yang paling standar untuk membedakan stroke haemoragik dengan stroke iskemik, tetapi pemeriksaan ini membutuhkan biaya yang cukup mahal dan masih banyak tidak dijumpai di rumah sakit di negara yang sedang berkembang.

(4)

Untuk mengatasi kesulitan dan untuk meningkatkan diagnosis klinis pada stroke maka skor stroke dapat dipergunakan dalam membedakan jenis stroke, yang paling sering digunakan dirumah sakit adalah Guy’ hospital

score (GHSS), Besson stroke score, Greek Stroke Score, dan Siriraj stroke score (SSS). Dimana skor stroke tersebut dapat digunakan dalam

membedakan stroke haemoragik dengan stroke iskemik (Clifford dkk, 2014). Negara yang sedang berkembang hampir 70 % kasus tidak bisa dilakukan tindakan head CT-Scan hal ini disebabkan keterbatasan dan ketersediaan alat CT-Scan, biasanya dijumpai pada daerah-daerah yang sangat terpencil dan memiliki penduduk yang masih berpenghasilan cukup rendah dan masih di kategorikan sebagai penduduk yang masih miskin, Hawkins menyatakan bahwa Siriraj stroke score memiliki sensitivitas dan spesifisitas untuk stroke haemoragik sebesar 48% dan 85%, nilai prediksi positif sebesar 59%, sedangkan sensitivitas dan spesifisitas untuk stroke iskemik adalah 61% dan 74%, dengan nilai prediksi positif sebesar 84% (Sherin dkk, 2011).

Sebuah studi terbaru dari Nigeria menjelaskan bahwa hanya 9% dari pasien stroke pada fase akut yang bisa di lakukan tindakan head CT-Scan hal ini dikarenakan keterbatasan ketersediaan alat CT-Scan serta kendala biaya yang agak mahal untuk melakukan tindakan CT-Scan. Studi ini menjelaskan bahwa keterbatasan dan ketersedian alat diagnostik serta biaya yang cukup tinggi merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh seorang

(5)

petugas kesehatan untuk dapat melakukan tindakan head CT-Scan pada kasus stroke fase akut (Sherin dkk, 2011).

Jumlah angka kesakitan dan kematian pasien stroke sangat besar dijumpai dinegara-negara yang sedang berkembang. Diagnosis stroke yang cepat dan akurat sangat penting untuk menentukan suatu jenis stroke, apakah stroke tersebut merupakan stroke perdarahan intrakranial atau stroke yang terjadi di akibatkan oleh karena infark serebri yang sesegera mungkin membutuhkan terapi trombolitik dan antiplatelet. Namun sebagian besar rumah sakit apalagi yang ada di daerah yang sangat terpencil biasanya tidak memiliki alat pendukung untuk melakukan tindakan CT-Scan, hal ini di karenakan oleh keterbatasan alat dan biaya pada rumah sakit pada daerah-daerah sangat terpencil dan mempunyai keterbatasan alat kesehatan untuk menunjang diagnostik suatu penyakit (Badam dkk, 2003).

Mendeteksi stroke sedini mungkin, harus di lakukan untuk mengetahui jenis stroke, hal ini dimaksudkan untuk menentukan pilihan terapi stroke pada fase akut. Diagnosa pasti untuk stroke dilakukan dengan head CT-Scan yang merupakan gold standart diagnosa menegakan stroke, namun di daerah yang memiliki keterbatasan ketersediaan alat dan prasarana tidak bisa dilakukan tindakan head CT-Scan. Dengan menggunakan metode statistik diskriminasi di lakukan penelitian tentang tingkat akurasi dari Allen stroke score dan Siriraj

stroke score dalam membedakan stroke haemoragik dan stroke iskemik.

(6)

sensitivitas untuk membedakan jenis stroke baik stroke haemoragik dan stroke iskemik yang biasa dilakukan negara-negara yang sedang berkembang yang tidak memiliki fasilitas atau alat kesehatan yang memadai sehingga dapat menghemat biaya dalam managemen penatalaksanaan stroke pada fase akut. Dalam penelitian ini di jelaskan bahwa dari 1.023 pasien yang diperiksa ditemukan bahwa 82,7% (n=846) mengalami stroke iskemik, dimana dijelaskan bahwa tingkat akurasi dari Siriraj stroke score lebih tinggi dibandingkan dengan Allen stroke score (0,78 versus 0,70 dengan nilai P = 0,4), ditemukan stroke haemoragik sekitar 60% dan tingkat akurasi spesifisitas sebesar 95% dengan memakai siriraj stroke score lebih tinggi jika dibandingkan dengan Allen stroke score yang memiliki tingkat spesifisitas sebesar 55% dengan tingkat akurasi 70% untuk stroke haemoragik (Nauira dkk, 2009).

Singh dkk (2001) menjelaskan bahwa dari 60 pasien stroke yang dievaluasi menggunakan SSS dan perkiraan diagnosis dibuat dan kemudian dibandingkan dengan diagnosis pasti dengan pemeriksaan head CT-Scan ditemukan bahwa SSS mempunyai sensitifitas 93,7%, spesifisitas 76,6%, nilai prediksi positif 81,2%, nilai prediksi negatif 92% dengan tingkat akurasi keseluruhan sebesar 93,77% untuk diagnosis infark serebri, sedangkan pada stroke haemoragik di temukan sensitifitas 83,37%, spesifisitas 92,5%, nilai prediksi positif 86,8%, nilai prediksi negatif 92,5% dengan akurasi keseluruhan 83,3%.

(7)

Dari beberapa penelitian dijelaskan bahwa tingkat sensitivitas Siriraj

stroke score untuk stroke iskemik berkisar antara 30% sampai dengan 85%

sedangkan tingkat spesifisitasnya berkisar 36% sampai dengan 97% dan dijelaskan bahwa tingkat sensitivitas untuk Siriraj stroke score sebesar 69% dan tingkat spesifisitas sebesar 83% untuk stroke iskemik, sedangkan tingkat sensitivitas untuk stroke haemoragik berkisar antara 33% sampai dengan 87% dimana tingkat spesifisitasnya berkisar antara 65% sampai dengan 99% dimana secara keseluruhan tingkat sensitivitas Siriraj stroke score sebesar 65% dan spesifisitas sebesar 88% untuk stroke haemoragik (Clifford dkk, 2014).

Siriraj Stroke Score memiliki tingkat prediksi akurasi positif 91% untuk

stroke iskemik dan 63% untuk stroke haemoragik dengan tingkat prediksi akurasi secara keseluruhan sebesar 80% (Ayrton dkk, 2002).

Beberapa penelitian menjelaskan di negara-negara yang berpenghasilan rendah dan menengah, tingkat sensitivitas dan spesifisitas secara keseluruhan pada Siriraj Stroke score adalah 69% dan 83% untuk stroke iskemik dan 65% dan 88% untuk stroke hemoragik (Clifford dkk, 2013). Pavan dkk (2012) menjelaskan dari 100 kasus stroke akut yang diperiksa dengan mengunakan Siriraj Stroke Score kemudian diuji dengan

head CT-Scan dijumpai 71 pasien yang merupakan stroke iskemik dan 29

pasien diantaranya adalah stroke haemoragik dimana tingkat sensitivitas sebesar 87,93% dan spesifisitas 77.27% dalam mendeteksi stroke iskemik

(8)

sedangkan tingkat sensitivitas dan spesifisitas untuk stroke haemoragik sebesar 77,27% dan 87,93% dimana tingkat keakuratan Siriraj stroke score secara keseluruhan sebesar 85%.

Poungvarin dkk (1991) mengatakan bahwa tingkat sensitivitas Siriraj

stroke score sekitar 89% untuk stroke haemoragik dan 93% untuk infark

serebri, dengan rata-rata tingkat akurasi secara keseluruhan sekitar 90%.

Wadwani dkk (2002) melakukan penelitian pada pasien stroke fase akut, studi ini menjelaskan bahwa tingkat sensitivitas Siriraj stroke score adalah 92,54% untuk infark serebri dan 87% untuk perdarahan dimana tingkat akurasi secara keseluruhan adalah 91,11%, sedangkan Allen stroke

score memiliki tingkat sensitivitas 93,42% untuk infark, 66,66% untuk

perdarahan serebral dan akurasi secara keseluruhan sekitar 87%, jadi dalam penelitian ini dijelaskan bahwa Siriraj stroke score lebih akurat dalam membedakan stroke haemoragik dan stroke iskemik dibandingkan dengan

Allen stroke score.

Kochar dkk (2002) dalam studinya menjelaskan bahwa tingkat sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif dan negatif pada Siriraj stroke

score untuk infark adalah masing- masing 73%, 85%, 85%, 71% dan 85%,

73%, 71%, dan 85% untuk stroke haemoragik.

Badam dkk (2003) dalam penelitian mereka mejelaskan bahwa tingkat sensitivitas dan spesifisitas Siriraj stroke score untuk infark adalah 52%, 82%

(9)

dan 44%, 85% untuk stroke haemoragik. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa dalam penilaian sistem ini dapat digunakan dalam praktek klinis untuk membedakan stroke iskemik dan stroke haemoragik. Dalam studi ini ditemukan bahwa tingkat sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif dan nilai prediksi negatif Siriraj stroke score untuk infark serebri adalah masing-masing sebesar 87,93%, 77,27%, 91,07% dan 70%.

Celani dkk (2004) telah menunjukkan bahwa tingkat sensitivitas, spesifisitas, dan nilai prediktif positif dan negatif untuk stroke haemoragik adalah sebesar 61%, 94%, 93%, dan 63% dengan mengunakan Siriraj stroke

score, penelitian ini di lakukan untuk menentukan scoring yang dapat

digunakan untuk membedakan stroke iskemik dan stroke haemoragik untuk mengatasi keterbatasan ketersediaan alat head CT-Scan untuk bisa sedini mungkin menentukan terapi yang akan diberikan pada kasus stroke fase akut.

Salawu dkk (2010) menunjukkan bahwa tingkat sensitivitas dan spesifisitas Allen stroke score adalah 64,3% dan 48,1 dimana nilai duga positif dan nilai duga negatif adalah 40% dan 71% pada stroke haemoragik sedangkan pada stroke iskemik masing-masing 48,1%, 62,1%, 71%, 40% sedangkan tingkat sensitivitas dan spesifisitas Siriraj stroke score adalah 35,7% dan 73% dimana nilai duga positif dan nilai duga negatif adalah 42% dan 68% pada stroke haemoragik sedangkan pada stroke iskemik masing-masing adalah 73%, 35,7%, 68%, 42%.

(10)

Kolopo dkk (2006) melakukan penelitian pada 1.122 pasien dengan tanda-tanda klinis stroke yang diambil dari 4 pusat perawatan stroke di Afrika, pasien diambil dari perawatan Logos University Teaching Hospital sebanyak 499, di Olabisi Onabonja University Teaching Hospital sebanyak 340, di Eko

Hospital 180 pasien dan di Radmed Diagnostic Center 103 pasien, hanya

101 (9%) yang dapat dilakukan tindakan Head CT-Scan karena keterbatasan biaya, dijumpai 90 pasien memiliki gambaran stroke, atrofi kortikal dijumpai pada 5 pasien, subdural hematoma sebanyak 3 pasien, tumor otak sebanyak 2 pasien dan 1 diantaranya normal. Dari 90 pasien yang dijadikan dasar penelitian ini di jumpai 68 pasien (72%) adalah stroke iskemik dan 28 (29%) merupakan perdarahan intraserebral. Pada penelitian ini digunakan Siriraj

Stroke Score dan disimpulkan bahwa prediksi akurasi positif sebesar 91%

untuk infark serebral, dan 63% untuk stroke haemoragik dengan prediksi akurasi secara keseluruhan sebesar 80%, yang pada penelitian ini semua didasarkan pada pemeriksaan head CT-Scan.

Badam dkk (2003) menemukan dari 259 pasien yang dicurigai dengan stroke, 134 diantaranya merupakan pasien stroke fase akut dimana 73 pasien adalah laki-laki dan dilakukan tindakan head CT-Scan ditemukan bahwa tingkat akurasi dan sensitivitas Siriraj stroke score adalah 78,5% untuk perdarahan serebral dan 71% untuk infark serebri sedangkan tingkat sensitivitas Allen stroke score adalah 81% untuk stroke haemoragik dan 76.2% untuk stroke iskemik.

(11)

Raghuram dkk (2012) dalam penelitiannya menjelaskan tingkat sensitivitas dan spesifisitas Siriraj stroke score sebesar 87,93% dan 77,27% untuk stroke iskemik dan 77,27% dan 87,93% untuk stroke haemoragik sedangkan dengan Allen stroke score dijelaskan bahwa tingkat sensitivitas dan spesifisitas dari pada stroke iskemik adalah 80% dan 94,54% untuk stroke haemoragik, memakai The Mc Nemar test dengan (p = 0,61).

Goswani dkk (2013) menjelaskan bahwa 200 pasien stroke fase akut dimana 90 (45%) adalah perempuan dan 110 (55%) pasien adalah laki-laki. Dari keseluruhan pasien yang diperiksa dalam penelitian dijumpai 129 (64,5%) merupakan stroke iskemik dan 71 (35,5%) stroke hemoragik. Pasien berumur mulai dari 26-80 tahun dengan usia rata-rata 57,09 tahun.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa Guy ̓s Hospital stroke score (GHSS) memiliki tingkat sensitivitas sekitar 80% dan spesifisitas sekitar 95% untuk membedakan stroke iskemik dan stroke haemoragik, dimana Besson stroke

score memiliki tingkat spesifisitas yang paling baik yaitu dijumpai lebih dari

95% pada stroke iskemik.

Lamsudin (1997) menyusun dan melakukan validasi Algoritma Stroke Gadjah Mada (ASGM) untuk membedakan stroke perdarahan intraserebral dan stroke iskemik. Dengan studi prospektif observasional telah melakukan validasi eksternal dari 350 pasien stroke pada fase akut di RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta, sejak 1 desember 1992 sampai dengan 30 juni 1995 dijelaskan bahwa Algoritma Stroke Gadjah Mada mempunyai validitas eksternal yang

(12)

tinggi sebagai suatu strategi klinik untuk membedakan stroke haemoragik dan stroke iskemik fase akut.

Penatalaksanaan stroke pada fase akut memerlukan penanganan yang cepat, dengan meminimalkan keterlambatan penatalaksanaan dan memaksimalkan pemilihan tindakan dan terapi yang tepat serta penentuan terapi harus di dasarkan pada jenis stroke yang di alami pada fase akut. Ketersediaan alat head CT-Scan yang terbatas memaksa kita untuk mencari tes diagnostik pengganti yang telah terbukti akurasinya mendeteksi akurasi pemeriksaan head CT-Scan, dalam hal ini kita harus menggambil suatu keputusan pada pasien stroke fase akut, supaya pasien-pasien stroke fase akut tidak dirugikan karena diagnosis jenis patologisnya tidak dapat di tegakan tanpa di lakukan tindakan head CT-Scan ( Salawu dkk, 2009).

Sebuah studi yang dilakukan oleh Besson dkk (1995) menunjukan bahwa sistem penilaian klinis dengan mempergunakan skor stroke dijelaskan belum ada skor yang menunjukan tingkat akurasi yang paling tepat dalam membedakan stroke haemoragik dengan stroke iskemik, sehingga penggunaan antitrombotik pada penatalaksanaan stroke iskemik belum aman untuk diberikan hal ini di akibatkan belum dapat di pastikan antara stroke haemoragik dan stroke iskemik. Penggunaan skor stroke hanya dapat dibatasi secara klinis mengklasifikasikan stroke untuk tujuan akademis di mana fasilitas CT- Scan tidak tersedia.

(13)

Pada penelitian ini dijelaskan pentingnya pemeriksaan head CT-Scan pada pasien stroke karena pemeriksaan ini merupakan pilihan paling akurat dalam membedakan stroke haemoragik dan stroke iskemik. Pendekatan diagnostik yang sistematis dapat digunakan sebagai panduan untuk dokter yang merawat stroke pada rumah sakit yang tidak memiliki alat pemeriksaan diagnostik CT-Scan. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa penilaian secara klinis pada penderita stroke fase akut tidak cukup, harus tetap dilakukan tindakan Head CT-Scan dalam membedakan stroke iskemik dan stroke haemoragik meskipun membutuhkan biaya yang cukup mahal (Khan dan Rehman, 2005).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian terdahulu seperti yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskanlah masalah sebagai berikut:

Bagaimana perbandingan akurasi antara Siriraj stroke score, Allen stroke

score, Besson stroke score serta Algoritma Stroke Gadjah Mada untuk

membedakan jenis stroke pada fase akut ?

1.3. Tujuan Penelitian:

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk membandingkan tingkat akurasi, sensitivitas serta spesifisitas antara Siriraj stroke score, Allen stroke score, Besson

(14)

stroke score serta algoritma stroke Gadjah Mada untuk membedakan

stroke haemoragik dan stroke iskemik pada fase akut.

1.3.2. Tujuan khusus:

1. Untuk mengetahui perbandingan tingkat akurasi, sensitivitas dan spesifisitas antara Siriraj stroke score, Allen stroke score,

Besson stroke score serta Algoritma stroke Gadjah Mada untuk

membedakan stroke haemoragik dan stroke iskemik pada fase akut di RSUP. H. Adam Malik Medan.

2. Untuk mengetahui perbandingan Nilai duga positif, nilai duga negatif, rasio kemungkinan positif dan rasio kemungkinan negatif antara Siriraj stroke score, Allen stroke score, Besson stroke

score serta Algoritma stroke Gadjah Mada untuk membedakan

stroke haemoragik dan stroke iskemik pada fase akut di RSUP. H. Adam Malik Medan.

3. Untuk mengetahui perbedaan akurasi antara Siriraj stroke score,

Allen stroke score, Besson stroke score serta Algoritma stroke

Gadjah Mada untuk membedakan stroke haemoragik dan stroke iskemik pada fase akut di RSUP. H. Adam Malik Medan.

4. Untuk mengetahui karakteristik demografi pasien stroke akut yang dirawat diruangan RA.4 ruang perawatan Neurologi RSUP. H. Adam Malik Medan.

(15)

1.4. Hipotesa

Ada perbedaaan tingkat akurasi, sensitivitas dan spesifisitas antara

Siriraj stroke score, Allen stroke score, Besson stroke score serta Algoritma

stroke Gadjah Mada pada pasien stroke fase akut.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat penelitian untuk ilmu pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara keilmuan dengan mengetahui perbandingan akurasi, sensitivitas dan spesifisitas antara Siriraj stroke score, Allen stroke score, Besson

stroke score serta Algoritma stroke Gadjah Mada pada pasien stroke

fase akut sehingga dapat diperoleh skor yang paling akurat untuk membantu membedakan diagnosa stroke haemoragik dan stroke iskemik pada fase akut yang dalam hal ini dibandingkan dengan hasil pemeriksaan imaging head CT-Scan dalam penegakan diagnosa stroke fase akut.

1.5.2. Manfaat penelitian untuk peneliti

1. Untuk mengetahui scoring yang paling akurat dan sensitif antara

Siriraj stroke score, Allen stroke score, Besson stroke score serta

Algoritma stroke Gadjah Mada dalam menegakkan diagnosa stroke haemoragik atau stroke iskemik, maka scoring yang paling

(16)

akurat dapat dipergunakan pada daerah yang belum memilki fasilitas alat dan sarana kesehatan yang memadai khususnya

Computed tomography (CT-Scan) untuk membedakan antara

stroke haemoragik dan stroke iskemik diseluruh Indonesia.

2. Untuk memutuskan pilihan terapi dan tindakan pada pasien stroke sedini mungkin tanpa dilakukan tindakan head CT-Scan, dengan memakai scoring yang paling akurat dan sensitif antara Siriraj

stroke score, Allen stroke score, Besson stroke score serta

Algoritma stroke Gadjah Mada pada daerah yang mengalami ketertinggalan dan keterbatasan alat dan prasarana kesehatan yang paling minim tanpa ditunjang peralatan yang memadai dalam hal ini di daerah-daerah yang tidak dijumpai adanya head CT-Scan diseluruh Indonesia.

1.5.3. Manfaat penelitian untuk Masyarakat

Dengan mengetahui scoring yang paling akurat dan sensitif antara

Siriraj stroke score, Allen stroke score, Besson stroke score serta Algoritma

stroke Gadjah Mada, maka masyarakat dapat dengan cepat menggetahui kemungkinan jenis stroke yang terjadi dalam masyarakat, keluarga, atau diri sendiri, sehingga dapat dengan cepat memutuskan tempat atau dokter yang paling berkompeten dalam penatalaksaan stroke sedini mungkin, sehingga meningkatkan keberhasilan penatalaksaan pada stroke yang akan menurunkan angka mortalitas yang terjadi di akibatkan oleh stroke.

Referensi

Dokumen terkait

ASEAN Youth C merupakan sebuah tempat/wada pemuda ASEAN khususnya Pekanbaru pada umumn menyalurkan bakat, serta m berbagai kegiatan demi kemaj , yang menggunakan konsep

Faktor Resiko Terjadinya Penyakit Akibat Buruknya Sarana Sanitasi Buruknya sarana sanitasi yang ada pada tempat umum seperti pasar, akan berdampak bukan hanya pada

Hasil pemeriksaan bakteriologis dari berbagai makanan siap saji yang diinokulasi spora Cl sporogenes , diiradiasi dan disimpan pada suhu ruang selama 7 hari dapat dilihat pada

Salah satu permasalahan yang dihadapi penulis dalam hal pencarian data pada database yaitu ketika mencari suatu data dengan kata kunci sebanyak 2 atau lebih (berupa

Seorang pemimpin yang mampu memberikan arah bagi organisasi dan pengikut mengarah kepada pencapaian tujuan yang diinginkan, sedangkan pegawai dengan kepuasan kerja yang

Proses ini merupakan proses di mana foton penembak berinteraksi dengan elektron bebas Proses ini merupakan proses di mana foton penembak berinteraksi dengan elektron bebas dan

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberdayaan UKM di ekowisata hutan mangrove Wonorejo dilihat dari aspek pemungkinan yakni masyarakat kini dapat tambahan penghasilan dengan

Steers (2004: 109) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai berikut: Komitmen organisasi adalah rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi),