• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Minyak goreng Bimoli pada awalnya diproduksi di Bitung sebagai minyak goreng kelapa nyiur yang didistribusikan secara terbatas di Sulawesi Utara. Pada tahun 1978, Bimoli dipakai sebagai merek minyak sawit produksi Jakarta dan Surabaya yang dikemas dalam botol dan didistribusikan secara nasional. Pada tahun 1994, diluncurkan Bimoli Special sebagai penyempurnaan Bimoli sebelumnya. Selain kualitasnya lebih baik, kemasannya pun lebih menarik dan transparan. Bimoli spesial ini diproduksi di pabrik PT Intiboga Sejahtera Surabaya dengan sistem pemurnian multiproses sehingga menghasilkan Omega.

PT Intiboga Sejahtera merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan minyak goreng kelapa sawit yang tergabung dalam Salim Group. Perusahaan ini merupakan gabungan dari beberapa perusahaan yang sebelumnya telah berdiri. Dahulu ada tiga perusahaan minyak goreng sawit utama yang melayani seluruh wilayah Indonesia. Ketiga perusahaan tersebut adalah PT. Sajang Heulang (berdiri tahun 1979 di Jakarta), PT. Margi Uvocrine Jaya (berdiri tahun 1990 di Jakarta) dan PT Intiboga Sejahtera (berdiri tahun 1994 di Surabaya). Ketiganya merupakan perusahaan berbeda yang memiliki struktur dan kepemilikan masing-masing. Pada tahun 1995, ketiga perusahaan tersebut melakukan merger untuk membentuk satu perusahaan yang lebih kuat dan sehat. Nama PT. Intiboga Sejahtera dipilih sebagai nama hasil merger ketiga perusahaan tersebut.

Perusahaan ini dinamai Intiboga Sejahtera sesuai dengan filosofi dasar perusahaan yang berarti intisari pangan bergizi yang membawa kesejahteraan. Perusahaan ini berharap bisa menjadi suatu perusahaan yang mampu membawa manfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

PT. Intiboga Sejahtera memproduksi minyak goreng. Minyak goreng ini merupakan minyak kelapa sawit yang berasal dari minyak sawit Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit Palm Kernel Oil (PKO), sedangkan untuk minyak kelapa diperoleh dari pengolahan daging buah kelapa. Dalam perkembangannya, minyak kelapa sawit ini lebih dominan dari minyak kelapa. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi himbauan pemerintah. Selain minyak goreng, PT Intiboga Sejahtera juga memproduksi berbagai jenis margarine dan shortening.

(2)

4.1.2 Struktur Organisasi

PT. Intiboga Sejahtera ini selain memiliki perusahaan yang berlokasi di Jakarta, Perusahaan ini juga memiliki anak cabang di Surabaya. Jadi untuk kedua perusahaan baik yang berada di Jakarta maupun di Surabaya memiliki struktur organisasi yang berbeda. Untuk struktur organisasi dari perusahaan yang berada di Jakarta, PT. Intiboga Sejahtera mempunyai berbagai departemen dalam perusahaan dan dikarenakan struktur organisasi besar, untuk itu akan disajikan struktur organisasi utamanya dan selain itu akan pula disajikan struktur organisasi dari departemen QC. Di PT. Intiboga Sejahtera jabatan tertinggi dipegang oleh seorang

General Manager dengan membawahi beberapa manager antara lain HRD & GA Manager, EDB Manager, National Accounting Manager, Corp. Finance Manager, National Purchasing Manager, Jakarta Factory Manager, National Factory Manager, R & D Manager, QA Manager, National Sales & Marketing Manager, Export Manager. Setiap manager di atas akan bertanggung jawab kepada General Manager.

Semua manager di atas memiliki bawahan supervisor dan staff, kecuali Jakarta Factory Manager dan National Factory Manager. Untuk National Factory

Manager membawahi PPIC Manager yang kemudian PPIC Manager memiliki

bawahan yaitu supervisor dan staff. Untuk Jakarta Factory Manager membawahi beberapa manager antara lain Personel Manager, GA Manager, QC Lab. Manager,

Raw Material & Store Manager, Production Manager SBU Oil, Production Manager SBU Margarine & Fat, Warehouse Finish Product Manager, Engineering Manager. Setiap manager akan bertanggung jawab kepada Jakarta Factory Manager. Dan setiap manager di bawah manager Jakarta Factory Manager akan membawahi Subdept. Head, Section Head, Supervisor, Foreman, Techisian, Operator, Helper dengan tingkatan jabatan sesuai urutan penulisan.

Sedangkan untuk Departemen QC, jabatan tertinggi dipegang oleh seorang QC Lab.

Manager dengan membawahi seorang Subdept. Head, kemudian membawahi 4

orang Section Head yaitu QC Packaging, Process Control, Raw Material

Inspection, dan QC Production. RM. Insp. Membawahi 2 orang JR. Supervisor

yaitu chem. Ingr Jr. Supervisor dan Instrument Analyst Jr Supervisor dan seorang Analist/Inspector Microbiologi. Process Control Sect. Head membawahi 3 orang

Supervisor untuk 3 shift dan 1 orang Intake & Dispatch Jr. Supervisor. QC Production membawahi 4 orang Junior Supervisor yaitu 1 orang FG. Inspection

dan 3 orang Inprocess Inspector. QC Packaging membawahi 1 orang Primary

(3)

Supervisor akan memiliki beberapa orang bawahan yaitu beberapa Analyst dan

beberapa Inspector.

Struktur Organisasi yang dimiliki PT. Intiboga Sejahtera ini merupakan jenis struktur organisasi fungsional dimana masing-masing manajer adalah seorang spesialis atau ahli dan masing-masing bawahan/pekerja mempunyai beberapa pimpinan. Manajer memiliki kekuasaan penuh untuk menjalankan fungsi-fungsi yang menjadi tanggung jawabnya.

4.1.3 Tujuaan dan Misi Perusahaan

Tujuan yang ingin dicapai perusahaan antara lain : 1) memenuhi kebutuhan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia yaitu minyak goreng, 2) meningkatkan nilai tambah komoditi kelapa sawit, 3) memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat, 4) meningkatkan taraf hidup petani penghasil kelapa sawit, dan 5) meningkatkan perolehan laba bagi perusahaan.

Misi dari perusahaan adalah : 1) ikut serta dalam meningkatkan nilai tambah hasil pertanian pada umumnya dan hasil perkebunan kelapa sawit pada khususnya, 2) meningkatkan pendapatan negara dari sektor non migas, 3) memperluas kesempatan kerja bagi penduduk Indonesia, dan 4) menghasilkan laba bagi pemilik perusahaan.

4.2 Karakteristik Konsumen

Penelitian ini mengambil sebanyak seratus responden secara proporsional menurut wilayah tempat tinggal responden di Kota Bogor. Hal ini dilakukan agar masing-masing wilayah dapat terwakili. Karakteristik umum konsumen pada penelitian ini dibedakan berdasarkan usia, status pernikahan, pendidikan terakhir, klasifikasi pekerjaan, status pekerjaan, profesi, pendapatan per bulan, dan pengeluaran per bulan. Semua informasi yang terdapat di dalam karakteristik umum konsumen ini diharapkan dapat bermanfaat bagi produsen terutama untuk pengembangan dan landasan penyusunan strategi bauran pemasaran.

4.2.1 Usia

Mayoritas konsumen minyak goreng Bimoli didominasi oleh usia 31-40 tahun sebesar 41 persen. Konsumen dengan kelompok usia 31-40 tahun merupakan konsumen yang telah memiliki pekerjaan dan penghasilan yang cukup mapan serta mampu mengambil keputusan untuk membeli minyak goreng kemasan merek Bimolli. Kemudian sebesar 35 persen responden berusia antara 41-50 tahun.

(4)

Gambar 4. Karakteristik konsumen minyak goreng Bimoli berdasarkan

usia

4.2.2 Status Pernikahan

Konsumen minyak goreng Bimoli yang menikah sebanyak 95 persen, belum menikah sebanyak 2 persen, dan yang berstatus janda sebanyak 3 persen.

Gambar 5. Karakteristik konsumen minyak goreng Bimoli berdasarkan status pernikahan

4.2.3 Pendidikan Terakhir

Mayoritas dari konsumen minyak goreng Bimoli memiliki latar pendidikan SMU/SMK sebesar 63 persen dan diikuti oleh konsumen dengan latar pendidkan S1 sebesar 22 persen, kemudian diploma sebesar 11 persen. Dari data tersebut diketahui bahwa konsumen minyak goreng Bimoli didominasi oleh konsumen berpendidikan SMU/SMK.

(5)

Gambar 6. Karakteristik konsumen minyak goreng Bimoli berdasarkan pendidikan terakhir

4.2.4 Klasifikasi Pekerjaan

Berdasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh dari kuisioner diketahui bahwa mayoritas konsumen minyak goreng Bimoli memiliki klasifikasi pekerjaan adalah Unemployee (tidak bekerja) sebesar 57 persen yang terdiri dari pelajar, mahasiswa dan ibu rumah tangga. Kemudian diikuti responden dengan klasifikasi pekerjaan sebagai employee (pegawai) sebesar 29 persen dan pemilik usaha sebesar 14 persen.

Gambar 7. Karakteristik konsumen minyak goreng Bimoli berdasarkan klasifikasi pekerjaan

4.2.5 Status Pekerjaan

Konsumen minyak goreng Bimoli mayoritas adalah ibu rumah tangga sebesar 53 persen. Ibu rumah tangga di dalam keluarga merupakan individu yang biasa melakukan keputusan pembelian kebutuhan rumah tangga yang salah satunya adalah keputusan pembelian minyak goreng. Status pekerjaan yang terbanyak

(6)

selanjutnya adalah pegawai negeri sipil sebesar 20 persen kemudian wiraswasta sebesar 17 persen.

Gambar 8. Karakteristik konsumen minyak goreng Bimoli berdasarkan status pekerjaan

4.2.6 Profesi

Berdasarkan hasil pengolahan data dari kuisioner, dapat diketahui bahwa mayoritas konsumen minyak goreng kemasan bermerek Bimoli memiliki profesi sebagai ibu rumah tangga sebesar 55 persen. Kemudian sebesar 17 persen konsumen memilki profesi sebagai pengusaha/wirausaha dan 15 persen responden memiliki profesi dosen/guru.

Gambar 9. Karakteristik konsumen minyak goreng Bimoli berdasarkan

(7)

4.2.7 Pendapatan Per Bulan

Tingkat pendapatan seseorang berpengaruh terhadap daya beli konsumen terhadap suatu kebutuhan akan produk dan jasa yang akan dibeli dan dikonsumsinya. Berdasarkan hasil pengolahan data dari 100 responden diketahui bahwa konsumen minyak goreng Bimoli mayoritas memilliki pendapatan per bulan sebesar Rp 2.000.001-Rp 5.000.000 sebanyak 55 persen, kemudian pendapatan sebesar Rp 1.000.001-Rp 2.000.000 sebanyak 42 persen.

Gambar 10. Karakteristik konsumen minyak goreng Bimoli berdasarkan

pendapatan per bulan 4.2.8 Pengeluaran Per Bulan

Berdasarkan pengolahan data dari kuisioner, didapatkan hasil bahwa mayoritas pengeluaran per bulan responden sebesar Rp 2.000.001-Rp 5.000.000 sebanyak 66 persen. Kemudian pengeluaran sebesar Rp 1.000.001-Rp 2.000.000 sebanyak 24 persen dan pengeluaran Rp 5.000.001-Rp 10.000.000 sebanyak 9 persen.

(8)

Gambar 11. Karakteristik konsumen minyak goreng Bimoli berdasarkan pengeluaran per bulan

4.3 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen

Konsumen dalam melakukan pembelian terhadap suatu produk akan memiliki berbagai kriteria yang dipertimbangkan melalui suatu proses pengambilan keputusan. Tahapan yang dilakukan pada proses pengambilan keputusan tersebut meliputi pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan evaluasi pasca pembelian.

4.3.1 Pengenalan Kebutuhan

Pengenalan kebutuhan merupakan tahapan awal dalam proses keputusan pembelian konsumen. Dalam penelitian ini, untuk menganalisis tahap pengenalan kebutuhan konsumen saat membeli Bimoli, diberikan pertanyaan mengenai alasan membeli minyak goreng Bimoli dan manfaat apa yang dicari saat membeli minyak goreng Bimoli.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 100 responden, diketahui bahwa sebagian besar alasan konsumen membeli minyak goreng Bimoli adalah karena mutu produk yaitu sebesar 53 persen. Mutu minyak goreng Bimoli sudah terpercaya sejak dahulu. Konsumen akan membeli produk yang mutunya sesuai dengan harga produk tersebut, sehingga akan menimbulkan kepuasan konsumen.

Tabel 8. Penyebaran konsumen berdasarkan alasan membeli minyak goreng Bimoli

Alasan Membeli Minyak Goreng Bimoli Persentase (%)

Harga 28

Mudah diperoleh 10

Mutu produk 53

Merek terpercaya 9

Dorongan promosi 0

Dorongan orang lain 0

Lainnya 0

Total 100

Alasan yang berikutnya dipilih konsumen dalam memilih minyak goreng Bimoli adalah harga sebesar 28 persen. Konsumen yang memilih harga sebagai alasan adalah saat mereka membeli Bimoli, sedang terjadi promosi penjualan sehingga terjadi penurunan harga yang menyebabkan mereka juga memilih untuk membeli minyak goreng Bimoli. Promosi penjualan berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen yang menyebabkan konsumen menjadi tertarik untuk membeli produk tersebut.

(9)

Selanjutnya, sebesar 10 persen konsumen membeli Bimoli karena mudah diperoleh dan sebesar 9 persen konsumen membeli Bimoli karena percaya akan merek Bimoli yang sejak dahulu sudah tidak asing lagi di telinga mereka.

Kemudian, dari hasil pertanyaan kepada responden mengenai manfaat yang dicari saat membeli Bimoli sebagian besar responden memilih sebagai gaya hidup sehat yaitu sebesar 53 persen. Sekarang ini konsumen sudah mulai sadar akan pentingnya gaya hidup sehat dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari. Bukan hanya bagi mereka, tapi juga bagi seluruh keluarga mereka di dalam rumah tangga.

Alasan berikutnya adalah manfaat yang dicari konsumen saat membeli minyak goreng Bimoli adalah dapat mengolah makanan sehat bagi keluarga yaitu sebesar 26 persen dan manfaat harganya yang terjangkau sebesar 21 persen.

Tabel 9. Penyebaran konsumen berdasarkan manfaat yang dicari saat membeli minyak goreng Bimoli

Manfaat Yang Dicari Persentase (%)

Sebagai gaya hidup sehat 53

Dapat mengolah makanan sehat bagi keluarga 26

Harganya yang terjangkau 21

Lainnya 0

Total 100

4.3.2 Pencarian Informasi

Setelah tahap pengenalan kebutuhan, proses selanjutnya adalah pencarian informasi. Konsumen akan melakukan pencarian informasi terhadap kebutuhan mereka akan suatu produk. Informasi yang mereka dapat tersebut akan menjadi bahan pertimbangan saat mereka akan memutuskan untuk membeli suatu produk. Tabel 10. Penyebaran konsumen berdasarkan sumber informasi mengenai

minyak goreng Bimoli

Sumber Informasi Persentase (%)

Keluarga 13 Teman 0 Televisi 86 Penjual 0 Majalah/Koran 0 Event/ pameran 0 Internet 0 Lainnya 1 Total 100

Berdasarkan hasil yang terlihat dari tabel 10 dapat terlihat bahwa sebagian besar konsumen menjawab bahwa sumber informasi mereka mengetahui tentang produk Bimoli adalah dari televisi yaitu sebesar 86 persen. Produk Bimoli

(10)

melakukan promosi produk melalui televisi dengan selalu membuat konsep iklan yang menarik sehingga konsumen sejak mengetahui produk Bimoli. Sebesar 13 persen responden menyatakan mengetahui minyak goreng Bimoli dari keluarga. Keluarga yang sejak dahulu sudah menggunakan Bimoli, selanjutnya akan merekomendasikan keluarga lainnya agar mereka memakai produk Bimoli juga. Tabel 11. Penyebaran konsumen berdasarkan fokus perhatian produk

Fokus Perhatian Persentase (%)

Harga produk 35

Mutu produk 57

Rekomendasi teman/keluarga 0

Merek terpercaya 8

Kemasan 0

Kandungan bahan baku 0

Lainnya 0

Total 100

Berdasarkan tabel sebelas dapat terlihat bahwa yang menjadi fokus perhatian dari informasi yang mereka dapat adalah mutu produk yaitu sebesar 57 persen. Kemudian harga produk dipilih sebanyak 35 persen responden. Sebanyak delapan persen konsumen menyatakan bahwa yang mernjadi fokus perhatian mereka berdasarkan informasi yang didapat adalah karena merek terpercaya.

4.3.3 Evaluasi Alternatif

Setelah konsumen memperoleh banyak informasi mengenai suatu produk yang akan mereka beli untuk memenuhi kebutuhan mereka, informasi tersebut akan membentuk kriteria-kriteria yang menghasilkan beberapa evaluasi alternatif. Konsumen akan membandingkan berbagai pilihan produk yang ada dan memilih yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka.

Dalam pertanyaan mengenai evaluasi alternatif ini, konsumen dapat memilih lebih dari satu jawaban sebagai pertimbangan jawaban mereka.. Berdasarkan pertanyaan mengenai pertimbangan utama konsumen dalam membeli minyak goreng Bimoli, pilihan mutu produk dipilih oleh sebanyak 52 persen responden. Mutu produk Bimoli yang sudah terkenal sejak dahulu membuat konsumen membeli produk ini. Pilihan harga dipilih sebanyak 25 persen responden sebagai pertimbangan mereka dalam membeli Bimoli. Harga promosi yang kadang ditawarkan di tempat pembelian dapat mendorong konsumen untuk membeli suatu produk. Pilihan kepopuleran produk Bimoli dipilih oleh 13 persen responden. Kemudahan memperoleh produk dipilih sebanyak delapan persen responden sebagai pertimbangan membeli Bimoli. Dan yang terakhir sebanyak dua persen

(11)

responden memilih manfaat kesehatan produk sebagai pertimbangan dalam membeli Bimoli.

Tabel 12. Penyebaran konsumen berdasarkan pertimbangan membeli minyak goreng Bimoli

Pertimbangan Membeli Persentase (%)

Harga produk 25

Mutu produk 52

Kepopuleran produk 13

Kemudahan memperoleh produk 8

Kemasan produk 0

Manfaat kesehatan 2

Lainnya 0

Total 100

Selanjutnya adalah hasil dari pertanyaan mengenai ciri produk minyak goreng Bimoli yang paling penting, dengan responden dapat menjawab lebih dari satu pertanyaan.

Tabel 13. Penyebaran konsumen berdasarkan ciri produk Bimoli yang paling penting

Ciri Penting Produk Persentase (%)

Harga 25 Merek 68 Kemasan 3 Warna 2 Aroma 2 Lainnya 0 Total 100

Berdasarkan pertanyaan mengenai ciri produk minyak goreng yang paling penting, merek menjadi piihan yang paling banyak dipilih responden, yaitu sebanyak 68 persen responden. Merek produk yang sudah terkenal dan terpercaya sejak dahulu membuat konsumen membeli produk tersebut. Pilihan harga dipilih sebanyak 25 persen responden. Pilihan kemasan 3 persen responden dan aroma dipilih oleh 2 persen responden, dan yang terakhir pilihan warna dipilih oleh 2 persen responden.

Sistem distribusi produk yang baik akan membuat stok suatu produk selalu tersedia di tempat-tempat yang biasa konsumen membeli. Produsen harus selalu memastikan bahwa produk mereka selalu tersedia bagi konsumen yang mencarinya. Dalam pertanyaan terkait pertimbangan konsumen jika saat akan membeli minyak goreng Bimoli, tetapi pada saat itu produk minyak goreng Bimoli sedang habis, sebanyak 100 persen konsumen menyatakan akan tetap membeli minyak goreng namun dengan merek lain. Hal tersebut perlu menjadi perhatian bagi produsen, karena minyak goreng ini merupakan kebutuhan pokok yang diperlukan oleh

(12)

konsumen. Jika barang pokok yang dibutuhkan tersebut tidak ada, terpaksa konsumen akan membeli merek lain.

4.3.4 Keputusan Pembelian

Setelah mendapatkan banyak pertimbangan mengenai suatu produk dalam proses evaluasi alternatif, proses selanjutnya adalah keputusan pembelian konsumen. Konsumen mempunyai pertimbangan utama saat akan melakukan keputusan pembelian.

Dapat terlihat dari tabel 14 bahwa hal yang menjadi pertimbangan pertama konsumen dalam membeli minyak goreng Bimoli adalah mutu produk yaitu sebesar 56 persen responden. Harga produk dipilih sebesar 33 persen responden dalam memutuskan untuk membeli Bimoli. Kepopuleran produk dipilih sebesar 9 persen dan kemasan produk dipilih sebesar 2 persen responden.

Tabel 14. Penyebaran konsumen berdasarkan pertimbangan utama dalam memutuskan membeli Bimoli

Fokus Perhatian Persentase (%)

Harga produk 33 Mutu produk 56 Kepopuleran produk 9 Kemasan produk 2 Aroma 0 Warna 0 Manfaat kesehatan 0 Lainnya 0 Total 100

Dari hasil pengolahan data kuisioner diketahui bahwa pola pembelian konsumen untuk membeli minyak goreng Bimoli adalah sebanyak 83 persen responden menyatakan bahwa mereka merencanakan sebelumnya saat akan membeli bimoli. Sebanyak 17 persen responden menyatakan bahwa mereka membeli bimoli secara tidak terencana. Biasanya saat sedang terjadi promosi penjualan mereka dapat tiba-tiba memutuskan untuk membeli Bimoli.

Tabel 15. Penyebaran konsumen berdasarkan pola pembelian

Pola Pembelian Persentase (%)

Direncanakan 83

Tidak direncanakan 17

Diajak orang lain 0

Lainnya 0

Total 100

Dari pertanyaan kuisioner mengenai siapa yang mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian konsumen, sebanyaj 62 persen responden menyatakan bahwa keluarga yang mempengaruhi proses pembelian mereka. Minyak goreng

(13)

Bimoli yang biasanya sudah digunakan oleh banyak keluarga responden akan mempengaruhi mereka untuk ikut membeli juga produk tersebut. Sebanyak 38 persen responden menyatakan keputusan pembelian mereka adalah karena inisiatif diri sendiri tanpa dipengaruhi oleh siapapun.

Tabel 16. Penyebaran konsumen berdasarkan pengaruh pembelian

Pengaruh Pembelian Persentase (%)

Keluarga 62

Diri sendiri 38

Teman 0

Penjual 0

Total 100

Bentuk kemasan suatu produk mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen. Kemasan produk harus praktis dan sesuai kebutuhan konsumen. Bimoli memiliki produk dengan berbagai macam kemasan. Sebanyak 87 persen responden memilih kemasan plastik saat membeli Bimoli dan sebanyak 13 persen responden biasa membeli Bimoli dalam bentuk Botol. Kemasan tersebut merupakan konsep kemasan yang dapat diisi ulang sehingga memudahkan konsumen.

Tabel 17. Penyebaran konsumen berdasarkan bentuk produk yang biasa dibeli

Bentuk Produk Persentase (%)

Botol 13

Plastik 87

Jerigen 0

Drum 0

Total 100

4.3.5 Perilaku Pasca Pembelian

Tahap akhir dari proses pengambilan keputusan pembelian konsumen adalah evaluasi pasca pembelian. Setelah keputusan pembelian konsumen terhadap suatu produk, konsumen akan melakukan penilaian tersendiri terhadap produk yang mereka konsumsi. Konsumen yang merasa puas terhadap produk yang sudah memenuhi kebutuhan mereka, akan terdorong untuk melakukan pembelian ulang produk tersebut.

Tabel 18. Penyebaran konsumen berdasarkan tingkat kepuasan konsumen

Tingkat Kepuasan Persentase (%)

Puas 99

Tidak puas 1

Total 100

Berdasarkan pertanyaan kuisioner terkait tingkat kepuasan konsumen terhadap Bimoli, mayoritas konsumen menyatakan puas setelah membeli produk

(14)

Bimoli yaitu sebesar 99 persen konsumen, dan hanya sebesar satu persen konsumen yang menyatakan tidak puas setelah membeli Bimoli. Hal tersebut memperlihatkan bahwa mutu produk Bimoli sesuai dengan harapan konsumen.

Dalam pertanyaan terkait sikap konsumen jika saat akan membeli minyak goreng Bimoli, tetapi pada saat itu produk minyak goreng Bimoli tidak tersedia, sebanyak 98 persen konsumen menyatakan akan tetap membeli minyak goreng namun dengan merek lain. Kemudian, sebesar dua persen responden menyatakan tidak jadi memblei jika produk Bimoli tidak tersedia.

Tabel 19. Penyebaran konsumen berdasarkan sikap konsumen jika produk tidak tersedia

Sikap Konsumen Jika Bimoli Tidak Tersedia Persentase (%)

Membeli merek lain 98

Tidak jadi membeli 2

Total 100

Berdasarkan hasil pengolahan data kuisioner, diperoleh bahwa sikap konsumen jika harga Bimoli naik adalah sebesar 67 persen konsumen menyatakan tidak akan jadi membeli, kemudian sebesar 29 persen konsumen menyatakan akan tetap membeli Bimoli walaupun harganya naik, dan sebesar empat persen konsumen menyatakan akan mencari merek lain yang lebih murah. Dapat terlihat di tabel 20 berikut :

Tabel 20. Penyebaran konsumen berdasarkan sikap konsumen bila harga naik

Sikap Konsumen Jika Harga Bimoli Naik Persentase (%)

Akan tetap membeli 29

Tidak jadi membeli 67

Cari merek lain yang lebih murah 4

Total 100

Dari hasil pengolahan data kuisioner terkait niat pembelian kembali konsumen terhadap produk Bimoli, sebesar 98 persen responden menyatakan memiliki niat membeli kembali produk Bimoli, dan hanya sebesar dua persen responden yang menyatakan tidak memiliki niat membeli kembali Bimoli.

Tabel 21. Penyebaran konsumen berdasarkan niat pembelian kembali produk Bimoli

Niat Membeli Kembali Bimoli Persentase (%)

Ya 98

Tidak 2

Total 100

Berdasarkan hasil pengolahan data kuisioner, sebanyak 50 persen responden menyatakan menyarankan orang lain untuk membeli Bimoli setelah mereka memakai Bimoli, dan sebesar 50 persen responden menyatakan tidak menyarankan

(15)

orang lain untuk membeli Bimoli setelah mereka memakai Bimoli. Rekomendasi dari orang yang dipercaya oleh konsumen akan sangat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

Tabel 22. Penyebaran konsumen berdasarkan sikap menyarankan orang lain untuk membel Bimoli

Sikap Konsumen Untuk Menyarankan

Orang Lain Membeli Bimoli Persentase (%)

Ya 50

Tidak 50

Total 100

4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusam Pembelian Minyak Goreng Bimoli

Setelah mengetahui bagaimana karakteristik konsumen dan bagaimana konsumen melakukan pengambilan keputusan, tahap selanjutnya adalah menentukan faktor mana yang paling berpengaruh terhadap pembelian minyak goreng kemasan merek Bimoli. Faktor – faktor yang mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian Bimoli terdiri dari beberapa variabel yang dipengaruhi oleh empat faktor seperti yang dikemukakan oleh Kotler dan Keller, 2007 yaitu faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi, dan faktor psikologis. Untuk mengetahui faktor mana yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen, digunakan alat analisis yaitu analisis faktor. Analisis faktor digunakan untuk mereduksi sejumlah variabel menjadi lebih sedikit kemudian menamakannya sebagai faktor. Kemudian alat analisis faktor juga merupakan perangkat prosedur matematis yang memungkinkan peneliti melakukan sejumlah besar item untuk menentukan apakah item tersebut saling berhubungan atau tidak.

Pengujian korelasi antar variabel ini diukur dengan menggunakan Keiser Mayer

Oikin (KMO) dan Measure of Sampling Adequacy (MSA). KMO merupakan indeks

perbandingan besarnya koefisien korelasi pengamatan dengan besarnya koefisien korelasi parsial. Angka KMO yang semakin mendekati satu menunjukkan kesesuaian penggunaan analisis faktor. Hasil pengujian korelasi pada penelitian ini memperlihatkan korelasi angka KMO sebesar 0,795 dengan signifikansi sebesar 0,00. Angka KMO 0,795 menunjukkan bahwa penggunaan analisis faktor cukup sesuai dan nilai signifikansi jauh dibawah 0,05 (0,00 < 0,05) menunjukkan bahwa variabel sudah memadai untuk dianalisis lagi lebih lanjut pada analisis faktor.

Kemudian dilakukan proses penyaringan terhadap sejumlah variabel tersebut, sehingga didapat variabel-variabel yang memenuhi syarat untuk dianalisis. Angka MSA berada diantara nol dan satu. Nilai MSA sebesar satu, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain. Nilai MSA dapat dilihat pada tabel anti

(16)

image matrics, yaitu sejumlah angka yang berbentuk diagonal bertanda “a” pada bagian anti image matrics. Pada pengolahan ini ternyata dari 20 variabel yang diteliti memiliki

nilai MSA lebih dari 0,5. Sehingga ke-20 variabel tersebut telah memenuhi syarat untuk dianalisis lebih lanjut.

Selanjutnya adalah melakukan proses inti dari analisis faktor, yakni mengekstraksi sekumpulan variabel yang ada, sehingga terbentuk satu atau lebih faktor. Metode yang digunakan dalam proses ekstraksi ini adalah Analisis Komponen Utama (Principal

Component Analysis). Dalam hal ini, seberapa besar masing-masing variabel dapat

menjelaskan faktor yang terbentuk dapat diketahui dari nilai komunalitas variabel tersebut. Komunalitas pada dasarnya adalah jumlah ragam dari suatu peubah mula-mula yang dapat dijelaskan oleh faktor-faktor yang ada. Semakin besar nilai komunalitas sebuah variabel berarti semakin erat hubungannya dengan faktor yang terbentuk.

Hasil dari pengolahan yang dilakukan membentuk enam faktor yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian konsumen. Pembentukan faktor-faktor ini terdapat pada Tabel Total Variance Explained yang terlihat keenam faktor yang terbentuk ini memiliki nilai angka eigenvalue diatas satu. Nilai eigenvalue menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung varian seluruh variabel yang dianalisis. Nilai eigenvalue di bawah satu tidak digunakan dalam menghitung faktor yang terbentuk.

Proses analisis selanjutnya dilakukan pada Tabel Component Matrix yang menunjukkan pendistribusian 20 variabel ke dalam enam faktor yang terbentuk. Angka-angka pada Tabel Component Matrix memperlihatkan nilai loading factor yang menunjukkan nilai korelasi antara suatu variabel dengan enam faktor yang terbentuk. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel tersebut, maka dilakukan perbandingan besar korelasi dari nilai loading factor variabel tersebut guna menentukan variabel tersebut termasuk kedalam faktor yang mana. Namun, data pada Tabel Component

Matrix masih terdapat beberapa variabel yang tidak terlihat perbedaan secara nyata

pada nilai loading factor-nya, sehingga sulit dalam menentukan variabel-variabel yang diteliti termasuk ke dalam faktor yang mana. Hal ini terlihat dari nilai loading factor yang masih di bawah 0,5, adapun syarat variabel masuk ke dalam sebuah faktor yang terbentuk adalah nilai loading factor harus diatas 0,5.

Untuk itu, dilakukan proses rotasi dengan metode varimax untuk memperjelas posisi variabel dalam setiap faktor. Hasil dari proses ini tidaklah merubah jumlah faktor yang telah terbentuk, melainkan hanya merubah nilai loading factor-nya saja. Di mana di sini agar terlihat jelas perbedaannya dengan membesarkan nilai loading factor yang memang awalnya sudah besar dan begitu sebaliknya mengecilkan nilai loading factor

(17)

yang memang sudah kecil, sehingga terlihat perbedaan nyata. Berdasarkan hasil pada Tabel Rotated Component Matrix, setiap variabel yang terdapat pada faktor yang terbentuk tersebut harus memenuhi ketentuan cut off point, di mana nilai loading

factor-nya harus lebih besar dari 0,55, agar variabel tersebut dapat secara nyata

termasuk ke dalam bagian dari suatu faktor.

Berikut merupakan hasil analisis faktor dari variabel-variabel yang telah diolah dan terbentuk menjadi enam faktor :

Tabel 23. Hasil Analisis Faktor

Faktor Varian % Variabel Asal Loading

Factor Faktor Pertama ( Psycho Sosiologis) 30,143 Sender 0,724 Sikap 0,703 Keyakinan 0,695 Status 0,605 Pembelajaran 0,504 Gaya hidup 1 0,469 Faktor Kedua (Psycho Demografis) 8,126 Gaya hidup 2 0,850 Usia 0,654 Persepsi 0,547 Faktor Ketiga (Kepercayaan Pribadi) 7,734 Kepribadian 2 0, 838 Motivasi 0,800 Kepribadian 1 0,539 Faktor Keempat ( Sosial Ekonomi) 6,132 Pendapat keluarga 0,817 Pendapatan 0,724 Faktor Kelima ( Pengaruh Lingkungan) 5,952 Intens 0,791 Pengaruh Keluarga 0,617 Peran 0,449 Pengaruh teman 0,371 Faktor Keenam (Nilai) 5,934 Nilai 1 0,787 Nilai 2 0,5764

4.4.1 Faktor Pertama (Psycho Sosiologis)

Dari data pada tabel Total Variance Explained memperlihatkan faktor pertama yang terbentuk dari hasil analisis faktor memiliki nilai eigenvalue yang terbesar dari semua faktor yang ada yaitu 6,029, sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor ini merupakan faktor yang paling mempengaruhi konsumen dalam pembelian

(18)

minyak goreng Bimoli. Faktor ini mampu menjelaskan keragaman data sebesar 30,143 persen.

Faktor ini dinamakan faktor Psycho Sosiologis karena konsumen saat sebelum melakukan pembeliaan dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan juga berdasarkan keyakinan yang dimiliki terkait keunggulan suatu produk. Faktor Psycho Sosiologis merupakan faktor utama yang dipertimbangkan konsumen ketika ingin membeli minyak goreng Bimoli.

Terdapat enam variabel yang masuk dalam Psycho Sosiologis, nilai loading

factor pada setiap variabel yaitu : Sender (0,724), sikap (0,703), keyakinan (0,695),

status (0,605), pembelajaran (0,504), dan gaya hidup 1 (0,469).

Dapat dilihat pada tabel 23, nilai loading factor kelima variabel memiliki nilai lebih dari 0,5 yaitu : sender, sikap, keyakinan, status, dan pembelajaran sehingga dapat dikatakan memiliki nilai korelasi positif. Sedangkan variabel gaya hidup memiliki nilai loading factor kurang dari 0,5, sehingga dapat dikatakan variabel ini kurang memiliki pengaruh nyata dalam faktor pertama.

Lingkungan sosial mempunyai pengaruh sangat besar dalam keputusan pembelian konsumen. Kelompok-kelompok acuan yang ada di dalam lingkungan sosial dapat menjadi dasar seseorang dalam menentukan pilihan pada suatu produk, jika kelompok acuan mereka banyak yang memakai produk tersebut kemudian mereka merasa puas dan menceritakannya kepada orang lain, maka hal tersebut akan membuat seseorang memutuskan untuk mengikuti membeli produk tersebut. Adanya suatu rekomendasi untuk membeli suatu produk dari teman atau keluarga dekat akan memiliki pengaruh besar pada keputusan pembelian, konsumen lebih percaya pada kelompok acuan terdekatnya tersebut. Adanya pengaruh dari keluarga dan banyaknya kelompok acuan yang memakai Bimoli membuat seseorang terdorong untuk membeli produk tersebut juga.

Pengetahuan konsumen mengenai keunggulan suatu produk akan membuat timbulnya loyalitas terhadap produk tersebut. Jika konsumen sudah merasa puas dan yakin terhadap kualitas dari produk yang mereka konsumsi, maka sangat kecil kemungkinan konsumen tersebut untuk pindah ke merek lain. Adanya keyakinan psikologis bahwa produk Bimoli merupakan produk minyak goreng yang bermutu dan sesuai dengan dengan kebutuhan mereka membuat konsumen memutuskan untuk membeli Bimoli.

4.4.2 Faktor Kedua (Psycho Demografis)

Faktor kedua ini dinamakan faktor Psycho Demografis yang tersusun oleh variabel gaya hidup 2, usia, dan persepsi. Psycho Demografis saat akan membeli

(19)

suatu produk sangat mempengaruhi keputusan pembelian. Sekarang ini ibu rumah tangga sudah banyak yang perduli akan pentingnya gaya hidup sehat dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari bagi kesehatan seluruh keluarganya. Hal tersebut yang mendasari adanya keinginan konsumen untuk membeli produk yang mendukung tujuan hidup mereka.

Faktor Psycho Demografis memiliki eigenvalue sebesar 1,625 menunjukkan keragaman data sebesar 8,126 persen. Nilai loading factor yang dimiliki variabel dalam faktor ini adalah gaya hidup 2 (0,850), usia (0,800),dan persepsi (0,547). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat keeratan antara variabel dengan faktor yang terbentuk. Ketiga variabel memiliki nilai korelasi positif yang menunjukkan adanya faktor Psycho Demografis mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

Tujuan sangat berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen, adanya keinginan untuk memenuhi suatu tujuan didasarkan karena adanya suatu kebutuhan yang dirasakan oleh setiap konsumen. Sekarang ini sudah banyak konsumen yang menjalani gaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-harinya. Tujuan untuk menjalani gaya hidup sehat sudah menjadi suatu kebutuhan di masa sekarang ini. Konsumen yakin bahwa produk yang berkualitas dan bermanfaat bagi kesehatan akan memiliki dampak yang baik bagi kesehatan dirinya dan kesehatan keluarga mereka. Persepsi konsumen tentang mutu Bimoli yang sudak baik sejak dahulu sangat mempengaruhi keputusan pembelian.

4.4.3 Faktor Ketiga (Kepercayaan Pribadi)

Faktor ketiga ini dinamakan faktor kepercayaan pribadi. Faktor kepercayaan pribadi memiliki eigenvalue sebesar 1,547 dengan keragaman data 7,734 persen. Variabel yang termasuk ke dalam faktor keprcayaan pribadi adalah kepribadian 2, motivasi dan kepribadian 1. Adapun nilai loading factor yang dimiliki adalah kepribadian 2 sebesar 0,838, motivasi sebesar 0,8 dan kepribadian 1 sebesar 0,539, hal ini menunjukkan bahwa variabel pada faktor kepercayaan pribadi memiliki korelasi yang positif.

Kepercayaan yang dimiliki konsumen berdasarkan pada kepribadiannya terhadap suatu produk mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Masing-masing orang memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda yang mempengaruhi perilaku pembeliannya. Produk Bimoli yang sudah dikenal sebagai minyak goreng kemasan yang bermutu dan sehat untuk dikonsumsi akan sesuai dengan konsumen yang memilki kepribadian sesuai dengan keunggulan produk Bimoli tersebut.

(20)

4.4.4 Faktor Keempat (Sosial Ekonomi)

Faktor keempat ini dinamakan faktor Sosial Ekonomi. Faktor ini mampu menjelaskan keragaman data sebesar 6,132 persen dengan nilai Eigenvalue sebesar 1,226. Variabel yang termasuk pada Sosial Ekonomi adalah pendapat keluarga dan pendapatan. Variabel tersebut memiliki nilai loading factor : pendapat keluarga sebesar 0,817 dan pendapatan 0,724. Hal tersebut menunjukkan terdapat keeratan antara variabel dengan faktor yang terbentuk.

Adanya pengaruh dari lingkungan sosial dan budaya yang sudah ada dalam suatu lingkungan konsumen, akan mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Adanya kebiasaan yang memang sudah dilakukan oleh orang lain dalam suatu lingkungan akan membuat seseorang mengikuti untuk melakukan hal tersebut. 4.4.5 Faktor Kelima (Pengaruh Lingkungan)

Faktor kelima ini dinamakan faktor pengaruh lingkungan. Peranan faktor pengaruh lingkungan ini penting dalam penentuan keputusan pembelian konsumen. Konsumen merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan lingkungam sekitarnya. Faktor ini terdiri dari empat variabel yaitu intens, pengaruh keluarga, peran, dan pengaruh teman.

Faktor ini mampu menjelaskan keragaman data 5,952 persen dengan nilai

Eigenvalue sebesar 1,190. Nilai loading factor intens sebesar 0,791, pengaruh

keluarga sebesar 0,617, peran sebesar 0,449, dan pengaruh teman sebesar 0,371. Nilai loading factor keempat variabel menunjukkan nilai korelasi positif. Semakin besar lingkungan disekitar konsumen meberikan pengaruh, maka pada akhirnya hal ini akan mempengaruhi dan mendorong konsumen untuk melakukan pembelian minyak goreng Bimoli. Lingkungan secara langsung ataupun tidak langsung sangat berpengaruh terhadap pola pikir dan perilaku konsumen.

4.4.6 Faktor Keenam ( Nilai)

Faktor keenam ini dinamakan faktor nilai, karena faktor ini tersusun oleh variabel nilai konsumen saja. Faktor keenam ini terdiri dari nilai 1 dan nilai 2. Faktor ini mampu menjelaskan keragaman data sebesar 5,394 persen dengan nilai

Eigenvalue sebesar 1,079. Nilai loading factor yang dimiliki adalah nilai 1 sebesar

0,787 dan nilai 2 sebesar 0,764, sehingga dapat diartikan bahwa kedua variabel ini memiliki pengaruh nyata dalam faktor nilai. Nilai-nilai yang dipercaya oleh konsumen mempengaruhi keputusan pembelian konsumen atas suatu produk.

Konsumen mencari produk yang sesuai dengan nilai-nilai yang dipercaya sesuai dengan diri sendiri dan sesuai dengan nilai-nilai di lingkungan mereka. Adanya kepercayaan konsumen bahwa minyak goreng Bimoli akan bermanfaat

(21)

bagi kesehatan mereka dalam jangka panjang membuat mereka melakukan pembelian Bimoli.

4.5. Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui karakteristik, proses pengambilan keputusan pembelian, dan faktor keputusan pembelian minyak goreng Bimoli. Karakteristik konsumen berdasarkan hasil analisis deskriptif mayoritas ibu rumah tangga dengan usia berkisar antara 31-40 tahun dan status menikah. Hal ini menunjukkan bahwa ibu rumah tangga merupakan konsumen yang menentukan keputusan pembelian suatu produk rumah tangga di dalam keluarga. Dalam segi pendapatan dan pengeluaran per bulan dapat diketahui bahwa mayoritas konsumen memiliki pendapatan dan pengeluaran sebesar Rp. 2.000.001 sampai Rp. 5.000.00, hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas konsumen Bimoli adalah kelas menengah.

Hasil analisis deskriptif proses pengambilan keputusan pembelian konsumen menunjukkan bahwa mayoritas konsumen membeli Bimoli karena alasan mutu produk yang sesuai dengan manfaat yang dicari adalah sebagai gaya hidup sehat. Selain dari segi manfaat utama, dapat diketahui bahwa sumber informasi tentang Bimoli berasal dari televisi. Hal ini menunjukkan bahwa informasi yang berasal dari iklan di televisi cukup efektif. Pihak yang mempengaruhi konsumen dalam membeli Bimoli adalah keluarga dan jika produk Bimoli saat akan dibeli tidak tersedia maka konsumen akan membeli minyak goreng merek lain, hal tersebut karena produk minyak goreng merupakan kebutuhan pokok yang harus segera terpenuhi.

Berdasarkan hasil faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian minyak goreng Bimoli dengan menggunakan analisis faktor terbentuk enam faktor baru yaitu faktor Psycho Sosiologis, Psycho Demografis, kepercayaan pribadi, Sosial Ekonomi, pengaruh lingkungan, dan nilai.

Dari hasil tersebut, dapat disusun langkah-langkah yang dapat dilakukan Bimoli dalam menghadapi para pesaingnya dan mengembangkan strategi pemasaran produk dengan menggunakan bauran pemasaran jasa empat P, antara lain :

1. Produk merupakan hal yang penting dalam suatu persaingan bisnis. Bimoli harus dapat terus mempertahankan kualitas produknya yang lebih baik diantara para pesaing agar dapat tetap memimpin pasar. Bimoli juga dapat melakukan inovasi-inovasi baru agar produk mereka memiliki diferensiasi diantara para pesaingnya. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh Bimoli adalah dengan melakukan perubahan

(22)

kemasan produk, kemasan produk dapat dibuat lebih modern dan lebih praktis. Bimoli juga

2. Minyak goreng Bimoli tersebar di tempat-tempat yang mudah dijangkau oleh konsumen. Untuk mendapatkan produk Bimoli konsumen tidak merasa kesulitan karena dapat ditemukan di supermarket, minimarket, warung dan tempat retail lainnya. Produsen Bimoli hanya perlu memastikan bahwa keberadaan produk mereka di pasaran akan selalu terjamin dengan sistem distribusi yang baik. Karena produk minyak goreng merupakan kebutuhan pokok, konsumen akan memilih membeli merek lain jika produk Bimoli tidak ada di tempat pembelian saat mereka akan membelinya.

3. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, sumber informasi mengenai Bimoli berasal dari televisi dengan keluarga merupakan faktor yang paling mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Oleh karena itu, selain promosi melalui above the

line melalui media televisi, promosi below the line juga penting untuk dilakukan.

Bimoli dapat membuat kegiatan promosi dengan konsep event marketing yang dapat mengajak ibu rumah tangga dan potential buyer lainnya dari produk Bimoli untuk melakukan kegiatan atau lomba memasak bersama Bimoli serta membuat dan mengaktifkan komunitas ibu rumah tangga yang loyal terhadap Bimoli. Bimoli juga perlu membangun komunikasi dua arah yang baik dengan para komunitas dan konsumennya melalui jejaring sosial yang sekarang ini sudah banyak ibu rumah tangga yang menggunakannya.

4. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas konsumen memilih tidak akan membeli Bimoli jika harganya naik, oleh karena itu Bimoli harus tetap dapat mempertahankan harga yang sesuai dengan kualitas produk agar konsumen tetap membeli Bimoli. Terlihat juga bahwa beberapa konsumen tertarik untuk membeli Bimoli saat harganya turun karena promosi penjualan, Bimoli perlu melakukan hal tersebut sehingga dapat membuat konsumen baru tertarik untuk membeli Bimoli.

Selain bauran pemasaran, kajian atas pasar potensial yang dipilih manajemen pemasaran juga perlu diidentifikasi untuk menyusun langkah-langkah dalam menghadapi persaingan :

1. Beberapa aspek utama untuk mensegmentasikan produk Bimoli berdasarkan hasil penelitian meliputi aspek demografis yaitu mayoritas konsumen yang membeli Bimoli adalah usia dengan kategori orang dewasa yaitu berkisar 31-40 tahun dan

(23)

mayoritas memiliki pendapatan ekonomi menengah keatas. Oleh karena itu Bimoli perlu mempertahankan kualitas produk dan membuat inovasi produk yang dapat diterima oleh konsumen dengan segmentasi tersebut.

2. Setelah segmen pasar diketahui, selanjutnya produsen menentukan target pasar yang akan disasar. Target pasar Bimoli adalah wanita yang berusia matang dan memiliki pendapatan menengah ke atas. Konsumen yang mayoritas memiliki karakteristik seperti itu menunjukkan bahwa keputusan pembelian produk rumah tangga adalah mereka yang menentukan, dengan tetap memperhatikan manfaat produk yang dibeli bagi kesehatan diri sendiri dan seluruh anggota keluarganya. 3. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa positioning produk Bimoli adalah

produk yang merupakan suatu kesempurnaan minyak goreng dengan kualitas dan manfaat kesehatan yang dimiliki oeh Bimoli. Positioning yang sudah lama ada dibenak konsumen ini perlu terus dipertahankan oleh Bimoli dalam setiap melakukan stratei pemasaran produknya.

Gambar

Gambar 4. Karakteristik konsumen minyak goreng Bimoli berdasarkan                usia
Gambar 7. Karakteristik konsumen minyak goreng Bimoli berdasarkan                   klasifikasi pekerjaan
Gambar 8. Karakteristik konsumen minyak goreng Bimoli berdasarkan         status pekerjaan
Gambar 10. Karakteristik konsumen minyak goreng Bimoli berdasarkan                                                                    pendapatan per bulan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun disudutkan secara tidak langsung oleh pihak lain, akan tetapi dengan kebesaran hati dan tidak terlepas dari rasa persatuan kebangsaan Muhammadiyah tetap

a) Fungsi informatif, yaitu organisasi dipandang sebagai suatu sistem proses informasi. Bermakna seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang

Padahal di DKI Jakarta Sendiri, terdapat 3(tiga) Instansi Badan Narkotika Nasional yaitu Badan Narkotika Nasional Pusat, Badan Narkotika Nasional Provinsi DKI Jakarta,

Tabel 4.49 Kebutuhan Luas Tulangan Kord pada Diafragma arah Y 4-65 Tabel 4.50 Hasil Pengecekan Kebutuhan Confinement pada Kord Tekan 4-66 Tabel 4.51 Kebutuhan Luas Tulangan Kord

DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam mengembangkan strategi komunikasi pada

a) Kontrak kuliah dilakukan di awal kuliah, dengan cara kesediaan mengikuti aturan perkuliahan di FIB, sekaligus dosen yang bersangkutan mendapatkan jadwal kuliah yang

Arah atau penekanan dalam penelitian ini adalah perspektif jender dengan kritik sastra feminis pada novel Tiga Orang Perempuan karya Maria A.Sardjono dengan

Inkubasi tabung mikrosentrifus kedua selama 10 menit pada temperatur ruang (bolak-balikkan tabung 2-3 kali selama masa inkubasi) untuk melisis sel-sel darah