• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH

DR. ING. KHAFID DALAM

PROGRAM MAWAAQIT

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1)

Dalam Ilmu Syari’ah

Oleh :

ENI NURAENI MARYAM

NIM : 0 7 2 1 1 1 0 6 1

KONSENTRASI ILMU FALAK

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSIYAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

S E M A R A N G

(2)

Semarang, 15 Desember 2010 Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang Di

Semarang

PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp. : 4 (empat) eks.

Hal : Naskah Skripsi

An. Sdr. Eni Nuraeni Maryam

Assalamu alaikum Wr. Wb.

Setelah saya mengoreksi dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi Saudara :

Nama : Eni Nuraeni Maryam N I M : 072111061

Judul : Sistem Hisab Awal Bulan Kamariah Dr. Ing. Khafid dalam Program Mawaaqit

Dengan ini saya mohon kiranya skripsi Saudara tersebut dapat segera dimunaqasyahkan.

Demikian harap menjadi maklum.

Wassalamu alaikum Wr. Wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Musahadi, M.Ag H. Ahmad Izzuddin, M.Ag NIP : 19690709 199403 1003 NIP : 19720512 199903 1003

(3)

PENGESAHAN Nama : Eni Nuraeni Maryam

N I M : 072111061

Fakultas / Jurusan : Syari’ah / Ahwal Al-Syakhsiyah / Konsentrasi Ilmu Falak

Judul : “SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH

DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT”

Telah dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, pada tanggal :

30 Desember 2010

dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikan studi Program Sarjana Strata 1 (S.1) tahun akademik 2010/2011 guna memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Syari’ah.

Semarang, 30 Desember 2010 Dewan Penguji, Ketua Sidang, Drs. H. Nur Khoirin, M. Ag NIP. 19630801 199203 1 001 Sekretaris Sidang, H. Ahmad Izzuddin, M. Ag NIP. 19720512 199903 1 003 Penguji I,

Achmad Arif Budiman, M. Ag NIP. 19691031 199503 1 002

Penguji II,

Ahmad Syifaul Anam, SHI, MH NIP. 19800120 200312 1001 Pembimbing I, Drs. H. Musahadi, M. Ag NIP. 19690709 199403 1003 Pembimbing II, H. Ahmad Izzuddin, M. Ag NIP. 19720512 1999903 1003

(4)

M O T T O

ߧôJ¤±9$#

ã•yJs)ø9$#ur

5b$t7ó¡çt¿2

Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan . (QS. Ar-Rahman:5)1

uqèd

“Ï%©!$#

Ÿ@yèy_

š[ôJ¤±9$#

[ä!$u‹ÅÊ

t•yJs)ø9$#ur

#Y‘qçR

¼çnu‘£‰s%ur

tAΗ$oYtB

(#qßJn=÷ètFÏ9

yŠy‰tã

tûüÏZÅb¡9$#

z>$|¡Åsø9$#ur

Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat)

bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu) .

(QS. Yunus:5)2

1

Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Bandung: Syaamil Cipta Media, 2005, hlm. 531.

2

(5)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Apa dan Mamah tercinta (Dadang Nurul Huda dan Atisah)

yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh kasih sayang. Terima kasih atas pengorbanan, nasehat dan doa yang tiada

hentinya kalian berikan kepadaku selama ini.

Adik-adikku tersayang (Sadut, Petet, Itot) dan seluruh keluarga besarku tercinta, dukungan serta doa kalian, semoga Allah

(6)

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 15 Desember 2010 Deklarator

Eni Nuraeni Maryam 0 7 2 1 1 1 0 6 1

(7)

ABSTRAK

Di antara program-program komputer berbasis astronomi modern yang mendukung penentuan awal bulan Qamariah adalah Jean Meeus, New Comb,

Almanac Nautica, Ephemeris, Mawaaqit, Starrynight dan software falak lainnya.

Di antara kesekian pemrograman tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji Program Mawaaqit hasil karya Dr. Ing. Khafid (ahli geodesi). Menurut ilmu astronomi bentuk bumi itu bulat sehingga rumus yang digunakan dalam perhitungan awal bulan Qamariahnya adalah segitiga bola (spherical

trigonometri), sedangkan menurut ilmu geodesi bentuk bumi itu bukan bulat

tetapi ellipsoid (geodetic). Dengan background keilmuan Dr. Ing. Khafid sebagai ahli geodesi, penulis ingin menelusuri sistem hisab awal bulan Qamariah Dr. Ing. Khafid dalam program Mawaaqit.

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif evaluatif dimana data primernya berupa hasil wawancara dengan Dr. Ing. Khafid selaku pemilik Program Mawaaqit, sedangkan data sekundernya adalah seluruh dokumentasi berupa buku-buku yang membahas tentang hisab rukyat, sumber dari arsip, kamus, ensiklopedi dan buku yang berkaitan dengan penelitian. Data-data tersebut kemudian dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif analitis dan komparatif.

Hasil penelitian ini adalah metode yang digunakan dalam penentuan awal bulan Qamariah program Mawaaqit adalah metode hisab hakiki kontemporer. Dimana sistem hisab ini menggunakan hasil penelitian terakhir dan menggunakan matematika yang telah dikembangkan. Kriteria penentuan awal bulan Qamariah yang dipakai oleh Dr. Ing. Khafid dalam Program Mawaaqit adalah kriteria MABIMS yakni ketinggian hilal minimum dua derajat dan umur bulan saat matahari terbenam minimum delapan jam. Tingkat akurasi Program Mawaaqit dalam penentuan awal bulan Qamariah dapat dikatakan cukup akurat. Karena teori dan algoritma yang digunakan Mawaaqit adalah VSOP87 yang tingkat akurasinya lebih baik dari 0.01”. Di samping itu bukti keakurasiannya dapat dilihat dari hasil hisab Program Mawaaqit ketika dibandingkan dengan hasil hisab Ephemeris yang termasuk ke dalam High Accuracy Algorithm yang selama ini sering dijadikan pedoman pelaksanaan rukyat dalam penentuan awal bulan Qamariah yang hanya berbeda pada hitungan detik.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta ‘inayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Sistem Hisab Awal Bulan Qamariah Dr. Ing. Khafid dalam Program Mawaaqit. Shalawat serta salam senantiasa penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah hasil jerih payah penulis secara pribadi. Tetapi semua itu merupakan wujud akumulasi dari usaha dan bantuan, pertolongan serta do’a dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi tersebut. Oleh karena itu, penulis sampaikan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang dan Pembantu-pembantu Dekan, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menulis skripsi tersebut dan memberikan fasilitas belajar hingga kini.

2. Kementerian Agama RI PD. Pontren, atas beasiswanya selama penulis menempuh pendidikan S1 di IAIN Walisongo Semarang.

3. Drs. H. Musahadi, M. Ag selaku pembimbing I, atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan dengan sabar dan tulus ikhlas.

4. H. Ahmad Izzuddin, M. Ag selaku pembimbing II sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Daarun Najaah di mana penulis tinggal selama kuliah di IAIN Walisongo Semarang, atas bimbingan, motivasi serta nasehat yang tiada hentinya diberikan kepada penulis.

5. Eman Sulaeman, M.H., selaku Kaprodi Konsentrasi Ilmu Falak, beserta segenap pengelola Prodi Konsentrasi Ilmu Falak, dosen-dosen dan karyawan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang, atas segala didikan, bantuan dan kerjasamanya.

(9)

6. Dr. Ing. Khafid (Pemilik Program Mawaaqit) atas wawancaranya baik secara langsung, via email maupun via sms dan semua data serta informasinya yang diberikan kepada penulis.

7. Kedua orang tua penulis beserta segenap keluarga, atas segala do’a, perhatian, pengorbanan, nasehat dan curahan kasih sayangnya yang tidak dapat penulis ungkapkan dalam untaian kata-kata.

8. Kyai Siradj Khudlari selaku Pengasuh Pondok Pesantren Daarun Najaah, atas do’a, nasehat dan bimbingan yang diberikan kepada penulis.

9. KH. Ahmad Ghozali, Mu’tie, S. Ag., KH. Asep Sholahuddin Mu’tie, B.A., KH. Cecep Ishaq Asy’ari Mu’tie, Usth. Lilis Jamilah dan segenap guru-guru penulis di Pondok Pesantren Darussalam Sindangsari Kersamanah Garut, atas do’a kalian.

10. Ahmad Syifaul Anam, S.H.I., M.H, Gus Sayful Mujab, S.H.I, M.S.I., Tedi Kholiludin, S.H.I., M.S.I., atas segala bantuan dan pengarahannya.

11. Teman-teman CSS MoRA IAIN Walisongo Semarang khususnya teman-teman angkatan 2007, Genk Star tercinta (Yoyo, Usro, Anop, Jadul, Ibor, Mahyo, Niez, Cepot, Katrok, Mbah Uti, Saroful, Bekong, Ada Ben, Nyonyon, Ipeh, Opil, Aro, Ifa, Mbah Anshor, Gus Kriwil, Iyan, Oji, Jay ndut, Gus Faqih, Ncep, Yosi, Sule, Hasan, Remon).

12. Segenap santriah Pondok Pesantren Putri Daarun Najaah khususnya Kamar al-Qamariah (Jadul, Mahyo, Nafiez, Oink, Lilik, Diana).

13. Dulur-dulur HMJB (Himpunan Mahasiswa Jawa Barat) di IAIN Walisongo Semarang.

Atas semua kebaikannya, penulis hanya mampu berdo’a semoga Allah membalas semua kebaikan kalian dengan balasan yang lebih baik.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Semua itu karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

(10)

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya. Amin.

Semarang, 15 Desember 2010 Penulis,

Eni Nuraeni Maryam NIM. 072111061

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL SKRIPSI ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN DEKLARASI ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii

HALAMAN DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 5 D. Telaah Pustaka ... 5 E. Metode Penelitian ... 8 F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HISAB RUKYAT A. Pengertian Umum Hisab Rukyat ... 13

B. Dasar Hukum Hisab Rukyat ... 18

C. Sejarah dan Perkembangan Hisab Rukyat ... 24

D. Metode Hisab Rukyat ... 38

BAB III SISTEM HISAB AWAL BULAN KAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT A. Biografi Intelektual Dr. Ing. Khafid ... 56

(12)

C. Pemikiran Dr. Ing. Khafid tentang Hisab Awal

Bulan Kamariah dalam Program Mawaaqit ... 59 D. Sistem Hisab Awal Bulan Kamariah dalam Program

Mawaaqit ... 63

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN KAMARIAH

DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan

Kamariah dalam Program Mawaaqit ... 82 B. Analisis terhadap Kriteria Penentuan Awal Bulan

Kamariah dalam Program Mawaaqit ... 84 C. Analisis terhadap Tingkat Akurasi Hisab Awal

Bulan Kamariah dalam Program Mawaaqit ... 87

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 93 B. Saran-Saran ... 95 C. Penutup ... 96 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Penentuan awal bulan Qamariah sangat penting artinya bagi segenap kaum muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dikaitkan dengan perhitungan bulan Qamariah. Di antara ibadah-ibadah itu adalah shalat Idul Adha dan Idul Fitri, shalat gerhana bulan dan matahari, puasa Ramadhan dengan zakat fitrahnya, haji dan sebagainya. Demikian pula hari-hari besar dalam Islam, semuanya diperhitungkan menurut perhitungan bulan Qamariah.3

Sebenarnya, secara teknis ilmiah, posisi dan gerakan benda-benda langit sudah dapat dihitung, yaitu dengan ilmu astronomi modern dan bantuan komputer yang sangat teliti. Jangankan penampakan hilal yang sangat biasa dan selalu terjadi setiap bulan, perhitungan gerhana bulan maupun matahari yang relatif jarang pun bisa diperkirakan melalui perhitungan yang sangat teliti. Bahkan, soal yang jauh lebih rumit, seperti peristiwa langka berupa penampakan komet4 yang terjadi setiap puluhan tahun bahkan ratusan tahun sekali, bisa diperhitungkan dengan baik.5

3

Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981, hlm. 98.

4

Komet adalah anggota tata surya yang berwujud gas dan menarik pandangan jika kebetulan ada di dekat matahari. Linatasan komet mengelilingi matahari berbentuk lonjong. Makin dekat dengan matahari makin menonjol ekornya, yang tak lain adalah gas mengembang. Lihat Iratius Radiman, dkk, Ensiklopedi singkat astronomi dan ilmu yang bertautan, Bandung: Penerbit ITB, 1980, hlm. 50.

5

Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyat Telaah Syariah, Sains dan Teknologi, Jakarta: Gema Insani Press, 1996, hlm. 33.

(14)

Dewasa ini, metode hisab telah menggunakan komputer dengan tingkat presisi6 yang jauh lebih tinggi dan akurat. Berbagai perangkat lunak (software) yang praktis juga telah ada.7 Bahkan dengan banyaknya program komputer, siapa pun yang bisa mengoperasikannya dengan mudah dapat menghitung posisi bulan dan matahari. Masalahnya, tidak semua orang mengerti arti angka dalam penentuan awal bulan Qamariah, khususnya dalam penentuan awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha.

Kini, dengan metode astronomi yang sama, bahkan dengan program komputer, hasil hitungan pasti akan sama. Tidak peduli siapa yang menghitung, apakah Muhammadiyah, NU, Persis, atau orang awam. Terlalu naif, ada yang merasa hasil hisab-nya lebih unggul dan seolah metodenya beda dengan metode ormas lain yang menggunakan rukyat. Padahal tidak ada bedanya, semua ormas bisa menghitung dengan hasil yang sama.

Dengan kemajuan teknologi yang didukung perangkat komputer modern, hasil hisab/rukyat yang dilakukan umat Islam di belahan bumi lain dapat diketahui dengan cepat atau bahkan dalam hitungan milidetik oleh umat Islam di belahan bumi yang lainnya.

Di antara program-program komputer berbasis astronomi modern yang mendukung penentuan awal bulan Qamariah adalah Jean Meeus,

New Comb, EW Brown, Almanac Nautica, Astronomical Almanac,

6

Presisi adalah ketelitian. Lihat Pius A Partanto dan M Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah

Populer, Surabaya: Arkola, 1994, hlm. 623.

7

Encup Supriatna, Hisab Rukyah dan Aplikasinya (Buku Satu), Bandung: Refika Aditama, Cet I, 2007, hlm. 1.

(15)

Mawaaqit, Ascript, Astro Info, Starrynight dan banyak software-software

falak yang lain. Sistem hisab dalam program-program tersebut memiliki tingkat ketelitian yang tinggi sehingga dikelompokkan dalam High

Accuracy Algorithm.

Hal tersebut dapat terlihat dari data perhitungan ijtima' dan tinggi hilal awal Ramadhan 2010 M/1431 H menurut berbagai macam sistem8:

Ijtima’

No Kitab/Program

Hari/tanggal Jam Tinggi hilal

1 Sullam an Nayirain 09:45:19,90 04º 07' 20,05"

2 Fathurrouf al Mannan 09:53:35,98 04º 03' 12,01"

3 Syamsul Hilal 10:13:30,00 03º 53' 16,80”

4 Ittifaq Dzatil Bain 10:03:57,00 04º 34' 27,05"

5 Khulashotil Wafiyyah 09:59:55,37 03º 53' 30,00"

6 Badiatul Mitsal 08:48:32,04 04º 57' 12,15"

3 Almanak Nautika 10:08:00,00 02º 24' 18,93"

4 Ephemeris Hisab Rukyat 10:09:44,51 02º 28' 32,61"

5 Program Ahillah 10:08:34,93 02º 32' 12,45"

6 Mawaaqit 10:09:00,00 02º 12' 08,40"

9 Starry Night Pro 5

Selasa,

10 Agustus

2010

10:13:42,00 01º 58' 24,00”

Di antara kesekian pemrograman komputer berbasis astronomi modern yang mendukung penentuan awal bulan Qamariah tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji Program Mawaaqit yang merupakan implementasi dari hasil pemikiran Dr. Ing. Khafid.

8

Muthoha Arkanuddin, Mengenal Peralatan Hisab Rukyat, Disampaikan pada Acara Pelatihan Hisab Rukyat Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 29 Juli 2007, di Hotel Plaza Arjuna Yogyakarta.

(16)

Dr. Ing. Khafid adalah seorang ahli geodesi9 yang kini bekerja di Pusat Pemetaan Dasar Kelautan dan Kedirgantaraan Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) Cibinong Bogor.

Para ahli astronomi menyatakan bahwa bentuk bumi adalah bulat. Hal tersebut terlihat dari rumus segitiga bola yang digunakan dalam penentuan awal bulan Qamariah. Sedangkan menurut ilmu geodesi, bentuk bumi tidaklah bulat pepat akan tetapi ellips (geoid).

Dengan background keilmuan Dr. Ing. Khafid yang bukan astronomi maupun ilmu falak melainkan geodesi, penulis ingin menelusuri salah satu software aplikasi falak yang terdapat dalam program tersebut yaitu mengenai sistem hisab awal bulan Qamariah Dr. Ing. Khafid dalam program Mawaaqit.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dan untuk membatasi skripsi agar lebih spesifik dan tidak terlalu melebar, maka dapat dikemukakan pokok permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana metode hisab awal bulan Qamariah dalam program Mawaaqit?

2. Apa kriteria penentuan awal bulan Qamariah yang digunakan Dr. Ing. Khafid dalam program Mawaaqit?

9

Geodesi merupakan ilmu mengenai ukuran dan bentuk bumi serta metode untuk mengetahui ukurannya. Lihat Iratius Radiman, dkk, op.cit. hlm. 35.

(17)

3. Bagaimana tingkat akurasi hisab awal bulan Qamariah program Mawaaqit?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penulis adalah berikut:

1. Untuk mengetahui metode hisab awal bulan Qamariah dalam Program Mawaaqit.

2. Untuk mengetahui kriteria penentuan awal bulan Qamariah yang digunakan Dr. Ing. Khafid dalam program Mawaaqit.

3. Untuk mengetahui tingkat akurasi hisab awal bulan Qamariah program Mawaaqit.

D. TELAAH PUSTAKA

Sejauh penelusuran penulis, belum ditemukan tulisan yang secara khusus dan mendetail membahas tentang Sistem Hisab Awal Bulan

Qamariah Dr. Ing. Khafid dalam Program Mawaaqit, namun demikian

terdapat beberapa tulisan yang berhubungan dengan yang tersebut di atas. Penelitian Ahmad Izzuddin dengan judul Zubaer Umar al-Jaelani

Dalam Sejarah Pemikiran Hisab Rukyat di Indonesia10. Hasil penelitian tersebut memaparkan pemikiran hisab Zubaer Umar al-Jaelany yang dibukukan dalam Khulasoh al-Wafiyah yaitu menggunakan anggaran baru

10

Ahmad Izzuddin, Zubaer Umar al-Jaelani (Dalam Sejarah Pemikiran Hisab Rukyat di

(18)

prinsip heliosentris11 yang sampai sekarang masih diakui kebenaran ilmiahnya. Pada prinsipnya pemikiran hisab Zubaer Umar al-Jaelany menggunakan prinsip matematika modern (astronomi modern), hanya saja masih menggunakan bahasa Arab. Oleh karena itu pemikiran hisab Zubaer Umar al-Jaelany tidak jauh berbeda bahkan sama keakurasiannya dengan

hisab kontemporer.12

Skripsi A. Syifaul Anam Studi Tentang Hisab Awal Bulan

Qamariah dalam Kitab Khulashoh al Wafiyyah dengan Metode Haqiqi bi at-Tahqiq13 yang menerangkan bagaimana hisab awal bulan Qamariah dengan metode kitab Khulasoh al Wafiyyah serta menjelaskan kelebihan dan kekurangan metode yang terdapat dalam kitab tersebut. Adapun metode hisab awal bulan Qamariah dalam kitab ini tidak jauh berbeda dengan beberapa konsep yang dikembangkan hisab haqiqi kontemporer.

Skripsi M. Taufiq Analisis Terhadap Penentuan Awal Bulan

Qamariah menurut Muhammadiyah dalam Perspektif Hisab Rukyat di Indonesia14 yang menerangkan metode yang dipakai oleh Muhammadiyah dalam menentukan awal bulan Qamariah. Metode hisab awal bulan

11

Heliosentris adalah pandangan yang dimunculkan oleh Copernicus yang menyatakan bahwa matahari sebagai pusat peredaran benda-benda langit dalam tatasurya. Bumi, bulan, dan planet-planet sebagai anggota tatasurya. Muhyiddin Khazin, Jogjakarta: Buana Pustaka, Cetakan pertama, 2005, hlm. 29.

12

Sistem hisab ini menggunakan hasil penelitian terakhir dan menggunakan matematika yang telah dikembangkan dengan sistem koreksi yang lebih teliti dan kompleks, sesuai dengan kemajuan sains dan teknologi. Susiknan Azhar, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Lazuardi, 2001, hlm. 18.

13

A. Syifaul Anam, Studi Tentang Hisab Awal Bulan Kamariah Dalam Kitab Khulashoh al

Wafiyyah dengan Metode Haqiqi bit Tahqiq, Skripsi Sarjana Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo

Semarang, 2001, t.d.

14

M. Taufiq, Analisis Terhadap Penentuan Awal Bulan Kamariah Menurut Muhammadiyah

Dalam Perspektif Hisab Rukyat Di Indonesia, Skripsi Sarjana Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo

(19)

Qamariah yang digunakan oleh Muhammadiyah yaitu hisab wujud

al-hilal,15 prinsipnya jika menurut perhitungan (hisab) hilal sudah dinyatakan di atas ufuk16, maka hari esoknya sudah dapat ditetapkan sebagai tanggal satu tanpa harus menunggu hasil rukyat.

Skripsi Sudarmono Analisis Terhadap Penetapan Awal Bulan

Qamariah Menurut Persatuan Islam17 yang menerangkan metode serta kriteria hisab yang dipakai oleh Persatuan Islam (Persis) dalam menentukan awal bulan Qamariah serta dasar hukumnya. Adapun kriteria yang dipakai oleh Persis untuk saat ini adalah Imkan al-Rukyat (kemungkinan hilal dapat dilihat) yang artinya pergantian bulan itu ditentukan dengan hasil hisab dan posisi hilal atau ketinggian hilal sekian derajat dari ufuk. Sama seperti yang dipakai oleh Pemerintah yang dalam hal ini adalah Departemen Agama. Walaupun sebenarnya sebelumnya Persis menggunakan kriteria-kriteria yang lain. Dalam melakukan perhitungannya Persis mengalami perubahan atau selalu berkembang, yang semula hanya menggunakan sistem Hisab Hakiki Taqribi dengan kriteria Ijtima Qobla al-Ghurub18 dengan kitab Sullam Nayirain, Wujud

15

Menurut aliran hisab wujudul hilal, prinsipnya jika menurut perhitungan (hisab) hilal sudah dinyatakan di atas ufuk, maka hari esoknya sudah dapat ditetapkan sebagai tanggal satu tanpa harus menunggu hasil rukyat. Aliran ini yang dipakai oleh Muhammadiyah. Lihat Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis (Metode Hisab Rukyat Praktis dan Solusi Permasalahannya), Semarang: Komala Grafika, hlm. 127.

16

Ufuk atau horizon atau cakrawala biasa diterjemahkan dengan “kakilangit”. Muhyiddin Khazin, op.cit. hlm. 85.

17

Sudarmono, Analisis Terhadap Penetapan Awal Bulan Kamariah Menurut Persatuan

Islam, Skripsi Sarjana Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang, 2008, t.d.

18

Pada madzhab ijtima’ qabla al-ghurub, kondisi rukyatul hilal (apakah hilal tampak secara visual atau tidak) dianggap tidak terlalu penting sepanjang faktor-faktor kelahiran hilal secara astronomis telah ada (wujud). Yang menjadi persyaratan utama madzhab ini hanyalah peristiwa konjungsi (ijtima un nayirain) yang terjadi sebelum matahari tenggelam. Lihat Tono Saksono,

(20)

al-Hilal di sebagian wilayah Indonesia, Wujud al-Hilal di seluruh

Indonesia dan kini sesuai dengan perkembangannya Persis menggunakan sistem hisab Ephemeris dengan kriteria Imkan al-Rukyat.

Skripsi Anisah Budiwati Sistem Hisab Arah Kiblat Dr. Ing. Khafid

dalam Program Mawaaqit yang menerangkan sistem hisab arah kiblat Dr.

Ing. Khafid. Adapun hasil penelitiannya bahwa Program Mawaaqit masih memiliki penyimpangan sudut kiblat sebesar 12 km dari ka’bah akan tetapi masih masuk wilayah Mekkah.

Dalam kajian pustaka tersebut terdapat beberapa penelitian yang membahas tentang hisab awal bulan Qamariah dengan berbagai metode dan kriteria, demikian pula penelitian terhadap pemikiran Dr. Ing. Khafid tentang sistem hisab arah kiblat Program Mawaaqit, tapi menurut penulis belum ada tulisan yang membahas secara spesifik tentang Sistem Hisab Awal Bulan Qamariah Dr. Ing. Khafid dalam Program Mawaaqit .

E. METODOLOGI PENELITIAN 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif evaluatif. Dengan metode deskriptif evaluatif, penulis berupaya mengungkap dan memahami sistem hisab awal bulan Qamariah Dr. Ing. Khafid dalam Program Mawaaqit dan mengevaluasinya dengan membandingkannya dengan sistem lain.

Mengkompromikan Hisab dan Rukyat, Jakarta: Amythas Publicita (www.majalah farmacia.com)

(21)

Penelitian ini juga tergolong penelitian kepustakaan (Library

Research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan menelaah

bahan-bahan pustaka, baik berupa buku, ensiklopedi, jurnal, majalah dan sumber lainnya yang relevan dengan topik yang dikaji.19

2. Sumber Data

Menurut sumbernya, data penelitian digolongkan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer atau data tangan pertama adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian, baik itu berupa dokumentasi20 maupun wawancara21 yang penulis dapatkan langsung dari Dr. Ing. Khafid sebagai pemilik Program Mawaaqit. Sedangkan data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder ini akan penulis dapatkan melalui wawancara terhadap pihak lain yang berkompeten dalam bidang astronomi maupun ilmu falak dan dokumentasi22 yaitu berupa buku-buku yang membahas tentang hisab rukyat, majalah ilmiah, sumber dari arsip, kamus, ensiklopedi dan

19

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Rajawali, 1986, hlm. 15.

20

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Lihat dalam Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2002, hal. 206.

21

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu. Lihat Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif Paradigma Baru

Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, Cet IV, hlm. 180.

22

(22)

buku yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai tambahan atau pelengkap.

3. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam skripsi ini, dalam hal mendapatkan data primer penulis menggunakan metode wawancara, yaitu penulis melakukan wawancara dengan Dr. Ing. Khafid selaku pemilik Program Mawaaqit. Penulis juga menggunakan metode dokumentasi yaitu penulis mengumpulkan buku-buku atau data-data penunjang yang berkaitan dengan sistem hisab awal bulan Qamariah program Mawaaqit. Di samping itu penulis juga mengumpulkan buku-buku atau tulisan yang membicarakan tentang hisab rukyat, khususnya masalah penentuan awal bulan Qamariah baik yang penulis dapatkan langsung dari sumber primer maupun sekunder.

4. Metode Analisis Data

Data mentah yang penulis kumpulkan akan dianalisis dengan metode deskriptif analitis23 dan metode komparatif yang mana penulis akan memberikan deskripsi mengenai hasil analisis yang penulis lakukan dan membandingkannya dengan salah satu sistem hisab lain.

23

Analisis deskriptif merupakan prosedur statistik untuk menguji generalisasi hasil penelitian yang didasarkan atas satu variabel. Lihat dalam Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi

(23)

Proses analisis data dimulai dengan pengumpulan buku-buku atau data-data yang berkaitan dengan sistem hisab awal bulan Qamariah Program Mawaaqit untuk kemudan diolah sehingga menghasilkan data baru. Yang pertama kali penulis lakukan adalah mencari tahu metode yang digunakan dalam hisab awal bulan Qamariah Program Mawaaqit. Selanjutnya penulis menganalisis kriteria penentuan awal bulan Qamariah yang digunakan Dr. Ing. Khafid dalam Program Mawaaqit. Tahap terakhir penulis melakukan evaluasi terhadap sistem dan hasil hisab awal bulan Qamariah program Mawaaqit dengan sistem lain untuk mengetahui sejauh mana keakuratan hisab Program Mawaaqit.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Secara garis besar penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab. Dimana dalam setiap bab terdapat sub-sub pembahasan, yaitu:

BAB I : Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Umum tentang Hisab Rukyat

Bab ini membahas masalah pengertian umum hisab rukyat, dasar hukum hisab rukyat, sejarah dan perkembangan hisab rukyat, metode hisab rukyat.

(24)

BAB III : Sistem Hisab Awal Bulan Qamariah Dr. Ing. Khafid dalam Program Mawaaqit

Bab ini meliputi Biografi intelektual Dr. Ing. Khafid, Karya-karya Dr. Ing Khafid, Pemikiran Dr. Ing. Khafid tentang hisab awal bulan Qamariah Program Mawaaqit, Sistem hisab awal bulan Qamariah dalam program Mawaaqit.

BAB IV : Analisis Sistem Hisab Awal Bulan Qamariah Dr. Ing.

Khafid dalam Program Mawaaqit

Bab ini membahas Analisis terhadap metode hisab awal bulan Qamariah dalam Program Mawaaqit, Analisis terhadap kriteria penentuan awal bulan Qamariah Dr. Ing. Khafid dalam Program Mawaaqit, Analisis terhadap tingkat akurasi hisab awal bulan Qamariah dalam Program Mawaaqit.

BAB V : Penutup

Bab ini merupakan bab penutup skripsi yang meliputi: kesimpulan, saran-saran, dan penutup.

(25)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG HISAB RUKYAT

A. Pengertian Umum Hisab Rukyat 1. Pengertian Hisab

Secara etimologis kata hisab berasal dari bahasa Arab yang berarti perhitungan atau Arithmatic.24 Di dunia Islam istilah hisab25 sering digunakan dalam ilmu falak (astronomi) untuk memperkirakan posisi matahari dan bulan terhadap bumi.26

Dalam Al-Qur’an Surat Yunus ayat 5 disebutkan:

uqèd

“Ï%©!$#

Ÿ@yèy_

š[ôJ¤±9$#

[ä!$u‹ÅÊ

t•yJs)ø9$#ur

#Y‘qçR

¼çnu‘£‰s%ur

tAΗ$oYtB

(#qßJn=÷ètFÏ9

yŠy‰tã

tûüÏZÅb¡9$#

z>$|¡Åsø9$#ur

4

Artinya: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu)”. (QS. Yunus:5)27

Juga dalam Surat Ar-Rahman ayat 5:

ߧôJ¤±9$#

ã•yJs)ø9$#ur

5b$t7ó¡çt¿2

24

Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Jogjakarta: Buana Pustaka, Cetakan pertama, 2005, hlm. 30.

25

Ilmu hisab yang dimaksudkan di sini adalah ilmu hisab sebagai ilmu falak yang biasa digunakan umat Islam dalam proses penentuan berbagai hal dalam praktik ibadah. Lihat Encup Supriatna, Hisab Rukyat dan Aplikasinya Buku Satu, Bandung: Refika Aditama, Cetakan Pertama, 2007, hlm. 2.

26

Ibid, hlm. 1.

27

Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Bandung: Syaamil Cipta Media, 2005, hlm. 208.

(26)

Artinya : “Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan”. (QS.

Ar-Rahman:5)28

Secara etimologis kata falak29 berasal dari bahasa Arab yang mempunyai persamaan arti dengan kata madar30 atau kata orbit31 dan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai lingkaran langit atau cakrawala32, sehingga ilmu falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-benda langit (khususnya bumi, bulan, dan matahari) pada orbitnya masing-masing dengan tujuan untuk mengetahui posisi benda-benda langit antara satu dengan lainnya, agar dapat diketahui waktu-waktu di permukaan bumi.33

Ilmu ini disebut dengan ilmu falak, karena ilmu ini mempelajari lintasan benda-benda langit. Ilmu ini disebut pula dengan ilmu hisab, karena ilmu ini menggunakan perhitungan. Ilmu ini disebut pula ilmu

rashd, karena ilmu ini memerlukan pengamatan. Ilmu ini sering disebut

pula ilmu miqat, karena ilmu ini mempelajari tentang batas-batas waktu.34

28

Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Bandung: Syaamil Cipta Media, 2005, hlm. 531.

29

Falak adalah jalan benda-benda langit; atau garis lengkung yang dilalui oleh suatu benda langit dalam lingkaran hariannya. Falak disebut dengan “orbit” yang diterjemahkan dengan lintasan. Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, op.cit, hlm. 24.

30

Madar adalah lingkaran yang sejajar equator. Madar ini merupakan tempat suatu benda langit beredar, sehingga ia disebut pula dengan “lingkaran harian” suatu benda langit. Lihat Muhyiddin Khazin, ibid, hlm. 50.

31

Orbit = Falak. Ibid, hlm. 62.

32

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia, Edisi ke empat, 2008, hlm. 387.

33

Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka, Cetakan Pertama, 2004, hlm. 3.

34

(27)

Dari keempat istilah di atas, yang populer di masyarakat adalah ilmu falak dan ilmu hisab .35

Ilmu hisab itu pada garis besarnya ada dua macam yaitu 'ilmiy dan

'amaliy. Ilmu hisab 'ilmiy adalah ilmu hisab yang membahas teori dan

konsep benda-benda langit, misalnya dari segi asal mula kejadiannya (cosmogoni), bentuk dan tata himpunannya (cosmologi), jumlah anggotanya (cosmografi), ukuran dan jaraknya (astrometik), gerak dan daya tariknya (astromekanik), dan kandungan unsur-unsurnya (astrofisika).36

Sedangkan ilmu hisab 'amaliy adalah ilmu hisab yang melakukan perhitungan untuk mengetahui posisi dan kedudukan benda-benda langit antara satu dengan yang lainnya. Ilmu hisab 'amaliy inilah yang oleh masyarakat umum dikenal dengan ilmu hisab.37

Pokok bahasan dalam ilmu hisab adalah penentuan waktu dan posisi benda-benda langit (matahari dan bulan) yang diasumsikan memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan ibadah (hablun min Allah). Sehingga pada dasarnya pokok bahasan ilmu falak adalah berkisar pada:38 1. Penentuan arah kiblat dan bayangan arah kiblat

2. Penentuan waktu shalat

3. Penentuan awal bulan (khususnya bulan Qamariah)

4. Penentuan gerhana baik gerhana matahari maupun gerhana bulan.

35

Zubair Umar al-Jailany, Khulashah al-Wafiyah, hlm. 3.

36

Ibid, hlm. 4.

37

Ibid, hlm. 4.

38

Ahmad Izzudin, Ilmu Falak Praktis (Metode HIsab Rukyat Praktis dan Solusi

(28)

Adapun pembahasan awal bulan dalam ilmu hisab adalah menghitung waktu terjadinya konjungsi (ijtima )39, yakni posisi matahari dan bulan memiliki nilai bujur astronomi yang sama, serta menghitung posisi (tinggi dan azimuth40) bulan (hilal) dilihat dari suatu tempat ketika matahari terbenam pada hari terjadinya konjungsi itu.41

2. Pengertian Rukyat

Kata rukyat merupakan kata isim bentuk masdar dari fi’il ra a

yara (

). Kata dan tashrifnya mempunyai banyak arti,

antara lain:42

a. Ra’a ( ) bermakna

,

artinya melihat dengan mata kepala. Bentuk masdarnya

.

Diartikan demikian jika maf’ul bih (obyek)nya menunjukkan sesuatu yang tampak/terlihat.

Contoh:

....

apabila kamu melihat hilal (HR. Muslim)

b. Ra’a ( ) bermakna

/

, artinya mengerti, memahami,

mengetahui, memperhatikan, berpendapat dan ada yang mengatakan 39

Ijtima’ artinya kumpul atau bersama, yaitu posisi matahari dan bulan berada pada satu bujur astronomi. Dalam astronomi dikenal dengan istilah conjunction (konjungsi). Para ahli astronomi murni menggunakan ijtima’ ini sebagai kriteria penggantian bulan Kamariah, sehingga ia disebut pula dengan New Moon. Lihat Muhyiddin Khazin, 99 Tanya Jawab Masalah Hisab dan Rukyat, Yogyakarta: Ramadhan Press, 2009, hlm. 70.

40

Azimuth atau jihah berarti arah, yaitu harga suatu sudut untuk tempat atau benda langit yang dihitung sepanjang horizon dari titik utara ke timur searah jarum jam sampai titik perpotongan antara lingkaran vertikal yang melewati tempat atau benda langit itu dengan lingkaran horizon. Lihat Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, hlm. 40.

41

Ibid, hlm. 3.

42

A. Ghozali Masroeri, Rukyatul Hilal, Pengertian dan Aplikasinya, Disampaikan dalam Musyawarah Kerja dan Evaluasi Hisab Rukyat Tahun 2008 yang diselenggarakan oleh Badan Hisab Rukyat Departemen Agama RI di Ciawi Bogor tanggal 27-29 Februari 2008, hlm. 1-2.

(29)

melihat dengan akal pikiran. Bentuk masdarnya . Diartikan demikian jika maf’ul bih (obyek)nya berbentuk abstrak atau tidak mempunyai maf’ul bih (obyek).

Contoh:

|M÷ƒuäu‘r&

“Ï%©!$#

Ü>Éj‹s3ãƒ

ÉúïÏe$!$$Î/

Artinya: “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?” (QS. Al-Maun:1)

c. Ra’a ( ) bermakna

/

, artinya mengira, menduga, yakin, dan ada yang mengatakan melihat dengan hati. Bentuk masdarnya . Dalam kaedah bahasa Arab diartikan demikian jika mempunyai dua maf’ul bih (obyek).

Contoh:

öNåk¨XÎ)

¼çmtR÷rt•tƒ

#Y‰‹Ïèt/

Artinya: “Sesungguhnya mereka menduga siksaan itu jauh (mustahil)” (QS. Al-Ma’arij: 6)

Secara harfiah, rukyat berarti “melihat”. Arti yang paling umum adalah “melihat dengan mata kepala”.43 Namun demikian kata rukyat yang berasal dari kata ra a ini dapat pula diartikan dengan melihat bukan dengan cara visual, misalnya melihat dengan pikiran atau ilmu (pengetahuan). Ragam arti dari kata tersebut tergantung pula pada obyek yang menjadi sasarannya.44

43

Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyat Telaah Syariah, Sains dan Teknologi, Jakarta: Gema Insani Press, 1996, hlm. 41.

44

(30)

Ketika kata rukyat dihubungkan dengan kata hilal, maka ia akan berarti sesuai dengan definisi hilal yang digunakan. Rukyat dalam pengertian melihat secara visual (melihat dengan mata kepala) atau

rukyat-bashariyah atau disebut juga rukyat bi al-fi li, hanya cocok untuk hilal

dalam pengertian hilal aktual.45

Rukyat al-hilal yang terdapat dalam sejumlah hadits Nabi saw

tentang rukyat hilal Ramadan dan Syawal adalah rukyat al-hilal dalam pengertian hilal aktual. Jadi, secara umum, rukyat dapat dikatakan sebagai

pengamatan terhadap hilal .46

Menurut hadis Shahih Bukhari Muslim, disunahkan melakukan

rukyat baik jika langit cerah atau mendung. Namun jika tidak

memungkinkan, maka lakukanlah “pengkadaran” atau dalam bahasa aslinya faqduru lahu.47

B. Dasar Hukum Hisab Rukyat 3. Dasar hukum dari Al-Qur’an

a. Surat al-Baqarah ayat 189

š•tRqè=t«ó¡o„

Ç`tã

Ï'©#ÏdF{$#

(

ö@è%

}‘Ïd

àM‹Ï%ºuqtB

Ĩ$¨Y=Ï9

Ædkysø9$#ur

3

}§øŠs9ur

•ŽÉ9ø9$#

br'Î/

(#qè?ù's?

šVqãŠç6ø9$#

`ÏB

$ydÍ‘qßgàß

£`Å3»s9ur

§ŽÉ9ø9$#

Ç`tB

4†s+¨?$#

3

(#qè?ù&ur

šVqã‹ç7ø9$#

ô`ÏB

$ygÎ/ºuqö/r&

4

(#qà)¨?$#ur

©!$#

öNà6¯=yès9

šcqßsÎ=øÿè?

45 Ibid. 46

Farid Ruskanda, op.cit, hlm. 41.

47

(31)

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung”. (QS. Al-Baqarah:189)48

b. Surat al-Anbiya ayat 33

uqèdur

“Ï%©!$#

t,n=y{

Ÿ@ø‹©9$#

u‘$pk¨]9$#ur

}§ôJ¤±9$#ur

t•yJs)ø9$#ur

(

@@ä.

’Îû

;7n=sù

tbqßst7ó¡o„

Artinya: “Dan dialah yang Telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya”. (QS. Al-Anbiya:33)49

c. Surat al-An’am ayat 96

ß

,Ï9$sù

Çy$t6ô¹M}$#

Ÿ@yèy_ur

Ÿ@øŠ©9$#

$YZs3y™

}§ôJ¤±9$#ur

t•yJs)ø9$#ur

$ZR$t7ó¡ãm

4

y7Ï9ºsŒ

㕃ωø)s?

Í“ƒÍ•yèø9$#

ÉOŠÎ=yèø9$#

Artinya: “Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-An am:96)50

d. Surat al-An’am ayat 97

uqèdur

“Ï%©!$#

Ÿ@yèy_

ãNä3s9

tPqàf‘Z9$#

(#r߉tGöktJÏ9

$pkÍ5

’Îû

ÏM»yJè=àß

ÎhŽy9ø9$#

Ì•óst7ø9$#ur

3

ô‰s%

$uZù=¢Ásù

ÏM»tƒFy$#

5Qöqs)Ï9

šcqßJn=ôètƒ

Artinya: “Dan dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan

48

Departemen Agama RI, op.cit, hlm. 29.

49

Ibid, hlm. 324.

50

(32)

di laut. Sesungguhnya kami Telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (kami) kepada orang-orang yang Mengetahui”.

(QS. Al-An am:97)51

e. Surat Yasin ayat 39

t•yJs)ø9$#ur

çm»tRö‘£‰s%

tAΗ$oYtB

4Ó®Lym

yŠ$tã

Èbqã_ó•ãèø9$%x.

ÉOƒÏ‰s)ø9$#

Artinya: “Dan Telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (Setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua”. (QS.

Yasin:39)52

f. Surat Yasin ayat 40

Ÿw

ߧôJ¤±9$#

ÓÈöt7.^tƒ

!$olm;

br&

x8Í‘ô‰è?

t•yJs)ø9$#

Ÿwur

ã@ø‹©9$#

ß,Î/$y™

Í‘$pk¨]9$#

4

@@ä.ur

’Îû

;7n=sù

šcqßst7ó¡o„

Artinya: “Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya”. (QS. Yasin:40)53

Dari beberapa ayat Al-Qur’an di atas, tidak ada ayat yang secara tegas menunjukkan bahwa penetapan awal bulan Qamariah adalah dengan metode hisab atau rukyat. Ayat-ayat tersebut hanya memberikan isyarat bahwa bulan dan matahari bisa dijadikan pedoman dalam menetapkan waktu-waktu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan ibadah. Apa yang ditunjukkan dalam al-Qur’an tersebut masih global. yang kemudian di spesifikan lagi oleh hadis-hadis Nabi.

51 Ibid, hlm. 129. 52 Ibid, hlm. 442. 53 Ibid, hlm. 442.

(33)

4. Dasar Hukum dari Hadis

a. Hadis Riwayat Muslim dari Abu Hurairah

)

(

Artinya : “ Berpuasalah kamu semua karena terlihat hilal (Ramadan) dan berbukalah kamu semua karena terlihat hilal (Syawal). Bila hilal tertutup atasmu maka sempurnakanlah bilangan bulan Sya’ban tigapuluh”. (HR. Muslim)

Inti hadis ini, bahwa penentuan puasa Ramadan harus di dasarkan sistem rukyat pada tanggal 29 Sya’ban malam 30. Jika hilal terlihat, maka keesokan harinya berpuasa; dan jika hilal tidak terlihat, maka umur bulan Sya’ban harus digenapkan 30 hari baru kemudian esoknya berpuasa atas dasar istikmal.55

b. Hadits Riwayat Muslim dari Ibn Umar

)

(

56

Artinya : “Dari Ibnu Umar ra. Berkata Rasulullah saw bersabda satu bulan hanya 29 hari, maka jangan kamu berpuasa sebelum melihat bulan, dan jangan berbuka sebelum melihatnya dan jika tertutup awal maka perkirakanlah. (HR. Muslim).

54

Ibid, hlm. 482.

55

A. Ghozali Masruri, op.cit, hlm 6.

56

(34)

c. Hadis Riwayat Bukhari

:

)

(

57

Artinya :” Dari Nafi’ dari Abdillah bin Umar bahwasannya Rosulallah saw menjelaskan bulan ramadhan kemudian belia bersabda: janganlah kamu berpuasa sampai kamu melihat hilal dan (kelak) janganlah kamu berbuka hingga kamu melihatnya, jika tertutup awan maka perkirakanlah. (HR. Bukhori).

Kata faqduru dalam kedua hadis tersebut masih harus diperjelas lagi maksudnya. Kata faqduru adalah bentuk amr dari fi’il madly qadara dan memiliki banyak arti; sanggupilah, kuasailah,

ukurlah, bandingkanlah, pikirkanlah, pertimbangkanlah, sediakanlah, persiapkanlah, muliakanlah, bagilah, tentukanlah, takdirkanlah, persempitlah, tekanlah, dan masih banyak arti lain.58

Menurut para ahli ushul kata faqduru disebut kata mujmal (banyak artinya). Untuk memahaminya harus dijelaskan dengan mencarikan kata mufassar (pasti artinya) dalam hadis lain, seperti kata

fakmilu (sempurnakanlah) sebagaimana terdapat pada hadis Muslim

(maka sempurnakanlah bilangan bulan

Sya ban menjadi tiga puluh).59

57

Ibid, hlm 35

58

A. Ghozali Masruri, op.cit, hlm 8.

59

(35)

Dengan demikian jelaslah, bahwa yang dimaksud dengan

faqduru lahu dalam kedua hadis tersebut harus dipahami dengan

makna sempurnakanlah bilangan bulan Sya ban menjadi tiga puluh .60

d. Hadis Riwayat Bukhari

)

(

Artinya : “ Dari Sa’id bin Amr bahwasanya dia mendengar Ibnu Umar ra dari Nabi saw beliau bersabda : sungguh bahwa kami adalah umat yang ummi tidak mampu menulis dan menghitung umur bulan adalah sekian dan sekian yaitu kadang 29 hari dan kadang 30 hari. (HR. Bukhori)

Hadis tersebut menjelaskan bahwa usia bulan Qamariah kadang 29 hari dan kadang 30 hari, berbeda dengan umur bulan Syamsiyah.

Hadis-hadis tersebut di atas memiliki redaksi yang berbeda-beda tetapi memiliki maksud dan tujuan yang sama. Hadis-hadis tersebut memperjelas makna yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang masih global.

Hadis-hadis tersebut menunjukkan bahwa yang dimaksudkan menentukan waktu-waktu ibadah dalam Al-Qur’an adalah dengan cara melihat dan mengamati hilal secara langsung pada hari ke 29 (malam

60

Ibid.

61

(36)

ke-30) dari bulan yang sedang berjalan. Apabila ketika itu hilal dapat terlihat, maka pada malam itu dimulai tanggal 1 bagi bulan baru atas dasar rukyat al hilal, tetapi apabila tidak berhasil melihat hilal, maka malam itu tanggal 30 dari bulan yang sedang berjalan dan kemudian malam berikutnya dimulai tanggal 1 dari bulan baru atas dasar

istikmal (menggenapkan 30 hari bagi bulan sebelumnya).62

C. Sejarah dan Perkembangan Hisab Rukyat

Merujuk pada penemu pertama ilmu falak atau astronomi yakni Nabi Idris sebagaimana disebutkan dalam setiap mukadimah kitab-kitab falak, nampak bahwa wacana ilmu falak sudah ada sejak waktu itu, atau bahkan lebih awal daripada itu.63

Menurut Ahmad Izzuddin, baru sekitar abad ke-28 sebelum Masehi embrio ilmu falak mulai nampak. Ia digunakan untuk menentukan waktu bagi saat-saat penyembahan berhala. Keadaan seperti ini sudah nampak di beberapa negara seperti di Mesir untuk menyembah Dewa Orisis, Isis, dan Amon, di Babilonia dan Mesopotamia untuk menyembah dewa Astoroth dan Baal.64 Pada abad XX sebelum Masehi, di negeri Tiong Hoa telah ditemukan

alat untuk mengetahui gerak matahari dan benda-benda langit lainnya dan mereka pula yang mula-mula dapat menentukan terjadinya gerhana matahari.65

62

A. Ghozali Masroeri, op.cit, hlm. 4.

63

Ahmad Izzuddin, op.cit, hlm. 6

64

Ibid.

65

(37)

Kemudian berlanjut pada asumsi Phytagoras (580-500 SM) bahwa bumi berbentuk bulat bola, yang dilanjutkan Heraklitus dari Pontus (388-315 SM) yang mengemukakan bahwa bumi berputar pada sumbunya, Merkurius dan Venus mengelilingi matahari dan matahari mengelilingi bumi.66

Pendapat tersebut diperkuat oleh Aristoteles (384-322 SM) yang mengemukakan bahwa pusat jagad raya adalah bumi. Pandangan manusia terhadap jagad raya mulai saat itu umumnya mengikuti pandangan Aristoteles, yaitu Geosentris yakni bumi sebagai pusat peredaran benda-benda langit.67 Kemudian penelitian tersebut dipertajam dengan penelitian Aristarchus

dari Samos (310-230) tentang hasil pengukuran jarak antara bumi dan matahari, dan pernyataannya bumi beredar mengelilingi matahari. Lalu Eratosthenes dari Mesir (276-196 SM) juga sudah dapat menghitung keliling bumi.68

Kemudian pada masa sesudah masehi ditandai dengan temuan Cladius Ptolomeus (140 M) berupa catatan-catatan tentang bintang-bintang yang diberi nama Tabril Magesty .69 Pendapat yang dikemukakan oleh Ptolomeus sesuai dengan pandangan Aristoteles tentang kosmos, yaitu pandangan Geosentris, bumi dikitari oleh bulan, Merkurius, Venus, Matahari, Mars, Jupiter, Saturnus. Benda-benda langit tersebut jaraknya dari bumi berturut-turut semakin jauh. Langit merupakan tempat bintang-bintang sejati, sehingga mereka berada pada

66

Ibid.

67

Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, op.cit, hlm. 24.

68

Ahmad Izzuddin, op.cit, hlm. 7.

69

(38)

dinding bola langit. Pandangan Ptolomeus yang Geosentris ini berlaku sampai abad ke 6 Masehi tanpa ada perubahan.70

Selanjutnya di masa Islam (masa Rasulullah) kemunculan ilmu falak memang belum masyhur di kalangan umat Islam, sebagaimana hadis Nabi:

inna ummatun umiyyatun la naktubu wala nahsibu . Walaupun sebenarnya

ada juga di antara mereka yang mahir dalam perhitungan. Sehingga realitas persoalan ilmu falak pada masa itu tentunya sudah ada walaupun dari sisi hisabnya tidak begitu masyhur. Sebenarnya perhitungan tahun hijriyah pernah digunakan sendiri oleh Nabi Muhammad ketika beliau menulis surat kepada kaum Nasrani Bani Najran, tertulis ke V Hijriyah, namun di dunia Arab lebih mengenal peristiwa-peristiwa yang terjadi sehingga ada istilah tahun gajah, tahun izin, tahun amar, dan tahun zilzal.71

Namun secara formal, wacana ilmu falak di masa ini baru nampak dari adanya penetapan hijrah Nabi dari Makkah ke Madinah sebagai pondasi dasar kalender Hijriyah yang dilakukan oleh sahabat Umar bin Khattab, tepatnya pada tahun ke tujuh belas Hijriyah. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya bulan Muharram ditetapkan sebagai awal bulan Hijriyah.72

Selama hampir delapan abad ilmu pengetahuan pada umumnya dan astronomi pada khususnya tidak nampak adanya masa keemasan. Ilmu astronomi baru mendapat perhatian khusus pada masa Khalifah Abu Ja’far

al-70

Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, loc.cit , hlm. 24.

71

Ahmad Izzuddin, op.cit, hlm. 7.

72

(39)

Manshur (719-775 M), hal ini terlihat dari upaya penerjemahan kitab Sindihind dari India.73

Khalifah Abu Ja’far al-Manshur memerintahkan Muhammad ibn Ibrahim al-Fazari (796 M) untuk menerjemahkan kitab Sindihind ke dalam bahasa Arab. Atas usahanya inilah al-Fazari dikenal sebagai ahli ilmu falak yang pertama di dunia Islam.74

Setelah al-Fazari, pada abad 8 muncul Abu Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (780-847 M), sebagai ketua observatorium al-Makmun. Dengan mempelajari karya al-Fazari (terjemahan Sindhind), al-Khawarizmi berhasil sebagai orang pertama yang mengolah sistem penomoran India menjadi dasar operasional ilmu hitung. Dialah penyusun pertama tabel trigonometri Daftar Logaritma yang ada sekarang ini. Di samping itu, al-Khawarizmi menemukan bahwa zodiak atau ekliptika itu miring sebesar 23,5 derajat terhadap equator, serta memperbaiki data astronomis yang ada pada buku terjemahan “Sindhind”.75

Kemudian di masa Khalifah al-Makmun, naskah Tabril Magesthy

diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh Hunain bin Ishak. Dari sinilah lahir istilah ilmu falak sebagai salah satu dari cabang ilmu keislaman dan tumbuhnya ilmu hisab tentang penentuan awal waktu shalat, penentuan gerhana, penentuan awal bulan Qamariah, dan penentuan arah kiblat.76

73

Ibid.

74

Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik , op.cit, hlm. 25

75

Ibid.

76

(40)

Tokoh yang hidup di masa ini adalah Sultan Ulugh Beik, Abu Rayhan, Ibnu Syatir dan Abu Manshur Balkhiy. Observatorium didirikan al-Makmun di Sinyar dan Junde Shahfur Bagdad, dengan meninggalkan teori Yunani kuno dan membuat teori sendiri dalam menghitung kulminasi matahari. Juga menghasilkan data-data yang berpedoman pada buku Sindihind yang disebut Tables of Makmun dan oleh orang Eropa dikenal dengan

Astronomos atau Astronomy .77

Masa kejayaan itu juga ditandai dengan adanya al-Farghani seorang ahli falak yang oleh orang Barat dipanggil dengan Farganus, buku-bukunya dipakai pegangan dalam mempelajari ilmu perbintangan oleh astronom-astronom Barat seperti Regiomontanus. Di samping itu juga ada pakar falak kenamaan lainnya seperti Mirza Ulugh bin Timurlank yang terkenal dengan Ephemerisnya, Ibnu Yunus (950-100 M), Nasiruddin (1201-1274 M) dan Ulugh Beik (1344-1449 M) yang terkenal dengan landasan ijtima’ dalam penentuan awal bulan Qamariah.78

Di Bashrah, Abu Ali al-Hasan bin al-Haytam (965-1039 M) seorang pakar falak yang terkenal dengan bukunya Kitabul Manadhir dan tahun 1572 diterjemahkan dengan nama Optics yang merupakan temuan baru tentang refraksi (sinar bias). Tokoh-tokoh tersebut sangat mempengaruhi dan memberikan kontribusi yang positif bagi perkembangan ilmu falak di dunia Islam pada masanya masing-masing, meskipun masih bernuansa Ptolomeus.79

77 Ibid, hlm. 9. 78 Ibid. 79 Ibid.

(41)

Dalam lintasan sejarah, selama pertengahan abad ke-20, peringkat kajian Islam yang paling tinggi hanya dapat dicapai di Mekah, yang kemudian beralih ke Kairo. Sehingga kajian Islam termasuk kajian hisab rukyat tidak dapat lepas dari adanya jaringan ulama (meminjam istilah Azyumardi Azra). Ini membuktikan adanya jaringan ulama yang dilakukan oleh ulama-ulama hisab rukyat Indonesia. Seperti Muhammad Mas Mansur al-Batawi,80 ternyata dari lacakan sejarah, diketahui bahwa kitab monumentalnya, Sullam

al-Nayyirain, adalah hasil dari rihlah ilmiyyah yang beliau lakukan selama di

Jazirah Arab. Sehingga diakui atau tidak, pemikiran hisab rukyat di Jazirah Arab, seperti di Mesir sangat berpengaruh dalam pemikiran hisab rukyat di Indonesia.81

Sejak adanya peninggalan Hindu dan penanggalan Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa serta adanya perpaduan kedua penanggalan tersebut menjadi penanggalan Jawa Islam oleh Sultan Agung, sebenarnya bangsa Indonesia sudah mengenal ilmu falak.

Kemudian seiring dengan kembalinya para ulama muda ke Indonesia dari bermukim di Mekah pada awal abad 20 M, ilmu falak mulai tumbuh dan berkembang di tanah air ini. Mereka tidak hanya membawa catatan-catatan

80

Muhammad Mansur bin Abdul Hamid Dumairi al-Batawi adalah ahli falak dengan karyanya yang berjudul Sullamun Nayyirain fi Ma rifati Ijtima wal Kusufain . Buku Sullam Nayyirain ini oleh penyusunnya dibagi menjadi tiga risalah, pertama berjudul Risalatul Ula fi Ma rifatil Ijtima in Nayyirain yakni memuat perhitungan ijtima’, irtifa’ hilal, posisi hilal, dan umur hilal. Kedua berjudul Risalatus Saniyah fi Ma rifatil Khusufil Qamar yakni memuat perhitungan gerhana bulan dan yang ketiga berjudul Risalatus Salisah fi Ma rifati Kusufis Syams yakni memuat perhitungan gerhana matahari. Buku Sullamun Nayyirain ini dipakai sebagai salah satu pertimbangan penetapan awal bulan dalam Muker Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama RI. Lihat Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, op,cit, hlm. 111.

81

Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyat, Menyatukan NU dan Muhammadiyah dalam

(42)

ilmu tentang tafsir, hadis, fiqh, tauhid dan tasawuf, melainkan juga membawa catatan-catatan ilmu falak yang mereka dapatkan dari Mekah sewaktu mereka belajar di sana yang kemudian mereka ajarkan kepada para santrinya di Indonesia.82

Pemetaan sejarah Islam di Indonesia yang mendapat perhatian khusus terpilah menjadi dua periode, yakni periode masuknya Islam di Indonesia dan periode zaman reformisme abad ke dua puluhan.83

Sejarah mencatat bahwa sebelum kedatangan agama Islam di Indonesia pernah berlaku sistem penanggalan Hindu yang dikenal dengan penanggalan “Soko”.84 Permulaan tahun Soko ini ialah hari Sabtu, 14 Maret 78 M yakni satu tahun setelah penobatan Prabu Syaliwohono (Aji Soko) sebagai raja di India. Oleh sebab itulah penanggalan ini dikenal dengan penanggalan Soko. Di samping penanggalan Soko, di tanah air ini berlaku pula sistem penanggalan Islam atau Hijriyah yang perhitungannya berdasarkan pada peredaran bulan mengelilingi bumi.85

Namun sejak tahun 1043 H/1633 M yang bertepatan dengan 1555 tahun Soko, tahun Soko diasimilasikan dengan Hijriyah, kalau pada mulanya tahun Soko berdasarkan peredaran matahari, oleh Sultan Agung diubah menjadi tahun Hijriyah yakni berdasarkan peredaran bulan, sedangkan tahunnya tetap meneruskan tahun Soko tersebut. Sehingga jelas bahwa sejak

82

Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, op.cit, hlm. 30.

83

Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis Metode Hisab Rukyah Praktis dan Solusi

Permasalahannya, Semarang: Komala Grafika, 2006, hlm. 12.

84

Penanggalan Soko yakni sistem penanggalan yang didasarkan pada peredaran matahari mengelilingi bumi. Lihat Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, op.cit, hlm. 118.

85

(43)

zaman berkuasanya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, umat Islam sudah terlibat dalam pemikiran ilmu falak, hal ini ditandai dengan adanya penggunaan Kalender Hijriyah sebagai kalender resmi. Dan patut dicatat dalam sejarah, bahwa prosesi tersebut berarti merupakan prosesi penciptaan suatu masyarakat lama menjadi baru, yakni masyarakat kehinduan dalam masyarakat keislaman.

Setelah adanya penjajahan Belanda di Indonesia terjadi pergeseran penggunaan kalender resmi pemerintahan, semula kalender Hijriyah diubah menjadi kalender Masehi (Miladiyah). Meskipun demikian, umat Islam tetap menggunakan kalender Hijriyah, terutama daerah kerajaan-kerajaan Islam. Tindakan ini tidak dilarang oleh pemerintah kolonial bahkan penetapannya diserahkan kepada penguasa kerajaan-kerajaan Islam yang masih ada, terutama penetapan terhadap hari-hari yang berkaitan dengan persoalan ibadah, seperti 1 Ramadan, 1 Syawal, dan 10 Dzulhijjah.86

Prosesi perkembangan ilmu falak terlihat cukup pesat, sejak abad pertengahan yang didasarkan pada sistem serta tabel matahari dan bulan yang disusun oleh astronom Sultan Ulugh Beik Asmarakandi.87 Ilmu falak ini berkembang dan tumbuh subur terutama di pondok-pondok pesantren di Jawa dan Sumatera. Kitab-kitab ilmu hisab yang dikembangkan para ahli hisab di

86

Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis Metode Hisab Rukyah Praktis dan Solusi

Permasalahannya, op.cit, hlm. 13.

87

Ulugh Beik adalah ahli astronomi yang lahir di Salatin (1393 M) dan meninggal di Iskandaria (1449 M) dengan observatoriumnya ia berhasil menyusun tabel data astronomi yang banyak digunakan pada perkembangan ilmu falak masa-masa selanjutnya. Lihat Muhyiddin Khazin, op.cit, hlm.117.

(44)

Indonesia biasanya mabda (epoch)88 dan markaznya disesuaikan dengan tempat tinggal pengarangnya. Seperti KH. Noor Ahmad Jepara dengan karyanya Nurul Anwar dengan markaz Jepara89, KH. Muhammad Ma’soem Jombang dengan kitabnya Badi atul Misal 90, dan Khulasoh al-Wafiyyah karangan KH. Umar al-Jailani Salatiga.91 Walaupun ada juga yang tetap berpegang pada kitab asal (kitab induk) seperti “al-Mathla al Sa id fi Hisab

al Kawakib ala Rasyd al-Jadid karya Syekh Husain Zaid al-Misra dengan

Markaz Mesir.92 Dan sampai sekarang, hasanah (kitab-kitab) ilmu falak di Indonesia dapat dikatakan relatif banyak, apalagi banyak pakar falak sekarang yang menyusun kitab falak dengan cara mencangkok kitab-kitab yang sudah lama ada di masyarakat di samping adanya kecanggihan teknologi yang dikembangkan oleh para pakar astronomi dalam mengolah data-data kontemporer yang berkaitan dengan hisab rukyat.

88

Mabda’ adalah waktu yang digunakan sebagai patokan awal dalam perhitungan. Dalam astronomi dikenal dengan nama epoch. Ibid, hlm. 50.

89

Kitab Nurul Anwar adalah kitab falak yang disusun oleh KH. Noor Ahmad SS Jepara pada tahun 1986 M. Kitab ini terinspirasi dari pemikiran kitab Mathla’us Sa’id karya Syekh Husain Zaid Mesir, Badi’atul Mitsal karya KH. Muhammad Ma’shum Jombang, Khulashotul Wafiyah karya KH. Zubair Umar Al-Jailani Salatiga, dan pemikiran dari Sa’duddin Djambek. Lihat Noor Ahmad SS, Hisab Awal Bulan Hijriyah, disampaikan pada Seminar sehari, yang diselenggarakan oleh Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo Semarang, hari Sabtu, 7 Nopember 2009 di Kampus IAIN Walisongo Semarang.

90

Kitab Badi’atul Mitsal merupakan kitab karya Muhammad Ma’shum yang disusun pada tahun 1930-an. Angka yang digunakan dalam kitab ini masih menggunakan angka abjadiyah dan masih menggunakan buruj. Adapun proses perhitungan dalam kitab ini menggunakan Rubu’ dalam mengerjakannya. Ibid.

91

Kitab Khulashotul Wafiyah merupakan kitab falak karya KH. Zubair Umar Al-Jailani Salatiga yang dicetak oleh percetakan melati pada tahun 1935. Angka yang digunakan dalam kitab ini sudah tidak menggunakan angka abjadiyah namun menggunakan angka seperti sekarang ini dan masih menggunakan buruj. Adapun proses dalam mengerjakan kitab ini menggunakan logaritma. Ibid.

92

Kitab Mathla’us Sa’id karya Syekh Husain Zaid Mesir merupakan kitab falak yang memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan hisab Qoth’i yang terjadi di Indonesia. Dari kitab inilah kemudian menjadi inspirasi terciptanya karya-karya kitab falak ulama’ di Indonesia. Ibid.

(45)

Dengan melihat fenomena tersebut, Departemen agama telah mengadakan pemilahan kitab dan buku astronomi atas dasar keakuratannya yakni hisab haqiqi taqribi, hisab haqiqi tahqiqi dan hisab haqiqi kontemporer. Namun tampaknya pemilahan tersebut tidak (belum) diterima oleh semua kalangan, karena masih ada sebagian kalangan yang menyatakan bahwa karyanya sudah akurat.93

Pada masa penjajahan, persoalan penentuan awal bulan berkaitan dengan ibadah diserahkan pada kerajaan-kerajaan Islam yang masih ada. Kemudian setelah Indonesia merdeka, secara berangsur-angsur mulai terjadi perubahan. Dan setelah terbentuk Departemen Agama pada tanggal 3 Januari 1946, persoalan-persoalan yang berkaitan dengan hari libur (termasuk penutupan 1 Ramadan, 1 Syawal, dan 10 Dzulhijjah) diserahkan kepada Departemen Agama berdasarkan PP. Tahun 1967, No. 148 tahun 1968 dan No. 10 tahun 1971.

Walaupun penetapan hari libur telah diserahkan pada Departemen Agama, namun dalam wilayah etis praktis saat ini masih (terkadang) belum seragam. Hal ini merupakan dampak dari adanya perbedaan antara beberapa pemahaman yang ada dalam wacana hisab rukyat.94

Pada dasarnya, kehadiran Badan Hisab Rukyat adalah untuk menjaga persatuan dan ukhuwah Islamiyah, khususnya dalam beribadah. Hanya saja dalam dataran realistis praktis dan etis hal ini masih belum terwujud, di mana masih sering terjadi perbedaan penentuan awal Ramadan maupun Idul Fitri.

93

Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyat, Menyatukan NU dan Muhammadiyah dalam

Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha, op.cit, hlm. 57.

94

(46)

Melihat fenomena tersebut, Ahmad Izzuddin melihat bahwa perhatian pemerintah dalam persoalan hisab rukyat ini masih terkesan formalis, belum dapat membumi dan belum menyentuh akar penyatuan yang baik. Sehingga wajar kiranya di masa pemerintahan Gus Dur, sebagaimana disampaikan Wahyu Widiana, Badan Hisab Rukyat Departemen Agama akan dibubarkan dan persoalan hisab rukyat ini akan dikembalikan pada masyarakat (umat Islam Indonesia). Namun demikian tampak bahwa eksistensi Badan Hisab Rukyat di Indonesia ini memberikan warna tersendiri dalam dinamika penetapan awal bulan Qamariah di Indonesia.95

Kemudian eksistensi kitab-kitab hisab rukyat di Indonesia sampai saat ini tampak masih mewarnai diskursus hisab rukyat di Indonesia. Hanya sayang, dalam daratan belantara Islamic Studies, fiqh hisab rukyat nyaris terabaikan sebagai sebuah disiplin. Bahkan fiqh hisab rukyat hanya merupakan disiplin minor. Sementara itu perkembangan astronomi di Indonesia sangat pesat dan menggembirakan. Ini tampak dari munculnya banyak pakar astronomi yang memberikan perhatian cukup besar terhadap fiqh hisab rukyat, seperti Prof. Dr. Bambang Hidayat, Prof Ahmad Baiquni, M. Sc., Ph. D., Dr. Djoni N. Dawanas, Dr. Moedji Raharto, dan Dr. Thomas Djamaluddin.96

Perbedaan hari raya di Indonesia membawa hikmah bagi perkembangan ilmu falak. Di samping karena adanya perbedaan sikap terhadap laporan hasil rukyat pada saat itu, disebabkan pula oleh adanya

95

Ibid, hlm. 59.

96

(47)

perbedaan hasil hisab yang berkembang di Indonesia. Oleh sebab itulah orang-orang yang berkecimpung dalam dunia astronomi mulai menaruh perhatiannya terhadap perhitungan-perhitungan ilmu falak, khususnya perhitungan awal bulan.

Dalam kesempatan itu muncul program-program software yang menyiapkan data sekaligus melakukan perhitungan, sehingga program ini dirasa lebih praktis dan lebih mudah bagi pemakainya. Program-program itu di antaranya Falakiyah Najmi oleh Nuril Fuad pada tahun 1995, program Badi atul Misal tahun 2000 dan Program Ahillah tahun 2004 oleh

Muhyiddin Khazin, program Mawaaqit versi 2001 oleh Khafid pada tahun 2001.97

Minimnya jumlah ahli falak di Indonesia melahirkan ide dibukanya Program Studi Ilmu Falak di IAIN Walisongo Semarang. Melalui IAIN Walisongo Semarang, Depag RI memberikan beasiswa kepada seluruh mahasiswa program studi ilmu falak mulai jenjang S-1 hingga S-3. Program Studi Strata 1 (S-1) ilmu falak IAIN Walisongo Semarang dibuka pada tahun 2007, namun hingga saat ini pihak IAIN telah membuka jenjang S-2 (2009) dan S-3 (2008) agar pengembangan ilmu falak lebih maksimal.98

Untuk program S-1, beasiswa diberikan kepada para santri berprestasi yang berasal dari seluruh Indonesia melalui proses seleksi yang cukup ketat. Sedangkan untuk program S-2 dan S-3 diberikan kepada para dosen melalui proses seleksi pula tentunya.

97

Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, op.cit, hlm. 38-39.

98

(48)

Menurut Dirjen Bimas Islam Depag Prof. Nazaruddin Umar, “Kota Semarang ditunjuk karena banyak pondok pesantren maupun ahli-ahli yang menguasai ilmu falak di kota tersebut.” Kota Semarang juga akan dijadikan sebagai pusat pendidikan ilmu falak di Indonesia. Bahkan di Asia Tenggara, Program Studi Ilmu falak ini mungkin satu-satunya hanya ada di IAIN Walisongo Semarang.99

Sampai saat ini, mahasiswa S-1 Program Studi Ilmu Falak IAIN Walisongo Semarang berjumlah 160 orang. Adapun untuk program 2 dan S-3 kuota beasiswa sampai saat ini baru untuk 20 dan 8 orang. Program beasiswa S-2 dan S-3 sengaja diperuntukkan bagi para dosen yang ingin memperdalam ilmu falak.100

Dengan adanya program studi ilmu falak di IAIN Walisongo Semarang muncullah komunitas-komunitas pecinta ilmu falak di Indonesia, di antaranya ADFI (Asosiasi Dosen Falak Indonesia) dan KFPI (Komunitas Falak Perempuan Indonesia). Kedua komunitas falak tersebut berdiri dalam waktu bersamaan. Pada 2 Desember 2009, Ahmad Izzuddin dikukuhkan sebagai Ketua Umum ADFI. Dia pun memprakarsai berdirinya KPFI dan terpilih menjadi penasehat.

ADFI merupakan kumpulan dosen-dosen falak seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Sekitar 50 dosen yang tergabung dalam ADFI mengupayakan agar Ilmu Falak dikenalkan sejak dini di Madrasah Aliyah atau

99

Ibid.

100

(49)

pondok pesantren dan mengupayakan agar ilmu falak menjadi rumpun ilmu tersendiri sehingga terpisah dari fiqh atau pranata sosial.101

Sementara Komunitas Falak Perempuan Indonesia (KFPI) adalah komunitas yang khusus didirikan untuk perempuan Indonesia pecinta ilmu falak. Melalui program studi ilmu falak di IAIN Walisongo, muncullah satu ide besar yang diharapkan benar-benar bisa mengangkat kembali ilmu falak ke permukaan lewat perempuan-perempuan Indonesia yang selama ini tidak pernah dan tercatat sejarahnya dalam perkembangan ilmu falak. KFPI didirikan oleh 17 mahasiswi Konsentrasi Ilmu Falak IAIN Walisongo angkatan 2007 dan dideklarasikan pada hari Jum'at, 18 Desember 2009 M yang bertepatan dengan tanggal 1 Muharram 1431 H.102

D. Metode Hisab Rukyat

Secara makro, metode yang dipakai dalam penentuan persoalan hisab rukyat ada dua: sebagian umat Islam menggunakan metode hisab, sedangkan sebagian yang lain menggunakan metode rukyat.103 Begitu pula dalam penentuan awal bulan Qamariah.

5. Metode Rukyat

Rukyat adalah metode penentuan awal bulan Qamariah dengan cara

melihat dan mengamati hilal (bulan sabit) secara langsung di lapangan pada hari ke 29 (malam ke-30) dari bulan yang sedang berjalan, apabila

101

http://suaramerdeka.com. Diakses pada 12 Oktober 2010.

102

http://komunitas-falak-perempuan-indonesia.blogspot.com

103

Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyah, Menyatukan NU dan Muhammadiyah dalam

Gambar

Gambar tersebut menunjukkan ketinggian bulan di saat matahari terbenam di masing-masing tempat pada tanggal 8 September 2010
Gambar tersebut menunjukkan hasil overlay peta ketinggian bulan dan ketinggian matahari pada tanggal 8, 9 dan 10 September 2010

Referensi

Dokumen terkait

 Serat plastik dapat digunakan sebagai media biofilter untuk pengolahan air limbah rumah tangga dengan hasil yang baik.  Uji coba pengolahan air limbah rumah tangga dengan

bahwa dalarn rangka meningkatkan keimanan dan khusyukan dalarn beribadah bagi para Ularna dan Tokoh Masyarakat, Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan akan

Isu-isu terkait Program Vaksinasi adalah: (1) Program Vaksinasi yang membahas vaksinasi tahap pertama untuk tenaga kesehatan; (2) Polemik Vaksinasi mengenai beberapa alasan

purposive sampling yaitu 100 responden dengan kriteria menggunakan kosmetik Madame Gie, berada di wilayah Soloraya. Berdasarkan Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

[r]

Manfaat perlindungan terhadap Penyakit Kritis Major sebesar 100% dari Uang Pertanggungan, dikurangi dengan manfaat yang bersifat akselerasi yang telah dibayarkan (jika

BENCANA DI SMP MIS (MODERN ISLAMIC SCHOOL) KAMPUNG KARENGAN KELURAHAN KAMPUNG SEWU KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA”. Penyusunan skripsi ini bukan hanya usaha dan doa

Tugas akhir yang berjudul ”Kode Linier dari Graf Strongly Regular” ini diaju- kan sebagai salah satu syarat Sidang Sarjana Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan