• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIPONEGORO BUSINESS REVIEW Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-9

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DIPONEGORO BUSINESS REVIEW Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-9"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1Rian Pramono, Augusty Tae Ferdinand

Analisis Pengaruh Harga Kompetitif, Desain Produk,

dan Layanan Purna Jual Terhadap Minat Beli Konsumen

Sepeda Motor Yamaha

(Studi Kasus Pada Masyarakat di Kota Semarang)

Rian Pramono, Augusty Tae Ferdinand

1

Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone: +622476486851

ABSTRACT

The purpose of this research is to give solution for the decreasing problem of Yamaha

product sales level in year 2010 until 2011, through some variables such as: price level,

product design and after sales service, in order to increase the consumer willingness to

buy. In this research, it used 100 samples that was taken from some people in Semarang.

By using the regresive analysis through SPSS software for windows, it shows a result that

price, product design and after sales service have a positif and significant influence to

consumer willingness to buy. From those 3 independent variables that used in this

research, it shows that price variable has the bigest impact to consumer willingness to buy.

Therefore, implication that suggested in this research is to be more competitive and then

followed by a better product design quality and increase the quality of after sales service

in order to increase the consumer willingness to buy.

Keywords:

Price, Product Design, After Sales Service, willingness to Buy.

PENDAHULUAN

Perkembangan usaha pada saat ini telah diwarnai dengan berbagai macam persaingan di segala jenis bidang usaha serta pola pikir konsumen yang dinamis. Pada saat ini perusahaan dituntut agar bisa menciptakan sebuah produk yang mampu bersaing dengan produk lain apabila ingin tetap bertahan hidup dalam arus persaingan bisnis. Pangsa pasar dalam negeri yang semakin berkembang menjadikan persaingan bisnis terus mengalami peningkatan, sehingga memacu perusahaan-perusahaan untuk terus mengembangkan produk-produk unggulan mereka guna dapat menjadi pemimpin pasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Kotler (2002), yang menjelaskan bahwa dalam menigkatkan daya saing, suatu perusahaan dapat memenangkan persaingan dengan cara menampilkan produk terbaik yang dapat memenuhi selera konsumen.

Pada dasarnya semakin tinggi tingkat persaingan yang terjadi, maka semakin akan banyak pula pilihan bagi konsumen untuk dapat memilih produk yang sesuai dengan harapannya, dan sebagai konsekuensi dari perubahan tersebut pelanggan menjadi lebih cermat dan pintar menghadapi setiap produk yang ditawarkan. Perusahaan harus secara cermat memperhatikan pola perilaku konsumen yang semakin dinamis dan perusahaan juga harus selalu mencari informasi mengenai apa yang diharapkan konsumen dari suatu produk. Hal ini bertujuan agar perusahaan dapat selalu menciptakan produk yang sesuai dengan keinginan calon konsumen. Poin penting bagi sebuah perusahaan untuk dapat memenangkan suatu persaingan pasar, perusahaan tersebut perlu memperhatikan apa yang melandasi seorang konsumen dalam memilih suatu produk, dalam hal ini adalah minat membeli dari seorang konsumen yang selalu timbul setelah adanya proses evaluasi alternatif dan didalam proses evaluasi seseorang akan membuat suatu rangkaian pilihan mengenai produk yang hendak dibeli atas dasar merek maupun minat. Hal ini sesuai dengan pendapat Kinnear dan Taylor (1995) yang menjelaskan minat beli sebagai tahap kecenderungan konsumen untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan, dan minat beli merupakan serangkaian tindakan evaluasi terhadap kualitas dan karakteristik suatu produk untuk kemudian

(2)

2

diolah menjadi informasi yang berfungsi sebagai bahan pertimbangan didalam sebuah pengambilan keputusan pembelian.

Sebuah perusahaan harus mampu mengenal dan mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen. Menurut Swastha dan Irawan (2001), Faktor-faktor yang mempengaruhi minat membeli berhubungan dengan perasaan dan emosi, bila seseorang merasa senang dan puas dalam membeli barang atau jasa maka hal itu akan memperkuat minat membeli, ketidakpuasan biasanya menghilangkan minat. Minat beli yang ada dalam diri konsumen merupakan fenomena yang sangat penting dalam kegiatan pemasaran, minat membeli merupakan suatu perilaku konsumen yang melandasi suatu keputusan pembelian yang hendak dilakukan.

Hal ini pun berlaku pula di dalam persaingan industri sepeda motor di Indonesia, kebutuhan masyarakat akan sebuah alat transportasi yang nyaman, irit, cepat, efisien dan terjangkau menjadikan produk sepeda motor menjadi salah satu alat transportasi yang paling diminati oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia. Konsumen beranggapan bahwa produk sepeda motor adalah alat transportasi yang memiliki harga terjangkau dan mudah dalam perawatannya. Bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah, sepeda motor menjadi harapan satu-satunya untuk dapat memiliki alat transportasi darat pribadi yang sesuai dengan kemampuan ekonominya. Persaingan pangsa pasar industri sepeda motor di Indonesia yang semakin terbuka pada saat ini tidak hanya dilakukan oleh produsen sepeda motor produksi Jepang yang selama ini mendominasi pangsa pasar sepeda motor di Indonesia. Produsen sepeda motor Cina, Taiwan dan Korea kini telah banyak yang ikut berkompetisi.

Pada saat ini, pangsa pasar sepeda motor di Kota Semarang masih dikuasai oleh produsen Honda yang dalam skala nasional juga masih menjadi pemimpin pasar. PT. Yamaha sebagai pesaing terdekat Honda pada beberapa tahun terakhir justru kehilangan pasarnya, walaupun secara umum PT. Yamaha juga terus berkembang untuk mengikuti permintaan dan perkembangan konsumen, tetapi tetap saja masih belum dapat menjadi pemimpin pasar. Bahkan, untuk target penjualan PT. Yamaha di Kota Semarang tidak dapat terpenuhi.

Pada tahun 2010, penjualan sepeda motor yamaha di Kota Semarang terus mengalami penurunan yang cukup signifikan dari waktu ke waktu. Dimana dari target penjualan PT. Yamaha di Kota Semarang yang ditargetkan mencapai 6500 unit perbulan tidak dapat terpenuhi, bahkan tingkat penjualan banyak yang mengalami penurunan drastis seperti pada bulan Agustus ke bulan September, dari penjualan 6201 unit menjadi 3965 unit, bahkan terus mengalami penurunan hingga bulan Desember. Hal ini dirasa oleh PT. Yamaha sebagai kegagalan dalam strategi pemasarannya. Pada tahun 2011, tingkat penjualan PT.Yamaha juga belum dapat memenuhi jumlah target penjualan yang telah ditetapkan sebesar 6000unit per bulan yang merupakan jumlah terget baru, setelah menyesuaikan dengan kondisi pasar dan kinerja perusahaan pada tahun lalu yang merosot. Jumlah standar penjualan yang mengalami penurunan ini juga belum mampu dipenuhi dan PT. Yamaha di Kota Semarang hanya mampu memenuhi setengah dari target penjualan yang telah ditetapkan di awal tahun, dimana tingkat penjualan tertinggi hanya mampu menembus 4184 unit pada bulan Agustus dan kemudian kembali mengalami penurunan drastis di bulan September. Sedangkan untuk puncak penurunan penjualan PT. Yamaha sendiri terjadi pada bulan Oktober yang hanya mampu menjual sebanyak 2478 unit, jumlah yang sangat jauh untuk dapat mencapai target penjualan yang telah ditetapkan pada awal tahun yaitu sebanyak 6000 unit per bulan.

Terjadinya tingkat penjualan produk sepeda motor Yamaha yang terus mengalami penurunan dan belum mampu menjadi market leader di pasar sasaran, diduga karena produk sepeda motor Yamaha pada saat ini belum maksimal dalam menciptakan produk yang inovatif/desain produk yang menarik dengan harga jual terjangkau dan menawarkan layanan purna jual yang baik. Sehingga pada saat ini produk sepeda motor Yamaha kurang optimal dalam merangsang minat beli konsumen.

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini betujuan untuk menganalisis pengaruh harga kompetitif, desain produk dan layanan purna jual terhadap minat beli konsumen sepeda motor Yamaha.

(3)

3

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Minat merupakan salah satu aspek psikologis yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap sikap keputusan yang akan dilakukan dan minat juga merupakan sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang dalam melakukan apa yang hendak mereka lakukan. Gunarso (1985), mengartikan minat sebagai sesuatu yang pribadi dan berhubungan dengan sikap, individu yang berminat terhadap suatu obyek akan mempunyai kekuatan atau dorongan untuk melakukan serangkaian tingkah laku untuk mendekati atau mendapatkan objek tersebut.

Pada dasarnya minat beli yang timbul dalam diri seseorang terhadap suatu produk sering kali dipengaruhi oleh daya tarik yang ada pada produk tersebut, mulai dari adanya ragam produk, desain, fitur hingga layanan purna jual yang memberikan jaminan atas keandalan produk tersebut.Minat membeli adalah suatu tahapan sebelum terjadinya keputusan untuk membeli suatu produk. Susanto (1997) menjelaskan bahwa seorang individu dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu barang atau jasa ditentukan oleh dua faktor, yaitu :

1. Faktor luar atau faktor lingkungan yang mempengaruhi individu seperti lingkungan kantor, keluarga, lingkungan sekolah dan sebagainya.

2. Faktor dalam diri individu, seperti kepribadiannya sebagai calon konsumen.

Menurut Ferdinand (2006), minat beli dapat diidentifikasi melalui indikator-indikator sebagai berikut :

a) Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk.

b) Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain.

c) Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki prefrensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk prefrensinya.

d) Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.

Pemahaman terhadap perilaku konsumen tidak lepas dari minat membeli, karena minat membeli merupakan salah satu tahap yang ada pada diri seseorang sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pembelian. Secara umum kegiatan membeli adalah kegiatan untuk memperoleh sesuatu dengan membayar sejumlah uang atau memperoleh sesuatu dengan pengorbanan. Menurut Kinnear dan Taylor (1995) minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Minat beli merupakan serangkaian tindakan evaluasi terhadap kualitas dan karakteristik suatu produk untuk kemudian diolah menjadi informasi yang berfungsi sebagai bahan pertimbangan didalam sebuah pengambilan keputusan pembelian.

Hubungan Harga Kompetitif terhadap Minat Beli

Kotler dan Amstrong (2001) yang menjelaskan harga sebagai sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa. Lebih jauh lagi, harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang konsumen tukarkan untuk sejumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu barang dan jasa.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewa (2009) dan Bachriansyah (2011) menunjukan hasil penelitian bahwa harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen, hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Dodds (1991) yang menyatakan bahwa konsumen akan membeli suatu produk bermerek jika harganya dipandang pantas. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa minat beli konsumen dipengaruhi oleh harga yang kompetitif atau dipandang layak oleh konsumen, dapat disimpulkan sebuah hipotesis :

H1 : Semakin kompetitif harga, maka akan semakin tinggi minat beli konsumen. Hubungan Desain Produk terhadap Minat Beli

Menurut Kotler (1997) Desain produk dalam kegiatan pemasaran merupakan salah satu pembentuk daya tarik dari suatu produk. Desain dapat membentuk citra atau pengenal pada suatu produk sehingga dapat menjadi ciri khas pada produk tersebut yang pada akhirnya dapat membedakan dengan produk-produk sejenis merek lain dari pesaing. Desain produk juga sering kali menjadi fokus perhatian ketika seorang konsumen melakukan evaluasi terhadap produk yang

(4)

4

akan dibeli, desain yang menarik akan memberikan nilai lebih bagi produk tersebut dan akan mampu mempengaruhi minat beli konsumen.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Harwanto (2008) dan Darussalam (2007) menunjukan hasil bahwa desain produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli kosumen. Hal ini juga dipertegas oleh Peter dan Olson (1999) yang menyatakan bahwa faktor desain produk sangat diperhatikan oleh konsumen dalam memilih suatu produk. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan sebuah hipotesis sebagai berikut :

H2: Semakin tinggi kualitas desain produk, maka akan semakin tinggi minat beli konsumen.

Hubungan Layanan Purna Jual terhadap Minat Beli

Layanan purna jual adalah berbagai macam layanan yang disediakan produsen atau perusahaan setelah produk dibeli oleh konsumen. Engel dan miniard (1995) menjelaskan bahwa pelayanan dan kepuasan sesudah transaksi merupakan salah satu alasan mengapa konsumen tertarik untuk memilih suatu produk atau dengan kata lain, pelayanan purna jual menjadi daya tarik dari suatu produk dan layanan purna jual mempunyai sumbangan penting terhadap keberhasilan produk dalam bersaing di pasar.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutiono (2000) dan Yuliadi (2006) menunjukan hasil bahwa layanan purna jual berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen. Pemberian layanan purna jual yang lebih baik dari pesaing akan dapat meningkatkan minat beli konsumen. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan sebuah hipotesis sebagai berikut :

H3 : Semakin tinggi kualitas layanan purna jual, maka akan semakin tinggi minat beli konsumen. Gambar 1 Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian Variabel Indikator

Harga Kompetitif (X1) 1. Harga terjangjau 2. Harga bersaing

3. Harga sesuai dengan manfaat produk Desain Produk (X2) 1. Warna

2. Modifikasi/varian 3. Model

Layanan Purna Jual (X3) 1. Jumlah bengkel resmi 2. Garansi

3. Kemudahan memperoleh suku cadang Minat Beli (Y) 1. Frekuensi mencari informasi

Harga Kompetitif

Desain Produk

Layanan Purna jual

(5)

5

2. Keinginan segera membeli

3. Minat preferensial

Penentuan Sampel

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah calon pembeli produk sepeda motor Yamaha (warga kota Semarang), dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian calon pembeli produk sepeda motor Yamaha (warga kota Semarang).

Sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah berjumlah 100 responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sedangkan

purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel dimana penulis menggunakan pertimbangan sendiri dengan cara sengaja dalam memilih anggota populasi yang dianggap dapat memberikan informasi yang diperlukan oleh penulis (Sugiyono, 2001). Responden yang dipilih untuk penelitian ini adalah penduduk Kota Semarang yang memiliki minat untuk melakukan pembelian produk sepeda motor Yamaha.

Metode Analisis  Uji validitas  Uji reliabilitas  Uji multikolinearitas  Uji heteroskedastisitas  Uji normalitas

 Analisis regresi berganda  Koefisien determinasi (R2

)

 Uji F  Uji t

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uji Reliabilitas dan Validitas

Berdasar pada hasil uji reliabilitas, menunjukkan bahwa semua variabel memiliki

Cronbach Alpha lebih besar dari Standar Alpha yaitu sebesar 0,600 sehingga dapat dikatakan

semua konsep pengukur masing-masing variabel dari kuesioner adalah reliabel. Dan juga semua indikator yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai r hitung > r tabel dan tingkat signifikasi < 0,05, sehingga semua indikator yang digunakan tersebut adalah valid.

Uji Asumsi Klasik

Grafik normal plot pada penelitian ini menyebar merata di sekitar garis diagonal. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa model regresi sesuai dengan asumsi normalitas dimana standardized

residual yang berdistribusi normal adalah garis yang memiliki pola yang dekat dengan garis

diagonal. Semua variabel yang digunakan mempunyai nilai Tolerance yang tidak kurang dari 0,1 dan nilai VIF tidak lebih dari 10. Hasil ini berarti bahwa variabel-variabel penelitian tidak menunjukkan adanya gejala multikoliniearitas dalam model regresi. Grafik Scatterplot dapat dilihat bahwa titik – titik membentuk pola yang tidak teratur ( tidak jelas ) dan menyebar diatas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu y. Hal ini dapat menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

(6)

6

Analisis Regresi Linier Berganda

Tabel 1

Hasil Pengujian Regresi Berganda Variabel Standardized Coefficients

Beta

T Sig.

Harga Kompetitif ,456 5,463 ,000

Desain Produk ,313 3,808 ,000

Layanan Purna Jual ,208 3,254 ,002

Berdasarkan hasil pengolahan data, ditulis persamaan regresi sebagai berikut :

Y = 0,456 X1 + 0,313 X2 + 0,208X3

Dapat diketahui bahwa koefisien regresi variabel harga adalah sebesar 0,456 dengan tingkat signifikan 0,000. Tanda koefisien yang positif (+) sebesar 0,456 menunjukkan bahwa pengaruh harga kompetitif terhadap minat beli adalah positif atau berbanding lurus, artinya semakin kompetitif harga, maka akan semakin tinggi minat beli. Koefisien regresi variabel desain produk adalah sebesar 0,313 dengan tingkat signifikan 0,000. Tanda koefisien yang positif (+) sebesar 0,313 menunjukkan bahwa pengaruh desain produk terhadap minat beli adalah positif atau berbanding lurus, artinya semakin tinggi kualitas desain produk, maka akan semakin tinggi minat beli. Adapun koefisien regresi variabel layanan purna jual adalah sebesar 0,208 dengan tingkat signifikan 0,002. Tanda koefisien yang positif (+) sebesar 0,208 menunjukkan bahwa pengaruh layanan purna jual terhadap minat beli adalah positif atau berbanding lurus, artinya semakin tinggi kualitas layanan purna jual, maka akan semakin tinggi minat beli.

Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (adjusted R2) yang diperoleh sebesar 0,759. Hal ini berarti 75,9 persen minat beli dapat dijelaskan oleh variabel harga kompetitif, desain produk dan layanan purna jual. Sedangkan sisanya sebesar 24,1 persen (100%-75,9%) minat beli dijelaskan oleh variabel lain selain ketiga variabel tersebut.

Uji F

Hasil perhitungan statistik diperoleh nilai F sebesar 105,028 dengan tingkat signifikansi 0,000. Jika dilihat dari nilai signifikansi F tersebut diperoleh bahwa nilai F tabel adalah sebesar 3,09. Nilai F hitung (105,028) > F tabel (3,09). Hal ini berarti bahwa secara bersama-sama harga kompetitif, desain produk, dan layanan purna jual, dapat menjelaskan secara signifikan terhadap minat beli.

Uji t

Berdasarkan hasil pengujian untuk variabel harga diperoleh nilai t hitung = 5,463 dengan tingkat signifikansi 0,000. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, maka diperoleh nilai t tabel adalah sebesar 1,984. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa harga kompetitif berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli atau Hipotesis 1 dapat diterima dan dibuktikan secara statistik.

Berdasarkan hasil pengujian untuk variabel desain produk diperoleh nilai t hitung = 3,808 dengan tingkat signifikansi 0,000. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa desain produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli atau Hipotesis 2 dapat diterima dan dibuktikan secara statistik.

Berdasarkan hasil pengujian untuk variabel layanan purna jual diperoleh nilai t hitung = 3,254 dengan tingkat signifikansi 0,002. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa layanan purna jual berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli diterima atau Hipotesis 3 dapat diterima dan dibuktikan secara statistik.

(7)

7

KESIMPULAN DAN KETERBATASAN

Kesimpulan

Secara bersama-sama harga kompetitif, desain produk, dan layanan purna jual berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen sebesar 75,9%. Dari ketiga variabel bebas, ternyata variabel harga kompetitif (X1) memliki pengaruh paling dominan terhadap minat beli (Y) karena koefisien regresi variabel harga kompetitif (X1) adalah paling besar yaitu 0,456 dibanding variabel yang lainnya.

Keterbatasan

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan 3 faktor yaitu harga kompetitif, desain produk dan layanan purna jual untuk mengetahui pengaruhnya terhadap minat beli konsumen terhadap produk sepeda motor Yamaha. Maka untuk kedepan perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk mengetahui faktor-faktor lain yang kemungkinan dapat mempengaruh minat beli konsumen pada produk sepeda motor Yamaha.

(8)

8

REFERENSI

Bachriansyah, Rizky Amalia. 2011. “Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Daya Tarik Iklan, dan

Persepsi Harga Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Produk Ponsel Nokia (Studi Kasus Pada Masyarakat Di Kota Semarang)”. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro, Semarang.

Dewa, Ndaru Kusuma. 2009. “ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK, DAYA TARIK

PROMOSI DAN HARGA TERHADAP MINAT BELI (studi kasus star one di area Jakarta pusat)”, Magister Manajemen Universitas Diponegoro, Semarang

Doods, Monroe, dan grewal.1991. effects of price, brand, and store information on buyers product

evaluations. Journal of marketing research, vol 28, no.3

Engel, Blackwell, dan Miniard, 1994, Perilaku Konsumen jilid 2, Jakarta: Binarupa Aksara

Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Mananjemen: Pedoman Penelitian untuk Penulisan

skripsi, Tesis, dan disertasi Ilmu Manajemen. Semarang : Badan Penerbit Universitas

Diponegoro

Ghozali, Imam.2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Guiltinan, Joseph dan Gordon.1994. Strategi dan Program Manajemen Pemasaran. Edisi kedua. Jakarta: Erlangga

Harwanto, Randyakso. 2008. “Analisis Pengaruh Kualitas, Harga, Fitur, Desain, Dan Pelayanan

Terhadap Minat Beli Konsumen Sepeda Motor Yamaha MX. (Studi Kasus Pada Masyarakat Di Kota Pati)”.

Koesmono, Teman dan Bambang Widjanarko Otok. 2003. Perceptual Mapping Produk BMW

Dengan Pendekatan Biplot Melalui Analisis Komponen Utama. Jurnal Widya Manajemen &

Akuntansi. Vol.3 No.2 Agustus 2003 Universitas Katolik Widya Mandala: Surabaya Kotler, Philip dan Gary Amstrong. 2001. Manajemen Pemasaran. Edisi II. Jakarta : PT. indeks Kotler, Philip dan Ab. Susanto. 1997. Manajemen Pemasaran Di Indonesia : Analisis,

Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian, Edisi 1. Jakarta: Salemba Empat

Kotler, Philip. 1997. Dasar – Dasar Pemasaran. Jakarta : Prenhallindo

Kotler, Philip. 2000. MANAJEMEN PEMASARAN. EDISI MILENIUM. JAKARTA; Indeks Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi XI. Jakarta : PT. Indeks

Lamb, hair, mc Daniel. 2001. Pemasaran. Jakarta: Salemba Empat

Marius P.Angipora 2002. Dasar-dasar Pemasaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Martin, S dan Gary. 2006. SOLD. Jakarta : Erlangga

Mowen. H. 2002. Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Andi

Staton, William J. 1991. Prinsip Pemasaran. Jakarta: Salemba Empat Sugiyono. 2001. Statiska SPSS. Bandung : Alfabeta.

(9)

9

Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sutiono, Wiris. 2000. Keputusan Konsumen dalam Pembelian Produk TV Warna di Kotamadya

Semarang. Ekobis Vol.1, no.1:januari 2000

Swasta, Basu Dh.1998. Asas-asas marketing. Yogyakarta: Liberty

Swasta, Basu dan Irawan. 2001. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty.

Sweeney, Soutar dan Johnson. 2001. Consumer Perceived Value: The Development of A Multiple

Item Scale. Journal of Retailing 77, 203-220.

Tjiptono, Fandy. 2001. Strategi Pemasaran. Yogyakrta : Andi Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran.Yogyakarta: Andi

Widiyanto, Ibnu. 2008. Pointers Metodologi Penelitian. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Yuliadi. 2006. ”Analisis Pengaruh Kualitas, Harga, Keunikan Produk dan Layanan Purna Jual Terhadap Minat Beli Konsumen Motorsport. (Studi Kasus Pada Masyarakat Di Kota Pati)”. Zeithaml. Valerie A. 1988. Customer Perceptions of Price, Quality, and Value ; A Means-End

Model and Sysnthesis of Evidence. Journal of marketing, 2-22 www.aisi.or.id

www.bps-kotasemarang.com

www.kompas-otomotif.com

Referensi

Dokumen terkait

H1 (2)(3)(4).a: Berdasarkan Current Ratio (CR) tingkat efisiensi perusahaan manufaktur (di sektor industri food and beverages); (di sektor industri tobacco); (di

Keuntungan- keuntungan yaang didapat dari tindakan bedah insisi kecil adalah kondisi intraoperasi lebih terkendali, menghindari penjahitan, perbaikan luka yang lebih

Pernyataan : 1) penduduk sebagain besar tinggal di kota 2) memiliki wilayah yang sangat luas 3) sumber daya manusia berkualitas tinggi 4) menggantungkan diri pada alam 5)

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi keru- sakan daerah aliran sungai yang disebabkan pendangkalan sungai oleh endapan lumpur adalah…. (A) larangan tegas untuk tidak membuang

Di dalam pelaksanaan perjanjian asuransi, kemungkinan peristiwa kerugian terjadi disebabkan perbuatan pihak ketiga. Dalam keadaan yang biasa, kerugian yang ditimbulkan oleh pihak

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik studi dokumentasi dan studi literature yang difokuskan untuk mendekripsikan citra wanita sebagai anak dalam aspek

Dari penegrtian diatas, dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan hasil pengeolahan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambarkan suatu kejadian

Pada tipe arus baterai lithium-ion, biasanya katoda (elektroda positif) terdiri dari material dengan struktur berlapis, seperti transisi lithium metal oxides dan