• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2013"

Copied!
197
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KESEHATAN

KABUPATEN PACITAN

TAHUN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN

DINAS KESEHATAN

Jl. Letjend Suprapto 42 Telp. 0357 885145

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT pada akhirnya buku “Profil

Kesehatan Kabupaten Pacitan Tahun 2013” ini dapat diterbitkan setelah

beberapa waktu lamanya berproses dalam penyusunannya. Kami

menyadari sepenuhnya bahwa proses penyusunan buku profil kesehatan

ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar karena proses

pengumpulannya belum secara maksimal memanfaatkan teknologi

informasi.

Atas terbitnya buku Profil ini, kami sampaikan ucapan terima

kasih kepada Dinas Kesehatan Kesehatan Propinsi Jawa Timur

khususnya Seksi Litbang dan Infokes yang telah memberikan bimbingan

penyusunan Profil, semua pihak baik lintas program dan lintas sektor

yang telah memberikan data dan informasinya. Harapan kami semoga

buku Profil Kesehatan ini akan memberi manfaat bagi institusi kesehatan,

lintas sektor, lembaga swadaya masyarakat, swasta dan masyarakat luas.

Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan sebagai

masukan dalam penyusunan Profil Kesehatan pada tahun mendatang.

Sehingga kami dapat menampilkan data dan informasi kesehatan yang

lebih berkualitas yang dapat dijadikan referensi penting dalam proses

pembangunan kesehatan.

N

KEPALA DINAS KESEHATAN

KABUPATEN PACITAN

dr. EKO BUDIONO, MM

Pembina Utama Muda

NIP. 19600208 198902 1 004

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

BAB II. GAMBARAN UMUM KABUPATEN PACITAN ... 3

2.1 KEADAAN GEOGRAFI ... 3

2.2 WILAYAH ADMINISTRASI ... 3

2.3 KEPENDUDUKAN ... 4

BAB III. SITUASI DERAJAT KESEHATAN ... 5

3.1. ANGKA KEMATIAN /MORTALITAS ... 5

3.1.1. Angka Kematian Ibu (AKI) ... 5

3.1.2. Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka kematian Balita ... 6

3.2. Angka Kesakitan (Morbiditas) ... 7

3.2.1. Penyakit Menular Langsung ... 7

3.2.2. Penyakit Menular Bersumber Binatang ... 11

3.2.3. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) ... 13

3.3. Status Gizi Masyarakat ... 17

3.3.1.Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ... 17

3.3.2. Status Gizi Balita ... 17

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN ... 18

4.1. PELAYANAN KESEHATAN DASAR ... 18

4.2. PERILAKU MASYARAKAT ... 27

4.3. KEADAAN LINGKUNGAN ... 28

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN ... 31

5.1. SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN ... 31

5.2. TENAGA KESEHATAN ... 33

(4)

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Angka Kematian Ibu (AKI) ... 6

Gambar 2 Angka Kematian Balita (AKB) ... 7

Gambar 3 Jumlah Penderita TB Paru ... 8

Gambar 4 Jumlah Penderita HIV / AIDS ... 10

Gambar 5 Jumlah Kasus Diare ... 11

Gambar 6 Jumlah Kasus DBD ... 12

Gambar 7 Jumlah Kasus Positif Malaria ... 13

Gambar 8 Jumlah Campak ... 15

Gambar 9 Jumlah BBLR ... 17

Gambar 10 Kepemilikan Sarana Air Bersih... 30

Gambar 11 Jumlah Posyandu per strata ... 33

(5)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan

pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan

kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggara pelayanan minimal

dibidang kesehatan di kabupaten Pacitan adalah Profil Kesehatan

Kabupaten Pacitan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Profil

Kesehatan Kabupaten Pacitan ini berisi berbagai data / informasi yang

menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di

Kabupaten Pacitan.

Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Setiap

individu berkewajiban ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan

derajat kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat.

Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat,

diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan peningkatan

kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan

penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang

dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan

Dalam tatanan desentralisasi atau otonomi daerah di bidang kesehatan,

kualitas dari Sistem Informasi Kesehatan Regional dan Nasional sangat

ditentukan oleh kualitas dari Sistem-Sistem Informasi Kesehatan

Kabupaten/Kota. Sistim Informasi Kesehatan adalah tulang punggung

bagi pelaksanaan pembangunan daerah berwawasan kesehatan di

Kabupaten atau dengan kata lain Sistim Informasi Kesehatan Kabupaten

dapat memberikan arah dalam penentuan kebijakan dan pengambilan

(6)

2

keputusan di Kabupaten berdasarkan fakta (Evidence Based Decision

Making).

Profil Kesehatan Kabupaten Pacitan adalah sarana untuk

memantau dan mengevaluasi kemajuan pembangunan kesehatan di

Kabupaten Pacitan yang merupakan modal dasar demi tercapainya

Masyarakat Pacitan yang Mandiri Untuk Hidup Sehat.

1.2. SISTEMATIKA PENYAJIAN

Profil Kesehatan Kabupaten Pacitan terdiri dari beberapa bagian sebagai

berikut :

BAB 1

: PENDAHULUAN

BAB 2

: GAMBARAN UMUM

BAB 3

: SITUASI DERAJAT KESEHATAN

BAB 4

: SITUASI UPAYA KESEHATAN

BAB 5

: SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

BAB 6

: PENUTUP

(7)

3

BAB II

GAMBARAN UMUM KABUPATEN PACITAN

2.1 KEADAAN GEOGRAFIS

Kabupaten Pacitan terletak berada pada posisi 110

0

55’ – 111

0

25’

BT dan 7

0

55’ – 8

0

17’ LS, memiliki batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara

: Kabupaten Ponorogo (Jatim) dan Wonogiri

(Jateng)

Sebelah Timur

: Kabupaten Trenggalek (Jatim)

Sebelah Selatan

: Samudra Indonesia

Sebelah Barat

: Kabupaten Wonogiri

Luas wilayah Kabupaten Pacitan seluruhnya 1.387,58 Km

2

dengan

kondisi geografi Pacitan sebagian besar merupakan perbukitan batu

kapur. Adapun rincian luas dan tingkat kelerengan adalah sebagai

berikut :

Datar ( kelas kelerengan 0 – 5 % ) seluas 53,70 Km

2

( 40% )

Berombak ( kelas kelerengan 6 – 10% ) seluas 134,24 Km

2

( 10% )

Bergelombang ( kelas kelerengan 11 – 30 % ) seluas 322,18 Km

2

(

24% )

Berbukit ( kelas kelerengan 31 – 50 % ) seluas 698,06 Km

2

( 52 % )

Bergunung ( kelas kelerengan > 51 % ) seluas 134,24 Km

2

( 10% )

2.2 WILAYAH ADMINISTRASI

Pacitan sebagai salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Timur

mempunyai sistem pemerintahan yang sama dengan

kabupaten-kabupaten lain. Secara administratif terdiri dari 12 kecamatan, 166 desa

dan 5 Kelurahan. Wilayah terluas adalah di Kecamatan Tulakan yaitu

seluas 161,61 km

2

dan yang paling kecil wilayahnya adalah Kecamatan

(8)

4

2.3 KEPENDUDUKAN

Jumlah penduduk di Kabupaten Pacitan berdasarkan data dari

Proyeksi Penduduk Sasaran Program Kesehatan Tahun 2013 sebanyak

544.614 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata

392,49/km

2

. Berdasarkan komposisi penduduk menurut jenis kelamin,

jumlah penduduk laki-laki sebanyak 264.817 jiwa dan perempuan

sebanyak 279.797 jiwa.

Sex ratio laki-laki terhadap penduduk perempuan di Kabupaten

Pacitan sebesar 94,65 yang menunjukkan bahwa penduduk laki-laki

lebih kecil bila dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan yang

mengandung pengertian bahwa setiap 100 penduduk perempuan

terdapat antara 94-95 penduduk laki-laki.

(9)

5

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Untuk

mengukur

keberhasilan

pembangunan

kesehatan

diperlukan indikator. Derejat kesehatan merupakan salah satu

kelompok penting indikator Indonesia Sehat atau merupakan indikator

hasil .

3.1 ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS).

Kematian merupakan parameter demografi yang berfungsi

mengurangi jumlah penduduk. Tinggi rendahnya tingkat kematian

penduduk disuatu daerah mencerminkan kondisi kesehatan penduduk

disuatu daerah. Kematian atau mortalitas merupakan salah satu dari 3

(tiga) komponen demografi selain kelahiran dan migrasi, yang dapat

mempengaruhi jumlah dan komposisi penduduk. Indikator kematian

berguna untuk memonitor kinerja pemerintah dalam peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

3.1.1. Angka Kematian Ibu (AKI).

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga

merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan

pembangunan millenium yang ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu

dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi

sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu.

(10)

6

Gambar 1

Angka Kematian Ibu di Kabupaten Pacitan

Tahun 2007 - 2013

95,01 144,22 101,2 52,92 105,2 128,93 79,57

0

20

40

60

80

100

120

140

160

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan Tahun 2013

.

Grafik di atas menggambarkan kematian ibu selama 7 tahun

terakhir di Kabupaten Pacitan. Angka Kematian Ibu di Kabupaten

Pacitan pada tahun 2013 adalah 144,2 per 100.000 kelahiran, berarti

tiap 100.000 kelahiran terdapat 144 ibu maternal yang meninggal.

Jumlah riil ibu maternal yang meninggal adalah 10 orang.

Dalam rangka terus menurunkan angka kematian ibu Dinas

Kesehatan Kabupaten Pacitan melakukan pelatihan tenaga kesehatan,

pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan serta peningkatan

kerjasama lintas sektor dan lintas program serta peningkatan

pemberdayaan masyarakat melalui program Desa Siaga.

3.1.2. Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita.

Derajat kesehatan juga ditentukan oleh angka kematian bayi.

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat bayi lahir

sampai satu hari sebelum ulang tahun pertama.

Jumlah kematian bayi di Kabupaten Pacitan pada tahun 2013

sejumlah 76 bayi jumlah ini menurun dari jumlah tahun 2012 sejumlah

88 bayi. Sedangkan dilihat dari Angka Kematian tahun 2013 Angka

(11)

7

kematian Bayi 10,96 sedangkan pada tahun 2012 Angka Kematian Bayi

11,94.

Angka Kematian Balita di Kabupaten Pacitan pada 7 tahun

terakhir dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Gambar 2

Angka Kematian Balita di Kabupaten Pacitan

Tahun 2007 - 2011

13,02 11,57 11,94 10,96 14,59 12,3 1,7

0

2

4

6

8

10

12

14

16

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan Tahun 2013

3.2 Angka Kesakitan (Morbiditas).

Tingkat kesakitan disuatu wilayah juga mencerminkan situasi

derajat kesehatan masyarakat yang ada di dalamnya. Bahkan tingkat

morbiditas penyakit menular tertentu yang terkait dengan komitmen

internasional senantiasa menjadi sorotan dalam membandingkan

kondisi kesehatan antar negara.

3.2.1.

Penyakit Menular Langsung

a. Tuberkulosis

Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi

yang masih menjadi masalah kesehatan

Masyarakat.

Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan

bakteri berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama

Mycobacterium tuberkulosis. Penularan penyakit ini melalui

perantaraan ludah atau dahak penderita yang mengandung

basil Tuberkulosis paru. Pada waktu penderita batuk butir-butir

(12)

8

air ludah beterbangan diudara dan terhisap oleh orang yang

sehat dan masuk kedalam paru-parunya yang kemudian

menyebabkan penyakit tuberkulosis paru.

Terjadinya peningkatan kasus ini dipengaruhi oleh daya

tahan tubuh, status gizi dan kebersihan diri individu dan

kepadatan

hunian

lingkungan

tempat

tinggal.

Untuk

kedisiplinan pasien dalam menjalankan pengobatan juga perlu

diawasi oleh anggota keluarga terdekat yang tinggal serumah,

yang setiap saat dapat mengingatkan penderita untuk minum

obat. Apabila pengobatan terputus tidak sampai enam bulan,

penderita sewaktu-waktu akan kambuh kembali penyakitnya

dan

kuman

tuberkulosis

menjadi

resisten

sehingga

membutuhkan biaya besar untuk pengobatannya

.

Gambaran Jumlah penderita TB Paru selama 7 tahun

terakhir di Kabupaten Pacitan seperti grafik di bawah ini.

Gambar 3

Jumlah Penderita TB Paru di Kabupaten Pacitan

Tahun 2007 - 2013

111

113

131

115

159

282

226

0 50 100 150 200 250 300 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan Tahun 2013

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan

jumlah penderita TB Paru di Kabupaten Pacitan. Pada tahun

2013 tidak terdapat kematian akibat TB Paru dan angka

(13)

9

kesembuhan pengobatan penyakit TB Paru Pada tahun 2013

adalah 96,46 %.

b. Kusta

Istilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni

kushtha berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum.

Penyakit kusta disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan

nama yang menemukan kuman yaitu Dr. Gerhard Armauwer

Hansen pada tahun 1874 sehingga penyakit ini disebut Morbus

Hansen.

Pendapat kusta adalah penyakit menular yang menahun

dan disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium Leprae) yang

menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya.

Penyakit ini sering kali menimbulkan masalah yang sangat

kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis

tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, budaya,

keamanan dan ketahanan nasional. Penyakit kusta bukan

penyakit keturunan atau kutukan Tuhan.

Penyakit kusta menurut jenis penyakitnya dibedakan

menjadi 2 tipe yaitu tipe Pausi Baciler (PB) dan Multi Baciler

(MB). Pada tahun 2013 untuk tipe PB dilaporkan terdapat 4

penderita dan untuk tipe MB dilaporkan terdapat 11 penderita.

c. HIV / AIDS

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus

yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel

darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak

sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak

dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat

ringansekalipun.

(14)

10

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency

Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembang

biakan virus hiv dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV

membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang

mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan

oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh

yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang

banyak dirusak oleh Virus HIV.

Jumlah penderita HIV di Kabupaten Pacitan selama 7

tahun terakhir dapat dilihat dalam grafik di bawah ini.

Gambar 4

Jumlah Penderita HIV di Kabupaten Pacitan

Tahun 2007 - 2013

2

3

3

16

17

31

25

0 5 10 15 20 25 30 35 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan Tahun 2013

Dari tahun ke tahun jumlah penderita HIV di Kabupaten

Pacitan terus mengalami peningkatan, di tahun 2013 dilaporkan

juga ada kematian akibat HIV sebanyak 25 orang.

d. Diare

Jumlah penderita diare di Kabupaten Pacitan yang

dilaporkan pada tahun 2013 sebesar 6.106, jumlah kasus yang

ditangani 100%. Perkembangan kasus diare pada 7 tahun

terakhir dapat dilihat dalam grafik berikut.

(15)

11

Gambar 5

Jumlah Kasus Diare di Kabupaten Pacitan

Tahun 2007 - 2013

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

10.000

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

20

13

Kasus

Diare

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan tahun 2013

e. Pneumonia

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai

jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya

kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk, demam

tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding

dada bagian bawah ke dalam

.

Pada tahun 2013 diperkirakan jumlah penderita

Pneumonia pada balita sejumlah 3.807 dan dilaporkan

penderita pneumonia sebanyak 231.

3.2.2.

Penyakit Menular Bersumber Binatang

a. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah disebabkan oleh suatu virus

yang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan

pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan

perdarahan-perdarahan. Vektor yang berperan dalam penularan

penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti.

Kasus demam berdarah di Kabupaten Pacitan pada tahun

2013 mengalami kenaikan daripada tahun 2012, pada tahun

(16)

12

2012 dilaporkan terdapat 197 kasus dan pada tahun 2013

dilaporkan 346 kasus. Perkembangan kasus DBD tujuh tahun

terakhir dapat dilihat dalam grafik dibawah ini.

Gambar 6

Jumlah Kasus DBD di Kabupaten Pacitan

Tahun 2007 – 2013

362

449

581

679

256

197

346

0 100 200 300 400 500 600 700 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan tahun 2013

Untuk terus menekan jumlah kasus DBD di Kabupaten

Pacitan Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan melakukan upaya

antara lain :

1) Menggalakkan kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang

Nyamuk).

2) Melatih murid SD kelas 4 dan 5 sebagai kader Pentas (

Pemantau Jentik Anak Sekolah ) yang bertugas melakukan

pemeriksaan jentik nyamuk di lungkungan rumah sendiri

dan sekitarnya kemudian melaporkan dan menyarankan

kepada orang tua dan masyarakat sekitar untuk

melaksanakan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk).

b. Malaria.

Malaria adalah suatu infeksi pada bagian dari sel darah

yaitu infeksi pada sel darah merah. penyakit infeksi ini

disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan

Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan

nyamuk Anopheles. Protozoa parasit jenis ini banyak sekali

(17)

13

tersebar di wilayah tropik, misalnya di Amerika, Asia dan Afrika.

Ada empat type plasmodium parasit yang dapat meng-infeksi

manusia, namun yang seringkali ditemui pada kasus penyakit

malaria adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax.

Lainnya adalah Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae.

Gambar 7

Jumlah Kasus Positif Malaria di Kabupaten Pacitan

Tahun 2007 - 2013

887

858

799

432

364

197

102

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan tahun 2013

3.2.3.

Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

Difteri, Pertusis, Tetanus, Campak, Polio dan Hepatitis B

merupakan penyakit menular yang dapat dicegah dengan

Imunisasi (PD3I). Penyakit-panyakit ini timbul karena

kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya

imunisasi.

a. Difteri

Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

Corynebacterium diphtheriae . Penyebarannya adalah melalui

kontak fisik dan pernapasan. Gejala awal penyakit adalah

radang tenggorokan, hilang nafsu makan dan demam ringan.

Dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada

tenggorokan dan tonsil. Difteri dapat menimbulkan komplikasi

berupa gangguan pernapasan yang berakibat kematian.

(18)

14

Di Kabupaten Pacitan pada tahun 2013 di laporkan

terdapat 4 penderita Difteri.

b. Pertusis.

Disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah

penyakit pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri

Bordetella pertussis. Penyebaran pertusis adalah melalui

tetesan-tetesan kecil yang keluar dari batuk atau bersin. Gejala

penyakit adalah pilek , mata merah, bersin, demam dan batuk

ringan yang lama-kelamaan batuk menjadi parah dan

menimbulkan batuk menggigil yang cepat dan keras. Komplikasi

pertusis adalah pneumania bacterialis yang dapat menyebabkan

kematian.

Pada tahun 2013 tidak ditemukan penderita pertusis di

Kabupaten Pacitan.

c. Tetanus.

Tetanus Neonatorum di Kabupaten Pacitan pada tahun

2013 tidak ditemukan penderitanya.

Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh

Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin. Penyakit ini

tidak menyebar dari orang ke orang, tetapi melalui kotoran yang

masuk kedalam luka yang dalam. Gejala awal penyakit adalah

kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan

menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Pada bayi

terldapat juga gejata berhenti menetek (sucking) antara 3 s/d 28

hari setelah lahir. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat

dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalah patah

tulang akibat kejang, pneumonia dan infeksi lain yang dapat

menimbulkan kematian.

(19)

15

d. Campak

Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

measles. Disebarkan melalui droplet bersin atau batuk dari

penderita. Gejala awal penyakit adalah demam, bercak

kemarahan

,

batuk,

pilek,

conjunctivitis

(mata

merah).Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher,

kemudian menyebar ketubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi

campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga dan infeksi

saluran napas (pneumonia).

Dalam 7 tahun terakhir kasus campak di Kabupaten

Pacitan dapat dilihat dalam grafik dibawah ini.

Gambar 8

Jumlah Kasus Campak di Kabupaten Pacitan

Tahun 2007 - 2013

111

31

53

51

58

66

92

0 20 40 60 80 100 120 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan tahun 2013

e. Polio

Adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang

disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan , yaitu

virus polio type 1,2 atau 3. Secara klinis penyakit polio adalah

Anak dibawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu

akut (acute flaccid paralysis=AFP) . Penyebaran penyakit adalah

melalui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi.

Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan

(20)

16

kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa

terjadi jika otot-otot pernapasan terinfeksi dan tidak segera

ditangani.

Pada tahun 2013 di Kabupaten Pacitan terdapat 6

penderita polio dilaporkan.

f. Hepatitis B

Hepatitis B (penyakit kuning) adalah penyakit yang

disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati.

Penyebaran penyakit terutama melalui suntikan yang tidak

aman, dari ibu ke bayi selama proses persalinan , melalui

hubungan seksual. Infeksi pada anak biasanya tidak

menimbulkan gejala. Gejala yang ada adalah merasa lemah,

gangguan perut dan gejala lain seperti flu. Urine menjadi

kuning, kotoran menjadi pucat. Warna kuning bisa terlihat pula

pada mata ataupun kulit. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan

menimbulkan Cirrhosis hepatis, kanker hati dan menimbulkan

kematian. Pada tahun 2013 tidak terdapat kasus hepatitis B.

3.3 STATUS GIZI MASYARAKAT

Status gizi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk

menentukan derajat kesehatan dimana kondisi gizi seseorang sangat

erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan karena disamping

merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit

infeksi, kondisi gizi juga secara langsung dapat menyebabkan terjadinya

gangguan kesehatan pada individu. Untuk itu dilakukan pemantauan

terhadap status gizi bayi dan balita karena masa tersebut merupakan

masa emas perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan fisiknya.

(21)

17

3.3.1.

Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram,

merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap

kematian perinatal dan neonatal.

Gambaran jumlah BBLR dalam 7 tahun terakhir ini dapat

dilihat dalam grafik di bawah ini

.

Gambar 9

Jumlah BBLR di Kabupaten Pacitan

Tahun 2007 - 2013

145

268

291

355

333

358

357

0 50 100 150 200 250 300 350 400 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan tahun 2013

3.3.2. Status Gizi Balita.

Berdasarkan laporan dari Puskesmas pada tahun 2013

terdapat 27.507 balita di timbang, dari jumlah balita ditimbang

tersebut tidak terdapat balita dengan status gizi lebih 1.358, Gizi

baik : 24.534 orang, Gizi Kurang : 1.335 balita, Gizi buruk : 290

balita.

(22)

18

BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

4.1 PELAYANAN KESEHATAN DASAR

4.1.1.

Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi

a. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)

Pelayanan Antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh

tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan

kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil

sesuai pedoman. Kegiatan pelayanan antenatal meliputi :

pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi

fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet

besi pada ibu hamil selama masa kehamilannya. Titik berat kegiatan

adalah promotif dan preventif yang hasilnya terlihat dari cakupan K1

dan K4.

Cakupan K1 untuk mengukur akses pelayanan ibu hamil

menggambarkan besaran ibu hamil yang melakukan kunjungan

pertama ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan

antenatal. Indikator ini digunakan untuk mengetahui jangkauan

pelayanan antenatal dan kemampuan program dalam menggerakkan

masyarakat. Cakupan K1 tahun 2013 sebesar 89,68 % turun

dibanding tahun sebelumnya sebesar 96,79%.

Cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah

mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar, minimal empat

kali kunjungan selama masa kehamilannya (sekali di trimester

pertama, sekali di trimester kedua dan dua kali di trimester ketiga).

Indikator ini berfungsi untuk menggambarkan tingkat perlindungan

dan kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil.

Cakupan K4 tahun 2013 sebesar 81,85% menurun dibanding

tahun 2012 sebesar 90,01%. Kunjungan K4 masih kurang ini

(23)

19

disebabkan masih ditemukannya kunjungan baru ibu hamil yang

datang periksa ke tempat pelayanan kesehatan ketika usia

kehamilannya sudah memasuki trimester II atau lebih sehingga

kunjungan K-4 akan drop out, selain dimungkinkan karena kurang

optimalnya kinerja pengelola program KIA Puskesmas dalam

memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil.

b. Pertolongan Persalinan

Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir

sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara

lain disebabkan pertolongan persalinan tidak dilakukan tenaga

kesehatan yang punya kompetensi kebidanan (profesionalisme).

Dari hasil laporan diketahui, pada tahun 2013 cakupan ibu

bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 87,60%,

pencapaian tersebut turun dari capaian tahun 2012 yaitu sebesar

92,60%.

c. Pelayanan Nifas

Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinan

dimana organ reproduksi mulai mengalami masa pemulihan untuk

kembali normal, namun umumnya organ reproduksi akan kembali

normal dalam waktu 3 bulan pasca persalinan. Dalam masa nifas,

ibu seharusnya memperoleh pelayanan kesehatan yang meliputi

pemeriksaan kondisi umum, payudara, dinding perut, perineum,

kandung kemih, dan organ kandungan. Dengan perawatan nifas yang

tepat akan memperkecil risiko kelainan bahkan kematian ibu nifas.

Pada tahun 2013 cakupan ibu nifas yang mendapat pelayanan nifas

mencapai 87,53% menurun dari tahun 2012 sebesar 92,26%.

(24)

20

4.1.2.

Pelayanan Keluarga Berencana (KB)

Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya

kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi,

menurut hasil penelitian bahwa usia subur wanita antara usia 15-49

tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran, maka wanita /

pasangan usia subur (PUS) diprioritaskan untuk menggunakan alat KB.

Peserta KB dibagi menjadi KB baru dan KB aktif. Pada tahun 2013

jumlah PUS di Kabupaten Pacitan sebanyak 139.670 orang terdiri dari

7.438 peserta KB baru dan 138.510 peserta KB aktif.

4.1.3.

Pelayanan Kesehatan Pra Usila (45-59 tahun) dan Usila (>60

tahun)

Pelayanan kesehatan pra usila dan usila adalah penduduk usia 45

tahun ke atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan baik di Puskesmas, di Posyandu lansia

maupun di kelompok usia lanjut.

Pada tahun 2013 jumlah prausila dan usila di Kabupaten Pacitan

sebanyak 204.964 orang, dan yang telah mendapat pelayanan kesehatan

sebanyak 80,316 atau sebanyak 39,19 %.

4.1.4.

Perbaikan Gizi Masyarakat

Pemantauan Status Gizi Balita rutin dilaksanakan melalui kegiatan

pemantauan pertumbuhan saat penimbangan balita di posyandu. Gizi

kurang anak balita adalah anak usia 0-59 bulan dengan status gizi

berdasar indikator anthrophometri berat badan (BB) menurut umur (U)

atau BB/U dengan z score <-2 standar deviasi. Prevalensi balita yang

kurang gizi di kabupaten Pacitan tahun 2013 masih dalam rentang yang

aman karena masih belum melampui target <15%, yaitu sebesar 5,9%.

Prevalensi balita gizi buruk (berat badan sangat kurang) adalah sebanyak

290 kasus (1,05%), balita dengan gizi kurang (berat badan kurang)

sebanyak 1335 kasus (4,85%), balita gizi baik (berat badan normal)

(25)

21

sejumlah 24.534 kasus (89,16%), sedangkan balita dengan gizi lebih (berat

badan lebih) sebanyak 1358 kasus (4,94%).

Hasil penapisan status gizi balita dengan indikator anthropometri

BB/U merupakan gambaran kondisi gizi balita yang mengalami defisiensi

zat gizi dalam rentang waktu yang cukup lama (kronik). Manifestasi balita

kurang gizi (gizi buruk dan gizi kurang) biasa dijumpai dalam kehidupan

sehari-hari pada balita perawakan yang pendek.

Meski cakupan balita kurang gizi masih aman karena ada di bawah

target 15%, namun hal ini masih sangat perlu menjadi perhatian karena

penemuan kasus hanya berdasar dari kunjungan balita timbang di

posyandu, padahal tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan timbang

posyandu baru mencapai 72,28%. Hal ini memungkinkan masih adanya

balita dengan kasus gizi yang belum tercover karena tidak pernah datang

atau jarang datang ke penimbangan posyandu.

Dari hasil pemeriksaan kadar Hb pada ibu hamil selama tahun 2013

diketahui bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil adalah sebesar 778

orang (9,41%). Pada program penanganan anemia ibu hamil, selama 9

bulan masa kehamilannya mendapatkan suplementasi tablet tambah

darah (Fe) sebanyak 90 tablet. Cakupan distribusi Fe1 pada ibu hamil di

kabupaten Pacitan pada tahun 2013 sudah mencapai target 89,62%, yaitu

sejumlah 7.385 ibu hamil, sedangkan cakupan distribusi Fe3 adalah

sejumlah 6.774 ibu hamil (81,92%). Meski capaian kegiatan distribusi Fe

pada ibu hamil sudah mencapai target, namun masih dipandang sangat

perlu untuk optimalisasi sosialisasi kegaiatan agar tablet Fe bisa

dikonsumsi seluruh ibu hamil sampai 90 tablet. Beberapa kegiatan yang

akan dilakukan adalah dengan pembentukan pengawas minum obat yang

melibatkan keluarga dan orang terdekat.

Pemberian vitamin A pada bayi dan balita dilakukan setahun dua

kali setiap bulan pebruari dan agustus. Vitamin A biru dengan kandungan

(26)

22

100.000 IU diberikan kepada bayi usia 6-11 bulan, vitamin A merah

200.000 IU diberikan kepada bayi usia 1 – 4 tahun. Target cakupan

pemberian vitamin A adalah 90%. Cakupan distribusi vitamin A biru pada

bayi di kabupaten Pacitan pada tahun 2013 sudah mencapai target 90%,

yaitu sebesar 7043 bayi (95,19%). Sedangkan capaian cakupan distribusi

vitamin A merah 2 kali pada balita di kabupaten Pacitan pada tahun

2013 masih belum mencapai target 90%, yaitu sebesar 23.295 bayi

(75,95%). Cakupan yang rendah pada tahun 2013 disebabkan data

pembanding sasaran adalah angka proyeksi sehingga pada beberapa

puskesmas yang sasaran proyeksinya tinggi tidak akan bisa mencapai

100% karena jumlah balita riilnya di bawah angka proyeksi .

Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas diberikan 2 kapsul, 1

kapsul diberikan segera setelah melahirkan dan sisanya diberikan dalam

waktu 2 x 24 jam. Cakupan distribusi vitamin A pada ibu nifas tahun

2013 di kabupaten Pacitan sudah mencapai target 80%, yaitu sudah

mencapai 6937 ibu nifas (87,89%).

ASI Eksklusif adalah Air Susu Ibu yang diberikan kepada bayi dari

usia 0 sampai 6 bulan tanpa disertai pemberian makanan apapun.

Pemberian ASI secara eksklusif akan sangat berpengaruh terhadap daya

tahan tubuh (kekebalan) dan juga kecerdasan bayi. Dari banyak studi yang

dilakukan, diketahui pada bayi yang mendapat ASI Eksklusif biasanya

akan lebih tahan terhadap penyakit. Target cakupan pemberian ASI

Eksklusif adalah 60%. Cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi tahun

2013 adalah sebesar 3.726 (75,09%). Meskipun cakupan pemberian ASI

Eksklusif sudah mencapai target 60%, namun berbagai kegiatan untuk

optimalisasi tetap perlu dilakukan meningkatkan cakupan ASI Eksklusif

antara lain melalui pembentukan Kelompok Pendukung ASI (KP ASI),

pelatihan konselor ASI, dan penggunaan KMS ASI untuk ibu menyusui.

(27)

23

Umur 6 sampai 12 bulan merupakan periode kritis pertumbuhan

balita, karena pada umur tersebut anak sudah memerlukan Makanan

Pendamping ASI atau MP-ASI yang memadai baik dari segi jumlah

maupun kualitasnya. Salah satu latar belakang dilakukannya pemberian

MP-ASI, antara lain dengan pertimbangan bahwa dengan semakin

bertambah umur, kebutuhan bayi akan zat gizi juga semakin meningkat.

Zat gizi ini penting untuk proses tumbuh kembang bayi dan balita,

sementara seiring waktu ASI yang dihasilkan ibu kurang optimal lagi

dalam memenuhi kebutuhan gizi anak.

Cakupan kegiatan Pemberian MP-ASI untuk balita usia 6-24 bulan

dari keluarga miskin pada pada tahun 2013 meningkat menjadi 98% dari

target 100% yang diharapkan. Sesuai dengan Permenkes No.

741/Menkes/Per/VII/2008 menyebutkan bahwa kegiatan pemberian

MP-ASI untuk balita usia 6-24 bulan dari keluarga miskin merupakan salah

satu kegiatan program gizi yang termasuk dalam Standard Pelayanan

Minimal (SPM).

Kegiatan pemantauan pertumbuhan balita melalui kegiatan

penimbangan yang rutin dilakukan tiap bulan di posyandu. Dari kegiatan

tersebut diperoleh data indikator tingkat partisipasi masyarakat (D/S)

serta data tingkat keberhasilan penimbangan (N/D). Pencapaian tingkat

partisipasi masyarakat (D/S) di kabupaten Pacitan tahun 2013 masih di

bawah target 80%, yaitu baru mencapai 57,6%. Beberapa kegiatan yang

sudah dilakukan untuk memaksimalkan capaian D/S adalah dengan

melaksanakan sweeping balita yang tidak hadir saat penimbangan balita di

posyandu, pelaksanaan kegiatan bulan timbang serentak dan dengan lebih

memantapkan koordinasi lembaga pendidikan Anak Usia Dini untuk

mengcover pelaporan kegiatan penimbangan yang dilakukan di lembaga

tersebut.

(28)

24

Pencapaian indikator tingkat keberhasilan penimbangan balita di

posyandu (N/D) di kabupaten Pacitan tahun 2013 sudah di atas target

60%, yaitu sudah mencapai 74,44%. Penanganan untuk balita yang tidak

naik timbangannya selama 2 kali atau 3 kali berturut-turut perlu untuk

lebih dimaksimalkan, misalnya melalui kegiatan rujukan ke puskesmas,

pemeriksaan kecacingan, pemberian PMT dan lain-lain.

Kasus balita gizi buruk yang dimaksud di sini adalah hasil

penapisan status gizi berdasarkan indikator anthrophometri BB/TB.

Manifestasi dari balita gizi buruk dengan indikator BB/TB biasanya

berperawakan sangat kurus atau justru bisa masuk dalam kondisi yang

lebih parah (marasmus, kwashiorkhor atau marasmus-kwashiorkhor).

Penemuan dan penanganan gizi buruk dapat dilakukan di tingkat individu

ataupun kelompok dengan mengoptimalkan Sistem Isyarat Dini melalui

kegiatan penimbangan berat badan balita secara rutin tiap bulan dan

mencatat hasilnya pada kartu menuju sehat atau buku kesehatan ibu dan

anak.

Upaya penanggulangan gizi buruk meliputi pelaksanaan tanggap

darurat atau program jangka pendek dengan kegiatan penggerakan

masyarakat melalui penimbangan bulanan balita di Posyandu, tata

laksana gizi buruk di rumah tangga, puskesmas dan rumah sakit

termasuk pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P), serta

pemberian makanan pendamping air susu ibu bagi balita.

Sedangkan program jangka panjang penanggulangan gizi buruk

antara lain melalui kegiatan revitalisasi posyandu, pendidikan dan

promosi gizi untuk keluarga sadar gizi (Kadarzi), penyuluhan dan

pendidikan gizi tentang makanan sehat bergizi dan integrasi kegiatan

lintas sektor dalam program pengentasan kemiskinan. Cakupan balita gizi

buruk indikator BB/TB yang mendapat perawatan di kabupaten Pacitan

(29)

25

tahun 2013 sudah mencapai target 100%, yaitu 9 balita sudah

mendapatkan perawatan (100%).

4.1.5.

Pelayanan Imunisasi.

Imunisasi merupakan bagian dari upaya pencegahan dan pemutusan

mata rantai penularan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan

Imunisasi (PD3I).

Kegiatan imunisasi dibedakan rutin dan tambahan. Kegiatan

imunisasi rutin meliputi imunisasi untuk bayi umur 0-1 tahun (BCG, DPT,

Polio, Campak, HB), imunisasi untuk Wanita Usia Subur/ ibu hamil (TT)

dan imunisasi untuk anak sekolah SD ( kelas 1: DT, kelas 2-3 : TT).

Sementara kegiatan imunisasi tambahan dilakukan atas dasar penemuan

masalah seperti desa non UCI, potensial KLB, dugaan adanya virus polio

liar / kebijakan lain berdasarkan kebijakan teknis.

Indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan program

imunisasi secara nasional adalah angka UCI (Universal Child Immunization)

pada wilayah desa/kelurahan. Pada tahun 2013 di Kabupaten Pacitan desa

UCI mencapai 134 desa atau 78,36%.

4.1.6.

Desa Terkena Kejadian Luar Biasa (KLB)

Yang dimaksud dengan desa / kelurahan terkena KLB adalah

desa/kelurahan yang terjadi peningkatan kesakitan atau kematian

penyakit potencial KLB, penyakit karantina atau keracunan makanan. Pada

tahun 2013 di Kabupaten Pacitan terdapat kasus KLB sebanyak 19 Kasus

dan semua kasus tersebut sudah ditangani < 24 jam.

4.1.7.

Kesehatan Gigi dan Mulut

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut meliputi pelayanan dasar gigi

dan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Pemeriksaan gigi dan mulut

dalam bentuk upaya promotif, preventif dan kuratif sederhana seperti

pencabutan gigi, pengobatan dan penambalan sementara dan tetap.

(30)

26

Pada tahun 2013, pelayanan dasar gigi di Puskesmas mencapai

3.607 pelayanan terdiri dari 1.948 tumpatan gigi dan 1.659 pencabutan gigi

tetap, sehingga rasio tumpatan sebesar 1:0,85.

4.1.8.

Penyuluhan Kesehatan

Kegiatan Penyuluhan kesehatan dilakukan melalui penyuluhan

kelompok dan penyuluhan massa. Pada tahun 2013, jumlah seluruh

kegiatan penyuluhan kesehatan mencapai 10.955 terdiri dari 10.844

penyuluhan kelompok dan 111 kali penyuluhan masa.

4.1.9.

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar

Dalam rangka meningkatkan kepesertaan masyarakat dalam

pembiayaan kesehatan, sejak lama dikembangkan berbagai cara untuk

memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat. Pada tahun 2013 di

Kabupaten Pacitan jumlah peserta askes 37.079 jiwa, Jamkesmas 191.842

jiwa, Jamkesda 2.712 jiwa,Grindulu Mapan 7.422 jiwa sehingga jumlah

peserta JPK pra bayar hanya sebesar 239.055 jiwa atau 43,89% dari

jumlah penduduk.

4.1.10.

Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan

Penilaian kualitas pelayanan dilihat dari tingkat kemudahan

masyarakat untuk menjangkau sarana kesehatan dan mutu pelayanan

kesehatan yang diberikan.

a. Rawat Jalan dan Rawat Inap

Cakupan pelayanan kesehatan dapat dilihat dari jumlah

kunjungan rawat jalan dan rawat inap di sarana kesehatan baik di

Puskesmas, rumah sakit maupun sarana kesehatan lainnya.

Pada tahun 2013 kunjungan rawat jalan di Puskesmas sebanyak

331.831 pasien dan rawat inap sebanyak 11.035 pasien sedangkan di

Rumah Sakit Umum Daerah Pacitan kunjungan rawat jalan sebanyak

34.838 pasien dan rawat inap sebanyak 9.765 pasien.

(31)

27

b. Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Laboratorium

Jumlah sarana pelayanan kesehatan yang ada di Kabupaten

Pacitan tahun 2013 sebanyak 26 buah terdiri dari 1 buah rumah sakit

Umum 1 Rumah Sakit Khusus (RS. Agung Mulia) dan 24 Puskesmas

dan semua sarana tersebut telah memiliki fasilitas laboratorium.

c. Sarana Kesehatan dengan Pelayanan 4 Spesialis Dasar

Yang dimaksud sarana kesehatan dengan 4 spesialis dasar adalah

sarana kesehatan yang telah mempunyai 4 pelayanan spesialis dasar

yaitu kandungan dan kebidanan, bedah, penyakit dalam, dan anak. Di

Kabupaten Pacitan hanya Rumah Sakit Umum yang memiliki pelayanan

4 spesialis dasar.

4.2 Perilaku Masyarakat

Banyaknya penyakit yang ada saat ini tidak bisa dilepaskan dari

perilaku yang tidak sehat. Dimana untuk mengubah perilaku masyarakat

merupakan sesuatu yang tidak mudah namun mutlak diperlukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, sehingga diperlukan upaya

penyuluhan kesehatan yang terus menerus guna mendorong masyarakat

berperilaku hidup bersih dan sehat.

Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang

berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat, digunakan 10

indikator antara lain : Persalinan oleh tenaga kesehatan, Bayi diberi ASI

eksklusif, menimbang balita tiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci

tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat,

memberantas jentik di rumah, makan buah dan sayur tiap hari,

melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah.

4.2.1.

Rumah Tangga Sehat (ber- Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)

Rumah tangga ber-PHBS adalah rumah tangga yang seluruh

anggota keluarganya telah berperilaku hidup bersih dan sehat yang

(32)

28

meliputi 10 indikator. Dari hasil laporan Puskesmas, pada tahun 2013

telah dilakukan pengkajian PHBS pada 31.453 rumah tangga. Dari hasil

pengkajian tersebut terdapat 17.558 rumah tangga yang ber-PHBS

(55,82%). Untuk meningkatkan cakupan rumah tangga ber-PHBS perlu

dilakukan upaya untuk keberlanjutan program. Oleh karena itulah

perlu adanya intervensi dari berbagai komponen baik lintas program,

lintas sektor, LSM, swasta, tokoh masyarakat untuk berperan aktif

dalam membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

4.2.2.

ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI saja pada

bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan dalam rangka mencukupi

kebutuhan gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan

bayi.

ASI merupakan makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi

karena mengandung unsur gizi yang dibutuhkan bayi guna

pertumbuhan dan perkembangannya secara optimal. Oleh sebab itu ASI

diberikan secara eksklusif hingga 6 bulan dapat diteruskan sampai usia

2 tahun.

Target cakupan pemberian ASI Eksklusif adalah 60 % dan pada

tahun 2013 sudah mencapai 79,38%.

4.3 KEADAAN LINGKUNGAN

Kegiatan upaya penyehatan lingkungan lebih diarahkan pada

peningkatan kualitas lingkungan melalui kegiatan yang bersifat promotif

dan preventif. Adapun pelaksanaannya bersama masyarakat diharapkan

mampu memberikan kontribusi bermakna terhadap peningkatan

kesehatan masyarakat.

(33)

29

Untuk memeperkecil risiko terjadinya penyakit atau gangguan

kesehatan akibat kondisi lingkungan yang kurang sehat, telah dilakukan

berbagai upaya peningkatan kualitas lingkungan antara lain :

4.3.1.

Rumah Sehat.

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang

berfungsi sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga.

Rumah dikategorikan sehat jika memenuhi syarat kesehatan yaitu

memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah,

pembuangan air limbah, ventilasi baik, kepadatan hunian rumah yang

sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah.

Jumlah rumah di Kabupaten Pacitan tahun 2013 berdasarkan

profil Kabupaten sebanyak 159.979 rumah dan 96.957 rumah diperiksa

dan 64.910 (40,57%) dinyatakan memenuhi sayarat kesehatan.

4.3.2.

Akses Terhadap Air Bersih

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk maka kebutuhan air

bersih semakin bertambah. Berbagai upaya dilakukan agar akses

masyarakat terhadap air bersih meningkat, salah satunya melalui

pendekatan partisipatori yang mendorong masyarakat berperan aktif

dalam pembangunan perpipaan air bersih di daerahnya.

Pada tahun 2013, dari 169.584 jumlah keluarga yang ada, diperiksa

32.236 (19,0%).Untuk jenis sarana air bersih yang digunakan dapat dilihat

dalam gambar berikut.

(34)

30

Gambar 10

Kepemilikan Sarana Air Bersih

Di Kabupaten Pacitan Tahun 2013

0,21

16,33

37,67

16,31

16,89

11,24

1,36

Kemasan Ledeng SPT SGL Mata Air PAH Lainnya

Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan Tahun 2013

4.3.3.

Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar.

Upaya peningkatan kualitas air bersih akan berdampak positif

apabila diikuti oleh upaya perbaikan sanitasi yang meliputi kepemilikan

jamban, pembuangan air limbah dan sampah di lingkungan sekitar kita,

karena pembuangan kotoran baik sampah, air limbah maupun tinja yang

tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan rendahnya kualitas

air serta menimbulkan penyakit menular di masyarakat.

%

%

%

(35)

31

BAB V

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

5.1 SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN

Pesatnya pembangunan bidang kesehatan, salah satunya ditandai

oleh makin meningkatnya peran pemerintah dan swasta dalam

penyediaan sarana dan prasarana kesehatan yang bertujuan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Pada bab ini akan diuraikan mengenai sarana dan prasarana

kesehatan, diantaranya Puskesmas dan jaringannya, Rumah Sakit,

Sarana kesehatan lain, Upaya Kesehatan Bersumberdaya masyarakat

(UKBM) serta tenaga kesehatan.

5.1.1.

Puskesmas dan jaringannya

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dari Dinas

Kesehatan yang berada di wilayah kecamatan yang melaksanakan

tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan. Jumlah Puskesmas

yang ada di Kabupaten Pacitan sebanyak 24 buah, 13 Puskesmas

perawatan (Puskesmas dengan tempat tidur) dan 11 Puskesmas non

perawatan.

Untuk

memperluas

jangkauan

pelayanan

Puskesmas

dikembangkan Puskesmas Pembantu (Pustu) yang seluruhnya

berjumlah 54 buah. Sarana lain adalah Puskesmas keliling roda 4

sebanyak 45 buah yang berguna untuk membantu pelayanan

kesehatan di luar gedung sehingga dapat menjangkau seluruh

pelosok.

(36)

32

5.1.2.

Rumah Sakit

Jumlah rumah sakit di Kabupaten Pacitan sebanyak 3 buah 1

Rumah Sakit Umum Daerah dan 2 Rumah Sakit Khusus milik

Swasta.

5.1.3.

Sarana Kesehatan lainnya

Selain Puskesmas dan rumah sakit keberadaan sarana

kesehatan lain sangat membantu terwujudnya peningkatan derajat

kesehatan masyarakat di jawa Timur. Sarana kesehatan lainnya di

kabupaten Pacitan pada tahun 2013 meliputi :

a. Rumah bersalin milik swasta sebanyak 1 buah

b. Balai pengobatan swasta termasuk klinik milik TNI/POLRI 8 buah

c. Praktik dokter perorangan sebanyak 121 buah

d. Apotek sebanyak 31 buah

e. Toko obat sebanyak 8 buah

5.1.4.

Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat berbagai upaya telah dikembangkan termasuk

dengan memanfaatkan potensi dan sumberdaya yang ada di

masyarakat melalui Posyandu, Polindes, Poskesdes maupun

pembentukan desa siaga.

Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling

dikenal oleh masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5

program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana,

(37)

33

perbaikan izi, imunisasi dan penanggulangan diare. Posyandu

dikelompokkan dalam 4 strata yaitu pratama, madya, purnama, dan

mandiri. Pada tahun 2013 jumlah posyandu sebanyak 799 buah, .

Gambar 11

Jumlah Posyandu per strata

Di Kabupaten Pacitan Tahun 2013

38

182

545

44

0 100 200 300 400 500 600

Pratama Madya Purnama Mandiri

Sumber : Bidang PSD Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan Tahun 2013

5.2 TENAGA KESEHATAN

Dalam pembangunan kesehatan, Sumber Daya Manusia

merupakan salah satu faktor penggerak utama, dimana SDM kesehatan

yang berkualitas menentukan keberhasilan dari seluruh proses

pembangunan tersebut.

Sampai saat ini jumlah tenaga kesehatan masih belum

sepenuhnya terpenuhi, hal ini terlihat dari rasio jumlah tenaga

kesehatan yang ada di Kabupaten Pacitan.

(38)

34

Gambar 12. Jumlah tenaga kesehatan

di Kabupaten Pacitan tahun 2013

No

Jenis Tenaga

JUMLAH

1

Dokter Spesialis

13

2

Dokter Umum

77

3

Dokter Gigi

12

4

Perawat

366

5

Bidan

214

6

Apoteker dan Sarjana Farmasi

12

7

Tenaga Kesehatan Masyarakat

46

8

Tenaga Sanitasi

36

(39)

35

BAB VI

PENUTUP

Data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis bagi

pimpinan dan organisasi dalam pelaksanaan manajemen, maka penyediaan

data dan informasi yang berkualitas sangat diperlukan sebagai masukan

dalam proses pengambilan keputusan. Di bidang Kesehatan, data dan

informasi diperoleh melalui penyelenggaraan sistem informasi kesehatan.

Salah satu luaran utama dari penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan

adalah Profil Kesehatan, seperti yang telah tersaji dalam buku ini.

Namun demikian sangat disadari, Profil Kesehatan yang ada saat ini

masih belum dapat memenuhi kebutuhan data dan informasi kesehatan

secara optimal. Proses penyusunan Profil Kesehatan sendiri masih menemui

banyak kendala baik dalam segi pengumpulan, analisa, dan penyajiannya. Hal

ini berimplikasi pada kualitas data dan informasi yang disajikan saat ini

mungkin belum sesuai dengan harapan. Walaupun demikian, Profil Kesehatan

Kabupaten Pacitan diharapkan dapat memberikan gambaran secara garis

besar dan menyeluruh tentang seberapa jauh keadaan kesehatan masyarakat

yang telah dicapai. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kualitas,

perlu dicari terobosan dalam mekanisme pengumpulan data dan informasi

secara tepat untuk mengisi kekosongan data agar dapat tersedia data dan

informasi yang lebih valid.

Demikian sajian informasi kesehatan dalam bentuk Profil Kesehatan,

dengan harapan semoga bermanfaat sebagai sumber data untuk bahan

masukan pengambilan keputusan dan penyusunan perencanaan kesehatan

tingkat Kabupaten.

(40)

K

A

B

UP

A

TE

N

P

A

C

IT

A

N

TA

H

UN

2013

L

P

L + P

A.

G

A

MBA

R

A

N

UMUM

1

Lu

as

W

ilaya

h

1

,3

88

2

Ju

mla

h De

sa

/Ke

luraha

n

171

3

Ju

mla

h Pen

dud

uk

2

64

,8

17

2

79

,7

97

5

44

,6

14

4

Ra

ta

-R

ata

Jiwa

/R

uma

h T

angg

a

3.3

0

5

Ke

pa

da

ta

n Pen

dud

uk

/KM

2

39

2.4

9

6

Ra

sio

Be

ba

n T

angg

un

ga

n

48

.8

6

7

Ra

sio

Je

nis

Kel

amin

94

.6

5

8

Pe

nduduk 10

T

ahu

n ke

A

ta

s M

ele

k H

uru

f

90

.9

2

92

.5

8

94

.3

1

9

Pe

nduduk 10

T

ahu

n ke

A

ta

s d

enga

n Pen

did

ik

an T

ert

ingg

i SMP+

36

.0

0

34

.8

8

35

.4

2

B.

DE

R

A

JA

T

K

E

S

E

H

A

TA

N

B.1

Angka

Kem

atia

n

10

Ju

mla

h La

hir

Hi

dup

3,5

30

3,4

04

6,9

34

11

Angka

La

hir

M

ati (

dila

po

rka

n)

5.9

1

5.5

5

5.7

4

12

Ju

mla

h Ba

yi

M

ati

4

4

3

2

7

6

13

Angka

Kem

atia

n Ba

yi

(

dila

po

rka

n)

0.0

0

0.0

0

10

.9

6

14

Ju

mla

h Ba

lita

M

ati

47

37

84

15

Angka

Kem

atia

n Ba

lita

(

dila

po

rka

n)

0.0

0

0.0

0

12

.1

1

16

Ju

mla

h Ke

ma

tia

n I

bu

1

0

17

Angka

Kem

atia

n I

bu

(d

ilap

orka

n)

10

.0

0

B.2

Angka

Kes

aki

ta

n

18

AFP

Ra

te

(

non P

olio

)

< 15

t

h

5

.2

2

19

Angka

Kem

atia

n Akiba

t T

B P

aru

0

20

Angka

P

ene

mua

n Ka

sus

T

B P

aru (

CDR)

3

8.8

3

21

Succe

ss

R

ate

T

B P

aru

1

92

.9

2

R

E

S

UME

P

R

OFI

L

K

E

S

E

H

A

TA

N

AN

G

KA/N

ILAI

NO

INDIKAT

OR

Gambar

Grafik  di  atas  menggambarkan  kematian  ibu  selama  7  tahun  terakhir  di  Kabupaten  Pacitan
TABEL 6 KABUPATEN PACITAN TAHUN  2013 1 2 3 4 5 6 = 4+5 7 8 9 = 7+8 10 = 4+7 11 = 5+8 12 = 10+11 1 PACITAN Pacitan 170 0 170 156 1 157 326 1 327 2 Tanjungsari 349 1 350 370 0 370 719 1 720 3 KEBONAGUNG Kebonagung 178 0 178 154 0 154 332 0 332 4 Ketro W 117
TABEL 8 JUML A H  K E MA TI A N  IBU M E NUR UT  K E LOM P OK  UMUR DAN  K E C A MA TA NKABUPATENPACITANTAHUN 2013
TABEL 9 KABUPATEN PACITAN TAHUN  2013 NO KECAMATAN NAMA  PUSKESMAS JUMLAH PENDUDUK &lt;15 TAHUN
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum dilakukan penelitian pendahuluan mengenai rancang bangun alat pencetak briket tipe screw untuk proses produksi biobriket pelet dari arang Cangkang Kakao Sebagai

Sebaliknya, kematian karena gagal sirkulasi terjadi pada pasien yang tidak aktif atau koma, mempunyai insidensi asistole lebih tinggi daripada VF, mempunyai kecenderungan menjadi

Benda yang terbang di udara akan menimbulkan muatan listrik statis yang diakibatkan karena gesekan antara benda tersebut dengan udara atau awan, atau hampir sama

Dari hadits di atas, sangat jelas bahwa apabila ada yang melakukan perbuatan liwath (homoseks) maka hukumannya adalah dibunuh baik pelakunya maupun

Dalam ketentuan hukum pidana Islam menurut pendapat jumhur ulama’ , bahwa untuk menetapkan hukuman qishash dapat diberlakukan kepada pelaku, jika pelaku

Musyawarah Sidi Jemaat ilakoken ibas: Wari / Tanggal : Minggu, 25 April 2021 Ibenaken : Kenca Dung Kebaktian Ke II Ingan Pulung : Gereja GBKP Km.. Pimpinan Musyawarah Sidi Jemaat

Program ini dilakukan sebagai usaha untuk memperpanjang usia simpan arsip, dan melestarikan arsip yang masih utuh maupun arsip yang fisiknya sudah rusak terutama

Sebagian besar responden sejumlah 55% menyatakan sudah mengupayakan perbaikan proses pengolahan bahan baku, dengan alasan agar kualitas produk lebih baik lagi dengan kualitas bahan