• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Uni Eropa yang terdiri dari 28 negara anggota 1 memiliki kemitraan dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Uni Eropa yang terdiri dari 28 negara anggota 1 memiliki kemitraan dengan"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Uni Eropa yang terdiri dari 28 negara anggota1 memiliki kemitraan dengan China sejak lama. Diawali pada tahun 1975 dimana komisaris pertama Eropa Cristopher Soames berkunjung ke China dalam rangka pembentukan hubungan 1ontrol11v dalam bidang kerjasama dan perdagangan.2 Tiga tahun setelah itu perjanjian perdagangan bilateral terbentuk, terutama setelah penerapan kebijakan baru China berkaitan dengan keterbukaan dan reformasi perdagangan berdampak baik dalam kerjasama kedua belah pihak. Pada tahun 1980 mencapai 2.4 miliar dolar Amerika dan terus mengalami peningkatan pada tahun-tahun berikutnya.3

1 Member pertama Uni Eropa pada tahun 1951 hanya Belgia, Jerman, Prancis, italia, luksemburg dan belanda, pada aksesi Kroasia pada tahun 2013 menjadi 28 yaitu: Austria, Belgia, Bulgaria, Croatia, Cyprus, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Hungaria, Irlandia, Italia, Latvia, Lithuania, Luxembourg, Malta, Belanda, Polandia, Portugal, Romania, lovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, dan Inggris, diakses dalam https://europa.eu/european-union/about-eu/countries_en (01/01/2018, 02:51 WIB)

2 European Union External Action, EU-China Relations Timeline, diakses dalam https://eeas.europa.eu/headquarters/headquarters-homepage_en/15872/EU-China%20relations%20Timeline (31/01/2018, 20:37 WIB)

3 Pada tahun 1993 jumlahnya mencapai 26,14 miliar dolar Amerika naik 10 kali lipat dibanding pada tahun 1975. Perkembangan perdagangan UE dan China terus meningkat seiring dengan perkembangan integrasi Uni Eropa.Setelah diperluas kemitraan pada tahun 2004, Uni Eropa menjadi mitra dagang terbesar China dan sebaliknya China menjadi mitra dagang kedua terbesar Uni Eropa. Pada tahun 2010 volume perdagangan antara Uni Eropa dan China menjadi 479,71

(2)

Dalam perkembangannya, mengacu dalam konfrensi Uni Eropa dan China di Brussels pada 29 juni 2015 dalam UE-China Summit, dengan tema utama memperkuat kerjasama internasional dan membangun kembali “Belt and Road” untuk pembangunan saling menguntungkan kedua belah pihak. Pada pertemuan ke-17 ini juga ditandai sebagai 40 tahun hubungan diplomatik kedua belah pihak.4 Kontrak diplomatik ditandatangani secara resmi pada tahun 1975, dimana pada saat itu China mulai transisi pembukaan kebijakan ekonomi secara bertahap.

Pada konfrensi UE-China Summit 2015 dalam kesepakatan kedua belah pihak melampirkan kemitraan strategi komperhensif dalam mempromosikan perdamaian, kemakmuran, pembangunan berkelanjutan serta menekankan kembali komitmen mereka untuk memperdalam kemitraan yang bertujuan perdamaian, pertumbuhan, reformasi dan peradaban untuk kepentingan bersama. Serta One Belt One Road (OBOR) dimasukkan sebagai dimensi baru dalam kemitraan strategi jangka panjang Uni Eropa-China 2020, seperti yang tertera lebih lanjut:

“The summit will be an opportunity to reaffirm high-level support for taking forward negotiations on an EU-China Comprehensive Agreement on Investment... Also discuss abaut investmen opportunity and synergies with China’s “One Belt One Road” initiative.”5

4 EU-China Summit Joint Strement, Brussels, 29/06/2015. The way forward after forty years of UE-China Cooperation, diakses dalam https://www.consilium.europa.eu/media/23732/150629-eu-china-summit-joint-statement-final.pdf (15/11/2018, 14:03 WIB)

5 EU-China Summit,Brussels, 29/06/2015, European Council Council of the European Union, diakses dalam http://www.consilium.europa.eu/en/meetings/international-summit/2015/06/29/# (20/11/2017, 14:03 WIB)

(3)

Sebelumnya, pada 21 November 2013 di Beijing, Herman Van Rompuy sebagai Presiden Dewan Eropa dan Jose Manuel Barroso Presiden Komisi Eropa menghadiri UE-China Summit ke-16. Agenda dalam pertemuan ini meliputi hubungan bilateral Uni Eropa dan China diantaranya perdamaian, perdagangan dan investasi, akses pasar atau infrastruktur, dan pertukaran orang ke orang (pertukaran pelajar, wisatawan, promosi kebudayaan dll).

Terkait realisasi OBOR, terdapat jalur-jalur strategis yang akan dilalui proyek mega besar tersebut diantaranya meliputi benua Asia, Eropa, serta Afrika, dengan rincian rute yang menghubungkan China, Asia Tengah, Rusia dan Eropa bagian Utara. Selanjutnya akan ada pembangunan infrastruktur jalur sutra maritime abad ke-21 yang menghubungkan Cina dengan Teluk Persia dan Laut Mediterania melalui Asia Tengah dan Lautan Hindia di selatan. Satu rute jalur 3ontrol3 diawali dari pantai China ke Eropa melalui Laut Cina Selatan dan Lautan Hindia.6

Sebelumnya dalam kerjasama kemitraan antara Uni Eropa dengan China menunjukan tren yang fluktuatif, dapat dilihat juga bahwa kurun waktu 2003-2008 hubungan kerjasama antara Uni Eropa dengan China justru kurang harmonis. Bahkan pada juli 2008 kemitraan kedua belah pihak mengalami kemunduran secara signifikan. Laporan mengenai tuduhan atas China yang

6 Indriana Kartini, Kebijakan Jalur Sutra Baru China dan Implikasinya Terhadap Amerika Serikat, Pusat Peneliti Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, diakses dalam

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0ahUKEwjQx7z QsNXXAhWEVLwKHe3ZBq4QFggmMAA&url=http%3A%2F%2Fejournal.lipi.go.id%2Findex.

(4)

dianggap tidak sehat serta kurang menghormaiti terhadap hak kayaan intelektual dan hubungan timbal balik terhadap kontraktor China dilarang untuk berpartisipasi dalam projek Galileo7. Serta pada tahun yang sama pihak dari Beijing menyatakan tidak ingin menghadiri atau mengjadi tuan rumah dalam pertemuan tahunan bilateral Sino-European.8

Hal yang mencakup pertumbuhan dan investasi serta memperkuat Uni Eropa dalam panggung global, kemudian menjadi penting bagi Uni Eropa untuk mempertimbangan pandangan parlemen Eropa tentang hubungan Uni Eropa dengan China, yang bertujuan untuk menetapkan kebijakan untuk jangka menengah dan panjang.9 Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penelitian mengambil judul Kepentingan Uni Eropa Dalam Projek Kerjasama Dengan China “One Belt, One Road” untuk menganalisa lebih lanjut tentang kepentingan Uni Eropa dalam implemntasi kerjasama dengan China “One Belt, One Road”

1.2 Rumusan Masalah

Dari pembahasan penulis yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka penulis merumuskan penelitian ini untuk menjawab pertanyaan

7 Galileo Projek atau European Union Sistem Navigasi Satelit Global (GNSS) yaitu sistem satelit Eropa yang dapat menunjukan posisi dan waktu dengan akurat. Dapat digunakan untuk berbagai aplikasi, saat ini konstelasi galileo terdiri dari 18 satelit, baca selanjutnya Galileo, diakses dalam http://ec.europa.eu/growth/sectors/space/galileo_en (15/11/2018, 17:32 WIB)

8 Jikkie Verlare, MSc, A new Opportunity In EU-China Security Ties: The One Belt One Road

Initiative, diakses dalam

http://china-trade-research.hktdc.com/business-news/article/The-Belt- and-Road-Initiative/A-New-Opportunity-in-EU-China-Security-Ties-The-One-Belt-One-Road-Initiative/obor/en/1/1X000000/1X0A5DCL.htm (15/11/2018, 17:34 WIB)

9 European Commission, Joint Communication to The Euroeian Parliament And The Council

Elements For a New EU Strategy on China, diakses dalam

http://eeas.europa.eu/archives/docs/china/docs/joint_communication_to_the_european_parliament _and_the_council_-_elements_for_a_new_eu_strategy_on_china.pdf (01/01/2018, 02:19 WIB)

(5)

“Bagaimana kepentingan Uni Eropa dalam Implementasi kerjasama dengan China “One Belt, One Road” ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini, Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis rasionalitas kepentingan Uni Eropa dalam projek kerjasama dengan China “One Belt, One Road”. Dimana penulis melihat adanya beberapa kepentingan ekonomi dan politik dalam keterlibatannya.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Dengan adanya penelitian ini mampu memperkuat pemahaman dan menambah pemahaman kajian teoritis mengenai Liberalisme Institusional. Dalam penelitian ini juga memberikan pengetahuan baru tentang hubungan kerjasama antar negara maupun regional, tentu dalam penelitian ini membahas mengenai kerjasama “One Belt, One Road” dengan Uni Eropa dan bagaimana implementasi dan analisa kepentingan Uni Eropa dalam projek tersebut. Serta diharapkan mampu menambah wawasan ilmu tentang kajian terapan dari teori Liberalisme Institusional terhadap suatu isu dan fenomena yang berkembang.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Dapat menambah wawasan penulis terhadap fenomena yang berkembang di kawasan regional Eropa maupun Asia, serta menambah pemahaman terkait teori yang digunakan yaitu Liberalisme Institusional.

(6)

2. Dapat memberikan kontribusi pemikiran terhadap penelitian selanjutnya dimana kajian penelitian berkaitan dengan Uni Eropa dan “One Belt, One Road”

3. Dapat dijadikan pertimbangan untuk pengembangan ilmu hubungan internasional terkait kajian kawasan Eropa dan Asia

1.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pertama merupakan penelitian yang dilakukan oleh Justyna Misiagiewicz dan Marcin Misiagiewicz yang berjudul China’s “One Belt, One Road” Inisiative – The Perspective of The European Union.10

Penulis mengunakan penelitian ini dikarenakan persamaan pembahasan mengenai inisiatif China yaitu OBOR dengan Uni Eropa. Serta memiliki perbedaan dengan penelitian yang sedang penulis lakukan yaitu lebih menekankan aspek kenaikan perekonomian China yang mempengaruhi politik global, serta krisis ekonomi pada tahun 2008 yang menyebabkan Amerika Serikat dan Uni Eropa mengalami penurunan tajam.

Prinsip non-intervensi China dalam urusan negara lain disebut akan membatasi kemampuan untuk melindungi kepentingan dan wargan negara di zona krisis di luar negeri, fenomena yang rumit dengan aneka ragam dimensi material seperti, militer, pembangunan ekonomi dan inovasi teknologi. Meskipun pengaruh ekonomi China terus tumbuh, kekuatan untuk mempengaruhi negara-negara lain 10Justyna Misiagiewicz dan Marcin Misiagiewicz, China’s “One Belt, One Road” Initiative – The Perspective of The European Union, Annales Universitatis Mariae Curie-Sklodowska, Vol. XXIII. 1, Lublin – Poland, diakses dalam

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0ahUKEwiR1Le t8d7XAhXHTbwKHe5YDh0QFggqMAA&url=https%3A%2F%2Fjournals.umcs.pl%2Fk%2Farti cle%2Fdownload%2F3494%2F3628&usg=AOvVaw0XcasVjtLuAtbgMVioq5jK (25/11/2017, 20:45 WIB)

(7)

terbilang kecil. Apa yang diraih China sedikit dari apa yang disebut pembuat kebijakan sebagai “Capture”. Sebuah kondisi dimana ketergantungan ekonomi atau keamanan suatu negara dapat mempengaruhi/mendorong pembuatan kebijakan.

Dengan upaya China untuk meningkatkan pembangunan Soft Power di dunia dengan kebudaya, dan mempromosikan diplomasi publik menjadi bagian penting kebijakan luar negerinya. Namun menurut survey Pew Global Attitude 2013, secara keseluruhan Amerika Serikat unggul atas citra global yang lebih kuat dibandingkan China, namun public percaya bahwa kekuatan global akan segera bergeser.

Dalam peningkatan China, Uni Eropa memiliki pandangan bahwa China dalam keadaan positif, dan mendekati semangat optimism tinggi yang berfokus pada kemitraan berdasarkan kepentingan bersama dan nilai-nilai bersama. Dengan Inisiatif OBOR akan menimbulkan persaingan atar organisasi seperti (EU, NATO, CSTO – the Collective Security Treaty Organization, Eurasian Union), forum (ASEM – Pertemuan Asia-Eropa, CICA – Konferensi Interaksi dan Langkah Membangun Keyakinan di Asia) dan konsep (ENP – Kebijakan Lingkungan Eropa, atau Strategi Jalan Sutra Baru AS). Lainnya mengenai kepentingan actor eksternal dan wilayah geopolitik yang tumpang tindih yang diminati oleh kekuatan utama. Rusia semakin agresif dalam mempertahankan minatnya pada bekas kerajaan Soviet, serta AS mengurangi keterlibatan di Afghanistan dan di Asia Tengah, IS yang semakin komplek dalam konflik di Suriah dan Irak, dan

(8)

negara Asia Tengah berusaha membagun kekuatan sendiri sebagai kekuatan regional yang independen, terutama Kazakhstan dengan kebijakan multi-sektor.

Terlepas dari kondisi politik global serta akan persaingan dengan organisasi lain. Dalam agenda kerjasama Uni Eropa-China 2020 memiliki tantangan setidaknya tiga bidang perdagangan dan investasi, perdamaian dan keamanan, serta pertukaran orang-ke-orang.Kenyataan Uni Eropa telah menjadi mitra dagang terbesar China sejak 2004, dan China merupakan mitra dagang terbesar kedua Uni Eropa. Ketergantungan ini akan melibatkan kedua belah bihak semakin dekat dengan proyek OBOR, karena perdagangan sangat bergantung pada infrastruktur yang tersedia.

Penelitian yang kedua dari oleh Bruno Jetin berjudul “One Belt-One Road Initiative” and ASEAN Conectivitas: Synergy Issues and Potentialities.11 Persamaan dalam penelitian adalah hubungan kerjasama yang dilakukan melalui OBOR dengan Organisasi regional, serta dampak dalam kerjasama yang dilakukan akan mengutungkan dalam segi kerjasama ekonomi salah satunya perluasan pasar.Namun perbedaan terletak pada organisasi regional, dalam penelitian ini ialah ASEAN dan penelitian yang dilakukan penulis ialah Uni Eropa. Sehingga pembahasan memiliki perbedaan kontribusi dalam kerjasama OBOR, terlebih jumlah alokasi dana antara ASEAN dan Uni Eropa yang dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan proyek OBOR.

Kebutuhan akan konektifitas atau infrastruktur semakin nyata saat melihat arus dan biaya perdagangan. Dengan program integrasi ASEAN, negara angota,

11 Bruno Jetin, “One Belt, One Road Inisiative and ASEAN Conectivity: Synergy Issues and

(9)

baru dan hanya mencakup negara-negara timur laut Asia. Biaya perdagangan konferhensif nontariff comprehensive trade costs (NTC) dalam ASEAN-4 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand) tetap lebih tinggi 77% dari pada China, hal tersebut bertentangan dengan ekspektasi biaya perdagangan yang rengdah antar negara anggota ASEAN setelah beberapa decade integrasi yang berujung AEC. Integrasi darat jauh lebih maju dibandingkan integrasi maritime ASEAN.

Meningkatkan konektifitas antar negara anggota ASEAN sangat penting untuk mengurangi tingkat kesenjangan antar negara anggota ASEAN darat dan maritime. Sektor financial adalah masalah utama, menurut Asian Develompent Bank negara-negara Asia perlu menginvestasikan 8 triliun US dolar, untuk infrastruktur nasional dan antar-regional. Kawasan ASEAN saja memerlukan 60 miliar US dolar, dalam investasi jalan, kereta api, listrik, air dan infrastruktur lainnya.

Investasi besar dibidang invrastruktur sangat dibutuhkan untuk membangun lahan baru dan koneksi. Disamping itu komitmen jangka panjang dan kelembangaan untung pengelolaan juga dibutuhkan dalam proyek OBOR. Strategi OBOR memliki potensi besar untuk mengintegrasikan ASEAN secara internan dan Asia keseluruhan. Bagi Asia Tenggara ini penting untuk membantu mencapaai ASEAN Master Plan Connectivity (AMPC) untuk kepentingan China-ASEAN. Keseimbangan kepentingan China-ASEAN harus dijaga dengan baik untuk perkembangan tidak hanya konektivitas antar dua entitas tetapi juga dengan negara anggota ASEAN. Dengan kata lain China harus memasukkan proyek OBOR yang lebih kecil yang tidak terkait langsung dengan kepentingan

(10)

perdagangan dan strategi China tetapi juga menguntungkan ekonomi local ASEAN. Seperti memperbaiki jalur maritime atau jalur sekunder dalam transportasi darat mungkin akan memiliki dampak langsung bagi industry kecil dan menengah. Dan OBOR diharapkan juga untuk pembangunan manusia.

Penelitian yang ketiga adalah thesis dari Antonino Clemente yang berjudul The “One Belt, One Road” Initiative And it’s Effects on The Relations Between China And European Union. 12 Persamaannya adalah pokok pembahasan mengenai OBOR dengan Uni Eropa yang akan memberikan dampak ekonomi kedua belah pihak semakin kuat. Dari segi politik dengan kuatnya kerjasama melalui OBOR, Uni Eropa berharap semakin memperlihatkan eksistensi di ranah global.Namun perbedaanya dalam penelitan ini menjelaskan lebih dalam mengenai dinamika kerjaasama China dan Uni Eropa. Dengan adanya kerjasama OBOR akan menghasilkan tatanan kepentingan global yang berkaitan dengan rezim internasional. Dimana saat ini posisi Amerika Serikat dianggap mulai melemah dalam pemecahan permasalahan global.

Dengan capain bursa dagang € 428,1 miliar dan perdagangan jasa € 49,9 miliar pada tahun 2013, meningkat 80% dibandingkan pada tahun 2009. Hal tersebut telah mengukuhkan kerjasama kedua belah pihak dalam tren yang siknifikan sejak lahirnya kerjasama pada tahun 1970an. Secara politik terlepas dari ikatan ekonomi kedua belah pihak telah mengubah bentuk system kekuatan internasional. Dominasi perdagangan dunia tidak lepas dari Uni Eropa dan China, tetapi selain relevansi hubungan kedua belah pihak, pihak tersebut juga sebagai 12 Antonino Clemente, The “One Belt, One Road” Initiative And it’s Effects on The Relations

Between China And European Union Tahun2014/2015, Thesis, Master’s Degree in International

(11)

pelaku utama dunia multipolar saat ini yang muncul dari jatuhnya Uni Soviet pada awal 1990. Berakhirnya perang dingin dan runtuhnya Uni Soviet pada 1989-1991 mendorong sistem percepatan menuju pelebaran globalisasi di seluruh dunia. Konsekuensinya adalah banyak negara besar pada masa lalu bersikap netral, sekarang telah membuka proteksionisme dan masuk pada sistem multilateral.

Amerika Serikat tidak berhasil memposisikan diri dalam memimpin keseluruhan tata pemerintahan global. Sekarang AS harus mempertimbangkan posisi dan pemangku kepentingan internasional lainya untuk ikut andil memecahkan permasalahan global. Peran yang telah dicapai Uni Eropa sangat penting dengan keterlibatan wakil-wakilnya dalam pertemuan internasional. Namun ketergantungan kuat Amerika Serikat selalu dapat mempengaruhi keputusan luar negerinya.

Disisi lain, china mencoba untuk mendefinisikan kembali posisi negaranya dalam scenario internasional. Mempertahankan konsentrasi terutama pada bidang ekonomi dan perdagangan, skema ini membuat China sebagai salah satu negara dengan ekonomi terbesar. China tidak dalam cita-cita menampilkan diri sebagai ancaman bagi ekuilibrium global, namun berpartisipasi dalam masalah tatanan global yang penting. Untuk mencapai tujuan tersebut China bekerja sama dengan institusi Eropa dengan harapa mendapatkan kredibilitas dan legistimasi internasional.

Perubahan situasi dan relevansi obligasi antara kedua pihak mengenai pentingnya pasar internasional dipahami sangat jelas oleh setiap orang, dan analisis kemitraan ini semakin meningkat. Terutama kalangan analisis, ilmuan dan

(12)

pejabat Amerika khawatir terhadap perkembangan hubungan antara dua mitra dagang mereka. Peristiwa yang sangat mempengaruhi hubungan tersebut adalah OBOR, dimana rencana ekonomi dan 12ontro baru untuk kebijakan luar negeri China yang bertujuan untuk memimpin hubungan dengan negara-negara lain dalam beberapa 12ontro berikutnya.

Penelitian selanjutnya yang dijadikan sebagai penelitian terdahulu ialah thesis dari Oriol Nierga Llandrich dengan judul China’s New Silk Road and Its Implication for European Integration.13 Adapun kesamaan dalam pembahasan Oriol Nierga L iyalah kajian dari sudut pandang Uni Eropa dalam kerjasama Projek OBOR yang memotret segi keutungan yang akan didapat oleh negara anggota, disisi lain juga menampilkan pentingnya melihat sisi negative dari kerjasama OBOR, secara spesifik mengenai integritas antar negara anggota Uni Eropa yang dikhawatirkan akan luntur seiring dengan kekuatan China yang dapat mempengaruhi negara tertentu di Eropa. hal tersebut sebagai sisi perbedaan yang dimiliki dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh penulis.

Uni Eropa sebagai tujuan akhir dari OBOR, serta akan terlibat langsung dalam proyek ini. Dalam tahapan awal potensi dari kerjasama dengan China memiliki nilai yang besar. Namun sebaliknya Uni Eropa juga harus memperhatikan kemungkinan tantangan yang akan dihadapi. Adanya analisa dari beberapa ilmuan yang menganggap investasi China tidak hanya bertujuan untuk

13 Oriol Nierga Llandrich, China’s New Silk Road and Its Implication for European Integration, Tahun 2017, Thesis, Development and International Relation, Aalborg University, diakses dari http://projekter.aau.dk/projekter/files/261997159/MA_Thesis___Oriol_Nierga_Llandrich___China _s_New_Silk_road_and_its_Implications_for_European_Integration.pdf (03/02/2018, 00:46 WIB)

(13)

meningkatkan dan memperkuat hubungan antara peradaban Eropa dan China, namun juga ada kemungkinan dapat mempengaruhi integrasu Uni Eropa.

Dalam penelitian Oriol Nierga L bertujuan untuk melihat implikasi pengembangan OBOR terhadap integrasi Uni Eropa.Kemitraan ini diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi Uni Eropa dan anggotanya.Dalam bidang industry dan perdagangan akan berdampak langsung kepada negara anggota serta akan membantu beban bantuan keuangan negara yang dilanda krisi Eropa, dengan infrastruktu baru yang dapat memberikan momentuk kebangitan ekonomi. Factor lain yang dikhawatirkan adalah meningkatnya kapasitas China untuk membentuk keputusan politik di negara-negara Eropa tertentu, seperti halnya pada kasus Hunggaria dan Yunani, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan pihak berwenang China dapat menghalangi politik Eropa, terutama ketika mereka terkait dengan kepentingan China.Untuk menyamakan respon yang sama dan efek yang ditimbulkan oleh OBOR, perlu agar Uni Eropa dan negara anggota bekerjasama untuk menemukan kepentingan yang sama, tidak hanya memenuhi kepentingan negara besar dalam keanggotaan Uni Eropa.

Penelitian dengan judul China’s Belt and Road Initiative: Can Europe Expect Trade Gains? dari working paper yang ditulis oleh Alicia Garcia Herrero and Jianwei Xu menjadi penelitian terdahulu yang kelima.14Pertimbangan keuntungan yang akan didapatkan Uni Eropa dalam proses kerjasama Belt and Road Inisiatif yang mencakuk wilayah yang luas adalah unsur kesamaan dengan penelitian yang sedang dilakukan penulis. Sedangkan unsur pembeda penulis 14 Garcia Herrero dan Jianwei Xu, China’s Belt and Road Initiative: Can Europe Expect Trade

(14)

mengunakan teori liberal institusional dimana kerjasama berdasarkan kesepakatan yang dibuat dan diakui oleh kedua belah pihak, sedangkanAlicia Garcia Herrero and Jianwei Xu menggunakan metode penghitungan biaya dengan menggunakan Model Specification Proposedyang mengunakan rumus persamaan estimasi yang ditentukan sebagai berikut;

Belt and Road Inisiatif (BRI) adalah proyek internasilonal yang dimulai China dalam beberapa decade terakhir.Ini bertujuan unutk merangsang perekonomian diwilayah yang luas mencakup sub-wilayah Asia, Eropa dan Afrika.Beberapa sumber menyebutkan bahwa setidaknya ada 63 negara, termasuk 18 negara Eropa masuk dalam cakupan BRI. Yang paling penting, blok besar Uni Eropa dan China menyumbang 64 persen populasi penduduk dunia dan akumulasi PDB kedua pihak mencapai 30% dari PDB global.

Memperlancar arus pertukaran banrang adalah tujuan utana dengan cara pengelolaan infrastruktur transportasi.Perbandingan keuntungan perdagangan yang diharapkan negara dari pengurangan biaya transportasi dan pemangkasan 14ontro yang berasal dari perjanjian FTA sebagai salah satu keuntungan.Jika China sepakat dengan pembentukan FTA dengan negara-negara inisiatif Belt and Road.

Hasil perhitingan menunjukan pengurangan biaya transportasi memiliki dampak signifikan dan positif mengacu pada catatan statistic terhadap perdagangan internasional. Pengurangan sebesar 10% biaya melalui kereta api dan maritime meningkatkan perdagangan masingmasing sebesar 2 persen. Analisis selanjutnya dampak dari perdagangan menurut wilayah, Uni Eropa mendapatkan

(15)

hasil terbesar dari BRI, dengan peningkatan mencapai 6%. Perdagangan dikawasan asia berpengaruh positif dengan 3%. Hasil dari pengujian menunjukan BRI menjadi win-win dalam hal peciptaan perdagangan internasional.

Gambar 1 Posisi Terdahulu

No Judul Nama Teori/Konsep Hasil

1. Justyna Misiagiewicz dan Marcin Misiagiewicz

China’s “One Belt, One Road” Inisiative – The Perspective of The European Union Soft Power Diplomasi dan Rezim Internasional Meskipun pengaruh ekonomi China terus tumbuh, kekuatan untuk mempengaruhi negara-negara lain terbilang kecil. Sebuah kondisi dimana ketergantungan

ekonomi atau keamanan suatu negara dapat

mempengaruhi/mendor ong pembuatan kebijakan. Namun agenda kerjasama Uni Eropa-China 2020 terkait bidang perdagangan dan investasi, perdamaian dan keamanan, dan pertukaran orang-ke-orang mendorong Uni Eropa untuk semakin dekat pada Inisiatif OBOR

2. Bruno Jetin “One Belt-One

Road Initiative”

and ASEAN

Conectivitas:Syne rgy Issues and Potentialities

Conectivit as

Tidak efektifnya biaya perdagangan yang disebabkan konektifitas

yang belum

menyeluruh di wilayah negara angota ASEAN, hal ini bertentangan dengan semangat ASEAN tentang AEC, dan keterbatsan finansial dalam pembangunan

(16)

infrastruktur di wilayah Asia, dan OBOR penting untuk mencapai ASEAN Master Plan Connectivity (AMPC) 3. Antonino Clemente

The “One Belt,

One Road”

Initiative And it’s Effects on The Relations Between China And European Union Rezim Internasional dan Globalisasi

Pada awalnya Eropa kurang memperhatikan “One Belt, One Road” dikarenakan kurang menarik perhatian sejak

awal. Baik

kelembagaan Uni Eropa maupun negara-negara anggota tidak menunjukan

antusiasme,

dikarenakan masifnya kekuatan Amerika Serikat ysng menjadi baying-bayang dalam eksistensi Uni Eropa dalam kancah global. Juga ragumengenai relevansi proyek dan potensi keuntungannya bagi ekonomi mereka. Uni Eropa mencoba untuk lebih bersikap independen dan mendekatkan diri dengan Asia spesifik dengan China melalui OBOR.

4. Oriol Nierga Llandrich

China’s New Silk Road and Its Implication for European Integration Liberal Intergovernmentali sm

Dengan terapan teori yang diadopsi oleh penulis yaitu Liberal

Intergovernmentalism

dari Andrew Moravcsik untuk memahami Dinamika internal dari Uni Eropa saat ini yang dapat membentuk penerapan dan tanggapan Uni Eropa terhadap OBOR. Peran pemerintah nasional yang sebagian besar mengikuti pendekatan

(17)

oleh preferensi domestik, akan tetap penting untuk memberikan jawaban. Sementara Uni Eropa dapat keuntungan dari OBOR dalam hal ekonomi dan dapat meningkatkan konektivitas dan integrasi di seluruh benua. 5. Alicia Garcia Herrero and Jianwei Xu

China’s Belt and Road Initiative: Can Europe Expect Trade Gains? Model Specification Proposed Dengan perhitungan mengunakan Model Specification Proposed diketahui keuntungan yang didapatkan oleh Uni Eropa menjadi yang tertinggi dalam hal perdagangan, sedangkan Asia menjadi yang kedua, dan disusul dengan wilayah lainnya yang dilewati oleh jalur Inisiatif Belt, and Road. 7. Anisa Triwilis Tianto Kepentingan Uni Eropa Dalam Projek “China One Belt, One Road”

Liberalisme Institusional

Dengan kerjasama OBOR, Uni eropa mendapat manfaat dari kelembagaan

institusional, dimana Uni Eropa dapat menjangkau dan mebuka pasar baru di wilayah Asia melalui

Eurasia Land Bridge

Economic Corridor.

Serta memberikan dampak terhadap wilayah Eropa Tengah melalui 21st Century Maritime.

(18)

1.6 Landasan Teori

Guna mejawab pertanyaan dari rumusan masalah di atas, penulis akan menggunakan teori Liberalisme Institusional guna menjelaskan lebih lanjut kepentingan Uni Eropa dalam implementasi kerjasama dengan China One Belt One Road (OBOR). Dalam situasi rumit yang melibatkan banyak negara, lembaga internasional dapat bertindak untuk menyediakan titik focus guna membangun kerja sama yang dominan. Dalam kaitan ini meskipun OBOR adalah inisiatif dari China, namun dari sisi Uni Eropa berpotensi untuk mendapatkan manfaat lebih besar dalam praktiknya.

1.6.1 Liberalisme Institusional

Internasionalisme memberikan penekanan pada peran yang dimainkan oleh organisasi dan masyarakat internasional. Masyarakat internasional adalah sekelompok negara yang sadar akan kepentingan umum dan nilai bersama, membentuk masyarakat dalama arti bahwa mereka dalam keterikatan oleh aturan yang sama dalam hubungan satu sama lainya, dan bekerja bersama dalam kelembagaan.15 Gagasan kerjasana antar negara yang bertujuan untuk kepentingan bersama sebagai dasar dari masyarakat internasional. Institusionalsi liberalis berpandangan bahwa supaya mencapai perdamaian harus ada kerja sama antar masyarakat internasional dan pada dasarnya menghasilkan bebrapa kedaulatan mereka untuk menciptakan komonitas terpadu guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan menanggapi tantangan global.

15 Rebecca Devitt, Liberal Institutionalism: An Alternative IR Theory or Jus Maintaining the

Status, diakses dalam

(19)

Pendapat kaum realis bahwa institusi internasional hanyalah “secarik kertas”, dan mereka dalam belas kasih sepenuhnya dari negara kuat. Hal tersebut disangkal bahwa institusi internasional lebih dari sekedar ciptaan negara kuat. Mereka adalah kepentingan indepeenden dan mereka dapat memajukan kerjasama antar negara-negara. Pada dasarnya liberalisasi institusional adalah suatu organisasi internasional seperti NATO atau Uni Eropa; atau merupakan seperangkat aturan yang mengatur tindakan negara dalam bidang tertentu.16 Institusi internasional mendorong memajukan kerjasama diantara negara-negara

Penting untuk memahami mengenai sejauh mana keuntungan relatif dapat dicapai. Bahwa kepentingan oleh actor tergantung pada factor-faktor dalam institusi seperti jumlah aktor utama dalam sistem tersebut. Meskipun dalam upaya kerjasama mereka memiliki kekhawatiran tentang potensi pihak lain untuk mendominasi atau berbuat curang.17 Tetapi mereka juga menghadapi masalah bagaimana mengkoordinasikan tindakan supaya kerjasama setabil. Para pihak yang terlibat dalam kerjasa mungkin tidak sepakat atas hal mana yang lebih disukai, karena masing-masing memiliki keadaan tertentu yang berbeda. Namun dalam situasi yang rumit yang melibatkan pihak terkai, lembaga dapat bertindak untuk pembangunan titik fokus sehingga, membuat hasil kerjasama lebih dominan.

Dalam pandangan teori liberal berpendapat bahwa institusi akan memberikan inforasi yang berharga serta informasi tersebut menjelaskan tentang keuntungan dari kerjasama. Lembaga dapat memberikan fasilitas berupa

16Robert Jackson dan Georg Sorensen, Op. Cit Hal. 154

17 Robert O. Keohane dan Lisa L. Martin, The Promise of Institutionalist Theory, International Scurity,, Vol. 20,, No. 1 (MIT Press 1995), Hal 45

(20)

kerjasama dengan membantu menyelesaikan konflik distribusi dan dengan meyakinkan pihak terkait bahwa keuntungan akan diperoleh seimbang.

Pendapat bahwa semua negara memiliki kepentingan yang sama dalam manusia, maka hubungan antar actor internasional dianggap seperti hubungan antar individu. Perdamaian bukanlah hal yang mustahil karena setiap actor konstitusional akan bertindak rasional yaitu demi terciptanya masing-masing kepentingan dari setiap actor akan menundukan diri dalam sebuah hukum Internasional yang akan mengatur kehidupan mereka dalam pergaulan internasional. Karena setiap actor yang terlibat dalam suatu kerjasama internasional akan memiliki pertimbangan rasional untuk mencapai kepentingan masing-masing. Melalui interpretasi pembentukan rezim internasional, kerjasama internasional sangat bergantung pada analisis pilihan rasional.18

Menurut Keohane keberhasilan fungsi dalam institusi sangat bergantung pada keadaan saling menguntungkan bagi pihak yang terlibat. Aktor terkait juga terlibat pada pertukaran informasi satu dengan yang lain hal tersebut akan berhubungan mengenai distribusi timbal balik yang dilembagakan. Oleh sebab itu perlu bagi pihak terkait untuk mendapatkan sumber informasi yang dapat dipercaya jika aktor ingin memperoleh keuntungan dalam kerjasama tersebut.19 Terutama informasi mengenai bagaimana dampak yang akan diberikan oleh implementasi kerjasama, sehingga memberikan manfaat untuk melihat potensi yang lebih jauh dalam implementasi.

18 Robert O. Keohane, The Demand for International Regimes, International Organization,, Vol. 36 No. 2 (Spring, 1982), University of Wisconsin Press, Hal 325

(21)

Analysis of international regime-formation within a constraint-choice framework requires that one specify the nature of the context within which actors make choices and the functions of the institutions whose patterns of growth and decay are being explained. Two features of the international context are particularly important: world politics lacks authoritative governmental institutions, and is characterized by pervasive uncertainty. Within this setting, a major function of international regimes is to facilitate the making of mutually beneficial agreements among governments, so that the structural condition of anarchy does not lead to a complete "war of all against all."20

Seperti pada OBOR yang akan memberikan efek timbal balik dari segi keuntungan kedua belah pihak karena akan mefasilitasi pembuatan keuntungan bersama berdasarkan kesepakatan dalam institusi. Tujuan mendasar dari kerjasama OBOR adalah integrasi infrastruktur multi-regional yang akan memberikan manfaat bukan hanya antara Uni Eropa dan China namun juga akan berdampak langsung terhadap negara-negara yang akan dilewati projek integrasi infrastruktur OBOR. Bagi Uni Eropa dengan mendapatkan keuntungan sebagai ujung dari kerjasama tersebut, informasi terkait mengenai keuntungan yang dapat diberikan oleh beberapa negara Uni Eropa melalui jalur Integrasi darat maupun laut dirasa akan menjelaskan kepentingan Uni Eropa dalam implementasi kerjasama OBOR.

1.7 Metodologi Penelitian

Metode penelitian sangat penting digunakan saat melakukan suatu penelitian. Hal tersebut dikarenakan metodologi penelitian dapat mepermudah untuk memberikan solusi dan memberikan jawaban terhadap permasalahan yang sedang dihadapi dalam melakukan penelitian sehingga dapat menghasilkan

(22)

penelitian yang benar dan akurat serta tidak diragukan lagi dalam menentukan kesimpulan dibelakang.

1.7.1 Level Analisa

Variabel dependen (unit analisa) yaitu perilaku yang hendak dideskripsikan, dijelaskan dan diprediksikan. Variabel independen (unit eksplanasi) yaitu yang dampaknya hendak diamati.21 Dalam penelitian ini penulis menentukan kepentingan Uni Eropa dalam level sistem regional sebagai variable dependen atau unit analisa, sedangkan variable independen atau unit eksplanasi adalah pertimbangan rasionalitas kebijakan berdasarkan rezim internasional. Level unit analisa yang digunakan iyalah model tingkat analisa Korelasionis, dimana unit eksplanasi dan unit analisa pada tingkatan yang sama.

1.7.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah eksplanatif, penelitian eksplanatif bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih gejala atau variable. 22 Dalam penelitian ini akan menjelaskan kepentingan Uni Eropa dalam implementasi projek One Belt One Road OBOR yang memiliki jalur integrasi laut yang disebut The 21st Century Maritime Silk Road dan jalur darat yang disebut Silk Road Economic Belt.

21Mohtar Mas’oed, 1990, Ilmu Hubungan Internasnional Disiplin dan Metodologi, Jakarta : LP3ES, hal 35

(23)

1.7.3 Teknik Analisa Data

Teknik yang digunakan penulis dalam menganalisa data dari hasil penelitian adalah deduksi, yaitu dengan melakukan studi literature guna mencari data yang terkait dengan peenelitian yang sedang dilakukan, adapun data yang diperoleh berupa transkrip, buku, website surat kabar, catatan, dan jurnal yang telah diterbitkan oleh lembaga atau instansi.

1.7.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yakni melalui studi kepustakaan, di mana data-data yang diperoleh berasal dari buku, jurnal, artikel ilmiah dan juga sumber dari Internet. Dalam melakukan pengumpulan data, penulis mencari dan mengambil data dari berbagai sumber yang berkaitan dengan topic permasalahan yang dianalisis oleh penulis, tentunya dalam kaitan kerjasama Uni Eropa dengan projek kerjasama OBOR dan dikumpulkan lalu dipilih data yang dianggap masuk dan mampu membantu penulis menjelaskan fenomena yang sedang dikaji mengenai kepentingan Uni Eropa dalam implementasi kerangka kerjasama OBOR.

1.7.5 Ruang Lingkup Penelitian

1.7.5.1 Batasan Materi

Pembatasan materi penelitian bertujuan untuk menghindari pembahasan yang melebar dan tidak focus dalam penelitian yang dilakukan. Oleh karena itu penulis berfokus pada bagaimana analisa

(24)

kepentingan Uni Eropa dalam implementasi projek kerjasama dengan China “One Belt, One Road” khususnya pada bidang ekonomi dan politik yang berkaitan dengan kerjasama tersebut.

1.7.5.2 Batasan Waktu Penelitian

Ruang lingkup penelitian sangatlah penting untuk digunakan untuk mendapatkan hasil penelitian yang efektif dan efisien. Batasan materi diperlukan untuk memberi batasan agar penelitian yang dilakukan tidak meluas dan dapat mempersempit 24 ontr penelitian yang ada. Batasan materi dari penelitian ini difokuskan pada analisa kepentingan Uni Eropa dalam kerjasama dengan China “One Belt, One Road”. Batasan waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasca pengumuman OBOR yaitu pada tahun 2013 sampai satu setelah KTT EU-China Summit 2015 yaitu tahun 2016.

(25)

1.8 Hipotesis

Dalam penelitian ini akan membahas mengenai kepentinga Uni Eropa dalam projek kerjasama dengan China One Belt, One Road (OBOR). OBOR adalah projek jalur integrasi yang akan menghubungkan Asia, Eropa dan Afrika melalui jalur darat yang disebut Silk Road Economic Belt dan jalur laut yang disebut dengan 21st Century Maritime. Dalam penelitian ini, penulis meganalisa mengunakan liberalisme institusional dimana pertimbangan atas kerjasama internasional didasari oleh analisa rasional, dalam kontek ini adalah pertimbangan Uni Eropa dalam kerjasama dengan OBOR. Adapun pertimbangan tersebul meliputi, pertama perluasan pasar ke wilayah Eurasian Economic Union (EAEU) melalui koridor Eurasia Utara, kedua terciptanya jalur yang lebih cepat untuk akses ke Asia melalui koridor Eurasia Tengah melalui Laut Hitam dan ketiga, memberikan daya saing untuk wilayah Eropa Tengah khususnya Yunani.

(26)

1.9 Sistematika Penulisan

BAB I 1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis 1.4.2 Manfaat Praktis 1.5 Penelitian Terdahulu 1.6 Landasan Teori 1.6.1 Liberalisme Institusional 1.7 Metodologi Penelitian 1.7.1 Level Analisa 1.7.2 Jenis Penelitian 1.7.3 Teknik Analisa Data 1.7.4 Teknik Pengumpulan Data 1.7.5 Ruang Lingkup Penelitian

1.7.5.1 Batasan Masalah 1.7.5.2 Batasan Waktu 1.8 Sistematika Penulisan

(27)

BAB II Projek Kerjasama “One Belt, One Road” 2.1 One Belt, One Road (OBOR)

2.2 Kerangka Kerjasama One Belt, One Road (OBOR) 2.2.1 Pendanaan OBOR

2.3 Hubungan Kerjasama Uni Eropa dengan China 2.3.1 Hubungan Uni Eropa dan China 2003-2013 2.3.2 Integrasi Uni Eropa dengan Projek OBOR

BAB III Analisi Kepentingan Uni Eropa Dalam Projek One Belt One Road

3.1 Meningkatkan Hubungan Perdagangan dan Investasi Uni Eropa-China

3.1.1 Kebijakan Untuk Memperkuat Kerjasama Uni Eropa-China di Bawah OBOR

3.2 Jalur Konektifitas Infrastruktur Trans-Regional

3.1.1 Meningkatkan Akses Konektifitas Melalui Jalur Utara Eurasia

3.2.2 Jalur Konektifitas ke Regional Laut Baltik

BAB IV 4.1 Kesimpulan

Gambar

Gambar 1 Posisi Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Voltage Oriented Control merupakan metode MPPT yang digunakan dalam tugas akhir ini. Metode ini merupakan metode yang tersusun atas dua bagian loop pengaturan yang

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa dinamika penyesuaian diri sebagai pergerakan yang ditimbulkan dari dorongan semangat individu untuk

 Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan desa adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar Pemerintahan desa berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan

Dev iation Median Minimum Maxim um Jenis cairan RL HES 400 kD Total Tekanan Darah Sistolik Pre Anestesi Spinal Tekanan Darah Diast olik Pre.. Anestesi Spinal Tekanan Darah

mengetahui berapa banyak barang yang sudah di retur. Sering terjadi kesalahan perhitungan penjualan dan pembelian, akibatnya laporan pembelian dan penjualan tidak

Pengaturan pelek dan ban dengan beban yang dihitung pada ban dimana ban berputar berlawanan dengan drum dan diberikan beban radial, beban alat pengujian sama dengan metode

Palvelutarpeen arviointia on tehty Lapin maakunnan ja kuntien väestötasolla. Palvelutar- peen arvioinnissa on myös kartoitettu nykyisen palvelujärjestelmän tilanne, minkä yhteydes-

Setiap mahasiswa diminta untuk membuat sebuah paper dengan panjang maksimal 500 kata yang berisi rangkuman dan refleksi kritis atas tulisan Abraham van de Beek. yang berjudul