• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NASKAH PIDATO SISWA KELAS IX SMP KATOLIK SANTO PAULUS SINGARAJA TAHUN AJARAN 2015/2016 DITINJAU DARI PRINSIP-PRINSIP KOMPOSISI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS NASKAH PIDATO SISWA KELAS IX SMP KATOLIK SANTO PAULUS SINGARAJA TAHUN AJARAN 2015/2016 DITINJAU DARI PRINSIP-PRINSIP KOMPOSISI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS NASKAH PIDATO SISWA KELAS IX SMP KATOLIK SANTO

PAULUS SINGARAJA TAHUN AJARAN 2015/2016 DITINJAU DARI

PRINSIP-PRINSIP KOMPOSISI

Ni Luh Sri Ernawati

1

,

Sang Ayu Putu Sriasih2

,

Ida Ayu Made Darmayanti3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: {sriernawati6@gmail.co.id

1

, sap.sriasih@yahoo.com

2

,

idaayumadedarmayanti@yahoo.com

3

} @undiksha.ac.id

4

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) kesatuan naskah pidato (2) koherensi naskah pidato, dan (3) penekanan naskah pidato siswa kelas IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja Tahun Ajaran 2015/2016. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah naskah pidato siswa kelas IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 37 orang. Objek dalam peneitian ini adalah kesatuan, koherensi dan penekanan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Data dianalisis dengan teknik deskriptif dengan menggunakan prosedur (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) kesatuan naskah pidato siswa tergolong sangat tinggi, yakni 97%, (2) koherensi naskah pidato siswa tergolong tinggi, yakni 70%, dan (3) penekanan naskah pidato siswa tergolong sangat rendah, yakni 4%.

Kata kunci: kesatuan, koherensi, naskah pidato, penekanan ABSTRACT

This research aimed to describe (1) the unity of the speech script, (2) coherence speech script, and (3) emphasis student speech script class IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja year 2015/2016. To achieves these objectives, the research used a qualitative descriptive study design. The subject in this reseach is the speech script student class IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja year 2015/2016 who totaled 37 peoples. The object ini this research is the unity, coherence, and emphasis.The data collection methods used in this reseach is documentations method. Data were analyzed using descriptive technique with using the procedure of data reduction, data presentation, and conclusion/verification. The result of this reseach show that (1) the unity of the student speech scrit classified as very hight, that is 97%, (2) coherence student speech script classified as hight, that is 70%, and (3) emphasis student speech script classified as very low, that is 4%.

(2)

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan salah satu media komunikasi yang digunakan manusia untuk saling bergaul dengan manusia lainnya. Oleh karena itu, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional manusia serta menjadi penunjang keberhasilan dalam mempelajari segala bidang kehidupan, baik di sekolah maupun dalam hidup bermasyarakat.

Aktivitas berbahasa merupakan kegiatan yang tidak pernah lepas dalam kehidupan manusia. Wendra (2014: 2) mengatakan bahwa aktivitas berbahasa merupakan aktivitas penyampaian pesan atau ide kepada orang lain. Di dalam aktivitas berbahasa, terdapat empat keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan,berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dimiliki oleh setiap orang. Keterampilan menulis merupakan bentuk keterampilan yang memiliki tingkatan paling tinggi di antara aktivitas berbahasa lainnya sehingga siswa cukup sulit menerapkan keterampilan ini dalam proses pembelajaran.

Menulis merupakan kegiatan yang tidak pernah lepas dari kehidupan sehari-hari. Morsey (dalam Tarigan, 1997: 4)menyatakan bahwa menulis merupakan serangkaian kegiatan yang digunakan orang-orang terpelajar untuk mencatat atau merekam,meyakinkan, melaporkan atau memberitahukan, dan memengaruhi. Tidak jauh berbeda denganMorsey, Gie (2002:76) mengemukakan bahwa menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan buah pikirannya melalui bahasa tulis sehingga dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain.Pendapat lain mengenai menulis juga diungkapkan oleh Semi (1990: 10) yang menyatakan bahwa menulis merupakan kegiatan perekaman bahasa lisan ke dalam bahasa tulis. Menulis disebut sebagai kegiatan perekaman karena dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan gagasan,

maksud, ide, pesan, ataupun pikiran yang dimilikinyakepada orang lain.

Dari ketiga pendapat ahli tersebut, dapat ditarik satusimpulan mengenai pengertian menulis. Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mencatat atau merekam, meyakinkan, memberitahukan, mengungkapkan gagasan, maksud, ide, pesan ataupun pikirannya melalui bahasa tulis secara teratur sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Pada dasarnya, kegiatan menulis sangat diperlukan dan memiliki peran yang sangat penting. Dikatakan penting karenamaksud serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orangyang dapat menyusun pikiran dan mengutarakan maksudnya dengan jelas. Kejelasan ini bergantung pada pikiran, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat. Hal itulah yang mengimplikasikan bahwa kegiatan menulis membutuhkan pemikiran yang cukup luas. Selain itu, menulis juga dikatakan penting karena menulis merupakan suatu proses berpikir yang teratur. Sebagai suatu proses, menulis mencakup kegiatan mulai dari penemuan gagasan atau topik yang akan dibahas sampai dengan penulisan konsep akhir.Pendapat tersebut didukung oleh Akhadiah, (1998: 29) yang menyatakan bahwa proses tersebut mencakup beberapa tahap, yaitu tahap persiapan atau tahap prapenulisan, penulisan, dan revisi sehingga tulisan yang dihasilkan mudah dipahami oleh pembaca. Orang yang tidak mampu menulis akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh berbagai posisi dalam kehidupan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh berbagai pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari menuntut seseorang mampu menulis.Pernyataan ini dikuatkanpula oleh Akhadiah (1998: 63) yang menyatakan bahwa lewat tulisan, seseorang dapat mengenali potensi diri, memperluas cakrawala, mendorong seseorang belajar aktif, dan membiasakan seseorang berpikir dan berbahasa secara tertib. Salah satu wujud keterampilan menulis adalah naskah pidato.

Naskah pidato merupakan salah satu bentuk seni tulis yang kemudian

(3)

disampaikan dihadapan umum oleh seorang orator. Berkenaan dengan seni, pada umumnya, pidato disampaikan dengan seindah mungkin sehingga pendengar tertarik untuk mendengarkan uraian atau pendapat-pendapat yang disampaikan oleh sang orator. Kemampuan berpidato sangat penting bagi setiap orang yang akan tampil di depan umum, khususnya, bagi seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang tidak bisa menyampaikan buah pikirannya di hadapan khalayak, akan dianggap sebagai pemimpin yang kurang cerdas. Saat berpidato, banyak pemimpin yang menulis terlebih dahulu buah pikirannya dalam sebuah naskah pidato. Saat seperti itu, wibawa seorang pemimpin sangat bergantung naskah pidato yang dibawakannya.

Dalam konteks pembelajaran, menulis naskah pidato merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. Keterampilan menulis naskah pidato diberikan kepada siswa dengan tujuan agar siswa mampu menulis teks atau naskah pidato dengan bahasa yang baik dan benar. Selain itu, hal ini juga bertujuan agar siswa mahir dalam menuangkan semua gagasan, ide, pendapat, dan pikiran dalam bentuk teks atau naskah pidato. Naskah pidato merupakan salah satu bentuk tulisan yang dapat digunakan untuk mengekspresikan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Melalui kompetensi menulis pidato, siswa dapat mengungkapkan buah pikirannya. Setelah lepas dari jenjang pendidikan, mau tidak mau siswa akan terjun ke dalam masyarakat. Siswa sebagai orang yang berpendidikan harus berani menghadapi khalayak.Agar dapat berbicara dengan baik, siswa harus memiliki kemampuan berpidato. Siswa hendaknya menuliskan terlebih dahulu buah pikirannya ke dalam naskah pidato sebelum berbicara di hadapan khalayak. Nantinya naskah pidato yang berisi pemikiran-pemikiran tersebut dapat digunakan sebagai pedoman ketika berbicara di hadapan khalayak.

Menyadari betapa penting peranan naskah/teks pidato, keterampilan menulis naskah atau teks pidato merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Sejalan dengan hal tersebut, Winawan (2010: 5) mengungkapkan bahwa

dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia tingkat Sekolah Menengah Pertama, dijelaskan bahwa standar isi pembelajaran Bahasa Indonesia selain diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar,baik secara lisan maupun tertulis, diarahkan untuk mampu mengungkapkan informasi melalui kegiatan menulis. Dalam hal ini, kegiatan menulis, khususnya, menulis sebuah naskah/teks pidato pada jenjang SMP/MTS kelas IX diwujudkan dengan Standar Kompetensi yang berbunyi “mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karya ilmiah sederhana, teks pidato, surat pembaca”. Melalui pembelajaran tersebut, diharapkan siswa mampu menulis dan menghasilkan naskah/teks pidato yang baik.

Pidato merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan seseorang dalam menuangkan pemikiran-pemikiran kritis di hadapan khalayak. Hadinegoro (2006: 1) mengemukakan bahwa pidato merupakan pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada khalayak dengan maksud agar pendengar dapat mengetahui, memahami, dan menerima pesan yang disampaikan serta diharapkan dapat melaksanakan amanat-amanat yang terkadung di dalamnya. Agar dapat menghasilkan naskah/teks pidato yang baik, hendaknya naskah/teks yang ditulis didasari oleh prinsip-prinsip komposisi pidato.

Secara etimologi,prinsip komposisi tersusun atas dua kata yaitu prinsip dan komposisi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(2001: 1102), prinsip berarti asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya); dasar. Komposisi berarti: 1) susunan; 2) tata susunan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001: 720). Jadi, dapat disimpulkan bahwa prinsip komposisi adalah asas atau kebenaran yang menjadi dasar berpikir dalam menyusun suatu tuturan. Menurut Rakhmat (2002: 31), ada tiga prinsip komposisi pidato, yaitu (1) kesatuan, (2) pertautan, dan (3) titik-berat sedangkan Sudiana (2007: 100) dan Hadinegoro

(4)

(2006: 30) mengemukakan bahwa ketiga prinsip komposisi pidato tersebut adalah (1) kesatuan, (2) koherensi, dan (3) penekanan.

Pada prinsipnya, ketiga pendapat tersebut tidak jauh berbeda,bahkan, saling mendukung, hanya saja terdapat penggunaan istilah yang berbeda dalam penyebutan prinsip komposisi pidato tersebut. Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat ditarik satusimpulan mengenai bagian prinsip komposisi pidato. Prinsip-prinsip komposisi pidato tersebut, yaitu kesatuan, koherensi, dan penekanan.

Berdasarkan hal tersebut, dalam penyusunan naskah pidato, keberadaan prinsip-prinsip komposisi naskah pidato memiliki peran yang sangat penting, dapat dikatakan bahwa prinsip-prinsip komposisi pidato merupakan “jembatan” penghubung dalam penyampaian ide, pesan, ataupun gagasan ketika menyusun sebuah naskah pidato. Pada dasarnya, prinsip-prinsip komposisi pidato nantinya akan memengaruhi seluruh organisasi pesan. Bila penutur tidak menaati prinsip-prinsip komposisi pidato, tuturannya akan menjadi tidak efektif.Walaupun memiliki bahan yang cukup banyak untuk menulis sebuah pidato, namun tidak memiliki keahlian atau sebuah pedoman dalam mengorganisasikan tuturan tersebut, hasilnya tidak akanbaik. Herbert Spencer (dalam Rakhmat, 2003: 31) pernah berkata: “Kalau pengetahuan orang itu tidak teratur, makin banyak pengetahuan yang dimilikinya makin besar pula kekacauan pikirannya”. Kegagalan dalam salah satu komponen dapat mengakibatkan gangguan dalam menuangkan ide secara tertulis. Mengacu pada pemikiran di atas, jelaslah bahwa menulis bukan hanya sekadar menuliskan yang diucapkan (membahasa tuliskan bahasa lisan), melainkan merupakan suatu tindak komunikasi (antara penulis dan pembaca) (Pangelista, 2011: 3).Dalam penelitian ini peneliti memilih SMP Katolik Santo Paulus Singaraja sebagai tempat melakukan penelitian.

Dipilihnya SMP Katolik Santo Paulus Singaraja sebagai tempat melakukan penelitian karena selama melakukan wawancara dengan Bapak Nengah Seken selaku guru Bahasa dan Sastra Indonesia, diperoleh informasi bahwa di sekolah

tersebut belum pernah dilakukan penelitian yang berkenaan dengan naskah pidato terlebih ditinjau dari prinsip-prinsip komposisi. Selain itu, guru belum pernah mengajarkan prinsip-prinsip komposisi dalam materi menulis naskah pidato. Namun, disisi lain, peneliti menemukan fakta bahwa nilai siswa dalam menulis teks/naskah pidato tergolong tinggi. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu melakukan penelitian ini karena terdapat kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Teks/naskah pidato siswa sendiri pada dasarnya sudah, kemudian, peneliti hanya mengambil teks/naskah yang sudah ada tersebut untuk dianalis.Tidak semua tingkatan kelas digunakan dalam penelitian ini sebab materi penyusunan naskah pidato hanya muncul di kelas IX semester genap berdasarkan Kompetensi Dasar yang berbunyi “menulis teks pidato/ceramah/khotbah dengan sistematika dan bahasa yang efektif”. Terdapat empat indikator yang harus dicapai oleh siswa. Akan tetapi, yang menjadi fokus penelitian adalah indikator ketiga yang berbunyi “mengembangkan kerangka pidato menjadi pidato dengan sistematika yang baik dan bahasa yang efektif“.Berangkat dari alasan-alasan tersebut peneliti melakukan penelitian di kelas IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja.

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudulAnalisis Naskah Pidato Siswa Kelas

IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja Tahun Ajaran 2015/2016 Ditinjau dari

Prinsip-Prinsip Komposisi guna

mendeskripsikan prinsip komposisi naskah pidato siswa Kelas IX SMP Santo Paulus Singaraja Tahun Ajaran 2015/2016 yang meliputi (1) prinsip kesatuan, (2) koherensi, dan (3) penekanan. Peneliti berharap dengan dilaksanakan penelitian ini akan memberikan gambaran yang jelas kepada pihak sekolah, guru,ataupun siswa terkait kelebihan dan kekurangan naskah pidato yang ditulis oleh siswa. Nantinya, pihak sekolah, guru,ataupun siswa dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan refleksi dalam proses pembelajaran, khususnya, dalam materi menulis naskah pidato. Dengan demikian, naskah pidato

(5)

yang dihasilkan menjadi lebih baik dan benar.

Peneliti menemukan beberapa penelitian sejenis yang memiliki nuansa tersendiri dan berbeda dengan penelitian yang peneliti rancang. Pertama terdapat penelitian sejenis yang telah dilakukan oleh Nita Zuliana (2012) dengan judul Analisis

Teks Pidato Karangan Siswa Kelas X SMA Labolatorium Universitas Negeri Malang Tahun Pelajaran 2011/2012. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa penggunaan bahasa (didasari oleh tiga prinsip komposisi pidato, yaitu kesatuan, pertautan, dan titik berat) dalam teks pidato yang menunjukkan bahwa penggunaan bahasa siswa di antaranya 30% tepat, 55 % kurang tepat, dan15% tidak tepat.

Kedua, terdapat penelitian sejenis yang dilakukan oleh Widiantara (2014) dengan judul Kajian Retorika dalam Naskah

Pidato pada Siswa Kelas X.1 SMA Negeri 1 Pupuan. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) pengorganisasian tutur bahasa dalam naskah pidato siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Pupuan, (2) pilihan bahasa figuratif dalam naskah pidato siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Pupuan, (3) kendala-kendala yang dialami oleh siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Pupuan terkait dengan pengorganisasian tutur bahasa dalam menulis naskah pidato, dan (4) kendala-kendala yang dialami oleh siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Pupuan terkait dengan pilihan bahasa figuratif dalam menulis naskah pidato.

Ketiga, penelitian yang berkaitan dengan naskah pidato siswa juga pernah dilakukan oleh Sumantara (2015) dengan judul Analisis Teks Pidato Siswa Kelas X.1

SMA Negeri 1 Sawan Ditinjau dari Prinsip Etika Retorika. Penelitian ini bertujuan (1)

mendeskripsikan teks pidato siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Sawan ditinjau dari prinsip etika retorika, (2) faktor pendukung yang dialami oleh siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Sawan dalam menulis teks pidato, serta (3) mendeskripsikan faktor penghambat yang dialami oleh siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Sawan dalam menulis teks pidato.

Penelitian-penelitian di atas memang sejenis dengan penelitian yang dilakukan. Akan tetapi, penelitian tersebut memiliki

persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaan tersebut adalah sama-sama menggunakan bentuk penelitian deskriptif kualitatif sedangkan perbedaanterletak pada subjek penelitian, lokasi penelitian, danrumusan masalah penelitian. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja Tahun Ajaran 2015/2016. Selain itu,ketiga penelitian sejenis di atas juga memiliki fokus penelitian yang lebih luas dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.Dalam penelitian ini, difokuskan pada prinsip-prinsip komposisi naskah pidato yang mencakup (1) kesatuan, (2) koherensi, dan (3) penekanan.Untuk melengkapi sisi lain penelitian-penelitian di atas, sangatlah perlu dilakukan penelitian dengan fokus yang berbeda. Untuk itulah, peneliti melakukan penelitian yang berjudul Analisis Naskah

Pidato Siswa Kelas IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja Tahun Ajaran 2015/2016

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (1) bagaimanakah kesatuan naskah pidato siswa kelas IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja Tahun Ajaran 2015/2016? (2) bagaimanakah koherensi naskah pidato siswa kelas IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja Tahun Ajaran 2015/2016? (3) bagaimanakah penekanan naskah pidato siswa kelas IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja Tahun Ajaran 2015/2016?

Sejalan dengan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (1) mendeskripsikan kesatuan naskah pidato siswa kelas IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja Tahun Ajaran 2015/2016, (2) mendeskripsikan koherensi naskah pidato siswa kelas IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja Tahun Ajaran 2015/2016, (3) mendeskripsikan penekanan naskah pidato siswa kelas IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja Tahun Ajaran 2015/2016.

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan deskriptif kualitatif. Data-data dalam penelitian deskriptif kualitatif diperoleh dari hasil

(6)

wawancara, catatan lapangan, hasil observasi (Moleong, 2011: 11). Pada dasarnya, rancangan penelitian deskriptif memiliki tujuan untuk memberikan deskripsi atau gambaran, dengan maksud untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Berdasarkan hasil observasi awal yang diperoleh, penelitian ini lebih ditekankan pada pengumpulan data yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan prinsip-rinsip komposisi dalam naskah pidato siswa kelas IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja tahun ajaran 2015/2016.

Subjek penelitian adalah benda, hal atau orang tempat variabel melekat dan yang dipermasalahkan dalam penelitian. Subjek penelitian mempunyai kedudukan yang sangat sentral dalam penelitian karena pada subjek penelitian itulah data tentang variabel yang diteliti berada dan diamati oleh peneliti (Wendra, 2014: 32). Subjek dalam penelitian ini adalah naskah pidato siswa kelas IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja tahun ajaran 2015/2016. Siswa kelas IX dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas IX A yang terdiri atas 19 orang dan kelas IX B yang terdiri atas 18 orang. Jika dijumlahkan semua siswa berjumlah 37 orang sehingga naskah pidato yang dihasilkan pula berjumlah 37 naskah.

Objek penelitian merupakan hal yang ingin dipahami “apa yang terjadi” (Sugiyono, 2013: 298). Sejalan dengan hal tersebut, objek penelitian adalah apa yang menjadi titik perhatian atau sasaran yang akan diteliti. Bercermin dari pengertian tersebut, objek penelitian dalam penelitian ini adalah prinsip-prinsip komposisi yang mencakup (1) kesatuan, (2) koherensi, dan (3) penekanan.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian dokumentasi. Dokumen yang dikumpulkan yaitu naskah pidato siswa kelas IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja tahun ajaran 2015/2016. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan instrumen sesuai dengan metode pengumpulan data yang digunakan. Tujuan penggunaan instrumen dalam penelitian adalah untuk mempermudah kerja peneliti dan untuk mendapatkan hasil yang lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga

lebih mudah diolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kartu data.

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan prosedur dengan model Miles dan Huberman (dalam Sugiono, 2013: 337) yang meliputi (1) reduksi data (memilah-milah data yang sesui digunakan sebagai data penelitian), (2) penyajian data (menguraikan data dan hasil analisis yang didapat secara dekriptif), dan (3) penarikan simpulan/verifikasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini mencakup (1) kesatuan naskah pidato siswa kelas IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja tahun ajaran 2015/2016; (2) koherensi naskah pidato siswa kelas IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja tahun ajaran 2015/2016; (3) penekanan naskah pidato siswa kelas IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja tahun ajaran 2015/2016.

Langkah awal yang dilakukan peneliti sebelum melakukan analisis data adalah mengumpulkan data penelitian berupa naskah pidato siswa kelas IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 37. Setelah naskah pidato siswa terkumpul, naskah tersebut dibaca berulang-ulang untuk menentukan prinsip-prinsip komposisi naskah pidato kemudian dicatat dalam kartu data. Untuk menentukan hasil kualitas penggunaan prinsip-prinsip komposisi naskah pidato siswa kelas IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja tahun ajaran 2015/2016 digunakanlah persentase.

Dari 37 naskah pidato yang ditulis oleh siswa, diperoleh 34 naskah yang sudah mengandung prinsip kesatuan dalam isi, semua naskah mengandung kesatuan dalam tujuan, dan seluruh naskah mengandung kesatuan dalam sifat. Dilihat dari kesatuan dalam tujuan, naskah pidato siswa lebih cenderung dengan tujuan informatif. Selanjutnya, kesatuan dalam sifat. Sifat pembicaraan yang dilukiskan dalam naskah pidato siswa cenderung bersifat formal. Hal tersebut tercermin dari pemilihan bahan serta pemilihan kata-kata yang digunakan oleh siswa. Selanjutnya, dari 37 naskah pidato yang ditulis oleh

(7)

siswa dilihat dari prinsip koherensi, ditemukan 36 tulisan sudah menggunakan ungkapan penyambung, 7 tulisan menggunakan kesejajaran (paralelisme), dan 35 tulisan menggunakan gema (echo). Ungkapan penyambung yang sering digunakan dalam naskah pidato siswa, yaitu meskipun, namun, oleh karena itu, karena, demikian. Kesejajaran yang sering dilakukan, yaitu kesejajaran kata kerja (kata verbal). Gema yang lebih banyak digunakan, yaitu kata ganti dan pengulangan kata. Gata ganti yang sering muncul dalam naskah pidato siswa yaitu beliau, ia, mereka yang menggemakan kata guru pada kalimat sebelumnya. Kemudian, pengulangan yang sering muncul dalam naskah pidato siswa yaitu kata guru. Kata guru ini merupakan kata yang digunakan untuk menggemakan kata guru pada kalimat sebelumnya. Berikutnya, dari 37 naskah pidato yang ditulis oleh siswa, prinsip penekanan dalam tulisan siswa hanya tampak pada satu kategori, yaitu penggunaan ungkapan. Dari 37 naskah, sebanyak 6 tulisan siswa yang mengandung ungkapan. Dengan demikian, tulisan siswa masih heterogen.

Bedasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan persentase prinsip kesatuan naskah pidato siswa kelas IX SMP Katolik Santo Paulus tergolong sangat tinggi, yakni 97%. Prinsip koherensi siswa kelas X SMP Katolik Santo Paulus Singaraja tahun ajaran 2015/2016 tergolong tinggi, yakni 70%. Prinsip penekanan siswa kelas IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja tahun ajaran 2015/2016 tergolong sangat rendah, yakni 4%.

Pembahasan

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian di atas, naskah pidato siswa yang ditinjau dari prinsip-prinsip komposisi menunjukkan temuan-temuan yang penting.

Temuan pertama, yaitu prinsip kesatuan. Kesatuan dalam isi sudah tergolong sangat tinggi, yakni 92%. Dari 37 tulisan, 34 tulisan mengandung kesatuan dalam isi. Selanjutnya, kesatuan dalam tujuan. Kesatuan naskah pidato siswa dilihat dari tujuannya tergolong kategori yang sangat tinggi, yakni 100%. Dari 37 tulisan, semua tulisan mengandung

kesatuan dalam tujuan. Diperoleh sebanyak 20 naskah dengan tujuan informatif dan 17 naskah dengan tujuan pesuasif. Hal tersebut menunjukkan bahwa naskah pidato siswa cenderung dengan tujuan informatif. Artinya, melalui tulisan tersebut siswa berusaha menanamkan sebuah pengertian dengan harapan pembaca mengetahui, memahami, dan menerima informasi yang disampaikan. Berikutnya, yaitu kesatuan sifat. Kesatuan sifat dalam naskah pidato siswa menunjukkan kategori yang sangat tinggi, yakni 100%. Dari 37 tulisan siswa, ternyata semua tulisan mengandung kesatuan dalam sifat. Sifat pembicaraan yang nampak yaitu sifat formal. Hal tersebut tercermin dari pemilihan bahan maupun pemilihan kata kata yang digunakan oleh siswa.

Berdasarkan hasil penelitian, siswa sudah mampu menerapkan prinsip kesatuan. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya penggunaan prinsip kesatuan dalam isi, tujuan, maupun sifat dengan kategori sangat tinggi, yakni 97%. Prinsip kesatuan merupakan prinsip yang sangat penting dalam menciptakan tulisan yang efektif. Sejalan dengan hal tersebut Rachmat (2002: 32) menyatakan bahwa untuk mempertahankan kesatuan, dalam hal ini kesatuan dalam isi, tujuan, maupun sifat tidak hanya diperlukan ketajaman pemikiran, tetapi juga kemauan kuat untuk membuang hal-hal yang mubazir. Artinya ketika menulis terkadang penulis akan tergoda memasukkan bahan-bahan pembicaraan yang menarik, walaupun bahan tersebut kurang berfaedah. Tentu hal tersebut akan mengakibatkan tulisan menjadi tidak efektif (bertele-tele). Untuk itu, penulis perlu memiliki kemauan kuat untuk membuang hal yang tidak diperlukan dalam tulisan.

Hasil temuan ini mendekati penelitian yang dilakukan Nilayani (2014) dengan judul Implementasi Prinsip Retorika dalam

Naskah Pidato Siswa Kelas IX SMPN 7 Singaraja. Hasil penelitan tersebut menunjukkan bahwa kesatuan naskah pidato siswa tergolong cukup bagus dengan nilai rata-rata hasil penilaian kualitas penggunan prinsip kesatuan memperoleh nilai 3, 89. Berdasarkan temuan tersebut,

(8)

hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mendekati hasil penelitian yang dilakukan oleh Nilayani dengan kategori sangat tinggi (97%). Dengan demikian, dapat diartikan bahwa kemampuan menulis naskah pidato siswa kelas IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja lebih tinggi dibandingkan siswa kelas IX SMPN 7 Singaraja.

Temuan kedua, prinsip koherensi. Koherensi dengan menggunakan ungkapan penyambung tergolong kategori sangat tinggi, yakni 97%. Dari 37 tulisan siswa sebanyak 36 tulisan mengandung ungkapan penyambung. Pemakaian ungkapan penyambung yang tampak dari persentase pemunculannya pada naskah pidato siswa kelas IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja Tahun Ajaran 2015 2016 sebagaian besar adalah kata meskipun, namun, oleh karena itu, karena, demikian. Koherensi dengan menggunakan kesejajaran (pararelisme) tergolong kategori sangat rendah, yakni 19%. Dari 37 tulisan siswa, sebanyak 7 tulisan mengandung kesejajaran. Kesejajaran

(pararelisme) yang sering digunakan oleh

siswa lebih cenderung dengan menyejajarkan kata kerja (kata verbal). Peneliti tidak menemukan kesejajaran lain selain kata kerja (kata verbal) pada naskah pidato siswa. Berikutnya koherensi dengan menggunakan gema (echo) tergolong kategori sangat tinggi, yakni 94%. Dari 37 tulisan siswa, sebanyak 35 tulisan mengandung koherensi dengan menggunakan gema (echo). Gema (echo) yang sering muncul, yaitu berupa kata ganti dan perulangan kata. Kata ganti yang sering muncul, yaitu kata beliau, mereka, ia yang menggantikan kata guru dalam kalimat sebelumnya. Perulangan kata yang sering muncul yaitu kata guru. Kata guru yang ada pada kalimat sebelumnya digemakan lagi pada kalimat berikutnya.

Berdasarkan hasil penelitian, tulisan siswa sudah menggambarkan penggunaan prinsip koherensi. Secara keseluruhan kekoherenan naskah pidato siswa tergolong kategori tinggi, yakni 70%. Artinya, 30 % naskah pidato siswa tidak mengandung prinsip koherensi. Dari tiga kategori, kategori penggunaan kesejajaran

(pararelisme) yang paling rendah dalam

temuan kedua ini. Hal tersebut dikarenakan

adanya penggunaan kesejajaran yang tidak benar dalam kalimat sehingga mengakibatkan kalimat tersebut tidak serasi. Kalimat yang tidak serasi terkadang membingungkan pembaca. Sejalan dengan hal tersebut Hikmat (2013) menyatakan bahwa pararelisme adalah kesejajaran antara gagasan yang diungkapkan dengan bentuk bahasa sebagai saran pengungkapnya. Jika dilihat dari segi bentuknya, kesejajaran itu dapat menyebabkan keserasian. Jika dilihat dari segi makna atau gagasan yang diungkapkan, kesejajaran itu dapat menyebabkan informasi yang diungkapkan menjadi sistematis sehingga mudah dipahami.

Temuan ketiga, prinsip penekanan. Penekanan dengan menggunakan garis bawah masuk dalam kategori sangat rendah, yakni 0%. Dalam naskah pidato siswa kelas IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja Tahun Ajaran 2015/2016 tidak ditemukan penggunaan garis bawah. Penekanan dengan menggunakan huruf miring masuk dalam kategori sangat rendah, yakni 0%. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya penggunaan huruf miring dalam tulisan siswa. Penekanan dengan menggunakan huruf tebal masuk dalam kategori sangat rendah, yakni 0%. Hal tersebut dikarenakan tidak ditemukannya penggunaan huruf tebal dalam tulisan siswa. Selanjutnya penggunaan ungkapan. Penggunaan ungkapan masuk dalam kategori sangat rendah, yakni 16%. Ungkapan yang muncul dalam naskah pidato siswa yaitu sekali lagi, jadi.

Berdasarkan hasil penelitian, dari 37 tulisan siswa, hanya 6 tulisan yang menggunakan penekanan sehingga secara keseluruhan prinsip penekanan siswa kelas IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja Tahun Ajaran 2015/2016 tergolong sangat rendah, yakni 4%. Artinya, siswa belum cukup paham mengenai prinsip penakanan yang berkaitan erat dengan derajat urgensi dari bagian-bagian tulisan. Siswa belum cukup mampu menekankan hal-hal yang penting dalam tulisan. Hal tersebut dapat menyebabkan kesulitan pembaca dalam memahami apa yang disampaikan oleh penulis. Itu artinya bahwa prinsip penekanan memiliki peranan yang sangat

(9)

penting, baik dalam bentuk tulis ataupun bentuk lisan. Dengan menggunakan penekanan pembaca maupun pendengar akan mampu memahami apa yang ditanamkan oleh penulis atau pembicara. Kurangnya pemahaman mengenai prinsip penekanan siswa dalam hal ini, disebabkan oleh kurangnya pemahaman yang ditanamkan guru kepada siswa tentang pentingnya prinsip penekanan baik dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk lisan. Sejalan dengan hal tersebut Sudiana (2007: 105) menyatakan bahwa harus ada bagian-bagian tuturan yang perlu diberi penekanan yang lebih daripada bagian-bagian lainnya untuk menunjukan derajat urgensi suatu tuturan. Namun, disisi lain, teori prinsip penekanan yang digunakan peneliti dalam menganalisis naskah pidato hanya sebatas pada penggunaan penanda garis bawah, huruf tebal, huruf miring, dan ungkapan. Oleh karena itu, sangat wajar apabila prinsip penekanan dalam naskah pidato siswa tergolong rendah (4%).

Prinsip-prinsip komposisi yang meliputi kesatuan, koherensi, dan penekanan merupakan prinsip yang sangat penting dalam sebuah tuturan. Sudiana (2007: 100) menyatakan bahwa bila tuturan melanggar atau tidak menaati prinsip organisasi tuturan, tuturannya akan menjadi tidak efektif. Perlu diingat keterbatasan penelitian ini, yaitu hanya pada analisis teks naskah/teks pidato ditinjau dari prinsip-prinsip komposisi. Pengkajian mengenai aspek dalam menulis teks/naskah pidato masih perlu dilakukan, seperti struktur kalimat, bentuk kalimat, dan aspek-aspek lainnya sehingga mampu melengkapi kesempurnaan menulis naskah/teks pidato. Selain itu, keterbatasan penelitian ini, yaitu hanya sebatas teks. Oleh sebab itu, untuk penampilan pidato secara langsung perlu dilaksanakan penelitian.

PENUTUP

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab IV, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai penelitian ini. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut.

Secara keseluruhan kesatuan naskah pidato siswa kelas IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja Tahun Ajaran 2015/2016 tergolong sangat tinggi, yakni 97%.

Kesatuan dalam isi dikategorikan sangat tinggi, yakni 92%; dalam tujuan dikategorikan sangat tinggi, yakni 100%; dalam sifat dikategorikan sangat tinggi, yakni 100%. Dilihat dari kesatuan dalam tujuan, naskah pidato siswa lebih cenderung dengan tujuan informatif. Selanjutnya, kesatuan dalam sifat. Sifat pembicaraan yang dilukiskan dalam naskah pidato siswa cenderung bersifat formal. Hal tersebut tercermin dari pemilihan bahan serta pemilihan kata-kata yang digunakan oleh siswa.

Secara keseluruhan, koherensi naskah pidato siswa kelas IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja Tahun Ajaran 2015/2016 tergolong tinggi, yakni 70%. Koherensi dengan menggunakan ungkapan penyambung tergolong kategori sangat tinggi, yakni 97%. Ungkapan penyambung yang sering digunakan dalam naskah pidato siswa, yaitu meskipun, namun, oleh karena itu, karena, demikian. Koherensi dengan menggunakan kesejajaran tergolong kategori sangat rendah, yakni 19%. Kesejajaran yang sering dilakukan, yaitu kesejajaran kata kerja (kata verbal). Koherensi dengan menggunakan gema (echo) tergolong kategori sangat tinggi, yakni 94%. Gema yang lebih banyak digunakan, yaitu kata ganti dan pengulangan kata. Gata ganti yang sering muncul dalam naskah pidato siswa yaitu beliau, ia, mereka yang menggemakan kata guru pada kalimat sebelumnya. Kemudian, pengulangan yang sering muncul dalam naskah pidato siswa yaitu kata guru. Kata guru ini merupakan kata yang digunakan untuk menggemakan kata guru pada kalimat sebelumnya.

Secara keseluruhan, penekanan naskah pidato siswa kelas IX SMP Katolik Santo Paulus Singaraja Tahun Ajaran 2015/2016 tergolong sangat rendah, yakni 4%. Hal tersebut dikarenakan oleh penggunaan penekanan dengan garis bawah tergolong sangat rendah, yakni 0%, penggunaan huruf miring tergolong sangat rendah, yakni 0%, penggunaan huruf tebal sangat rendah, yakni 0%, dan penggunaan ungkapan tergolong sangat rendah, yakni 16%.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti, dkk. 1998. Pembinaan

Kemampuan Menulis Bahasa

Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Bormann, G. Ernest. 1991. Retorika suatu

Pendekatan Terpadu. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Kanisius.

Hadinegoro, Luqman. 2006. Teknik Seni

Berpidato Mutakhir. Yogyakarta: Absolut.

Hikmat, Ade. Bahasa Indonesia (untuk

Mahasiswa S1 dan Pascasarjana, Guru, Dosen, Praktisi, dan Umum).

Jakarta: PT Gramedia.

Moleong, Lexi J. 2011. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nilayani, Sang Ayu Putu. 2014. “Implementasi Prinsip Retorika dalam Naskah Pidato Siswa Kelas IX SMPN 7 Singaraja”. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Nita Zuliana, Dian. 2012.”Analisis Teks Pidato Karangan Siswa Kelas X SMA Laboraturium Universitas Negeri Malang Tahun Pelajaran 2011/2012”.

Skripsi (Tidak diterbitkan). Univesitas

Negeri Malang.

Pangelista, Lifia. 2011. “Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen melalui Model Experiental Learning Pada Siswa Kelas X-F SMA Labolatorium Percontohan Upi Bandung Tahun Ajaran 2010/2011“. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UPI Bandung.

Rakhmat, Jalaluddin. 2002. Retorika

Modern. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Semi, Atar. 1990. Perencanaan Pengajaran

Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Sudiana, I Nyoman. 2007a. Membaca. Malang: Universitas Negeri Malang.

--- 2007b. Retorika Bertutur Efektif. Jawa Timur. Asri Press.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sumantara, Komang. 2015. “Analisis Naskah Pidato Siswa Kelas X.1 SMA Negeri 1 Sawan Ditinjau dari Prinsip Etika Retorika”. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Undiksha. Tarigan, Henry Guntur. 1997. Menulis

sebagai suatu keterampilan

berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tim Penyusun. 2011. Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi Keempat. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama.

Wendra, I Wayan. 2014. Penulisan Karya

Ilmiah (Buku Ajar). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Widiantara, I Wayan Pasek. 2014. “Kajian

Retorika dalam Naskah Pidato pada Siswa Kelas X.I SMAN 1 Pupuan”.

Skripsi (Tidak diterbitkan). Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Undiksha.

Winawan. 2010. Materi Pelengkap Mata

Kuliah Perencanaan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

(11)

Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Referensi

Dokumen terkait

Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2012, untuk itu dalam rangka pembuktian kualifikasi. diharapkan kehadiran Saudara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.. ">!. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN

maka Pokja Pengadaan Barang/Jasa pada Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun Anggaran 2017 mengumumkan Pemenang Paket tersebut di atas dengan rincian sebagai berikut

(Uniqueness of Brand Association) dan pengukuran persepsi kualitas didasarkan pada pendapat Garvin dalam Aaker (1997: 134-136) yang terdiri dari: Kinerja, Fitur,

Sedangkan efektifitas hasil dalam pembelajaran menulis dengan metode Quantum didasarkan pada pencapaian nilai siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dari

Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti luas, tidak sekedar hubungan antara guru dan siswa, berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keinginan untuk melanjutkan kepercayaan pada B2C E-Commerce dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu peningkatan komunikasi,

Meskipun dengan menerapkan model Problem-Based Learning dengan metode Heuristik dapat meningkatkan kemampuan pemahaman pemahaman matematis pada kriteria sedang,