commit to user
BAB III
TINJAUAN KOTA SURAKARTA
Kota Surakarta atau yang sering kita kenal dengan nama “Kota Solo” termasuk dalam wilayah pemerintahan daerah administratif kota yang dipimpin oleh seorang Walikota. Pemerintahan Kota Surakarta dimulai sejak ditetapkannya sebagai ibukota Karesidenan pada tahun 1946, dan pada tahun 1965 ditetapkan sebagai ibukota Daerah Tingkat II Kota Praja dan kini berstatus sebagai Kotamadya. Surakarta merupakan kota yang dilintasi sungai Pepe, Jenes dan Bengawan Solo, serta terletak antara : 110 45’ 15” - 110 45’ 35” Bujur Timur dan 7 36’ 00” - 7 56’ 00” Lintang Selatan.
A. KONDISI FISIK SURAKARTA
Kondisi Geografis
Luas wilayah : 4.404,06 ha
Jumlah kecamatan : 5 wilayah kecamatan
Jumlah kelurahan : 51 kelurahan
Batas Administratif
Gambar 3.1: peta Surakarta Sumber : RUTRK Surakarta
commit to user
Utara : Kab. Boyolali & Kab.Karanganyar Timur : Kab.Karanganyar & Kab. Sukoharjo Selatan : Kab. Sukoharjo
Barat : Kab.Karanganyar & Kab. Sukoharjo
Data selengkapnya tentang penggunaan tanah di Kota Surakarta adalah sebagai berikut:
Penggunaan Lahan Luas Lahan
Perumahan/ pemukiman 2,731.02 Ha Jasa 427.13 Ha Perusahaan 287.48 Ha Industry 101.42 Ha Tanah Kosong Diperuntukkan 53.38 Ha Tegalan 85.27 Ha Sawah 149.32 Ha Kuburan 72.86 Ha
Lapangan Olah Raga 65.14 Ha
Taman Kota 31.60 Ha
Lain-lain 399.44 Ha
Jumlah 4,404.06 Ha
Tabel 3.1: Luas Penggunaan Tanah Kota Surakarta sumber: Kantor BPN Kota Surakarta Tahun 2008
Kondisi klimatologis
Kondisi klimatologis berkaitan erat dengan letak geografis suatu tempat. Faktor klimatologis ini juga mempengaruhi langsung terhadap perwujudan fisik suatu bangunan. Kondisi klimatologis meliputi:
Iklim
Kota Surakarta termasuk dalam kelompok iklim tropis panas pada daerah equatorial(5°-10° Lu/Ls). Perbedaan temperatur pada equatorial pada umumnya berkisar 8° dengan maksimum temperatur pada siang hari berkisar 30° c dan malam hari berkisar 24°c. Suhu udara rata-rata yang tercatat pada tahun 1995 maksimal 32,04°c dan suhu minimum 19,82°c
Kelembaban Udara
Kelembaban udara relatif umumnya berkisar 75% dan dapat pula menjadi 55%-100 % yang relatif basah. Pada tahun 1995 tercatat kelembaban udara yang terjadi di Kotamadya Surakarta adalah 74 %.
commit to user
Kelembaban udara rata-rata : 74 %.
Berdasarkan data Lanud Adi Sumarmo tahun 2000 yaitu : 1) Kelembaban maksimum : 84 %
2) Kelembaban minimum : 69 % 3) Kelembaban rata-rata : 78 % Angin
Sesuai dengan letak geografisnya,maka arah dan kecepatan angin di surakarta berubah ubah secara periodik, arahnya bervariasi dari Tenggara ke Barat Laut. Kecepatan angin mencapai 10,5 knot.
Kecepatan Angin
Kecepatan angin diambil dari beberapa sumber, dimana sumber tersebut adalah : Rata-rata kecepatan angin di Lanud Adi Sumarmo tahun 2000 yaitu :
1) Kecepatan maksimum : 16,25 m/detik. 2) Kecepatan minimum : 3,50 m/detik.
Kecepatan angin di Manahan pada tahun 2000 yaitu : 1) Kecepatan maksimum : 2,56 m/detik.
2) Kecepatan minimum : 0,50 m/detik. Temperatur udara
Berdasarkan fakta dan analisa rencana induk Kota Surakarta tahun 1986/1987 s/d 2003/2004 :
1) Temperatur maksimum : 32,30°c. 2) Temperatur minimum : 22,68°c. 3) Temperatur rata-rata : 27,28°c.
B. KONDISI NON FISIK
1. Perkembangan dan Potensi Fungsi Kota
Surakarta merupakan kota dengan penduduk mayoritas beragama Islam. Berikut data pemeluk agama di Kota Surakarta tahun 2009:
N o Kecamata n Jumlah Pendudu k Agama Islam Kriste n Katoli k Hind u Budh a Konghuc u Lai n 1 Banjarsari 194.432 138.927 24.969 28.240 644 1.650 2 0
commit to user
Pondok Pesantren yang tersebar di wilayah eks-Karesidenan Surakarta. Selain itu, Surakarta juga memiliki masjid yang tersebar seluruh wilayah, yang menjadikannya sebagai pusat belajar Al-Qur’an dalam Program TPA (Tempat Pelajaran Al-Qur’an). Dengan potensi tersebut, sangat disayangkan bahwa Surakarta belum memiliki sebuah tempat khusus untuk mengkaji Al-Qur’an secara lebih mendalam dan intensif.
Berdasarkan kurikilum TPA yang ada di Kota Surakarta, rata-rata pengajaran Al-Qur’an menggunakan sistem iqra’ dari jilid 1 sampai 6 kemudian dilanjutkan dengan membaca Al-Qur’an. Selama ini masjid/TPA merupakan sarana untuk belajar dasar-dasar Islam dan belajar membaca Al-Qur’an. Setelah itu, santri-santri TPA yang memiliki peluang untuk menjadi hafidz dan hafidzoh tidak memiliki wadah untuk mengembangkan bakatnya. Oleh karena itu, Pusat Studi Al-Qur’an muncul sebagai sebuah wadah untuk mengembangkan bakat-bakat santri hingga menjadi menjadi hafidz dan ahli tafsir yang nantinya diharapka mampu menjadi kader dakwah yang diturunkan di lingkungan masing-masing.
Dalam konteks universitas, Surakarta memiliki Perguruan Tinggi berbasis Islam seperti Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dan STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri) Surakarta. Dengan adanya Perguruan Tinggi berbasis Islam tersebut Pusat Studi Al-Qur’an muncul sebagai solusi untuk tempat pengajar Al-Qur’an belajar dan memperdalam pengetahuannya tentang Al-Qur’an. Para mahasiswa pun mampu menjadikan Pusat Studi Al-Qur’an sebagai sarana memperoleh referensi dan pengetahuan yang lebih dalam mengenai Al-Qur’an. Tempat-tempat Pendidikan tersebut memerlukan sebuah sarana yang menunjang kegiatan belajar mengajar dan mewadahi kebutuhan santri/murid dan mahasiswa mengenai ilmu Al-Qur’an , sehingga Surakarta menjadi lokasi yang dipilih untuk keberadaan Pusat Studi Al-Qur’an.
Dalam konteks Pusat Studi Al Quran yang akan direncanakan di Surakarta, berbagai potensi dan fasilitas terkait yang ada di Surakarta selama ini kurang memperhatikan kebutuhan usernya. Bangunan-bangunan islami di Surakarta kebanyakan hanya menonjolkan sisi keislamannya tanpa memperhatikan bagaimana penggunanya membutuhkan ruang yang dapat mendukung kegiatan di dalamnya. Fasilitas yang sudah ada kebanyakan menonjolkan tampilan luar saja di mana simbol-simbol keislaman sangat mendominasi.
2. Perkembangan Fungsi Kota Surakarta
Surakarta merupakan kota yang mempunyai banyak peranan dan fungsi sebagai kota pemerintahan, perdagangan, industri, pendidikan, pariwisata, olahraga serta sosial
commit to user
budaya. Seperti ditunjukkan pada tabel berikut:
No Fungsi kota Skala pelayanan
1. Pemerintahan Lokal dan Regional
2. Industri Lokal, Regional dan
Nasional
3. Pendidikan Lokal, Regional dan
Nasional
4. Pariwisata dan Sosial
Budaya
Lokal, Regional dan
Internasional
5. Perdagangan Lokal dan Regional
6. Pusat Olahraga Lokal, Regional dan
Nasional
3. Rencana Umum Tata Ruang Kota
Rencana pembagian satu wilayah pembangunan dan pelayanan dibagi dalam 4 WP (wilayah pengembangan) dan 10 SWP (Sub Wilyah Pengembangan). Empat wilayah tersebut WP utara, WP selatan, WP timur, dan WP barat.
Kemudian untuk 10 SWP yaitu:
1) Pucang Sawit, meliputi Pucang Sawit, Jagalan, Gandekan, Sangkrah, Sewu, dan Semanggi
2) Kampung Baru, meliputi Kampung Baru, Kepatihan Kulon, Kepatihan Wetan, Purwodiningratan, Gilingan, Kestalan, Keprabon, Ketelan, Timuran, Punggawan, Stabelan, dan Dinoprajan.
3) Gajahan, meliputi Joyotakan, Danukusuman, Serengan, Kratonan, Jayengan, Kemlayan, Pasar, Kliwon, Gajahan, Kauman, Baluwarti, Kedung Lumbu dan Joyosuran.
4) Sriwedari, meliputi Tipes, Bumi, Panularan, Penumping, Sriwedari, Purwosari, Manahan, dan Mangkubumen.
5) Sondakan, meliputi Pajang, Laweyan, dan Sondakan. 6) Jajar, meliputi Jajar, Karang Asem, dan Kerten. 7) Sumber, meliputi Sumber dan Banyuanyar. 8) Jebres, meliputi Jebres dan Tegalharjo. 9) Kadipiro, meliputi Kadipiro dan Nusukan.
Tabel 3.5: Tabel fungsi dan skala pelayanan Kota Surakarta S u m b e r : P e r d a n o . 8 / 1 9 9 3 d a n p e n g o l a h a n s t u d i
commit to user
10) Mojosongo
Berdasarkan RUTRK 1993 – 2013, fungsi masing-masing SWP dengan prosentase kegiatannya seperti ditunjukkan pada tabel berikut
SWP
Skala Pelayanan Kegiatan Fungsi / kegiatan (%) Jumla
h (%) Ters Sekunder Primer
Ling BWK Kota /lokal Regi onal Nas Inter A B C D E F G H I 20 10 70 100 II 10 5 5 10 10 60 100 III 15 15 25 45 100 IV 5 15 5 10 65 100 V 15 5 10 70 100 VI 5 10 5 5 75 100 VII 5 5 90 100 VIII 10 5 10 25 5 55 100 IX 15 5 5 75 100 X 5 5 90 100
Gambar 3.2: Pembagian SWP Kota Surakarta Sumber : RUTRK Koya Surakarta th. 1993-2013
Tabel 3.6 Tabel Potensi dan Prosentase Fungsi/Kegiatan Kawasan – Kawasan di Kota Surakarta Sumber : RUTRK Kodya Surakarta 1993 – 2013 dan RDTRK SKAsel – analisis 1996
commit to user A = Fungsi Pariwisata B = Fungsi Kebudayaan C = Fungsi Olahraga D = Fungsi Industri E = Fungsi Pendidikan F = Fungsi Perdagangan
G = Fungsi Pusat Administrasi dan Perkantoran
H = Fungsi Perumahan
BWK = Bagian Wilayah Kota Inter = Internasional
SWP = Sentra Wilayah Pengembangan
Gambar 3.3: Peta Rencana Struktur Penempatan Ruang berdasar dominasi kegiatan di Kotamadya Surakarta Sumber : RUTRK Kodya Surakarta 1993 – 2013 dan RDTRK SKAsel – analisis 1996
commit to user
Gambar 3.4: Peta Rencana Struktur tata guna tanah di Kotamadya Surakarta Sumber : RUTRK Kodya Surakarta 1993 – 2013
Tabel 3.7:
Rencana Ketinggian Bangunan di Kotamadya Surakarta Sumber : RUTRK Kodya Surakarta 1993 – 2013
Berdasarkan UTRK Surakarta 1993-2013, penataan kepadatan bangunan pada penggal jalan utama untuk tiap SWP di Kota Surakarta adalah sebagai berikut:
Kawasan peruntukan Angka Lantai Dasar (ALD) tinggi (>75%), untuk bangunan dengan Ketinggian Bangunan (KB) maks. 4 lantai, yang berfungsi komersial di daerah perdagangan.
commit to user
Kawasan peruntukan Angka Lantai Dasar (ALD) sedang (50 - 75%), untuk bangunan dengan Ketinggian Bangunan (KB) maks. 8 lantai, yang berfungsi komersial di daerah perdagangan, serta KB maks. 2 lantai untuk perumahan.
Kawasan peruntukan Angka Lantai Dasar (ALD) rendah (20 - 50%), untuk bangunan dengan Ketinggian Bangunan (KB) min, 9 lantai, yang berfungsi komersial di daerah perdagangan, serta KB maks. 2 lantai untuk industri.
C. FASILITAS TERKAIT YANG ADA DI KOTA SURAKARTA 1. Yayasan Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA)1
Yayasan Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA) adalah sebuah lembaga pendidikan dan dakwah Islamiyah yang berkedudukan di Surakarta. MTA didirikan oleh Almarhum Ustadz Abdullah Thufail Saputra di Surakarta pada tangal 19 September 1972
Tujuan dari yayasan ini adalah untuk mengajak umat Islam kembali ke Al-Qur’an. Sesuai dengan nama dan tujuannya, pengkajian Al-Qur’an dengan tekanan pada pemahaman, penghayatan, dan pengamalan Al-Qur’an menjadi kegiatan utama MTA. Kegiatan yang diselenggarakan oleh yayasan ini antara lain sebagai berikut:
1) Pengajian
a. Pengajian khusus b. Pengajian Umum 2) Pendidikan
a. Pendidikan formal yang terdiri atas TK, SLTP.dan SMU.
b. Pendidikan non-formal baru dapat diselenggarakan oleh MTA Pusat¸ kecuali kursus bahasa Arab yang telah dapat diselenggarakan oleh sebagian perwakilan dan cabang.
Gambar 3.5: Eksterior MTA Sumber : koleksi prbadi
commit to user
kursus otomotif dengan bekerjasama dengan BLK Kota Surakarta, kursus menjahit bagi siswi-siswi putri, dan bimbingan belajar bagi siswa-siswa SLTP dan SMU, berbagai kursus insidental misalnya kursus kepenulisan dan kewartawanan
2. Yayasan Wisata Hati, Surakarta2
Gedung wisata hati (PPPA Daarul Qur’an) Surakarta terletak di jalan Wahidin, Surakarta.
PPPA Cabang Surakarta ini hanya terdiri dari satu lantai yang berfungsi sebagai sekretariat yayasan wisata hati. Sedangkan aktivitas lainnya dilaksanakan di tempat yang berbeda.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh yayasan ini antara lain forum pengajian, pondok pesantren Pusat Pembibitan Penghafal Al-Quran (PPPA) Darul Quran, poliklinik, klinik konsultasi keluarga sakinah, fundrising (pendanaan), humas kerja sama, dan Wisata Hati Muda yaitu komunitas Wisata Hati bagi kalangan remaja dan pemuda. Untuk pondok pesantren PPPA Darul Quran sendiri lebih ditujukan bagi anak-anak tidak mampu yang ingin melanjutkan pendidikan setingkat SMP.
3. Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam3
Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam adalah lembaga pendidikan Islam swasta yang didirikan oleh Yayasan Majelis Pengajian Islam Surakarta (MPI), pada tanggal 07 Agustus 1982 bertepatan dengan tanggal 15 Syawal 1402 H. PPMI Assalaam saat ini menempati kampus yang berlokasi di Pabelan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, diatas areal tanah seluas 10,223 ha, yang 5,6 ha
Gambar 3.6: Eksterior Yayasan Wisata Hati, Surakarta Sumber : Dokumen Pribadi
2www.wisatahati.com
commit to user
merupakan tanah wakaf. Sebelum resmi menjadi pondok pesantren, kegiatan yang dilaksanakan adalah pengajian (majlis ta'lim) yang berlokasi di jalan Yosodipuro No. 56 Punggawan Surakarta, menempati areal tanah wakaf seluas 2,845 m2 dari Bapak H. Abdullah Marzuki (alm) dan istri Ibu Hj. Siti Aminah, pemilik percetakan PT. Tiga Serangkai Solo.
Beberapa Fasilitas yang dimiliki pondok ini antara lain: 1) Assalaam Center
Gedung Assalaam center ini digunakan sebagai pusat perkantoran selain kantor assalaam yang sudah ada. Arsitek dan perancang Gedung Assalaam Center adalah alumni PPMI Assalaam tahun 1996 yaitu
Sdr. Muhamad Subhan, ST yang
menggunakan konsep modern. 2) Masjid Jami PPMI Assalaam
Masjid utama di PPMI Assalaam, menjadi pusat ibadah dan tempat melaksanakan majelis ta’lim bagi lingkungan pondok.
3) Perpustakaan
Selain sebagai tempat penyimpanan koleksi buku, perpustakaan Assalaam juga berfungsi sebagai tempat untuk melaksanakan acara-acara yang berhubungan dengan dengan bedah buku, workshop, dan sebagainya.
Gambar. 3.7: Assalaam Center Sumber.www.assalaam.or.id
Gambar. 3.8: Masjid Jami PPMI Assalaam Sumber.www.assalaam.or.id
commit to user
4) Wisma Assalaam
PPMI Assalaam juga menyediakan fasilitas penginapan bagi para walisantri yang hendak berkunjung ke pondok untuk menengok putra/putrinya. Fasilitas Wisma ini merupakan pengembangan dari Ruang Tamu baik ruang tamu putra maupun ruang tamu putri.
5) Asrama santri
Asrama merupakan tempat tinggal santri di dalam pondok. Asrama yang ada di pondok dibagi menjadi beberapa lokal asrama yaitu Kamsartra I (Kamar Besar Putra) yang terdiri dari para santri lama yaitu tahun ke-2. Kamsartra II (Kamar Besar Putra) terdiri dari
para santri baru kelas 1
MTs/MA/SMA/SMK/TKS. KAPATRA (kamar Empat Putra) yaitu terdiri dari 4 orang santri dalam 1 kamar dengan fasilitas kamar mandi didalam, ranjang tidur, almari dan cermin dinding dan meja belajar. KAGATRA (Kamar Tiga Putra) yaitu terdiri dari 3 orang santri putra dengan fasilitas sama seperti KAPATRA hanya kamar mandi ada diluar kamar. Sedangkan asrama santri putri sama seperti asrama santri putra yaitu KAMSARTRI, KAPATRIdan KAGATRI. 6) Restoran
Ruang makan santri menyatu dengan gedung perpustakaan. Ruang makan ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu untuk kompleks putra dan putri. Menu dari restoran ini sudah mengikuti standar higienis kesehatan dan menyediakan variasi makanan yang berbeda untuk setiap 2 minggu sekali dan sudah terjadwal.
Gambar. 3.10: Wisma PPMI Assalaam Sumber.www.assalaam.or.id
Gambar 3.11: Asrama Santri Putra PPMI Assalaam
Sumber.www.assalaam.or.id
Gambar. 3.12: Restoran PPMI Assalaam Sumber.www.assalaam.or.id
commit to user
4. Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Muayyad, Surakarta4
Al-Muayyad merupakan pondok pesantren Al-Quran, yang dirintis tahun 1930 olen K.H. Abdul Mannan bersama K.H. Ahmad Shofawi dan Prof. K.H. Moh Adnan dan ditata sistemnya ke arah sistem madrasah tahun 1937 oleh KH. Ahmad Umar Abdul Mannan. Pembelajaran Al-Quran itu kemudian sistem madrasah dilengkapi dengan Madrasah Diniyyah (1939), MTs dan SMP (1970), MA (1974), dan SMA (1992) dalam lingkungan pondok pesantren. Pondok Pesantren Al-Muayyad terletak di Mangkuyudan, Kel. Purwosari, Kec. Laweyan, Surakarta. Pada tahun ajaran 1995/1996 diadakan pengembangan fasilitas pondok di daerah Windan, Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo. Di kompleks tersebut berdiri 48 kamar santri, sebuah musholla, pemondokan pengasuh, aula, 3 kamar ustadz, halaman olah raga, dan dapur dan dalam jangka panjang akan menjadi pondok pesantren yang lengkap dengan sekolah dan madrasah.
Sebagai pesantren Al-Quran tertua di Surakarta, Al-Muayyad terpanggil untuk menguatkan dan mengembangkan diri, berangkat dalam kearifan masa silam untuk menjangkau kejayaan masa depan dengan konsep tarbiyah yang utuh. Mempertimbangkan pengalaman Surakarta yang direkam Al-Muayyad sejak masa rintisannya, maka Al Muayyad memandang bahwa pendidikan bagi generasi muda muslim haruslah memenuhi 4 (empat) kriteria kecakapan:
1) Kecakapan Al-Quran sebagai dasar utama ajaran agama Islam
2) Kecakapan keilmuan baik ilmu-ilmu yang langsung untuk mendalami ajaran agama dari kitab-kitab kuning beserta ilmu penunjangnya maupun untuk mencerdaskan kehidupan (sains).
3) Kecakapan humaniora yang memampukan santri untuk hidup secara arif melalui bahasa, sastra, tarikh, dan kebudayaan
4) Kecakapan transformatif yang menguatkan bakat para santri untuk kreatif mengalihgunakan ilmu ke dalam praktek kehidupan sehari-hari yang bermartabat.
Pondok pesantren ini memiliki program tahfidzul Qur’an, dimana semua santri diwajibkan mengikuti pengajian Al-Qur’an. Pengajian Al-Qur’an dibagi dalam tiga jenjang:
commit to user
santri wajib melalui tahap ini.
2) Tingkat Binnazhar, yaitu tingkat membaca fasih 30 juz, diwajibkan bagi santri yang telah menyelesaikan tingkat Juz ‘Amma.
3) Tingkat Bil Ghaib atau Tahfîdzul Qur’ân, menghafalkan 30 juz al-Qur’an, diperuntukkan bagi santri yang telah selesai tingkat binnazhar dan berminat menghafal Al-Qur’an.
Ditargetkan, dalam tiga semester awal (1,5 tahun), para santri harus telah khatam Juz’ Amma; dan 3 semester berikutnya khatam binnazhar. Setelah khatam binnazhar, bagi santri yang tidak mengambil program tahfizhul Quran, jadwal pengajian ba’da maghrib diisi dengan pengajian kitab kuning yang berkaitan dengan ilmu-ilmu al-Qur’an.