• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan IPTEK serta aktivitas semakin meningkat. Kesadaran untuk menjaga dan memahami kesehatan pun sering terabaikan. Perkembangan penyakit di Indonesia semakin bervariasi. Dari tahun ke tahun masalah kesehatan didunia semakin mengalami perubahan dan banyak di temukan penyakit-penyakit yang baru. Semakin lama penanganan penyakit pun semakin memelukan tindakan yang serius oleh berbagai pihak dengan upaya-upaya kesehatan yang ada baik preventif, promotif, kuratif dan rahabilitatif.

Kecenderungan pola hidup masyarakat modern adalah lebih mementingkan kesibukan dan aktivitas yang padat serta mengesampingkan pola hidup dan kesehatannya. Padahal kesehatan merupakan hal yang utama untuk melakukan aktivitas sehari-hari agar bisa dilakukan secara maksimal. Konsep sehat dan sakit keduanya saling mempengaruhi. Para ahli telah memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan kemampuan seseorang beradaptaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis, maupun sosial budaya. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UUKRI, 2009).

Ada berbagai faktor yang sangat mempengaruhi aktivitas seseorang, yaitu umur, lingkungan, jenis pekerjaan dan status sosial setiap manusia. Faktor-faktor tersebut dapat ditingkatkan untuk memaksimalkan gerak dan fungsi dalam menjalankan aktivitas tanpa mengalami keterbatasan dan gangguan. Tidak sehat menurut pandangan fisioterapi adalah disaat seseorang mengalami gangguan dan keterbatasan pada gerak dan fungsinya pada saat melakukan aktivitas

(2)

sehari-harinya. Dengan adanya gerak dan fungsi tubuh yang baik, seseorang dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.

Salah satu bagian tubuh yang penting sebagai salah satu penunjang dalam aktivitas sehari-hari adalah kaki. Kaki merupakan bagian dari tubuh yang tugasnya adalah menumpu badan kita. Kaki dan pergelangan kaki merupakan titik pusat berat badan yang secara total dipindahkan pada saat ambulansi. Kaki atau pergelangan kaki menerima beban tubuh pada saat berlari dan berjalan secara bergantian.

Kadang bagian kaki kita mengalami masalah dan mengakibatkan rasa yang tidak nyaman pada saat berlari, berjalan dan bahkan untuk berdiri saja tidak nyaman. Salah satu gangguan yang sering di alami pada kaki adalah plantar fasciitis. Plantar fasciitis berasal dari dari beberapa kata, plantar murupakan telapak, dan disisi lain Fasciitis adalah kombinasi dari kata Fascia merupakan lapisan jaringan ikat dengan atau tanpa lemak yang memisahkan satu bagian tubuh dari bagian lain, di tambah dengan akhiran itis merupakan inflamasi. Setelah digabung, maka plantar fasciitis dapat di artikan sebagai inflamasi pada jaringan ikat yang terletak pada telapak kaki.

Plantar fasciitis merupakan salah satu gangguan pada kaki yang mengakibatkan nyeri di tumit dan pada telapak kaki. Yang terjadi pada kondisi dengan plantar fasciitis adalah peradangan pada daerah fascia plantaris kaki yang membentang disepanjang bagian bawah kaki. Plantar fasciitis dapat disebabkan oleh banyak faktor antara lain karena kelebihan berat badan (obesitas), kurangnya fleksibilitas dari plantar fascia, tightnes otot-otot gastrocnemius atau soleus, cidera overuse seperti berdiri dan berjalan terlalu lama, aktifitas yang berat yang terjadi pada olahragawan seperti atlet pelari, dan adanya deformitas kaki seperti arcus datar atau flat foot. Hal tersebut akan mengakibatkan tarikan yang berlebihan pada fascia, sehingga terjadi kerobekan dan timbul iritasi yang diikuti inflamasi pada jaringan lunak atau fascia. Akibatnya tumit terasa nyeri (Sari & Irfan 2009). Pada obesitas akan terjadi peregangan secara terus menerus pada apponeurosis plantaris sehingga terjadi sprain atau penguluran jaringan secara berlebihan pada plantar fascianya jika tidak diimbangi dengan aktivitas maka akan terjadi nyeri saat berdiri maupun berjalan.

(3)

Meningkatnya pembebanan pada kaki maka meningkatnya juga pembebanan pada arkus longitudinal sehingga akan mempengaruhi fascia plantaris dan terjadi cidera inflamasi.

Plantar fasciitis adalah suatu kasus dimana terjadinya peradangan pada fascia plantaris (Karl, 2007). Nyeri pada plantar fasciitis sering dirasakan pada saat bangun tidur dan pada saat berjalan nyeri terasa tertusuk-tusuk pada daerah antero-medial tuberositas calcaneus kadang dapat juga pada tumit. Pada pagi hari ketika kita berdiri setelah bangun tidur terjadi tekanan pada fascia plantaris kaki menyebabkan tegang dan sakit, pada malam hari tidak ada penekanan plantar fascia. Kasus plantar fasciitis banyak di jumpai di masyarakat, biasanya pada umur 40 tahun ke atas, tapi sering pula di jumpai pada orang yang berumur kurang dari 40 tahun. Patologi fasciitis plantaris dimana fascia plantaris merupakan jaringan fibrous yang terbentang dari tulang tumit sampai tulang jari kaki yang berfungsi sebagai penyangga bagian lengkung kaki agar bagian kaki dapat disanggah, ketika berjalan atau berlari kaki mendarat ditumit dan terjadi peningkatan diri pada jari-jari kaki, pada saat memindahkan berat badan kekaki lain, berat badan akan menumpu pada plantar fascia, gerakan semacam ini dapat menarik fascia dari lampiran pada tumit dan menyebabkan kerusakan pada jaringan fascia. Jika kaki mengalami pronasi yang berlebihan pada sendi subtalar, maka akan mengakibatkan eversi yang berlebihan pada os. calcaneus. Eversi yang berlebihan akan menyebabkan tarikan pada plantar fascia selama fase flat foot pada pola berjalan seperti arkus medial longitudinal akan lebih panjang dari pada kaki yang normal.

Pada kaki yang pes cavus, eversi pada os. calacaneus dan sendi subtalar akan terbatas. Biasanya struktur ini kaku dan arkus lebih tinggi pada fore foot dan hind foot, hal ini menyebabkan terjadinya pemendekan pada plantar fascia. Biasanya struktur tulang pada pes cavus tidak bergerak, maka yang akan terjasi adalah jaringan lunak akan menyerap berat badan pada daerah tersebut. Struktur pada daerah pes cavus bila diberikan tekanan berlebih maka tekanan tersebut akan mengalami peningkatan tekanan pada insersio plantar fascia di os. calcaneus dan dapat mempengaruhi seseorang terkena plantar fasciitis.

(4)

Selain itu, plantar fasciitis dapat juga disebabkan karena stress yang berlebihan pada plantar fascia. Stress yang berlebihan pada plantar fascia akan mengakibatkan perubahan pada serabut collagen yang akan menurunkan jarak di antara serabut-serabut collagen dan menyebabkan gerak yang bebas diantara serabut collagen membuat jaringan menjadi kurang elastis dan mudah rapuh sehingga membentuk serabut collagen dengan pola acak. Sementara itu, produksi fibroblas yang berlebihan pada fase produksi akan membuat jaringan fibrous yang tidak beraturan sehingga terjadinya abnormal crosslink yang akan menyebabkan perlengketan pada jaringan.

Struktur lain yang dapat mempengaruhi terjadinya plantar fasciitis adalah tendon achiiles, dimana jaringan ini menghubungkan jaringan otot betis ketulang tumit dan membantu gerakan pada kaki, kadang tendon achiiles tegang dapat menambah ketegangan pada plantar fascia kaki.

Ada berbagai macam penanganan pada kasus plantar fasciitis seperti injeksi cortico steroid, obat penghilang rasa nyeri, penggunaan sepatu atau sandal yang permukaannya empuk, heels pad dan termasuk intervensi fisioterapi. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan mneggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan fungsi dan komunikasi (Permenkes No. 80 tahun 2013)

Intervensi fisioterapi yang dapat mengurangi keluhan nyeri akibat dari plantar fasciitis antara lain terapi Ultrasound, MWD, TENS, Massage, Stretching dan Tapping yang mempunyai pegaruh terhadap penurunan nyeri. Setelah itu, fisoterapi memberikan latihan latihan untuk mengembalikan otot dan sendinya agar stabil kembali. Ada beberapa latihan untuk mengembalikan stabilitas ankle paska plantar fasciitis, seperti latihan calf raise, towel toe curl serta ditambah dengan modalitas ultrasound seperti yang akan dijadikan penelitian ini.

Ultrasound adalah salah modalitas yang digunakan oleh fisioterapis sejak tahun 1940an yang memiliki gelombang suara dengan frekuensi 0,75 Mhz – 3 Mhz. Gelombang tersebut merambat melalui kulit yang akan menghasilkan getaran pada jaringan tissue lokal. Definisi lain menyebutkan bahwa ultrasound

(5)

merupakan suatu getaran suara terdengar frekuensi tinggi yang dapat menghasilkan efek fisiolgis baik termal maupun non termal (Draper, 2011). Ultrasound memiliki efek langsung dan bersifat lokal, seperti efek mekanik, efek thermal, efek piezoelektrik, efek penurunan nyeri ultrasound. Efek mekanik adalah efek yang pertama kali dirasakan pada saat gelombang dari ultrasound masuk ke kulit. Gelombang ultrasound menimbulkan adanya peregangan dan pemampatan didalam jaringan dengan frekuensi yang sama dari ultrasound (Priatna & Gerhaniawati. 2006). Setelah itu lalu menghasilkan tekanan yang bervariasi kemudian timbul efek mekanik yang biasa dengan efek microtassage.

Efek thermal di hasilkan karena adanya micromassage dari ion-ion yang bergesekan didalam jaringan yang direfleksikan. Efek thermal yang dihasilkan karena kenaikan intensitas dapat mencapai ukuran yang sangat tinggi sehingga menimbul rasa nyeri di periosteum. Efek thermal akan berpengaruh pada terhadap saraf yang akan menimbulkan pengaruh sedatif pada ujung saraf efferent II dan IIIa yang akan memperoleh efek terapeutik berupa pengurangan nyeri yang diakibatkan blokade pada aktivitas nociseptor pada PHC di saraf tersebut.

Efek piezoelektric adalah suatu efek yang dihasilkan apabila bahan-bahan piezoelektric seperti kristal kwarts, bahan keramik polycrystalline seperti leadzirconatetitanate dan barium titanate mendapatkan pukulan atau tekan sehingga menyebabkan terjadinya aliran muatan listrik pada sisi luar dari bahan piezoelektrik tadi. Pada manusia seperti pada jaringan tulang, kolagen dan protein tubuh juga merupakan bahan-bahan piezoelektrik. Oleh karena itu apabila jaringan-jaringan tadi mendapatkan suatu tekanan atau perubahan ketegangan akibat mendapatkan aliran listrik dari ultrasonik akan menyebabkan perubahan muatan elektrostatik pada membran sel yang dapat mengikat ion-ion. Efek piezoelektrik antar lain dapat meningkatkan metabolisme dan dapat dimanfaatkan untuk penyambungan tulang (Priatna & Gerhaniawati. 2006). Di dalam kasus plantar fasciitis ini, ultrasound juga bertujuan untuk mengurangi perlengketan pada jaringan.

Latihan calf raise baik digunakan pada kasus plantar fasciitis untuk meningkatkan fungsional pada ankle dengan menguatkan otot pada calf muscles. latihan calf raise memulihkan berbagai sendi gerak dan fleksibilitas otot,

(6)

meningkatkan daya tahan serta meningkatkan stabilisasi pada ankle, sehingga ankle lebih fungsional dan stabil. Latihan calf raise juga dapat mengaktifkan saraf sehingga membuat propioseptif meningkat, maka dengan melakukan latihan ini akan meningkatkan performa yang baik

Towel toe curl adalah sebuah latihan menggunakan handuk pada kaki yang adalah salah satu latihan bertujuan untuk meningkatkan fungsional pada ankle dengan menguatkan otot-otot instrinsik pada kaki. Latihan ini digunakan untuk penguatan m. flexor digitorum longus dan brevis, m. lumbricales dan m. flexor hallucis longus. Selain untuk meningkatkan kekuatan otot, efek lain dari latihan ini adalah terjadinya peningkatan fleksibilitas pada otot. Kekuatan dan fleksibilitas kedua saling berhubungan. Secara otomatis, jika seseorang melakukan latihan untuk menguatan otot juga berpengaruh terhadap fleksibilitas, begitu pula sebaliknya. Selain itu, latihan towel toe curl itu dapat melatih cengkraman pada jari-jari kaki dan untuk meningkatkan stabilitas ankle pada saat berjalan, berlari dan menaiki tangga (Abu-Omar, Rotten. 2007).

B. Identifikasi Masalah

Plantar fasciitis adalah salah satu masalah pada kaki yang menimbulkan gangguan fungsi dan gerak serta menyebabkakn rasa nyeri pada pada bagian medial atau lateral calcaneus. Plantar fasciitis adalah suatu kasus dimana terjadinya peradangan pada fascia plantaris (Karl, 2009). Yang terjadi pada kondisi dengan plantar fasciitis adalah peradangan pada daerah fascia plantaris kaki yang membentang disepanjang bagian bawah kaki. Plantar fasciitis diawali karena adanya lesi pada soft tissue disisi tempat perlengketan apponeurosis plantaris yang letaknya dibawah tuberositas calcaneus. Adanya radang pada sisi tempat perlengketan fascia akan menimbulkan cidera, inflamasi dan nyeri pada fascia plantaris. Plantar fascitis terjadi karena adanya penguluran yang berlebihan pada plantar fascianya secara terus menerus dan berulang. Sehingga mengakibatkan kerobekan pada plantar fascia-nya, yang dapat menimbulkan reaksi jaringan berupa formasi fibrous dan jaringan granulasi atau abnormal croslink. Hal ini akan mengakibatkan perlengketan pada fascianya.

Struktur lain yang dapat mempengaruhi terjadinya plantar fasciitis adalah tendon achiiles, dimana jaringan ini menghubungkan jaringan otot betis ketulang

(7)

tumit dan membantu gerakan pada kaki, kadang tendon achiiles tegang dapat menambah ketegangan pada fascia plantaris kaki.

Muscle imbalance ketidakseimbangan kerja otot dalam mempertahankan kestabilan ankle dalam berjalan, berlari dan melompat yang mengakibatkan kerja otot deep posterior tibia akan lebih berat saat ankle memasuki fase mid stance ke toe off pada saat berjalan. Sehingga otot akan lebih cepat lelah dan beban bertumpu secara terus menerus.

Plantar fasciitis terjadi ketika berat badan yang di tumpu oleh kaki sangat besar sehingga fascia plantaris bergerak menjauhi tumit karena fascia plantaris terulur secara berlebihan. Rasa sakit yang muncul pada plantar fasciitis disebabkan karena adanya tekanan yang berlebih pada fascia plantaris sehingga terjadi inflamasi pada fascia plantaris. Akibat dari inflamasi tersebut, terjadi abnormal crosslink pada fascia plantaris. Jika terlalu lama dibiarkan akan timbul osteofit pada tendo periosteal di os. calcaneus sehingga sering di kenal dengan calcaneal spur.

Intervensi yang dilakukan oleh fisioterapi adalah dapat untuk mengurangi nyeri akibat dari plantar fasciitis yang di aplikasikan melalui terapi Ultrasound, MWD, TENS, Massage, Stretching dan Tapping yang mempunyai pegaruh terhadap penurunan nyeri. Setelah itu, fisoterapi memberikan latihan latihan untuk mengembalikan otot dan sendinya agar stabil kembali. Ada beberapa latihan untuk mengembalikan stabilitas ankle pasca plantar fasciitis, seperti latihan calf raise, towel toe curl serta ditambah dengan modalitas ultrasound seperti yang akan dijadikan penelitian ini.

Selain itu banyak pula penanganan yang lainnya seperti istirahat, minum obat pengurang rasa nyeri, suntikan cortico steroid, pengunaan sepatu atau sandal yang permukaannya empuk dan heel pads.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang dan identifikasi masalah yang ada, rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah latihan calf raise setelah pemberian intervensi ultrasound dapat meningkatkan fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis?

(8)

2. Apakah latihan towel toe curl setelah pemberian intervensi ultrasound dapat meningkatkan fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis?

3. Apakah ada perbedaan latihan calf raise dan latihan towel toe curl setelah pemberian intervensi ultrasound terhadap peningkatan fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum:

Untuk mengetahui perbedaan latihan calf raise dan latihan towel toe curl setelah pemberian intervensi ultrasound terhadap peningkatan fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis.

2. Tujuan Khusus :

a. Untuk mengetahui latihan calf raise setelah pemberian intervensi ultrasound dapat meningkatkan fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis

b. Untuk mengetahui latihan calf raise dan towel toe curl dengan yang diberikan penambahan intervensi ultrasound dapat meningkatkan fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis.

E. Manfaat Penetilian

1. Bagi Institusi Pendidikan Fisioterapi

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan pembelajaran untuk mahasiswa jurusan fisioterapi dalam penanganan kasus plantar fasciitis untuk penanganan fungsional pada ankle juga di harapkan dapat menjadi bahan kajian dan diteliti lebih lanjut.

2. Bagi Institusi Pelayanan Fisioterapi

Diharapkan fisioterapi mempunyai teknik dan metode yang beragam dalam penanganan sebuah kasus seperti pada kasus plantar fasciits untuk memasukan penelitian ini sebagai bahan tambahan penanganan dalam meningkatkan mutu pelayanan terhadap pasien.

(9)

3. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui perbedaan efek latihan calf raise dengan latihan towel toe curl setalah pemberian intervensi ultrasound terhadap fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis.

Referensi

Dokumen terkait

Metode ini ditemukan oleh Septi Peni Wulandari, meski hanya menggunakan jari-jari tangan akan tetapi dengan jaritmatika kita mampu melakukan operasi bilangan

Anak perempuan itu terkejut dan terbangun akibat hentakan kaki dari si laki-laki yang naik ke dalam rumah (Rumah Panggung/kayu) lantas atas peristiwa itu si perempuan

Penelitian dilakukan pada 3 lokasi yang sarana penyediaan air minumnya berfungsi dan 3 lokasi yang sarana penyediaan air minumnya berfungsi sebagian dan tidak

Latihan kelenturan jari jemari anak melalui kegiatan melukis dengan jari (finger painting) merupakan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti, karena peneliti

5) Persentase penyuluhan kelompok keluarga / pendamping dan pengunjung pasien rawat inap (penyuluhan kelompok bagi keluarga / pendamping / pengunjung adalah

Pengevaluasian nilai jari-jari lengkung jalan hasil pengukuran GNSS RTK- Radio jika dibandingkan dengan superelevasi dari gambar as-built4. Pengevaluasian kondisi

Untuk mengetahui perbedaan efektifitas antara Intermittent Vacuum Therapy dengan Intermittent Pneumatic Compression dalam pemulihan kelelahan otot-otot kaki paska

Setil alkohol merupakan alkohol dengan bobot molekul tinggi yang berfungsi sebagai zat pengental dan penstabil untuk sediaan minyak dalam air (Ansel, 1989).Dari