• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini fenomena medis yang disebut dengan Tumor sudah tidak asing lagi ditengah masyarakat, Tumor merupakan salah satu penyakit kronis dengan tanda tumbuh adanya benjolan disekitar daerah yang keluhkan dan menyerang organ tertentupada manusia. Tumor dikenal menjadi beberapa macam, salah satunya yang akan dibahas oleh peneliti yaitu Tumor Tulang (Osteosarcoma). Tumor tulang merupakan suatu penyakit ganas yang menyerang organ tulang pada manusia, yang ditandai dengan adanya benjolan-benjolan tumbuh tak semestinya pada bagian tubuh manusia seperti sendi-sendi yang menhubungkan tulang.

Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun jumlah penderita kanker ± 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat sekitar 11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per tahun. Data yang dihimpun RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, dalam periode 5 tahun terakhir, terdapat 455 kasus tumor baru, 118 atau 36 persen adalah tumor pada anak, 1,04 persen di antaranya tumor tulang. Kasus tumor tulang memang tidak sebanyak tumor lain. Meski jumlahnya relatif kecil, namun dampak yang ditimbulkannya sangatlah besar. Anak-anak dapat kehilangan organ tubuhnya akibat operasi atau amputasi pada organ tertentu yang terkena tumor ini. Oleh sebab itu tumor tulang (Osteosarcoma) ini juga perlu mendapat perhatian serius. Penyakit tumor disebabkan oleh mutasi yang terjadi dalam DNA sel. Agar tumor dapat muncul dibutuhkan kombinasi lebih dari satu mutasi yang mengaktifkan oncogen (gen yang termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel tumor) atau menekan gen penahan tumor. Jenis tumor ini berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa remaja. Paling

(2)

sering ditemukan pada anak-anak, dan rata-rata terdiagnosis pada kisaran umur 12- 20 tahun (Reksoprodjo, S; dkk 1995).

Tumor (berasal dari bahasa Latin, secara harafiah berarti "bengkak, pembengkakan"), merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi (respon pertama sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi atau iritasi). Saat ini, istilah

‘tumor’ sering digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan jaringan biologis yang tidak normal. Tumor disebabkan oleh mutasi yang terjadi dalam DNA sel.

Agar tumor dapat muncul dibutuhkan kombinasi lebih dari satu mutasi yang mengaktifkan oncogen (gen yang termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel tumor) atau menekan gen penahan tumor. Perlu diketahui bahwa sel sendiri memiliki mekanisme untuk memperbaiki DNA dan juga mekanisme lain yang dapat menyebabkan sel tersebut menghancurkan dirinya melalui apoptosis (jika DNA rusak terlalu parah). Usia diketahui pula berpengaruh dalam mutasi DNA sel.

Semakin tua usia seseorang, semakin banyak pula mutasi yang mungkin terjadi dalam DNA sel orang tersebut (Lonner, 1999).

Ada beberapa yang beranggapan tumor tulang merupakan penyakit yang diturunkan. Tetapi ada pula masyarakat awam yang masih berfikiran bahwa tumor tulang ini sebagai penyakit kutukan, mungkin karena kasusnya yang relative jarang terjadi. Tetapi bagaimanapun, sangat lebih baik jika kita sedikit banyak mengetahui perihal tumor tulang ini. Tumor tulang adalah tumor yang terjadi akibat adanya kelainan sel yang membentuk tulang. Tumor yang dimulai di tulang jarang terjadi, tapi tumor yang telah menyebar ke tulang dari bagian lain dari tubuh lebih umum terjadi adalah tumor tulang ganas yang berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa remaja.

Menurut (EGC.Smeltzer, Suzane, 2001) Osteosarkoma (Sarcoma osteogenetik) merupakan tumor tulang ganas primer, dimana tumor ganas ini memproduksi tulang dan sel-selnya yang berasal dari sel mesenkimal primitive.

Yang paling sering dialami adalah nyeri pada bagian yang terinfeksi tumor tulang ini. Sejalan dengan pertumbuhan tumor bisa juga mengalami pembengkakan dan pergerakan yang terbatas. Tumor tungkai akan menyebabkan penderita berjalan timpang. Sedangkan tumor pada lengan akan menyebabkan nyeri apabila lengan

(3)

dipakai untuk mengangkat sesuatu, pembengkakan pada tumor mungkin akan terasa hangat dan terlihat agak memerah. Tanda awal penyakit ini bisa merupakan patah tulang yang selanjutnya menjadi tumor. Patah tulang ditempat tumbuhnya tumor ini biasanya disebut dengan frakthuphatologis dan sering terjadi setelah tulang mengalami gerakan rutin.

Sejalan dengan pertumbuhan tumor juga bisa terjadi pembengkakan dan pergerakan yang terbatas. Pada masa pengobatan, sebelum dilakukan pembedahan maka tumor akan dikecilkan terlebih dulu dengan melakukan kemoterapi, pada penderita tumor tulang ini biasanya penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Selain dengan jalan kemoterapi, apabila terjadi adanya perluasan dan penyebaran yang menjadi tidak terkendali maka salah satu alternatifnya adalah dengan mengamputasi bagian tubuh yang terjangkit tumor tulang jenis ini (Osteosarcoma).

Suatu alternative yang harus diambil ketika terjadi adanya perluasan jaringan pada tumor tulang ini yaitu dengan amputasi, tentu saja setelah melewati proses kemotheraphy terlebih dahulu. Amputasi yang dimaksudkan disini berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”. Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau dimana kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi dan juga infeksi.

Menurut Engram dan Barbara (1999) Pada pemilihan keputusan ini harus terus dilakukan pengawasan juga pengkajian oleh pihak-pihak yang telah menangani dengan melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan memperhatikan tingkat persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri klien dengan meninjau persepsi klien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh klien sendiri, pandangan klien terhadap rendah diri antisipasif, gangguan penampilan peran dan gangguan

(4)

identitas. Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama pada setiap pasien amputasi.

Berdasarkan hasil survey awal dengan salah satu subyek yang terserang tumor tulang yang pada lutut kakinya terdapat benjolan keras hingga membesar dan telah didiagnosis dokter sebagai tumor tulang. Kondisi ini telah sudah diderita subyek sejak 3 tahun yang lalu. Kondisi ini mengharuskan subyek untuk menjalani kemotherapi dan mengambil keputusan untuk amputasi sesuai dengan anjuran dokter karena tumor yang diderita semakin mengancam kesehatan dan kelanjutan hidup penderita. Pada masa setelah amputasi subyek mempunyai pandangan terhadap dirinya seperti pada cuplikan wawancara antara peneliti dengan subyek berikut, “saya sekarang cacat enggak seperti kemarin, kaki saya buntung, saya minder dengan teman-teman saya juga semua orang, saya udah enggak bisa lagi seperti yang diharapkan bapak, saya malu kalo musti kesekolah lagi, percuma juga nerusin sekolah nantinya juga enggak bisa jadi polisi yang emang cita-cita saya dari kecil”. Dari pernyataan subyek tersebut terlihat bahwa subyek mengalami keadaan yang masih belum bisa subyek terima setelah menjalani operasi amputasi kaki.

Melihat dari sebagian wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti, dalam kasus ini terkait dengan bagaimana pembentukan konsep diri dari penderita tumor tulang (osteosarcoma). Konsep diri merupakan suatu ukuran kualitas yang memungkinkan seseorang dianggap dan dikenali sebagai individu yang berbeda dengan individu lainnya. Kualitas yang membuat seseorang memiliki keunikan sendiri sebagai manusia, tumbuh dan berkembang melalui interaksi sosial, yaitu berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan orang lain. Konsep diri berasal dari bahasa inggris yaitu self concept, merupakan suatu konsep mengenai diri individu itu sendiri yang meliputi bagaimana seseorang memandang, memikirkan dan menilai dirinya sehingga tindakan-tindakannya sesuai dengan konsep tentang dirinya tersebut.

Konsep diri tentang diri merupakan bagaimana individu bertindak dalam berbagai situasi (Calhoun & Acoxcella 1990) penghargaan mangenai diri akan menentukan bagaimana individu akan bertindak dalam hidup. Konsep diri berperan

(5)

dalam mempertahankan keselarasan batin, penafsiran pengalaman dan menentukan harapan individu, disini diartikan bahwasannya konsep diri mempunyai peranan dalam mempertahankan keselarasan batin karena apabila timbul perasaan atau persepsi yang tidak seimbang atau saling bertentangan, maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak menyenangkan. Konsep diri merupakan bagian diri yang mempengaruhi sikap aspek pengalaman baik itu pikiran, perasaan, persepsi dan tingkah laku individu (Calhoun & Acocella 1990) mengartikan konsep diri sebagai gambaran mental individu yang terdiri dari pengetahuan tentang diri sendiri, penghargaan terhadap diri sendiri. Gambaran mental yang dimiliki oleh individu memiliki 3 aspek yaitu pengetahuan, penghargaan, penilaian (Calhoun & Acocella 1990).

Konsep diri berperan dalam mempertahankan keselarasan batin, penafsiran pengalaman dan menentukan harapan individu. Konsep diri mempunyai peranan dalam mempertahankan keselarasan batin karena apabila timbul perasaan atau persepsi yang tidak seimbang atau saling bertentangan, maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak menyenangkan. Untuk menghilangkan ketidakselarasan tersebut, ia akan mengubah perilakunya sampai dirinya merasakan adanya keseimbangan kembali dan situasinya menjadi menyenangkan lagi. Jika konsep diri positif, anak akan mengembangkan sifat-sifat seperti kepercayaan diri, harga diri dan kemampuan untuk melihat dirinya secara realitas, sehingga akan menumbuhkan penyesuaian sosial yang baik. Sebaliknya apabila konsep diri negatif, anak akan mengembangkan perasaan tidak mampu dan rendah diri. Mereka merasa ragu dan kurang percaya diri, sehingga menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang buruk pula.

Sedangkan Konsep diri menurut beberapa ahli lain, contohnya Hurlock yaitu merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya. Komponen utama konsep diri menurut Hurlock (1994) yaitu komponen perceptual pada image seseorang dalam penampilan fisik dan kesan yang ditampilkan kepada orang lain, komponen konseptual mengenai karakteristik khusus yang dimiliki dan latar belakang serta masa depannya, komponen sikap terhadap harga diri dan pandangan diri yang dimilikinya.

(6)

Selain Hurlock, pengertian konsep diri dapat didefinisikan juga oleh beberapa ahli lainnya. Menurut Jalaludin Rahmat (1996) yaitu “Konsep Diri adalah pandangan dan perasaan kita, persepsi ini boleh bersifat psikologis, sosial dan psikis. Konsep diri bukan hanya gambaran deskriptif, tetapi juga penilaian kita”.

Pengertian konsep diri dalam istilah umum mengacu pada persepsi seseorang mengenai dirinya sendiri. Persepsi ini terbentuk melalui kesimpulan-kesimpulan yang diambil berdasarkan pengalaman-pengalaman dan persepsi-persepsi terutama dipengaruhi oleh reward dan punishment yang diberikan oleh seseorang yang berarti dalam kehidupannya. Menurut Brooks bahwa pengertian konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita (Rakhmat, 2005). Centi (1993) mengemukakan konsep diri (self-concept) tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan. Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu. Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.

Menurut Harter (1991), pengaruh konsep diri yang paling besar itu pada motivasi afeksi. Motivasi afeksi disini mengarah pada kondisi emosiseseorang.

Konsep diri positif akan berpengaruh atas munculnya emosi positif, seperti kebahagiaan, kepuasan, dan lain sebagainya. Sebaliknya, konsep diri negative akan berpengaruh pada munculnya emosi negative kerap menjadi sumber motif perjuangan yang kuat. Sebaliknya, konsep diri negative kerap menjadi sumber munculnya motif yang lemah.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, penulis tertarik untuk memfokuskan penelitian tentang bagaimana konsep diri dan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri penderita tumor tulang (osteosarcoma) pasca amputasi.

(7)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gambaran konsep diri penderita tumor tulang pasca amputasi.

2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri penderita tumor tulang pasca amputasi.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang gambaran konsep diri dan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri pasca amputasi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis

Penelitian dapat bermanfaat dalam pengembangan-pengembangan teori psikologi khususnya psikologi sosial dan psikologi klinis.

2. Secara Praktis

Memberi masukan kepada penderita tumor tulang dan keluarga penderita mengenai konsep diri serta faktor-faktor yang mempengaruhi penderita tumor tulang pasca amputasi.

Referensi

Dokumen terkait

Batang tubuh (teks) terdiri dari bagian atau bab yalg berbeda menurut jenis karya ilmiah yang ditulis. 1) Bab I, merupakan bab pendahuluan, berisi uraian tentang latar belakang atau

Pada Bulan Oktober mulai terjadi peningkatan curah hujan, hampir sebagian wilayah di Kalimantan Selatan mulai berada dalam kriteria normal dan kriteria kering masih terjadi

Selepas dari semua itu, permasalahan yang penulis kemukakan diatas adalah mengenai bagian kecil dari permasalahan yang terjadi apabila menjalankan penyelesaian

Tujuan penelitian ini dibagi dalam dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. b) Ikut mengembangkan apresiasi matematika di Indonesia. a) Pengembangan klas monoton

Tumor yang dapat menyebar ke seluruh tubuh atau menyerang jaringan sekitar disebut kanker atau tumor ganas.. Teorinya, setiap jenis jaringan pada payudara dapat membentuk

Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian. Patah tulang yang terjadi pada daerah ini dapat

Pada waktu aktif tubuh menjulur dari cangkok, terdiri atas bagian: (1) kepala (pada ujung depan agak ke ventral terdapat mulut, dua pasang tentakel, pada ujung tentakel

Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis asupan energi, zat gizi makro, serat, dan aktivitas fisik terhadap indeks massa tubuh sebelum dan setelah mendapatkan