• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bisnis Indonesia 17/02/2017, Hal. 1 Kanal Bancassurance Salip Keagenan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bisnis Indonesia 17/02/2017, Hal. 1 Kanal Bancassurance Salip Keagenan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Bisnis Indonesia – 17/02/2017, Hal. 1 Kanal Bancassurance Salip Keagenan

(2)

Bisnis Indonesia – 17/02/2017, Hal. 21 Saham & SBN Tumbuh Signifikan

(3)
(4)

16/02/2017

AAJI: Lembaga Penjamin Polis Perlu Dibentuk

http://infobanknews.com/aaji-lembaga-penjamin-polis-perlu-dibentuk/2/

Jakarta–Lembaga penjaminan di sektor asuransi seperti Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) perlu segera dibentuk. Adanya kasus seperti penyelamatan Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bukan tak mungkin nasabah asuransi dirugikan.

“Memang wacana Lembaga Penjamin Polis (LPP) yang persis seperti LPS di sektor perbankan sudah sering dibahas dari zaman Bapepam-LK dulu, cuma belum kunjung terealisasi,” ujar Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Hendrisman Rahim, di Jakarta, Kamis, 16 Februari 2017.

Menurutnya, pembicaraan terkait pembentukan Lembaga Penjamin Polis hingga saat ini masih terus berlanjut di Kementerian Keuangan, OJK, LPS, dan DPR. Lembaga ini dianggap cukup positif untuk mendongkrak kepercayaan publik terhadap industri asuransi.

“Jadi harapan kami, industri ini harus punya LPP. Karena jika ada LPP kepercayaan masyarakat terhadap industri ini akan tinggi,” ucapnya.

Meski demikian, kata dia, pembentukan Lembaga Penjamin Polis ini masih terbentur banyak permasalahan. Karena adanya kompleksitas di Industri asuransi.

“Kalau LPS di perbankan itu jelas sifatnya, simpanan berapa dan berapa yang bisa dijamin. Tapi kalau LPP itu, polis dan itu risiko. Jadi apa yang akan dijamin? Atau termasuk safety-nya yang dijamin, atau bahkan perusahaan asuransinya yang punya cadangan cukup besar, atau masing-masing pemegang polis dijamin. Itu kompleks,” tegasnya.

Dia menilai, kompleksitas industri asuransi tersebutlah yang membuat pembahasannya menjadi lama. “Tapi kabarnya sudah ketemu polanya. Cuma masih tertunda, kemungkinana tak akan tahun ini (pembentukan LPP). Dan pembahasan draft RUU untuk membentuk LPP belum sampai ke sana,” tukas dia.

Bahkan, lanjut dia, jika pembentuan LPP ini benar-benar terealisasi, maka bisa jadi ini merupakan lembaga pertama di dunia yang bertugas menjamin pemegang Polis Asuransi. “Di negara lain belum ada. Tapi LPP ini dianggapnya apa bedanya dengan reasuransi? Tapi konsep LPP ini akan persis seperti LPS. Kita harap tahun depan masuk prolegnas,” tutupnya. (*)

(5)

Investor Daily – 17/02/2017, Hal. 23

(6)

Harian Kontan – 17/92/2017, Hal. 24 Premi Asuransi Bisa Tumuh 30%

(7)

16/02/2017

Pendapatan Industri Asuransi Jiwa Naik 57,4 Persen pada 2016

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2017/02/16/140000926/pendapatan.industri.asuransi.jiwa.nai k.57.4.persen.pada.2016

JAKARTA, KOMPAS.com - Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) melaporkan total pendapatan industri asuransi jiwa melonjak 57,4 persen secara tahunan pada tahun 2016. Dengan demikian, pendapatan industri asuransi jiwa mencapai Rp 208,92 triliun pada tahun 2016, dibandingkan Rp 132,74 triliun pada tahun 2015. Ketua Umum AAJI Hendrisman Rahim menjelasan, pertumbuhan pendapatan industri asuransi jiwa pada tahun 2016 tersebut menunjukkan kinerja yang mampu bertahan di tengah perlambatan ekonomi global maupun domestik.

"Di tahun 2016 industri yang pertumbuhannya paling tinggi adalah industei finansial dan asuransi," ungkap Hendrisman di Jakarta, Kamis (16/2/2017). Menurut Hendrisman, penyumbang terbesar pendapatan industri asuransi jiwa berasal dari pendapatan premi asuransi jiwa yang menyumbang sebesar 80 persen. Adapun pertumbuhan premi bisnis baru meningkat 48,3 persen menjadi Rp 104,46 triliun dan premi lanjutan tumbuh 7,5 persen menjadi Rp 62,58 triliun dari sebelumnya Rp 58,24 triliun. "Pertumbuhan premi bisnis baru dan premi lanjutan membuat total pendapatan premi di 2016 meningkat 29,8 persen menjadi Rp 167,04 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2015 sebesar Rp 128,66 triliun," jelas Hendrisman.

Pertumbuhan pendapatan premi didukung pertumbuhan pendapatan premi dari jalur pemasaran bancassurance yang tumbuh sebesar 74,1 persen. Dengan demikian, jalur pemasaran ini berkontribusi 43,3 persen dari keseluruhan pendapatan premi. "Saluran distribusi keagenan meningkat sebesar 6,2 persen dan saluran distribusi alternatif meningkat 14,7 persen, masing-masing memberikan kontribusi 38,9 persen dan 17,7 persen," tutur Hendrisman. Hasil investasi pun menyumbang pendapatan industri asuransi jiwa, di mana pertumbuhan hasil investasi mencapai 2.145,5 persen menjadi Rp 33,94 triliun dari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 1,66 triliun.

"Kami bersyukur akan pertumbuhan kinerja industri asuransi jiwa yang meningkat signifikan sepanjang 2016 kemarin. Ini menunjukkan bahwa industri asuransi jiwa terus tumbuh atas kepercayaan masyarakat dan para pemangku kepentingan," ungkap Hendrisman.

(8)

16/02/2017

Sepanjang 2016, Industri Asuransi Jiwa Bayarkan Klaim Rp 96,05 Triliun

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2017/02/16/141433226/sepanjang.2016.industri.asuransi.jiwa .bayarkan.klaim.rp.96.05.triliun

JAKARTA, KOMPAS.com - Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) melaporkan total klaim dan manfaat yang dibayarkan industri asuransi jiwa nasional meningkat 32,4 persen pada tahun 2016 jika dibandingkan dengan 2015. AAJI mencatat total klaim dan manfaat yang dibayarkan mencapai Rp 96,5 triliun sepanjang 2016, dibandingkan Rp 72,57 triliun setahun sebelumnya.

"Komitmen industri asuransi jiwa untuk memberikan pelayanan terbaik bagi para nasabah serta melaksanakan tanggung jawab terlihat dari pembayaran klaim yang terus dilakukan sesuai manfaat polis," ujar Ketua Bidang Regulasi dan Best Practices AAJI Maryoso Sumaryono di Jakarta, Kamis (16/2/2017).

Maryoso menjelaskan, Klaim Nilai Tebus (surrender) sebesar Rp 52,32 triliun memberikan proporsi terbesar dalam pembayaran klaim dan manfaat. Persentasenya mencapai 54,5 persen dari total klaim yang dibayarkan. Menurut Maryoso, klaim nilai tebus tersebut meningkat 49 persen dibandingkan tahun 2015 yang tercatat sebesar Rp 35,12 triliun. Ia mengungkapkan, peningkatan tersebut terjadi karena bertambahnya kebutuhan masyarakat akan uang tunai dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun pengalihan dana untuk keperluan lain.

Adapun Klaim Penarikan Sebagian (partial withdrawal) pun mengalami peningkatan sebesar 7,7 persen menjadi Rp 13,57 triliun. Sementara itu, Klaim Kesehatan (medical) juga meningkat 28,5 persen menjadi Rp 9,29 triliun. "Peningkatan ini menggambarkan bahwa masyarakat betul-betul merasakan manfaat dan layanan asuransi kesehatan serta menyadarkan kita akan pentingnya perlindungan kesehatan," jelas Maryono.

Sepanjang tahun 2016, total tertanggung industri asuransi jiwa tumbuh 4,1 persen menjadi 57,2 juta orang. Peningkatan ini didorong jumlah tertanggung individu yang tumbuh 8,8 persen menjadi 17,6 juta orang dan jumlah tertanggung kumpulan tumbuh 2,1 persen 39,5 juta orang.

(9)

16/02/207

57,2 Juta WNI Sudah Punya Asuransi Jiwa

http://keuangan.kontan.co.id/news/572-juta-wni-sudah-punya-asuransi-jiwa

JAKARTA. Industri asuransi jiwa masih menikmati legitnya premi dari bisnis di tahun lalu. Sejalan dengan hal tersebut, jumlah tertanggung di industri ini juga terus menggemuk.

Per akhir tahun kemarin, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat total total tertanggung naik 4,1% dibanidng akhir 2015. Jumlahnya sendiri mencapai 57,23 juta orang.

Dari sisi volume, Ketua AAJI Hendrisman Rahim bilang tertanggung dari segmen kumpulan masih jadi yang dominan yakni mencapai 39,53 juta orang. "Sedangkan tertanggung individu jumlahnya mencapai 17,69 juta orang," kata dia, Kamis (16/2).

Tapi dari sisi pertumbuhan, jumlah tertanggung individu naik lebih tinggi yakni sebesar 8,8%. Sedangkan kenaikan jumlah tertanggung di segmen kumpulan hanya seinggi 2,1% dibanding realisasi pada akir 2015. Sebagai catatan, di tahun lalu industri asuransi jiwa mengantogi premi sebesar Rp 167,04 triliun. Jumlah ini naik 29,8% dibanding periode di tahun sebelumnya.

Pertumbuhan dari sisi premi ikut mendorong pertumbuhan aset industri asuransi jiwa. Per 2016, aset sektor industri ini melompat 20,9% dibanding periode tahun sebelumnya menjadi sebesar Rp 435,5 triliun.

(10)

16/02/2017

Premi Asuransi Jiwa 2016 Capai Rp 167 Triliun

http://keuangan.kontan.co.id/news/premi-asuransi-jiwa-2016-capai-rp-167-triliun

JAKARTA. Industri asuransi jiwa masih berhasil mencatatkan pertumbuhan bisnis yang positif di 2016 kemarin. Dari sisi premi misalnya, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat adanya kenaikan setinggi 29,8% secara year on year.

Ketua AAJI Hendrisman Rahim bilang, Pada tahun lalu pihaknya mencatat perolehan premi industri berhasil menyentuh angka Rp 167,04 triliun. Sedangkan pada tahun 2015, perolehan premi sektor industri ini mencapai Rp 128,6 triliun.

Hendrisman menyebut, pertumbuhan di tahun lalu terdorong oleh ranumnya penerimaan premi dari bisnis baru yang tumbuh 48,3% secara year on year. Yakni dari Rp 70,42 triliun di 2015 menjadi Rp 104,46 triliun per akhir 2016.

Sedangkan dari sisi premi lanjutan, jumlahnya mencapai Rp 62,58 triliun pada tahun lalu. Jumlah ini tumbuh setinggi 7,5% dari realisasi sepanjang 2015 yang sebesar Rp 58,24 triliun. "Pertumbuhan premi yang didapat tahun lalu mencerminkan terus meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap industri asuransi jiwa," kata dia, Kamis (16/2).

Kinerja ciamik dari perolehan premi ini diakuinya banyak terdorong oleh saluran distribusi bancassurance. Dimana premi yang didapat dari kanal distribusi ini tercatat melompat 74,1% secara year on year.

Sedangkan dari sisi kontribusi, saluran pemasaran ini menyumbang 43,3% dari total premi yang didapat oleh pelaku usaha asuransi jiwa alias setara Rp 72,3 triliun. Pertumbuhan yang tinggi dari kanal ini diantaranya didukung oleh makin maraknya kerja sama yang dijalin antara perusahaan asuransi jiwa dengan pihak perbankan.

(11)

Koran sindo – 17/02/2017, hal. 19

(12)

16/02/2017

Total Klaim Asuransi Jiwa Naik Jadi Rp96,05 Triliun

http://infobanknews.com/total-klaim-asuransi-jiwa-naik-jadi-rp9605-triliun/2/

Jakarta–Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat, total klaim asuransi dan manfaat mengalami kenaikan 32,4 persen, dari Rp72,57 triliun di akhir tahun 2015 naik menjadi sebesar Rp96,05 triliun di penghujung tahun 2016.

Ketua Bidang Regulasi dan Best Practices AAJI, Maryoso Sumaryono, merincikan klaim nilai tebus (surrender) sebesar Rp52,32 triliun memiliki proporsi terbesar di dalam pembayaran klaim dan manfaat, yakni sebesar 54,5 persen dari total klaim yang dibayarkan.

“Klaim nilai tebus ini meningkat sebesar 49 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp35,12 triliun,” ujarnya, di Jakarta, Kamis, 16 Februari 2017.

Kemudian, klaim penarikan sebagian (partial withdrawal), juga mengalami peningkatan sebesar 7,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2015, menjadi Rp13,57 triliun. Sementara itu, klaim kesehatan (medical) turut meningkat sebesar 28,5 persen menjadi Rp9,29 triliun.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, bahwa peningkatan tersebut dapat terjadi akibat bertambahnya kebutuhan masyarakat terhadap uang tunai dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun pengalihan dana untuk keperluan lainnya.

“Peningkatan angka ini menggambarkan bahwa masyarakat betul-betul merasakan manfaat dan layanan asuransi kesehatan serta menyadarkan kita akan pentingnya perlindungan kesehatan,” ucapnya.

Dia mengatakan, pembayaran klaim asuransi oleh pemegang polisini merupakan komitmen industri asuransi jiwa untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi para nasabah serta melaksanakan tanggung jawab terlihat dari pembayaran klaim yang terus dilakukan sesuai manfaat polis. (*)

(13)

16/02/2017

Tahun Lalu, Pendapatan Asuransi Jiwa Tumbuh 57,4%

http://infobanknews.com/pendapatan-asuransi-jiwa-tumbuh-574/2/

Jakarta–Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat total pendapatan asuransi jiwa mengalami pertumbuhan sebesar 57,4%, dari Rp132,74 triliun pada akhir 2015 menjadi sebesar Rp208,92 triliun pada 2016.

“Kinerja industri asuransi jiwa pada 2016 menunjukkan ketahanan yang baik di tengah perlambatan perekonomian global dan domestik. Di 2016 industri yang growth-nya paling tinggi adalah industri finansial dan asuransi,” ujar Ketua AAJI Hendrisman Rahim di Jakarta, Kamis, 16 Februari 2017.

Baca juga: Industri Asuransi Jiwa Didorong Serap Obligasi Infrastruktur

Menurutnya, penyumbang terbesar pendapatan asuransi jiwa ini berasal dari pendapatan premi asuransi jiwa yang menyumbang sebesar 80 persen. Di mana pertumbuhan premi bisnis baru meningkat 48,3 persen menjadi Rp104,46 triliun dan premi lanjutan meningkat 7,5 persen menjadi Rp62,58 triliun dari sebelumnya Rp58,24 triliun.

Pertumbuhan premi bisnis baru dan premi lanjutan membuat total pendapatan premi di 2016 meningkat 29,8 persen menjadi Rp167,04 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2015 sebesar Rp128,66 triliun. (Bersambung ke halaman berikutnya)

Lebih lanjut, Hendrisman mengungkapkan, bahwa peningkatan pendapatan premi tersebut didukung oleh pertumbuhan pendapatan premi dari jalur pemasaran bancassurance yang tumbuh sebesar 74,1 persen, sehingga berkontribusi sebesar 43,3 persen dari keseluruhan pendapatan premi.

“Saluran distribusi keagenan juga meningkat sebesar 6,2 persen dan saluran distribusi alternatif meningkat 14,7 persen. Masing-masing memberikan kontribusi 38,9 persen dan 17,7 persen,” jelasnya. Baca juga: Asuransi Jiwa Alihkan Investasi ke Reksa Dana dan SBN

Sementara itu, kata dia, hasil investasi juga turut menyumbang pendapatan industri asuransi, di mana pertumbuhan hasil investasi mencapai 2.145,5 persen menjadi Rp33,94 triliun, dari sebelumnya yang membukukan minus Rp1,66 triliun.

“Kami bersyukur akan pertumbuhan kinerja industri asuransi jiwa yang meningkat signifikan sepanjang 2016 kemarin. Ini menunjukkan bahwa industri asuransi jiwa terus tumbuh atas kepercayaan masyarakat dan para pemangku kepentingan,” tutupnya. (*)

(14)

WARTAEKONOMI

16/02/2017

Sepanjang 2016, Pendapatan Asuransi Jiwa Tumbuh 57,4 Persen

http://wartaekonomi.co.id/read130908/sepanjang-2016-pendapatan-asuransi-jiwa-tumbuh-574-persen.html

Kinerja industri asuransi jiwa nasional pada 2016 menunjukkan ketahanan yang baik di tengah perlambatan perekonomian global dan domestik. Tercatat, pada akhir tahun 2016 total pendapatan industri asuransi jiwa melesat 57,4% bila dibandingkan periode yang sama di tahun 2015.

"2016, industri yang growth-nya paling tinggi adalah industri finansial dan asuransi. Dari laporan keuangan unaudited sampai penghujung tahun 2016 total pendapatan 57,4% dari Rp132,74 triliun menjadi Rp208,92 triliun," ujar Ketua Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim saat paparan kinerja Industri Asuransi Jiwa Kuartal IV-2016 di Rumah AAJI Jakarta, Kamis (16/2/2017).

Dia menjelaskan penyumbang terbesar pendapatan ini berasal dari pendapatan premi asuransi jiwa yang menyumbang sebesar 80%. Adapun, pertumbuhan premi bisnis baru meningkat 48,3% menjadi Rp104,46 triliun dan premi lanjutan meningkat 7,5% menjadi Rp62,58 triliun dari sebelumnya Rp58,24 triliun.

"Pertumbuhan premi bisnis baru dan premi lanjutan membuat total pendapatan premi di 2016 meningkat 29,8% menjadi Rp167,04 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2015 sebesar Rp128,66 triliun," ucapnya.

Lebih jauh, katanya, peningkatan pendapatan premi didukung oleh pertumbuhan pendapatan premi dari jalur pemasaran bancassurance yang tumbuh sebesar 74,1% sehingga berkontribusi sebesar 43,3% dari keseluruhan pendapatan premi.

"Sementara saluran distribusi keagenan meningkat sebesar 6,2% dan saluran distribusi alternatif meningkat 14,7%, masing-masing memberikan kontribusi 38,9% dan 17,7%," jelas Hendrisman. Adapun hasil investasi juga turut menyumbang pendapatan industri asuransi di mana pertumbuhan hasil investasi mencapai 2.145,5% menjadi Rp33,94 triliun dari sebelumnya yang membukukan - Rp1,66 triliun.

"Kami bersyukur akan pertumbuhan kinerja industri asuransi jiwa yang meningkat signifikan sepanjang 2016 kemarin. Ini menunjukkan bahwa industri asuransi jiwa terus tumbuh atas kepercayaan masyarakat dan para pemangku kepentingan," tutupnya.

(15)

WARTAEKONOMI

16/02/2017

Kinerja Moncer IHSG Lambungkan Hasil Investasi Asuransi Jiwa

http://wartaekonomi.co.id/read130925/kinerja-moncer-ihsg-lambungkan-hasil-investasi-asuransi-jiwa.html

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mengumumkan bahwa hingga akhir 2016 industri asuransi jiwa membukukan kenaikan hasil investasi sebesar 2.145,5 persen (yoy). Hal ini mendorong pertumbuhan pendapatan mencapai 57,4 persen menjadi Rp208,92 triliun.

"Porsi investasi di deposito mulai bergeser ke reksa dana dan saham. Semakin baiknya pergerakan IHSG turut mempengaruhi hasil investasi industri asuransi jiwa terkait pasar modal," kata Ketua Umum AAJI Hendrisman Rahim saat paparan kinerja industri asuransi jiwa kuartal IV-2016 di Jakarta, Kamis (16/2/2017).

Data AAJI menyebutkan bahwa per akhir 2016 nilai hasil investasi asuransi jiwa mencapai Rp33,94 triliun atau bertumbuh 2.145,5 persen dibandingkan periode yang sama di 2015. "Kondisi ini juga sedikit banyak memberikan gambaran akan semakin membaiknya iklim investasi," ucapnya.

Dia menyebutkan bahwa pada 2016 jumlah investasi asuransi jiwa sebesar Rp395,96 triliun dari total aset sebesar Rp435,53 triliun. "Jumlah investasi di 2016 ini mengalami pertumbuhan 25,9 persen," kata Hendrisman sembari menyebutkan bahwa pada tahun lalu aset industri asuransi jiwa bertumbuh 20,9 persen.

Secara rinci, porsi investasi terbesar ada pada instrumen reksa dana yang mencapai Rp126,3 triliun, selanjutnya diikuti oleh saham sebesar Rp116,02 triliun, surat berharga negara (SBN) senilai Rp58,03 triliun, deposito sebesar Rp49,73 triliun, tanah dan bangunan sebesar Rp10,04 triliun.

Lebih lanjut, dia mengatakan pertumbuhan portofolio investasi di 2016 ada pada instrumen saham sebesar 41 persen, reksa dana 38 persen dan SBN sebesar 27,2 persen. "Kami tertarik di reksa dana karena lebih stabil dan imbal hasil yang tinggi. Produk ini memang umumnya menjadi pilihan industri asuransi jiwa," tuturnya.

Selain hasil investasi, jelas dia, pendapatan industri asuransi jiwa di 2016 berasal dari pendapatan premi sebesar Rp167,04 triliun, klaim reasuransi Rp2,92 triliun, dan pendapatan lainnya senilai Rp5,02 triliun. "Total klaim dan manfaat yang dibayarkan di 2016 sebesar Rp96,05 triliun atau meningkat 32,4 persen," tutup Hendrisman.

(16)

WARTAEKONOMI

16/02/2017

AAJI Catat Klaim Asuransi Jiwa Capai Rp96,05 Triliun 2016

http://wartaekonomi.co.id/read130933/aaji-catat-klaim-asuransi-jiwa-capai-rp9605-triliun-2016.html

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat sepanjang 2016 total klaim dan manfaat yang dibayarkan Rp96,05 triliun atau meningkat 32,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp72,57 triliun.

"Peningkatan ini dapat terjadi akibat bertambahnya kebutuhan masyarakat terhadap uang tunai dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun pengalihan dana untuk keperluan lainnya," Ketua Bidang Regulasi dan Best Practices AAJI Maryoso Sumaryono saat jumpa pers di Jakarta, Kamis (16/2/1027).

Klaim Nilai Tebus (Surrender) sebesar Rp52,32 triliun memiliki proporsi terbesar di dalam pembayaran klaim dan manfaat, yakni sebesar 54,5 persen dari total klaim yang dibayarkan. Klaim nilai tebus tersebut meningkat sebesar 49,0 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp35,12 triliun.

Klaim meninggal dunia juga mengalami peningkatan sebesar 20,8 persen dari sebelumnya Rp6,85 triliun pada 2015 lalu menjadi Rp8,28 triliun.

Sedangkan klaim penarikan sebagian (Partial Withdrawal) meningkat sebesar 7,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2015, menjadi Rp13,57 triliun dari sebelumnya Rp12,59 triliun.

Sementara itu, klaim kesehatan turut meningkat sebesar 28,5 persen menjadi Rp9,29 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp7,23 triliun.

"Peningkatan angka ini menggambarkan bahwa masyarakat betul-betul merasakan manfaat dan layanan asuransi kesehatan serta menyadarkan kita akan pentingnya perlindungan kesehatan," kata Maryoso. (Ant)

(17)

WARTAEKONOMI

16/02/2017

Industri Asuransi Berharap Lembaga Penjamin Polis Segera Dibentuk

http://wartaekonomi.co.id/read130951/industri-asuransi-berharap-lembaga-penjamin-polis-segera-dibentuk.html

Lembaga penjaminan di sektor asuransi seperti Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dianggap perlu dibentuk. Pasalnya, dengan adanya kasus seperti penyelamatan Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maka bukan tak mungkin nasabah asuransi dirugikan.

"Memang wacana Lembaga Penjamin Polis (LPP) yang persis seperti LPS di sektor perbankan sudah sering dibahas dari zaman Bapepam-LK dulu, cuma belum kunjung terealisasi," ujar Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim di Jakarta, Kamis (16/2/2017).

Bahkan sampai sekarang, kata dia, pembicaraan itu masih berlanjut antara Kementerian Keuangan, OJK, LPS, dan DPR. Menurut dia, lembaga ini penting karena cukup positif untuk mendongkrak kepercayaan publik terhadap industri asuransi.

"Jadi harapan kami, industri ini harus punya LPP karena jika ada LPP kepercayaan masyarakat terhadap industri ini akan tinggi," harapnya.

Meski begitu, dia sendiri mengakui kalau pembentukan LPP ini masih terbentur banyak permasalahan karena adanya kompleksitas di sektor asuransi.

"Karena kalau LPS di perbankan itu jelas sifatnya, simpanan berapa dan berapa yang bisa dijamin. Tapi kalau LPP itu, polis dan itu risiko. Jadi, apa yang akan dijamin? Atau termasuk safety-nya yang dijamin, atau bahkan perusahaan asuransinya yang punya cadangan cukup besar, atau masing-masing pemegang polis dijamin. Itu kompleks," imbuh dia.

Menurutnya, kompleksitas industri asuransi ini yang membuat pembahasannya menjadi lama. "Tapi, kabarnya sudah ketemu polanya. Cuma masih tertunda, kemungkinan tak akan tahun ini (pembentukan LPP) dan pembahasan draft RUU untuk membentuk LPP belum sampai ke sana," tandas dia.

Bahkan, menurut dia, jika LPP ini ada bisa jadi yang pertama di dunia karena di negara lain tak ada yang memiliki lembaga layaknya LPP. "Karena dianggapnya penjamin ini apa bedanya dengan reasuransi? Tapi, konsep LPP ini akan persis seperti LPS. Kita harap tahun depan masuk prolegnas," jelas dia.

Tag: Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Hendrisman Rahim Penulis: Fajar Sulaiman

(18)

WARTAEKONOMI

16/02/2017

Klaim Surrender Dominasi Klaim Industri Asuransi Jiwa di 2016

http://wartaekonomi.co.id/read130955/klaim-surrender-dominasi-klaim-industri-asuransi-jiwa-di-2016.html

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat, total klaim dan manfaat asuransi jiwa di penghujung 2016 mengalami kenaikan 32,4%, dari Rp72,57 triliun di akhir tahun 2015 naik menjadi sebesar Rp96,05 triliun.

Ketua Bidang Regulasi dan Best Practices AAJI Maryoso Sumaryono mengatakan klaim nilai tebus (surrender) yang sebesar Rp52,32 triliun memiliki proporsi terbesar di dalam pembayaran klaim dan manfaat, yakni sebesar 54,5% dari total klaim yang dibayarkan.

"Klaim nilai tebus ini meningkat sebesar 49% dibandingkan tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp35,12 triliun," ujarnya saat paparan Kinerja Industri Asuransi Jiwa Kuartal IV-2016 di Rumah AAJI Jakarta, Kamis (16/2/2017).

Selain klaim nilai tebus, klaim penarikan sebagian (partial withdrawal) juga mengalami peningkatan sebesar 7,7% dibandingkan periode yang sama tahun 2015 menjadi Rp13,57 triliun. Sementara itu, klaim kesehatan (medical) turut meningkat sebesar 28,5% menjadi Rp9,29 triliun.

Lebih lanjut, dia mengungkapkan peningkatan tersebut dapat terjadi akibat bertambahnya kebutuhan masyarakat terhadap uang tunai dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun pengalihan dana untuk keperluan lainnya.

"Peningkatan angka ini menggambarkan masyarakat betul-betul merasakan manfaat dan layanan asuransi kesehatan serta menyadarkan kita akan pentingnya perlindungan kesehatan," tutupnya.

(19)

WARTAEKONOMI

16/02/2017

AAJI Harapkan Pembentukan Lembaga Penjamin Polis Terealisasi

http://wartaekonomi.co.id/read130956/aaji-harapkan-pembentukan-lembaga-penjamin-polis-terealisasi.html

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mengharapkan rencana pembentukan Lembaga Penjamin Polis (LPP) bisa segera terealisasi untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan asuransi. "Harapan kita industri ini punya LPP. Dengan adanya LPP, kepercayaan masyarakat terhadap industri ini akan tinggi," kata Ketua Umum AAJI Hendrisman Rahim saat jumpa

pers di Jakarta, Kamis (16/2/2017).

Sesuai amanat Undang-Undang (UU) Nomor 40 Tentang Perasuransian, pendirian LPP paling lambat tiga tahun setelah UU tersebut diundangkan pada Oktober 2014 lalu.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selaku regulator asuransi kini terus berkoordinasi dengan pemerintah untuk membentuk LPP. OJK juga sudah menyerahkan berkas kepada pemerintah sebagai bahan pertimbangan pembentukan LPP tersebut.

Lembaga yang terbentuk nantinya disebutkan akan berbentuk lembaga independen, tidak menyatu dengan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang saat ini menjamin simpanan perbankan. "Belum ada 'best practice' LPP itu, karena dulu orang menganggap apa bedanya (LPP) sama reasuransi. LPP ini nanti akan menjamin persis kayak LPS," ujar Hendrisman.

AAJI sendiri mengklaim tingkat kepercayaan masyarakat terhadap produk asuransi perlahan terus meningkat, yang ditunjukkan dengan bertumbuhnya total tertanggung.

Total tertanggung industri asuransi jiwa di akhir 2016 mencatat pertumbuhan 4,1 persen menjadi 57,23 juta orang dibandingkan tahun sebelumnya 54,96 juta orang.

Peningkatan tersebut didasari oleh pertumbuhan total tertanggung Individu yang meningkat 8,8 persen menjadi 17,69 juta orang dan total tertanggung kumpulan meningkat 2,1 persen atau sebesar 39,53 juta orang.

Berdasarkan catatan selama tiga tahun terakhir (kuartal empat 2014 sampai kuartal empat 2016), jumlah tertanggung mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 3,2 persen.

(20)

"Pertumbuhan total tertanggung ini, menandakan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap produk asuransi dan pemahaman pentingnya berasuransi yang perlahan-lahan terus meningkat," kata Direktur Eksekutif AAJI Togar Pasaribu. Dengan adanya LPP, AAJI berharap masyarakat semakin percaya dengan perusahaan asuransi dan juga mendapatkan kepastian soal polis sebagaimana LPS menjamin simpanan nasabah bank. (Ant)

Tag: Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Asuransi Foto: Fajar Sulaiman

(21)

WARTAEKONOMI

16/02/2017

AAJI Bidik Pertumbuhan Pendapatan Premi 30% di 2017

http://wartaekonomi.co.id/read130943/aaji-bidik-pertumbuhan-pendapatan-premi-30-di-2017.html

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) optimis bisnis asuransi jiwa pada tahun ini akan terus tumbuh seperti tahun-tahun sebelumnya. Dari sisi pendapatan premi, AAJI memasang target pertumbuhan pendapatan premi asuransi jiwa tumbuh sebesar 30-50 persen.

"30-50 persen industri asuransi tumbuh di angka itu. Cuma tahun 2008 yang agak keluar dari pakem itu sehingga kita yakin di 30 persen juga tahun ini," ujar Ketua AAJI Hendrisman Rahim saat paparan Kinerja Asuransi Jiwa Kuartal IV 2016 di Jakarta, Kamis (16/2/2017).

Menurut Hendrisman, ada tiga faktor utama yang akan menopang pertumbuhan premi di tahun ini. Pertama, perusahaan asuransi jiwa akan memperluas penetrasi ke daerah-daerah. "Jadi sekarang perusahaan asuransi jiwa ini membuka kantor cabang di daerah dan daerah ini potensi baru bagi mereka," ucapnya.

Lalu yang kedua, lanjut Hendrisman, pertumbuhan masyarakat kelas menengah atas yang pesat akan menjadi potensi besar bagi industri asuransi untuk mengoleksi premi-premi baru.

"Ketiga, industri asuransi secara bersama-sama masuk ke mikro insurance. Yang ada di daerah banyak itu, nah inilah yang mendorong kenaikan premi walaupun kecil-kecil tapi banyak," tandas Hendrisman.

Pada 2016 AAJI mencatat pertumbuhan premi bisnis baru meningkat 48,3% menjadi Rp104,46 triliun dan premi lanjutan meningkat 7,5% menjadi Rp62,58 triliun dari sebelumnya Rp58,24 triliun. Pertumbuhan premi bisnis baru dan premi lanjutan membuat total pendapatan premi di 2016 meningkat 29,8% menjadi Rp167,04 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2015 sebesar Rp128,66 triliun.

Dengan kondisi itu, pendapatan premi menyumbang 80% total pendapatan industri asuransi jiwa yang pada tahun ini berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp208,92 triliun, naik 57,4% bila dibandingkan tahun 2015.

Tag: Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Hendrisman Rahim Penulis: Fajar Sulaiman

(22)

Suara Pembaruan – 16/02/2017, Hal. 10 Investasi Asuransi di SBN Naik 46%

(23)

Bisnis Indonesia – 17/02/2017, Hal. 21

(24)

Suara Merdeka – 16/02/2017, Hal. 5 Mandiri Inhealth Terapkan CoB

(25)

Investor Daily – 17/02/2017, Hal. 23 OJK Proses Izin Perusahaan Asuransi Baru

(26)

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menun- jukkan bahwa mayoritas mahasiswa memiliki smartphone sebagai penunjang kegiatannya dan smartphone menjadi perangkat yang paling banyak digunakan

pakai, bahan i, bahan, alat, , alat, tekn teknik, dan prose ik, dan prosedur dur pembuatan karya kerajinan yang memiliki pembuatan karya kerajinan yang memiliki

E.coli inaktif yang diperoleh dari spesimen diuji kepekaannya terhadap berbagai antibiotik (golongan β-laktam, aminoglikodida, kuinolon dan golongan antibiotika lainnya).. Hasil

Jika kita ingin membandingkan angka cakupan program vitamin A untuk ibu nifas antara tiga kabupaten: Kabupaten Pandeglang, Cirebon dan Bangkalan berdasarkan hasil survei

Untuk mengetahui waktu terjadinya infeksi cacing hati pada kerbau dilakukan dua kegiatan, yaitu menggunakan hewan pelacak dan pemeriksaan hati terhadap adanya cacing hati muda

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan peternak di 12 peternakan sapi potong di Mabar Medan diketahui umur responden rata-rata 35 – 40 tahun

Hasil pengamatan histopatologi glomerulus ditemukan edema, yang ditandai dengan adanya endapan protein di mesangium hingga ke ruang Bowman, sedangkan pada tubulus berupa

Hasil lainnya adalah pada kelompok dengan indeks syok > 0.8 memiliki rerata denyut jantung yang lebih tinggi dan tekanan darah lebih rendah. Penelitian ini menyarankan