• Tidak ada hasil yang ditemukan

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

48 V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Desa Sukaresmi memiliki luas wilayah sebesar 294,577 ha dengan ketinggian 600-700 m dpl, topografi lahan datar dan bergelombang, dengan jenis tanah latosol dengan tingkat keasaman tanah (pH) berkisar antara 5,5-5,9, tekstur tanah sedang (lempung), curah hujan 3.458 mm/tahun dengan 3 bulan kering dan 9 bulan basah. Pemanfaatan lahan/tanah terbesar di Desa Sukaresmi adalah tanah sawah dengan luas 157,2 ha. Adapun pemanfaatan lahan/tanah Desa Sukaresmi selengkapnya terdapat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pemanfaatan Lahan Desa Cibeureum, Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi Tahun 2009

No. Jenis Lahan Luas Lahan (Ha)

1. Lahan Sawah 157,200

2. Tegalan/ Ladang 97,150

3. Kolam 4,500

4. Lain-lain 35,727

Jumlah Total 294,577

Sumber: Monografi Desa Sukaresmi (2009)

Desa Sukaresmi terbagi dalam empat dusun, dua puluh dua rukun warga (RW) dan lima puluh tujuh rukun tetangga (RT). Jumlah penduduk Desa Sukaresmi sampai bulan Juli 2009 adalah 14.384 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 7.214 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 7.170 jiwa.

Sebagian besar penduduk di Desa Sukaresmi memiliki mata pencaharian sebagai petani baik itu pemilik penggarap, petani penggarap maupun buruh tani. Mata pencaharian masyarakat Desa Sukaresmi ditunjukkan pada Tabel 5.

(2)

49 Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Masyarakat Desa

Sukaresmi, Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi Tahun 2009

No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah orang

1. Pemilik 241 2. Pemilik Penggarap 394 3. Penggarap 860 4. Buruh Tani 1.739 5. Industri 800 6. Pedagang 430 7. Jasa 108 8. Wiraswasta 141 9. PNS/TNI/ Polri 95 10. Lain – lain 3.915 Jumlah 8.723

Sumber: Monografi Desa Sukaresmi (2009)

5.2. Gambaran LKMA-S Subur Rejeki

5.2.1. Sejarah Berdirinya LKMA-S Subur Rejeki

Lahirnya LKMA-S Subur Rejeki dilatarbelakangi oleh dana PUAP yang diterima Gapoktan Subur Rejeki. Dalam Petunjuk Teknis (Juknis) BLM-PUAP dijelaskan mengenai Gapoktan dapat dilengkapi dengan unit usaha otonom yang berkoordinasi dengan Bendahara Gapoktan dalam mengelola dana PUAP. Gapoktan dapat membentuk unit usaha otonom yang meliputi unit simpan pinjam, unit usaha saprodi, unit usaha pengolahan dan pemasaran. Pembentukan unit usaha otonom disepakati dalam rapat anggota Gapoktan. Unit usaha otonom ini kemudian didampingi oleh Penyelia Mitra tani (PMT). Unit usaha otonom tersebut diharapkan dapat menjadi roda penggerak dalam mewujudkan kemandirian dari petani setempat. Petani di Desa Sukaresmi tergabung dalam Gapoktan Subur Rejeki dan pengelolaan dana BLM-PUAP secara khusus dijalankan oleh LKMA-S Subur Rejeki.

Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Syariah Subur Rejeki (LKMA-S Subur Rejeki) lahir pada tanggal 28 Agustus 2008 yang merupakan hasil dari rapat internal Gapoktan Subur Rejeki. Dari hasil rapat tersebut kemudian dipilih Dede Sulaeman sebagai manajer dan Dede Hermawan sebagai akuntan. Pemilihan pola pembiayaan syariah yang digunakan dalam pengelolaan dana PUAP didasari beberapa hal yaitu, rekomendasi dari pihak Penyelia Mitra Tani (PMT), kejenuhan

(3)

50 dengan pola pembiayaan yang biasa diterapkan yang berujung kepada ketidakberhasilan, dan keyakinan akan pola yang berlandaskan Islam akan membawa keberkahan.

LKMA-S Subur Rejeki mulai beroperasi sejak tanggal 7 Januari 2009. Selang waktu kurang lebih empat bulan sejak lahirnya LKMA-S Subur Rejeki sampai dengan mulai beroperasi, digunakan untuk pemantapan prosedur yang akan dijalankan oleh LKMA-S Subur Rejeki, sosialisasi PUAP yang dikelola oleh pihak LKMA-S Subur Rejeki dengan pengelolaan berbasis syariah, pendekatan terhadap aparat-aparat desa, dan menentukan letak kantor yang letaknya strategis (mudah diakses). Manajemen pembiayaan yang diijalankan oleh LKMA-S Subur Rejeki mengikuti Standar Operational Procedure Baitul Mal wa Tamwil (SOP BMT).

5.2.2. Visi, Misi, Motto, dan Budaya LKMA-S

LKMA-S Subur Rejeki memiliki visi, misi, motto dan budaya kerja tersendiri untuk menggambarkan kinerja usahanya, yaitu:

Visi:

Menjadi lembaga keuangan yang berdiri di atas dan untuk semua golongan, mandiri, sehat, amanah dan professional yang berlandaskan keikhlasan dalam melayani anggota dan masyarakat menuju kehidupan yang adil, makmur, sejahtera baik material maupun spiritual.

Misi:

Membebaskan masyarakat dari riba yang lahir dari ekonomi kapitalis yang telah lama membelenggu masyarakat.

Memberdayakan anggota dan masyarakat dalam berbagai kegiatan ekonomi di sektor riil sehingga tercipta tatanan ekonomi yang kuat.

Menciptakan masyarakat madani yang beradab, adil, makmur, maju, berlandaskan kepada etika bisnis yang berlaku di NKRI, Al-Quran, dan As-Sunnah dengan mengharapkan ridho Allah.

Budaya LKMA-S:

(4)

51 5.2.3. Struktur Organisasi LKMA-S Subur Rejeki

Sejak awal pembentukkannya, LKMA-S Subur Rejeki telah memiliki struktur organisasi yang jelas. Akan tetapi, dalam pelaksanaanya terjadi pekerjaan ganda yang dijalankan oleh masing-masing pengelola LKMA-S Subur Rejeki. Hal ini dikarenakan kurangnya sumberdaya manusia yang tersedia. Adapun struktur organisasi LKMA-S Subur Rejeki adalah sebagai berikut:

- Pelindung dan Penasehat:

Kepala BP4K Kabupaten Sukabumi Camat Kecamatan Cisaat

Kepala BP3K Kecamatan Cisaat Kepala Desa Sukaresmi

- Pengawas

PMT Kabupaten Sukabumi : Lely Gunawan Tokoh Masyarakat : Suryanto

: Asep Solehudin : Yaya Sukarya S.P - Pembina

Penyuluh Pendamping : Badri - Pengurus

Ketua : Aliyudin

Sekretaris : Ade Abdurahman

Bendahara : Supriadi

- Pengelola

Manajer : Dede Sulaeman

Pembukuan/Akuntan : Dede Hermawan

Teller : Sifa Fauziah

Pembiayaan/perkreditan : Supriadi

Marketing/Pemasaran : Ade Abdurahman : Badri

Kolektor : Dede Sulaeman

(5)

52 Dari masa awal LKMA-S beroperasi sampai dengan sebelas bulan berjalan, peranan dari seluruh pihak pengelola sesuai dengan dengan kedudukan masing-masing seperti yang tercantum dalam struktur organisasi. Adapun tugas dari masing-masing bagian pengelola LKMA-S adalah sebagai berikut:

1) Manajer

Tugas utamanya adalah memimpin operasional LKMA-S, mengarahkan kegiatan yang dilakukan oleh pihak pengelola LKMA-S, membuat laporan secara periodik kepada pengurus, serta membina usaha anggota LKMA-SS. Manajer juga memiliki kewenangan dalam memutuskan pihak mana yang akan diberikan pembiayaan berdasarkan rapat yang dilakukan sebelumnya dengan pihak pengelola lainnya.

2) Pembukuan/ Akuntan

Tugas utamanya adalah melakukan administrasi data nasabah, melakukan proses pencairan pembiayaan dan membukukan angsuran pembiayaan nasabah guna menjamin data dan angsuran yang teradministrasi secara lengkap dan akurat.

3) Teller

Tugasnya adalah memberikan pelayanan bagi nasabah LKMA-S baik itu berupa penghimpunan dana (tabungan) maupun pembayaran angsuran pembiayaan.

4) Pembiayaan/ perkreditan

Tugasnya adalah memberikan pengawasan dalam pembiayaan yang akan diberikan kepada petani nasabah. Kedudukan ini diisi oleh bendahara Gapoktan sehingga dalam pengelolaan dana PUAP dapat diawasi secara langsung.

5) Marketing/ Pemasaran

Pada beberapa bulan di awal LKMA-S beroperasi, pihak marketing/pemasaran bertugas dalam melakukan sosialiasi mengenai keberadaaan LKMA-S sebagai lembaga keuangan di bawah Gapoktan Subur Rejeki yang dapat membantu petani dalam mengakses modal. Setelah tahapan sosialisasi, pihak yang berada pada posisi ini bertugas dalam

(6)

53 memberikan pembinaan kepada petani seperti penyuluhan mengenai usahatani yang tepat guna.

6) Kolektor

Tugas utamanya adalah melakukan penagihan kepada petani nasabah, terutama kepada petani yang menunggak dalam membayar angsuran.

Pihak yang banyak terjun langsung dalam pengelolaan dana PUAP dalam keseharian adalah Dede Sulaeman selaku manajer dan Dede Hermawan selaku pembukuan, dimana kedua orang tersebut merangkap sebagai kolektor. Kedua orang tersebut lebih banyak berinteraksi dengan petani mulai dari pembuatan akad, pencairan dana, hingga pengembalian dana pembiayaan. Adapun pihak yang terlibat aktif dalam melakukan survey dan pembinaan di lapangan adalah Ade Abdurahman dan Badri. Posisi teller tidak lagi diisi sejak beberapa bulan terakhir di tahun 2009 dikarenakan pihak yang bersangkutan mengajukan cuti hamil, sehingga pada akhirnya posisi teller diisi oleh Dede Hermawan. Akan tetapi sejak awal tahun 2010, ghirah (semangat) dalam membina petani dirasakan semakin menurun yang ditunjukkan dengan pembinaan pertanian ke setiap kelompok tani tidak lagi rutin dilaksanakan. Hal ini dikarenakan biaya operasional untuk melakukan pembinaan tidak mendapat anggaran dari dana PUAP. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden, sebagian besar petani responden memberikan apresiasi positif terhadap kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh pihak LKMA-S dan Gapoktan.

5.2.4. Produk – Produk LKMA-S Subur Rejeki

LKMA-S Subur Rejeki yang pengelolaanya berbasis syariah Islam menawarkan beberapa produk yang terdiri dari dua kategori yaitu produk penghimpunan dan produk penyaluran dana. Produk penghimpunan dana menggunakan akad wadiah amanah berupa titipan nasabah kepada LKMA-S. LKMA-S sebagai penerima amanah tidak diberi wewenang untuk mengelola uang dari nasabah tersebut. Adapun jenis tabungan yang ditawarkan oleh LKMA-S adalah Simpanan Anggota Gapoktan (SIAGA), Simpanan Pelajar dan Santri (SIPASTI), Simpanan Qurban dan Aqiqah (SIQOH), dan Simpanan Walimah

(7)

54 (SIWAL). Selama kurang lebih satu tahun LKMA-S beroperasi, jenis tabungan yang digunakan adalah SIAGA, SIPASTI, dam SIQOH.

Produk penyaluran dana PUAP kepada petani nasabah oleh LKMA-S keseluruhan masih menggunakan akad murabahah. Hal yang menyebabkan jenis akad yang lain (musyarakah, mudharabah, dsb) belum digunakan adalah jumlah dana PUAP yang tidak akan mencukupi kebutuhan petani dalam jumlah banyak. Selain itu, LKMA-S tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk mengambil risiko yang besar apabila menggunakan akad dengan prinsip bagi hasil.

Selain dari produk penghimpunan dana dan penyaluran dana PUAP kepada petani, di LKMA-S tersedia produk qardhul hasan. Qardhul hasan yang merupakan kata lain dari pinjaman kebaikan diberikan kepada warga Desa Sukaresmi yang membutuhkan seperti untuk biaya pengobatan. Uang yang dipinjamkan merupakan laba dari pengelolaan dana PUAP. Hal ini dipandang oleh pihak LKMA-S sebagai kegiatan non laba atau sosial. Tujuan dari LKMA-S adalah memberikan manfaat bagi masyarakat Desa Sukaresmi. Jumlah uang yang dikembalikan adalah sama dengan jumlah yang dipinjam. Jangka waktu pengembalian tidak ditentukan yaitu sejauh mana peminjam memiliki kemampuan dalam mengembalikan pinjaman ataupun dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. Pembayarannya bisa dilakukan secara angsuran maupun tunai.

5.2.5. Mekanisme Operasi dan Prosedur Penyaluran Pembiayaan

LKMA-S telah menetapkan sejumlah persyaratan dan prosedur yang harus dilalui oleh petani nasabah yang mengajukan pembiayaan. Adapun mekanisme operasi dan prosedur pembiayaan di LKMA-S terdiri dari beberapa tahap yaitu mulai dari tahap pengajuan pembiayaan, tahap pencairan pembiayaan, tahap pembinaan dan pengawasan, serta tahap pengembalian pembiayaan.

Pada tahap pengajuan pembiayaan, petani nasabah diharuskan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan yaitu petani anggota harus telah menjadi anggota LKMA-S minimal 2 bulan atau merupakan anggota Gapoktan, memiliki/melunasi simpanan pokok dan wajib sampai bulan atau waktu meminjam, memiliki simpanan kurang lebih 30 persen dari pembiayaan, mengisi lampiran-lampiran permohonan pembiayaan, menyertakan foto kopi KTP

(8)

55 (Suami/istri) dan kartu keluarga, persetujuan suami atau istri bagi yang sudah berkeluarga, atau orang tua bagi yang belum menikah (usia di atas 17 tahun), rekomendasi dari ketua tim pengarah desa, penyuluh pendamping, Gapoktan, serta bersedia untuk disurvey.

Setelah mengisi lampiran permohonan pembiayaan, petani yang bersangkutan kemudian disurvey beberapa hari setelah petani nasabah menyerahkan lampiran permohonan pembiayaan. Survey ini tidak dilakukan untuk setiap pengajuan. Hal ini dikarenakan kurangnya SDM yang tersedia.

Tahapan pencairan ada yang dilakukan di kantor dan ada juga yang dilakukan di rumah pengelola. Hal ini juga menjadi alasan, banyak yang tidak mengetahui bahwa pembiayaan yang diterima oleh petani berasal dari LKMA-S dimana uang yang dikelola oleh LKMA-S adalah dana BLM-PUAP. Pada saat pencairan pembiayaan dilakukan akad dengan penandatangan perjanjian yang telah bermaterai. Oleh karena itu, petani nasabah dibebankan sejumlah biaya administrasi untuk mengganti biaya fotokopi dan materai. Kebijakan mengenai besarnya biaya administrasi yang dibebankan adalah sebesar 1 persen dari jumlah pembiayaan yang diberikan. Akan tetapi, hal ini tidak menjadi ketetapan baku. Banyak dari petani nasabah yang tidak dibebankan biaya administrasi. Pada umumnya petani yang tidak dibebankan biaya administrasi adalah petani yang menerima pembiayaan dalam jumlah sedikit.

Tahapan pembinaan dan pengawasan yang dijalankan oleh LKMA-S berjalan aktif kurang lebih sampai dengan sebelas bulan dari awal beroperasi. Beberapa bulan terakhir tidak lagi berjalan dikarenakan adanya kekecewaan pihak LKMA-S terhadap dinas setempat. Adapun bentuk pembinaan yang pernah dilakukan adalah pelatihan mengenai teknik budidaya tepat guna yang dijalankan dengan bantuan dari pihak Gapoktan. Pembinaan ini dijalankan setiap satu bulan sekali. Adapun kelompok tani yang telah mengikuti pembinaan yang diberikan oleh LKMA-S dan Gapoktan adalah kelompok tani Subur Rejeki II dan Barokah. Peningkatan kinerja Gapoktan dalam membina petani seperti inilah yang perlu ditingkatkan sebagai bentuk perwujudan tujuan PUAP yaitu memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis.

(9)

56 Pengawasan dilakukan dengan cara silaturahmi setiap hari ke petani. Hal ini LKMA-S pelajari dari perilaku bank keliling yang mengunjungi petani yang meminjam setiap hari dan menyebabkan petani tersebut selalu tepat waktu membayar kepada bank keliling. Oleh karena itu, LKMA-S mencoba untuk melakukan kunjungan dalam bentuk silaturahmi setiap hari dan melakukan penagihan uang tabungan kepada petani. Akan tetapi, rutinitas seperti ini tidak lagi berjalan beberapa bulan ke belakang dikarenakan adanya kejenuhan di pihak pengelola LKMA-S.

Adapun tahapan pengembalian pembiayaan adalah petani membayar angsuran setiap bulannya, pada akhir musim tanam (panen) atau tergantung dengan kesepakatan. LKMA-S melakukan sosialisasi kepada petani untuk menabung dengan jumlah yang tidak dibatasi sehingga apabila pada waktu pembayaran tidak dapat membayar, maka uang angsuran dapat diambil dari uang tabungan. Hal ini dimaksudkan agar petani tidak terlalu terbebani. Metode seperti ini dinilai cukup berhasil pada beberapa bulan awal beroperasi. Akan tetapi, masih dilatarbelakangi hal yang sama yaitu kejenuhan pengelola LKMA-S, penagihan uang tabungan tidak lagi rutin dijalankan.

Dalam memberikan pembiayaan LKMA-S Subur Rejeki memiliki beberapa pertimbangan. Penerapan prinsip pembiayaan 5C yang diutamakan oleh pihak LKMA-S adalah character. Menurut LKMA-S, dengan mengetahui karakter seseorang yang merupakan keadaan watak petani nasabah baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha, dapat diperkirakan apakah orang tersebut merupakan orang yang jujur dan amanah atau tidak. Maka dari itu, dalam menentukan petani nasabah tersebut diberikan pembiayaan atau tidak ditanyakan terlebih dahulu karakter petani nasabah tersebut kepada ketua kelompok tani. Apabila ketua kelompok tani memberikan rekomendasi terhadap petani tersebut dijadikan sebagai pertimbangan bagi pihak pengelola dalam menentukan petani tersebut diberikan pembiayaan atau tidak. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Rivai dan Veithzal (2008) mengenai prinsip pembiayaan yang perlu mendapatkan perhatian dari Account Officer dalam memberikan pembiayaan adalah character, dan apabila prinsip ini tidak

(10)

57 terpenuhi, maka prinsip lainnya tidak berarti atau dengan kata lain permohonannya harus ditolak.

5.3. Karakteristik Petani Responden

Deskripsi karakteristik petani responden dilihat dari beberapa kriteria. Kriteria yang digunakan antara lain status usahatani, usia petani, tingkat pendidikan, status kepemilikan lahan dan pengalaman berusahatani.

5.3.1. Status Usahatani Padi Petani Responden

Berdasarkan hasil penelusuran secara langsung di Gapoktan Subur Rejeki atau desa wilayah penelitian, status usahatani petani responden adalah beragam mulai dari pemilik penggarap, pemilik sekaligus penyewa, penerima gadai, penyewa, dan penyewa sekaligus penerima gadai. Tanggapan petani responden terhadap pekerjaan usahatani padi yang dilakukan juga beragam, ada yang menjadikan pekerjaan utama dan ada yang menjadikan sebagai pekerjaan sampingan. Petani yang menjadikan pekerjaan sampingan adalah petani yang memiliki pekerjaan utama di luar usahatani seperti supir, tukang ojeg, buruh tani, dan pedagang.Hal lain yang perlu diketahui adalah selain kegiatan usahatani padi sebagai pekerjaan utama mereka juga memiliki pekerjaan sampingan seperti berkebun, buruh bangunan, buruh mesin, guru madrasah, pedagang, tengkulak, supir, dan lain-lain. Karakteristik usahatani padi petani responden penerima PUAP dan petani responden non penerima PUAP ditunjukkan pada Tabel 6.

Pada Tabel 6 ditunjukkan jumlah petani responden non penerima PUAP lebih banyak menjadikan usahatani padi sebagai mata pencahariaan utamanya. Tabel di atas menunjukkan bahwa status usahatani padi baik responden penerima PUAP maupun responden non PUAP didominasi oleh penyewa.

(11)

58 Tabel 6. Karakteristik Petani Responden Penerima dan Petani Responden

Non Penerima BLM-PUAP Berdasarkan Status Mata Pencaharian Usahatani Padi Tahun 2009

Status Usahatani Padi

Penerima PUAP Non Penerima PUAP

Pekerjaan Utama (%) Pekerjaan Sampingan (%) Pekerjaan Utama (%) Pekerjaan Sampingan (%) Pemilik Penggarap 7,69 - 13,33 3,85 Pemilik sekaligus penyewa 3,85 - 6,67 - Penerima Gadai - 3,85 0,00 0,00 Penyewa 61,54 15,38 63,33 11,54 Penyewa sekaligus Penerima gadai 3,85 - - - Penyakap - 3,85 3,33 - Total 76,92 23,08 86,67 15,38

5.3.2. Usia Petani Responden

Petani yang menjadi responden berusia antara 30-72 tahun. Berdasarkan kriteria usia, petani responden peneriam BLM-PUAP yang berusahatani padi dibagi menjadi tiga kelompok angkatan kerja, yaitu kelompok usia 30 sampai 40 tahun, kemudian dari umur 41 tahun sampai 50 tahun dan lebih dari 51 tahun sampai. Sebaran petani responden dari masing-masing kelompok usia dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Sebaran Petani Responden Penerima dan Petani Responden Non Penerima BLM-PUAP Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009

Golongan Umur (Tahun)

Penerima PUAP Non Penerima PUAP

Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) 30-40 7 26,92 5 16,67 41-50 10 38,46 8 26,67 > 51 9 34,62 17 56,67 Total 26 100 30 100

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah petani responden penerima PUAP terbesar pada kelompok umur 41-50 tahun yaitu sebanyak 10 orang (38,46 persen). Kelompok umur petani yang lebih dari 51 tahun sebanyak 34,62 persen atau 9 orang dari jumlah keseluruhan petani responden penerima PUAP dan sisanya sebesar 26,92 persen merupakan petani yang termasuk ke dalam kelompok umur 30-40 tahun. Adapun jumlah petani responden non penerima

(12)

59 PUAP terbesar pada kelompok umur lebih dari 51 tahun yaitu sebesar 56,67 persen atau sebanyak 17 orang. Terbanyak kedua dan ketiga adalah kelompok umur 41-50 tahun dan 30-40 tahun. Dari sebaran petani responden berdasarkan kelompok umur dapat dilihat bahwa faktor usia tidak membatasi para petani untuk melakukan kegiatan usahatani. Hal ini terbukti dari jumlah responden yang berusia lanjut dan tergolong bukan usia produktif tetapi masih mampu melakukan aktivitas usahatani.

5.3.3. Tingkat Pendidikan Petani Responden

Tingkat pendidikan rendah merupakan salah satu hal yang masih melekat pada karakteristik petani pada umunya. Tingkat pendidikan dari sebagian besar petani responden adalah sekolah dasar. Gambaran tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Sebaran Responden Petani Responden Penerima dan Petani Responden Non Penerima BLM-PUAP Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2009 Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Presentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) SD 16 61,54 26 86,67 SLTP 5 19,23 3 10 SLTA 5 19,23 1 3,33 Total 26 100 30 100

Berdasarkan Tabel 8 dapat dijelaskan bahwa lebih dari sebagian jumlah petani responden penerima PUAP yaitu 61,54 persen memiliki tingkat pendidikan sampai dengan Sekolah Dasar (SD). Jumlah petani responden yang memiliki tingkat pendidikan sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebesar 19,23 persen, dan jumlah petani responden yang memiliki tingkat pendidikan sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas sebesar 19,23 persen.

Sebaran petani responden non penerima PUAP berdasarkan tingkat pendidikan didominasi dengan petani yang memiliki tingkat pendidikan sampai dengan SD yaitu sebesar 86,67 persen. Jumlah petani responden yang memiliki tingkat pendidikan sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebesar 10 persen, dan jumlah petani responden yang memiliki tingkat pendidikan sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas sebesar 3,33 persen.

(13)

60 Banyaknya petani responden yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah memiliki alasan yang beragam, seperti sejak kecil petani responden diminta oleh orang tuanya untuk membantu bekerja di sawah, sulitnya bersekolah waktu itu dimana penjajah masih menguasai Indonesia, serta ketidakmampuan dari aspek keuangan keluarga untuk membiayai anggota keluarganya bersekolah. Adapun keterampilan berusahatani dari sebagian besar petani responden didapatkan dari orang tua mereka.

5.3.4. Status Kepemilikan Lahan dan Luas Lahan

Lahan sawah yang dimiliki oleh petani responden sebagian besar merupakan lahan milik orang lain yang kemudian digarap oleh petani responden dengan sistem sewa. Lahan garapan petani responden sebagian besar merupakan lahan sawah milik orang di luar Desa Sukaresmi seperti orang Jakarta. Adapun sisanya merupakan lahan milik keluarga dan penduduk setempat. Status kepemilikan lahan dan luas lahan garapan petani selengkapnya dapat dilihat pada Tabel9.

Tabel 9. Sebaran Petani Responden Penerima dan Petani Responden Non Penerima BLM-PUAP Berdasarkan Kriteria Status Kepemilikan Lahan dan Luas Lahan Garapan Tahun 2009

Berdasarkan Status Kepemilikan

Penerima PUAP Non Penerima PUAP

Status Kepemilikan Jumlah Responden (%) Jumlah Responden (%)

Pemilik penggarap 7,69 16,67

Pemilik sekaligus penyewa 3,85 6,67

Penyewa 76,92 73,33

Penerima gadai 3,85 -

Penyewa sekaligus penerima

gadai 3,85 -

Penyakap/bagi hasil 3,85 3,33

Total 100 100

Berdasarkan Luas Lahan

Luas Lahan (ha) Jumlah Responden (%) Jumlah Responden (%)

< 0,5 80,77 73,33

0,5 – 1 19,23 20,00

>1 - 6,67

Total 100 100

Tabel 9 menunjukkan hampir seluruh petani responden yaitu sebesar 76,92 persen dari responden penerima PUAP dan 73,33 persen dari responden non

(14)

61 penerima PUAP merupakan petani dengan status kepemilikan sebagai petani penyewa. Status kepemilikan lahan garapan petani responden penerima PUAP dan petani responden non penerima PUAP sebagai pemilik penggarap secara berturut-turut yaitu sebesar 7,69 persen dan 16,67 persen. Status kepemilikan lahan garapan petani responden penerima PUAP dan petani responden non penerima PUAP sebagai pemilik sekaligus penyewa secara berturut-turut yaitu sebesar 3,85 persen dan 6,67 persen. Status kepemilikan lahan garapan petani responden penerima PUAP dan petani responden non penerima PUAP sebagai penyakap/bagi hasil secara berturut-turut yaitu sebesar 3,85 persen dan 3,33 persen. Masing-masing 3,85 persen dari jumlah keseluruhan petani responden penerima PUAP merupakan penerima gadai dan penyewa sekaligus penerima gadai.

Dengan status kepemilikan lahan petani sebagai penyewa, mengharuskan petani membayar biaya sewa yang telah ditetapkan oleh pemilik lahan dalam satuan berat hasil produksi yang dibayarkan setelah panen baik dalam bentuk uang hasil penjualan panen maupun dalam bentuk hasil produksi. Tingginya biaya sewa lahan di Desa Sukaresmi seringkali dikeluhkan oleh petani, dikarenakan biaya sewa yang bersifat tetap tanpa mempertimbangkan hasil panen tinggi atau rendah. 5.3.5. Pengalaman Berusahatani Petani Responden

Pengalaman berusahatani yang dimiliki oleh petani responden dapat mempengaruhi terhadap kemampuan petani dalam mengetahui dan menguasai teknik budidaya dalam kegiatan usahatani yang dijalankan. Akan tetapi, tetap diperlukan pendampingan usaha berupa pembinaan, pelatihan dan konsultasi pada petugas penyuluh lapangan untuk membantu petani menjalankan kegiatan usahataninya serta dapat membantu mengatasi permasalahan di lapangan apabila petani tidak mampu mengatasi sendiri. Pengalaman berusahatani petani responden selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 menunjukkan bahwa sebesar 26,92 persen dari keseluruhan petani responden penerima PUAP memiliki pengalaman berusahatani kurang dari sepuluh tahun. Sebesar 23,08 persen dari keseluruhan petani responden memiliki pengalaman berusahatani antara sepuluh sampai dengan dua puluh tahun. Sebesar 26,92 persen dari keseluruhan petani responden memiliki pengalaman

(15)

62 berusahatani antara dua puluh sampai dengan tiga puluh tahun. Sisanya sebesar 23,08 persen petani responden memiliki pengalaman berusahatani lebih dari tiga puluh tahun. Adapun sebaran petani responden non penerima PUAP berdasarkan pengalaman usahatani yang terbesar adalah petani dengan pengalaman usahatani 10-20 tahun. Sebesar 23,33 persen merupakan petani dengan pengalaman usahatani lebih dari 30 tahun, sebesar 20 persen dari petani responden non penerima PUAP merupakan petani dengan pengalaman usahatani kurang dari 10 tahun, dan sisanya sebesar 16,67 persen merupakan petani dengan pengalaman usatani 21-30 tahun.

Tabel 10. Sebaran Petani Responden Penerima dan Petani Responden Non Penerima BLM-PUAP Berdasarkan Kriteria Pengalaman Berusahatani Tahun 2009

Lama Pengalaman Bertani (Tahun)

Penerima PUAP Non Penerima PUAP

Jumlah Responden (%) Jumlah Responden (%)

< 10 26,92 20,00

10-20 23,08 40,00

21-30 26,92 16,67

>30 23,08 23,33

Total 100 100

5.4. Gambaran Usahatani Padi Desa Sukaresmi

Kegiatan usahatani yang dijalankan oleh petani padi di Desa Sukaresmi pada umumnya masih menggunakan metode konvensional. Tahapan dalam usahatani yang dijalankan oleh petani responden penerima PUAP dan petani responden non penerima PUAP pada umumnya sama. Akan tetapi ada beberapa tahapan yang tidak dijalankan oleh petani dikarenakan beberapa alasan seperti ketidaktersediaan modal dan waktu. Budidaya padi di Desa Sukaresmi meliputi pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, dan pemanenan.

5.4.1. Pembibitan

Varietas benih padi yang umum digunakan oleh petani Desa Sukaresmi adalah benih padi ciherang. Perlakuan benih sebelum disebar di tempat persemaian adalah perendaman benih yang dilakukan untuk merangsang perkecambahan, sehingga diperoleh benih yang siap disebar dan tumbuh secara optimal di lahan persemaian. Benih dimasukkan ke dalam karung, kemudian

(16)

63 direndam selama 48 jam, setelah itu diperam kembali di darat yaitu di tempat yang lembab dan terlindung dari sinar matahari selama 48 jam.

Benih yang telah diperam tersebut kemudian disebar di lahan persemaian, baik itu di darat maupun di air (sawah). Lama waktu persemaian di darat dan di air memiliki perbedaan yaitu, lama waktu persemaian benih padi di air lebih lama dibandingkan dengan lama waktu persemaian di darat. Lama waktu persemaian benih di air sekitar 20-25 hari, sedangkan di darat sekitar 17-22 hari.

5.4.2. Pengolahan tanah

Pengolahan tanah yang dilakukan petani responden bertujuan untuk menciptakan struktur tanah yang medukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman, selain itu untuk menstabilkan kondisi tanah yakni memperbaiki sifat fisik tanah dan memperbaiki pengairan sehingga diharapkan hasil yang diperoleh akan maksimal. Proses pengolahan tanah biasanya dilakukan antara 25-30 hari sebelum masa tanam, yaitu sambil menunggu benih yang disemai. Kegiatan pengolahan tanah meliputi (1) penguatan dan perbaikan pematang (numpang galengan), (2) pengolahan tanah (ngagaru), (3) perataan tanah (ngangler) dan pembersihan di sekitar pematang (nyacaran), dan (5) pembuatan garis tanaman (ngagarok).

5.4.3. Penanaman

Penanaman bibit yang dilakukan oleh petani responden pada umunya masih secara konvensional dimana jarak tanam antar bibit relatif dekat. Selain itu jumlah bibit per rumpun yang ditanam masih banyak yaitu berkisar 3-5 bibit per rumpun. Hal ini dilakukan karena adanya kekhawatiran merebaknya keong mas sehingga apabila bibit yang ditanam sedikit akan habis dimakan keong.

5.4.4. Pemupukan

Pemupukan pada umumnya dilakukan 2 kali untuk setiap musim tanam yaitu sekitar 7-14 hari penanaman dan 40-50 hari setelah penanaman. Akan tetapi tidak jarang, dari petani responden yang menuturkan bahwa pemupukan pertama kali dilakukan setelah satu bulan penanaman. Hal tersebut disebabkan ketidaktersediaan uang untuk membeli pupuk.

(17)

64 Pupuk yang digunakan petani responden sebagian besar merupakan pupuk anorganik, yaitu pupuk urea, TSP, KCl, phonska, NPK kujang. Hanya beberapa orang petani saja yang menggunakan pupuk kandang. Sebagian dari petani menuturkan alasan mengapa tidak menggunakan pupuk kandang sebagai pupuk dasar adalah dengan penggunaan pupuk kandang maka akan menambah biaya sedangkan hasil panen yang diperoleh tidak akan jauh berbeda.

5.4.5. Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dimaksud adalah penyulaman dan penyiangan. Penyiangan dan penyulaman bertujuan untuk mencabut gulma yang dapat mengganggu pertumpuhan padi, menghindari serangan hama/penyakit, membuang tanaman padi yang dapat menyiangi penyerapan unsur hara, dan menggemburkan tanah di sekitar tanaman. Penyiangan (ngarambet) pada umumnya dilakukan dua kali, akan tetapi sejak pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan mesin traktor, penyiangan hanya dilakukan satu kali. Adapun ketika tidak ada rumput di sekitar tanaman yang harus disiangi, maka upaya yang dilakukan untuk menggemburkan tanah di sekitar padi dilakukan dengan cara petani mengacak-ngacak tanah (ngacak) atau jalan di sekitar padi dengan menjejalkan sisa rumput ke dalam tanah (ngaluluh).

Penyiangan dan penyulaman pada umumnya dilakukan oleh tenaga kerja wanita. Akan tetapi, apabila dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga, penyiangan dan penyulaman juga dilakukan oleh pria.

5.4.6. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Aktivitas pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan penyemprotan yang dilakukan petani responden disesuaikan dengan kondisi hama yang menyerang lahan pertanian. Obat cair yang umum digunakan oleh petani responden adalah hopcin, hamador, matador, rusban dan reagon. Selain itu juga biasanya digunakan obat padat yaitu furadan untuk memberantas hama pengganggu padi. Frekuensi penyemprotan disesuaikan dengan tingkat kerusakan yang dialami tanaman padi. Adapun penggunaan obat padat dilakukan dengan mencampurkan obat padat dengan pupuk. Penggunaan obat padat ini biasanya dilakukan pada pemupukan pertama.

(18)

65 Aktivitas pengendalian hama tikus dilakukan dengan cara membersihkan rumput sekitar pematang, dan tanaman padi ataupun tempat yang memungkinkan tikus bersembunyi. Istilah yang digunakan oleh petani setempat adalah nyacaran. Aktivitas nyacaran biasanya dilakukan setelah pemupukan yang kedua kali yaitu ketika padi berumur sekitar 1,5 bulan sampai dengan 2 bulan.

5.4.7. Pemanenan

Tahapan panen dilakukan ketika padi sudah berumur sekitar 100-120 hari. Pada umumnya pemanenan dilakukan oleh buruh tani yang dilakukan secara berkelompok (join) ataupun secara bergerombol (gacong). Pemanenan secara join biasanya dilakukan oleh buruh tani pria, sedangkan pemanenan secara bergerombol dilakukan oleh wanita.

Hasil panen dalam bentuk gabah basah (GB) kemudian ditimbang, setelah itu 10 persen dari hasil panen tersebut diberikan pada buruh yang melakukan pemanenan. Upah untuk buruh panen ada yang dalam bentuk GB maupun uang tunai, namun pada umumnya adalah GB.

Gambar

Tabel 7.  Sebaran Petani Responden Penerima dan Petani Responden  Non Penerima BLM-PUAP Berdasarkan Kelompok Umur  Tahun 2009
Tabel 10.  Sebaran Petani Responden Penerima dan Petani Responden  Non Penerima BLM-PUAP Berdasarkan Kriteria Pengalaman  Berusahatani Tahun 2009

Referensi

Dokumen terkait

Kelainan sistem saraf terkait AIDS mungkin secara langsung disebabkan oleh HIV, oleh kanker dan infeksi oportunistik tertentu (penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur dan

Dengan demikian maka, Learning Organization (Organisasi Pembelajaran) dan Iklim Kerja merupakan alat untuk meningkatkan kompetensi para kepala sekolah dalam mewujudkan

terkejut lagi ketika beberapa bulan setelah kejadian tersebut ada beberapa orang yang datang ke pasar simo untuk menawarkan penukaran uang logam tersebut dengan harga seratus

Penilaian Risiko: adalah upaya identifikasi dari risiko yang terjadi atau berpotensi terjadi dalam pelayanan di puskesmas dengan mempertimbangkan klasifikasi

Upaya penyelesaian dalam perjanjian kerjasama jika terjadi sengketa dari penelitian yang telah dilakukan menerangkan bahwa dalam pasal 18 pada perjanjian tersebut telah diatur

- Pelatihan khusus proyek, yang diberikan pada saat awal proyek dan di tengah periode pelaksanaan proyek sebagai penyegaran, dengan peserta seluruh petugas yang

Pada proses pencampuran partikel keramik ke dalam matrik cair, partikel keramik SiC biasanya tidak terbasahi permukaannya oleh matrik cair atau wettability yang kurang, dan

Dengan menggunakan program komputer kita juga dapat menentukan banyaknya faktor umum berdasarkan pada banyaknya nilai eigen dari matriks korelasi R atau dari matriks varians