42
STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI OLAHAN MAKANAN RUMPUT LAUT
(Studi Kasus: Industri Rumah Tangga Narasa di Palu Utara)
M. Jauhar Musthofa
nicijo_jauhar@yahoo.co.id
(Mahasiswa Program Studi Magister Agribisnis Pascasarjana Universitas Tadulako)
Abstract
The objective of this research was to identify the internal factors (the strength and weakness), the external one (opportunity and threat) and to state the alternative of development strategy for Narasa Home Industry. It was carried out in Narasa home industry of North Palu. The sampling was done purposively. Environment analysis, SWOT, and QSPM is used to analyze the development strategy decision. The analysis referred to the EFE matrix and IFE producing the biggest power, namely the good quality of material, the biggest weakness is uninteresting product package; the biggest opportunity is the support of Palu Government while the biggest threat is the increasing of raw materials and additional material prices. The result of industrial position determination and the SWOT analysis were S-O strategy to increase the quality, defend the products price, promote and penetrate market with target of middle class of society. QSPM analysis resulting the most interesting strategy for the development of this industry is increasing the quality and defending the price.
Keywords: development strategy, industry, SWOT, QSPM
Indonesia merupakan produsen rumput laut jenis Eucheuma sp terbesar di dunia. Seperti diketahui bahwa jenis ini meru-pakan penghasil karaginan sebagai bahan baku industri makanan. Akan tetapi, dari jenis ini yang diolah di dalam negeri baru menjadi 20 jenis produk, sisanya diekspor mentah-mentah sehingga pemilik brand product adalah bukan keseluruhan dari Indonesia. Jenis Gracilaria sp sebagai ba-han baku agar-agar sudah ada pabrik terbe-sar di dunia yang dibangun, tetapi hampir seluruhnya diserap di dalam negeri karena hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri saja.
Cina merupakan negara pengimpor rumput laut terbesar di dunia dengan nilai impor mencapai 100.001,6 ton. Jumlah nilai impor terbesar lainnya disusul oleh Jepang 57.441,2 ton; Amerika Serikat 28.421,8 ton dan negara-negara lainnya. Pangsa pasar komoditi rumput laut masih sangat besar jika mengacu pada rasio impor 7 negara utama terhadap impor dunia.
Pemasok rumput laut terbesar berada di kawasan Indonesia bagian timur jika melihat potensi dalam negeri dalam 5 tahun terakhir (2005 – 2009). Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur adalah provinsi penghasil rumput laut terbesar dalam beberapa tahun. Provinsi Sulawesi Selatan merupakan penghasil rumput laut terbesar di Indonesia dengan produksi mencapai 744.826 ton basah. Sulawesi Tengah berada dibawah-nya dengan produksi mencapai 713.962 ton basah dan Nusa Tenggara Timur menempati urutan ke tiga dengan produksi sebesar 498.422 ton basah.
Data terbaru sementara Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah Tahun 2011, menunjukkan produksi rumput laut mencapai 790 ribu ton basah atau 100 ribu ton. Produksi tersebut telah memberikan kontri-busi sekitar 25,6 % dari produksi nasional sebesar 3,082 juta ton. Produksi rumput laut Sulawesi Tengah Tahun 2010, telah meman-faatkan areal seluas 9 ribu ha dari potensi 106 ribu ha. Produksi tersebut tersebar di tiga klaster (cluster) kawasan produksi rumput
laut sulawesi tengah. Klaster III meliputi Teluk Tolo (Morowali, Banggai Kepulauan dan Banggai) berkontribusi sebesar 70 %. Klaster II di Teluk Tomini (Parigi Moutong, Poso, Tojo Una-Una dan Banggai) sebesar 23 % dan sisanya berasal dari klaster I Selat Makassar dan laut sulawesi (Buol, Tolitoli, Donggala dan Kota Palu). Pengembangan rumput laut disinergikan dengan pengem-bangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu yang terfokus pada 3 komoditas yaitu rumput laut, rotan dan kakao.
Industri olahan makanan rumput laut di Kota Palu yaitu industri rumah tangga “Narasa”. Industri ini merupakan usaha kelompok masyarakat yang didirikan pada tahun 2005 menggunakan modal sendiri dan memiliki 6 orang tenaga kerja. Industri ini diklasifikasikan dalam Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Kebutuhan bahan baku berasal dari Kabupaten Parigi, Luwuk dan Morowali melalui pesanan dan diantar langsung ke tempat industri. Hal ini disebabkan produksi rumput laut di Kota Palu tidak lagi mencukupi kebutuhan bahan baku industri ini. Meskipun usaha tersebut hanya bersifat sampingan, namun pengembangan industri rumah tangga “Narasa” berperan pen-ting untuk peningkatan pendapatan masyara-kat sekitar.
Kemampuan penguasaan strategi-stra-tegi pemasaran akan terkait dengan kemam-puan mengenal lingkungan internal dan eksternal industri dalam bentuk analisis faktor lingkungan, untuk memilih strategi yang sesuai untuk dijalankan berdasarkan kondisi permodalan, peralatan dan sumberdaya indus-tri. Pengembangan industri diperlukan untuk menciptakan daya saing dan manfaat ekono-mi, meningkatkan efisiensi dan produktivitas, meningkatkan kemampuan inovasi, dan meningkatkan peran perguruan tinggi dalam kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penelitian ini ditujukan untuk menentukan strategi-strategi dalam
pengem-bangan industri olahan makanan rumput laut di Kota Palu.
Tujuan penelitian ini adalah mengiden-tifikasi faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengemba-ngan industri rumah tangga “Narasa”, mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman dalam pengem-bangan industri rumah tangga “Narasa”. Penelitian ini juga bertujuan untuk menetap-kan alternatif strategi pengembangan yang sesuai bagi industri rumah tangga “Narasa”.
Penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak terkait. Manfaat penelitian ini sebagai bahan informasi dalam menentukan kebijakan Pemerintah Kota Palu bagi pengembangan industri olahan makanan rumput laut, refe-rensi Pemerintah Kota Palu maupun akade-misi dalam kajian lebih lanjut mengenai strategi pengembangan industri olahan maka-nan rumput laut dan sebagai sumbangan pemikiran bagi pelaku usaha industri olahan makanan rumput laut khususnya di Kota Palu untuk mengembangkan usaha dan mening-katkan pendapatannya.
METODE
Analisis Lingkungan Perusahaan
Analisis Deskriptif
Menurut Simamora (2004), analisis deskriptif merupakan upaya penelusuran dan pengungkapan informasi yang relevan yang terkandung dalam data dan penyajian hasilnya dalam bentuk yang lebih ringkas dan seder-hana. Pada akhirnya mengarah pada keper-luan adanya penjelasan dan penafsiran. Analisis Lingkungan Internal
Menurut Umar (2003), analisis terhadap lingkungan internal dapat dilakukan dengan menggunakan alat analisis berupa matriks IFE (Internal Factor Evaluation). Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekua-tan dan kelemahan yang dianggap penting, misalnya dari aspek manajemen, keuangan,
SDM, pemasaran, sistem informasi dan produksi/operasi.
Analisis Lingkungan Eksternal
Menurut Umar (2003), analisis terhadap lingkungan eksternal perusahaan dapat di-lakukan dengan menggunakan analisis matriks EFE (External Factor Evaluation). Data eksternal dikumpulkan untuk mengana-lisis hal-hal menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, poli-tik, pemerintahan, hukum, teknologi, per-saingan di pasar industri dimana berada, serta data eksternal relevan lainnya. Hal ini pen-ting karena faktor eksternal berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan.
Uji Indeks Konsistensi (CI)
Uji Indeks Konsistensi perlu dilakukan sebelum analisis SWOT. Menurut Marimin (2004: 87), perhitungan indeks konsistensi (CI) dimaksudkan untuk mengetahui konsis-tensi jawaban yang akan berpengaruh kepada kesahihan hasil. Rumusnya sebagai berikut:
Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak, perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu apabila CR ≤ 0,1. Rumus CR adalah:
Nilai RI merupakan nilai random indeks yang dikeluarkan oleh Oarkridge Laboratory.
Matriks SWOT
Faktor-faktor strategis dalam pengem-bangan industri rumah tangga “Narasa” disusun dalam suatu matriks yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks ini dapat menghasilkan 4 (empat) set kemungkinan alternatif strategi sebagai berikut:
a. Strategi SO (Strength-Opportunity). Stra-tegi ini menggunakan kekuatan-kekuatan internal perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar industri.
b. Strategi WO (Weakness-Opportunity). Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal.
c. Strategi ST (Strength-Threat). Strategi menuntut industri berusaha untuk meng-hindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal.
d. Strategi WT (Weakness-Threat). Strategi ini didasarkan pada usaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Tabel 1. Matriks SWOT IFE EFE Strenghts (S) Faktor kekuatan Internal Weaknes (W) Faktor kelemahan internal Opportunities (O) Faktor peluang Eksternal Strategi SO Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi WO Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Treaths (T) Faktor ancaman eksternal Strategi ST Menciptakan stategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Strategi WT Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber: Rangkuti, 2009.
Keterangan:
a. IFE (Internal Factor Evaluation) yaitu faktor-faktor strategi internal berupa kekuatan dan kelemahan yang dihadapi perusahaan/organisasi.
b. EFE (Eksternal Factor Evaluation) yaitu faktor-faktor strategi eksternal berupa peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan/organisasi.
Analisis Quantitative Strategic Planning
Matrix (QSPM)
Teknik ini menunjukan strategi alter-natif mana yang paling baik untuk dipilih. Menurut Umar (2003), QSPM adalah alat
yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara obyektif, berdasarkan key success factors internal-eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya.
Tabel 2. Penjabaran Matriks QSP
Faktor-Faktor
Sukses Kritis Bobot
Alternatif Strategi
Strategi I Strategi II Strategi III
AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan Kelemahan
Peluang Ancaman Jumlah Total Nilai
Daya Tarik
Sumber: David, F. R. 2002. Manajemen Strategis (Edisi Bahasa Indonesia). PT. Prenhallindo, Jakarta.
Keterangan:
AS = Attractiveness Score
TAS = Total Attractiveness Score (AS x Bobot)
Dari matriks tersebut dapat ditentukan strategi alternatif terbaik yang dilihat dari nilai total TAS yang tertinggi.
Penentuan Nilai Kemenarikan (Attractiveness Score/AS). Nilai Kemenarikan (Attractiveness Score/AS): nilai 1 = tidak menarik, nilai 2 = agak menarik, nilai 3 = secara logis menarik, nilai 4 = sangat menarik.
HASIL DAN PEMBAHASAN Internal Factor Evaluation (IFE)
Berdasarkan analisis yang telah dila-kukan maka diperoleh beberapa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki industri rumah tangga “Narasa”. Kekuatan yang dimiliki an-tara lain: (1) dukungan dari karyawan (tenaga kerja), (2) harga produk yang bersaing, (3) merek produk sudah dikenal, (4) bahan baku berkualitas baik. Kelemahan yang dimiliki antara lain: (1) tidak adanya manajemen terpadu, (2) peralatan manual dan tradisional, (3) kurangnya intensitas promosi produk, (4) kemasan produk tidak menarik.
External Factor Evaluation (EFE)
Berdasarkan analisis yang telah dila-kukan maka diperoleh beberapa peluang dan ancaman yang dimiliki industri rumah tangga “Narasa”. Peluang yang dimiliki antara lain: (1) peningkatan tingkat pendidikan masyara-kat, (2) dukungan dari Pemerintah Kota Palu, (3) meningkatnya mobilitas penduduk, (4) tersedianya media promosi berbasis internet. Ancaman yang dimiliki antara lain: (1) Menu-runnya produksi rumput laut sebagai bahan baku di Kota Palu, (2) UMKM dengan usaha sejenis yang lebih baik, (3) tuntutan izin BPOM RI dan label halal, (4) kenaikan harga rumput laut kering.
Analisis Matriks IFE (Internal Factor
Evaluation)
Skor terbobot sebesar 3,21 menunjuk-kan bahwa industri pada posisi kuat. Artinya, industri ini relatif lebih kuat dalam meman-faatkan kekuatan yang dimiliki dan mampu mengatasi kelemahannya. Kekuatan utama yang dimiliki industri ini adalah bahan baku
berkualitas baik dengan skor 0,80. Pada posisi kedua ditempati oleh dukungan dari karyawan (tenaga kerja) dengan skor 0,76. Posisi ketiga dan keempat ditempati oleh harga produk yang bersaing dan merek produk sudah di-kenal dengan skor 0,54 dan 0,28. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Analisis Internal Factor Evaluation (IFE), 2013 Faktor Internal
Bobot Rating Skor Terbobot Kekuatan (Strengths)
a. Dukungan dari karyawan (tenaga kerja). 0,19 4 0,76
b. Harga produk yang bersaing. 0,18 3 0,54
c. Merek produk sudah dikenal. 0,14 2 0,28
d. Bahan baku berkualitas baik. 0,20 4 0,80
Total Skor Terbobot 2,38
Kelemahan (Weaknesses)
e. Tidak adanya manajemen terpadu. 0,08 3 0,24
f. Peralatan manual dan tradisional. 0,04 3 0,12
g. Kurangnya intensitas promosi produk. 0,04 2 0,08
h. Kemasan produk tidak menarik. 0,13 3 0,39
Total Skor Terbobot 0,83
Total 1,00 3,21
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2013. Industri ini memiliki kondisi lingkungan internal berupa kekuatan dan kelemahan. Kelemahan utama yang dimiliki industri rumah tangga “Narasa” adalah kemasan pro-duk tidak menarik dengan skor 0,39. Pada posisi kedua ditempati oleh tidak adanya manajemen terpadu dengan skor 0,24. Posisi ketiga dan keempat ditempati oleh peralatan manual dan tradisional dan kurangnya inten-sitas promosi produk dengan skor 0,12 dan 0,08.
Analisis Matriks EFE (External Factor
Evaluation)
Berdasarkan matriks EFE didapatkan total skor terbobot sebesar 3,02. Artinya,
industri rumah tangga “Narasa” mampu merespon faktor eksternal dengan memanfaat-kan peluang yang ada untuk mengatasi ancaman. Peluang utama yang dimiliki industri ini adalah dukungan dari pemerintah Kota Palu dengan skor 0,88. Pada posisi kedua ditempati oleh meningkatnya mobilitas penduduk dengan skor 0,51. Posisi ketiga dan keempat ditempati oleh tersedianya media promosi berbasis internet dan peningkatan tingkat pendidikan masyarakat dengan skor 0,45 dan 0,16. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Analisis External Factor Evaluation (EFE), 2013 Faktor Eksternal
Bobot Rating Skor Terbobot Peluang (Opportunities)
a. Peningkatan tingkat pendidikan masyarakat.
0.08 2 0,16
b. Dukungan dari pemerintah Kota Palu. 0.22 4 0,88
c. Meningkatnya mobilitas penduduk. 0.17 3 0,51
d. Tersedianya media promosi berbasis internet.
0.15 3 0,45
Total Skor Terbobot 2,00
Ancaman (Threats)
a. Menurunnya produksi rumput laut sebagai
bahan baku di Kota Palu. 0.07
2 0,14
b. UMKM dengan usaha sejenis yang lebih
baik. 0.08
3 0,24
c. Tuntutan izin BPOM RI dan Label Halal. 0.05 2 0,10
d. Kenaikan harga bahan baku dan bahan
pelengkap. 0.18
3 0,54
Total Skor Terbobot 1,02
Total 1,00 3,02
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013.
Industri ini memiliki kondisi lingkungan eksternal berupa peluang dan ancaman. Ancaman utama yang dimiliki industri rumah tangga “Narasa” adalah Kenaikan harga bahan baku dan bahan pelengkap dengan skor 0,54. Pada posisi kedua ditempati oleh UMKM dengan usaha sejenis yang lebih baik dengan skor 0,24. Posisi ketiga dan keempat ditempati oleh Menurunnya produksi rumput laut sebagai bahan baku di Kota Palu dan tuntutan izin BPOM RI dan label halal dengan skor 0,14 dan 0,10.
Uji Indeks Konsistensi (CI)
Berdasarkan perhitungan penentuan bobot dari nilai kepentingan faktor internal diperoleh: (N = 8); (RI = 1,41); (λ maks =
9,47); (CI = 0,15) dan (CR = 0,10). Artinya bahwa peneliti sudah konsisten dalam mela-kukan penilaian. Sedangkan untuk penentuan bobot dari nilai kepentingan faktor eksternal diperoleh (N = 8); (RI = 1,41); (λ maks = 9,31); (CI = 0,13) dan (CR = 0,09). Artinya bahwa peneliti sudah konsisten dalam mela-kukan penilaian. Untuk kasus ini dirasa cukup dan tidak perlu dilakukan revisi penilaian.
Matriks SWOT
Matriks SWOT disusun berdasarkan hasil identifikasi faktor internal dan eksternal industri yang menggambarkan kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi oleh industri tersebut. Penerapan dalam menggunakan matrik SWOT yaitu
dengan menggunakan strategi SO, dimana menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan cara mengatasi
kelemahan-kelemahan yang dimiliki. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Matriks SWOT Strategi Pengembangan Industri Rumah Tangga “Narasa” di Kota Palu, 2013
EFE
IFE Kekuatan (Strengths) = S 1. Dukungan dari
karyawan.
2. Bahan baku berkualitas baik.
3. Merek produk sudah dikenal.
4. Harga produk yang bersaing.
Kelemahan (Weaknesses) = W 1. Tidak adanya manajemen
terpadu.
2. Peralatan manual dan tradisional.
3. Kurangnya intensitas promosi produk. 4. Kemasan produk tidak
menarik. Peluang (Opportunities) = O
1. Peningkatan tingkat pendidikan masyarakat. 2. Dukungan dari Pemerintah
Kota Palu.
3. Meningkatnya mobilitas penduduk.
4. Tersedianya media promosi berbasis internet.
Strategi S – O
1. Meningkatkan kualitas dan mempertahankan harga produk (S1, S2, S3, S4 dan O1, O2, O4).
2. Melakukan promosi dan penetrasi pasar dengan sasaran masyarakat menengah ke atas (S1, S2, S4 dan O1, O2, O3, O4).
Strategi W – O
1. Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dan teknologi pengemasan serta memanfaatkan promosi berbasis internet (W1, W2, W3, W4 dan O1, O2, O3, O4).
Ancaman (Threats) = T 1. Menurunnya produksi
rumput laut sebagai bahan baku di Kota Palu. 2. UMKM dengan usaha
sejenis yang lebih baik. 3. Tuntutan izin BPOM RI
dan Label Halal. 4. Kenaikan harga bahan
baku dan bahan pelengkap.
Strategi S – T 1. Membangun kemitraan untuk meningkatkan kualitas produk sehingga tercipta costumer value (S1, S2, S3, S4 dan T1, T3, T4). 2. Melakukan koordinasi
dengan pihak terkait untuk memperoleh izin BPOM RI dan label halal (S1, S2 dan T2).
Strategi W – T
1. Melakukan kerjasama kemitraan pasar dan peran instansi terkait dalam pembinaan industri (W1, W2, W3, W4 dan O1, O2, O3, O4).
Sumbe : Data Primer Setelah Diolah, 2013.
Analisis QSPM (Quantitative Strategic
Planning Matrix)
Matriks QSPM dibuat berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal pada matriks EFE, IFE, serta matriks SWOT. Pada matriks QSPM terdapat nilai AS (Attractive-ness Score) dan TAS. Nilai AS menunjukkan
daya tarik masing-masing strategi terhadap faktor kunci yang dimiliki. Nilai AS diperoleh melalui kuisioner yang ditujukan kepada para responden saat melakukan Focus Group Discussion (FGD) secara independen. Nilai TAS merupakan hasil perkalian antara bobot rata-rata dengan nilai AS dari setiap faktor
kunci strategis. Perhitungan Total Attractive- ness Score (TAS) dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Perhitungan Total Attractiveness Score (TAS) pada Analisis QSPM (Quantitative
Strategic Planning Matrix), 2013
Faktor Strategi TAS1 TAS2 TAS3 TAS4 TAS5 TAS6
Kekuatan (Strengths)
a. Dukungan dari karyawan (tenaga
kerja). 0,697 0,665 0,697 0,570 0,633 0,633
b. Harga produk yang bersaing. 0,600 0,540 0,600 0,480 0,570 0,570 c. Merek produk sudah dikenal. 0,443 0,420 0,397 0,397 0,397 0,327 d. Bahan baku berkualitas baik. 0,633 0,700 0,733 0,600 0,533 0,600
Kelemahan (Weaknesses)
a. Tidak adanya manajemen terpadu. 0,253 0,253 0,253 0,280 0,213 0,240 b. Peralatan manual dan tradisional. 0,113 0,113 0,140 0,087 0,107 0,107 c. Kurangnya intensitas promosi
produk. 0,113 0,120 0,100 0,107 0,113 0,093
d. Kemasan produk tidak menarik 0,412 0,390 0,282 0,412 0,325 0,368
Peluang (Opportunities)
a. Peningkatan tingkat pendidikan
masyarakat. 0,253 0,267 0,227 0,293 0,253 0,187
b. Dukungan dari pemerintah Kota
Palu. 0,770 0,733 0,770 0,733 0,733 0,697
c. Meningkatnya mobilitas penduduk. 0,538 0,567 0,567 0,623 0,538 0,453 d. Tersedianya media promosi
berbasis internet. 0,425 0,450 0,525 0,375 0,450 0,425
Ancaman (Threats)
a. Menurunnya produksi rumput laut
sebagai bahan baku di Kota Palu. 0,198 0,187 0,175 0,175 0,187 0,152 b. UMKM dengan usaha sejenis yang
lebih baik. 0,253 0,227 0,227 0,200 0,213 0,227
c. Tuntutan izin BPOM RI dan Label
Halal. 0,167 0,150 0,100 0,142 0,133 0,100
d. Kenaikan harga bahan baku dan
bahan pelengkap. 0,540 0,540 0,420 0,570 0,510 0,450
Total 6,410 6,322 6,212 6,043 5,910 5,628
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013. Berdasarkan hasil penilaian dari matriks QSPM, maka diperoleh urutan strategi dari yang nilai TAS-nya paling tinggi hingga paling rendah sebagai strategi yang paling menarik untuk dilaksanakan untuk
pengem-bangan industri rumah tangga “Narasa”. Adapun urutan strategi tersebut adalah seba-gai berikut:
Strategi 1 : Meningkatkan kualitas dan mempertahankan harga produk,
(TAS = 6,410).
Strategi 2 : Melakukan promosi dan penet-rasi pasar dengan sasaran masya-rakat menengah ke atas, (TAS = 6,322).
Strategi 3 : Membangun kemitraan untuk meningkatkan kualitas produk sehingga tercipta costumer value, (TAS = 6,212).
Strategi 4 : Melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk memperoleh izin BPOM RI/label halal, (TAS = 6,043).
Strategi 5 : Meningkatkan kapasitas sumber-daya manusia dan teknologi pengemasan serta memanfaatkan promosi berbasis internet,
(TAS = 5,910).
Strategi 6 : Melakukan kerjasama kemitraan pasar dan peran instansi terkait dalam pembinaan industri, (TAS = 5,628).
Berdasarkan jumlah TAS diketahui bahwa nilai TAS tertinggi bertepatan berada di Kuadran I. Kegiatan pengembangan yang dilakukan pada wilayah ini mendukung stra-tegi agresif. Pada wilayah ini, industri berada pada kondisi yang sangat menguntungkan, sebab kekuatan dan peluang lebih besar dari kelemahan dan ancaman yang ada pada in-dustri.
Keputusan Pemilihan Alternatif Strategi Pengembangan dan Implementasi
Kegiatan Yang Dilakukan
Berdasarkan hasil penentuan posisi industri rumah tangga “Narasa” yang
dila-kukan dengan analisis SWOT diperoleh angka tertinggi pada Kuadran I sebesar 4,38. Maka strategi S-O (Strengths – Opportunities) yaitu (1) meningkatkan kualitas dan mempertahan-kan harga produk, dan (2) melakumempertahan-kan promosi dan penetrasi pasar dengan sasaran masyara-kat menengah ke atas; menjadi pilihan utama.
David (2007) membuat beberapa
langkah untuk mengembangkan QSPM yaitu : membuat daftar internal dan eksternal dari matriks IFE dan EFE; memberi bobot pada afktor internal dan eksternal; memeriksa matriks-matriks pencocokan dan mengenali strategi-strategi alternatif yang dipertimbang-kan organisasi untuk ditetapdipertimbang-kan; menentudipertimbang-kan Total Attractiveness Score (TAS) yang didefi-nisikan sebagai angka yang menunjukkan daya tarik relatif di setiap strategi pada suatu rangkaian alternatif tertentu dengan memper-timbangkan faktor tertentu.
Selanjutnya, berdasarkan hasil perhitu-ngan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) diperoleh Total Attractive-ness Score (TAS) tertinggi sebesar 6,410. Artinya bahwa strategi meningkatkan kualitas dan mempertahankan harga produk saat ini dianggap sebagai strategi yang paling menarik untuk diterapkan bagi pengembangan industri rumah tangga “Narasa” di Kota Palu diban-dingkan alternatif strategi lainnya. Adapun program dan implementasi kegiatan yang dilakukan oleh industri rumah tangga “Narasa”. Berdasarkan hasil penentuan prio-ritas strategi dengan QSPM maka didapatkan alternatif strategi yang dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Matriks Pemilihan Alternatif Strategi Pengembangan dan Implementasi Kegiatan Yang Dilakukan Industri Rumah Tangga “Narasa”, 2013
No. Strategi Program Kegiatan
Pelaksana dan Penanggung Jawab 1. Meningkatkan kualitas dan mempertahankan harga produk 1) Mengupayakan diadakannya sistem pengendalian kualitas (quality control) terhadap semua aktivitas industri, sehingga penggunaan bahan, tenaga, dan waktu yang berlebihan tidak terulang lagi.
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk melalui pendekatan Total Quality Management (TQM). b. Melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan produk untuk mengembangkan berbagai macam varian produk.
c. Memperbaiki kemasan produk “Narasa” untuk menciptakan brand produk yang lebih menarik. a. Industri Terkait 2) Membangun kerjasama dengan pemerintah dan perguruan tinggi melalui lembaga pengabdian kepada masyarakat untuk mendapatkan kegiatan pendampingan agar penerapan manajemen terpadu bisa diterapkan. a. Pelatihan manajemen usaha meliputi manajemen persediaan bahan baku, manajemen keuangan (sistem akuntansi), manajemen sumberdaya manusia, manajemen pemasaran. b. Pembinaan, pendampingan dan evaluasi secara bertahap terhadap aplikasi manajemen terpadu dalam usahanya. a. Industri Terkait, b. Pemerintah Kota Palu, c. Perguruan Tinggi 3) Mengembangka n teknologi tepat guna untuk melakukan strategi harga dengan lebih efektif dan efisien. a. Pelatihan dan pengadaan alat pemotong otomatis untuk mendapatkan ukuran produk yang simetris.
b. Pelatihan menjadi operator website dan pengadaan komputer dan modem sebagai langkah industri untuk melakukan promosi di internet. a. Industri Terkait, b. Pemerintah Kota Palu, c. Perguruan Tinggi
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dila-kukan pada industri rumah tangga “Narasa”, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor internal dalam pengemba-ngan industri rumah tangga “Narasa” sebagai kekuatan adalah dukungan dari karyawan (tenaga kerja), harga produk yang bersaing, merek produk sudah dikenal dan bahan baku berkualitas baik. Sedangkan kelemahan adalah tidak ada-nya manajemen terpadu, peralatan manual dan tradisional, kurangnya intensitas pro-mosi produk, kemasan produk tidak mena-rik.
2. Faktor-faktor eksternal dalam pengemba-ngan industri rumah tangga “Narasa” sebagai peluang adalah peningkatan ting-kat pendidikan masyarating-kat, dukungan dari Pemerintah Kota Palu, meningkatnya mobilitas penduduk dan tersedianya media promosi berbasis internet. Sedang-kan ancaman adalah Menurunnya produk-si rumput laut sebagai bahan baku di Kota Palu, UMKM dengan usaha sejenis yang lebih baik, tuntutan izin BPOM RI dan label halal, serta kenaikan harga rumput laut kering.
3. Strategi meningkatkan kualitas dan mem-pertahankan harga produk saat ini diang-gap sebagai strategi yang paling menarik untuk diterapkan bagi pengembangan industri rumah tangga.
DAFTAR RUJUKAN
David, M. E., David, F. R., and David, F. R. 2007. Manajemen Strategis (Edisi Kesembilan Terjemahan). Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.
Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengam-bilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Rangkuti, F. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis (Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Simamora, B. 2004. Analisis Multivarian Pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Umar, H. 2003. Strategic Manajemen in Action. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.