• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologi kata disiplin berasal dari bahasa latin disipel yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologi kata disiplin berasal dari bahasa latin disipel yang"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Disiplin Kerja

2.1.1 Pengertian Disiplin kerja

Secara etimologi kata disiplin berasal dari bahasa latin “disipel” yang

berarti pengikut. Seiring dengan perkembangan zaman, kata tersebut mengalami

perubahan menjadi “disipline” yang berarti kepatuhan atau yang menyangkut tata

tertib. Akan tetapi, secara tradisional disiplin dianggap sebagai kegiatan negatif

yang bertujuan untuk menghukum para karyawan yang tidak berhasil mematuhi

standar organisasi. Menurut Mangkuprawira (2007 : 122), kedisiplinan karyawan

adalah sifat seorang karyawan yang secara sadar mematuhi aturan dan peraturan

organisasi tertentu. Kedisiplinan sangat mempengaruhi kinerja karyawan dan

perusahaan. Kedisiplinan seharusnya dipandang sebagai bentuk latihan bagi

karyawan dalam melaksanakan aturan – aturan perusahaan. Semakin disiplin

maka semakin tinggi produktivitas kerja karyawan dan kinerja perusahaan,

ceterisparibus.

Menurut Saydam (2005 : 284), disiplin kerja merupakan sikap kesediaan

dan kerelaan seseorang untuk menaati dan mematuhi segala norma-norma,

peraturan yang berlaku di sekitarnya. Adapun peraturan-peraturan yang berkaitan

dengan disiplin kerja adalah sebagai berikut :

1. Kehadiran yaitu tingkat absensi karyawan dan ketepatan jam masuk, sesuai

(2)

2. Tanggung jawab yaitu kemampuan dalam menjalankan tugas dan peraturan

perusahaan

3. Sikap yaitu peraturan dasar tentang berpakaian dan bertingkah laku dalam

melaksanakan pekerjaan

4. Norma yaitu peraturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh

dilakukan oleh para karyawan selama dalam perusahaan dan sebagai suatu acuan

dalam bersikap.

Menurut Lateiner dalam Sutrisno (2011 : 87), disiplin merupakan tindakan

manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan

berbagai ketentuan tersebut. Tanpa disiplin yang baik, sulit bagi organisasi

mencapai hasil yang optimal. Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu

organisasi perusahaan, karena tanpa dukungan disiplin karyawan yang baik, maka

sulit bagi perusahaan untuk mewujudkannya. Jadi kedisiplinan adalah kunci

keberhasilan suatu perusahaan mencapai tujuan.

2.1.2 Jenis – Jenis Disiplin

Pemimpin perusahaan harus mampu mengenal dan mempelajari perilaku

dan sifat karyawan. Hal ini dapat membantu pemimpin perusahaan dalam memilih

jenis pendisiplinan mana yang dapat diterapkan kepada karyawan. Menurut

Handoko (2004 : 144) disiplin dapat digolongkan menjadi beberapa jenis antara

lain :

1. Disiplin Preventif.

Disiplin preventif merupakan kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud

(3)

standar dan aturan, sehingga dapat dicegah berbagai penyelewengan atau

pelanggaran. Yang utama dalam hal ini adalah ditumbuhkannya “self

discipline” pada setiap karyawan. 2. Disiplin Korektif

Disiplin korektif merupakan kegiatan yang diambil untuk menangani

pelanggaran yang terjadi terhadap aturan – aturan, dan mencoba untuk

menghindari pelanggaran – pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif ini

berupa suatu bentuk hukuman atau tindakan pendisiplinan

(disciplinaryaction), yang wujudnya dapat berupa peringatan, ataupun

berupa schorsing.Semua sasaran pendisiplinan tersebut harus positif,

bersifat mendidik, dan mengoreksi kekeliruan untuk tidak terulang

kembali.

2.1.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tegak tidaknya suatu disiplin

kerja dalam suatu perusahaan. Menurut Hasibuan (2003 : 194) ada beberapa

faktor yang mempengaruhi disiplin kerja :

1. Tujuan dan kemampuan

Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara cukup menantang

bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti tujuan (pekerjaan) yang dibebankan

kepada karyawan harus sesuai dengan kamampuan karyawan.

2. Teladan pimpinan

Pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisplinan karyawan karena

(4)

3. Balas jasa

Balas jasa akan memberikan kepuaasan dan kecintaan karyawan terhadap

perusahaan dan pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan terhadap pekerjaan

semakin baik, maka kedisiplinan karyawan akan semakin baik pula.

4. Keadilan

Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian hukuman akan

merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan.

5. Pengawasan melekat

Atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku moral, sikap, gairah kerja,

dan prestasi kerja bawahannya.

6. Sanksi hukuman

Dengan sanksi yang semakin berat, karyawan akan takut melanggar

peraturan-peraturan perusahaan, sikap dan perilaku indisipliner akan berkurang.

7. Ketegasan

Pimpinan harus berani dan tegas dalam bertindak menghukum karyawan yang

indisipliner sesuai sanksi yang telah ditetapkan.

8. Hubungan kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara karyawan akan ikut

menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Pimpinan harus

berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi serta

(5)

human relationship yang serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasanakerja yang nyaman.

2.1.4 Pendekatan Disiplin Kerja

Menurut Rivai (2005 : 445) dalam pelaksanaan tindakan disiplin terdapat

tiga pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu :

1. Aturan Tungku Panas (Hot Stove Rule) .

Menurut pendekatan ini, tindakan disipliner haruslah memiliki konsekuensi

yang analog dengan menyentuh tungku panas dengan pemahaman sebagai

berikut:

a) Membakar dengan segera, maksudnya jika tindakan disipliner akan

diambil maka tindakan ini harus dilaksanakan segera sehingga individu

memahami alasan tindakan tersebut. Dengan berlalunya waktu, orang

memiliki tendensi meyakinkan bahwa dirinya tidak salah, yang

cenderung sebagian menghapuskan efek – efek disipliner yang terdahulu.

b) Memberikan peringatan, maksudnya memberikan peringatan sebelumnya

bahwa hukuman akan mengikuti perilaku yang tidak dapat diterima. Pada

saat seorang bergerak semakin dekat dengan tungku panas, mereka

diperingatkan oleh panasnya tungku tersebut bahwa mereka akan

terbakar jika mereka menyentuhnya. Oleh karenanya ada kesempatan

menghindari terbakar jika memilih demikian.

c) Memberikan hukuman yang konsisten, maksudnya tindakan disipliner

harus konsisten kepada setiap orang yang melakukan tindakan kesalahan

(6)

d) Membakar tanpa membeda – bedakan, maksudnya tindakan disipliner

diterapkan tanpa pandang bulu. Tungku panas akan membakar setiap

orang yang menyentuhnya tanpa memilih – milih.

2. Tindakan Disiplin Progresif (Progressive Discipline)

Tindakan disiplin progresif dimaksudkan untuk memastikan bahwa terdapat

hukuman minimal yang tepat terhadap setiap pelanggaran. Tujuan tindakan

ini membentuk program disiplin yang berkembang mulai dari hukuman yang

ringan hingga yang sangat keras. Disiplin progresif dirancang untuk

memotivasi karyawan agar mengoreksi kekeliruannya secara sukarela.

3. Tindakan Disiplin Positif (Positive Discipline)

Tindakan disiplin positif dimaksudkan mendorong perilaku para karyawan

memantau perilaku – perilaku mereka sendiri dan memikul tanggung jawab

atas konsekuensi – konsekuensi dari tindakan – tindakan mereka. Tindakan

disiplin positif bertumpukan pada konsep bahwa para karyawan mesti

memikul tanggung jawab atas tingkah laku pribadi mereka dan persyaratan –

persyaratan pekerjaan.

2.1.5 Sanksi Pelanggaran Kerja

Pelanggaran kerja adalah setiap ucapan, tulisan, dan perbuatan seorang

pegawai yang melanggar peraturan disiplin yang telah diatur oleh pimpinan

organisasi. Sedangkan, sanksi pelanggaran adalah hukuman disiplin yang

dijatuhkan pimpinan organisasi kepada pegawai yang melanggar peraturan

disiplin yang telah diatur pimpinan organisasi. Pengenaan sanksi kepada para

(7)

Menurut Rivai (2005 : 450), ada beberapa tingkat dan jenis sanksi

pelanggaran kerja yang umumnya berlaku dalam suatu organisasi yaitu :

1. Sanksi pelanggaran ringan dengan jenis berupa teguran lisan, teguran tertulis,

dan pernyataan tidak puas secara tertulis.

2. Sanksi pelanggaran sedang dengan jenis berupa penundaan kenaikan gaji,

penurunan gaji, dan penundaan kenaikan pangkat.

3. Sanksi pelanggaran berat dengan jenis berupa penurunan pangkat,

pembebasan dari jabatan, pemberhentian, dan pemecatan.

2.2 Imbalan

2.2.1 Pengertian Imbalan

Menurut Rivai (2005 : 357) Imbalan merupakan sesuatu yang diterima

karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka pada perusahaan. Lebih lanjut

Nawawi (2005:319) menjelaskan Imbalan adalah usaha menumbuhkan perasaan

diterima (diakui) di lingkungan kerja, yang menyentuh aspek kompensasi dan

aspek hubungan antara para pekerja yang satu dengan yang lainnya.

Pengertian imbalan lebih luas daripada sekedar gaji atau upah, karena

terdapat pula unsur penghargaan tidak langsung dan non-finansial ke dalam

konsep balas jasa secara keseluruhan. Imbalan merupakan bentuk penghargaan

atau balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya baik yang

berbentuk finansial maupun barang dan jasa pelayanan agar karyawan merasa

dihargai dalam bekerja. Pemberian imbalan merupakan salah satu pelaksanaan

fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang berhubungan dengan

(8)

melakukan tugas organisasi.

2.2.2 Tujuan Imbalan

Pemberian imbalan dalam suatu organisasi harus diatur agar menjadi

sistem yang baik dalam organisasi. Tujuan imbalan yang baik menurut

Sedarmayanti (2001: 24-25) antara lain sebagai berikut:

1. Menghargai prestasi kerja

Pemberian imbalan yang memadai adalah suatu penghargaan orang terhadap

prestasi kerja para pegawainya sesuai dengan yang diinginkan organisasi.

2. Menjamin keadilan

Dengan adanya sistem imbalan yang baik, akan menjamin adanya keadilan

diantara pegawai dalam organisasi. Masing-masing pegawai akan

memperoleh imbalan yang sesuai dengan tugas, fungsi, jabatan dan prestasi

kerjanya.

3. Mempertahankan pegawai

Dengan sistem imbalan yang baik, para pegawai akan lebih betah bertahan

bekerja pada organisasi. Hal ini berarti mencegah keluarnya pegawai dari

organisasi untuk mencari pekerjaan yang lebih menguntungkan.

4. Memperoleh pegawai yang bermutu

Dengan sistem imbalan yang baik akan menarik lebih banya calon pegawai.

Dengan banyaknya pelamar atau calon pegawai, maka peluang untuk memilih

(9)

5. Pengendalian biaya

Dengan sistem imbalan yang baik, akan mengurangi seringnya pelaksanaan

rekrutmen, sebagai akibat dari makin seringnya pegawai yang keluar mencari pekerjaan yang lebih baik dan menguntungkan.

6. Memenuhi peraturan

Sistem pemberian imbalan yang baik merupakan tuntutan. Suatu organisasi

dituntut untuk memiliki sistem imbalan yang baik.

2.2.3 Jenis-jenis Imbalan

Banyak pendapat yang menyatakan jenis – jenis imbalan yang diterima

karyawan. Salah satunya menurut Rivai (2005 : 358) , imbalan terbagi menjadi

dua yaitu :

1. Imbalan Finansial

Imbalan finansial terdiri atas dua yaitu imbalan langsung dan imbalan tidak

langsung.

a. Imbalan finansial langsung terdiri atas pembayaran pokok (gaji, upah),

pembayaran prestasi, pembayaran insentif, komisi, bonus, bagian

keuntungan, opsi saham. Sedangkan pembayaran tertangguh, meliputi

tabungan hari tua dan saham komulatif.

b. Imbalan finansial tidak langsung terdiri atas proteksi yang meliputi

asuransi, pesangon, sekolah anak, dan pensiun. Kompensasi luar jam kerja

meliputi lembur, hari besar, cuti sakit, dan cuti hamil. Sedangkan

(10)

2. Imbalan Non Finansial.

Imbalan non finansial terdiri atas karir yang meliputi jabatan, peluang

promosi, pengakuan karya, temuan baru, prestasi istimewa. Sedangkan

lingkungan kerja, meliputi pujian, bersahabat, nyaman bertugas,

menyenangkan, dan kondusif.

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Imbalan

Menurut Mangkunegara (2006 : 84) ada beberapa faktor yang

mempengaruhikebijakan imbalan yaitu :

1. Faktor Pemerintah

Peraturan pemerintah yang berhubungan dengan penentuang standar gaji

minimal, pajak penghasilan, penetapan harga bahan baku, biaya

transportasi/angkutan, inflasi maupun devaluasi sangat mempengaruhi

perusahaan dalam menentukan kebijakan imbalan pegawai.

2. Penawaran Bersama antara Perusahaan dan Pegawai

Kebijakan dalam menentukan imbalan dapat dipengaruhi pula pada saat

terjadinya tawar menawar mengenai besarnya upah yang harus diberikan oleh

perusahaan kepada pegawainya. Hal ini terutama dilakukan oleh perusahaan

dalam merekrut pegawai yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu

yang sangat dibutuhkan diperusahaan.

3. Standar Biaya Hidup Pegawai

Kebijakan imbalan perlu dipertimbangkan standar biaya hidup minimal

pegawai. Hal ini karena kebutuhan dasar pegawai harus terpenuhi. Dengan

(11)

merasa aman. Terpenuhinya kebutuhan dasar dan rasa aman pegawai akan

memungkinkan pagawai dapat bekerja dengan penuh motivasi untuk

mencapai tujuan perusahaan. Banyak penelitian menunjukkan bahwa ada

korelasi tinggi antara motivasi kerja pegawai dan prestasi kerjanya, ada

korelasi positif antara motivasi kerja dan pencapaian tujuan perusahaan.

2.3 Kinerja

2.3.1 Pengertian Kinerja

Kinerja diartikan Rivai (2005 : 309) sebagai suatu fungsi dari motivasi dan

kemampuan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan. Dalam menyelesaikan

tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat kesediaan dan tingkat

kemampuan tertentu. Sedangkan, menurut Mangkunegara (2006 : 67) kinerja

(prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab

yang diberikan kepadanya. Pengertian lainnya dikemukakan oleh Simanjuntak

(2005: 1) yang mengemukakan kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas

pelaksanaan tugas tertentu.

Menurut Mathis dan Jackson(2002:179), Dimensi kinerja karyawan terdiri

dari:

1. Kuantitas

Kuantitas adalah jumlah hasil pekerjaan seseorang dalam menyelesaikan

(12)

2. Kualitas

Kualitas adalah Kualitas kerja menunjukkan sejauh mana mutu seorang

karyawan dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

3. Jangka Waktu

Kemampuan perusahaan untuk menetapkan waktu kerja yang dianggap paling

efisien dan efektif. Karena dengan adanya pemanfaatan waktu maka pekerjaan

dapat diselesaikan tepat waktu pada waktu yang ditentukan oleh perusahaan.

4. Kerjasama

Kerjasama merupakan tuntutan bagi keberhasilan perusahaan dalam mencapai

tujuan yang ditetapkan, sebab dengan adanya kerjasama yang baik akan

memberikan kepercayaan (trust) pada berbagai pihak yang berkepentingan,

baik secara langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan.

Dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah perilaku nyata yang

ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh setiap

pegawai sesuai perannya dalam perusahaan. Kinerja karyawan merupakan suatu

hal yang sangat penting dalam upaya instansi untuk mencapai tujuan. Instansi

umumnya mendasarkan perencanaan tujuan yang hendak dicapai di masa depan,

dengan perilaku yang diharapkan dari keseluruhan personel dalam mewujudkan

tujuan tersebut. Kinerja pegawai yang baik adalah salah satu faktor yang sangat

penting dalam upaya instansi untuk meningkatan produktivitas. Hal ini

(13)

lembaga (institutional performance) atau kinerja perusahaan

(corporateperformance) terdapat hubungan erat.

2.3.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Perusahaan yang baik harus mampu mengukur setiap kinerja

karyawannya, karena hal ini merupakan salah satu faktor yang menentukan

apakah sebuah target yang diberikan perusahaan dapat dicapai atau tidak.

Menurut Sedarmayanti (2009 : 71) faktor – faktor yang mempengaruhi

kinerja antara lain :

1. Sikap mental (motivasi kerja, disiplin kerja, etika kerja). Sikap mental yang

dimiliki seorang karyawan akan memberikan pengaruh terhadap kinerjanya.

Sikap mental yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan adalah motivasi

kerja, disiplin kerja dan etika kerja yang dimiliki seorang karyawan.

2. Pendidikan. Pendidikan yang dimiliki seorang karyawan mempengaruhi

kinerja karyawan tersebut. Semakin tinggi pendidikan seorang karyawan

maka kemungkinan kinerjanya juga semakin tinggi.

3. Ketrampilan. Karyawan yang memiliki ketrampilan akan mempunyai kinerja

yang lebih baik dari pada karyawan yang tidak mempunyai ketrampilan.

4. Kepemimpinan. Kepemimpinan manajer memberikan pengaruh terhadap

kinerja karyawannya. Manajer yang mempunyai kepemimpinan yang baik

akan dapat meningkatkan kinerja bawahannya.

5. Tingkat penghasilan. Tingkat penghasilan karyawan berpengaruh terhadap

kinerja karyawan. Karyawan akan termotivasi untuk meningkatkan

(14)

6. Lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang kondusif dan nyaman akan dapat

meningkatkan kinerja karyawan.

7. Komunikasi. Para karyawan dan manajer harus senantiasa menciptakan

komunikasi yang harmonis dan baik. Dengan adanya komunikasi yang baik

maka akan mempermudah dalam menjalankan tugas perusahaan.

8. Sarana pra sarana. Perusahaan harus memberikan fasilitas atau sarana dan

prasarana yang dapat mendukung kinerja karyawan.

9. Kesempatan berprestasi. Adanya kesempatan berprestasi dalam perusahaan

dapat memberikan motivasi kepada karyawan untuk selalu meningkatkan

kinerja.

2.3.3 Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja merupakan langkah yang harus dilakukan untuk

memacu kinerja organisasi. Melalui pengukuran ini, tingkat pencapaian kinerja

dapat diketahui. Pengukuran merupakan upaya membandingkan kondisi riil suatu

objek dengan alat ukur. Pengukuran kinerja dilakukan untuk sesuatu hal yang

telah dicapai oleh organisasi dalam kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan

input, proses, output, outcome, benefit maupun impact. Young

dalamMangkunegara (2006: 42) mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai

tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai

nilai yang ada pada perusahan. Hasil pengukuran tersebut digunakan sebagai

umpan balik yang memberikan informasi tentang prestasi, pelaksanaan suatu

rencana dan apa yang diperlukan perusahaan dalam penyesuaian – penyesuaian,

(15)

Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan

pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan guna

mewujudkan visi dan misi pemerintahan. Pengkuran kinerja merupakan hasil dari

penelitian yang sistematis sesuai dengan suatu rencana yang telah ditetapkan

dalam penyesuaian – penyesuaian dan pengendalian. Arkinson dalam

Mangkunegara (2006 : 42) mengemukakan ciri – ciri pengukuran kinerja sebagai

berikut :

1. Merupakan suatu aspek dari strategi perusahaan

2. Menetapkan ukuran kinerja melalui ukuran mekanisme komunikasi antar

tingkatan manajemen

3. Mengevaluasi hasil kinerja secara terus menerus guna perbaikan pengukuran

kinerja pada kesempatan selanjutnya.

2.3.4 Penilaian Kinerja

Menurut Mondy (2008 : 257), penilaian kinerja (performance appraisal)

adalah sistem formal untuk menilai dan mengevaluasi kinerja tugas individu atau

tim. Pelaksanaan penilaian hasil kerja atau kinerja organisasi maupun kinerja

individual dilakukan oleh sistem manajemen yang bertugas untuk melakukan

penilaian hasil kerja karyawan yang disebut manajemen kinerja. Manajemen

kinerja memfokuskan perhatiannya pada prestasi kerja karyawan dan objek

pembahasannya sama yaitu prestasi kerja karyawan. Program manajemen kerja

yang mempunyai ruang lingkup yang besar dan menjamah semua elemen yang

(16)

Penilaian kinerja mengacu kepada suatu sistem formal dan terstruktur

yang digunakan untuk mengukur, menilai, dan mempengaruhi sifat – sifat yang

berkaitan dengan pekerjaan, perilaku, dan hasil termasuk tingkat ketidakhadiran.

Menurut Hariandja (2007 : 195), tujuan dilakukannya penilaian kerja secara

umum adalah memberikan feedback kepada pegawai dalam upaya memperbaiki

tampilan kerjanya dan upaya meningkatkan produktivitas organisasi dan secara

khusus dilakukan dalam kaitannya dengan berbagai kebijaksanaan terhadap

pegawai seperti untuk tujuan promosi, kenaikan gaji, pendidikan, dan latihan.

Menurut Rivai (2005 : 315), kegunaan penilaian kinerja ditinjau dari

berbagai perspektif pengembangan perusahaan, khususnya manajemen SDM,

yaitu:

1. Dokumentasi demi memperoleh data yang pasti, sistematik, dan faktual

dalam penentuan nilai suatu pekerjaan.

2. Posisi tawar untuk memungkinkan manajemen melakukan negosiasi yang

objektif dan rasional dengan serikat buruh atau langsung dengan karyawan.

3. Perbaikan kinerja sebagai umpan balik pelaksanaan kerja yang bermanfaat

bagi karyawan, manajer, dan spesialis personil dalam bentuk kegiatan untuk

meningkatkan atau memperbaiki kinerja karyawan.

4. Penyesuaian kompensasi untuk membantu dalam penyesuaian ganti rugi,

menentukan siapa yang layak dinaikkan bonusnya, atau kompensasi lainnya.

5. Keputusan penempatan untuk membantu promosi, keputusan penempatan,

(17)

6. Pelatihan dan pengembangan untuk melaksanakan pelatihan bagi karyawan

yang terindikasi berkinerja buruk dan pengembangan bagi karyawan yang

memiliki kinerja baik.

7. Evaluasi proses staffing untuk mengetahui kekuatan atau kelemahan

karyawan melalui prestasi kerja guna prosedur staffing departemen SDM.

8. Defisiensi proses penempatan karyawan untuk proses penempatan karyawan

di departemen SDM.

9. Menghindari ketidakakuratan informasi dalam proses rekrutmen, pelatihan,

atau pengambilan keputusan lainnya.

10. Mendiagnosa kesalahan dalam merancang pekerjaan karena jika uraian

pekerjaan tidak tepat, wewenang dan tanggung jawab tidak seimbang, dan

berbagai kelemahan lainnya akan berakibat pada prestasi kerja yang kurang

memuaskan

11. Kesempatan kerja yang adil untuk memastikan bahwa keputusan penempatan

internal tidak bersifat diskriminatif.

12. Mengatasi tantangan – tantangan eksternal guna mengatasi faktor – faktor

yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai dari luar lingkungan pekerjaan.

13. Elemen – elemen pokok sistem penilaian kinerja mencakup kriteria yang ada

hubungan dengan pelaksanaan kerja dan ukuran – ukuran kriteria.

14. Umpan balik ke SDM guna mengindikasikan seberapa baik departemen SDM

(18)

2.4 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama

peneliti Judul penelitian

Variabel penelitian

Metode

penelitian Hasil penelitian Reza (2010) Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi, dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan PT.Sinar Sentosa Perkasa Banjar Negara Gaya Kepemimpinan, Motivasi,

Disiplin Kerja dan Kinerja Analisis Regresi Linear Berganda Gaya kepemimpinan, Motivasi, dan Disiplin Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Karyawan Mirna (2011) Pengaruh Disiplin Kerja dan Imbalan terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada PT. Sanobar Gunajaya Medan Disiplin Kerja, Imbalan, dan Produktivitas Kerja Analisis Regresi Linear Berganda

Disiplin dan Imbalan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap produktivitas karyawan Faisal Arif Pratama, Hamidah Nayati Utami, Yuniadi Mayowan (2015) Pengaruh Imbalan dan Hukuman terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan (Studi pada Karyawan Departemen Statistik Bank Indonesia Jakarta Imbalan, Hukuman,

Kepuasan Kerja, dan Kinerja Karyawan Analisis Deskriptif 1. Imbalan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja. 2. Hukuman tidak berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja. 3. Imbalan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja. 4. Hukuman berpengaruh signifikan terhadap Kinerja. 5. Kepuasan Kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja

(19)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Umar (2010) The Influence ofCompensation on Performance of Sales Representatives of Pharmaceutical Companies Based In Ilorin –Nigeria Variabel Demografis, Imbalan dan Kinerja. Analisis Data Chi Square 1. Variabel Demografis tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja 2. Pemberian imbalan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Fording (2011) The Organization of Discipline : From Performance Management to Perversity and Punishment

Disiplin kerja dan Kinerja Statistical Analysis Disiplin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Pratheepk anth (2011) Reward Systemand Its Impact on Employee Motivation in Commercial Bank of Sri Lanka Plc, in Jaffna District Sistem Pemberian Imbalan dan Motivasi Karyawan Analisis Regresi Pemberian Imbalan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Motivasi Karyawan

Sumber :Reza (2010), Mirna (2011), Pratama (2015), Umar (2010), Fording (2011) Pratheepkanth (2011). Data diolah oleh penulis

2.5 Kerangka Konseptual

2.5.1 Hubungan Disiplin Kerja terhadap Kinerja

Pelaksanaan disiplin dalam suatu perusahaan merupakan suatu keharusan

karena disiplin dijadikan sebagai suatu aturan atau pedoman dalam pengelolaan

manjemen perusahaan. Menurut Saydam (2005 : 284), disiplin kerja merupakan

sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk menaati dan mematuhi segala

norma-norma, peraturan yang berlaku di sekitarnya. Kedisiplinan melihat pada

bagaimana kepatuhan karyawan untuk dapat taat dan tertib menjalankan aturan

(20)

yang dimiliki. Disiplin kerja sendiri menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

tingkat kinerja yang dimiliki oleh karyawan. Pembinaan disiplin kerja dipercaya

sebagai upaya untuk menggali potensi dan kualitas kerja karyawan. Adanya

pemberian hukuman dan hadiah, serta sanksi dianggap sebagai metode yang tepat

untuk meningkatkan kedisiplinan karyawan. Kesadaran setiap karyawan terhadap

suatu pekerjaan atau tugas yang menjadi tanggung jawabnya diharapkan dapat

terjadi dengan sendirinya tanpa adanya suatu paksaan.

2.5.2 Hubungan Imbalan terhadap Kinerja

Pemberian imbalan merupakan salah satu pelaksanaan fungsi manajemen

sumber daya manusia karena berhubungan dengan semua jenis pemberian

penghargaan individual sebagai pertukaran dalam melaksanakan tugas organisasi.

Menurut Rivai (2005 : 357) Imbalan merupakan sesuatu yang diterima karyawan

sebagai pengganti kontribusi jasa mereka pada perusahaan. Pemberian imbalan

diberikan sebagai penghargaan atas hasil kinerja karyawan. Bentuk imbalan yang

diberikan dapat berupa imbalan finansial seperti gaji, insentif, bonus, asuransi dan

dana pensiun, dan juga imbalan non finansial seperti kesempatan promosi jabatan,

pengakuan dalam bentuk pujian, dan lingkungan kerja yang kondusif. Dalam

konsep manajemen, Imbalan merupakan salah satu cara yang tepat untuk

meningkatkan kinerja karyawan. Dengan diberikannya imbalan yang baik

dipercaya dapat meningkatkan kinerja karyawan dan mempertahankan sumber

daya manusia yang berkualitas. Oleh karenanya perlu diperhatikan pemberian

(21)

Berdasarkan definisi diatas, dapat diketahui bahwa dengan disiplin kerja

serta didukung oleh imbalan akan mempengaruhi kinerja karyawan dalam suatu

perusahaan. Berdasarkan teori pendukung tersebut, kerangka konseptual pada

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber : Saydam (2005), Rivai (2005)

Data diolah oleh penulis

2.6 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah yang ditetapkan maka dirumuskan

hipotesis sebagai berikut “Disiplin Kerja dan Imbalan Mempunyai Pengaruh yang

Signifikan Terhadap Kinerja Karyawan pada PT Bank Tabungan Negara Kantor

Cabang Medan”. DISIPLIN KERJA (X1)

KINERJA (Y)

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu  Nama
Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu  Umar  (2010)  The Influence  ofCompensation  on Performance  of Sales  Representatives of  Pharmaceutical  Companies Based  In Ilorin –Nigeria Variabel Demografis, Imbalan dan Kinerja
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual  Sumber : Saydam (2005), Rivai (2005)

Referensi

Dokumen terkait

Luas selimut < Luas permukaan transfer panas,sehingga sistem pendingin yang digunakan adalah koil.. atau koil adalah 10 psia sehingga delta P

lebih dari 7 tahun) maksimal berjumlah 20% dari pustaka yang digunakan. Tidak jarang dijumpai skripsi yang mencantumkan daftar pustaka yang sangat banyak, yang

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden (65%) memiliki tingkat loyalitas yang sangat tinggi terhadap susu cair karena mereka tidak pernah mengganti

Menurut penelitian Armalita dan Helmi (2018), Envy on Social Media: The Deservingness Theory of Emotion membuktikan bahwa aktivitas memantau informasi tentang orang lain

1) Pendekatan Produksi (Production Approach), yaitu dengan menghitung semua nilai produksi barang dan jasa yang dapat dihasilkan dalam periode tertentu. 2) Pendekatan

Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan para pelaku usaha untuk melakukan penguasaan pasar secara negatif dengan cara-cara menolak dan/atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk

Jika esophagus tidak direseksi dan rencana dilakukan prosedur bypass kolon, dibuat terowongan dengan melakukan diseksi tumpul pada daerah retrosternal, dipisahkan fasia endotoraks

Pola persebaran tingkat kesejahteraan anggota Posdaya Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga sebagian besar termasuk kategori clustered (mengelompok) yang tersebar di