• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II IDENTIFIKASI MIKROSKOPIK SIMPLISIA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KELOMPOK I (SATU)

MUHAMMAD AZHAR A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Farmakognosi merupakan bagian, biokimia, dan kimia sintesis sehingga ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang didefenisikan sebagai fluduger, yaitu penggunaan secara serentak sebagai cabang ilmu pengetahuan untuk memperoleh segala segi yang perlu diketahui tentang obat.

Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan keanekaragaman jenis tumbuhan. Diantara jenis-jenis tumbuhan tersebut ada tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat. Orang-orang dulu meyakini bahwa tumbuhan tersebut memiliki khasiat obat karena penyakit dan naluri untuk mempertahankan hidup. Walaupun dalam bentuk yang sederhana, namun khasiatnya tidak diragukan lagi.

Kehidupan sehari-sehari, kita ketahui bahwa banyak masyarakat di dunia ini sudah kenal bahwa sebagian dari tanaman ini adalah obat. Sering kita lihat bahwa sebagian dari masyarakat memanfaatkan tanaman sebagai makanan, sedangkan pada bidang farmasi mengenal bahwa sebagaian tanaman dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan.

Identifikasi secara mikroskopis dan komposisi sediaan simplisia penting untuk dilakukan. Berdasarkan hal itu, kita dituntut untuk dapat mengenali bentuk morfologi ataupun anatomi serta kandungan kimia dari suatu simplisia. Hal itu disebabkan karena dengan diketahuinya kandungan simplisia, sehingga dapat dianalisis kandungan zat serta dapat mempelajari kemampuan efek terapi dari kandungan simplisia.

Sejalan kemajuan teknologi, kita sebagai masyarakat indonesia khususnya seorang farmasi harus semakin mengenal tentang jaringan-jaringan yang terdapat dalam tanaman khususnya simplisia yang dapat dijadikan sebagai obat.

Hal ini perlu kita ketahui agar pengetahuan kita semakin berkembang, mengenai jaringan di dalam suatu simplisia.

(2)

KELOMPOK I (SATU)

MUHAMMAD AZHAR 2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari percobaan ini yaitu bagaimana melakukan identifikasi dan mengetahui fragmen khas dari masing-masing simplisia secara mikroskopik?

3. Tujuan Praktikum

Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk melakukan identifikasi dan mengetahui fragmen khas dari maisng-masing simplisia.

4. Manfaat Praktikum

Manfaat dari percobaan ini yaitu mahasiswa mampu melakukan identifikasi dan mengetahui fragmen khas dari masing-masing simplisia secara mikroskopik.

(3)

KELOMPOK I (SATU)

MUHAMMAD AZHAR B. TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan tradisional yang secara turun temurun telah digunakan sebagai ramuan obat tradisional. Pengobatan tradisional dengan tanaman obat diharapkan dapat dimanfaatkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Pengembangan obat tradisional diusahakan agar dapat sejalan dengan pengobatan modern. Menteri kesehatan Republik Indonesia mendukung pengembangan obat tradisional, yaitu fitofarmaka, yang berarti diperlukan adanya pengendalian mutu simplisisa yang akan digunakan untuk bahan baku obat atau sediaan galenik. Salah satu cara mengendalikan mutu simplisia adalah dengan melakukan standarisasi simplisia. Standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang digunakan untuk obat sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan tertentu. Parameter mutu simplisia meliputi susut pengeringan, kadar air, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut dan kadar sari larut etanol. Untuk uji kebenaran bahan dilakukan uji makroskopik (Febriani, dkk., 2015).

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengoalahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman dan eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi yang spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya dengan cara tertentu atau zat yang dipisahkan dari tanamannya dengan cara tertentu yang masih belum berupa zat kimia murni. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat yang dihasilkan hewan yang masih belum berupa zat kimia murni. Simplisia mineral adalah simplisia berasal dari bumi, baik telah diolah atau belum, tidak berupa zat kimia murni (Anonim, 1979).

Dalam rangka identifikasi tumbuhan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan melakukan determinasi, pemeriksaan makroskopi, dan mikroskopi. Disamping itu juga dapat dilakukan pemeriksaan kandungan senyawanya baik golongan senyawa seperti glikosida, alkaloid, saponin, protein, karbohidrat, maupun senyawa identitasnya. Bahan yang

(4)

KELOMPOK I (SATU)

MUHAMMAD AZHAR telah diidentifikasi/ dideterminasi selanjutnya dibersihkan dari kotoran dengan air mengalir, ditiriskan dan dibuat penampang melintang, diberi kloralhidrat, dipanaskan dan diperiksa di bawah mikroskop. Bahan yang sudah bersih selanjutnya diiris tipis dengan ketebalan 3-6 mm, dikeringkan dengan oven pada suhu 40-50 °C hingga kadar air sekitar 10% (Mulyani, dkk., 2013).

Proses pengolahan sampel dimulai dari proses pengambilan herba tanaman, kemudian proses sortasi basah untuk menghilangkan pengotor-pengotor saat tumbuhan masih segar. Proses selanjutnya yaitu pencucian terhadap bagian tumbuhan yang digunakan untuk menghilangkan pengotor-pengotor dengan menggunakan air mengalir. Tahap selanjutnya adalah perajangan untuk memperkecil ukuran partikel dan mempermudah proses pengeringan. Pengeringan terhadap hasil. rajangan tersebut dilakukan terlindung dari sinar matahari secara langsung. Tujuannya adalah untuk menghindari kerusakan kandungan kimia dari simplisia akibat pemanasan sacara langsung. Simplisia kering kemudian diolah menjadi serbuk dengan alat penghalus (Zaini, dkk., 2016).

Ekstraksi simplisia daun dilakukan dengan metode maserasi. Daun diolah menjadi simplisia terlebih dahulu sebelum dilakukan ekstraksi. daun basah kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung. Pengeringan bertujuan agar simplisia tidak mudah rusak dan untuk menghindari pembusukan, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Serbuk simplisia dengan luas permukaan lebih besar pada umumnya penyarian akan bertambah baik, karena permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari makin luas dan memecah dinding sel sehingga cairan penyari dapat masuk ke dalam sel dan mengekstraksi lebih banyak kandungan kimia. Pengujian mikroskopik dimaksudkan untuk mengetahui ciri anatomi dan fragmen pengenal daun, dengan cara mengamati serbuk simplisia di bawah mikroskop. Penambahan klorahidrat bertujuan untuk menghilangkan kandungan sel seperti amilum dan protein sehingga sel-sel lain dapat terlihat jelas di bawah mikroskop. Fiksasi dilakukan agar kloralhidrat sedikit menguap

(5)

KELOMPOK I (SATU)

MUHAMMAD AZHAR karena pemanasan sehingga simplisia dapat menempel sempurna pada kaca objek. Selain kloralhidrat dilakukan juga pengamatan serbuk dalam air (Supomo, dkk., 2016).

Brotowali merupakan perdu yang pertumbuhannya memanjat. Tinggi batang dapat mencapai 2,5 m. Batang sebesar jari kelingking, berbintil-bintil rapat, rasanya pahit. Daun brotowali merupakan daun tunggal, berbentuk jantung dengan ujung meruncing, tepi daun rata, tulang daun menjari, berwarna hijau muda. Panjang daun 3-11 cm dengan pangkal bengkok dan membesar. Bunga brotowali berwarna hijau keputihan dan berbentuk tanda semu (Ditjen POM, 1989).

Daun kumis kucing yaitu habitus berupa semak tahunan, tinggi 50-150 cm. Batang berkayu, segi empat, beruas, bercabang, coklat kehijauan. Daun tunggal, bulat telur, panjang 7-10 cm, lebar 8-50 cm, tepi bergerigi ujung dan pangkal runcing, tipis hijau. Bunga majemuk, bentuk malai, di ujung ranting dan cabang,kelopak berlekatan, ujung terbagi empat, benang sari empat, kepala sari ungu, putik satu, putih, mahkota bentuk bibir, putih, buah kotak, bulat telur, masih muda hijau, setelah tua coklat. Biji kecil masih muda hijau, setelah tua hitam. Akar tunggang putih kotor (Badan POM, 2008 :64). Deskripsi haksel yaitu warna hijau keciklatan, tidak berbau dan rasa gak pahit (Ditjen POM, 1989).

Sambiloto adalah tanaman berbatang kecil, banyak percabangan membentuk rumput. Daun tunggal bertangkai pendek, berhadap-hadapan, berbentuk lonjong. Bunganya bulir, warnanya putih atau ungu, bergaris-garis dalam payung. memiliki kandungan senyawa aktif, yaitu deoksiandrografolid, andrografolid, homoandrografolid, 14-deoksi-11, 12-didehidroandrografolid, homoandrodrafolid, flavonoid, alkane, aldehid, mineral, asam kersik, damar (Ditjen POM, 1989).

Nama ilmiah : Eupatorium odoratum L., nama umum : Slam weed , nama lokal : Kirinyuh. Tanaman ini Memiliki akar tunggang, (radix primaria), besar, dalam, mudah diidentifikasi. Batangnya kekuning-kuningan, tinggi mencapai 1 m, tunas dapat keluar dari buku. batang tua semi kayu tinggi 3-7 m, panjang dari batang herbaceous, permukaan agar karena terdapat phallus

(6)

KELOMPOK I (SATU)

MUHAMMAD AZHAR atau (rambut halus), berbuku-buku, bercabang, bentuk bulat/silinder mampu mencapai 1 m lebih. Daunnya menjari, warna hijau tua dan ujung daun meruncing. bersebrangan, margo serratus akuminatus, hiaju tua, hanya memiliki lamina dan petiole yang panjangnya 1 cm/lebih. Ujung daun daun meruncing panjangnya 6-12 cm, lebar 3-7 cm. Permukaan daun agak halus, pada permukaan lamina terdapat phallus atau thrichomata, monomorfiks. Tempat hidup berada didaerah kering cukup air (Ditjen POM, 1989).

(7)

KELOMPOK I (SATU)

MUHAMMAD AZHAR C. BAHAN (Nama Simplisia)

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu : 1. Daun brotowali (Tinospore folium)

2. Daun kumis kucing (Orthosiphonis folium) 3. Daun sambiloto (Andrographis folium) 4. Daun komba-komba (Eupatorii folium) 5. Daun papaya (Caricae folium) 6. Daun sirih (Piperis folium) 7. Herba kemangi (Dumum herba)

8. Herba serai putih (Cymbopeogonis herba) 9. Herba serai merah (Cymbopeogonis herba) 10. Rimpang temulawak (Curcumae rhizoma) 11. Rimpang kencur (Kaempferide rhizoma)

12. Rimpang kunyit (Curcumae domestica rhizoma) 13. Rimpang lengkuas (Languatis rhizoma)

14. Rimpang jahe (Zingiberis rhizoma) 15. Buah mahkota dewa (Phaleriae fructus)

(8)

KELOMPOK I (SATU)

MUHAMMAD AZHAR D. Klasifikasi Tanaman

1. Kumis kucing (Orthosiphon aristatus)

Regnum : Plantae Divisio : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Ordo : Lamiales Familia : Lamiaceae Genus : Orthosiphon

Spesies : Orthosiphon aristatus

2. Brotowali (Tinuspora crispa)

Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Classis : Dicotyledonae Ordo : Euphorbiales Familia : Euphorbiaceae Genus : Tinuspora Spesies : Tinuspora crispa

3. Komba-komba (Eupatorium odoratum)

Regnum : Plantae Divisio : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Ordo : Arterales Familia : Arteraceae Genus : Eupatorium

(9)

KELOMPOK I (SATU)

MUHAMMAD AZHAR 4. Pepaya (Carica papaya L.)

Regnum : Plantae Divisio : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Ordo : Violales Familia : Caricaceae Genus : Carica

Spesies : Carica papaya L.

5. Sambiloto (Andrographis paniculata)

Regnum : Plantae Divisio : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Ordo : Lamiales Familia : Lamiaceae Genus : Andrographis

Spesies : Andrographis paniculata

6. Sirih (Piper betle L.)

Regnum : Plantae Divisio : Tracheobionta Classis : Magnoliopsida Ordo : Piperales Familia : Piperaceae Genus : Piper

Spesies : Piper betle L.

7. Mahkota dewa (Phaleria macnocarpa)

Regnum : Plantae Divisio : Tracheobionta Classis : Magnoliopsida Ordo : Myrtales

(10)

KELOMPOK I (SATU)

MUHAMMAD AZHAR Familia : Thymeleaceae

Genus : Phaleria

Spesies : Phaleria macnocarpa

8. Serai merah (Cymbopogon citratus)

Regnum : Plantae Divisio : Magnoliophyta Classis : Liliopsida Ordo : Poales Familia : Poaceae Genus : Cymbopogon

Spesies : Cymbopogon citrates

9. Serai putih (Cymbopogon lemongrass)

Regnum : Plantae Divisio : Magnoliophyta Classis : Liliopsida Ordo : Poales Familia : Poaceae Genus : Cymbopogon

Spesies : Cymbopogon lemongrass

10. Kemangi (Ocimum sanctum)

Regnum : Plantae Divisio : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Ordo : Lamiales Familia : Lamiaceae Genus : Ocimum

Referensi

Dokumen terkait