• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI PEMBUATAN SIMPLISIA

N/A
N/A
Siti Lutfiana Sari

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI PEMBUATAN SIMPLISIA "

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI PEMBUATAN SIMPLISIA

“ DAUN JAMBU BIJI (Psidium Guajava) ” Metode Pengeringan Sinar Matahari

DOSEN PEMBIMBING : Dr. Apt. Isnaena, MS.

Drs. Apt. Herra Studiawan, MS.

Apt. Budi Astuti, MS.

Apt. Etik Wahyuningsih., M. Farm

Disusun Oleh : KELOMPOK 8

Siti Lutfiana Sari (20221666057) SUB-KELOMPOK :

Erviana Khoirotunnisa ( 2022166054 ) Riska Amelia Fauziah ( 2022166055 )

Alfia ( 2022166056 )

Siti Lutfiana Sari ( 2022166057 ) Laksita Khoiri Imam ( 2022166058 )

Nicky Handayani ( 2022166059 )

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA FAKULTAS ILMU KESEHATAN

S1 FARMASI

2023

(2)

ii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 2

1.3. Manfaat ... 2

BAB II ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

DASAR TEORI ... 4

2.1. Definisi dan Penggolongan Simplisia ... 4

2.2. Cara Membuat Simplisia ... 5

2.3. Kegunaan Simplisia ...5

2.4. Psidium Guajava ... 8

2.5. Kandungan Senyawa Psidium Guajava... 9

2.6. Manfaat Simplisia Psidium Guajava ... 10

BAB III ... 11

METODOLOGI PRAKTIKUM ... 11

ALAT DAN BAHAN ... 11

3.1. Alat ... 11

3.2. Bahan ... 11

3.3. Prosedur Kerja ... 11

BAB IV ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 12

4.1. Hasil ... 12

4.2. Pembahasan ... 12

BAB V ... 13

PENUTUP ... 12

5.1. Kesimpulan ... 12

5.2. Saran ... 12

DAFTAR PUSTAKA ... 13

LAMPIRAN ... 13

(3)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengertian Simplisia menurut Farmakope Indonesia Edisi III adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. (Farmakope Indonesia Edisi III, 1979).

Menurut Farmakope Herbal Indonesia (FHI) Edisi tahun 2017, Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan. Suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari 60°C.

Pada buku Materia Medika Indonesia, Simplisia merupakan bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. (Materia Medika Indonesia, 1980)

Menurut Departemen Kesehatan RI, Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia terbagi menjadi 3 golongan yaitu simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia mineral.

Yang akan dibahas pada artikel ini adalah simplisia nabati. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1987)

Simplisia terdiri atas 3 jenis yaitu, simplisia nabati, hewani dan mineral (pelikan) dengan uraian sebagai berikut:

Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Simplisia Hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni. Simplisia Mineral atau pelikan adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni.

Sedangkan secara umum Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat atau belum mengalami perubahan proses apapun dan kecuali dinyatakan lain, umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan.

(4)

Simplisia sendiri adalah istilah dalam dunia farmasi yang merujuk pada istilah bahan dasar dari tanaman herbal.

1.2. Tujuan

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tentang simplisia serta cara pengelolahan metode pembuatan simplisia sesuai dengan Farmakope Herbal Indoanesia.

1.3. Manfaat

Memahami cara pengolahan bahan alam menjadi sediaan simplisia.

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DASAR TEORI

2.1. Definisi Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia terdiri atas 3 jenis berupa: simplisia nabati, hewani dan mineral (pelikan) dengan uraian sebagai berikut :

1. Simplisia Nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan- bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya. Simplisia nabati tidak hanya sebagian saja tetapi secara keseluruhan bagian tumbuhan, seperti akar, kulit akar, batang, kulit batang, kayu, biji, buah, daun, bagian bunga dan umbi lapis dan rimpang. contoh : bunga cengkeh (clove), lada hitam, daun sereh, kulit kayu manis, Curcuma domestica rhizom, psidium guajava, piperis nigri fructus, dll.

2. Simplisia Hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum ieconis asselli) dan madu (Mel depuratum), adeps lanae, cera flava, cera alba, dll.

3. Simplisia Mineral atau pelikan adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contohnya serbuk seng dan tembaga, CaCO3, kaolin, paraffinum liquidum, dll.

(6)

2.2. Cara Membuat Simplisia

Adapun tahap-tahap proses pembuatan pembuatan simplisia meliputi :

1. Pengumpulan bahan baku

Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan kualitas bahan baku. Faktor yang paling berperan dalam hal ini adalah masa panen. Berdasarkan pengambilan bahan baku tanaman dilakukan sebagai media bahan praktikum farmakognosi simplisia kali ini sebagai berikut: Daun

Panen daun dilakukan pada saat proses fotosintesis berlangsung maksimal yaitu ditandai dengan saat-saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak. Untuk pengambilan pucuk daun, dianjurkan dipungut pada saat warna pucuk daun berubah menjadi daun tua.

2. Sortasi Basah

Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman masih segar. Sortasi dilakukan terhadap :

a. Dilakukan dengan cara pemisahan sampel untuk menghilangkan sampel dari tanah dan kotoran lainnya yang melekat.

b. Bahan tanaman lain atau bagian lain dari tanaman yang tidak digunakan.

c. Bagian tanaman yang rusak (dimakan ular dan sebagainya).

Cara sortasi basah sangat mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba awal simplisia.

3. Pencucian

Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran tanah dan pengotoran lainnya yang melekat, terutama bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah dan juga bahan-bahan yang tercemar pestisida. Pencucian dilakukan dengan menggunakan air yang berasal dari beberapa sumber yakni mata air, sumur dan PAM. Pencucian dilakukan dengan air bersih yang mengalir. Pencucian bahan simplisia satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal, jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang jumlah mikroba tertinggal hanya 42% dari awal. Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air pencucian yang

(7)

digunakan biasanya mengandung juga sejumlah mikroba. Cara Pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba awal simplisia.

4. Perajangan

Perajangan (Slicing) adalah proses pengecilan dengan menggunakan pisau untuk mendapatkan ukuran panjang potongan yang lebih kecil dan tipis dengan arah melintang, miring, atau sejajar panjang bahan yang akan dipotong. Proses perajangan bertujuan untuk mempermudah dan mempercepat proses pengeringan, pengepakan, dan penggilingan dengan cara memperkecil bagian karena permukaan yang diperbesar akan pada akhirnya penurunan kadar air lebih cepat selama masa pengeringan.

5. Pengeringan

Pengeringan, dilakukan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak dan dapat disimpan dalam waktu yang lama. Pengeringan dibagi menjadi dua cara yaitu dengan cara penjemuran dibawah sinar matahari langsung dan dengan cara pengeringan menggunakan alat pengering (oven) dengan suhu antara 40-60oC. Secara umum simplisia harus dikeringkan pada suhu dibawah 30°C, untuk menghindari terurainya komponen kimia yang terdapat dalam tumbuhan akibat dari pengaruh suhu. Sampel harus dihindari dari sinar matahari langsung karena adanya potensi transformasi kimia akibat dari radiasi sinar UV.

Metode pengerangan simplisia dilakukan dengan cara : 1) Pengeringan Alamiah

Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang dikeringkan, dapat dilakukan dengan cara :

a) Dengan panas sinar matahari langsung untuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji dan lain sebagainya serta mengandung senyawa aktif yang stabil.

b) Dengan diangin-anginkan, tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung. Cara ini merupakan cara utama yang digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman yang lunak.

2) Pengeringan Buatan dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang lebih baik, karena pengeringan akan lebih merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca.

(8)

Prinsip pengeringan buatan adalah udara dipanaskan oleh sumber panas seperti lampu, kompor, listrik, atau mesin diesel dan bisa juga menggunakan oven.

Proses pengeringan simplisia, terutama bertujuan :

a. Menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri.

b. Menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut kandungan zat aktif.

c. Memudahkan dalam hal pengelolaan proses, selanjutnya (ringkas, mudah disimpan, tahan lama dan sebagainya).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan yaitu :

a. Waktu pengeringan. Semakin lama dikeringkan akan semakin kering bahan itu.

b. Suhu pengeringan. Semakin tinggi suhunya semakin cepat kering, tetapi harus dipertimbangkan daya tahan kandungan zat aktif di dalam sel yang kebanyakan tidak tahan panas.

c. Kelembapan udara disekitarnya dan kelembapan bahan atau kandungan air dari bahan.

d. Ketebalan bahan yang dikeringkan.

e. Sirkulasi udara.

f. Luas permukaan bahan. Semakin luas permukaan bahan semakin mudah kering.

6. Sortasi kering

Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami proses pengeringan.

Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan yang terlalu gosong, bahan yang rusak akibat terlindas roda kendaraan, atau dibersihkan dari kotoran hewan. Sortasi kering, dilakukan untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih tertinggal pada simplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum simplisia dibungkus untuk kemudian disimpan.

Pada simplisia yg melekat pada daun yang harus dibersihkan dan dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus.

(9)

7. Penghalusan

Jika sampel yang akan dihaluskan jumlahnya sedikit maka akan digunakan blender.

Tetapi jika jumlah sampel banyak, maka dianjurkan untuk menghaluskan dengan menggunakan peralatan penghancur skala industri.

8. Penyimpanan

Setelah tahap pengeringan, sortasi kering dan penghalusan selesai maka simplisia perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara simplisia satu dengan yang lainnya. Penyimpanan dan pengepakan, dilakukan untuk mencegah terjadinya penurunan mutu dari simplisia.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpanan simplisia menjadi rusak, berubah mutunya baik dari factor luar dan dalam, antara lain :

a) Cahaya, Sinar dari panjang gelombang tertentu dapat menimbulkan perubahan kimia pada simplisia, misalnya isomerisasi, polimerisasi, rasemisasi, dan sebagainya.

b) Oksigen atau sirkulasi udara

c) Reaksi kimia yang terjadi antara kandungan aktif tanaman dengan wadah.

d) Penyerapan air, Simplisia yang higroskopik, misalnya agar- agar, bila disimpan dalam wadah yang terbuka akan menyerap lengas udara sehingga menjadi kempal basah atau mencair.

e) Kemungkinan terjadinya proses dehidrasi.

f) Pengotoran atau pencemaran, baik yang diakibatkan oleh berbagai sumber, misalnya debu atau pasir, ekskresi hewan serangga, kapang, baik oleh bentuk ulatnya maupun oleh bentuk dewasanya, bulu-bulu tikus atau binatang lain, bahan-bahan asing (misalnya minyak yang tertumpah) dan fragmen wadah (karung goni).

g) Kapang bila kadar air dalam simplisia terlalu tinggi, maka simplisia dapat berkapang Kerusakan yang timbul tidak hanya terbatas pada jaringan simplisia, tetapi juga akan merusak susunan kimia zat yang dikandung dan malahan dari kapangnya dapat mengeluarkan toksin yang dapat mengganggu kesehatan.

(10)

2.3. Kegunaan Simplisia

Secara umum adalah simplisia nabati yang telah melalui proses pasca panen dan proses preparasi secara sederhana yang siap pakai atau siap diproses lebih yaitu:

a. Jamu: siap pakai dalam serbuk halus untuk diseduh sebelum diminum b. Infus: siap dipakai untuk dicacah dan digodok sebagai jamu godokan

c. Diproses lebih lanjut untuk dijadikan produk sediaan farmasi lain yang umumnya melalui proses ekstraksi, separasi dan pemurnian yaitu menjadi ekstrak, fraksi atau bahan isolate senyawa murni.

2.4. Psidium Guajava

Gambar no.1 Tanaman jambu biji

Jambu biji adalah pohon yang termasuk famili Myrtaceae. Pohon ini dapat ditanam di tanah apapun pada iklimnya tropis atau subtropis. India adalah produsen jambu biji terbesar dan diikuti oleh negara Cina. Daun jambu biji (Psidium guajava L.) adalah tanaman yang umum ditemukan di daerah tropis dan telah lama dikenal karena nilai obatnya berbau aromatik dan rasanya sepat. Daunnya merupakan daun tunggal yang berwarna hijau keabuan, helai-helai daun berbentuk jorong sampai bulat memanjang, ujung daunnya meruncing sedangkan pangkal daunnya juga meruncing tetapi ada pula yang membulat, daun berukuran panjang antara 6cm sampai 15cm dan lebar antara 3cm sampai 7,5cm sedangkan tangkainya kurang lebih 1cm. Daun berambut penutup pendek, tampak berbintik-bintik yang sesungguhnya merupakan rongga-rongga lisigen, warnanya gelap namun bila dalam keadaan terendam air menjadi tembus Cahaya.

(11)

Klasifikasi Botani Jambu Biji (Psidium guajava) Berikut ini merupakan klasifikasi Botani dari tumbuhan Jambu Biji:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Vascular Plants Divisi : Spermatophyta Seed plants Subdivisi : Angiospermae Flower plants Kelas : Dicotyledonae Dicotyledonous Subkelas : Rosidae

Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Psidium

Species : Psidium guajava

2.5. Kandungan Senyawa Psidium Guajava

Daun jambu biji (Psidium guajava L.) mengandung berbagai senyawa kimia aktif diantaranya saponin, flavonoid, tri terpenoid, minyak atsiri, tanin, beta sitosterol dan memiliki aktivitas antimikroba, analgesik, antiinflamasi, antispasmodik, antikanker, hepatoprotektif, dan antioksidan. Satu daun jambu biji memiliki berbagai macam kandungan yang terdiri dari berbagai zat bioakif seperti tanin, fenol, flavonoids, triterpenes, minyak atsiri, saponin, karotenoid, lectins, vitamin, asam lemak, asam galat, catechin, epicatechin, rutin, narigenin, kaempferol, quercetin dan senyawa-senyawa lainnya.

2.6. Manfaat Simplisia Psidium Guajava

Manfaat simplisia daun jambu biji yang sering di gunakan adalah sebagai anti diare, Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Revista do Instituto de Medicina Tropical de Sao Paulo, ekstrak daun jambu biji mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang menyebabkan diare, orang yang menderita diare disarankan untuk mengonsumsi daun jambu biji agar mengurangi sakit perut, menghambat pengeluaran tinja yang berair, serta memulihkan tubuh lebih cepat.

Daun jambu biji juga digunakan untuk mengobati diare kronis terutama pada anak- anak. Selain menghentikan diare.

(12)

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

ALAT DAN BAHAN 3.1. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kami adalah:

a. Ayakan b. Baskom c. Botol d. Gunting

e. Kertas Perkamen f. Kain

g. Nampan h. Pisau i. Plastik Klip j. Talenan k. Tisu l. Timbangan m. Toples kaca

3.2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kami adalah:

a. Dauh jambu biji (Psidium guajava) b. Silica Gel (Food grade)

3.3. Prosedur Kerja

Cara pembuatan simplisia daun jambu biji 1. Pengumpulan bahan baku

Pengumpulan bahan yang akan dijadikan simplisia merupakan langkah awal dalam pembuatan simplisia. Teknik pemetikan dilakukan dengan cara langsung tanpa menggunakan alat-alat. Bahan yang kita pakai adalah daun, jadi mulai pilah/petik daun dari sisi batang/tangkai.

(13)

2. Sortasi Basah

Setelah pemisahan antara daun dan tangkai. Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari daun jambu yang telah dikumpulkan, seperti tanah atau debu yang menempel pada saat panen.

3. Pencucian

Selanjutnya Pencucian dilakukan dengan air bersih dan mengalir. Pencucian bertujuan menghilangkan kotoran-kotoran dan mengurangi mikroba-mikroba yang melekat pada bahan. Kemudian, tiriskan dilakukan untuk memisahkan air setelah pencucian agar daun tidak terlalu basa oleh air saat penimbangan.

4. Penimbangan awal

Penimbangan dilakukan untuk mengetahui jumlah kotor/jumlah awal bahan yang digunakan.

5. Perajangan

Perajangan dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki.

Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan, dan penyimpanan.

6. Pengeringan

Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari sebagai media pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, dan Waktu pengeringan. Pengeringan dilakukan diatas kertas perkamen besar dengan mengunakan sinar matahari. Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pembusukan dapat terhambat.

(14)

7. Penimbangan kedua

Setelah Pengeringan selama beberapa hari dilakukn penimbangan Kembali untuk mengetahui jumlah bobot bahan dalam kondisi kering yang akan digunakan.

8. Sortasi Kering

Setelah penimbangan kedua, bahan kembali disortasi kering dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari daun jambu yang telah dikumpulkan dari pengeringan, seperti tanah atau debu dan kemungkinan adanya jamur yang menempel pada saat pengeringan.

9. Penimbangan ketiga

Setelah dilakukan sortasi kering maka dilakukan penimbangan kembali untuk mengetahui jumlah bobot bahan dalam kondisi kering yang sudah disortasi kering yang akan digunakan. Kemudian, bagi dua bagian untuk dihaluskan satu dalam bentuk simplisia bubuk dan dibungkus satu masih dalam bentuk simplisia daun kering.

10. Penghalusan

Setelah tahap dibagi dua bagian untuk dihaluskan satu dalam bentuk simplisia bubuk. Jika sampel yang akan dihaluskan jumlahnya sedikit maka akan digunakan blender. Tetapi jika jumlah sampel banyak, maka dianjurkan untuk menghaluskan dengan menggunakan peralatan penghancur skala industri.

Kemudian, dilakukan pengayakan.

11. Penyimpanan

Setelah tahap penghalusan dan pengayakan selesai maka simplisia perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara simplisia satu dengan yang lainnya. Ditempatkan dalam wadah yang berbeda baik dalam bentuk bubuk botol dan salah satu dibungkus yang masih dalam bentuk simplisia daun kering dalam plastik klip. Penyimpanan dan pengepakan, dilakukan untuk mencegah terjadinya penurunan mutu dari simplisia, Maka

(15)

ditambahkan silica gel agar membantu mencegah kerusakan akibat kelembapan agar tetap normal, sehingga makanan dapat disimpan lebih lama dan tetap segar. Dan dapat menjaga kualitas makanan agar rasa, tektur, dan aroma tetap sama seperti awal pembuatan/aslinya,

12. Pemberian Etiket/Label

Setelah tahap penyimpanan atau pembungkusan dan nambahan silica gel kedua simplisia. Maka dilanjutkan dengan pemberian etiket/label pada setiap simplisia dalam bentuk bubuk maupun simplisia yang masih dalam bentuk daun kering.

(16)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil

Tabel Analisis Data ini membahas dan membandingkan dari ketiga metode pengeringan yang dilakukan pada simplisia daun jambu biji.

• Berdasarkan praktikum simplisia daun jambu biji maka hasil data sebagai berikut :

Metode

Pengeringan Sinar Matahari Angin - angin Oven ( 𝟒𝟎°𝑪 )

Berat Awal Bahan Daun Jambu Biji

585,83 g - 434 g

Berat Daun Jambu Biji Setelah Pencucian

540,71 g 425,86 g 598 g

Berat Daun Jambu Biji

Setelah Pengeringan

165,60 g 124,55 g 32,49 g

Berat Daun Jambu Biji

Setelah Penyortirann

162,75 g - 69,28 g

(17)

Berat Daun Jambu Biji yang

Berjamur

2,94 g - -

Berat Simplisia Daun Kering

Tidak Diblender 80,45 g 62;08 g 34,64 g

Berat Simplisia Daun Kering

Diblender

82,38 g - -

Berat Simplisia Sebelum Di

Ayakan

80,92 g - -

Berat Simplisia

Serbuk Halus 62,79 g 52,18 g 20,24 g

Berat Kasar

Sisa Ayakan 16,94 g - -

(18)

Rendemen = 𝑷𝒆𝒏𝒊𝒎𝒃𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒆𝒓𝒊𝒏𝒈𝒂𝒏 (𝒈𝒓𝒂𝒎)

𝑷𝒆𝒏𝒊𝒎𝒃𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒏𝒄𝒖𝒄𝒊𝒂𝒏 (𝒈𝒓𝒂𝒎) × 𝟏𝟎𝟎 %

- Remenden metode pengeringan sinar matahari o Rendemen = 165,60 𝑔

540,71 𝑔 × 100 % = 3,26 % - Remenden metode pengeringan angin - angin

o Rendemen = 124,55 𝑔

425,86 𝑔 × 100 % = 3,41 % - Remenden metode pengeringan oven ( 𝟒𝟎°𝑪 )

o Rendemen = 32,49 𝑔

100 𝑔 × 100 % = 3,07%

➢ % 𝑲𝒂𝒅𝒂𝒓 𝒑𝒆𝒏𝒚𝒖𝒔𝒖𝒕𝒂𝒏 =𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝒑𝒆𝒎𝒂𝒏𝒂𝒔𝒂𝒏 − 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓

𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝒑𝒆𝒎𝒂𝒏𝒂𝒔𝒂𝒏 × 𝟏𝟎𝟎 %

- % Kadar penyusutan metode pengeringan sinar matahari o % 𝐊𝐚𝐝𝐚𝐫 𝐩𝐞𝐧𝐲𝐮𝐬𝐮𝐭𝐚𝐧 = 𝟓𝟒𝟎,𝟕𝟏 𝒈 − 𝟏𝟔𝟓,𝟔𝟎 𝒈

𝟓𝟒𝟎,𝟕𝟏 𝒈 × 𝟏𝟎𝟎 % = 𝟏, 𝟓𝟏 % - % Kadar penyusutan metode pengeringan angin – angin

o % 𝐊𝐚𝐝𝐚𝐫 𝐩𝐞𝐧𝐲𝐮𝐬𝐮𝐭𝐚𝐧 = 𝟒𝟐𝟓,𝟖𝟔 𝒈 − 𝟏𝟐𝟒,𝟓𝟓 𝒈

𝟒𝟐𝟓,𝟖𝟔 𝒈 × 𝟏𝟎𝟎 % = 𝟏, 𝟒𝟏 % - % Kadar penyusutan metode pengeringan oven ( 𝟒𝟎°𝑪 )

o % 𝐊𝐚𝐝𝐚𝐫 𝐩𝐞𝐧𝐲𝐮𝐬𝐮𝐭𝐚𝐧 = 𝟏𝟎𝟎 𝒈 − 𝟑𝟐,𝟒𝟗 𝒈

𝟏𝟎𝟎 𝒈 × 𝟏𝟎𝟎 % = 𝟏, 𝟒𝟖 %

• Berdasarkan ciri khas yang dimiliki simplisia daun jambu biji dari 2 jenis maka hasil data sebagai berikut

Ciri Khas

Simplisia Basah Simplisia Kering

Bau Bau khas Bau khas

Rasa Kelat, sedikit pahit,s epat Sepat

Warna Hijau Coklat muda keemasan

Pemerian • Daun jambu biji memiliki helaian bentuk bulat telur agak jorong, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata,

• Daun jambu biji memiliki helaian bentuk bulat telur agak jorong, ujung tumpul, pangkal membulat,

(19)

pertulangan menyirip, panjang 6-14 cm, lebar 3-6 cm, dan berwarna hijau.

• Daun jambu biji berdaun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan, berambut halus, dan permukaan atas daun licin.

• Daun jambu biji mengandung senyawa-senyawa sejenis seperti 2,3 heksahidroksi-difenoil-glukosa, skriktinin, isostrikinin, telimagradin, pendukulagin, kasuakritin, kusuariin, kasuarinin dan stakiurin . Selain itu, daun jambu biji juga mengandung metabolit sekunder seperti tanin, polifenol, flavonoid, monoterpenoid, siskuiterpen, alkaloid, kuinon dan saponin .

• Selain itu, daun jambu biji juga mengandung metabolit sekunder seperti tanin, polifenol, flavonoid, monoterpenoid, siskuiterpen, alkaloid, kuinon dan saponin.

• Daun jambu biji telah terbukti mempunyai berbagai efek farmakologis seperti analgesik, antiinflamasi, antimutagenik dan antidiare.

tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 6-14 cm, lebar 3-6 cm, dan berwarna hijau.

• Daun jambu biji berdaun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan, berambut halus, dan permukaan atas daun licin.

• Daun jambu biji mengandung senyawa-senyawa sejenis seperti 2,3 heksahidroksi-difenoil-glukosa, skriktinin, isostrikinin, telimagradin, pendukulagin, kasuakritin, kusuariin, kasuarinin dan stakiurin . Selain itu, daun jambu biji juga mengandung metabolit sekunder seperti tanin, polifenol, flavonoid, monoterpenoid, siskuiterpen, alkaloid, kuinon dan saponin .

• Selain itu, daun jambu biji juga mengandung metabolit sekunder seperti tanin, polifenol, flavonoid, monoterpenoid, siskuiterpen, alkaloid, kuinon dan saponin.

Daun jambu biji telah terbukti mempunyai berbagai efek farmakologis seperti analgesik, antiinflamasi, antimutagenik dan antidiare

(20)

4.2. Pembahasan

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia terdiri atas 3 jenis berupa: simplisia nabati, hewani dan mineral (pelikan). Dari praktikum yang kita lakukan termasuk kedalam Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang mengunakan bahan dari daun jambu biji merupakan salah satu buah yang cukup populer di masyarakat, dan diketahui mengandung vitamin C untuk daya tahan tubuh. Selain sebagai buah, jambu biji juga dapat dijadikan sebagai obat herbal yang mampu mencegah kanker, melancarkan pencernaan, menurunkan kolesterol, dan menyehatkan mata. Untuk konsumsinya adalah buah dapat dimakan langsung berukuran sedang dengan berat 55 gram, dan daun dapat diolah dengan berat 15 gram, baik segar maupun kering per hari.

Prosedur Kerja

1. Bahan di sortir, dicuci hingga bersihkan, lalu ditiriskan.

2. Bahan ditimbang dan dicatatat dalam berat gram.

3. Bahan dipotong-potong.

4. Lalu dikeringkan di atas kertas perkamen disebar secara merata.

5. Setelah kering, kemudian ditimbang hasil keseluruhan lalu di timbang bagi dua 6. Setelah itu diambil sebagian untuk di haluskan, lalu disimpan diplastik klip dan

sebagian lainnya untuk disimpan dibotol wadah tertutup baik.

7. Lalu di beri label di plastik klip dan botol wadah.

Keunggulan dan Kekurangan Simplisia

- Simplisia mempunyai keunggulan, yaitu: Efek samping relatif lebih kecil dari pada obat-obatan kimia, Mempunyai komposisi yang saling mendukung untuk mencapai efektivitas pengobatan, Baik untuk penyakit metabolik dan degeneratif.

- Sedangkan kekurangannya adalah:Memiliki efek pengobatan yang lemah,Bahan baku belum tersandar,Belum ada uji klinis,Mudah tercemar berbagai mikroorganisme.

(21)

Khasiat

Menurunkan kadar gula darah, Meningkatkan kesehatan jantung, meringankan nyeri menstruasi, meningkat kesehatan pencernaan, menurunkan berat badan.

Penyimpanan

Simpan suhu ruangan jauhkan dari paparan sinar matahari langsung dan hindarkan dari jangkauan anak anak.

(22)

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

Kesimpulan mengenai proses tahapan pengolahan simplisia daun jambu biji di lakukan pada percobaan kali ini, dimulai dari pengambilan bahan, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengering, sortasi kering, dan penyimpanan menghasilkan simplisia sereh yang berkualitas baik. Dan penjumlahan setiap hasil dari tiap-tiap proses penimbang yang dilakukan untuk mengisi data analisis yang dibutuhkan. Dan mengetahui manfaat dari simplisia.

5.2. Kesan

Diharapkan bagi pembaca untuk menambah informasi dari sumber literasi lain.

Hal tersebut bertujuan agar informasi dan pengembangan pengetahuan yang didapat semakin lengkap. Semoga bisa menjadi koreksi dimasa mendatang agar lebih baik lagi dari sebelumnya

(23)

DAFTAR PUSTAKA

https://kesehatan.kontan.co.id/news/cek-10-manfaat-daun-jambu-biji- untuk-kesehatan-dan-cara-merebusnya-di-rumah.

(24)

LAPORAN_PRAKTIKUM_SIMPLISIA. (n.d.).

LAPORAN_PRATIKUM_FARMAKOGNOSI_kelompok_6. (n.d.).

LAMPIRAN

(25)

Referensi

Dokumen terkait

Proses penentuan konsentrasi senyawa aktif atau senyawa penciri yang dikandung oleh suatu tanaman obat perlu dilakukan secara cepat dan akurat.. Untuk itu sangat diperlukan

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) memiliki koleksi plasma nutfah lempuyang yang belum diketahui potensi, sifat- sifatnya, dan kandungan zat aktif

Pengolahan tanah untuk media tumbuh tanaman dilakukan tergantung pada jenis tanaman yang akan ditanaman misalnya untuk tanaman padi membutuhkan tanah yang

dibedakan menjadi sampah yang mengandung senyawa organik yang berasal dari tanaman, hewan dan mikroba dan sampah anorganik yaitu garbage (bahan yang mudah membusuk)

Sortasi kering dilakukan sebelum pewadahan simplisia  bertujuan memisahkan sisa-sisa benda asing atau bagian tanaman yang tidak dikehendaki yang tidak tersortir pada saat

Pemisahan senyawa atau unsur-unsur yang dikandung sehingga didapatkan berat endapan dapat dilakukan melalui cara pengendapan pada analisis gravimetrik.. Kadar klorida dapat

Jumlah Bahan dan Hasil Pembuatan Amilum: Nama bagian tanaman : Amylum Manihot Pati Singkong Klasifikasi asal tanaman : tanaman singkong pertama kali diperkenalkan ke Kongo, Afrika

Dasar Teori Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan