• Tidak ada hasil yang ditemukan

Serambi Akademica, Vol. III, No. 2, November 2015 ISSN :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Serambi Akademica, Vol. III, No. 2, November 2015 ISSN :"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

318

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DALAM PROSES PEMBELAJARAN SAINS

BAGI SISWA TINGKAT SMP/MTs Jailani1, Nurlena Andalia2 1,2)

Dosen FKIP USM Banda Aceh Abstrak

Penerapan konsep pendidikan kecakapan hidup terkait dengan kondisi peserta didik dan lingkungannya seperti substansi yang dipelajari, karakter peserta didik, kondisi sekolah dan lingkungannya. Prinsip pembelajaran kecapakan hidup lebih kepada kontekstual, yaitu adanya kaitan antara kehidupan nyata dengan lingkungan dan pengalaman peserta didik. Pendekatan pembelajaran menekankan dan menyesuaikan dengan kehidupan nyata atau kontekstual dalam kehidupan keseharian peserta didik. Secara umum pendidikan kecakapan hidup bertujuan memfungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi peserta didik dalam menghadapi perannya di masa mendatang. Secara khusus bertujuan untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi, memberikan wawasan yang luas mengenai pengembangan karir peserta didik, memberikan bekal dengan latihan dasar tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya di lingkungan sekolah sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah. Sains berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan sains diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan sains diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar dan teknologi serta mengembangkan kecakapan hidup mereka. .

Kata Kunci: Kecakapan Hidup, Pembelajaran Sains PENDAHULUAN

Peningkatan mutu pendidikan merupakan sebuah komitmen bersama yang harus dipegang teguh. Pendidikan kecakapan hidup sebagai salah satu upaya dalam melahirkan generasi yang bukan hanya mampu hidup tetapi juga mampu bertahan hidup, dan bahkan dapat unggul dalam kehidupan dikemudian hari. Disamping itu perlu kesadaran bersama bahwa peningkatan mutu pendidikan merupakan komitmen untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi peserta didik agar berani menghadapi problema yang dihadapi tanpa merasa tertekan, mau dan mampu, serta senang mengembangkan diri untuk menjadi manusia unggul. Pendidikan juga diharapkan mampu mendorong peserta didik untuk memelihara diri sendiri, sambil meningkatkan hubungan dengan Allah, hubungan dengan masyarakat, dan lingkungannya. Dengan demikian jelas bahwa perlu dirancang suatu model pendidikan kecakapan hidup untuk membantu guru/sekolah dalam membekali peserta didik dengan berbagai kecakapan hidup, yang secara integratif memadukan potensi generik dan spesifik guna memecahkan dan mengatasi problema hidup peserta didik dalam kehidupan di masyarakat dan lingkungannya baik secara lokal maupun global (Hopson:2008).

(2)

319 Konsep pendidikan kecakapan hidup atau life skill education pada saat ini telah menjadi suatu kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan. Hal ini terlihat dari terakomodasinya kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada pencapaian kecakapan hidup bagi setiap peserta didik dalam rancangan kurikulum.

Yang menjadi masalah pendidikan kecakapan hidup di sekolah-sekolah formal terutama di tingkat SD SMP dan SMA menurut Depdiknas (2006) adalah masih terdapat perbedaan pandangan baik secara konsep maupun pengimplementasiannya, sehingga life skill diartikan terbatas kepada satu kegiatan pembekalan dalam keterampilan tertentu yang sifatnya vocasional saja (hard skill). Sehingga hakekat pendidikan life skill dalam proses pembelajaran yang sebenarnya kecenderungan minim sekali bahkan menjadi hilang. Untuk pengimplementasian muatan kecakapan hidup dalam aktivitas pembelajaran dinilai bisa menjawab tuntutan akibat perubahan yang sangat cepat yang memunculkan tantangan yang lebih komplek dan meningkat dari lingkungan.

PEMBAHASAN

Model Pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup

Kita menyadari bahwa proses belajar dapat terjadi pada setiap saat dan di segala tempat. Setiap orang, baik anak-anak maupun orang dewasa mengalami proses belajar lewat apa yang dijumpai atau apa yang dikerjakan. Secara alamiah setiap orang akan terus belajar melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan. Pendidikan sebagai suatu sistem, pada dasarnya merupakan bagian dari sistem proses perolehan pengalaman belajar tersebut. Oleh karena itu secara filosofis pendidikan diartikan sebagai proses perolehan pengalaman belajar yang berguna bagi peserta didik (Delor:2006). Pengalaman belajar tersebut diharapkan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik, sehingga siap digunakan untuk memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik diharapkan juga mengilhami mereka ketika menghadapi problema dalam kehidupan sesungguhnya.

Kebijakan yang berkaitan dengan dimasukkannya program pendidikan kecakapan hidup dalam Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dilandasi kenyataan bahwa dalam pendidikan tidak hanya mengejar pengetahuan semata tetapi juga pada pengembangan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai tertentu yang dapat direfleksikan dalam kehidupan peserta didik. Sekolah tempat program pendidikan dilaksanakan merupakan bagian dari masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan kecakapan hidup di sekolah perlu memberikan wawasan yang luas pada peserta didik mengenai keterampilan-keterampilan tertentu yang berkaitan dengan pengalaman peserta didik dalam keseharian pada lingkungannya. Untuk memudahkan pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup diperlukan adanya model pengembangan yang bersifat umum untuk membantu guru/sekolah dalam mengembangkan muatan kecakapan hidup dalam proses pembelajaran. Pendidikan kecakapan hidup bukan merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri melainkan terintegrasi melalui matapelajaran-matapelajaran, sehingga pedidikan kecapakan hidup dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran yang ada (Lauson A.E,: 2000).

Konsep kecakapan hidup merupakan salah satu fokus analisis dalam pengembangan kurikulum pendidikan yang menekankan pada kecakapan hidup dan bekerja. Menurut Philip, C.J. (2005) bahwa ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam pengembangan pendidikan kecakapan hidup diantaranya: 1) kemampuan yang relevan untuk dikuasai peserta didik, 2) materi pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, 3) kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik untuk mencapai kompetensi, 4) fasilitas, alat dan sumber belajar yang memadai, dan 5) kemampuan-kemampuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Kecakapan hidup akan memiliki makna yang luas apabila kegiatan pembelajaran yang dirancang memberikan dampak positif bagi peserta didik dalam memecahkan problematika kehidupannya. Pendidikan kecakapan hidup menyiapkan peserta

(3)

320

didik dalam mengatasi problematika hidup dan kehidupan yang dihadapi secara proaktif dan reaktif guna menemukan solusi dari permasalahannya.

Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup di SMP/MTs

Program pendidikan kecakapan hidup yang dikembangkan di sekolah mengacu pada dua dimensi, yaitu kecakapan hidup yang bersifat generik (generic life skill) dan kecakapan hidup spesifik (specific life skill) (Mc.Kenly:2010). Dimensi generik meliputi kesadaran diri, kecakapan berpikir dan bernalar, serta kecakapan bekerja sama. Semua kecakapan ini dapat dikembangkan pada berbagai mata pelajaran. Sedangkan dimensi spesifik, yaitu kecakapan untuk menghadapi pekerjaan atau keadaan tertentu, yang mencakup kecakapan akademik dan kecakapan vokasional. Kecakapan akademik terkait dengan konten akademik mata pelajaran tertentu, misalnya biologi, fisika, geografi, ekonomi dan lain-lain. Sedangkan kecakapan vokasional terkait dengan kejuruan tertentu, seperti, tehnik elektro, seni ukir, grafika, tata boga, tata busana, dan lain-lain.

Pendidikan kecakapan hidup pada jenjang SMP lebih menekankan kepada pembelajaran akhlak sebagai dasar pembentukan nilai-nilai dasar kebajikan (basic goodness), seperti: kejujuran, kebaikan, kepatuhan, keadilan, etos kerja, kepahlawanan, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta kemampuan bersosialisasi. Oleh karena itu pelaksanaan pendidikan kecapakan hidup pada jenjang SMP lebih menekankan kepada kecakapan hidup umum (generik life skill), yaitu mencakup aspek kecakapan personal (personal skill) dan kecakapan sosial (social skill). Ini memberikan gambaran bahwa untuk jenjang dasar didasarkan pada prinsip bahwa kecakapan secara umum merupakan fondasi kecakapan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Ini juga dapat dikatakan bahwa bukan berarti bahwa jenjang ini tidak perlu dikembangkan kecakapan hidup akademik dan vokasional, akan tetapi apabila dikembangkan maka baru pada tataran awal, misalnya berpikir kritis dan rasional, menumbuhkan sikap jujur dan toleransi.

Aspek dasar yang harus dimiliki peserta didik di SMP adalah kecakapan personal dan sosial yang sering disebut sebagai kecakapan generik (general life skill). Proses pembelajaran dengan pembenahan aspek personal dan sosial merupakan prasyarat yang harus diupayakan berlangsung pada jenjang ini (Philip, C.J.:2005). Peserta didik pada usia SMP tidak hanya membutuhkan kecakapan membaca-berhitung sebagaimana pada usia SD, melainkan juga butuh suatu kecakapan lain yang mengajaknya untuk cakap bernalar dan mengarifi kehidupan, sehingga pada masanya peserta didik dapat berkembang, kreatif, produktif, kritis, jujur untuk menjadi manusia-manusia yang unggul dan pekerja keras.

Masing-masing jenis kecakapan hidup dibagi menjadi sub kecakapan , Kecakapan hidup generic terdiri atas kecakapan personal (personal skill), dan kecakapan sosial (social skill). Kecakapan personal mencakup kecakapan dalam memahami diri (self awareness skill) dan kecakapan berpikir (thinking skill). Kecakapan mengenal diri pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Allah Yang Maha Esa, sebagai anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sekaligus sebagai modal dalam dirinya untuk meningkatkan sebagai individu yang bermamfaat bagi lingkungannya . Kecakapan berpikir mencakup antara lain kecakapan mengenali dan menemukan informasi, mengolah dan mengambil keputusan, serta memecahkan masalah secara kreatif. Sedangkan dalam kecakapan sosial mencakup kecakapan berkomunikasi (communications skill) dan kecapakapan bekerjasama (collaboration skill ).

Kecakapan spesifik adalah kecakapan untuk menghadapi pekerjaan dan keadaan tertentu. Kecakapan ini terdiri dari kecapakan akademik (academic skill ) atau kecakapan intelektual (intellectual skill), dan kecakapan vocasional (vocational skill). Kecakapan akademik terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan pemikiran atau kerja intelektual. Kecakapan vocasional terkait dengan pekerajaan yang lebih memerlukan

(4)

321 keterampilan motorik. Kecakapan vocasional terbagi menjadi kecakapan vocasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan vocasional khusus (occupational skill).

a. Kecakapan personal (personal skill)

Kecapakan personal mencakup kesadaran diri dan berpikir rasional. Kesadaran diri merupakan tuntutan mendasar bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya di masa mendatang. Kesadaran diri dibedakan menjadi dua, yaitu: kesadaran akan eksistensi diri sebagai makhluk Tuhan YME, makhluk sosial, dan makhluk lingkungan, serta kesadaran akan potensi diri dan dorongan untuk mengembangkannya.

Kesadaran diri difokuskan pada kemampuan peserta didik untuk melihat sendiri potret dirinya. Pada tataran yang lebih rendah peserta didik akan melihat dirinya dalam hubungannya dengan lingkungan keluarga, kebiasaannya, kegemarannya, dan sebagainya. Pada tataran yang lebih tinggi, peserta didik akan semakin memahami posisi drinya di lingkungan kelasnya, sekolahnya, desanya, kotanya, dan seterusnya, minat, bakat, dan sebagainya.

Kecakapan berpikir rasional merupakan kecakapan yang menggunakan rasio atau pikiran. Kecakapan ini meliputi kecakapan menggali informasi, mengolah informasi, dan mengambil keputusan secara cerdas, serta mampu memecahkan masalah secara tepat dan baik. Pada jenjang pendidikan menengah (SMP dan SMA) ketiga kecakapan tersebut jauh lebih kompleks ketimbang dengan tingkat sekolah dasar (SD). Kemampuan berpikir mengambil keputusan secara cerdas dan memecahkan masalah secara baik dan tepat menjadi isue utama dalam pembelajaran kecakapan hidup pada peserta didik sekolah menengah.

b. Kecakapan sosial (social skill)

Kecakapan sosial terdiri dari kecakapan berkomunikasi, dan kecakapan bekerjasama. Kecakapan berkomunikasi dapat dilakukan baik secara lisan maupun tulisan. Dalam realitasnya, komunikasi lisan ternyata tidak mudah dilakukan oleh semua orang. Seringkali orang tidak dapat menerima pendapat lawan bicaranya, bukan karena isi atau gagasannya tetapi karena cara penyampaiannya yang kurang berkenan. Dalam hal ini diperlukan kemampuan bagaimana memilih kata dan cara menyampaikan agar mudah dimengerti oleh lawan bicaranya. Karena komunikasi secara lisan adalah sangat penting, maka perlu ditumbuhkembangkan sejak dini kepada peserta didik. Lain halnya dengan komunikasi secara tertulis. Dalam hal ini diperlukan kecakapan bagaimana cara menyampaikan pesan secara tertulis dengan pilihan kalimat, kata-kata, tata bahasa, dan aturan lainnya agar mudah dipahami orang atau pembaca lain.

Kecakapan bekerjasama dalam kelompok atau tim merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dielakkan sepanjang manusia hidup. Salah satu hal yang diperlukan untuk bekerja dalam kelompok adalah adanya kerjasama. Kemampuan bekerjasama perlu dikembangkan agar peserta didik terbiasa memecahkan masalah yang sifatnya agak kompleks. Kerjasama yang dimaksudkan adalah bekerjasama adanya saling pengertian dan membantu antar sesama untuk mencapai tujuan yang baik, hal ini agar peserta didik terbiasa dan dapat membangun semangat komunitas yang harmonis.

c. Kecakapan akademik (academic skill)

Kecakapan akademik merupakan kecakapan intelektual atau kemampuan berpikir ilmiah yang pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecakapan berpikir secara umum, namun mengarah kepada kegiatan yang bersifat keilmuan. Kecakapan ini mencakup antara lain kecakapan mengidentifikasi variabel, menjelaskan hubungan suatu fenomena tertentu, merumuskan hipotesis, merancang dan melaksanakan penelitian. Untuk membangun kecakapan-kecakapan tersebut diperlukan pula sikap ilmiah, kritis, obyektif, dan transparan. d. Kecakapan vokasional (vocational skill)

Kecakapan ini seringkali disebut dengan kecakapan kejuruan, artinya suatu kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat atau lingkungan

(5)

322

peserta didik. Kecakapan vokasional lebih cocok untuk peserta didik yang menekuni pekerjaan yang mengandalkan keterampilan psikomotorik daripada kecakapan berpikir ilmiah. Namun bukan berarti peserta didik SMP dan SMA tidak layak untuk menekuni bidang kejuruan seperti ini. Misalnya merangkai dan mengoperasikan komputer. Kecakapan vokasional memiliki dua bagian, yaitu: kecakapan vokasional dasar dan kecakapan vokasional khusus yang sudah terkait dengan bidang pekerjaan tertentu seperti halnya pada peserta didik di SMK. Kecakapan dasar vokasional bertalian dengan bagaimana peserta didik menggunakan alat sederhana, misalnya: obeng, palu, dsb; melakukan gerak dasar, dan membaca gambar sederhana. Kecakapan ini terkait dengan sikap taat asas, presisi, akurasi, dan tepat waktu yang mengarah kepada perilaku produktif. Sedangkan vokasional khusus hanya diperlukan bagi mereka yang akan menekuni pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya.

Pendidikan kecakapan hidup di sekolah menengah menjelaskan dalam upaya mempersiapkan peserta didik menghadapi era informasi dan era globalisasi. Pada intinya pendidikan kecakapan hidup ini membantu dan membekali peserta didik dalam pengembangan kemampuan belajar, menyadari dan mensyukuri potensi diri, berani menghadapi problema kehidupan, serta mampu memecahkan persoalan secara kreatif (Sidi, I, :2002). Penerapan konsep pendidikan kecakapan hidup terkait dengan kondisi peserta didik dan lingkungannya seperti substansi yang dipelajari, karakter peserta didik, kondisi sekolah dan lingkungannya. Prinsip pembelajaran kecapakan hidup lebih kepada kontekstual, yaitu adanya kaitan antara kehidupan nyata dengan lingkungan dan pengalaman peserta didik. Pendekatan pembelajaran menekankan dan menyesuaikan dengan kehidupan nyata atau kontekstual dalam kehidupan keseharian peserta didik.

Tujuan dari pendidikan kecakapan hidup terdiri atas, tujuan umum dan tujuan khusus. Menurut Tim BBE Depdiknas (2001), secara umum pendidikan kecakapan hidup bertujuan memfungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi peserta didik dalam menghadapi perannya di masa mendatang. Secara khusus bertujuan untuk: 1) mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi, misalnya: masalah narkoba, lingkungan sosial, dsb. 2) memberikan wawasan yang luas mengenai pengembangan karir peserta didik. 3) memberikan bekal dengan latihan dasar tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. 4) memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas, dan 5) mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya di lingkungan sekolah, dengan memberi peluang pemanfaatan sumberdaya yang ada di masyarakat sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah

Pendidikan Kecakapan Hidup dan Pembelajaran Sains

Pada tingkat SMP, sains dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran sains dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari -hari. Kedua, mata pelajaran sains perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Pembelajaran sains dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Salah satu hakekat pendidikan adalah proses mengarahkan anak pada pertumbuhan yang makin sempurna (Hopson:2008). Melalui pendidikan anak diharapkan dapat diarahkan secara terprogram untuk mencapai penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap tertentu demi tugas -tugas profesional dan hidup.

(6)

323 Sains sebagai bidang ilmu (body of knowledge) yang dibentuk melalui proses inkuari yang terus menerus, perlu diarahkan oleh semua pihak yang bergerak dalam bidang sains. Sains tidak hanya sekedar pengetahuan (knowledge), akan tetapi sains merupakan suatu upaya manusia yang meliputi operasi mental, keterampilan dan strategi memanipulasi dan menghitung, keingintahuan (curiosity), keteguhan hati (courage), ketekunan (persistence) yang dilakukan oleh individu untuk menyingkap rahasia alam semesta (Barba, R.:2005). Sains juga dapat dikatakan sebagai hal-hal yang dilakukan oleh ahli sains ketika melakukan kegiatan penyelidikan limiah.

Barba, R.(2005) menyatakan bahwa sains terdiri dan empat komponen antara lain: sains sebagai produk, sains sebagai proses, sains sebagai sikap, dan sains sebagai teknologi. Sains sebagai produk meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan reori. Sains sebagai proses terfokus pada cara yang digunakan untuk memperoleh sains.

Dari definisi tersebut, sains pada dasarnya terdiri atas dua komponen yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya yaitu sains sebagai produk dan sains sebagai proses. Sains merupakan kumpulan pengetahuan yamg meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan teori-teori yang disebut produk sains, dan sains sebagai keterampilan-keterampilan dan sikap- sikap yang dibutuhkan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan disebut proses sains. Teknologi merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip sains sehingga menghasilkan suatu yang berarti bagi kehidupan manusia. Aplikasi prinsip-prinsip ini bisa terdapat dalam bidang teknik maupun sosial. Melalui aplikasi ilmiah, sains menemukan arti sosialnya, bukan hanya demi kepuasan intelektual ilmuawan semata-mata. Dalam perkembangan selanjutnya, bukan hanya teknologi yang menggantungkan diri pada penemuan-penemuan sains, melainkan sebagai perkembangan sains mengikuti irama perkembangan teknologi. Dengan memanfaatkan hasil-hasil inovasi teknologi penelitian sains semakin berkembang cepat, dan berbagai perspektif baru semakin terbuka lebar. Interaksi dan interdependensi antara sains dan teknologi membuat keduanya tidak bisa dipisahkan. Perkembangan sains dan teknologi baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap masyarakat.

Untuk penyusunan materi pendidikan sains, hendaknya diakumulasi dari konten, proses, dan konteks. Konten, menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan fakta, definisi, konsep, prinsip, teori, model, dan terminologi. Proses, berkaitan dengan metodologi atau keterampilan untuk memperoleh dan menemukan konten. Konteks, berkaitan dengan kepentingan sosial baik individu maupun masyarakat atau kepentingan -kepentingan lainnya yang berhubungan dengan perlunya pengembangan dan penyesuaian pendidikan sains untuk menghadapi tantangan kemajuan zaman.

PENUTUP

Kecakapan Hidup (life skills) merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan penghidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya. Untuk mengoptimalkan pembelajaran kecakapan hidup dalam pembelajaran sains, maka perlu dipertimbangkan beberapa hal, sebagai berikut. 1) Melalui pengalaman belajar siswa dalam kegiatan ilmiah, akan memudahkan penguasaan konsep dasar sains. 2) Agar aktivitas siswa dalam kegiatan ilmiah tinggi, siswa perlu dimotivasi dengan menemukan sendiri informasi dan menentukan proyek kerja ilmiah yang akan dieksperimenkan. 3) pada pengajar disarankan menanamkan kecakapan hidup (life skills) secara maksimal pada jenjang persekolahan wajib belajar (SD/SMP), karena hal ini akan mempersiapkan siswa dalam menyikapi tuntutan hidup di masyarakat dalam zaman teknologi semakin tinggi.

Kecakapan hidup semestinya menekankan pada keterampilan yang mendukung kreatifitas. Dalam pembelajaran sains, kecapan hidup dapat dikembangkan melalui proyek

(7)

324

sains (yang meliputi sains sebagai proses dan produk). Sains sebagai proses menekankan pada keterampilan berinovasi atau berimprovisasi cara-cara berproduksi untuk menghasilkan pengalaman, teori, produk baru atau produk yang lebih baik atau lebih unggul. Sains sebagai produk akan berorientasi pada pengetahuan yang telah ada. Melalui proyek sains diharapkan pada siswa akan tumbuh kepercayaan diri bahwa mereka punya potensi kemampuan untuk mengembangkan berbagai kreatifitas. Selain itu, dampak pengiring pembelajaran kecakapan hidup, siswa memiliki pengalaman dalam berpikir ilmiah (mulai menyusun rancangan sampai laporan kegiatan) dan melakukan kegiatan ilmiah melalui presentasi.

DAFTAR PUSTAKA

Barba, R. 2005. Science in the Multicultural Classroom. Boston: Allyn and Bacon.

Claver.J.Phillip. 2005. Life Skill Develovment. Pennstate College of Agricultural Science. http://4hembryology.psu.edu

Delor. 1996. Life Skill Educational. Scondary Education. Unesco.

Depdiknas. 2006. Pengembangan Model Pendidikan Kecakapan Hidup Puskur Balitbang Depdiknas.

Hopson, B. & Scally, M. 2008. Life Skill Teaching. London : McGraw-Hill Book Company (UK) Limited.

Lawson, A.E. 2000. The Psychology of Teaching for Thinking and Creativity. Ohio : Clearinghouse for Science, Mathematics, and Eviromental Education.

Lawson, A.E. 1999. Science Teaching and the Development of Thinking. Californea : Wadsworth Publishing Company.

Mc. Kenly & Steve. 2010. Positive Youth Develovment & Life skill Develovment. Iowa State University.

Popham, W.J. 2005. Classroom Assessment – What Teachers Need to Know. Sinagapore : Allyn Bacon.

Sidi, I. 2002. Konsep Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup Melalui Pendidikan Berbasis Luas (BBE), Jakarta : Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional

Tim BBE Depdiknas. 2001. Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education) (Buku I). Depdiknas.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan asumsi-asumsi yang telah ditetapkan pada penelitian ini, dapat disimpulkan diperoleh model matematika penyebaran penyakit COVID-19 dengan penggunaan masker kesehatan

Sedangkan trend jumlah penduduk miskin dari tahun 2019-2030 terus mengalami penurunan yang artinya dengan adanya dana zakat ini dapat mengurangi angka kemiskinan di Provinsi

Berdasarkan hasil survei dan Walktest dengan menggunakan jaringan operator Telkomsel di Gedung Anggrek Rumah Sakit Hasan Sadikin, Kota Bandung, dihasilkan bahwa

Hal ini disebabkan jiwa kesabaran dan ketelatenan mengajar pada murid tunadaksa harus dimiliki oleh masing-masing guru tersebut, serta pada hasil wawancara yang

Riri Prima Yolanda, Sp.KFR menambahkan bahwa alat bantu belajar berjalan yang dirancang oleh Mustafa (2014) sudah baik tetapi perlu dilakukan perbaikan lagi

Kalau hak-hak ekonomi, sosial dan budaya menuntut tanggung jawab negara --meminjam istilah yang digunakan Komisi Hukum Internasional-- dalam bentuk obligations of result, sedangka

Kita hitung atribut yang tepat pada cabang outook = sunny, seperti diilustrasikan pada

jika nun sukun/ tanwin bertemu dengan salah satu dari 6 huruf berikut, cara membacanya adalah (nun terdengar) dengan jelas. Contohnya adalah sebagai berikut;.. dibawah