• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh. Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Disusun Oleh: KAIFA NURUSSAMA NIM:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh. Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Disusun Oleh: KAIFA NURUSSAMA NIM:"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Disusun Oleh: KAIFA NURUSSAMA

NIM: 11150700000126

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Motto

“Body is purrified by water. Nafs by tears.

Intellect is purrified by knowledge. And

soul is purrified with love”.

(6)

vi

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi B) Agustus 2019 C) Kaifa Nurussama

D) Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavioral Control, Norma Deskriptif, dan Persepsi Resiko Terhadap Intensi Berhenti Merokok Pada Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

E) xv + 91 Halaman + Lampiran

F) Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh sikap (behavioral beliefs,

evaluation outcome), norma subjektif (normative beliefs, motivation to comply), norma deskriptif, perceived behavioral control (control beliefs, power of control), dan persepsi resiko terhadap intensi berhenti merokok pada

mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan sampel sebanyak 250 mahasiswa. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik non probability sampling dengan metode purposive sampling.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah adaptasi Fishbein Ajzen-Hanson Questionare Scale (Hanson, 1997) dan melalui pedoman Francis et al., (2004), adaptasi alat ukur Borrelli et al., (2010). Uji validitas alat ukur menggunakan teknik confirmatory factor analysis (CFA) dan analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan sikap, norma subjektif, norma deskriptif, perceieved behavioral control, dan persepsi resiko terhadap intensi berhenti merokok pada mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebesar 35,7%. Terdapat tiga dari delapan variabel yang secara signifikan mempengaruhi intensi berhenti merokok, yaitu

behavioral beliefs, control beliefs, dan persepsi resiko.

Hasil dari penelitian ini berkaitan dengan hasil dari penelitian - penelitian sebelumnya dimana terdapat tiga variabel yang signifikan dalam mempengaruhi intensi berhenti merokok, yaitu Behavioral beliefs (Ajzen, 2005; Ajzen, 2006), Control beliefs (Ajzen, 2005; Rise et al., 2008; Ajzen, 2006), dan Persepsi Resiko (Borrelli et al., 2010; savoy et al., 2014). Dari tiga variabel tersebut, terdapat satu variabel yang paling tinggi pengaruhnya terhadap intensi berhenti merokok yaitu persepsi resiko.

G) Bahan bacaan: 41; buku: 5 + jurnal: 30 + disertasi: 1 + thesis: 1 + Laporan umum: 4

(7)

vii

ABSTRACT

A) Faculty of Psychology B) August 2019

C) Kaifa Nurussama

D) Effect of attitude, subjective norm, perceived behavioral control, descriptive norm, and risk perception on intention to quit smoking of students at Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta

E) xv+ 91 pages + attachment

F) This study aims to examine the effect of attitude towards behavior(behavioral beliefs, evaluation outcome), subjective norms (normative beliefs, motivation to comply), perceived behavioral control (control beliefs, power of control), descriptive norms and risk perceptions of the intention to stop smoking students at Syarif hidayatullah State Islamic University Jakarta. The population chosen was students at Syarif Hidayatullah Islamic State University (UIN) Jakarta, with a sample of 250 students. Sampling was done using non probability sampling techniques with purposive sampling method.

The measuring instrument in this study used the adaptation of Fishbein Ajzen-Hanson Questionare Scale (Hanson, 1997) and through the guidelines of Francis et al., (2004), adaptation of Borrelli et al., (2010). Test the validity of the measuring instrument using the confirmatory factor analysis (CFA) technique and data analysis was performed using multiple regression analysis techniques. The results showed that attitudes, subjective norms, descriptive norms, perceived behavioral control, and risk perceptions there were significant in influencing the intention to stop smoking cessation students at Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta at 35,7%.

The results of this study are related with result from previous studies, there is have three significant variables influencing the intention to stop smoking, namely behavioral beliefs (Ajzen, 2005; Ajzen, 2006), Control of beliefs (Ajzen, 2005; Rise et al., 2008 ; Ajzen, 2006), and Risk Perception (Borrelli et al., 2010; savoy et al., 2014). from the three variables, there is one variable that has the highest influence on the intention to stop smoking, namely risk perception.

G) Reading material: 41, 5 Books + 30 Journals + 1 thesist + 1 disertasi + 4 annual report

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini, sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2019-2024.

2. Bapak Bambang Suryadi, Ph.D, selaku Wakil Dekan satu Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2019-2024

3. Ibu Yufi Adriani, M.Psi., Ph.D, selaku Wakil Dekan dua Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2019-2024

4. Ibu Yunita Faela Nisa, M.Psi, selaku Wakil Dekan tiga Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2019-2024

5. Ibu Dr. Diana Mutiah, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, motivasi dan saran dengan segenap kesabarannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 6. Bapak Dr. Achmad Syahid, selaku dosen pembimbing akademik yang telah

membantu, mendukung, memberi nasihat serta arahan selama perkuliahan. 7. Ibu Dr. Risa Kolopaking, Psi.,M.Si, selaku dosen mata kuliah psikologi

kesehatan yang turut membantu untuk memberi saran dalam penyusunan skripsi.

8. Ibu Nia Tresniasari, M.Si selaku dosen statistika yang turut membantu memberi arahan dalam proses perhitungan hasil skripsi.

9. Seluruh dosen dan staff Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani perkuliahan.

10. Kedua orang tua penulis Ayahanda Muhammad Kalamy, SE.MM dan Meuthia Helma, SE.MM, serta kakak –kakak penulis yaitu Kasfy Allama, M.Si dan Hedra Billady, SE serta adik saya Isykariman Hanif selaku orang-orang inspiratif yang senantiasa selalu mendo’akan selama melaksanakan

(9)

ix

penyusunan skripsi ini baik berupa dukungan moril, materil, mental, maupun spiritual.

11. Teman – teman penulis yang senantiasa membantu memberi semangat, dukungan, dan juga arahan dalam proses pembuatan skripsi yaitu Khusnul Hotimah, Cahaya Asyifa, Anisa Hasbiya, Siti Fatimah, Dwi Nurhasanah dan Disa Nabila.

12. Sahabat kosan (kobong) yang selalu memberi hiburan dan memberi semangat dari awal hingga akhir perkuliahan yaitu Mutiara Az-zahra, Uzdatul Ilma, Vera Masfufah, Evi Dwi, Eka Puspita, dan Citra Ayu Lestari. 13. Teman-teman kelas C yang menginspirasi dan memicu penulis agar segera

menyusul untuk mendapatkan gelar S.Psi.

14. Akmal Mutiara yang berkenan memberi asupan positif dikala penyusunan skripsi dan bersedia dalam membantu proses penyebaran kuesioner. 15. Responden yang memiliki ketersediaan waktu untuk mengisi kuesioner.

Terlepas dari itu semua, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih terdapat kekurangan dalam penulisan maupun penyusunan karena adanya keterbatasan pengalaman, pengetahuan, serta analisis. Maka dari itu dengan sangat terbuka penulis menerima adanya saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan yang membangun untuk penysunan skripsi dengan lebih baik lagi. Penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 17 oktober 2019

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah... 8

1.2.1 Pembatasan Masalah ... 8

1.2.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 12

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 12

BAB 2 LANDASAN TEORI ... 14

2.1 Intensi Berhenti Merokok ... 14

2.1.1 Definisi Intensi ... 14

2.1.2 Aspek Intensi ... 15

2.1.3 Definisi Intensi Berhenti Merokok ... 15

2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Intensi ... 16

2.1.5 Faktor Yang Mempengaruhi Berhenti Merokok ... 18

2.1.6 Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Berhenti Merokok... 18

2.1.7 Pengukuran Intensi Berhenti Merokok ... 21

2.2 Sikap ... 22

(11)

xi

2.2.2 Aspek Sikap ... 22

2.2.3 Pengukuran Sikap ... 23

2.3 Norma Subjektif ... 24

2.3.1 Definisi Norma Subjektif ... 24

2.3.2 Aspek Norma Subjektif ... 25

2.3.3 Pengukuran Norma Subjektif... 25

2.4 Norma Deskriptif ... 25

2.4.1.Definisi Norma Deskriptif ... 25

2.4.2.Pengukuran Norma Deskriptif ... 26

2.5 Perceived behavioral control ... 27

2.5.1. Definisi Perceived behavioral control ... 27

2.5.2. Aspek Perceived behavioral control... 28

2.5.3. Pengukuran Perceived behavioral control ... 28

2.6 Persepsi Resiko ... 28

2.6.1. Definisi Persepsi Resiko ... 28

2.6.2. Aspek Persepsi Resiko ... 29

2.6.3. Pengukuran Persepsi Resiko ... 29

2.7 Kerangka Berpikir ... 29

2.8 Hipotesis Penelitian ... 32

BAB 3 METODE PENELITIAN... 34

3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 34

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 35

3.3 Instrumen Pengumpulan Data ... 38

3.3.1 Alat Ukur Intensi Berhenti Merokok ... 39

3.3.2 Alat Ukur Sikap ... 40

3.3.3 Alat Ukur Norma Subjektif ... 42

3.3.4 Alat Ukur Norma Deskriptif ... 42

3.3.5 Alat UkurPerceived Behavioral Control ... 44

3.3.6 Alat Ukur Persepsi Resiko ... 45

3.4 Uji Validitas Konstruk ... 45

3.4.1 Uji Validitas Konstruk Intensi Berhenti Merokok ... 46

(12)

xii

3.4.3 Uji Validitas Konstruk Evaluation Outcome ... 48

3.4.4. Uji Validitas Konstruk Normative Beliefs ... 49

3.4.5. Uji Validitas Konstruk Motivation To Comply ... 50

3.4.6. Uji Validitas Konstruk Norma Deskriptif ... 51

3.4.7. Uji Validitas Konstruk Control Beliefs ... 52

3.4.8. Uji Validitas Konstruk Power to Control ... 53

3.4.9. Uji Validitas Konstruk Persepsi Resiko... 54

3.5 Teknik Analisa Data ... 55

3.6 Prosedur Penelitian... 56

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 61

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 61

4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 63

4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ... 65

4.4 Analisis Variabel Usia dan Konsumsi Rokok ... 67

4.5 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 68

4.6 Pengujian Proporsi Varian masing-masing IV terhadap DV ... 75

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ... 76

5.1 Kesimpulan ... 76 5.2 Diskusi ... 76 5.3 Saran ... 84 5.3.1 Saran Teoritis ... 84 5.3.2 Saran Praktis ... 85 DAFTAR PUSTAKA ... 87 LAMPIRAN ... 92

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Bobot Nilai Jawaban Skala Likert ... 38

Tabel 3.2 Blue Print Skala Intensi Berhenti Merokok ... 40

Tabel 3.3 Blue Print Skala Behavioral Beliefs... 41

Tabel 3.4 Blue Print Skala Evaluation Outcome ... 41

Tabel 3.5 Blue Print Item Skala Normative Beliefs ... 42

Tabel 3.6 Blue Print Item Skala Motivation to Comply ... 43

Tabel 3.7 Blue Print Item Skala Norma Deskriptif... 44

Tabel 3.8 Blue Print Item Skala ControlBeliefs ... 44

Tabel 3.9Blue Print Item Skala Power to Control ... 45

Tabel 3.10 Blue Print Item Skala Persepsi Resiko ... 45

Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Skala Intensi Berhenti Merokok ... 46

Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Skala Behavioral Beliefs ... 48

Tabel 3.13 Muatan Faktor Item SkalaEvaluation Outcome ... 49

Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Skala Normative Beliefs ... 50

Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Skala Motivation to Comply ... 52

Tabel 3.16 Muatan Faktor Item Skala Norma Deskriptif ... 52

Tabel 3.17 Muatan Faktor Item Skala Power to Control ... 54

Tabel 3.18 Muatan Faktor Item Skala Control Beliefs ... 54

Tabel 3.19 Muatan Faktor Item Skala Persepsi Resiko ... 55

Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian (Demografis) ... 61

Tabel 4.2 Gambaran subjek penelitian (konsumsi rokok) ... 63

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian... 64

Tabel 4.4 Persentase Kategori Skor Tiap Variabel ... 65

Tabel 4.5 Hasil Uji Variabel Golongan Usia ... 66

Tabel 4.6 Hasil Uji Variabel Konsumsi Rokok ... 67

Tabel 4.7 R Square ... 68

Tabel 4.8 ANOVA Analisis Regresi ... 69

Tabel 4.9 Koefisien Regresi ... 70

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka kerja Theory of planned behavior ... 17 Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir ... 32

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent ... 92

Lampiran 2Google Form ... 93

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian ... 94

Lampiran 4 Syntax dan Path Diagram ... 99

(16)

1

1.1. Latar Belakang Masalah

Bahaya tembakau telah menjadi perhatian publik, terutama menyangkut efek negatif yang dimunculkan, efek paling serius adalah kematian. Menurut World Health Organization (WHO, 2015) tembakau saat ini merupakan penyebab kematian sekitar enam juta orang di seluruh dunia setiap tahun. Jumlah ini termasuk sekitar 600.000 perokok pasif yang juga diperkirakan mati. Meskipun sering dikaitkan dengan kesehatan yang buruk, cacat dan kematian akibat penyakit kronis yang tidak menular, merokok tembakau juga dikaitkan dengan peningkatan resiko kematian akibat penyakit menular (WHO, 2015). Pria berusia 35 tahun akan meninggal karena kanker paru-paru atau penyakit jantung sebelum usia 65 tahun. (Mattson, Pollack, & Cullen, 1987)

Kasus kematian berdasarkan dampak perilaku merokok juga menjadi perhatian yang serius di Indonesia. Kebiasaan merokok pada masyarakat Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan. Kematian prematur karena tembakau terjadi rata-rata 15 tahun sebelum umur harapan hidup tercapai (Infodatin, 2018). Umumnya, penyakit yang terkait dengan tembakau memerlukan waktu lama 15-20 tahun setelah perilaku merokok dimulai, sehingga epidemi penyakit terkait tembakau dan jumlah kematian di masa mendatang dapat terus meningkat.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (dalam Infodatin, 2018) sebesar 85% rumah tangga di Indonesia terpapar asap rokok dengan estimasi delapan perokok

(17)

meninggal karena perokok aktif, satu perokok pasif meninggal karena terpapar asap rokok orang lain. Berdasarkan perhitungan rasio ini maka sedikitnya 25.000 kematian di Indonesia terjadi dikarenkan asap rokok orang lain. Pakar kesehatan mengklaim karena adanya filter pada ujung batang rokok, dari 100% bahaya asap rokok hanya 25% saja yang dirasakan oleh perokok aktif, 75% sisa bahaya dari asap rokok didapatkan oleh perokok pasif karena terpapar asap rokok secara langsung (http:www.pptm.kemkes.go.id)(dalam Infodatin, 2018).

Dampak negatif fisik akibat mengkonsumsi rokok terdiri dari memicu penyakit kanker mulut, jantung, stroke, bahaya bagi ibu hamil. Merokok juga dapat menimbulkan penyakit kanker perut, liver, pangkal tenggorokan, mulut, eshopagus, kandung kemih, ginjal, pankreas, dan cervix. Terdapat beberapa penelitian, diantaranya adalah He et al., (1999), International Agency for Cancer Research (2002), National Institute of Aging (1993), dan Slemanda (1994) (dalam Papalia et al., 2011) yang menyatakan bahwa merokok juga berkaitan dengan masalah perut, seperti bisul; hingga masalah pernafasan seperti bronkitis dan emphysema; dan osteoporosis, serta penyakit jantung. International Agency for Cancer Research (dalam Papalia et al., 2011) menyatakan bahwa perokok pasif juga beresiko terkena kanker. Bukan hanya rokok, tapi juga cangklong, rokok linting, dan bentuk lain dari rokok.

Selain dampak negatif fisik, terdapat dampak negatif psikis berupa meningkatnya dorongan untuk menggunakan zat adiktif tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan banyaknya waktu yang dihabiskan untuk mendapatkan dan menggunakan rokok, selain itu pula untuk mengurus diri agar pulih dari

(18)

penggunaan. Terdapat pula dampak psiskis positif yang hanya dirasakan bagi para pengguna rokok yaitu hilangnya stress, emosi negatif, serta merasa berperforma lebih baik saat merokok. Menurut Schachter (dalam Sarafino & Smith, 2011) Ketiga hal tersebut nyatanya tidak berkesesuaian dengan yang terjadi sebenarnya, dimana para pengguna rokok tidak selalu berperforma atau merasa lebih santai daripada non perokok.

Indonesia mengalami peningkatan pengguna rokok setiap tahunnya. Pada 2010, WHO memperkirakan bahwa sekitar 36% penduduk Indonesia adalah perokok (60.270.600 orang). Jika upaya pengendalian tembakau berlanjut pada intensitas yang sama seperti yang telah dilakukan, maka diperkirakan pada tahun 2025 sekitar 45% populasi di Indonesia (96.776.800 orang) akan menjadi perokok. Dilihat berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar perokok di Indonesia adalah pria, dengan jumlah 68% perokok pria sedangkan hanya sekitar 4% perokok wanita (WHO, 2015). Pada 2025, angka perokok akan menjadi sekitar 87% untuk pria dan 3% untuk perokok wanita di Indonesia (WHO, 2015). Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi nasional (Susenas) tahun 1995, 2001, 2004 dan Riskesdas tahun 2007 dan 2010 menunjukkan bahwa prevalensi merokok 16 kali lipat lebih besar laki-laki (65,8%) dibandingkan perempuan (4,2%).

Menurut Riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2013), rata-rata batang rokok yang dihisap perhari penduduk umur ≥10 tahun di Indonesia adalah 12 batang (setara satu bungkus). Proporsi penduduk umur ≥15 tahun yang merokok cenderung meningkat dari Riskesdas 2010 (34,7%) hingga Riskesdas 2013 (36,3%). Terdapat pula hasil analisis deskriptif sederhana yang diambil dari riskesdas tahun 2007 dan

(19)

2013 dikombinasi dengan jumlah penduduk dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013 yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan proporsi masyarakat yang merokok tiap hari (perokok sering) dari tahun ke tahun (23,7%-24,3%). Sedangkan perokok kadang-kadang (perokok jarang) menurun dari 5,5% menjadi 5,0% (infodatin, 2018).

Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi bahaya rokok dengan tujuan membuat orang tidak merokok atau berhenti merokok, berupa Peraturan pemerintah nomor 109 tahun 2012 (pengamanan zat adiktif bagi kesehatan) & Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2013 (penetapan gambar dampak kesehatan pada kemasan produk tembakau). Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan oleh Kawach iet al., (1993), NIA (1993), serta Wannamethee et al., (1995) (dalam Papalia et al., 2011) yang menyatakan bahwa upaya tersebut dilakukan karena perilaku tidak merokok atau berhenti merokok dapat menyelamatkan individu dari resiko penyakit jantung dan stroke. World Cancer Research Fund and American

Institute for Cancer research (dalam Papalia et al., 2011) juga menyatakan bahwa

berhenti merokok dapat menurunkan resiko penyakit kanker apapun hingga 70 persen, juga menurunkan resiko stroke serta tidak memiliki resiko meninggal akibat penyakit jantung.

Terdapat pula upaya penerapan lima gambar dampak kesehatan yang di tampilkan dalam kemasan produk tembakau diantaranya adalah kanker mulut, kanker paru, bronkitis akut, kanker tenggorokan, merokok membahayakan anak, serta gambar tengkorak yang melambangkan dampak kematian. Tujuannya untuk membuat perokok sadar akan bahaya kesehatan yang mengancam. Dalam global

(20)

youth survey, WHO (2014) menunjukkan dampak peringatan bergambar dalam kemasan rokok yaitu sebanyak 89,8% perokok saat ini melihat peringatan kesehatan dalam kemasan rokok, 64% merupakan perokok saat ini yang berpikir untuk berhenti merokok, dan sekitar 50,9% merupakan pelajar yang tidak pernah merokok yang berpikir untuk tidak memulai merokok. Terdapat penelitian mengenai pengaruh dari lima gambar yang terapat dalam bungkus rokok, dan hasilnya menyebutkan bahwa hanya dua gambar yang justru mendorong perokok untuk berkeinginan merokok, yaitu gambar orang yang sedang merokok diperingatan “rokok membahayakan anak” dan “rokok membunuhmu”, sedangkan gambar lainnya berupa dampak kesehatan dianggap sudah cukup efektif dalam menunjukkan betapa mengancamnya rokok bagi para pengguna (Hamdan, 2015).

Menurut Arnett (dalam Mathuret al., 2014) menyatakan bahwa dewasa awal merupakan usia yang ditandai oleh transisi penting seperti peningkatan otonomi dalam pengambilan keputusan dan kendala sosial yang lebih sedikit daripada masa remaja. Fase dewasa awal di dominasi oleh perokok non-harian atau dapat disebut dengan perokok sosial dimana individu hanya merokok di waktu tertentu, salah satunya adalah hanya ketika berkumpul bersama teman (Berg et al., 2011). Dewasa awal lebih besar kemungkinan untuk berhenti merokok daripada dewasa yang lebih tua, tetapi fase dewasa awal ini adalah fase yang lebih sedikit dalam menggunakan bantuan upaya berhenti merokok dibandingkan dewasa yang lebih tua (Husten, 2007). Usia dewasa awal, yaitu usia 18 hingga 25 tahun (Curtis, 2015) atau dapat disebut pula sebagai usia mahasiswa pada umumnya. Babb et al., (2017) menyatakan bahwa persentase orang dewasa yang berusaha berhenti merokok

(21)

sebesar ≥80%. Berdasarkan data National Health Interview Surveys (NHIS) tahun 2000, 2005, 2010, 2015(dalam Babb et al., 2017) individu umur ≥18tahun mengalami keberhasilan peningkatan dalam berhenti merokok.

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta adalah salah satu universitas negeri yang mengandung norma-norma keislaman di dalamnya. Dalam norma keislaman terdapat larangan dalam mengkonsumsi zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan diri. Terdapat pula larangan untuk menyiksa diri sendiri dalam bentuk langsung maupun tidak langsung. Mengkonsumsi rokok adalah termasuk bentuk tindakan dari menyiksa diri sendiri karena telah terbukti menimbulkan kerusakan-kerusakan organ tubuh dan berdampak paling besar yaitu dapat menyebabkan kematian. Di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pun tidak hanya mengandung norma-norma keislaman, tetapi juga terdapat beberapa mata kuliah keislaman di dalamnya upaya edukasi pendalaman mahasiswa terdapat kaidah-kaidah islamiyah, tetapi nyatanya hal-hal tersebut tidak mempengaruhi beberapa mahasiswa untuk tidak atau berhenti merokok.

Pada awal mei 2019, peneliti telah menanyakan kepada lima mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang merupakan perokok aktif mengenai perilaku merokoknya. Dari kelima orang yang peneliti tanyakan, para mahasiswa menjawab bahwa penting untuk berhenti merokok, dan menganggap perilaku merokok adalah perilaku yang tidak baik untuk diri mereka. Terdapat satu dari kelima mahasiswa yang menyatakan bahwa “berhenti merokok itu penting, tetapi sangat sulit untuk melakukannya”.

(22)

Dalam memulai setiap perilaku diawali oleh niat atau kehendak menampilkan perilaku (Ajzen & fishbein, 1975). Perilaku yang dimaksud salah satunya adalah perilaku berhenti merokok. Intensi (niat) pertama kali dikemukakan oleh Ajzen(1975) dalam Theory of planned behavior. Didalam teorinya terdapat tiga faktor yang mempengaruhi intensi, yaitu 1.Sikap terhadap perilaku; 2. Norma subjektif; 3. Perceived behavioral control. Theory of Planned Behavior merupakan metode populer dalam memprediksi perilaku (Ajzen, 2015). Theory of planned

behavior dianggap sebagai metode yang signifikan dan berguna dalam

memprediksi perilaku sehat (McEachan et al., 2011).

Moan (2015) menyatakan bahwa Theory of planned behavior adalah prediktor terbaik dalam niatan berhenti merokok. Terdapat beberapa penelitian yang membahas mengenai pengaruh dari variabel-variabel yang terdapat dalam

theory of planned behavior (sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control) terhadap intensi berhenti merokok. Penelitian Jostein dan Reidar (2011)

menghasilkan bahwa norma subjektif memiliki tingkat signifikansi tertinggi yang mempengaruhi intensi berhenti merokok pada siswa. Penemuan yang berbeda didapat dalam Bierman (2012) yang menyatakan bahwa perceived behavioral

control adalah variabel terbesar tingkat signifikansinya dalam mempengaruhi

intensi berhenti merokok. Motivasi untuk berhenti merokok dapat dipengaruhi oleh persepsi mengenai apakah berhenti merokok merupakan cara yang efektif untuk menurunkan risiko kesehatan atau menghilangkan fitur negatif lainnya (jacobson et al., 2014). Sikap merupakan prediktor niat terpenting diantara dua variabel lainnya dalam theory of planned behavior (Mc Eachan, 2005).

(23)

Terdapat beberapa variabel diluar teori planned behavior yang dapat mempengaruhi intensi berhenti merokok diantaranya adalah Norma deskriptif (Rise et al., 2008) dan juga persepsi resiko (Savoy et al.,2014; Borrelli et al., 2010; Jacobsonet al., 2014). Driezen et al., (2016) juga menyatakan bahwa adanya pengaruh khawatir terhadap kondisi kesehatan di masa depan terhadap intensi berhenti merokok. Khawatir terhadap kondisi kesehatan di masa depan sama halnya dengan salah satu indikator dari persepsi resiko yaitu persepsi kerentanan masa depan.Aryanpur et al., (dalam Tanaffos, 2016) menyatakan bahwa adanya pengaruh kondisi kesehatan terhadap intensi berhenti merokok.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Norma Deskriptif, Perceived Behavioral Control, dan Persepsi Resiko terhadap Intensi Berhenti Merokok

Pada Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta”.

1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.2.1. Pembatasan Masalah

Untuk memfokuskan penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan masalah pada intensi berhenti merokok serta variabel-variabel yang mempengaruhinya yaitu instrumen dari sikap, norma subjektif, perceived behavioral control, norma deskriptif, serta persepsi resiko.

Adapun pembatasan variabel intensi merokok serta variabel-variabel yang mempengaruhinya, yaitu:

(24)

1. Intensi berhenti merokok

Intensi berhenti merokok berupa niat seseorang dalam mewujudkan perilaku berhenti merokok. Dalam perwujudan perilaku tersebut diiringi oleh empat aspek yaitu tindakan, target, konteks, waktu (Ajzen, 2006).

2. Sikap

Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah yang terkandung dalam

theory of planned behavior, dimana individu memiliki penilaian mengenai

baik atau buruknya perilaku. Penilaian ini berdasarkan dua harapan: kemungkinan dari hasil perilaku dan bagaimana hasil tersebut dapat bermanfaat / memuaskan bagi dirinya. Sikap terdiri dari dua aspek, yaitu

Behavioral Beliefs (Keyakinan perilaku) dan Evaluation Outcome (evaluasi

hasil) (Ajzen, 2005). 3. Norma subjektif

Norma subjektif berupa cerminan dampak tekanan sosial (Ajzen, 1991). Seseorang meyakini bahwa individu atau kelompok tertentu menerima atau tidak menerima perilaku yang ditampilkan (Ajzen, 2005). Norma subjektif terdiri dari dua aspek, yaitu normative beliefs (keyakinan normatif) dan

motivation to comply (Motivasi untuk mematuhi) (Ajzen, 1975).

4. Norma Deskriptif

Menurut Baron & Branscombe (dalam Hidayat & Bashori, 2016) norma deskriptif sebagai bagian dari salah satu noma sosial berupa hal yang banyak dilakukan orang lain dalam situasi tertentu.

(25)

5. Perceived Behavioral Control

Perceived behavioral control sebagai kontrol diri perilaku yang dirasakan

dan sebagai harapan dalam memenuhi perilaku yang dipikirkan atau diniatkan. Perceived behavioral control terdiri dari dua aspek yaitu control

beliefs (keyakinan terhadap kontrol diri) dan power to control(Kemampuan

untuk mengontrol perilaku) ( Ajzen, 1975). 6. Persepsi resiko

Persepsi resiko sebagai pandangan individu dalam melihat sejumlah resiko tertentu. Persepsi resiko merupakan persepsi individu terhadap segala kemungkinan resiko-resiko yang ditimbulkan dari perilakunya.

7. Sasaran subjek dalam peneltian ini adalah Mahasiswa Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berusia 18-25 dan merupakan perokok aktif.

1.2.2. Perumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh antara Sikap (behavioral beliefs, evaluation

outcome), norma subjektif (normative beliefs, motivation to comply),

norma deskriptif, perceived behavioral control (control beliefs, power to

control), dan persepsi resiko terhadap intensi berhenti merokok pada

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta? 2. Apakah terdapat pengaruh antara behavioral beliefs terhadap intensi

berhenti merokok pada Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta?

(26)

3. Apakah terdapat pengaruh antara evaluation outcome terhadap intensi berhenti merokok pada Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta?

4. Apakah terdapat pengaruh antara normative beliefs terhadap intensi berhenti merokok pada Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta?

5. Apakah terdapat pengaruh antara motivation to comply terhadap intensi berhenti merokok pada Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta?

6. Apakah terdapat pengaruh norma deskriptif terhadap intensi berhenti merokok pada Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta?

7. Apakah terdapat pengaruh antara control beliefs terhadap intensi berhenti merokok pada Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta?

8. Apakah terdapat pengaruh antara power to control terhadap intensi berhenti merokok pada Mahasasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta?

9. Apakah terdapat pengaruh antara persepsi resiko terhadap intensi berhenti merokok pada Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta?

10. Seberapa besar pengaruh sikap (behavioral beliefs, evaluation outcome), norma subjektif (normative beliefs, motivation to comply), perceived

(27)

behavioral control (control beliefs, power to control), norma deskriptif,

dan persepsi resiko terhadap intensi berhenti merokok pada Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta?

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui adanya pengaruh sikap (behavioral beliefs, evaluation

outcome) , norma subjektif (normative beliefs, motivation to comply),

norma deskriptif, perceived behavioral control (control beliefs, power to

control), dan persepsi resiko terhadap intensi berhenti merokok pada

mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Mengetahui besar pengaruh sikap (behavioral beliefs, evalution outcome), norma subjektif (normative beliefs, motivation to comply), norma deskriptif, perceived behavioral control (control beliefs, power to control), dan persepsi resiko terhadap intensi berhenti merokok pada mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.3.2. Manfaat Penelitian

a. Teoritis:

1. Sebagai kajian literatur mengenai intensi untuk berhenti merokok serta faktor - faktor yang mempengaruhinya, baik faktor yang telah dikaji dalam Theory of planned behavior (sikap, norma subjektif, Persepsi

(28)

kontrol perilaku) ataupun yang tidak dikaji didalam teori tersebut (Norma deskriptif, Persepsi resiko).

2. Sebagai pengetahuan mengenai dampak-dampak mengenai merokok, melalui data-data baik secara nasional maupun internasional.

3. Sebagai bukti empirik mengenai bahaya merokok dan mengetahui pencegahan resiko merokok dengan melakukan upaya berhenti merokok sehingga para perokok mahasiswa terpacu dalam mewujudkan intensi berhenti merokok.

b. Praktis:

1. Mahasiswa dapat mengetahui beberapa faktor yang juga dapat mempengaruhi intensi untuk berhenti merokok.

2. Mahasiswa mengetahui bahaya dari merokok serta undang-undang yang mengatur mengenai zat tersebut.

3. Pembaca dapat memperluas pengetahuan mengenai perilaku rokok ataupun berhenti merokok. Diharapkan mahasiswa perokok dapat memperkuat niatnya untuk berhenti merokok.

(29)

14

2.1. Intensi Berhenti Merokok

2.1.1. Definisi Intensi

Davis (1984) menyatakan bahwa Intensi (niat) dapat di analisis dalam komponen kognitif dan motivasional. Intensi telah di gambarkan sebagai keadaan mental yang memotivasi tindakan , merupakan sebuah tujuan yang terarah, keadaan yang berupa tindakan , keadaan eksklusif yang memiliki komponen rencana , sebuah disposisi, suatu sikap dengan kekuatan kausal tertentu. Ajzen (1991) mendefinisikan niat dalam hal mencoba untuk melakukan perilaku yang diberikan. Intensi berkaitan dengan kinerja aktual.

Intensi terdiri dari unsur motivasi dan aksi. Intensi berkaitan erat dengan tindakan. Scheer (2004) membahas mengenai niat yang dimaksud adalah niat yang benar akan diwujudkan, bukan hanya sekedar pernyataan tapi juga berupa kesiapan, keinginan dan tekad untuk mewujudkan niat tersebut.

Dari beberapa pengertian diatas, penelitian ini mengacu pada pendapat Ajzen (1991) mendefinisikan bahwa intensi merupakan suatu hal untuk mencoba dalam melakukan perilaku yang diberikan yang diasumsikan untuk menangkap faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku; yaitu berupa indikasi seberapa keras orang mau mencoba, seberapa besar upaya yang direncanakan individu dalam melakukannya.

(30)

2.1.2. Aspek Intensi

Menurut Ajzen et al., (2006), untuk menunjang sebuah prediktif yang tepat sikap

dan niat harus sesuai dengan keempat aspek berikut:

1.) Tindakan, yaitu tindakan spesifik menuju perwujudan perilaku

2.) Target/ Sasaran, yaitu objek yang menjadi sasaran perilaku. Objek yang menjadi sasaran perilaku spesifik dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu orang tertentu/ objek tertentu, sekelompok orang/ sekelompok objek, dan orang atau objek pada umumnya.

3.) Konteks/ Situasi, yaitu situasi yang mendorong perwujudan perilaku (bagaimana dan dimana perilaku itu akan diwujudkan). Situasi dapat pula diartikan sebagai lokasi terjadinya perilaku.

4.) Waktu, yaitu waktu terjadinya perilaku yang meliputi waktu tertentu, terbatas atau tidak terbatas dalam satu periode, misalnya waktu yang spesifik (hari, tanggal, atau jam tertentu), periode tertentu (bulan tertentu), dan waktu yang tidak terbatas (waktu yang akan datang).

2.1.3.Definisi Intensi Berhenti Merokok

Intensi berhenti merokok merupakan motivasi seseorang untuk melakukan perilaku berhenti merokok. Intensi berhenti merokok merupakan keinginan yang diiringi oleh usaha untuk mewujudkan keinginan dalam upaya berhenti merokok. Dalam perwujudan aktualisasi dari niat tersebut, diiringi oleh empat aspek intensi didalamnya yaitu perilaku yang akan diwujudkan berupa perilaku berhenti merokok, objek yang menjadi sasaran perilaku adalah berhenti merokok, konteks/situasi adalah konteks/situasi yang mendukung seseorang untuk

(31)

mewujudkan perilaku berhenti merokok, dan juga waktu yang spesifik mengenai target perwujudan perilaku berhenti merokok.

2.1.4. Faktor yang mempengaruhi Intensi

Theory of Planned behavior

Teori perilaku terencana / theory of planned behaviour (Ajzen, 1985) merupakan versi yang dikembangkan dari teori tindakan beralasan /theory of reasoned action (Ajzen & Fishbein, 1980). Orang memutuskan niat mereka terlebih dahulu dari kebanyakan perilaku mereka yang bersifat sukarela, dan niat adalah prediktor terbaik dari apa yang akan dilakukan seseorang.

Menurut Ajzen, 1991 Seperti dalam Theory Of Reasoned Action sebelumnya, faktor utama dalam theory of planned behavior adalah niat individu untuk melakukan perilaku tertentu. Niat diasumsikan untuk menangkap faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku; mereka adalah indikasi seberapa keras orang mau mencoba, seberapa besar upaya yang mereka rencanakan untuk melakukan perilaku. Sebagai aturan umum, semakin kuat niat untuk terlibat dalam perilaku, semakin besar kemungkinan kinerjanya. Akan tetapi, haruslah jelas bahwa niat perilaku dapat mengikat ekspresi dalam perilaku hanya jika perilaku yang dipermasalahkan berada di bawah kendali kehendak, yaitu, jika orang tersebut dapat memutuskan akan melakukan atau tidak melakukan perilaku. Health belief

model dan theory of planned behavior memberikan penjelasan yang valid untuk

bagian-bagian proses yang menentukan praktik perilaku kesehatan seseorang (Sarafino & Smith, 2011).

(32)

Terdapat tiga jenis keyakinan yang menonjol, yaitu: Behavioral beliefs ,normative beliefs, dan control beliefs yang memberikan dasar penguat bagi ketiga variabel yang ada. Keyakinan yang menonjol inilah yang dianggap sebagai penentu yang berlaku dari niat dan tindakan seseorang.

B

Berdasarkan kerangka tersebut, terdapat tiga penilaian yang menentukan intensi:

1. Sikap

Menurut Ajzen, sikap merupakan penilaian apakah perilaku itu baik atau tidak. Penilaian ini didasarkan pada dua harapan: kemungkinan dari hasil perilaku dan bagaimana hasil tersebut dapat bermanfaat/ memuaskan bagi dirinya.

2. Norma Subjektif

Norma subjektif adalah berupa cerminan dampak tekanan sosial (Ajzen, 1991) . Seseorang meyakini bahwa individu atau kelompok tertentu menerima atau tidak menerima perilaku yang ditampilkan (Ajzen, 2005).

(33)

Menurut Dubinsky & Loken (dalam Zhang, 2018) Norma subjektif merupakan dampak tekanan sosial atau pengaruh pada perilaku penerimaan atau kelayakan menurut orang-orang yang dianggap penting.

3. Perceived Behavioral Control

Perceived Behavioral Control adalah persepsi orang tentang sejauh mana melakukan perilaku berada di bawah kontrolnya dan biasanya diukur berdasarkan peringkat kemudahan dan kesulitan dalam melakukan perilaku (Sheeran et al., 2003).

2.1.5. Faktor yang mempengaruhi berhenti merokok

Menurut Berg et al., (dalam Villanti et al., 2016) terdapat enam faktor pendukung berhenti merokok, diantaranya adalah:

a. Menghemat Uang b. Alasan Kesehatan c. Faktor Sosial

d. Bau atau Rasa Rokok

e. Ingin Mencegah Kecanduan Nikotin.

2.1.6. Faktor yang mempengaruhi intensi berhenti merokok

Melalui studi literatur review jurnal, peneliti menemukan bahwa terdapat faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap intensi berhenti merokok, yang diantaranya adalah:

1. Norma Subjektif

Norma subjektif merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi intensi berhenti merokok. Norma subjektif merupakan salah

(34)

satu faktor yang terdapat dalam theory of planned behavior. Dalam penelitian Jostein dan Reidar (2011) ditemukan bahwa adanya pengaruh norma subjektif terhadap intensi berhenti merokok.

2. Kondisi Kesehatan

Kondisi kesehatan merupakan hal yang menjadi pertimbangan individu dalam berperilaku, terutama ketika perilaku yang dilakukannya tersebut memiliki dampak terhadap kondisi kesehatan individu itu sendiri. Kondisi kesehatan menjadi faktor eksternal yang dapat mempengaruhi individu dalam berintensi berhenti merokok. Menurut Arsyanpur et al., (dalam Tanaffos, 2016) ditemukan bahwa adanya pengaruh kondisi kesehatan terhadap intensi berhenti merokok. Individu yang memiliki kondisi kesehatan yang baik saat mengkonsumsi rokok, akan lebih sedikit niatan (intensi) untuk berhenti merokok dibandingkan individu yang kondisi kesehatannya kurang baik atau mengidap penyakit kronis setelah mengkonsumsi rokok. Faktor kesehatan pula merupakan salah satu faktor pendukung terkuat yang berkorelasi positif terhadap intensi berhenti merokok menurut Rahmah et al., (2015).

3. Self- Confidance (Kepercayaan Diri)

Self confidance (kepercayan diri) menjadi salah satu pengaruh internal dari intensi berhenti merokok. Menurut Arsyanpur et al., (dalam Tanaffos, 2016) ditemukan bahwa adanya pengaruh self confidance (kepercayaan diri) terhadap intensi berhenti merokok. Individu yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi maka tinggi pula intensi (niatan) untuk berhenti merokok dibandingkan individu yang lain.

(35)

4. Keuntungan dari berhenti merokok

Keuntungan dari berhenti merokok ini sama halnya dengan keyakinan bahwa perilaku berhenti merokok memiliki banyak keuntungan bagi diri individu atau behavioral beliefs dalam variabel sikap. Individu memiliki ekspektasi apabila mereka berhenti merokok maka mereka akan mendapat beberapa keuntungan didalamnya. Keuntungan dari berhenti merokok merupakan salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi intensi berhenti merokok pada individu. Driezen et al., (2016) menemukan bahwa terdapat pengaruh dari keuntungan berhenti merokok terhadap intensi berhenti merokok. Semakin individu memiliki ekspektasi bahwa berhenti merokok memiliki banyak keuntungan didalamnya, semakin tinggi pula intensi individu tersebut untuk berhenti merokok.

5. Persepsi resiko

Persepsi resiko merupakan salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi intensi seseorang dalam berhenti merokok. Savoy et al., (2014) menemukan bahwa adanya pengaruh persepsi resiko terhadap intensi berhenti merokok pada individu. Selain itu, Driezen et al., (2016) menyatakan bahwa adanya pengaruh khawatir terhadap kondisi kesehatan di masa depan terhadap intensi berhenti merokok Khawatir terhadap kondisi kesehatan di masa depan sama halnya dengan salah satu indikator dari persepsi resiko yaitu persepsi kerentanan masa depan.

(36)

6. Norma Deskriptif

Norma deskriptif merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi intensi berhenti merokok pada individu. Menurut Rahmah et al., (2015) orangtua yang merokok merupakan salah satu faktor yang berkorelasi negatif terhadap intensi berhenti merokok, dengan kata lain faktor tersebut merupakan penghambat bagi intensi berhenti merokok. Orangtua yang merokok merupakan salah satu indikator dari norma deskriptif.

7. Self-Efficacy

Self-Efficacy merupakan salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi

intensi berhenti merokok. Menurut Rahmah et al., (2015) Self-Efficacy adalah salah satu faktor yang berkorelasi positif terhadap intensi berhenti merokok.

2.1.7. Pengukuran Intensi Berhenti Merokok

Pengukuran Intensi berhenti merokok melalui adaptasi Teori Ajzen (2006) yang menyatakan bahwa terdapat empat karakteristik baku yang menggambarkan suatu intensi, yaitu ATCT (Action, Target, Context, Time). Peneliti menjabarkan keempat kriteria baku tersebut menjadi sembilan item di dalamnya.

Dalam hal ini peneliti mengambil lima variabel yang dapat mempengaruhi terjadinya intensi berhenti merokok. Tiga variabel didalamnya yaitu sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control digunakan berdasarkan Theory of

planned behavior (Ajzen, 1987), dan juga terdapat dua variabel lainnya yaitu norma

(37)

2.2. Sikap

2.2.1. Definisi Sikap

Cacciopo, dkk (dalam Hidayat & Bashori, 2016) menyatakan bahwa sikap adalah penilaian positif atau negatif seseorang terhadap ide, objek, peristiwa atau oranglain dalam intensitas tertentu yang terbagi dalam empat kemungkinan, yaitu: positif, negatif, ambivalen, atau indifferent

Menurut Ajzen (2005), sikap yang dimaksud adalah penilaian apakah

perilaku itu baik atau tidak. Penilaian ini didasarkan pada dua harapan: kemungkinan dari hasil perilaku dan bagaimana hasil tersebut dapat bermanfaat/ memuaskan bagi dirinya.

2.2.2. Aspek Sikap

Menurut Model Of Attitude Ajzen (1989) sikap terbentuk berdasarkan tiga komponen utama didalamnya, kognitif, afektif, dan konatif, dimasing-masing komponen dipisahkan menurut respon verbal dan non verbal berdasarkan analisis dari Rosenberg dan Hovland, yang diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Kognisi

Sebagai tempat pengetahuan, pendapat, keyakinan, dan pikiran tentang suatu objek, meliputi opini dan keyakinan (beliefs)

i. Reaksi Verbal: Reaksi kepercayaan dalam menyikapi objek ii. Reaksi Non-verbal: Reaksi persepsi untuk menyikapi objek b. Afeksi

Suatu perasaan atau evaluasi terhadap objek, meliputi perasaan dan evaluasi (Sikap)

(38)

i. Reaksi Verbal: Ekspresi merasakan untuk menyikapi objek ii. Reaksi Non-verbal: Reaksi psikologis untuk menyikapi objek c. Konasi

Intensi berperilaku yang akan ditampilkan terhadap objek sikap i. Reaksi Verbal: Ekspresi dari intensi (niatan) perilaku

ii. Reaksi Non-verbal: Merespon aspek perilaku overt untuk menyikapi objek

Sikap menurut Theory of Planned behavior (Ajzen, 1991) disebut sebagai

Attitude toward behavior terkait hubungan sikap dengan suatu perilaku.

Terdapat dua aspek didalamnya yang terdiri dari:

a. Behavioral Beliefs, yaitu keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap

suatu perilaku tertentu dan merupakan keyakinan yang akan mendorong terjadinya sikap.

b. Evaluation Outcome, yaitu evaluasi yang berbentuk positif dan negatif

terhadap perilaku yang diminati atau yang akan dipilih untuk ditampilkan berdasarkan keyakinan-keyakinan yang dimilikinya.

2.2.3. Pengukuran sikap

Pengukuran sikap melalui adaptasi dari Fishbein Ajzen Questionare scale (FAHQ) menggunakan metode francis et al., (2004) dalam penerapannya. Dalam pengukurannya terdapat dua aspek yaitu Behavioral beliefs atau keyakinan terhadap sikap yang terdiri dari persepsi baik atau buruknya sikap dan Evaluation Outcome atau evaluasi hasil terhadap keyakinan perilaku yang terdiri dari menguntungkan atau merugikannya perilaku tersebut.

(39)

2.3.Norma subjektif

2.3.1. Definisi Norma Subjektif

Ajzen (2005) menyatakan bahwa norma subjektif adalah kepercayaan seseorang mengenai penerimaan dari individu atau kelompok tertentu terhadap perilaku yang ditunjukkan. Norma subjektif merupakan dampak tekanan sosial atau pengaruh pada perilaku penerimaan atau kelayakan. Seseorang memutuskan bahwa perilaku tersebut adalah “metode sosial” yang sesuai untuk diterapkan. Keputusan berdasarkan pada pendapat /opini orang lain, dan dikembangkan dengan motivasi untuk mematuhi pendapat tersebut. Norma subjektif adalah elemen terlemah yang mempengaruhi perilaku, tetapi pengaruh norma subjektif pada perilaku negatif, seperti pengunduhan ilegal, pembelian bajakan, perilaku seksual berisiko dan sebagainya, sangat signifikan (Fishbein & Ajzen, 1975).

Menurut Norma subjektif sama dengan norma Injuncive atau norma perintah yang merupakan salah satu dimensi dari norma sosial. Baron & Branscombe (dalam Hidayat&Bashori, 2016) Norma injunctive merupakan penetapan perilaku yang diterima atau tidak diterima disituasi tertentu, dimana apabila tidak melakukan norma tersebut akan mendapatkan sanksi sosial.

2.3.2. Aspek Norma Subjektif

Aspek Norma subjektif menurut Fishbein dan Ajzen (1975) dan Ajzen (2005) terbagi menjadi:

a. Keyakinan normatif (normative beliefs), yaitu keyakinan yang berhubungan dengan harapan dan keinginan referen (orangtua, pasangan, teman dekat, teman kerja, expert / senior) yang dianggap penting baginya mengenai

(40)

sebuah perilaku yang mempengaruhi individu untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tersebut.

b. Motivasi untuk mematuhi (motivation to comply), yaitu motivasi seorang individu untuk mengikuti harapan orang lain atau sekelompok orang atau referen tertentu seperti orangtua, pasangan, teman dekat, teman kerja, expert / senior dalam melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku.

2.3.3. Pengukuran Norma Subjektif

Pengukuran norma subjektif terdiri dari adaptasi Fishbein Ajzen

Questionare scale (FAHQ) menggunakan metode francis et al., (2004) dalam

penerapannya. Pengukuran norma subjektif berasal dari penurunan dua aspek yang terdiri dari normative beliefs yang dapat diturunkan menjadi keyakinan individu terhadap norma yang ada di lingkungannya (penerimaan/penolakan) terhadap perilaku dan motivation to comply yang terdiri dari seberapa terdorong individu dalam mematuhi norma tersebut.

2.4. Norma Deskriptif

2.4.1. Definisi Norma Deskriptif

Norma Deskriptif adalah pola perilaku yang khas, umumnya disertai dengan harapan bahwa orang akan berperilaku sesuai dengan pola. Norma deskriptif disebut pula sebagai norma populer, yang mencirikan mengenai apa yang dilakukan sebagian besar orang (Cialdini et al., 1990). Norma Deskriptif adalah keyakinan tentang apa yang benar-benar dilakukan sebagian besar orang dalam suatu kelompok (Lapinski & Rimal, 2005). Menurut Baron&Branscombe (dalam

(41)

Hidayat & Bashori, 2016) norma deskriptif sebagai salah satu dimensi dalam noma sosial berupa hal yang banyak dilakukan orang lain dalam situasi tertentu. Norma Deskriptif adalah pencerminan penilaian pribadi tentang tampilan perilaku populer (banyak dilakukan orang-orang disekitarnya), perilaku tersebut dapat terbentuk secara otomatis, tanpa peran mediasi (yaitu, seseorang hanya melakukan apa yang dilakukan orang lain dan apa yang dilihat sebagai hal yang wajar / normal). Proses ini cenderung lebih penting untuk perilaku yang membawa beberapa bentuk risiko (Rivis & Sheeran, 2003). Norma deskriptif mengungkap apakah seseorang yang dianggap penting melakukan perilaku tersebut.

Menurut Brauer & Chaurand (2010) norma deskriptif adalah mengenai frekuensi terjadinya perilaku yang diberikan, yang mencakup ‘Apa yang paling banyak dilakukan orang lain 'atau' perilaku apa yang umumnya diadopsi’.

Ajzen (2002) dan Lee (2011), keduanya menyatakan bahwa norma deskriptif kerap kali direkomendasikan menjadi variabel tambahan dalam Theory

of Planned behavior untuk melengkapi variabel norma subjektif. Hal tersebut

dilakukan karena norma subjektif memliki variabilitas yang rendah dalam penghitungannya. Tetapi penelitian cialdini, et al.,(1990), conner, et al.,(1990), Deutch & Gerrard (1995), dan Grube, et al.,(1986) (dalam Forward, 2009) memiliki hasil yang bertentangan mengenai penggabungan norma deskriptif di dalam Theory

of planned behavior khususnya dalam variabel norma subjektif, karena kedua

(42)

2.4.2. Pengukuran Norma Deskriptif

Pengukuran norma deskriptif dengan cara menurunkan definisi konseptual yang terdapat dalam norma deskriptif. Dimana terdapat pengaruh secara tidak langsung melalui perilaku yang ditunjukkan orang-orang sekitar serta significant

others.

2.5. Perceived Behavioral Control

2.5.1. Definisi Perceived Behavioral Control

Menurut Ajzen (2005) perceived behavioral control merupakan faktor yang mempresentasikan kontrol aktual dalam diri seseorang terhadap perilakunya. Perceived Behavioral Control adalah persepsi individu tentang sejauh mana melakukan perilaku berada di bawah kontrolnya dan biasanya diukur berdasarkan peringkat kemudahan dan kesulitan dalam melakukan perilaku (Sheeran et al., 2003).

Perceived Behavior control merupakan harapan individu tersebut

terhadap kesuksesan dalam melakukan perilaku yang dipikirkan. Kontrol diri seseorang dalam melakukan suatu bentuk niatan dalam berperilaku dapat membuat suatu prediksi niatan menjadi prediksi yang baik atau efektif. Godin et al., dan Madden et al., (dalam Ajzen, 2005) menyatakan pada suatu kasus, perokok yang rata-rata merasakan bahwa mereka memiliki kontrol yang relatif sedikit dalam perilakunya untuk tidak merokok, hitungan persepsi kontrol perilaku menjelaskan 12% tambahan varians didalam perilaku merokok.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulakan bahwa perceived behavioral control merupakan persepsi individu mengenai kemampuan dirinya

(43)

dalam mengontrol perilaku upaya merealisasikan perilaku yang diinginkan. Perceived Behavioral Control merupakan hasil dari pengalaman masalalu atau antisipasi terhadap hambatan yang mungkin terjadi.

2.5.2. Aspek Perceived Behavioral Control

Aspek Perceived Behavioral Control dalam Fishbein dan Ajzen (2005) terbagi menjadi :

1. Control beliefs, yaitu keyakinan individu mengenai besarnya kontrol individu tersebut terhadap perilaku yang dimiliki upaya menghalangi atau memfasilitasi perilaku yang ingin ditampilkan.

2. Power to control, yaitu besarnya peranan sumber daya dalam perwujudan perilaku.

2.5.3. Pengukuran Perceived behavioral Control

Pengukuran perceived behavioral control terdiri dari adaptasi dari Fishbein

Ajzen Questionare scale (FAHQ) menggunakan metode francis et al (2004) dalam

penerapannya. Terdapat dua aspek dalam Perceived Behavioral Control yaitu

control beliefs atau keyakinan terhadap kontrol yang dimiliki subjek dan power to control atau kemampuan individu dalam mengontrol perilakunya tersebut agar tetap

konsisten.

2.6. Persepsi Resiko

2.6.1. Definisi persepsi resiko

Persepsi resiko menurut Darker (dalam Gellman,M.D. & Turner.J.R., 2013) merupakan keyakinan tentang potensi bahaya atau kemungkinan kerugian. Persepsi risiko adalah kemampuan individu untuk membedakan sejumlah risiko. Persepsi

(44)

resiko berketerbalikan dengan toleransi resiko yang didefinisikan sebagai kapasitas seseorang untuk menerima sejumlah risiko tertentu (Inouye, 2017).

Persepsi risiko dikonseptualisasikan sebagai konstruksi multi-dimensi yang mencakup kerentanan yang dirasakan, bias optimistik, dan efektivitas pencegahan (Borrelli et al., 2010).

2.6.2. Aspek Persepsi Resiko

Aspek persepsi resiko dalam Borrelli et al., (2010) terdiri dari:

a. Kerentanan yang dirasakan: kerentanan yang dirasakan merupakan kondisi dimana seseorang mulai merasakan dampak dari suatu tindakan atau suatu perilaku yang telah dia lakukan terhadap kondisi dirinya.

b. Efektivitas pencegahan: Efektifitas pencegahan merupakan sejauh mana seseorang percaya bahwa terlibat dalam perilaku pencegahan (mis., berhenti merokok akan memiliki manfaat kesehatan pribadi).

c. Bias Optimistik: Bias optimis terjadi ketika seseorang secara tidak akurat percaya bahwa mereka berisiko lebih rendah daripada rekan-rekan mereka.

2.6.3. Pengukuran Persepsi Resiko

Pengukuran persepsi resiko merupakan hasil adaptasi dari alat ukur dalam Borrelli, et al., (2010) dimana terdapat tiga aspek didalamnya, yaitu kerentanan yang dirasakan, efektivitas pencegahan, serta bias optimistik. Alat ukur ini terdiri dari 12 item didalamnya.

2.7.Kerangka Berpikir

Suatu niatan (intensi) tidak hanya terjadi bergitu saja, tentunya intensi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berdasarkan banyaknya faktor yang ada, peneliti

(45)

hanya fokus kepada beberapa faktor yang mempengaruhi intensi berhenti merokok dikarenakan keterbatasan waktu dan kemampuan yang di miliki.

Dalam intensi, terdapat teori baku yang sudah di rumuskan oleh Ajzen, dalam teori tersebut mengemukakan tiga faktor yang mempengaruhi intensi yang didasari oleh belief disetiap faktornya. Tiga faktor yang terdapat dalam Theory Of

Planned Behavior yang dikemukakan oleh Fishben&Ajzen adalah Sikap, Norma

Subjektif, dan Perceived Behavioral Control. Belief - belief tersebut dipengaruhi oleh masalalu, aspek lingkungan serta aspek sosial yang meningkatkan atau mengurangi kesulitan persepsi dalam menampilkan perilaku yang dipertanyakan. Selain ketiga variabel tersebut terdapat dua variabel di luar teori baku dari intensi yaitu norma deskriptif dan persepsi resiko. Dari kedua variabel tersebut nyatanya norma deskriptif dalam pengembangan teori planned behavior ini kerap menjadi penguat di dalam variabel norma subjektif, tetapi terdapat beberapa penelitian yang menentang penggabungan kedua teori tersebut di karenakan memiliki pengertian yang berbeda terutama jika dikaitkan dengan norma sosial.

Sikap seseorang terhadap larangan merokok berdasarkan pada Behavioral

Beliefs dimana seseorang yakin bahwa perilaku berhenti merokok tersebut baik atau

buruk, serta didasari oleh Evaluation Outcome, berupa hasil yang didapatkan setelah melakukan perilaku tersebut, dampak baik yang berupa keuntungan yang dirasakan, seperti kondisi kesehatan yang membaik setelah mengurangi jumlah konsumsi rokok ataupun dampak buruk yang berupa kerugian setelah melakukan perilaku tersebut.

(46)

Norma subjektif dimana seseorang bisa atau tidak bisa termotivasi oleh pendapat orang-orang disekitarnya dalam menampilkan perilaku. Dalam hal ini erat kaitannya dengan lingkungan sekitar. Norma subjektif memiliki definisi yang sama dengan norma injunctive yang merupakan bagian dari norma sosial, dimana perilaku seseorang ditentukan berdasarkan motivasi untuk mendapatkan pengakuan dari orang-orang sekitarnya.

Norma deskriptif merupakan bagian dari norma sosial, Seseorang cenderung memperhatikan sekitar dan terpengaruh oleh perilaku yang banyak di lakukan oleh orang disekitarnya. Dalam hal tersebut dapat diartikan norma deskriptif tidak memerlukan paparan tekanan sosial secara langsung, tidak seperti norma subjektif.

Perceived Behavioral Control atau persepsi kontrol perilaku merupakan

kontrol diri seseorang dalam mempersepsikan apakah dirinya mampu atau tidak mampu dalam mengontrol perilakunya (Control beliefs) serta seberapa kuat individu dalam mengontrol perilakunya tersebut (Power to Control).

Norma deskriptif merupakan bagian dari norma sosial, Seseorang cenderung memperhatikan sekitar dan terpengaruh oleh perilaku yang banyak di lakukan oleh orang disekitarnya. Dalam hal tersebut dapat diartikan norma deskriptif tidak memerlukan paparan tekanan sosial secara langsung, tidak seperti norma subjektif.

Persepsi resiko merupakan bentuk sadar akan resiko yang akan datang, dan sikap tidak toleransi terhadap resiko tersebut. Misalnya dalam hal persepsi resiko

(47)

terhadap perilaku merokok yang mengakibatkan dampak buruk atau bertanggung jawab atas kondisi kesehatan yang dialami individu.

Kerangka berpikir dalam penelitian ini, dapat diilustrasikan dalam gambar bagan berikut:

2.8.Hipotesis Penelitian

Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1: Ada pengaruh signifikan sikap, norma subjektif, perceived behavioral

control, norma deskriptif, dan persepsi resiko terhadap intensi berhenti merokok

pada Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sikap

Norma subjektif

Perceived Behavioral Control

Behavioral belief Evaluation Outcome Normative Belief Moivation to Comply Control Belief Power of Control Belief

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Intensi Berhenti Merokok

Norma Deskriptif

(48)

H2: Ada pengaruh signifikan Behavioral Beliefs terhadap Intensi berhenti

merokok pada Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta H3: Ada pengaruh Evaluation Outcome signifikan terhadap intensi berhenti

merokok pada Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta H4: Ada pengaruh signifikan Normative Beliefs terhadap intensi berhenti

merokok pada Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta H5: Ada pengaruh signifikan Motivation to comply terhadap intensi berhenti

merokok pada Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta H6: Ada pengaruh signifikan antara norma deskriptif terhadap intensi berhenti

merokok pada Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta H7: Ada pengaruh signifikan Control Beliefs terhadap intensi berhenti merokok

pada Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

H8: Ada pengaruh signifikan Power of control beliefs terhadap intensi berhenti

merokok pada Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta H9: Ada pengaruh signifikan antara persepsi resiko terhadap intensi berhenti

(49)

34

3.1.Populasi, sampel, dan Teknik pengambilan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perokok dewasa awal usia 18-25 tahun, yang merupakan mahasiswa starata satu (S1) Univarsitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada penelitian ini sampel berjumlah 250 orang. Teknik dalam penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling, alasan pemilihan teknik ini karena tidak semua orang berkesempatan menjadi responden dalam penelitian ini . Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling, dimana instrumen atau pengambilan sampel ini dengan kriteria sampel tertentu, yaitu perokok aktif, usia 18-25 tahun, dan merupakan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penyebaran kuesioner dengan menggunakan kuesioner offline sebanyak 133 dan kuesioner online dalam bentuk google forms dengan memastikan responden yang mengisi sesuai kriteria yang ditentukan (yaitu mahasiswa perokok) sebanyak 117.

Peneliti menggunakan kuesioner online ini adalah karena penyebaran dimulai pada saat libur kuliah tepatnya libur idul fitri pada akhir mei 2019. Prosedur penyebaran kuesioner online dilakukan dengan memberikan broadcast link kuesioner kepada kontak yang peneliti ketahui adalah mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang merokok, dan peneliti meminta responden untuk tidak hanya sekedar mengisi kuesioner tersebut, tetapi juga ikut membantu menyebarkan kepada teman responden yang merupakan mahasiswa UIN Jakarta yang merokok pula.

(50)

3.2. Variabel penelitian dan Definisi Operasional Variabel

3.2.1. Variabel Penelitian

Variabel yang di gunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Intensi berhenti merokok sebagai Dependent Variabel

2. Sikap, norma subjektif, norma deskriptif, perceived behavioral control,dan persepsi resiko sebagai Independent Variable

3.2.2. Definisi Operasional Variabel

3.2.2.1.Intensi Berhenti Merokok

Adanya keinginan mencoba untuk berhenti merokok dengan sungguh-sungguh sesuai yang di niatkan. Dibuktikan melalui perilakunya dalam upaya berhenti merokok. Terdapat empat aspek didalamnya dalam Ajzen (2006), yaitu:

a. Tindakan

Suatu perilaku yang diperlihatkan upaya memenuhi realisasi dari niatan perilaku, yaitu perwujudan dalam perilaku berhenti merokok. b. Target / sasaran

Suatu objek tertentu berupa perilaku yang diniatkan oleh individu, dalam hal ini niatan berhenti merokok.

c. Konteks/ situasi

Situasi yang menunjang berupa keadaan sekitar atau hal yang terjadi yang menunjang seseorang dalam mewujudkan suatu niatan, dalam hal ini menunjang untuk merealisasikan niat berhenti merokok.

(51)

d. Waktu

Waktu dalam perwujudan perilaku berupa niatan berhenti merokok. Baik berupa waktu yang terbatas ataupun tidak terbatas, dapat disebut pula sebagai terget yang terinci (dibatasi oleh periode atau tanggal tertentu).

3.2.2.2.Sikap

Sikap mahasiswa perokok terhadap perilaku berhenti merokok, terdiri dari hal-hal yang akan didapatkan/ diperoleh dari berhenti merokok bagi individu atau lingkungan sekitarnya. Sikap terdiri atas dua aspek didalamnya, yaitu:

a. Behavioral beliefs

Keyakianan seserorang terhadap perilaku tersebut, baik atau buruk dan dampak dari perilaku berhenti merokok tersebut bagi dirinya sendiri, keuntungan atau kerugian yang di dapatkan dari berhenti merokok bagi para mahasiswa perokok.

b. Evaluation outcome

Suatu hal berupa dampak dari perwujudan perilaku dalam hal ini perilaku berhenti merokok. Hal-hal yang menyenangkan ataupun yang kurang menyenangkan baginya yang berkaitan dengan perilaku tersebut berkaitan dengan keyakinan individu tersebut.

3.2.2.3.Norma subjektif

Pandangan mahasiswa perokok tentang respon (penerimaan/penolakan) pihak lain mengenai perilaku berhenti merokok. Pengaruh signifikan pendapat orang-orang tertentu terhadap tindakannya. Terdapat dua aspek didalamnya, yaitu:

(52)

a. Normative beliefs: pandangan mahasiswa terhadap perilaku berhenti merokok di lingkungannyan dan pandangan orang-orang terdekat yang berada disekitarnya mengenai perilaku berhenti merokok tersebut. b. Motivation to a comply: Motivasi mahasiswa dalam memenuhi nilai

yang terdapat pada lingkungannya mengenai perilaku berhenti merokok.

3.2.2.4. Norma Deskriptif

Pandangan mahasiswa terhadap perilaku lingkungan sekitar dan memicunya untuk melakukan perilaku yang sama (berhenti merokok) seperti perilaku yang dilakukan orang-orang disekitarnya.

3.2.2.5.Perceived Behavioral Control

Pandangan mahasiswa perokok mengenai kesanggupan diri dalam memulai untuk berhenti merokok. Terdapat dua aspek didalamnya, yaitu:

a. Control Beliefs: Keyakinan mahasiswa terhadap kontrol dirinya untuk konsisten terhadap perilaku yang di niatkan, dalam hal ini perilaku berhenti merokok.

b. Power to Control: Kemampuan mahasiswa untuk mengontrol perilaku merokoknya untuk konsisten terhadap perilaku yang diniatkan, dalam hal ini perilaku berhenti merokok.

3.2.2.6. Persepsi resiko

Persepsi mahasiswa perokok mengenai dampak (buruk) atau hal merugikan dari mengkonsumsi rokok tersebut baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka kerja Theory of planned behavior ....................................
Gambar 2.1 K erangka kerja Theory of Planned Behavior
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Tabel 3.1 Bobot Nilai Jawaban Skala Likert
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kaitan antara Pendekatan Pengalaman Langsung dengan Upaya Meningkatkan Pembelajaran Berbelanja pada Anak Tunagrahita Sedang.. Penelitian Sebelumnya

Bahan baku merupakan bahan utama yang digunakan dalam proses produksi dengan komposisi persentase yang tinggi dan merupakan bahan yang membentuk bagian integral

Pada tahun 2015 ini, Universitas Diponegoro telah memiliki Hospital Teaching atau disebut dengan Rumah Sakit Nasional Diponegoro yang menjadi salah satu pendukung UNDIP

Himbauan dari pihak pertamina untuk menjual minyak tanah hanya kepada masyarakat sekitar. telah dia penuhi // Tidak jarang Aswin harus m emasang tulisan “Minyak Habis” /

Nagari Talang Anau memiliki beberapa grup/kelompok kesenian, seperti randai, saluang, rabah, Talempong Pacik, Talempong Rea, dan Talempong Batu. Grup kesenian tersebut

1 1.1 Meyakini kesempurnaan agama Islam melalui komlpleksitas aturan fikih.. 2.1 Mematuhi hukum fikih dalam ibadah

Melalui berbagai pertimbangan yang telah dilakukan dan melihat alternatif strategi yang ada, maka untuk Industri Sari Apel Brosem Kota Batu perlu ditetapkan strategi yang bisa

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan anugerah- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi “Pengaruh Kombinasi Enzim Selulase,