• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Bank Dalam Penyelesaian Kredit Macet dengan Jaminan Hak Tanggungan pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya Bank Dalam Penyelesaian Kredit Macet dengan Jaminan Hak Tanggungan pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Penyaluran kredit kepada masyarakat luas merupakan salah satu fungsi finansial perbankan untuk memperoleh laba. Fungsi menghimpun dan menyalurkan dana itu berkaitan erat dengan kepentingan umum, sehingga perbankan wajib menjaga dengan baik dana yang dititipkan masyarakat tersebut. Perbankan harus dapat menyalurkan dana tersebut ke bidang-bidang yang produktif bagi pencapaian sasaran pembangunan.2

2 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung : Alumi, 1994), hal. 105- 106 Pengertian kredit menurut Pasal 1 angka 11 Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, adalah :

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapaat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi uangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga”

Kredit yang diberikan oleh bank merupakan aktiva yang paling beresiko namun mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara, karena kredit yang diberikan secara selektif dan terarah oleh bank kepada nasabah dapat menunjang terlaksananya pembangunan sehingga bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat.

(2)

“Aktiva merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan, bentuk-bentuknya dapat berupa harta kekayaan atau hak atas kekayaan atau jasa yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan.Kredit yang diberikan oleh bank sebagai sarana untuk mendorong pertumbuhan ekonomi baik secara umum maupun khusus untuk sektor tertentu.”

Keberadaan kredit macet dalam dunia perbankan merupakan suatu penyakit kronis yang sangat mengganggu dan mengancam sistem perbankan Indonesia yang harus diantisipasi oleh semua pihak terlebih lagi keberadaan bank mempunyai peranan strategis dalam kegiatan perekonomian Indonesia. Kredit yang diberikan oleh bank merupakan aktiva yang paling beresiko namun mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara, karena kredit yang diberikan secara selektif dan terarah oleh bank kepada nasabah dapat menunjang terlaksananya pembangunan sehingga bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat.3

a. Harus dilakukan dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.

Pemberian Kredit kepada calon nasabah ada beberap hal yang perlu diperhatikan oleh Bank, yaitu :

b. Harus mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan si calon debitor tersebut.

c. Wajib memenuhi cara – cara yang tidak merugikan bank amapun masyarakat.

d. Harus memperhatikan asas – asas kredit yang sehat.

(3)

Dalam mengantisipasi risiko kemacetan, bank menghendaki adanya jaminan atau agunan yang dapat digunakan sebagai pengganti pelunasan hutang bilamana dikemudian hari debitur cidera janji atau wanprestasi. Jaminan kredit merupakan jaminan akan pelunasan kredit yang diberikan kepada debitur dengan cara mengeksekusi objek jaminan kredit. Benda yang paling umum dipergunakan sebagai jaminan dalam fasilitas pemberian kredit berupa tanah, sebab tanah pada umumnya mudah dijual dan secara ekonomis harganya terus meningkat dibandingkan dengan benda jaminan yang bukan tanah, dan tanah dapat dibebani dengan Hak Tanggungan.4

Keberadaan jaminan merupakan salah satu persyaratan penting sebab dalam memberikan kredit, kreditur wajib memiliki keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang telah diperjanjikan. Pentingnya masalah jaminan ini adalah karena setiap bank wajib menyelenggarakan sistem pengendalian yang baik untuk meminimalisir terjadinya kredit bermasalah, sebab kredit yang diberikan bank mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas - asas perkreditan yang sehat. Bahkan dalam praktek perbankan, ditetapkan prinsip pemberian kredit (pinjaman), yang melarang bank menanggung risiko akibat pemberian kredit, sehingga setiap pinjaman yang diberikan harus ada jaminannya.

Menurut Pasal 1 angka 23 Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan :

“Jaminan tambahan yang diserahkan Nasabah Debitor kepada bank dalam rangka pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah”

(4)

Secara garis besar dikenal ada dua bentuk jaminan, yaitu jaminan perorangan dan jaminan kebendaan. Dalam praktek jaminan yang paling sering digunakan adalah jaminan kebendaan yang salah satunya adalah tanah yang dijadikan jaminan atau disebut dengan Hak Tanggungan. Pemberian jaminan dengan Hak Tanggungan diberikan melalui Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) yang didahului dan/atau dengan pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) merupakan bagian yang terpisah dari perjanjian kredit.

Dalam Pasal 1754 sampai dengan Pasal 1769 KUHPerdata sendiri, menjadi dasar dari perjanjian kredit, yang didalamnya diatur ketentuan – ketentuan mengenai perjanjian pinjam – meminjam uang ataupun barang – barang yang habis karena pemakaian dan dipersyaratkan bahwa pihak yang berhutuang atau debitor akan mengembalikan pinjamanya kepada kreditor dalam jumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula. Disebutkan bahwa perjanjian dapat disertai dengan bunga yang telah disepakati terlebih dahulu antara pihak – pihak yang terikat ataupun terkait.

(5)

Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan secara umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut

Dalam Pasal 1131 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang isinya adalah,

“Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada mauun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perorangan”

menentukan bahwa semua kebendaan seseorang secara umum menjadi jaminan bagi perikatannya. Jaminan secara umum ini kadang-kadang menyebabkan seorang kreditur hanya memperoleh sebagian dari uangnya saja, oleh karena jaminan secara umum ini berlaku bagi semua kreditur.

Dengan lahirnya Undang – Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda – Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah bagi sistem Hukum Perdata khususnya Hukum Jaminan adalah dalam rangka membeikan kepatian dari hukum yang seimbang dalam bidang pengikatan jaminan atas benda – benda yang berkaitan dengan tanah sebagai agunan kredit kepada kreditor, denitor maupun pemberi Hak Tanggungan dan pihak ketiga yang terkait.

(6)

dari usaha calon penerima kredit sendiri serta, memberikan kepastian kepada kreditor dalam pembayaran utang si debitor.

Diatur dalam UUHT sendiiri, ada beberapa hal yang perlu diberikan perhatian khusus yaitu mengenai perkembangan dan pengasan obyek Hak Tanggungan, masalah yang berkenaa dengan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan, dan kekuatan eksekutorial sertifikat Hak Tanggungan.

Dalam UUHT Pasal 14 dikatakan bahwa, Sertifikat Hak Tanggungan berfungsi sebagai tanda bukti adanya Hak Tanggungan yang memuat irah-irah dengan kata-kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dan punya kekuatan eksekutorial yang sama dengan Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan berlaku sebagai pengganti grosse akta hipotik sepanjang mengenai hak atas tanah.

Pada Pasal 6 UUHT sendiri dituliskan bahwa, apabila debitor cedera janji maka pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri memlui pelelangan umum dan dapat mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut.

(7)

Dalam hal ini debitor – debitor yang tidak baik, akan di tempuhkan dengan jalur hukum untuk menyelesaikan pelunasan hutang yang mereka punya dengan menjual atau mengeksekusi benda jaminan debitor tersebut. Namun dalam hal ini, dalam Pasal 6 UUHT bank tidak dapat menggunakan haknya sebagaimana yang ada tanpa campur tangan dari pihak lain.

Berdasarkan uraian tersbut diatas, telah menimbulkan inspirasi bagi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya Bank Dalam

Penyelesaian Kredit Macet Dengan Jaminan Hak Tanggungan Pada PT.

Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan.”

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut;

1. Bagaimana Proses Pembebanan Hak Tanggungan Dalam Perjanjian Kredit PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan?

2. Bagaimana Penyelesaian Kredit Macet dengan Hak Tanggungan pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan?

3. Faktor – Faktor yang Menjadi Penyebab Terjadinya Kredit Macet Dalam Perjanjian Kredit Tersbut?

1.3.Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui Proses Pembebanan Hak Tanggungan Dalam Perjanjian Kredit PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan

(8)

3. Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya Kredit Bermasalah Dalam Perjanjian Kredit Tersebut.

1.4. Manfaat Penelitian

1.Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Hukum Perdata khususnya Hukum Perbankan mengenai penyelesaian kredit macet dengan jaminan Hak Tanggungan. 2.Manfaat Praktis

Diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak bank agar dapat melayani debitor/nasabah dengan lebih baik dan mendapatkan kualitas kredit yang produktif dalam menyelamatkan kredit macet serta menjadikan masukan bagi bank dalam mengatasi hambatan hambatan yang terjadi dalam penyelesaian kredit macet.

1.5. Kerangka Teoritis

A.Kredit

Menurut Thomas Suyanto, istilah kredit sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berati kepercayaan. Oleh karena itu, dasar dari kredit ialah kepercayaan. Seseorang aatau suatu badan yang memberikan kredit (krediotr) percaya bahwa si penerima kredit (debitor) pada masa yang akan datang akan sanggup untuk memenuhi segala sesuatu yang telah diperjanjikan.5

Penyaluran kredit tidak terlepas dari masalah perjanjian dimana perjanjian adalah suatu yang mutlak dilakukan oleh kreditor kepada debitor, hal ini sangat

(9)

penting karena menyangkut kepentingan para pihak yang membuatnya maka setiap perjanjian dibuat secara tertulis agar diperoleh suatu kekuatan hukum sehingga tujuan kepastian hukum dapat tercapai.

Menurut Pasal 1313 KUHPerdata, perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Menurut pakar hukum pengertian perjanjian atau verbintenes adalah suatu hubungan hukum kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih yang memberikan kekuatan hak pada suatu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi.6

Kreditor mempunyai hak terhadap prestasi sedangkan debitor wajib memenuhi prestasi. Di dalam suatu perjanjian termuat beberapa unsur yaitu ;7

1) Ada pihak-pihak.

Pihak yang ada di sini paling sedikit harus ada dua orang, para pihak bertindak sebagai subjek perjanjian tersebut. Subjek bisa terdiri dari manusia atau badan hukum. Dalan hal para pihak terdiri dari manusia maka orang, tersebut harus telah dewasa dan cakap untuk melakukan hubungan hukum.

2) Ada persetujuan para pihak.

Para pihak sebelum membuat perjanjian atau dalam membuat suatu perjanjian berlaku asas konsensualitas dalam suatu perjanjian dimana konsensus harus ada tanpa disertai paksaan tipuan dan keraguan.

3) Ada tujuan yang akan dicapai.

Suatu perjanjian harus mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu yang ingin dicapai, dan dengan perjanjian itulah tujuan tersebut ingin dicapai atau dengan sarana perjanjian tersebut suatu tujuan ingin mereka capai,

6 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta, 1987), Hal. 1.

(10)

baik yang dilakukan sendiri maupun oleh pihak lain, yang dalam hal ini mereka selaku subjek dalam perjanian tersebut.

4) Ada prestasi yang harus dilaksanakan.

Para pihak dalam- perjanjian mempunyai hak dan kewajiban tertentu, yang satu dengan yang lainya saling berlawanan. Apabila pihak yang satu dengan yang lain hal tersebut adalah merupakan hak dan begitu pula sebaliknya.

5) Ada bentuk tertentu.

Suatu perjanjian dapat dibuat secara lisan maupun tertulis, dalam hal suatu perjanjian yang dibuat secara tertulis dan dibuat dalam suatu akte otentik maupun dibawah tangan.

6) Ada syarat syarat tertentu.

Isi dalam suatu perjanjian harus ada syarat - syarat tertentu, karena dalam suatu perjanjian menurut ketentuan Pasal 1338 (1) KUH Perdata mengatakan bahwa persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Keberadaan suatu perjanjian secara yuridis haruslah sesuai dengan syarat sahnya perjanjian atau persetujuan sebagaimana diatur didalam Pasal 1320 KUHPerdata, yang meliputi yaitu ;

1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.

Kedua subjek yang mengadakan perjanjian itu harus bersepakat mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian yang diadakan itu. Sepakat mengandung arti apa yang dikehendaki pihak yang satu juga dikehendaki oleh pihak yang lain.

2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

(11)

Pasal 1330 KUHPerdata, yaitu ; Orang yang belum dewasa; Orang yang ditaruh di bawah pengampuan.

3) Suatu hal tertentu.

Suatu hal atau objek tertentu artinya dalam membuat perjanjian apa yang diperjanjikan harus jelas sehingga hak dan kewajiban para pihak bisa ditetapkan.

4) Suatu sebab yang halal.

Suatu perjanjian adalah sah apabila tidak bertentangan dengan undang- undang, kesusilaan dan ketertiban umum8

Biasanya dalam perjanjian meminjam uang, pihak kreditur meminta kepada debitur agar menyediakan jaminan berupa sejumlah harta kekayaannya

B. Perjanjian Kredit

Perjanjian kredit meminjam aturan KUHPerdata yaitu salah satu dari bentuk perjanjian yang dikelompokkan dalam perjanjian pinjam – meminjam sebagai mana diatur dalam Pasal 1754 KUHPerdata, sehingga landasan aturan yang dipergunakan dalam membuat perjanjian kredit sendiri tentunya tidak dapat dilepaskan dari ketentuan yang ada pada buku III KUHPerdata.

Pasal 1754 KUHPerdata :

“ Perjanjian pinjam mengganti adalah, persetujuan dengan pihak yang satu dengan pihak yang lain suatu jumlah tertentu dalam barang – barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahw pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula”

(12)

untuk kepentingan sejumlah utang, apabila setelah jangka waktu yang diperjanjikan ternyata debitor tidak melunasi.9

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya,

Pinjam meminjam harus memenuhi syarat – syarat sahnya perjanjian agar mempunyai kekuatan mengikat kedua belah pihak. Syarat sahnya perjanjian yang dimaksud adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata yaitu :

2. Adanya kecakapan unutuk membuat suatu perjanjian, 3. Suatu yang hal tertentu,

4. Suat hal yang halal.

Dua syarat pertama dinamakan syarat subyektif karena mengenai orang atau subjek yang mengadakan perjanjian, sedangkan dua syarat berikutnya dinamakan syarat objektif karena mengenai perjanjiannya sendiri atau objek dari perbuatan hukum yang dilakukan.10

Kesepakatan untuk membuat suatu perikatan maksudnya antara kreditur dengan debitur dalam perjanjian pinjam meminjam uang tidak boleh karena unsur kekhilafan ataupun paksaan maupun penipuan. Kedua belah pihak harus cakap dalam arti dewasa dan tidak dalam pengampuan, ada obyek yang diperjanjikan dan dalam hal ini penting harus dengan halal, dan juga adanya tujuan dari

Suatu perjanjian yang mengandung cacat pada subjeknya atau tidak memenuhi syarat subyektif, maka perjanjian itu akan dapat dibatalkan, sedangkan suatu perjanjian yang mengandung cacat pada obyeknya atau tidak dipenuhi syarat subjjektifnya akibatnya perjanjian tersebut adalah batal demi hukum.

(13)

perjanjian yang akan dibuat tersebut, tujuan merupakan sebab adanya perjanjjian dan sebab yang disyaratkan di Undang – Undang yaitu harus halal tidak hanya pada Undang – Undang namun kepada ketertiban umum dan kesusilaan.

Dengan lahirnya perjanjian tersebut maka, akan adanya kewajiban – kewajiban bagi masing – masing pihak yang terikat. Kewajiban debitur adalah mengembalikan pinjaman pada waktu yang telah dijanjikan, oleh karen itu prestasi saat pemberian dengan saat pengembalian terdapat tenggang yang lama, maka diperlukan suatu kepercayaan bank kepada debitur bahwa kredit yang dilepaskan kelak kemudian hari dikembalikan sebagaimana waktu pertama di perjanjikan.

C. Jaminan dan Hak Tanggungan

Kata Jaminan akan ditemukan dalam Pasal 1131 KUHPerdata dan penjelasan pasal 8 Undang – Undang No. 7 Tahun 1992, dan perubahannya dalam Undang – Undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, namun dalam kedua peraturan tersebut tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan jaminan. Namun dari fakta yang ada dapat diketahui bahwa jaminan erat hubungannya dengan masalah utang.

(14)

sebaliknya perjanjian pokok tidak selalu menimbulkan adanya perjanjian jaminan. Dalam praktek perbankan, perjanjian pokoknya tersebut adalah perjanjian ( pemberian) kredit/ perjanjian yang bersifat accessoir atau tambahan dapat berupa Hak Tanggungan.

Menurut Pasal 1 ayat 1 UUHT, Hak Tanggungan atas tanah beserta benda – benda yang berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan adalah jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam UUPA, berikut atau tidak berikut benda – benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu, terhadap kreditur – kreditur yang lain. Dengan demikian, UUHT memberikan kemungkinan pembebanan Hak Tanggungan pada hak atas tanah berikut atau tidak berikut benda – benda lain diatasnya.

Hak Tanggungan merupakan jaminan hak tas tanah menurut UUPA, karena itu pula objek hak atas tanah yang dapat dibebani Hak Tanggungan sesuai dengan Pasal 4 ayat 1 adalah;

1. Hak Milik

2. Hak Guna Usaha, dan 3. Hak Guna Bangunan.

(15)

Tahun 1996 pada dasarnya adalah Hak Tanggungan yang dibebankan pada hak atas tanah.

Proses pembebanan Hak Tanggungan dilakukan dua tahap, yaitu;

1. Tahap pemberian Hak Tanggungan dengan dibuatkan akta pembebanan Hak Tanggungan (APHT) oleh PPAT, yang didahului dengan perjanjian hutang piutang yang dijamin

2. Tahap pendaftarannya oleh kantor pertanahan, yang merupakan saat lahirnya Hak Tanggungan yang bersangkutan.11

4.Eksekusi Hak Tanggungan

Apabila kredit yang diusahakan oleh kreditur mengalami kemacetan dalam arti debitur cidera janji atau tidak memenuhi kewajibannya perikatannya dengan baik, di mana Obyek Hak Tanggungan akan dijual melalui pelelangan umum menurut cara yang ditentukan dalam peraturan perundang – undangan yang berlaku, dan pemegang hak tanggungan berhak mengambil seuruh atau sebagian dari hasilnya untuk melunasi kewajiban yang terbengkalai.

Eksekusi Hak Tanggungan ini diatur dalam Pasal 20 UUHT, yang menurut ketentuan dari UUHT sendiri, cara eksekusi dilakukan melalui lelang. Selain itu juga, eksekusi melalui penjualan dibawah tangan.12

11

Boedi Harsono, Segi – Segi Yurisdis Undang – Undang Hak Tanggungan, Seminar Nasional, Undang – Undang Hak Tanggungan, Jakarta, FH Univesitas Trisakti berkerjasama dengan Kantor Menteri Agraria/Badan Pertanahan Nasional dan BPP Ikatan PPAT, 1996

12 Mochammad Dja’s, Peran Sifat Accesoir Hak Tanggungan Dalam Mengatasi Kredit Macet, Masalah – Masalah Hukum Edisi Khusus, Tahun 1997, hal. 55

(16)

1. Hak Pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual obyek Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 atau,

2. Titel Eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat 2,

Selanjutnya, pada Pasal 20 ayat 2 dinyattakan apabila debitor cidera janji, maka berdasarkan atas kesepakatan pemberi dan pemegang Hak Tanggungan, penjualan Obyek Hak Tanggungan dapat dilaksanakan dibawah tangan jika melalui penjualan demikian itu akan dapat diperoleh harga tertinggi yang mengguntungkan semua pihak.

5.Kredit Macet

Kasus – kasus kredit macet, debitor telah dianggap mengingkari janji untuk membayar bunga atau kredit induk yang telah atau lewat jatuh tempo, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran. Dapat dikatakan bahwa kredit bermasalah didalamnya meliputi kredit macet, meskipun demikian tidak semua kredit yang bermasalah adalah kredit macet.

Kredit macet dihubungkan dengan perbuatan wanprestasi yang dilakukan oleh debitor atau nasabah menurut Gatot Supramono, SH ada 3 macam perbuatan yang digolongkan wanprestasi, yaitu:

1. Nasabah sama sekali tidak membayar angsuran kredit atau beserta bunganya,

(17)

sebagian kecil angsuran. Walaupun nasabah kurang membayar satu kali angsuran tetapi tergolong sebagai kredit macet.

3. Nasabah membayar lunas kredit beserta bunganya setelah jangka waktu berakhir. 13

1.6. Metodologi Penelitian

A.Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode yuridis empiris yaitu melakukan pembahasan terhadap kenyataan atau data yang dalam praktik, untuk selanjutnya dihubungkan dengan fakta yuridis.

B.Jenis Penelitian

Penelitian ini dapat digolongkan dalam penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data-data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala yang lain.

C.Lokasi Penelitian

Lokasi dari penelitian ini dilakukan pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan.

D.Sumber Data

Data penelitian merupakan data kualitatif dimana datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya, tidak diubah dalam simbol-simbol atau bilangan. Sumber Data Primer. Merupakan sejumlah keterangan atau fakta yang secara langsung diperoleh melalui penelitian lapangan, dalam hal ini data

(18)

yang didapatkan dari hasil Penelitian lapangan di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan. Sumber Data Sekunder. Merupakan sejumlah data yang didapat melalui studi pustaka yang meliputi ;

1.Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

2.Undang-Undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

3.Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Fidusia. Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan.

E.Teknik Pengumpulan Data.

Untuk memperoleh data yang di perlukan, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut;

1.Observasi

Yakni metode pengumpulan data berupa pengamatan yang sistematis yang penulis lakukan dengan langsung mendatangi lokasi penelitian yaitu PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan.

2.Wawancara

Yakni metode pengumpulan data dengan menghimpun data dengan jalan mengadakan wawancara dengan tanya jawab secara langsung antara penulis dengan pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan.

3.Studi Kepustakaan

(19)

F.Teknik Analisis Data

Pada tahap ini data yang terkumpul kemudian penulis olah dengan menggunakan metode analisis data kualitatif yaitu data yang terkumpul akan di analisis melalui tiga tahap yang meliputi reduksi data penyajian dan menarik kesimpulan. Reduksi data diartikan sebagai proses pemusatan perhatian pada penyerdehanaan, transformasi data yang muncul dari catatan tertulis dilapangan. Sedangkan penyajian data sebagai suatu kumpulan informasi yang tersusun dalam kesatuan dan bentuk yang diserhanakan, selektif sehingga memungkinkan adanya pengambilan kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bab utama yang masing masing terdiri dari 1. BAB I PENDAHULUAN yang memuat latar belakang, permasalahan,

tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan.

2. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKREDITAN DAN

JAMINAN yang memuat tentang pengertian kredit, fungsi dan manfaat

kredit, subjek dan objek kredit, asas – asas kredit, prinsip – prinsip kredit, jenis – jenis kredit dan kredit macet. Serta pengertian jaminan, sifat bentuk jaminan dan jaminan kredit.

3. BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN,

(20)

Tanggungan, pendaftaran Hak Tanggungan, peralihan Hak Tanggungan, eksekusi Hak Tanggungan, dan hapusnya Hak Tanggungan.

4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN TENTANG

UPAYA BANK DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET

DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BANK

RAKYAT INDONESIA CABANG ISKANDAR MUDA MEDAN,

meliputi gambaran deskriptif tentang PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan, Bagaimana bentuk penyelesaian kredit macet dengan Jaminan Hak Tanggungan pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan, Apa saja faktor – faktor penyebab terjadinya kredit macet dan apa kendala yang dihadapi PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan dalam menerapkan penyelesaian kredit macet dengan Hak Tanggungan.

5. BAB IV PENUTUP sebagai bab penutup memuat tentang kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

Sistem organ adalah gabungan dari organ-organ yang bekerja sama untuk membentuk suatu sistem dalam kehidupan.. Contoh: sistem pencernaan disusun oleh lambung, usus halus, usus

Peran guru PKn dalam sosialisasi pilitik adalah skor yang diperoleh melalui koesioner yang diajukan kepada para guru PKn di SMA Negeri 1 Banyudono Kabupaten Boyolali

Brayut merupakan sebuah dusun yang menjadi bagian dari Desa Pandowoharjo, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (Dinas Kebudayaan dan

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga fraksi ekstrak etanol kelopak bunga rosella ini mempunyai rata-rata volume urin yang sama, namun fraksi yang paling aktif

Allen & Meyer (1990) juga menyatakan bahawa beberapa variabel berkorelasi terhadap komitmen ahli organisasi antaranya ialah keadilan dan kesukaran matlamat. Oleh

Ketercapaian siswa yang memenuhi ketiga indikator berkemampuan visual, berkemampuan persamaan atau ekspresi matematis dan berkemampuan kata-kata atau teks tertulis hanya

13 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan I nfrastruktur;. •

Jika terjadi penurunan janin selama kala I fase aktif dan memasuki fase pengeluaran, maka dapat dikatakan kemajuan persalinan cukup baik. Menurut friedmann,