• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keywords: Diarrhea, Defecate, Kuningan Village

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keywords: Diarrhea, Defecate, Kuningan Village"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN

DIARE DI KELURAHAN KUNINGAN KECAMATAN

SEMARANG UTARA TAHUN 2016 (STUDI KASUS DI RT 01

RW III KELURAHAN KUNINGAN)

Zulfrianingtias Cahyani Putri*), Supriyono Asfawi**)

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Jalan Nakula 1 No. 5 – 11 Semarang Email : [email protected]

ABSTRACT

Background: Diarrhea is still a one important problems public health because it

is first major contributor of morbidity and child mortality in various countries including Indonesia. From the preliminary survey in October 2015 at PHC of Bandarharjo, the number of patients diarrhea with age more than 15 years were high. In 2014, it was recorded 251 cases while in 2015 it was recorded 112 cases. This study aimed to analyze factors affecting the incidence of diarrhea in Kuningan village, North Semarang Sub-District in 2016 (a case study in RT 01 RW III Kuningan village).

Methods: The study was explanatory research used cross sectional design.

Methods used for data collection is interviews and observation. Respondents were 85 respondents with techniques of sampling accidental sampling. Variables used in this study were knowledge, clean water facilities, defecate behavior, trash processing, and washing hand behavior where variable was tested by test chi square.

Results: Characteristics of respondents including aged between 41-50 years,

female with the education level junior high school and housewives. From the analysis univariat, about 85 respondents knowledge causes of diarrhea less than good (82.4%), clean water facilities less than good (78.8%), defecate behavior less than good (54,1%), trash processing less than good (81,2%), and good washing hand behavior (77,6%). Test chi square for the knowledge variable (p=0,003), clean water facilities variable (p=0,606), defecate behavior variable (p=0,053), trash processing variable (p=1,000), washing hand behavior variable (p=0,064).

Conclusion: Conclusions from the research was factor that correlated to the

incidence of diarrhea in RT 01 RW III Kuningan village was knowledge, while clean water facilities, defecate behavior, trash processing, and washing hand behavior there was no correlation. Suggested of health workers in PHC of Bandarharjo to gives information about diarrhea so that the information that is provided increases knowledge for the community as well as expected to the local

community to make it more able to increase the clean and healthy.

(3)

ABSTRAK

Latar Belakang: Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama angka kesakitan dan kematian anak di berbagai negara termasuk Indonesia. Dari hasil

survey awal pada bulan Oktober 2015 di Puskesmas Bandarharjo, pasien yang

mengalami diare dengan jumlah yang cukup tinggi adalah pasien dengan usia lebih dari 15 tahun. Pada tahun 2014, tercatat sebanyak 251 kasus sedangkan untuk tahun 2015 tercatat sebanyak 112 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare di Kelurahan Kuningan Kecamatan Semarang Utara Tahun 2016 (Studi Kasus di RT 01 RW III Kelurahan Kuningan).

Metode: Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan menggunakan

pendekatan cross sectional. Metode pengumpulan data adalah wawancara dan observasi. Responden dalam penelitian ini adalah 85 orang dengan teknik sampling accidental sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sarana air bersih, perilaku BAB, pengolahan sampah, dan perilaku cuci tangan dimana variabel tersebut diuji dengan uji chi square.

Hasil: Karakteristik responden meliputi usia antara 41-50 tahun, jenis kelamin

perempuan dengan tingkat pendidikan SMP dan berstatus ibu rumah tangga. Dari analisis univariat, sebanyak 85 responden memiliki pengetahuan penyebab diare kurang baik (82,4%), sarana air bersih kurang baik (78,8%), perilaku BAB kurang baik (54,1%), pengolahan sampah kurang baik (81,2%), dan perilaku cuci tangan baik (77,6%). Hasil uji chi square untuk variabel pengetahuan (p=0,003), variabel sarana air bersih (p=0,606), variabel perilaku BAB (p=0,053), variabel pengolahan sampah (p=1,000), dan variabel perilaku cuci tangan (p=0,064).

Simpulan dan Saran: Simpulan dari penelitian ini adalah faktor yang

berhubungan dengan kejadian diare di RT 01 RW III Kelurahan Kuningan adalah pengetahuan, sedangkan sarana air bersih, perilaku BAB, pengolahan sampah, dan perilaku cuci tangan tidak ada hubungan. Disarankan tenaga kesehatan di Puskesmas Bandarharjo untuk menyampaikan informasi tentang diare sehingga dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat serta diharapkan kepada masyarakat setempat agar lebih dapat meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Kata Kunci : Diare, Buang Air Besar, Kelurahan Kuningan

PENDAHULUAN

Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama angka kesakitan dan kematian anak di berbagai negara termasuk Indonesia. Diare dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain keadaan lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan

(4)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Amin Rahman Hardi di wilayah kerja Puskesmas Baranglompo Kecamatan Ujung Tanah tahun 2012, dari uji statistik diperoleh nilai p value 0,021 < 0,05 yang bisa disimpulkan terdapat hubungan

yang bermakna antara faktor sanitasi lingkungan dengan kejadian diare.(2)

Dari hasil survey awal pada bulan Oktober 2015 di Puskesmas Bandarharjo, angka kejadian diare pada tiga tahun terakhir di Kelurahan Kuningan menunjukkan angka yang cukup tinggi. Pada tahun 2013, jumlah angka kejadian diare sebanyak 504 kasus. Kemudian pada tahun 2014 terdapat penurunan jumlah kasus diare yang signifikan yaitu 436 kasus dan tahun 2015 sebanyak 253 kasus. Bahkan angka kejadian diare di Kelurahan Kuningan merupakan tertinggi kedua setelah Kelurahan Bandarharjo. Sampai bulan Oktober 2015, pasien yang mengalami diare dengan jumlah yang cukup tinggi adalah pasien dengan usia lebih dari 15 tahun. Pada tahun 2014, tercatat sebanyak 251 kasus sedangkan untuk tahun 2015 tercatat sebanyak 112 kasus. Jumlah kasus tersebut menunjukkan bahwa trend kasus diare menurun setiap tahunnya, walaupun angkanya masih tinggi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada usia > 15 tahun (studi kasus di RT 01 RW III) di Kelurahan Kuningan Kecamatan Semarang Utara.

METODE

Jenis penelitian ini merupakan explanatory research dengan menggunakan pendekatan cross sectional untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu pengetahuan, sarana air bersih, perilaku buang air besar (BAB), pengolahan sampah, serta perilaku cuci tangan dengan variabel terikat yaitu kejadian diare di RT 01 RW III Kelurahan Kuningan. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah wawancara dan observasi, sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling karena pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia pada saat penelitian dilakukan.

(5)

HASIL

1. Analisis Univariat

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Kejadian Diare

Kejadian Diare Frekuensi Persentase

Tidak diare 31 36,5%

Diare 54 63,5%

Total 85 100%

Hasil penelitian diperoleh hasil responden yang mengalami kejadian diare dalam kurun waktu 3 bulan terakhir sebanyak 54 responden dengan persentase sebesar 63,5%. Dari responden yang diwawancara, rata-rata diare yang dialami oleh responden lebih dari tiga kali dalam sehari dan berbentuk lembek sampai cair.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Variabel Mean Modus Min Max SD

Usia 41.26 50 16 61 11.46

Jenis Kelamin 1.60 2 1 2 0.493

Pendidikan 1.86 2 1 4 0.774

Pekerjaan 5.12 6 2 7 1.475

Berdasarkan tabel 2 rata-rata usia responden adalah 50 tahun, dimana paling banyak berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SMP dan berstatus ibu rumah tangga.

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan

Pengetahuan Frekuensi Persentase

Kurang baik 70 82,4%

Baik 15 17,6%

Total 85 100%

Dari 85 responden sebanyak 70 responden memiliki pengetahuan penyebab diare yang kurang baik (82,4%). Karena rata-rata tingkat pendidikan responden yang rendah ikut berpengaruh terhadap sosial ekonomi sehingga mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit diare.

(6)

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sarana Air Bersih

Sarana Air Bersih Frekuensi Persentase

Kurang baik 67 78,8%

Baik 18 21,2%

Total 85 100%

Tabel 4 menunjukkan bahwa sebanyak 67 responden (78,8%) dari 85 responden memiliki sarana air bersih yang kurang baik. Hal tersebut dikarenakan warga RT 01 RW III lebih banyak mengkonsumsi air galon daripada air matang, dimana air yang dikonsumsi lebih berpotensi menyebabkan diare karena langsung masuk ke dalam saluran pencernaan.

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku BAB

Perilaku BAB Frekuensi Persentase

Kurang baik 46 54,1%

Baik 39 45,9%

Total 85 100%

Dari tabel 5 sebanyak 46 responden (54,1%) dari 85 responden memiliki perilaku BAB yang kurang baik. Dari perilaku yang kurang baik tersebut disebabkan masih banyak warga yang belum memiliki jamban. Warga yang sudah memiliki jamban pun kurang memperhatikan kebersihan jamban dirumahnya.

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengolahan Sampah

Pengolahan Sampah Frekuensi Persentase

Kurang baik 69 81,2%

Baik 16 18,8%

Total 85 100%

Tabel 6 menunjukkan bahwa dari pengolahan sampah yang dilakukan oleh 85 responden kurang baik yaitu sebanyak 69 responden (81,2%). Banyak dari warga yang mempunyai tempat sampah tetapi tidak tertutup serta beberapa warga ada yang membuang sampah langsung ke sungai di sekitar tempat tinggal, sehingga hal tersebut dapat memicu adanya lalat yang hinggap di makanan sehingga dapat menularkan penyakit diare.

(7)

Tabel 7

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Cuci Tangan

Perilaku Cuci Tangan Frekuensi Persentase

Kurang baik 19 22,4%

Baik 66 77,6%

Total 85 100%

Berdasarkan tabel 7 sebanyak 66 dari 85 responden memiliki perilaku cuci tangan yang baik yaitu sebesar 77,6%.Hal tersebut dikarenakan banyak dari warga RT 01 RW III sudah memiliki kesadaran untuk mencuci tangan, akan tetapi masih ada warga yang mencuci tangan tidak memakai sabun. Mereka beranggapan bahwa jika sudah mencuci tangan menggunakan air dirasa sudah bersih.

2. Analisis Bivariat

Tabel 8

Tabel Silang Variabel Pengetahuan dengan Kejadian Diare

Pengetahuan

Kejadian Diare

Total Tidak Diare Diare

n % n % n %

Kurang baik 20 28,6% 50 71,4% 70 100

Baik 11 73,3% 4 26,7% 15 100

31 36,5% 54 63,5% 85 100

Hasil tabel silang antara variabel pengetahuan dengan kejadian diare

diperoleh responden dengan pengetahuan yang kurang baik yang paling banyak menderita diare yaitu sebanyak 50 responden (71,4%), sedangkan yang tidak diare sebanyak 20 responden (28,6%).

Tabel 9

Tabel Silang Variabel Sarana Air Bersih dengan Kejadian Diare

Sarana Air Bersih

Kejadian Diare

Total Tidak Diare Diare

n % n % n %

Kurang baik 23 34,3% 44 65,7% 67 100

Baik 8 44,4% 10 55,6% 18 100

31 36,5% 54 63,5% 85 100

(8)

Tabel silang antara variabel sarana air bersih dengan kejadian diare menunjukkan bahwa responden dengan sarana air bersih yang kurang baik menderita diare sebanyak 44 responden (65,7%) dibandingkan dengan yang tidak diare yaitu sebanyak 23 responden (34,3%).

Tabel 10

Tabel Silang Variabel Perilaku BAB dengan Kejadian Diare

Perilaku BAB

Kejadian Diare

Total Tidak Diare Diare

n % n % n %

Kurang baik 12 26,1% 34 73,9% 46 100

Baik 19 48,7% 20 51,3% 39 100

31 36,5% 54 63,5% 85 100

Tabel silang antara variabel perilaku BAB dengan kejadian diare menunjukkan bahwa responden dengan perilaku BAB yang kurang baik yang banyak menderita diare sebanyak 34 responden (73,9%) dibandingkan dengan yang tidak diare yaitu sebanyak 12 responden (26,1%).

Tabel 11

Tabel Silang Variabel Pengolahan Sampah dengan Kejadian Diare

Pengolahan Sampah

Kejadian Diare

Total Tidak Diare Diare

n % n % n %

Kurang baik 25 36,2% 44 63,8% 69 100

Baik 6 37,5% 10 62,5% 16 100

31 36,5% 54 63,5% 85 100

Hasil tabel silang antara variabel pengolahan sampah dengan kejadian diare diperoleh responden dengan pengolahan sampah kurang baik yang banyak menderita diare sebanyak 44 responden (63,8%) dibandingkan dengan responden yang tidak diare yaitu sebanyak 25 responden (36,2%).

(9)

Tabel 12

Tabel Silang Variabel Perilaku Cuci Tangan dengan Kejadian Diare

Perilaku Cuci Tangan

Kejadian Diare

Total Tidak Diare Diare

n % n % n %

Kurang baik 3 15,8% 16 84,2% 19 100

Baik 28 42,4% 38 57,6% 66 100

31 36,5% 54 63,5% 85 100

Hasil tabel silang antara variabel perilaku cuci tangan dengan kejadian diare diperoleh responden dengan perilaku cuci tangan baik yang paling banyak menderita diare sebanyak 38 responden (57,6%) dibandingkan yang tidak diare sebanyak 28 responden (42,4%).

Tabel 13 Hasil Uji Chi Square

Variabel bebas Variabel

terikat p value α Hasil

Pengetahuan Kejadian diare 0,003 0,05 Ada hubungan Sarana Air Bersih Kejadian diare 0,606 0,05 Tidak ada hubungan

Perilaku BAB Kejadian

diare 0,053 0,05 Tidak ada hubungan Pengolahan Sampah Kejadian diare 1,000 0,05 Tidak ada hubungan Perilaku Cuci Tangan Kejadian diare 0,064 0,05 Tidak ada hubungan

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara variabel sarana air bersih, perilaku BAB, pengolahan sampah, dan perilaku cuci tangan serta ada hubungan antara variabel pengetahuan dengan kejadian diare di RT 01 RW III Kelurahan Kuningan Kecamatan Semarang Utara.

(10)

PEMBAHASAN 1. Kejadian Diare

Dari hasil penelitian diperoleh hasil responden yang mengalami kejadian diare dalam kurun waktu 3 bulan terakhir sebanyak 54 responden dengan persentase sebesar 63,5%, sedangkan 31 lainnya (36,5%) tidak diare. Diare yang dialami oleh responden rata-rata lebih dari tiga kali dalam sehari dan berbentuk lembek sampai cair. Banyaknya responden yang menderita diare menunjukkan bahwa tidak hanya balita dan anak-anak saja yang dapat menderita diare, melainkan semua golongan usia berisiko menderita diare apabila kurang adanya kesadaran masyarakat mengenai kebersihan lingkungan di sekitar tempat tinggal mereka dan dampak yang akan ditimbulkan menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat, salah satunya yaitu diare.

Diare itu sendiri dapat ditularkan melalui air yang tercemar, tinja yang terinfeksi dimana terdapat serangga yang hinggap di tinja terinfeksi tadi lalu hinggap ke makanan yang dimakan oleh manusia. Selain faktor tersebut, kebiasaan perorangan yang kurang baik juga berhubungan dengan penularan kuman penyebab diare, diantaranya adalah kebiasaan mencuci tangan dan perilaku buang air besar.

2. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Kejadian Diare

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang, berpengaruh terhadap praktik baik secara langsung maupun tidak langsung melalui perantara sikap. Pengetahuan sebagai

parameter keadaan sosial dapat sangat menentukan kesehatan

masyarakat. Masyarakat dapat terhindar dari penyakit asalkan pengetahuan tentang kesehatan dapat ditingkatkan, sehingga perilaku dan keadaan

lingkungan sosialnya menjadi sehat.(3)

Dari hasil analisis hubungan antara pengetahuan responden dengan

kejadian diare, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kejadian diare dimana 70 responden memiliki pengetahuan penyebab diare yang kurang baik (82,4%). Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Ibnu Hajar, dkk tentang analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Desa Mattiro Dolangeng wilayah Puskesmas Liukang Tupabbiring

(11)

Kabupaten Pangkep yang menyatakan bahwa ada hubungan antara

pengetahuan ibu dengan kejadian diare.(4)

Faktor pengetahuan bisa dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, karena

semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi.

3. Hubungan Antara Sarana Air Bersih dengan Kejadian Diare

Salah satu faktor lingkungan yang dominan menyebabkan diare yaitu

air bersih. Sarana air bersih dan sumber air minum yang kurang baik memungkinkan terjadinya kontaminasi dengan kuman penyebab diare sehingga meningkatkan risiko terjadinya diare.

Hasil analisis hubungan antara sarana air bersih dengan kejadian diare menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sarana air bersih dengan kejadian diare dimana sebanyak 44 responden (65,7%) sarana air bersihnya kurang baik. Dari hasil wawancara yang dilakukan, sebanyak 43 responden (50,6%) menggunakan sarana air bersih yaitu air sumur. Sedangkan untuk air yang dikonsumsi, sebanyak 57 responden (67,1%) menggunakan air galon dibandingkan dengan air matang. Hal tersebut dikarenakan warga RT 01 RW III lebih banyak mengkonsumsi air galon daripada air matang, dimana air yang dikonsumsi lebih berpotensi menyebabkan diare karena langsung masuk ke dalam saluran pencernaan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Roya

Selaras Cita tentang hubungan sarana sanitasi air bersih dan perilaku ibu terhadap kejadian diare pada balita umur 10-59 bulan di wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan tahun 2013 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sarana sanitasi air bersih dengan kejadian diare pada balita umur 10-59 bulan (p

value = 0,082).(5)

4. Hubungan Antara Perilaku BAB dengan Kejadian Diare

Kepemilikan jamban secara tidak langsung berkaitan dengan perilaku

(12)

kesehatan lingkungan dimana kotoran manusia adalah salah satu sumber penyebaran penyakit.

Dari hasil analisis hubungan antara perilaku BAB dengan kejadian diare menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku BAB dengan kejadian diare dimana 34 responden (73,9%) perilaku BAB nya kurang baik.

Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Umiati tentang

hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009 yang menyimpulkan bahwa ada hubungan antara kepemilikan jamban keluarga dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Nogosari

Kabupaten Boyolali tahun 2009 (p value = 0,018).(6)

Dari hasil penelitian dan observasi lingkungan, diketahui masih ada sebagian responden yang belum memiliki jamban pribadi. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi perilaku BAB, apakah mereka BAB di jamban umum atau sembarangan. Tidak adanya hubungan antara perilaku BAB dengan kejadian diare di RT 01 RW III adalah karena responden yang tidak memiliki jamban pribadi, rata-rata BAB di jamban umum, walaupun masih ada responden yang BAB di sungai.

5. Hubungan Antara Pengolahan Sampah dengan Kejadian Diare

Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak

dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang.

Dari hasil analisis hubungan antara pengolahan sampah responden dengan kejadian diare, didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara pengolahan sampah dengan kejadian diare dimana 44 responden memiliki pengolahan sampahnya kurang baik (63,8%). Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian dari Ira Primona, dkk tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengelolaan sampah dengan kejadian diare pada anak usia 0-59

bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata (p value = 0,491).(7)

Dalam penelitian ini pengolahan sampah tidak berhubungan dengan kejadian diare di RT 01 RW III Kelurahan Kuningan, hal tersebut dapat

(13)

diartikan bahwa masyarakat di RT 01 RW III Kelurahan Kuningan yang menderita diare bukan karena pengolahan sampah yang kurang baik. Akan tetapi sampah rumah tangga dari responden ada yang langsung dibuang ke tempat penampungan sampah dan ada yang diangkut oleh petugas sampah, walaupun masih ada responden yang membuang sampahnya langsung ke sungai.

6. Hubungan Antara Perilaku Cuci Tangan dengan Kejadian Diare

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang

penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Perilaku mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pemeliharaan kesehatan pribadi dan pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat.

Dari hasil analisis hubungan antara perilaku cuci tangan responden dengan kejadian diare, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara perilaku cuci tangan dengan kejadian diare dimana 38 responden memiliki perilaku cuci tangan yang baik (57,6%%). Hasil tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali Rosidi, dkk tentang hubungan kebiasaan cuci tangan dan sanitasi makanan dengan kejadian diare pada anak SD Negeri Podo 2 Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan yang menyatakan bahwa ada hubungan kebiasaan cuci tangan

dengan kejadian diare (p value = 0,002).(8)

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, kebiasaan cuci tangan sudah banyak diterapkan oleh responden. Namun, masih ada sebagian responden yang mencuci tangan tidak menggunakan sabun, alasannya adalah responden merasa jika sudah mencuci tangan menggunakan air dirasa sudah bersih.

SIMPULAN

1. Rata-rata usia responden adalah 50 tahun, dimana paling banyak berjenis

kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SMP dan berstatus ibu rumah tangga

2. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian diare di RT 01 RW III

(14)

3. Tidak ada hubungan antara sarana air bersih dengan kejadian diare di RT 01 RW III Kelurahan Kuningan (p-value = 0,606)

4. Tidak ada hubungan antara perilaku BAB dengan kejadian diare di RT 01

RW III Kelurahan Kuningan (p-value = 0,053)

5. Tidak ada hubungan antara pengolahan sampah dengan kejadian diare di

RT 01 RW III Kelurahan Kuningan (p-value = 1,000)

6. Tidak ada hubungan antara perilaku cuci tangan dengan kejadian diare di

RT 01 RW III Kelurahan Kuningan (p-value = 0,064)

SARAN

1. Diharapkan bagi instansi terkait khususnya tenaga kesehatan di Puskesmas

Bandarharjo untuk dapat lebih banyak menyampaikan informasi tentang kesehatan, terutama tentang diare dimana penyakit tersebut yang paling banyak diderita masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo melalui posyandu maupun acara-acara kemasyarakatan. Sehingga informasi yang diberikan menambah pengetahuan bagi masyarakat dan diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan akibat diare di wilayah tersebut

2. Diharapkan kepada masyarakat setempat agar lebih dapat meningkatkan

perilaku hidup bersih dan sehat terutama yang berkaitan dengan pencegahan diare, seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan serta setelah BAB dengan menggunakan sabun. Selain itu juga masyarakat diharapkan mengupayakan sarana sanitasi lingkungan seperti kepemilikan jamban, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat sehingga dapat meminimalisir kejadian diare

DAFTAR PUSTAKA

1. Widoyono. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan

Pemberantasannya. Erlangga. Jakarta. 2005.

2. Amin Rahman Hardi, dkk. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian

Diare Pada Batita di Wilayah Kerja Puskesmas Baranglompo Kecamatan Ujung Tanah. SkripsiUniversitas Hasanudin Makassar. 2012

3. Sarlin Suma. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Akut

(15)

Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango Tahun 2013. Skripsi Universitas

Negeri Gorontalo. 2014

4. Ibnu Hajar, dkk. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Diare Pada Balita Di Desa Mattiro Dolangeng Wilayah Puskesmas Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep. Skripsi Stikes Nani Hasanuddin

Makassar. 2013

5. Roya Selaras Cita. Hubungan Sarana Sanitasi Air Bersih Dan Perilaku Ibu

Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Umur 10-59 Bulan Di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014

6. Umiati. Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada

Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2009. Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2010

7. Ira Primona, dkk. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare

Pada Anak Usia 0-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Tahun 2013. Skripsi Universitas

Sumatera Utara. 2013

8. Ali Rosidi, dkk. Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan Dan Sanitasi Makanan

Dengan Kejadian Diare Pada Anak SD Negeri Podo 2 Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Skripsi Universitas Muhammadiyah

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui Hubungan Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kelompok Kerja Guru (KKG) dengan Peningkatan Kompetensi Profesonal Guru di SD se kecamatan Kota

Jika diperlukan $bat anti aritmia $ral, dapat dimulai dengan kuinidin karena mempunyai a6ailabilitas jangka panjang. Dan $bat ini paling sering digunakan karena tidak

Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata nilai pada siklus I yaitu sebesar 76,8 (cukup) menjadi 92,5 (sangat baik) pada siklus II. Pada siklus I observas i

Pada penelitian ini akan difokuskan pada Supervisi Akademik dan Manajerial. Penelitian ini sejalan dengan pelaksanaan pengawasan oleh pengawas sekolah yang harus

(2) Pangkat awal yang ditetapkan bagi Pegawai PNS Kemhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sama dengan pangkat yang dimilikinya, sedangkan jenjang jabatan Assessor

PENGARUH PENERAPAN GAYA KOMANDO DAN GAYA GUIDED DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR POOMSE DALAM PEMBELAJARAN TAEKWONDO DI SMP NEGERI 1 LEMBANG Universitas Pendidikan

Menurut Parakkasi (1999) dalam Wijaya dkk., (2016) menyatakan bahwa konsumsi pakan maupun konsumsi protein kasar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu bobot

Sosialisme Sjahrir juga tidak berlebihan dalam menolak kapitalisme, bahkan masih memberi kesempatan pada ekonomi pasar dan usaha- usaha swasta untuk dapat bekerja secara