DAFTAR ISI
Halaman Panduan Proses Bagian 1 PEMILIHAN JENIS TANAMAN Bahan Bacaan Bagian 1 PEMILIHAN JENIS TANAMAN UNTUK REHABILITASI DAERAH TANGKAPAN AIR DAFTAR PUSTAKA Panduan Proses Bagian 2 PEMBUATAN PERSEMAIAN DAN TEKNIK PEMBIBITAN Bahan Bacaan Bagian 2 PEMBUATAN PERSEMAIAN DAN TEKNIK PEMBIBITAN DAFTAR PUSTAKA Panduan Proses Bagian 3 TEKNIK PENANAMAN,PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN Bahan Bacaan Bagian 3 TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN DAFTAR PUSTAKA POWERPOINT PRESENTATION 4 5 7 8 14 16 17 22 23 34 35 36 39 40 54 55DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Pengelompokan Tanaman Berdasarkan Tujuan PemanfaatanTingkat Kedalaman Perakaran dan Sebaran Tajuk Beberapa Jenis Tanaman Tingkat Kedalaman Tanah untuk Beberapa Jenis Tanaman Pembagian Wilayah Berdasarkan Letak Geografis dan Suhu Udara Daftar Lokasi untuk Pengumpulan Benih 10 11 12 12 29
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Kondisi lahan datar untuk pembangunan persemaian 23 Gambar 2. Benih besar langsung disemai di polybag 24 Gambar 3. Model bedeng tabur (kiri) dan semai mahoni siap sapih (kanan) 25 Gambar 4. Penyemaian benih Shorea selanica (kiri) dan semai siap sapih(kanan)
25 Gambar 5. Bak kecambah papan kayu (kiri) dan semai sengon siap sapih
(kanan) 25 Gambar 6. Benih besar langsung disemai di polybag 26 Gambar 7. Naungan persemaian menggunakan paranet 26 Gambar 8. Contoh Rumah Bokashi 27 Gambar 9. Model Alat Pembuat Arang Sekam 27 Gambar 10. Pohon induk 28 Gambar 11. Memecah kulit benih sirsak untuk percepatan perkecambahan 29 Gambar 12. Proses penyemaian benih 30 Gambar 13. Kondisi semai siap sapih 32 Gambar 14. Cara penyapihan semai 32 Gambar 15. Proses Seleksi Bibit 33 Gambar 16 Tanaman jalur dengan sistem tumpangsari 41 Gambar 17. Pola tanam tumpangsari (kiri) dan pola campuran (kanan) 41 Gambar 18. Pola tanam monokultur 43 Gambar 19. Pembuatan cemplongan 43 Gambar 20. Sistem tugal 44 Gambar 21. Kondisi lahan terbuka dan miring 44 Gambar 22. Pemasangan ajir pada lahan datar 45 Gambar 23. Pemasangan ajir pada lahan miring 46 Gambar 24. Model pengkayaan tanaman sisipan 46 Gambar 25. Model pengkayaan pada batas pemilikan lahan 47 Gambar 26. Pembuatan lubang tanam 47 Gambar 27. Pembuatan lubang tanam 48 Gambar 28. Cara mengangkut bibit benar (kiri) dan cara salah (kanan) 49 Gambar 29. Penanaman bibit 50 Gambar 30. Gambar 31. Pendangiran Contoh lay out plot evaluasi tanaman 51 56
Panduan Proses
Bagian 1
PEMILIHAN JENIS TANAMAN UNTUK
REHABILITASI DTA
PEMILIHAN JENIS
TANAMAN UNTUK
REHABILITASI DTA
Tujuan: Peserta mampu: 1. Menjelaskan tujuan pemilihan jenis tanaman 2. Menjelaskan faktor‐faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman 3. Menjelaskan strategi pemilihan jenis untuk penanaman Materi : Modul Pemilihan Jenis Tanaman Waktu : a. Teori 1 JPL (@ 45 menit) = 45 menitPerlengkapan : In‐focus, speaker, spidol, white board/kertas manila, kertas HVS, LCD Projector
Media/Alat Bantu : Presentasi Power Point Skenario Pembelajaran :
Tahap Langkah Fasilitasi Target Fasilitasi Waktu
(menit) 1 Pelatih menjelaskan isi materi yang akan disampaikan, yaitu : Tujuan pemilihan jenis Faktor pertumbuhan tanaman Strategi pemilihan jenis
Peserta memahami isi materi yang akan disampaikan
2’
2 Tujuan pemilihan jenis
Pelatih melontarkan pertanyaan untuk didiskusikan :
“mengapa tanaman yang kita tanam mati atau tumbuh merana”
“mengapa bibit yang tersedia, tidak ditanam oleh masyarakat”
Pelatih merangkum hasil jawaban‐ jawaban peserta, yang intinya perlu dipilih jenis yang tepat agar tanaman yang dipilih dapat tumbuh baik dan memberi manfaat langsung maupun tidak langsung
Minimal 5 orang peserta menyampaikan jawaban‐ jawaban atas pertanyaan Peserta memahami
pentingnya pemilihan jenis yang sesuai untuk penanaman
7’
PANDUAN
PROSES
kepada masyarakat. Pelatih juga menyampaikan beberapa tujuan pemilihan jenis tanaman.
3 Faktor Pertumbuhan Tanaman
Pelatih melontarkan pertanyaan : “mengapa tanaman bisa tumbuh?”
Pelatih merangkum hasil jawaban peserta dan secara rigkas menjelaskan faktor‐ faktor yang mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman, yaitu faktor genetik dan lingkungan
Minimal 5 orang peserta menjawab pertanyaan
Peserta pelatihan memahami faktor‐faktor yang mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman
8’
4 Persyaratan Tempat Tumbuh Tanaman
Pelatih menjelaskan tiga faktor utama persyaratan tempat tumbuh tanaman, yaitu : iklim, ketinggian tempat, dan media tumbuh (tanah).
Pelatih memaparkan contoh persyaratan tumbuh dua jenis tanaman, yaitu cengkeh dan durian.
Peserta pelatihan mengetahui tiga faktor utama persyaratan tempat tumbuh tanaman
Peserta pelatihan mengetahui contoh persyaratan tumbuh tanaman 7’ 5 Kelompok Tanaman Pelatih melontarkan pertanyaan “Jenis‐jenis tanaman dikelompokkan berdasarkan apa?”
Pelatih merangkum jawaban peserta dan menjelaskan pengelompokan tanaman dan contohnya berdasarkan : Kebutuhan cahaya Produk yang Dihasilkan Tujuan pemanfaatan Persyaratan kedalaman tanah
Pelatih juga menyampaikan contoh jenis Tanaman Unggulan Lokal (TUL) daerah
Minimal 3 orang peserta menyampaikan jawaban pengelompokan tanaman
Peserta pelatihan mengetahui pengelompokan tanaman sebagai salah satu informasi dalam menentukan jenis tanaman untuk penanaman
10’
6 Strategi Pemilihan Jenis Tanaman
Pelatih melemparkan pertanyaan ke peserta, setelah
Peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan
8’
pemaparan materi di atas “bagaimana sebaiknya langkah yang harus dilakukan untuk menetapkan/memilih jenis tanaman untuk penanaman
Pelatih merangkum jawaban para peserta dan secara ringkas menjelaskan langkah‐langkah dalam memilih jenis tanaman, yaitu :
- Menetapkan tujuan penanaman
- Mendata daftar jenis yang memiliki kesesuaian tempat tumbuh bersangkutan - Mendata ketersediaan
bibit atau penguasaan budidayanya
- Mendata jenis yang memiliki peluang pasar dan atau jenis yang diminati - Menetapkan jenis pendapatnya tentang strategi/langkah‐langkah dalam menetapkan jenis yang dipilih.
Peserta pelatihan memahami strategi dalam menetapkan suatu jenis untuk kegiatan penanaman
7 Penutup
Pelatih menyimpulkan prinsip‐ prinsip terkait dengan pemilihan jenis tanaman terutama mengenai : kelompok tanaman, persyaratan tempat tumbuh, dan strategi pemilihan jenis tanaman
Peserta memahami garis besar pemilihan jenis tanaman 3’ Total 45’
Bahan Bacaan
Bagian 1
PEMILIHAN JENIS TANAMAN UNTUK
REHABILITASI DTA
Pemilihan Jenis Tanaman
untuk Rehabilitasi DTA
A. Latar belakang
Salah satu indikator keberhasilan rehabilitasi DTA adalah berhasil tumbuhnya tanaman. Beberapa kemungkinan yang terjadi terkait dengan penanaman adalah : (1) tanaman ditanam pada lokasi yang sesuai dan dipelihara dengan baik, (2) tanaman ditanam pada lahan yang sesuai, tetapi tidak dipelihara dengan baik, (3) tanaman ditanam pada lahan yang tidak sesuai, namun tetap dipelihara dengan baik, (4) tanaman ditanam pada lahan yang tidak sesuai dan tidak dipelihara. Kemungkinan 1 terjadi karena jenis memenuhi persyaratan tempat tumbuh dan diminati masyarakat karena adanya manfaat atau pasar yang jelas. Kemungkinan 2 terjadi karena jenis memenuhi persyaratan tempat tumbuh tetapi tidak diminati oleh masyarakat karena manfaat atau pasar tidak jelas. Kemungkinan 3 terjadi karena manfaat atau pasar hasil produksi ada, namun jenis tidak memenuhi persyaratan tempat tumbuh akibatnya produksi yang dihasilkan tidak optimal, misalnya kasus penanaman karet pada dataran tinggi yang menyebabkan produksi getah minim atau tanaman tumbuh kerdil. Kemungkinan 4 terjadi karena tanaman yang ditanaman tidak memenuhi persyaratan tempat tumbuh dan tidak diminati oleh masyarakat.
Terkait dengan beberapa kemungkinan di atas, maka sangat penting memilih jenis tanaman yang tepat untuk rehabilitasi DTA khususnya pada lahan milik masyarakat, hal ini bertujuan : Agar tanaman yang dipilih dapat tumbuh baik sesuai dengan kondisi lingkungan sehingga menghasilkan persentase tumbuh yang tinggi Jenis tanaman yang dipilih sesuai dengan kebutuhan masyarakat Jenis tanaman yang dipilih mudah untuk dibudidayakan Jenis tanaman yang dipilih dapat memberi manfaat sesuai dengan tujuan penanaman (untuk menghasilkan buah, kayu bakar, kayu pertukangan, pencegah longsor, mengatasi penggenangan, menyimpan air, dll.) Jenis yang dipilih memiliki pasar atau manfaat yang jelas B. Faktor Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan tanaman pada dasarnya dipengaruhi oleh dua faktor penting, yaitu faktor
internal (genetik) dan faktor eksternal (lingkungan/environment) atau secara sederhana dapat
diformulasikan sebagai : P = G + E, di mana P adalah Phenotype (penampakan tanaman yang dapat dilihat), G adalah Genotype (faktor keturunan), dan E adalah Environment (pengaruh lingkungan). Faktor Internal (G) antara lain terdiri dari sifat menurun yang diturunkan dari induk, hormon, dan enzim, adapun Faktor Eksternal (E) terdiri dari : (1) Lingkungan Abiotik, yaitu faktor edafis seperti tanah, faktor klimatis seperti cahaya matahari, temperatur, kelembaban, dan air, dan faktor fisografis seperti kelerengan, ketinggian tempat, dan konfigurasi bumi dan (2) Lingkungan Biotik, yaitu hewan, manusia dan mikroorganisme (cendawan, bakteri).
1) Pengaruh Lingkungan Abiotik
Faktor klimatis
Faktor klimatis adalah faktor‐faktor yang berhubungan dengan keadaan atmosfer yang
berpengaruh langsung terhadap kehidupan tanaman. Yang termasuk faktor klimatis adalah
radiasi cahaya matahari, temperatur udara, kelembaban udara, dan presipitasi/air hujan.
Faktor edafis
Faktor edafis adalah faktor‐faktor yang berhubungan dengan keadaan tanah. Secara sederhana faktor tanah yang berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tanaman dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu sifat fisik tanah (tekstur atau susunan partikel tanah, air tanah, temperatur tanah) dan sifat kimia (unsur‐unsur hara yang terkandung di dalam tanah, pH, KTK, dll.).
Faktor fisiografis
Faktor ini merupakan keadaan‐keadaan yang berpengaruh tidak langsung terhadap pertumbuhan tanaman melalui efeknya terhadap faktor‐faktor yang berpengaruh langsung. Faktor‐faktor fisiografis ini antara lain konfigurasi bumi, ketinggian tempat, dan faktor kelerengan.
2) Pengaruh Lingkungan Biotik
Meskipun faktor klimatis dan edafis suatu tempat tumbuh mempunyai pengaruh yang dominan terhadap bentuk dan pertumbuhan tanaman, namun pertumbuhan vegetasi dapat dihalangi, dirubah, dan diganggu oleh adanya interaksi kehidupan tanaman, hewan, manusia, dan mikroorganisme. C. Persyaratan Tempat Tumbuh Beberapa Jenis Tanaman Setelah diketahui berbagai pengelompokkan tanaman, muara dari semua itu adalah bagaimana agar tanaman tersebut dapat ditumbuhkan dengan baik. Terkait dengan usaha menumbuhkan tanaman, maka harus dipenuhi persyaratan tempat tumbuh. Pada dasarnya syarat tumbuh suatu tanaman secara garis besar ditentukan oleh 3 faktor utama yang merupakan bagian dari faktor eksternal (Faktor Lingkungan Abiotik), yakni iklim, jenis media tanam dan ketinggian
tempat. Iklim merupakan faktor klimatis, jenis media tanam merupakan faktor edafis, dan
ketinggian tempat merupakan faktor fisiografis. Ketiga faktor lingkungan ini menjadi pembatas penting dalam menetapkan suatu jenis yang akan dikembangkan. Berdasarkan letak geografis dan suhu udara, maka pembagian wilayah dapat dikelompokkan sebagai berikut: Tabel 1. Pembagian Wilayah Berdasarkan Letak Geografis dan Suhu Udara Jenis Daerah Ketinggian Tempat (m dpl) Suhu Udara (oC) Keadaan Udara Dataran Rendah 0 ‐ 200 25 – 27 Panas Dataran Sedang 200 ‐ 1000 19 – 24 Hangat Pegunungan 1000 ‐ 2000 13 – 18 Sejuk Dataran Tinggi 2000 ‐ 2500 0 ‐ 12 Dingin
Adapun contoh persyaratan tumbuh beberapa jenis tanaman disajikan sebagai berikut : Tabel 2. Contoh Persyaratan Tumbuh Beberapa Jenis Tanaman
No. Jenis Persyaratan Tempat Tumbuh
Iklim Media Tumbuh Ketinggian Tempat 1 Cengkeh
(Syzygium
aromaticum)
Suhu 22°-30°C, curah hujan yang dikehendaki 1500-4500 mm/tahun
Tanah gembur dengan dalam solum minimum 2 m, tidak berpadas
pH optimal 5,5 - 6,5. Tanah jenis latosol,
andosol dan podsolik merah baik
untuk dijadikan perkebunan cengkih Asli Maluku Tanaman tumbuh optimal pada 300 - 600 dpal Tanaman ini dapat tumbuh baik di daerah tropis di ketinggian 600-1100 m dpl, di tanah yang berdrainase baik 2 Durian (Durio zibethinus)
Curah hujan maksimum 3000-3500 mm/tahun dan minimal 1500-3000 mm/tahun.
Curah hujan merata sepanjang tahun dengan kemarau 1-2 bulan sebelum berbunga
Intensitas cahaya matahari 60-80%.
Sewaktu masih kecil
bibit harus dilindungi/dinaungi.
Suhu rata-rata 20-30 0 C,
Tanah yang subur
Jenis tanah grumosol dan andosol.
Tanah memiliki ciri-ciri warna hitam keabu-abuan kelam, struktur tanah lapisan atas berbutir-butir, sedangkan bagian bawah bergumpal dan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mengikat air. pH 5-7, dengan pH optimum 6-6,5 Kandungan air tanah
dengan kedalam cukup yaitu 50-150 cm dan 150-200 cm Datar hingga < 800 m dpl 3 Manggis (Garcinia mangostana L.)
Curah hujan tahunan 1.500–2.500
mm/tahun dan merata sepanjang tahun.
Temperatur udara yang ideal berada pada kisaran 22-32 derajat C. Tanah subur, gembur, dan mengandung bahan organik. pH ideal adalah 5– 7.
drainase baik dan tidak tergenang serta air tanah berada pada kedalaman 50–200 m. Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah dengan ketinggian optimal < 500-600 m dpl.
D. Pengelompokan Tanaman
Berjuta tanaman tumbuh di atas bumi dengan berbagai pengelompokannya, antarai lain dikelompokkan sebagai tumbuhan pohon dan non pohon, golongan berkayu dan tak berkayu, berbiji keping maupun berbiji tunggal, mulai dari tanaman semusim maupun tanaman tahunan, mulai dari berakar serabut maupun berakar tunggang, mulai yang berdaun jarum hingga berdaun lebar, mulai dari yang hidup di dataran rendah hingga dataran tinggi, mulai dari yang membutuhkan naungan dalam pertumbuhannya hingga yang membutuhkan cahaya penuh, mulai dari yang hanya diproduksi kayunya hingga yang diproduksi selain kayu, dan masih banyak lagi kelompok tanaman lainnya yang dapat kita jumpai di atas bumi ini. Semua itu tentunya akan berujung pada pengambilan manfaat bagi kehidupan di dunia. Dari sekian banyak pengelompokan tanaman tersebut, terdapat dua kelompok penting yang menarik untuk dibahas, yaitu :
Bagaimana tumbuhan itu tumbuh ?, ini antara lain terkait dengan kebutuhan tumbuhan terhadap cahaya
Bagaimana tumbuhan tersebut dimanfaatkan?, ini terkait dengan pemanfaatannya oleh manusia atau hewan
Pengelompokan Tanaman Berdasarkan Kebutuhan Cahaya
Respon tanaman terhadap cahaya berbeda‐beda antara jenis satu dengan jenis lainnya. Ada tanaman yang tahan/mampu tumbuh dalam kondisi cahaya yang terbatas (di bawah naungan) atau sering disebut tanaman toleran dan ada tanaman yang membutuhkan cahaya penuh atau
intoleran. Pemahaman terhadap kebutuhan cahaya bagi tanaman sangat penting untuk
menghasilkan pertumbuhan tanaman yang optimal. Contoh jenis‐jenis tanaman yang termasuk kelompok toleran dan intoleran disajikan sebagai berikut :
1. Jenis tanaman toleran (butuh naungan) : mangga, tanjung, manggis, meranti, gaharu, bayur, dukuh, durian, sawo, agathis, bitti, sonokeling. jambe, sirsak, bambu, kayu manis, langsat, pala, aren
2. Jenis tanaman intoleran (memerlukan cahaya penuh) : jati, jati putih, sengon, jabon, sengon laut, karet, akasia, mahoni, suren, trembesi, sukun, kelapa, jambu, alpukat, pohon penghasil kayu bakar (gamal). Pengelompokan Tanaman Berdasarkan Tujuan Pemanfaatan Tabel 3. Pengelompokan Tanaman Berdasarkan Tujuan Pemanfaatan
No Tujuan Pemanfaatan Jenis
1 Kayu Bakar Lamtoro gung (Leucaena leucephala), Akasia (Acacia
auiculiformis), Kaliandra (Caliandra calothyrsus), Gamal
(Glirisidae maculata), dll.
2 Kayu Pertukangan Mahoni (Swetinia macrophylla), Suren (Toona sureni), Sengon (Paraserienthes falcataria), Sonokeling (Dalbergia
latifolia), Jati (Tectona grandisi), Kayu kuku (Pericopsis mooniana), dll.
3 Bahan Baku Industri Eucalyptus (Eucalyptus deglupta), Sengon (Paraserienthes falcataria), Kayu Afrika (Maesopsis
emenii), Kayu Manis (Cinnamomum burmanii), Damar
(Agathis laranthifolia), dll. 4 Diambil Buahnya/non
kayu lainnya
Duwet (Eugenia cuminia), Durian (Durio zibethinus), Nangka (Arthocarpus integra), Kemiri (Aleurites
moluccana), Jambu Air (Eugenia aquatica), Kapuk Randu
(Ceiba pentandra), dll. 5 Perbaikan Lingkungan
a Perbaikan Hidroorologi Trembesi (Samanea saman), Akasia (Acacia
auiculiformis), Puspa (Schima walichii), Asam (Tamarindhus indica), Turi (Sasbania grandiflora), Kaliandra (Caliandra calothyrsus), dll.
b Reklamasi/Pionir Acacia sp, jambu monyet (Anacardium accidentale),
jabon (Anthocephalus cadambai), sukun (Arthocarpus
communisi), nangka (Arthocarpus heterophyllus), bambu,
secang (Caesalpinia sappan (L.) , Calliandra confusa Sprague & Riley (1923), Casuarina equisetifolia,
Centrosema pubescens, Dalbergia latifolia, Eucalyptus deglupta, Garcinia mangostana, Ficus sp, Gliricida sepium, melinjo (Gnetum gnemon), petai china (Leucaena leucocephala), mangga (Mangifera indica), sawo kecik (Manilkara kauki), Mindi (Melia azedarach), Rambutan (Nephelium lappaceum), sengon (Paraserianthes falcataria), petai (Parkio speciosa), Rumput gajah (Pennisetum purpureum), Alpukat (Persea americana), Pinus merkusii, Sesbania grandiflora, Swietenia marcophylla, Tectona grandis.
c Penyerap Partikel Limbah
Agathis alba (damar, Swietenia macrophylla (mahoni daun lebar), Podocarpus imbricatus (jamuju), Myristica fragrans (pala), Pithecelebium dulce (asam landi), Cassia siamea (johar), Polyathea longifolia (glodogan), Baringtonia asiatica (keben), Mimosops elengi (tanjung)
d Penyerap CO2 dan Penghasil O2
Samanea saman (trembesi), Agathis alba (damar), Bauhinea purpurea (kupu‐kupu), Leucaena leucocephala (lamtoro gung), Acacia auriculiformis (akasia), Ficus benyamina (beringin)
e Penyerap/penepis bau Michelia champaka (cempaka), Pandanus sp (pandan), Murraya paniculata (kemuning), Mimosops elengi (tanjung)
f Mengatasi Penggenangan
Artocarpus integra (nangka), Paraserianthes falcataria (albizia), Acacia vilosa, Indigofera galegoides, Dalbergia spp, Swietenia mahagoni (mahoni), Tectona grandis (jati) Samanea saman (kihujan), Leucaena glauca (lamtoro)
g Pelestarian Air Tanah Casuarina equisetifolia (cemara laut), Ficus elastica (fikus), Hevea brasiliensis (karet), Garcinia mangostana (manggis), Lagerstroemia speciosa (bungur), Fragraea fragrans, Cocos nucifera (kelapa)
h Pengamanan pantai dari abrasi
Avicinnea sp (bakau), Bruguirea sp (Tancang), Nypa frutican (Nipah), Rhizophora spp
Pengelompokan Tanaman Berdasarkan Tingkat Kedalaman Perkaran dan Sebaran Tajuk
Tabel 4. Tingkat Kedalaman Perakaran dan Sebaran Tajuk Beberapa Jenis Tanaman
No Jenis Kedalaman
Perakaran Sebaran Tajuk
1 Lamtoro Dangkal Menyebar, perlu 3‐5 pangkasan per tahun 2 Gamal Dangkal Menyebar, perlu 3‐5 pangkasan per tahun
3 Petai Dangkal Menyebar
4 Sungkai Dangkal Sempit
5 Jengkol Dangkal Sedang
6 Lamtoro Dangkal Menyebar, perlu 3‐5 pangkasan per tahun
7 Sengon Dangkal Menyebar
8 Melinjo Dangkal Sedang
9 Jambu Air Dangkal Sedang
10 Kaliandra Sedang Menyebar, perlu 3‐5 pangkasan per tahun
11 Kapuk Dalam Menyebar
12 Jambu Mete Dalam Sedang
13 Nangka Sangat Dalam Sedang 14 Mangga Sangat Dalam Sedang 15 Durian Sangat Dalam Sedang
Pengelompokan Tanaman Berdasarkan Kebutuhan Kedalaman Tanah
Tabel 5. Tingkat Kedalaman Tanah untuk Beberapa Jenis Tanaman
No Jenis Kedalaman Tanah
1 Mindi (Melia azedarach) Dangkal – dalam
2 Jati (Tectona grandis) Dangkal – dalam
3 Sengon (Paraserianthes falcatariai) Dangkal – dalam 4 Mahoni (Swietenia macrophylla) Dangkal – dalam 5 Kayu Afrika (Maesopsis eminii) Dangkal – dalam 6 Akasia (Acacia mangium) Dangkal – dalam 7 Kemiri (Aleurites moluccana) Dangkal – dalam 8 Ekaliptus (Eucalyptus spp) Dangkal – dalam 9 Manggis (Garcinia mangostana) Sedang – dalam 10 Durian (Durio zibethinus) Sedang – dalam 11 Jabon (Anthocephalus cadamba) Dalam 13 Agathis (Agathis spp) Dalam 15 Karet (Hevea brasiliensis) Dalam 17 Lengkeng Dalam 18 Jati putih (Gmelina arboreai) Dalam 19 Suren (Toona sureni) Dalam Keterangan : Dangkal : kedalaman tanah < 60 cm Sedang : kedalaman tanah antara 60 – 100 cm Dalam : kedalaman tanah > 100 cm
E. Penetapan Jenis Tanaman
Dalam memilih jenis tanaman, khususnya tanaman yang akan ditanam di lahan masyarakat harus dipenuhi beberapa aspek penting agar jenis yang diusahakan dan dikembangkan dapat memberikan hasil optimal, yaitu :
Aspek lingkungan, yaitu jenis yang dipilih harus sesuai denagan iklim, jenis tanah dan kesuburan serta keadaan fisik wilayah
Aspek sosial, yaitu jenis yang dipilih harus jenis yang cepat menghasilkan setiap saat, dikenal dan disukai masyarakat serta mudah dibudidayakan.
Aspek ekonomi, yaitu dapat memberikan penghasilan dan mudah dipasarkan serta memenuhi standar bahan baku industri.
Untuk itu perlu langkah‐langkah dalam menetapkan jenis suatu tanaman, sebagai berikut :
Tetapkanlah tujuan penanaman, antara lain : (1) mendapatkan hasil kayu, (2) mendapatkan hasil non‐kayu, (3) konservasi tanah dan air, (4) penyerapan polutan, dll.
Dapatkan informasi iklim, ketinggian tempat, dan jenis tanah (khususnya tingkat kedalaman tanah) dari rencana lokasi yang akan ditanam. Ketinggian tempat dapat diperoleh dengan alat GPS, sedangkan kedalaman tanah terdiri dari kriteria : (1) tanah dangkal (< 60 cm), sedang (60‐100 cm), dalam (> 100 cm). Adapun data iklim dapat diperoleh dari monografi desa atau badan klimatologi setempat.
Berdasarkan data iklim, ketinggian tempat, dan tanah, selanjutnya buatkan daftar jenis‐ jenis yang sesuai pada kondisi lingkungan tersebut dengan mengacu pada tujuan penanaman yang telah ditetapkan.
Lakukan pengamatan dan dapatkan informasi dari masyarakat jenis‐jenis tanaman kayu dan non kayu/MPTS yang tumbuh baik di lokasi bersangkutan baik jenis lokal maupun non‐ lokal.
Dapatkan informasi ketersediaan jenis (ketersediaan benih, bibit, dan penguasaan budidayanya)
Dapatkan jenis‐jenis tanaman usulan masyarakat
Dapatkan informasi jenis‐jenis yang memiliki peluang pasar
Tetapkan jenis tanaman dengan mempertimbangkan usulan masyarakat, peluang pasar, ketersediaan benih/bibit, yang semuanya harus memenuhi persyaratan tempat tumbuh Pengadaan bibit dengan cara membeli atau membuat sendiri Penanaman dan pemeliharaan
DAFTAR PUSTAKA
Balai Litbang Teknologi Perbenihan. 2002. Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan.
Du‐Hyun Kim. 2009. Forest Seed Storage Technology. Paper of Training on Forest Tree Seed Management and Development. Korea Forest Research Institute
Heyne 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia: Jilid II. Badan Litbang Kehutanan Jakarta.
IFSP (Indonesia Forest Seed Project). 2000. Seed Zone of Kalimantan. Indonesia Forest Seed Project, Bandung.
Mayhew, J.E. and A.C. Newton. 1998. The Silviculture of Mahagony. CABI Publishing.
Panjiwibowo C, Soejachmoen MH, Tanujaya O, Rusmantoro W. 2003. Mencari pohon uang:
CDM kehutanan di Indonesia. Jakarta: Yayasan Pelangi.
Prosea. 1994. Plant Resources of South‐East Asia No. 2: Edible Fruits and Nuts. Bogor, Indonesia. Prosea. 1994. Plant Resources of South‐East Asia No. 5 (1). Timber Trees: Major Commercial
Timbers. Bogor, Indonesia.
Prosea. 1994. Plant resources of South‐East Asia No. 5 (2). Timber Trees: Minor Commercial
Timbers. Bogor, Indonesia.
Prosea. 1994. Plant Resources of South‐East Asia No. 5 (3): Lesser Known Timbers. Bogor, Indonesia.
Schmidt. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis. Danida Forest Seed Center. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan.
Kijkar, Somyos and B. Boontawee. 1995. Azadirachta excelsa (Jack) Jacobs: a lesser known species. Reviev Paper No. 3. ASEAN Forest Tree Seed Centre Project.
Panduan Proses
Bagian 2
PEMBUATAN PERSEMAIAN DAN
TEKNIK PEMBIBITAN
PEMBUATAN
PERSEMAIAN DAN
TEKNIK PEMBIBITAN
Tujuan: Peserta mampu: 1. Membuat persemaian 2. Mempraktekkan membuat bibit 3. Menseleksi bibit layak tanam Materi : Modul Pembuatan Persemaian dan Teknik Pembibitan Waktu : a. Teori 1 JPL (@ 45 menit) = 45 menit b. Praktek 1 JPL (@ 45 menit) = 45 menit Perlengkapan : In‐focus, speaker, spidol, white board/kertas manila, kertas HVS, LCD Projector, sampel benih ortodok/semiortodok (sengon, sirsak, jati putih, mahoni, dll.) dan benih rekalsitrant (nangka, durian, suren, gaharu, karet, dll.), sampel bibit (mahoni, suren, sengon, durian, dll.), gembor, polybag (ukuran 12 x 15), bokashi/pupuk kandang (1 karung), arang sekam (1 karung), tanah top soil (1 karung), cangkul, sekop, bak kecambah plastik, sampel semai siap sapih. Media/Alat Bantu : Presentasi Power Point, Film Tutorial Pembibitan Skenario Pembelajaran : A. Penyampaian Materi Sesi ITahap Langkah Fasilitasi Target Fasilitasi Waktu (menit) 1 Pembukaan
Pelatih menjelaskan isi materi yang akan disampaikan, yaitu :
Cara membuat persemaian Cara membuat bibit
Cara menseleksi bibit layak tanam Peserta dan pelatih saling mengenal sehingga kedepan dapat melakukan konsultasi hal‐hal terkait teknik pembibitan dan persemaian jika masih memerlukan penjelasan lebih lanjut Peserta memahami alur materi pelatihan 3’ 2 Penayangan Film “Tutorial Pembibitan” Peserta mendapatkan gambaran umum tentang 10’
PANDUAN
PROSES
Pelatih memberikan pengantar film yang akan ditayangkan yaitu tentang cara membuat persemaian dan bibit langkah‐langkah pembuatan persemaian dan teknik pembibitan 3 Diskusi Pelatih meminta pendapat minimal lima peserta pelatihan untuk menyampaikan “Apa masing‐masing keuntungan dan kerugian metode pengadaan bibit dengan cara membuat bibit sendiri dan membeli bibit” Pelatih merangkum pendapat para peserta Selain pendapat‐pendapat yang disampaikan para peserta, pelatih juga memberikan kriteria‐ kriteria lain yang mungkin belum masuk dalam pendapat peserta, yaitu : - Tingkat kerusakan bibit - Kualitas bibit - Kuantitas bibit yang dihasilkan - Biaya yang dibutuhkan - Dampak peningkatan SDM masyarakat - Kesesuaian jenis yang direkomendasikan - Rasa memiliki - Dampak pemberdayaan - Keberlanjutan kegiatan pembibitan
Lima orang peserta masing‐ masing menyampaikan pendapatnya mengenai keuntungan dan kerugian membuat bibit sendiri dan membeli bibit
Para peserta memahami keuntungan dan kerugian masing‐masing metode pengadaan bibit sehingga menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan metode pengadaan bibit yang akan dipilih 12’ 3 Pembuatan persemaian Pelatih menjelaskan secara singkat definisi persemaian Pelatih menjelaskan persyaratan lokasi persemaian, hal ini jika metode pengadaan bibit yang dipilih adalah dengan membuat bibit sendiri (lihat bahan bacaan) Pelatih menjelaskan secara ringkas dan jelas sarana dan prasarana utama yang dibutuhkan Peserta memahami persyaratan lokasi persemaian Peserta memahami kebutuhan utama sarana dan prasarana untuk membangun persemaian 10’
untuk membangun persemaian: - Pengadaan bahan dan perlatan pembibitan (lihat bahan bacaan) - Pembuatan bedeng tabur - Pembuatan bedeng sapih - Pembuatan atap persemaian sederhana 4 Pengadaan bibit dengan membeli bibit Pelatih menyampaikan alasan pengadaan bibit dengan cara membeli dilakukan jika : - Teknik pembibitan belum banyak dikuasai - Tidak terjadi musim buah untuk jenis yang direkomendasikan - Terdapat masyarakat yang telah membuat bibit sendiri - Tidak cukup waktu, sehingga jika bibit dibuat sendiri musim hujan akan segera berakhir Pelatih menyampaikan hal‐hal penting yang harus diperhatikan jika pengadaan bibit dengan cara membeli bibit, hal ini dimaksudkan agar bibit tetap sehat, yaitu : - Bibit yang dibeli sesuai rekomendasi dan memenuhi persyaratan bibit layak tanam - Disiapkan areal penampungan bibit sementara yang memiliki atap alang‐alang atau paranet, atau bisa di bawah tegakan pohon - Bibit tidak langsung ditanam, tetapi dipelihara dahulu sekitar satu bulan Peserta memahami kapan keputusan pengadaan bibit dengan cara membeli akan dilakukan Peserta memahami langkah‐ langkah penanganan bibit jika dengan cara membeli 10’ Total 45’
B. Penyampaian Materi Sesi II
Tahap Langkah Fasilitasi Target Fasilitasi Waktu (menit) 1 Pelatih meminta pendapat minimal
lima orang peserta tentang :
Teknik pembibitan yang diketahui
Keunggulan dan kerugian masing‐masing teknik pembibitan
Pelatih merangkum pendapat peserta dan menambahkan beberapa kriteria lain yang mungkin belum dibahas untuk didiskusikan dengan peserta, antara lain :
- Ketergantungan pada musim buah
- Jumlah produksi bibit yang dihasilkan
- Minat masyarakat
- Dampak terhadap aspek konservasi tanah dan air - Kecepatan produksi - Tingkat keberhasilan membibitkan - Kemampuan penguasaan teknik budidaya Peserta pelatihan memahami keunggulan dan kerugian masing‐masing teknik pembibitan 10’ 2 Pelatih menjelaskan secara singkat inti‐inti teknik pembibitan generatif a. Pelatih memperlihatkan contoh benih : (mahoni, sengon, sirsak, nangka, durian) dan daya simpan masing‐masing benih b. Pelatih menjelaskan jenis media untuk pengecambahan benih c. Pelatih menjelaskan hal‐hal yang harus diperhatikan selama proses perkecambahan benih d. Pelatih menjelaskan syarat media tumbuh yang bagus untuk pertumbuhan bibit 10’
e. Pelatih menjelaskan cara menyapih/memindahkan semai ke dalam polybag f. Pelatih menjelaskan cara memelihara bibit g. Pelatih menjelaskan kriteria bibit layak tanam 3 Pelatih menjelaskan secara ringkas jenis‐jenis pembibitan vegetatif, yaitu : a. Okulasi b. Grafting c. Cangkok d. Stek Peserta memahami secara umum tentang inti pembibitan secara vegetatif 5’ 4 Simulasi atau Praktek Pembibitan Generatif (dalam hal ini peserta dibagi menjadi 5 regu). Pada tahap awal pelatih mencontohkan proses pembibitan kepada seluruh peserta yang kemudian setelah contoh telah disampaikan semua, para peserta dapat mempraktekkannya sesuai dengan regunya masing‐masing. Contoh‐contoh kegiatan pembibitan adalah : Pelatih memberi contoh praktek meyiapkan media kecambah dalam bak plastik (campuran arang sekam : tanah = 2 : 1) Pelatih memberi contoh praktek mengecambahkan benih mahoni, sengon, sirsak, dan nangka Pelatih memberi contoh meyiapkan media tumbuh dan memasukkannya ke dalam polybag Pelatih memberi contoh cara penyapihan semai ke dalam polybag Setelah semua contoh dipraktekkan oleh pelatih, maka para peserta sesuai regunya masing‐masing dapat mempraktekkan kegiatan berikut : Peserta dapat mempraktekkan penyiapan media kecambah Peserta dapat mempraktekkan pengecambahan benih Peserta dapat mempraktekkan penyiapan media tumbuh Peserta dapat mempraktekkan penyapihan semai 20’ Total 45’
Bahan Bacaan
Bagian 2
PEMBUATAN PERSEMAIAN DAN
TEKNIK PEMBIBITAN
Pembuatan Persemaian dan
Teknik Pembibitan
Persemaian (Nursery) adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan. Pembangunan persemaian merupakan bagian penting dalam upaya rehabilitasi Daerah Tangkapan Air (DTA), karena melalui persemaian akan diproduksi bibit yang kelak akan digunakan dalam kegiatan penanaman pada areal DTA bersangkutan.
Tujuan dibangunnya persemaian antara lain : (a) meminimalkan kerusakan bibit akibat pengangkutan, (b) mendekatkan bibit dengan lokasi penanaman, (c) memberi percontohan teknik persemaian kepada masyarakat ketika akan mengembangkan jenis‐jenis bermanfaat ke depan, (d) peningkatan SDM masyarakat dalam bidang pembibitan, (e) meningkatkan kesadaran masyarakat.
A. Penyiapan Sarana dan Prasarana Persemaian 1. Penetapan Lokasi Pembibitan
Berdasar sifat lokasinya, maka persemaian dan TPS dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu persemaian lahan kering dan mangrove. Masing‐masing tipe persemaian memiliki persyaratan sebagai berikut : Persemaian lahan kering : dekat dengan lokasi penanaman, dekat sumber air, bebas banjir dan angin keras, memiliki areal terbuka dan areal naungan, memiliki sarana penyiraman, memiliki peralatan penanganan benih, dengan dengan tenaga kerja. Persemaian mangrove : dekat dengan lokasi penanaman, terkena pasang surut air
laut, bebas banjir, angin keras dan ombak besar, memiliki areal terbuka dan naungan, dekat dengan tenaga kerja.
Agar diperoleh bibit dan hasil penanaman yang baik, maka lokasi pembibitan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :
Diutamakan lahan datar‐landai
Lokasi pembibitan dekat dengan lokasi penanaman, untuk mengurangi resiko kerusakan bibit saat pengangkutan dari lokasi pembibitan ke lokasi penanaman. Lokasi pembibitan bebas dari konflik kepemilikan lahan. Lokasi pembibitan aman dari gangguan. Lokasi pembibitan dekat dengan sumber air. Lokasi pembibitan memiliki akses jalan yang baik Lokasi pembibitan dekat dengan tenaga kerja Gambar 1. Kondisi lahan datar untuk pembangunan persemaian
2. Kebutuhan Bahan dan Peralatan a. Bahan Bahan‐bahan yang perlu disiapkan dalam melakukan pembibitan antara lain : benih beberapa jenis tanaman yang akan dikembangkan, pestisida (khususnya fungisida dan insektisida), pasir halus, topsoil (lapisan tanah atas), pupuk kandang, sekam padi (dibuat arang sekam), plastik bening, paranet (naungan 65%), polybag (standar ukuran diameter 12 cm, untuk benih besar maka dapat digunakan polybag ukuran lebih besar misalnya diameter 15 cm).
b. Peralatan
Peralatan yang diperlukan antara lain : cangkul, sekop, ember plastik, gembor, sarung tangan, masker, timbangan, gelas ukur, handsprayer, selang air, gerobak dorong, karung, peralatan pengairan, tangki air, ayakan pasir, terpal, golok, gunting stek,
3. Fasilitas Persemaian a. Tempat Penyemaian
Pada dasarnya tempat penyemaian benih dapat dilakukan berdasarkan pada kelompok ukuran benih, yaitu :
(1) Penyemaian benih ukuran besar (ukuran > 2 cm, seperti : nangka, durian, alpukat, mangga) dengan cara disemai langsung pada media di polybag. Gambar 2. Benih besar langsung disemai di polybag (2) Penyemaian benih ukuran sedang (1‐2 cm, seperti : mahoni, khaya, kayu afrika, mindi,) kecil (0,5 – 1 cm, seperti : sengon, surren, akasia, gaharu), dan halus (< 0,5 cm, seperti : jabon, ekaliptus, duabanga) dengan cara disemai dahulu pada media semai/perkecambahan. Tempat untuk mengecambahkan benih dapat dibuat dalam beberapa bentuk, yaitu :
- Bedeng tabur, dibuat dalam bentuk bedengan dengan ukuran 1 m x 4 m, bedeng dibatasi oleh bambu atau papan kayu setebal 20 cm. Media semai diletakkan pada bedengan untuk menyemai/menabur benih. Atap bedeng tabur dapat dibuat dari rumbia agar tidak terkena hujan langsung, sedangkan tiangnya dibuat dari bambu dengan ketinggian sekitar 100 cm. Media penyemaian dimasukkan ke dalam bedeng tabur hingga kedalaman sekitar 10‐15 cm.
Gambar 3. Model bedeng tabur (kiri) dan semai mahoni siap sapih (kanan) - Bak kecambah plastik
Bak kecambah plastik juga dapat digunakan untuk mengecambahkan benih, khususnya benih‐benih berukuran kecil (sengon, suren, meranti, mindi, jati, gaharu, dll.) dan benih halus (jabon, ekaliptus, akasia, dll.). Bak kecambah perlu dilubangi bagian bawahnya agar tidak terjadi penggenangan air saat disiram. Gambar 4. Penyemaian benih Shorea selanica (kiri) dan semai siap sapih (kanan) - Bak kecambah papan kayu Selain menggunakan bahan dari plastik, bak kecambah juga dapat dibuat dari papan kayu. Bak ini dibuat dari papan kayu ukuran : panjang 4 m, lebar 0,8 m, dan tinggi 0,6 m. Pada bagian dasar diisi batu koral/batubatu kecil setebal 5 cm dan bagian atasnya kemudian diisi media kecambah setebal 15 cm. Media kecambah dapat dibuat dari pasir halus atau campuran pasir halus dan arang sekam = 1 : 1. Bak ditutup dengan penutup dimana rangkanya dilapisi plastik buram.
b. Bedeng Sapih
Bedeng sapih merupakan tempat untuk menyusun polybag berisi media tumbuh yang selanjutnya digunakan untuk penyapihan semai dan dipelihara hingga menjadi bibit siap tanam. Bedeng sapih dibuat dengan ukuran 1 m x 5 m, batas bedeng menggunakan bambu , jarak antar bedeng 1 m. Bedeng sapih sebaiknya dibuat memanjang menurut arah Utara‐Selatan dengan tujuan agar memperoleh cahaya secara merata Gambar 6. Benih besar langsung disemai di polybag c. Naungan Persemaian
Pertumbuhan bibit saat masih kecil tidak tahan terhadap penyinaran cahaya matahari secara langsung, oleh karenanya perlu diberikan naungan. Untuk membuat naungan maka perlu tiang dan atap. Tiang dapat dibuat dari bambu yang tahan lama (misalnya bambu betung), kemudian bagian atapnya diberi naungan. Tinggi tiang disesuaikan agar tidak mengganggu saat orang berdiri (± 2 – 3 m). Naungan dapat dibuat dari alang‐alang, namun umumnya kondisi ini menghasilkan naungan yang tidak seragam terhadap semua bibit di bedeng sapih. Agar diperoleh naungan dengan pencahayaan yang seragam, maka sebaiknya digunakan paranet. Terdapat beberapa tingkat penutupan naungan paranet (75%, 65%, 50%, dll.). Gambar 7. Naungan persemaian menggunakan paranet d. Sarana Perairan Air merupakan persyaratan penting dalam sebuah persemaian/kebun bibit. Oleh sebab itu persemaian harus dibuat tidak jauh dari sumber air, misalnya sungai dan sumber mata air. Jika sumber air berada di bagian atas persemaian, maka untuk mengalirkan air menuju penampung air/tangki air di persemaian tidak memerlukan alat
jenset, namun sebaliknya akan menggunakan jenset jika sumber air berada di bawah areal persemaian.
e. Gubuk Kerja
Pembuatannya tergantung dari ketersediaan dana. Gubuk kerja merupakan bangunan sederhana dapat berukuran 3 m x 4 m, beratap rumbia, dan bagian alas cukup tetap tanah. Gubuk kerja digunakan untuk melakukan beberapa pekerjaan persemaian antara lain : pengayakan media, pengantongan media ke polybag, pencampuran pestisida, perlakuan benih, penyiapan bak kecambah plastik, penyiapan media kecambah, dll.
f. Rumah Produksi Pupuk Organik
Digunakan untuk memproduksi pupuk organik seperti bokashi, kascing, dll. Pupuk organik selanjutnya akan digunakan sebagai campuran dalam media tumbuh bibit. Gambar 8. Contoh Rumah Bokashi g. Alat Pembuat Arang Sekam
Pemanfaatan arang sekam sebagai media tumbuh tanaman memiliki manfaat antara lain: (1) meningkatkan sirkulasi udara (aerasi) dan air (drainase), (2) menetralkan pH, (3) hara tidak mudah tercuci sehingga siap digunakan untuk tanaman, dan (4) arang sekam mempunyai pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan hara. Arang sekam dapat dimanfaatkan sebagai sebagai media campuran dengan komposisi, antara lain : (1) Media perkecambah benih (campuran arang sekam dan pasir = 1 : 1), (2) Media sapih (campuran arang sekam : kompos : tanah = 1 : 1 : 2), (3) Media tanam di lapangan (tambahkan 1 liter arang sekam/lubang tanam).
B. Teknik Pembibitan
Pembibitan dapat dilakukan menurut dua cara, yaitu secara generatif (dari benih) dan
vegetatif (bagian tanaman selain biji) seperti dengan cara stek, cangkok, okulasi, atau
sambung. Untuk melakukan pembibitan secara vegetatif diperlukan keterampilan khusus, sehingga pada tahap awal perlu dikuasai teknik pembibitan secara generatif terlebih dahulu.
Sebelum malekukan kegiatan pembibitan, maka perlu ditetapkan jenis yang akan dikembangkan. Penetepan jenis disesuaikan berdasarkan kesesuaian tempat tumbuh dan merupakan jenis yang diminati oleh masyarakat. Jenis tersebut terdiri dari dua kelompok, yaitu : (1) Kelompok tanaman kayu‐kayuan (sengion, suren, mahoni, uru, jati, dll.) dan (2) Kelompok tanaman Multi Purpose Tree Species (MPTS)/tanaman selain penghasil kayu (manggis, durian, karet, nangka, dll.). Tahap pembibitan secara ringkas adalah sebagai berikut :
1. Pengadaan Benih
Untuk melalkukan pengadaan benih, hal terpenting yang harus diketahui antara lain : (1) Mengetahui musim benih, misalnya benih mahoni dan suren dapat dikumpulkan pada bulan Mei‐Juni, benih nangka dan alpukat bisa dikumpul setiap saat, benih durian bisa dikumpulkan pada bulan Juni‐Juli, dan manggis (Juli‐Agustus), (2) Mengetahui sifat benih, terdapat dua sifat penting, yaitu : (a) Ortodok (benih dapat disimpan lama, misalnya : sengon, jabon, jati, dll.) dan (b) Rekalsitran (benih tidak dapat disimpan lama, misalnya : suren, nangka, manggis, durian, karet, dll.).
Benih sebaiknya diperoleh dari pohon berkualitas baik dan diutamakan dari jenis‐jenis lokal, oleh sebab itu jika dijumpai jenis pohon lokal berkualitas disarankan untuk dijadikan sebagai pohon induk desa sehingga sifat unggul diharapkan akan menurun pada bibit yang kita produksi. Untuk memastikan mutu genetik, perlu ditetapkan lebih dari satu pohon induk dari jenis yang sama. Gambar 10. Pohon induk
Namun demikian tidak menutup kemungkinan pengadaan benih diperoleh dari pohon dari luar daerah. Beberapa lokasi tempat pengumpulan benih dari beberapa lokasi sumber benih di Jawa disajikan sebagai berikut :
Tabel 5. Daftar Lokasi untuk Pengumpulan Benih
No Jenis Lokasi Lembaga/Institusi
1 Swietenia macrophylla Carita (Banten Province) and Cianjur (West Java Province)
FORDA and Perhutani KPH Cianjur
2 Intsia bijuga Carita (Banten Province) FORDA 3 Alstonia scholaris Carita (Banten Province) FORDA 4 Gmelina arborea Dramaga‐Bogor FORDA 5 Paraserianthes falcataria Dramaga‐Bogor and Kediri (East Java) FORDA and Perhutani KPH Kediri 6 Entrolobium cyclocarpum Dramaga‐Bogor FORDA
7 Maesopsis eminii Cisarua‐Bogor PTPN VIII
8 Aquilaria crassna * Tajur‐Bogor SEAMEO‐BIOTROP
2. Penyemaian Benih
a. Perlakuan Benih sebelum Penyemaian
Agar benih dapat segera berkecambah, maka perlu diberi perlakuan awal, hal ini dimaksudkan agar benih sehat yang awalnya sulit berkecambah menjadi cepat berkecambah setelah diberi perlakuan pendahuluan sebelum pengecambahan. Perlakuan pendahuluan dilakukan pada kelompok benih ortodok, adapun benih rekalsitran umumnya tidak perlu diberi perlakuan pendahuluan karena benih kelompok ini akan lebih mudah dan cepat berkecambah.
Setiap jenis memiliki cara khusus untuk mempercepat proses perkecambahan, antara lain dengan cara : (1) melakukan perendaman di dalam air panas dan dingin (misalnya sengon, akasia, ekaliptus), (2) direndam dan dijemur (jati), (3) disangrai (jati), dengan bantuan jamur dekomposer (panggal buaya), (4) memecahkan kulit benih (sirsak). Gambar 11. Memecah kulit benih sirsak untuk percepatan perkecambahan b. Penyiapan Media Kecambah
Media kecambah merupakan media yang digunakan untuk melakukan proses perkecambahan benih yang ditandai oleh keluarca akar. Prinsip media kecambah adalah dapat memberikan lingkungan yang sesuai untuk terjadinya perkecambahan benih, untuk itu media kecambah harus : (1) porous (mudah meresapkan air dan
sirkulasi udara), sehingga memudahkan semai untuk disapih dan meminimalkan kerusakan akar saat penyapihan, (2) selalu lembab, (3) tidak tergenang air,(4) tidak kering, dan (5) steril dari kemungkinan penyakit. Media kecambah dapat dibuat dengan beberapa komposisi, antara lain : (1) pasir murni, (2) campuran pasir sungai : tanah = 2 : 1, (3) campuran arang sekam : tanah = 2 : 1, (4) campuran arang sekam : pasir sungai = 1 : 1, dll. c. Teknik Penyemaian Benih Tahapan penyemaian benih antara lain dilakukan sebagai berikut :
- Siapkan media semai kemudian masukkan ke dalam bak tabur, bak kecambah plastik, atau bak kecambah papan kayu - Basahkan media dengan air, tetapi tidak sampai becek - Untuk benih kecil dan halus, penyemaian dilakukan dengan cara menabur benih secara merata pada media kecambah, kemudian benih yang telah ditabur ditutup media secara tipis. - Untuk benih ukuran sedang, maka penyemaian dilakukan dengan cara menanam benih hingga kedalaman ½ ‐ ¾ bagian benih. Bagian yang dipendam adalah bagian tempat keluarnya akar. Jika posisi ini terbalik, maka saat akar keluar tidak mengenai media kecambah sehingga bisa menyebabkan semai mati akibat akar tidak menyerap air dari media.
- Media semai harus dijaga kelembabannya agar proses perkecambahan tetap dapat berjalan dengan baik. Penyiraman tidak sampai menyebabkan media becek, Gambar 12. Proses penyemaian benih 3. Penyapihan a. Penyiapan Media Sapih Media sapih digunakan sebagai media pertumbuhan semai hingga menjadi bibit siap tanam. Komposisi media sapih akan menentukan kualitas pertumbuhan bibit. Media sapih dibuat dari beberapa komposisi media, seperti tanah, kompos, arang sekam, pasir, serbuk gergaji, kokopit, dll. Namun apapun komposisinya, media sapih
sebaiknya dapat menghasilkan pertumbuhan bibit yang optimal dan menghasilkan media perkaran yang kompak. Media sapih dapat dibuat dari komposisi antara tanah : arang sekam : pupuk kandang = 2 : 1 : 1. Namun demikian terdapat beberapa contoh komposisi media sapih yang dapat digunakan pada beberapa jenis tanaman, antara lain
Campuran tanah : pupuk kandang kotoran sapi = 3 : 1, misal untuk ekaliptus dan meranti
Tanah liat, misalnya untuk Rhizopora sp, khususnya untuk angkutan jarak jauh sehingga kekompakan media tetap terjaga. Jika persemaian dekat, maka dapat digunakan media campuran lumpur : pasir = 2 : 1
Campuran pasir : tanah : kompos daun = 7 : 2 : 1, misalnya untuk cempaka, kayu afrika, kepuh, suren, balsa, sungkai, tanjung, jati, gmelina, kemlandingan, kesambi, mindi, sengon
Campuran tanah : kompos = 3 : 1 dan penanaman tanaman inang misalnya untuk tanaman cendana
Campuran tanah : pupuk kandang atau kompos = 1 : 1, misalnya nyatoh. durian Campuran tanah : sekam padi atau tanah : kompos = 3 : 1, misalnya untuk
sentang Campuran tanah : pasir : kompos = 1 : 1 : 1, misalnya untuk duabanga Campuran tanah : pupuk kandang = 2 : 1, misalnya pala Campuran tanah : pasir = 1 : 1, misalnya rotan manau Campuran tanah : pasir = 3 : 1, misalnya kemenyan Campuran tanah : pasir = 2 : 1, misalnya kemiri b. Teknik Penyapihan
Penyapihan adalah proses memindahkan semai dari bak tabur/kecambah ke dalam media sapih di dalam polybag. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penyapihan semai adalah meminimalkan tingkat kerusakan akibat proses penyapihan. Kerusakan antara lain dapat disebabkan oleh : kerusakan akar atau kerusakan batang. Secara sederhana teknik penyapihan semai disajikan sebagai berikut :
- Siapkan media tumbuh bibit dalam polybag ukuran dengan komposisi media tertentu untuk penyapihan semai.
- Basahi media tumbuh bibit dengan air hingga jenuh.
- Siapkan semai dalam bak kecambah/media perkecambahan lain yang akan disapih ke media tumbuh bibit. - Pilih semai yang siap sapih, antara lain telah memiliki sepasang daun. - Basahi media kecambah hingga jenuh hingga memudahkan dalam mencabut semai sehingga kerusakan akar dapat dikurangi. - Siapkan wadah berisi air untuk menampung cabutan semai dari media kecambah. - Secara perlahan cabut semai dari media kecambah dan masukkan ke dalam wadah berisi air sehingga mengurangi penguapan semai. - Buat lubang pada media tumbuh bibit dalam polybag lalu pindahkan secara perlahan semai ke media tumbuh bibit yang telah disiapkan.
- Tutup kembali atau tekan media secara perlahan sehingga semai dapat berdiri dengan kokoh.
- Tempatkan hasil semai yang telah disapih di bawah naungan paranet hingga siap dipindahkann untuk adaptasi di tempat terbuka (khususnya untuk jenis yang tidak perlu naungan).
Gambar 13. Kondisi semai siap sapih Gambar 14. Cara penyapihan semai 4. Pemeliharaan Bibit Beberapa kegiatan utama dalam pemeliharaan bibit di persemaian adalah sebagai berikut : - Lakukan penyiraman secara rutin pagi (jam 8) dan sore hari (jam 4), khususnya jika tidak hujan - Bibit dipelihara hingga siap tanam
- Setiap 2 – 3 minggu lakukan penggeseran posisi bibit di bedeng sapih agar akar tidak terlalu dalam menembus tanah karena dapat menyebabkan kelayuan hingga kematian bibit saat diangkut dari persemaian ke lokasi penanaman - Lakukan pencegahan jika terjadi tanda‐tanda penyakit atau hama tanaman dengan menggunakan pestisida organik. 5. Seleksi Bibit Sebelum Penanaman
Untuk meningkatkan keberhasilan tanaman, maka sebelum penanaman perlu dilakukan seleksi bibit. Bibit yang layak ditanam harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
- Pangkal batang telah berkayu dan memenuhi tinggi minimal 30 cm - Bibit sehat dan seragam
- Bibit tidak sedang memiliki daun muda
- Media perakaran kompak, artinya jika polybag dilepas maka media tanaman tidak hancur/lepas tetapi tetap kompak. Media yang hancur akan menyebabkan banyak akar putus sehingga dapat menyebabkan kematian saat ditanam di lapangan
- Batang bibit lurus dan tidak bercabang - Bagian pucuk bibit tidak patah atau mati, karena akan menyebabkan banyak tumbuh trubusan
Gambar 15. Proses Seleksi Bibit
DAFTAR PUSTAKA
Anwar.C. dan E. Subiandono. 1996. Pedoman Teknis Penanaman Mangrove. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor.
Balai Litbang Teknologi Perbenihan. 2002. Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan.
Du‐Hyun Kim. 2009. Forest Seed Storage Technology. Paper of Training on Forest Tree Seed Management and Development. Korea Forest Research Institute
Kusmana.C., Sri.W., Iwan.H., Prijanto.P., Cahya.P.,Tatang.T., Adi.T., Yunasfi dan Hamzah., 2003.
Teknik Rehabilitasi Mangrove. Fakultas Kehutanan . Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Primavera, J.H. et al., 2004. Handbook of Mangroves in Philippines‐Panay. Southeast Asian Fisheries Development Center Aquaculture Department UNESCO Man and the Biosphere.
Panjiwibowo C, Soejachmoen MH, Tanujaya O, Rusmantoro W. 2003. Mencari pohon uang:
CDM kehutanan di Indonesia. Jakarta: Yayasan Pelangi.
Permenhut No. P.70/Menhut‐II/2008 tentang Pedoman Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Direktorat jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, Departemen Kehutanan. Schmidt. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis. Danida
Forest Seed Center. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan.
Sub Teknik Konservasi Tanah. Direktorat Rehabilitasi dan Konservasi Tanah. 1999. Informasi
Teknik Rehabilitasi dan Konservasi Tanah. Pusat Penyuluhan Kehutanan dan
Perkebunan, Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta.
Supriyanto. 1996. Penggunaan Inokulum Kelereng Alginat dalam Uji Efektifitas pada Semai
Beberapa Jenis Dipterocarpaceae. Laporan DIP 1995/ 1996. SEAMEO‐BIOTROP. Bogor.
Supriyanto. 1997. Pengenalan Silvikultur Tanaman Hutan dan Teknik Pembibitan Tanaman
Hutan. Makalah Pelatihan Manajemen Perbenihan dan Persemaian Tahun 1997 Tingkat
Asper/ KBKPH dan Sederajat. Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Cianjur.
Supriyanto and Ujang S. Irawan. 1997. Inoculation Techniques of Ectomycorrhizae. Seminar of Mycorrhizae, Ministry of Forestry – Overseas Development Administration/ United Kingdom, 28 – 29 February 1997, Balikpapan, East Kalimantan.
Panduan Proses
Bagian 3
TEKNIK PENANAMAN,
PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI
TANAMAN
TEKNIK PENANAMAN,
PEMELIHARAAN, DAN
EVALUASI TANAMAN
Tujuan:
Peserta mampu: 1. Melakukan teknik penanaman secara benar 2. Melakukan cara pemeliharaan tanaman 3. Melakukan evaluasi hasil penanaman Materi : Modul Teknik Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Waktu : c. Teori 2 JPL (@ 45 menit) = 90 menitPerlengkapan : In‐focus, speaker, spidol, white board/kertas manila, kertas HVS, LCD Projector
Media/Alat Bantu : Presentasi Power Point, Film Penanaman (“Kabupaten Agam Menanam”)
Skenario Pembelajaran :
Tahap Langkah Fasilitasi Target Fasilitasi Waktu
(menit) 1. Penayangan Film “Kabupaten Agam Menanam” Pelatih memberikan pengantar film yang akan ditayangkan. Peserta mendapatkan gambaran umum tentang penanaman 10’ 2 Pelatih meminta pendapat kepada para peserta pelatihan, faktor‐ faktor apa saja yang menentukan keberhasilan penanaman? Pelatih merangkum jawaban peserta kemudian menjelaskan faktor‐faktor yang menentukan keberhasilan penanaman Beberapa peserta pelatihan menyampaikan pendapatkanya tentang faktor keberhasilan penanaman 10’
PANDUAN
PROSES
2 Teknik Penanaman Pelatih menanyakan kepada para peserta tentang pengalaman menanam Pelatih menjelaskan secara ringkas tentang teknik penanaman, yang meliputi : cara, sistem, dan pola penanaman Pelatih meminta pendapat para peserta apa saja yang harus dilakukan sebelum penanaman Pelatih merangkum jawaban peserta kemudian menjelaskan menjelaskan tahap persiapan penanaman yang harus dilakukan, yaitu : - Kebutuhan alat dan bahan - Cara pembersihan lahan - Cara pembuatan jalur tanam (lahan datar atau miring) - Penentuan jarak tanam dan pemasangan ajir - Cara pembuatan lubang tanam dan penambahan pupuk organik - Seleksi bibit sebelum penanaman - Pengangkutan bibit ke lokasi penanaman Para peserta menyampaikan pengalaman tentang penanaman jenis apapun yang pernah mereka lakukan Para peserta mengetahui teknik penanaman Peserta pelatihan menyampaikan pendapatnya tentang persiapan penanaman Peserta memahami kegiatan persiapan penanaman 20’ 3 Pelaksanaan Penanaman Pelatih meminta pendapat peserta tentang bagaimana cara menanam yang baik Pelatih merangkum jawaban para peerta tentang cara menanam kemudian secara ringkas menjelaskan tahap pelaksanaan penanaman, yaitu : - Distribusi bibit ke lubang tanam - Proses menanam (melepas polybag, mengurug kembali tanah galian, menekan tanah pada bibit penanaman, menggundukkan tanah sekitar tanaman) Para peserta menyampaikan pendapatnya tentang cara menanam yang baik Peserta memahami kegiatan pelaksanaan penanaman 15’