dan Evaluasi Tanaman
4. Pemeliharaan Tanaman
Gambar 29. Penanaman bibit
4. Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan pemeliharaan perlu dilakukan secara baik, benar, dan periodik agar proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat berjalan secara optimal. Kegiatan pemeliharaan meliputi: penyulaman, pemupukan, penyiangan dan pendangiran, serta pengendalian hama dan penyakit.
a. Penyulaman
Maksud kegiatan penyulaman adalah untuk meningkatkan persentase jadi tanaman dalam satu kesatuan luas tertentu. Kegiatan penyulaman tersebut bertujuan untuk memenuhi jumlah tanaman per hektar sesuai dengan jarak tanamnya. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada sore hari dan atau pada pagi hari sebelum terik matahari. Frekuensi dan intensitas penyulaman adalah sebagai berikut: • Penyulaman tanaman pokok dilakukan maksimal 2 kali selama daur, yaitu 1‐2 bulan setelah penanaman (Pemeliharaan Tahun Berjalan) dan akhir kegiatan Tahun II (Pemeliharaan Ta‐ hun I) yang dilaksanakan selama hujan masih turun/terdapat ketersediaan air. • Penyulaman dilakukan untuk mengganti bibit yang mati. Cara penyulaman dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Menginventarisasi seluruh tanaman yang mati pada setiap jalur tanaman, kegiatan ini dilakukan pada tahun pertama (1‐2 bulan setelah penanaman) dan tahun kedua. 2. Tanaman yang disulam adalah tanaman yang mati, tanaman tidak sehat/merana, tanaman yang rusak (patah, bengkok, daun gandul), dan tempat lubang tanaman yang tidak ada tana‐ mannya. 3. Penyulaman dapat dilakukan pada saat monitoring jalur tanaman 4. Penyulaman tahun berjalan menggunakan bibit dari persemaian yang seumur dan sehat. b. Penyiangan
Penyiangan tanaman bertujuan untuk memberikan ruang tumbuh pada tanaman pokok yang lebih baik dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan presentase hidup tanaman. Jika pertumbuhan gulma atau rumput di sekitar tanaman sudah pada tahap mengganggu pertumbuhan tanaman (sudah masuk di sekitar proyeksi tajuk), maka perlu segera disiangi. Kegiatan penyiangan dilakukan sebanyak dua kali pada kegiatan Pemeliharaan Tahun Berjalan,
yaitu pada umur 3 dan 6 bulan setelah penanaman.
Penyiangan dilaksanakan pada waktu musim kemarau atau musim penghujan. Tanaman perlu disiangi pada saat 40‐50% dari tanaman pokok tertutup oleh gulma (rumput, alang‐alang, dan tanaman liar lainnya). Frekuensi dan intensitas penyiangan dilaksanakan minimal 3‐4 bulan sekali dalam setahun sampai dengan umur 2 tahun. Kegiatan penyiangan diakhiri ketika tanaman pokok mampu bersaing dengan tanaman liar terutama dalam memperoleh kebutuhan cahaya matahari. Untuk jenis yang cepat tumbuh, kemampuan bersaing dengan gulma dalam mendapatkan kebutuhan cahaya matahari biasanya dicapai pada saat tanaman berumur 2‐3 tahun, sedangkan untuk jenis yang lambat tumbuh dicapai pada umur 3‐4 tahun. Tahap penyiangan dapat dilakukan diantaranya sebagai berikut:
• Tanaman yang disiangi terdiri dari tanaman pokok dan tanaman tepi
• Penyiangan dilakukan dengan cara manual dapat berupa piringan berdiameter 1 m atau dengan sistem jalur dengan lebar 1meter, dengan tanaman pokok sebagai porosnya, semua tanaman gulma yang ada dalam piringan atau jalur dibersihkan dengan alat sederhana seperti koret, cangkul, atau sabit. Cara pembersihannya dapat dilakukan dengan pembabatan atau pengolahan tanah. Hasil babatan disingkirkan dibagian luar jalur/piringan. Diharapkan hasil pembabatan tersebut dpat menutupi gulma. Untuk gulma yang merambat penyiangannya dengan memotong gulma (± 10 cm diatas permukaan tanah).
c. Pendangiran
Pendangiran bertujuan untuk memacu pertumbuhan tanaman dengan cara menggemburkan tanah di sekitar tanaman. Pendangiran dilaksanakan pada waktu musim kemarau menjelang musim hutan tiba. Pendangiran dilakukan pada tanaman yang sudah berumur 1‐4 tahun dan diutamakan apabila terjadi stagnasi pertumbuhan atau tanah bertekstur berat/mengandung liat tinggi serta persiapan lahan tidak melalui pengolahan tanah. Frekuensi dan intensitas pendangiran adalah : (1) pendangiran tanaman dilakukan 1‐2 kali dalam satu tahun tergantung pada tingkat tekstur tanahnya. Makin berat tanahnya makin sering dilakukan pendangiran. Dalam hal ini pendangiran dilakukan saat tanaman berumur 3 dan 6 bulan. Intensitasnya pendangiran tergantung pada jarak tanam dan kisarannya 50 cm sekeliling tanaman. Cara pendangiran adalah sebagai berikut :
• Pendangiran dilakukan secara manual di sekitar tanaman dengan radius 50 cm tergantung pada jarak tanamnya.
• Cara mendangir dengan menggunakan cangkul, pencangkulan tanah jangan terlalu dalam untuk menghindari terjadinya pemotongan akar tanaman pokok.
d. Pemberian pupuk
Pemupukan tanaman hutan bertujuan untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah agar tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan kuantiítas dan kualitas tanaman. Pemupukan dilakukan jika tanah miskin hara, tanaman pertumbuhannya terlambat walaupun sudah dilakukan penyiangan dan dijumpai gejala kekurangan unsur hara. Jenis pupuk yang digunakan umumnya mengandung unsur N,P,K. Namun demikian tidak menutup kemungkinan tanaman kekurangan unsur lain. Sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan diagnosa kebutuhan hara tanaman dengan menggunakan data hasil analisa jaringan tanaman/daun dan analisa tanah. Sebelum pemupukan seyogyanya pH tanaman diketahui dan tanah yang pH‐nya asam (pH rendah) perlu diberi kapur dolomit (CaMgO3) agar pH tanah naik sehingga pemupukan memberikan respon dan dapat berjalan efektif. Waktu pemupukan tergantung pada kondisi iklim dan dilakukan menjelang atau awal musim hujan, kalau diperlukan tambahan pada pupuk yang sama, maka dilakukan menjelang akhir musim hujan.
Pemupukan dilakukan umumya pada saat tanaman berumur 1‐3 bulan, semakin jelek tingkatan kesuburan tanah dan lahan yang diolah maka pemupukan harus dilakukan lebih awal, kemudian diulangi 6‐24 bulan sampai tinggi tanaman melampaui tinggi gulma. Tanaman yang tumbuh kerdil membutuhkan pupuk yang lebih banyak dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal. Pada tanah yang jelek dosis pemupukan lebih tinggi dibandingkan tanah yang relatif subur, untuk menentukan dosis pemupukan dilakukan dengan memperbandingkan data hasil analisa jaringan tanaman dan tanah.
Pupuk yang akan digunakan sebaiknya sudah memenuhi standar mutu SNI (standar mutu yang telah diakui). Pupuk diberikan terutama pada lahan yang kadar pasirnya tidak terlalu tinggi karena pada lahan yang memiliki kandungan pasir tinggi maka pemeberian pupuk anorganik akan mudah tercuci saat turun hujan. Jika lahan mengandung tanah (kandungan liat tinggi), maka pupuk NPK dapat diberikan pada umur 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun, dan 2 tahun setelah tanam. Dosisnya untuk setiap tanaman pada masing‐masing umur tanaman adalah = 50 gram/ tanaman. Pupuk ditabur di sekeliling proyeksi tajuk, di mana lahan telah dibuat jalur melingkar (piringan) dengan kedalaman ± 5 cm. Setelah pupuk ditabur lalu ditutup kembali dengan tanah agar tidak tercuci. Secara sederhana pemupukan dapat dilakukan sebagai berikut: • Siapkan jenis pupuk yang diperlukan dan dosis yang dianjurkan (misalnya pupuk NPK den‐ gan dosis 100 gram/tanaman • Sebelum dipupuk tanah sekeliling tanaman disiangi dan dibuat lubang melingkar di sekelil‐ ing batas tajuk tanaman sedalam 5‐10 cm • Taburkan pupuk secara merata sepanjang lingkaran proyeksi tajuk tersebut • Tutup kembali pupuk yang telah ditabur ke dalam lubang dengan tanah untuk menghindari adanya fiksasi untuk fosfat dan kalium.
Namun dalam realisainya di lapangan, pemupukan lebih diutamakan menggunakan pupuk organik hasil produksi masyarakat baik dalam bentuk pupuk organik cair maupun pupuk organik padat sehingga lebih ramah lingkungan. Termasuk untuk pemenuhan kebutuhan hara nitrogen, fosfor, dan kalium sangat disarankan dilakukan pembuatan dari bahan‐bahan alami.
e. Pencegahan Hama dan Penyakit Tanaman Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara dini agar tidak menimbulkan kerugian yang besar terhadap tanaman. Jika terdapat tanda‐tanda serangan hama atau penyakit maka perlu pengendalian. Untuk pengendalian patogen yang disebabkan oleh cendawan, maka dapat digunakan fungisida, antara lain Mancozeb 80% dengan dosis 1800‐2000 ppm (1,8‐2 gram/liter). Adapun untuk penanggulangan insekta dapat digunakan insektisida dengan kandungan bahan aktif tertentu.
Tujuan kegiatan adalah melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit, serta mencegah timbulnya serangan hama dan penykait secara ekplosif. Pencegahan hama dan penyakit yang sifatnya pencegahan dilakukan sejak pembuatan tanaman, antara lain dengan cara: pengawasan yang intensif, pemupukan, pengaturan drainase, penanaman jenis yang resisten hama dan penyakit. Jika terjadi serangan hama dan penyakit, maka teknik penanggulangannya dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain:
• Cara mekanis/fisik, yaitu: dengan merusak benalu, menghilangkan tanaman yang sakit (misalnya dipotong atau ditimbun dalam tanah).
• Cara kimiawi, yaitu menggunakan pestisida baik fungisida maupun insektisida atau bahan kimia lain sesuai dengan jenis penyebabnya. Dosis dan tata cara penggunaan disesuaikan dengan jenis pestisida yang digunakan.
• Cara silvikultur, mengatur kerapatan tegakan, komposisi jenis, dan mengatur drainase. • Cara biologi, yaitu menggunakan predator/musuh alami. Untuk serangan cendawan akar
putih pada cempaka maka dapat dikendalikan dengan menggunakan cendawan
Trichoderma sp sebagai musuh alami yang dapat menekan kolonisasi cendawan patogen.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara dini agar tidak menimbulkan kerugian yang besar terhadap tanaman. Jika terdapat tanda‐tanda serangan hama atau penyakit maka perlu pengendalian. Untuk pengendalian patogen yang disebabkan oleh cendawan, maka dapat digunakan fungisida,sedangkan serangan serangga dapat dikendalikan dengan insektisida. Dalam pelaksanaannya di lapangan, penanggulangan hama dan penyakit akan lebih disarankan menggunakan pestisida organik yang telah diproduksi oleh masyarakat.