dan Evaluasi Tanaman
5. Evaluasi Tanaman
e. Pencegahan Hama dan Penyakit Tanaman Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara dini agar tidak menimbulkan kerugian yang besar terhadap tanaman. Jika terdapat tanda‐tanda serangan hama atau penyakit maka perlu pengendalian. Untuk pengendalian patogen yang disebabkan oleh cendawan, maka dapat digunakan fungisida, antara lain Mancozeb 80% dengan dosis 1800‐2000 ppm (1,8‐2 gram/liter). Adapun untuk penanggulangan insekta dapat digunakan insektisida dengan kandungan bahan aktif tertentu.
Tujuan kegiatan adalah melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit, serta mencegah timbulnya serangan hama dan penykait secara ekplosif. Pencegahan hama dan penyakit yang sifatnya pencegahan dilakukan sejak pembuatan tanaman, antara lain dengan cara: pengawasan yang intensif, pemupukan, pengaturan drainase, penanaman jenis yang resisten hama dan penyakit. Jika terjadi serangan hama dan penyakit, maka teknik penanggulangannya dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain:
• Cara mekanis/fisik, yaitu: dengan merusak benalu, menghilangkan tanaman yang sakit (misalnya dipotong atau ditimbun dalam tanah).
• Cara kimiawi, yaitu menggunakan pestisida baik fungisida maupun insektisida atau bahan kimia lain sesuai dengan jenis penyebabnya. Dosis dan tata cara penggunaan disesuaikan dengan jenis pestisida yang digunakan.
• Cara silvikultur, mengatur kerapatan tegakan, komposisi jenis, dan mengatur drainase. • Cara biologi, yaitu menggunakan predator/musuh alami. Untuk serangan cendawan akar
putih pada cempaka maka dapat dikendalikan dengan menggunakan cendawan
Trichoderma sp sebagai musuh alami yang dapat menekan kolonisasi cendawan patogen.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara dini agar tidak menimbulkan kerugian yang besar terhadap tanaman. Jika terdapat tanda‐tanda serangan hama atau penyakit maka perlu pengendalian. Untuk pengendalian patogen yang disebabkan oleh cendawan, maka dapat digunakan fungisida,sedangkan serangan serangga dapat dikendalikan dengan insektisida. Dalam pelaksanaannya di lapangan, penanggulangan hama dan penyakit akan lebih disarankan menggunakan pestisida organik yang telah diproduksi oleh masyarakat.
5. Evaluasi Tanaman
Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembuatan tanaman sesuai dengan kriteria dan standar keberhasilan yang telah ditetapkan. Evaluasi tanaman meliputi : pengukuran luas tanaman; jumlah dan jenis tanaman (kayu-kayuan, MPTS), penghitungan persentase tumbuh tanaman pokok, perhitungan tanaman merana, perhitungan tanaman mati, jenis gangguan. Evaluasi tanaman dilakukan di setiap lokasi penanaman.
Metode pembuatan plot pengukuran menerapkan metode Systematic Sampling with Random
Start dengan Intensitas Sampling (IS) sesuai dengan kemampuan. Dalam hal ini ditetapkan
setiap 1 ha areal penanaman perlu dibuat 1 plot pengamatan/pengukuran. Langkah pembuatan plot adalah sebagai berikut :
Buat plot ukuran 25 m x 40 m atau setara 0,1 ha untuk setiap 1 ha areal penanaman
Plot pertama diletakkan secara acak, plot berikutnya diletakkan secara berurutan di mana jarak antar pusat plot arah Utara-Selatan adalah 100 m, dan arah Barat-Timur adalah 200 m
Pada setiap plot lakukan pengamatan : (a) Jumlah tanaman hidup, (b) Jumlah tanaman mati, (c) Jumlah tanaman merana (kecil kemungkinan tumbuh normal), (d) Jenis gangguan tanaman (hama, penyakit, ternak, dll.)
Data hasil evaluasi sangat berguna untuk melakukan startegi pemeliharaan tanaman
Gambar 31. Contoh lay out plot evaluasi tanaman
Pada lokasi tanaman pengkayaan, maka pembuatan plot dilakukan melalui metode purposive
sampling (penarikan contoh disengaja) yaitu dengan memilih petak contoh yang memiliki ciri
tertentu yakni petak contoh tanaman yang dianggap mewakili seluruh populasi (petak tanaman pengkayaan), penyedia juga diminta mengajukan usulan untuk aplikasinya di lapangan.
Berdasarkan hasil evaluasi tanaman maka akan diperoleh informasi keberhasilan penanaman. Kriteria keberhasilan penanaman di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan yang dilaksanakan dalam hamparan lahan dengan satuan luas (Ha) dinilai keberhasilannya sebagai berikut :
a. Di Dalam Kawasan Hutan
- Tanaman Tahun Berjalan (Evaluasi 1 bulan/tahun yang sama setelah penanaman) : Berhasil = Persentase tumbuh tanaman dinyatakan ≥ 70 %
Kurang berhasil = Persentase tumbuh tanaman dinyatakan < 70 % - Tanaman Setelah Pemeliharaan I (Evaluasi 1 tahun setelah penanaman) :
Berhasil = Persentase tumbuh tanaman dinyatakan ≥ 90 % Kurang berhasil = Persentase tumbuh tanaman dinyatakan < 90 % - Tanaman Setelah Pemeliharaan II (Evaluasi 2 tahun setalah penanaman) :
Berhasil = Persentase tumbuh tanaman dinyatakan ≥ 90 % Kurang berhasil = Persentase tumbuh tanaman dinyatakan < 90 %
b. Di Luar Kawasan Hutan
- Tanaman Tahun Berjalan (Evaluasi 1 bulan/tahun yang sama setelah penanaman) : Berhasil = Persentase tumbuh tanaman dinyatakan ≥ 60 %
Kurang berhasil = Persentase tumbuh tanaman dinyatakan < 60 % - Tanaman Setelah Pemeliharaan I (Evaluasi 1 tahun setelah penanaman) :
Berhasil = Persentase tumbuh tanaman dinyatakan ≥ 80 % Kurang berhasil = Persentase tumbuh tanaman dinyatakan < 80 %
- Tanaman Setelah Pemeliharaan II (Evaluasi 2 tahun setelah penanaman) : Berhasil = Persentase tumbuh tanaman dinyatakan ≥ 80 % Kurang berhasil = Persentase tumbuh tanaman dinyatakan < 80 %
DAFTAR PUSTAKA
Anwar.C. dan E. Subiandono. 1996. Pedoman Teknis Penanaman Mangrove. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor.
Balai Litbang Teknologi Perbenihan. 2002. Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan.
Du‐Hyun Kim. 2009. Forest Seed Storage Technology. Paper of Training on Forest Tree Seed Management and Development. Korea Forest Research Institute
Kusmana.C., Sri.W., Iwan.H., Prijanto.P., Cahya.P.,Tatang.T., Adi.T., Yunasfi dan Hamzah., 2003.
Teknik Rehabilitasi Mangrove. Fakultas Kehutanan . Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Primavera, J.H. et al., 2004. Handbook of Mangroves in Philippines‐Panay. Southeast Asian Fisheries Development Center Aquaculture Department UNESCO Man and the Biosphere.
Panjiwibowo C, Soejachmoen MH, Tanujaya O, Rusmantoro W. 2003. Mencari pohon uang:
CDM kehutanan di Indonesia. Jakarta: Yayasan Pelangi.
Permenhut No. P.70/Menhut‐II/2008 tentang Pedoman Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Direktorat jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, Departemen Kehutanan. Schmidt. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis. Danida
Forest Seed Center. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan.
Sub Teknik Konservasi Tanah. Direktorat Rehabilitasi dan Konservasi Tanah. 1999. Informasi Teknik Rehabilitasi dan Konservasi Tanah. Pusat Penyuluhan Kehutanan dan Perkebunan, Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta.
Supriyanto. 1996. Penggunaan Inokulum Kelereng Alginat dalam Uji Efektifitas pada Semai Beberapa Jenis Dipterocarpaceae. Laporan DIP 1995/ 1996. SEAMEO‐BIOTROP. Bogor. Supriyanto. 1997. Pengenalan Silvikultur Tanaman Hutan dan Teknik Pembibitan Tanaman
Hutan. Makalah Pelatihan Manajemen Perbenihan dan Persemaian Tahun 1997 Tingkat Asper/ KBKPH dan Sederajat. Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Cianjur.
Supriyanto and Ujang S. Irawan. 1997. Inoculation Techniques of Ectomycorrhizae. Seminar of Mycorrhizae, Ministry of Forestry – Overseas Development Administration/ United Kingdom, 28 – 29 February 1997, Balikpapan, East Kalimantan.