• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN TAK LINIER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN TAK LINIER"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN TAK LINIER

Materi Kuliah:

Pengantar; Iterasi Satu Titik; Iterasi Newton

# PENGANTAR #

Berikut ini adalah contoh sekumpulan 2 buah persamaan tak linier simultan, dengan 2 buah variabel yang tak diketahui:

10 2 1 2 1 +x x = x ... (i) 57 3 1 22 2+ x x = x ... (ii)

Dengan cara grafik, harga x1 dan x2 yang merupakan penyelesaian sistem persamaan ini terlihat dari

perpotongan (intersection) antara 2 kurva. Perhatikanlah bahwa penyelesaian sistem persamaan tersebut di atas adalah: x1 = 2 dan x2 = 3 (lihat gambar berikut...!!!)

0 1 2 3 4 5 6 0 1 2 3 4 x1 x 2

Secara umum, sistem atau kumpulan persamaan tak linier yang melibatkan n buah persamaan dengan n buah variabel yang tak diketahui, dapat dituliskan dalam bentuk:

f1 (x1, x2, ... , xn) = 0

f2 (x1, x2, ... , xn) = 0

#

fn (x1, x2, ... , xn) = 0

atau, dapat juga dituliskan sebagai: fi (x) = 0 dengan: i = 1, 2, ..., n

di mana f menyatakan fungsi atau persamaan tak linier dan x = [x1 x2 ... xn]

Penyelesaian sistem persamaan tersebut merupakan nilai-nilai x yang membuat sistem persamaan

sama dengan nol.

Seperti halnya penentuan akar persamaan tak linier tunggal, dua metode berikut ini dapat diterapkan untuk penyelesaian sebuah sistem persamaan tak linier:

1. Metode substitusi berurut (atau iterasi satu titik, atau iterasi titik tetap) 2. Metode iterasi Newton-Raphson

# METODE ITERASI SATU TITIK #

Seperti penyelesaian persamaan tak linier tunggal, formula iterasi satu titik untuk sekumpulan persamaan tak linier melibatkan sebuah proses penyusunan ulang persamaan:

fi (x) = 0

menjadi berbentuk:

xi = gi (x1, x2, ..., xn)

Metode ini mempunyai strategi yang sama dengan metode iterasi titik tetap dan metode Gauss-Seidel (Lihat kembali materi kuliah sebelumnya). Masing-masing persamaan tak linier diselesaikan

10 2 1 2 1 +x x = x 57 3 1 22 2+ x x = x Penyelesaian: (2,3)

(2)

untuk memperoleh sebuah nilai x yang tak diketahui. Sistem persamaan ini selanjutnya diproses secara iteratif untuk menghitung nilai-nilai x yang baru, yang diharapkan akan konvergen kepada penyelesaian yang sesungguhnya.

Contoh:

Gunakan metode substitusi berurut untuk menentukan akar-akar persamaan: 10 2 1 2 1 +x x = x ...(a) 57 3 1 22 2+ x x = x ...(b)

Gunakan nilai tebakan awal: x1 = 1,5 dan x2 = 3,5

Bandingkan hasilnya dengan nilai x1 dan x2 yang sesungguhnya.

Penyelesaian:

Masing-masing persamaan (a) dan (b) dapat disusun ulang (rearranging) untuk memperoleh harga x1 dan x2 sebagai berikut:

2 2 1 1 10 x x x = − dan x2 =57−3x1 x22 Iterasi pertama:

Dengan menggunakan nilai awal x1 = 1,5 dan x2 = 3,5, maka x1 (baru) dapat dihitung

dengan cara: 21429 , 2 5 , 3 ) 5 , 1 ( 10 2 1 = − = x

Nilai x1 (baru) ini dan nilai x2 (lama) selanjutnya dapat dihitung untuk menghitung nilai

x2 (baru): 37516 , 24 ) 5 , 3 ( ) 21429 , 2 ( 3 57 2 2 = − =− x Iterasi kedua:

Dengan cara yang sama, diperoleh:

20910 , 0 37516 , 24 ) 21429 , 2 ( 10 2 1 =− − − = x 709 , 429 ) 37516 , 24 ( ) 20910 , 0 ( 3 57 2 2 = − − − = x

Perhatikanlah bahwa pendekatan ini menghasilkan penyelesaian yang divergen...!!

Oleh karena itu, persamaan (a) dan (b) disusun ulang kembali dengan cara yang berbeda, misalnya:

Dari persamaan (a) : x1 = 10−x1 x2

dan, dari persamaan (b) :

1 2 2 3 57 x x x = − Iterasi pertama: 17945 , 2 ) 5 , 3 ( ) 5 , 1 ( 10 1= − = x 86051 , 2 ) 17945 , 2 ( 3 5 , 3 57 2 = − = x Iterasi kedua: 94053 , 1 ) 86051 , 2 ( ) 17945 , 2 ( 10 1= − = x 04955 , 3 ) 94053 , 1 ( 3 86051 , 2 57 2 = − = x

Perhatikanlah bahwa pendekatan ini menghasilkan penyelesaian yang konvergen ke arah nilai-nilai yang sesungguhnya (x1 = 2 dan x2 = 3)

(3)

# METODE ITERASI NEWTON-RAPHSON #

Ingat kembali metode Newton-Raphson untuk menentukan akar persamaan tak linier tunggal (pada

materi sebelumnya). Untuk persamaan tak linier tunggal, cara lain untuk menyusun formulanya

adalah dengan menurunkannya dari ekspansi deret Taylor order-pertama: ) ( ' ) ( ) ( ) (xi 1 f xi xi 1 xi f xi f + = + +

di mana xi adalah nilai tebakan awal x dan xi+1 adalah nilai x yang merupakan perpotongan antara

slope f’(x) dengan sumbu x. Karena pada perpotongan ini, f(xi+1) bernilai nol, maka persamaan di

atas dapat disusun ulang menjadi:

) ( ' ) ( 1 i i i i x f x f x x+ = −

yang merupakan formula Newton-Raphson untuk persamaan tunggal.

Pendekatan di atas selanjutnya dapat diterapkan untuk kumpulan atau sistem persamaan tak linier, yang terdiri atas n buah persamaan, dengan n buah variabel bebas yang tak diketahui. Sebagai contoh, ekspansi deret Taylor order-pertama untuk 2 buah variabel dapat dituliskan sbb.:

2 , 1 , 2 1 , 2 1 , 1 , 1 1 , 1 , 1 1 , 1 ( ) ( ) x f x x x f x x f f i i i i i i i i ∂ ∂ − + ∂ ∂ − + = + + + 2 , 2 , 2 1 , 2 1 , 2 , 1 1 , 1 , 2 1 , 2 ( ) ( ) x f x x x f x x f f i i i i i i i i ∂ ∂ − + ∂ ∂ − + = + + +

Karena f1,i+1 dan f2,i+1 bernilai nol, maka kedua persamaan di atas dapat disusun ulang menjadi:

2 , 1 , 2 1 , 1 , 1 , 1 1 , 2 2 , 1 1 , 1 1 , 1 x f x x f x f x x f x x f i i i i i i i i i ∂ ∂ + ∂ ∂ + − = ∂ ∂ + ∂ ∂ + + 2 , 2 , 2 1 , 2 , 1 , 2 1 , 2 2 , 2 1 , 1 1 , 2 x f x x f x f x x f x x f i i i i i i i i i ∂ ∂ + ∂ ∂ + − = ∂ ∂ + ∂ ∂ + +

Suku-suku yang mengandung subscript i telah diketahui nilainya; sedangkan suku-suku yang mengandung subscript i+1 yang akan dihitung. Dengan cara lain, kedua persamaan di atas dapat disusun dalam bentuk matriks (yakni perkalian sebuah matriks bujur sangkar dengan sebuah vektor yang menghasilkan sebuah vektor) menjadi:

⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ 2 , 2 1 , 2 2 , 1 1 , 1 x f x f x f x f i i i i ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ + + 1 , 2 1 , 1 i i x x = ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ∂ ∂ + ∂ ∂ + − ∂ ∂ + ∂ ∂ + − 2 , 2 , 2 1 , 2 , 1 , 2 2 , 1 , 2 1 , 1 , 1 , 1 x f x x f x f x f x x f x f i i i i i i i i i i A x = b

(4)

Selanjutnya, besarnya vektor x dapat ditentukan. Matriks A dalam sistem persamaan ini sering disebut sebagai matriks Jacobian.

Nilai-nilai x1,i+1 dan x2,i+1 juga dapat ditentukan melalui manipulasi aljabar (misalnya dengan cara Cramer), menghasilkan: 1 , 2 2 , 1 2 , 2 1 , 1 2 , 1 , 2 2 , 2 , 1 , 1 1 , 1 x f x f x f x f x f f x f f x x i i i i i i i i i i ∂ ∂ ∂ ∂ − ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ − ∂ ∂ − = + 1 , 2 2 , 1 2 , 2 1 , 1 1 , 2 , 1 1 , 1 , 2 , 2 1 , 2 x f x f x f x f x f f x f f x x i i i i i i i i i i ∂ ∂ ∂ ∂ − ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ − ∂ ∂ − = + Contoh:

Gunakan metode Newton-Raphson multiple-equations untuk menentukan akar-akar persamaan:

10 2 1 2 1 +x x = x ...(a) 57 3 1 22 2+ x x = x ...(b)

Gunakan nilai tebakan awal: x1 = 1,5 dan x2 = 3,5

Bandingkan hasilnya dengan nilai x1 dan x2 yang sesungguhnya.

Penyelesaian:

Persamaan (a) dan (b) dapat dituliskan kembali dalam bentuk: 0 10 2 1 2 1 1 =x +x x − = f 0 57 3 1 22 2 2 =x + x x − = f

Fungsi turunan parsial pertama untuk f1 dan f2:

2 1 1 1 2x x x f + = ∂ ∂ 1 2 1 x xf = ∂ ∂ 2 2 1 2 3 x xf = ∂ ∂ 2 1 2 2 6 1 x x x f + = ∂ ∂ Iterasi pertama:

Untuk nilai tebakan awal: x1,0 = 1,5 dan x2,0 = 3,5, nilai-nilai turunan parsialnya adalah:

5 , 6 5 , 3 ) 5 , 1 ( 2 2 1,0 2,0 1 0 , 1 = + = + = ∂ ∂ x x x f 5 , 1 0 , 1 2 0 , 1 = = ∂ ∂ x x f 75 , 36 ) 5 , 3 ( 3 3 22,0 2 1 0 , 2 = = = ∂ ∂ x x f 5 , 32 ) 5 , 3 ( ) 5 , 1 ( 6 1 6 1 1,0 2,0 2 0 , 2 = + = + = ∂ ∂ x x x f

Nilai determinan matriks Jacobian:

Δ = (6,5) (32,5) – (1,5) (36,75) = 156,125 Nilai fungsi f1 dan f2:

5 , 2 10 ) 5 , 3 ( ) 5 , 1 ( ) 5 , 1 ( 10 2 0 , 2 0 , 1 2 0 , 1 0 , 1 =x +x x − = + − =− f 625 , 1 57 ) 5 , 3 ( ) 5 , 1 ( 3 5 , 3 57 3 1,0 22,0 2 0 , 2 0 , 2 = x + x x − = + − = f

(5)

03603 , 2 125 , 156 ) 5 , 1 ( 625 , 1 ) 5 , 32 ( 5 , 2 5 , 1 1 = − − − = x 84388 , 2 125 , 156 ) 75 , 36 ( ) 5 , 2 ( ) 5 , 6 ( 625 , 1 5 , 3 2 = − − − = x Komentar:

Langkah perhitungan ini dapat diulangi hingga diperoleh tingkat akurasi yang diinginkan. Perhatikan bahwa hasil perhitungan bersifat konvergen menuju nilai-nilai x1 dan x2 yang

sesungguhnya.

Hasil-hasil perhitungan selengkapnya disajikan dalam tabel berikut ini:

Contoh:

Tentukan akar persamaan:

(i) y= 1−ex atau: f1(x,y)=e +y−1=0

x

(ii) 4x2+ y2 = (Persamaan lingkaran) atau: f2(x,y)=x2+y2−4=0 secara iteratif dengan menggunakan metode Newton.

Penyelesaian:

Secara grafik, terlihat bahwa sistem persamaan tak linier ini mempunyai 2 buah akar (yang

terlihat dari perpotongan antara grafik f1 dan f2).

-3 -2 -1 0 1 2 3 -3 -2 -1 0 1 2 3 x y

Dengan cara yang sama dengan contoh penyelesaian soal sebelumnya, akan dicoba 2 buah nilai tebakan awal x dan y yang berbeda.

Hasil-hasil perhitungan selengkapnya, dengan mengambil nilai awal: x = 1; y = -2

f

1

f

2 Akar-akar

(6)

Hasil-hasil perhitungan selengkapnya, dengan mengambil nilai awal: x = -1; y = 1

Komentar:

Perhatikanlah bahwa dengan mengambil nilai tebakan awal x dan y yang berbeda, maka hasil perhitungan masing-masing bersifat konvergen dan mengarah kepada posisi akar persamaan yang berbeda pula.

Generalization

Secara umum, untuk sejumlah n buah persamaan tak linier, dengan n buah variabel bebas

yang tak diketahui, berlaku hubungan:

n i k i n i k i i k i i k i n n i k i i k i i k x f x x f x x f x f x x f x x f x x f ∂ ∂ + + ∂ ∂ + ∂ ∂ + − = ∂ ∂ + + ∂ ∂ + ∂ ∂ + + + , , 2 , , 2 1 , , 1 , 1 , , 1 , 2 2 , 1 , 1 1 , ... ...

dengan k menyatakan persamaan atau variabel yang tak diketahui; i menyatakan nilai (atau iterasi) sekarang; dan i+1 menyatakan nilai (atau iterasi) berikutnya. Jika persamaan umum di atas disusun untuk k = 1, 2, ..., n, terlihat bahwa sistem persamaan yang terbentuk merupakan

sekumpulan persamaan linier simultan, yang dapat diselesaikan secara numerik melalui

beberapa metode.

Dalam bentuk matriks, sistem persamaan di atas dapat dituliskan sebagai: [Z] [xi+1] = - [f] + [Z] [xi]

(7)

⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ = n i n i n i n n i i i n i i i x f x f x f x f x f x f x f x f x f Z , 2 , 1 , , 2 2 , 2 1 , 2 , 1 2 , 1 1 , 1 ] [ " # # " "

Nilai-nilai awal dan akhir dituliskan dalam bentuk vektor: [xi]T = [x1,i x2,i ... xn,i]

dan

[xi+1]T = [x1,i+1 x2,i+1 ... xn,i+1]

Nilai fungsi pada i dapat dinyatakan dalam bentuk: [f]T = [f1,i f2,i ... fn,i]

Permasalahan yang dijumpai dalam penyelesaian sistem persamaan tak linier dengan metode Newton-Raphson sama dengan permasalahan penyelesaian persamaan tunggal, yakni:

1) Evaluasi fungsi turunan pertama kadang-kadang sulit dilakukan; hal ini bisa diatasi dengan penerapan finite-difference approximation, dan

2) Pemilihan nilai tebakan awal yang tepat diperlukan untuk menjamin terjadinya konvergensi penyelesaian. Finite-difference approximation: j j i j j i j i x x f x x f x f Δ − Δ + ≈ ∂ ∂ ( ) ( ) (forward difference) j j j i j j i j i x x x f x x f x f Δ Δ − − Δ + ≈ ∂ ∂ 2 ) ( ) (

(central or center difference)

j j j i j i j i x x x f x f x f Δ Δ − − ≈ ∂ ∂ ( ) ( ) (backward difference)

Contoh Aplikasi:

Berikut ini adalah skema reaksi kompleks dari sebuah sistem reaksi fase cair: A 2 B A C B D + C dengan: r1 = k1 CA [=] gmol/L.detik r2 = k2 CA3/2 [=] gmol/L.detik r3 = k3 CC2 [=] gmol/L.detik r4 = k4 CB2 [=] gmol/L.detik k1 = 1,0 detik-1

k2 = 0,2 liter1/2/gmol1/2.detik

k3 = 0,05 L/gmol.detik

k4 = 0,4 L/gmol.detik

Sebuah continuously stirred tank reactor (CSTR) bervolume (VR) 100 liter digunakan

untuk sistem reaksi ini. Reaktan dengan konsentrasi A (CA) 1,0 mol/L diumpankan

dengan laju alir volumetrik (Q) 50 liter/detik. CSTR dirancang beroperasi pada keadaan

steady dan sistem reaksi diasumsikan

beroperasi pada kondisi isotermal. r1

r4

r2

(8)

Neraca massa (mol) untuk masing-masing komponen reaksi dapat dituliskan sebagai berikut:

Out = In + Generation - Consumption

Komponen A: CA Q = CA0 Q + VR (r3) - VR (r1 + r2)

Komponen B: CB Q = 0 + VR (2 r1) - VR (r4)

Komponen C: CC Q = 0 + VR (r2 + r4) - VR (r3)

Komponen D: CD Q = 0 + VR (r4) - 0

Dengan mensubstitusikan persamaan ri ke dalam neraca mol di atas, maka diperoleh 4 buah

persamaan tak linier simultan berikut:

0 2 3 2 3 2 1 0 1 ⎟⎟= ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + − − + + − = R A A C A A k C k C k C Q V C C f 0 2 1 4 2 2 =− + ⎜AB⎞= R B k C k C Q V C f 0 2 4 2 3 2 3 2 3 ⎟⎟= ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + − + − = A C B R C k C k C k C Q V C f 0 2 4 4 ⎟⎠= ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + − = R B D k C Q V C f

Tentukan besarnya CA, CB, CC, dan CD dengan menngunakan metode Newton. Gunakan nilai-nilai

awal: CA,0 = CB,0 = CC,0 = CD,0 = 0,3

Penyelesaian:

Untuk menerapkan metode Newton, turunan parsial dari masing-masing persamaan terhadap masing-masing variabel perlu ditentukan, untuk menghasilkan matriks Jacobian. Berikut merupakan non-zero partial derivatives untuk sistem ini:

⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + − − = ∂ ∂ 12 2 1 1 5 , 1 1 A R A C k k Q V C f ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = ∂ ∂ C R C C k Q V C f 3 1 2

( )

1 2 2 k Q V C f R A = ∂ ∂ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − − = ∂ ∂ B R B C k Q V C f 4 2 1 2 ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ = ∂ ∂ 12 2 3 5 , 1 A R A C k Q V C f ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = ∂ ∂ B R B C k Q V C f 4 3 2 ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − − = ∂ ∂ C R C C k Q V C f 3 3 1 2 ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = ∂ ∂ B R B C k Q V C f 4 4 2 1 4 =− ∂ ∂ D C f

Hasil perhitungan secara iteratif (silakan Anda coba menghitung sendiri...!!!):

i CA CB CC CD 0 0,3 0,3 0,3 0,3 1 0,3150712 0,9001920 0,4148786 0,3600919 2 0,3183329 0,7874451 0,5308877 0,4858863 3 0,3188652 0,7838874 0,5349776 0,4915732 4 0,3188658 0,7838840 0,5349814 0,4916789

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, terlihat bahwa 4 langkah iterasi telah menunjukkan hasil (atau penyelesaian) yang konvergen.

# LATIHAN SOAL #

1. Tentukan penyelesaian sistem persamaan tak linier simultan berikut ini: y = -x2 + x + 0,5

y + 5 x y = x2

(9)

2. Tentukan penyelesaian sistem persamaan tak linier simultan berikut ini: x2 = 5 – y2

y + 1 = x2 menggunakan:

(a) metode grafik

(b) metode substitusi berurut; dengan nilai tebakan awal x = y = 1,5 (c) metode Newton-Raphson; dengan nilai tebakan awal x = y = 1,5

3. Lakukan 3 langkah iterasi dengan metode Newton untuk menyelesaikan sekumpulan persamaan tak linier berikut:

0 50 3 2 ) ( 22 2 1 + − = = x x x f 0 9 2 ) ( 2 2 1 − − = = x x x f

Gunakan nilai awal x = [1 1]

4. Selesaikan sistem persamaan tak linier berikut: 0 ) ( 5 2 12 4 1 = xx = f 0 ) 1 ( 1 2 2 = −x = f

Gunakan x1,0 = x2,0 = 0 dengan metode Newton. Gunakan nilai awal x yang lain, jika perlu.

5. Selesaikan sistem persamaan tak linier berikut: 62882 , 3 sinh 3 3 1 2 + = −e x x x 0 , 4 ) ( 22 3 2 3 2 1 x + xx = x 0 , 5 2 1 3 3 2 1x xx +x x = x

Gunakan x1,0 = x2,0 = x3,0 = 0 dengan metode Newton. Gunakan nilai awal x yang lain, jika

penyelesaian yang diperoleh tidak konvergen.

6. Tinjaulah sistem reaksi berkesetimbangan berikut ini:

CH4 (g) + H2O (g) CO (g) + 3 H2 (g) ... (1)

CO (g) + H2O (g) CO2 (g) + H2 (g) ... (2)

Pada 2000 K, konstanta kesetimbangan untuk sistem reaksi ini masing-masing adalah sebesar 1,930 x 10-4 dan 5,528. Gas mula-mula mengandung 20%-mol CH4 (g) dan 80%

H2O (g), yang berada pada kondisi 2000 K dan 1 atm. Konstanta kesetimbangan untuk kedua

reaksi dinyatakan sebagai: 2 3 1 2 4 2 P y y y y K O H CH H CO = dan O H CO H CO y y y y K 2 2 2 2 =

Jika 10 mol gas dipilih sebagai basis perhitungan; ε1 menyatakan tingkat reaksi untuk reaksi

(1) dan ε2 menyatakan tingkat reaksi untuk reaksi (2), maka fraksi mol komponen-komponen

reaksi pada kesetimbangan dapat dinyatakan sebagai:

1 2 1 2 10 ε ε ε + − = CO y 1 2 1 2 10 3 2 ε ε ε + + = H y 1 2 1 2 10 8 2 ε ε ε + − − = O H y 1 2 2 10 2 ε ε + = CO y 1 1 2 10 2 4 ε ε + − = CH y

Dengan mensubstitusikan 5 persamaan fraksi mol di atas ke dalam 2 persamaan konstanta kesetimbangan reaksi, diperoleh:

4 2 1 2 1 1 3 2 1 2 1 10 930 , 1 ) 2 10 ( ) 8 ( ) 2 ( ) 3 ( ) ( = − + − − − + − x ε ε ε ε ε ε ε ε 5,528 ) 8 ( ) ( ) 3 ( 2 1 2 1 2 1 2 = − − − + ε ε ε ε ε ε ε

Pertanyaan: Tentukan komposisi gas pada kesetimbangan untuk sistem reaksi ini!

Referensi

Dokumen terkait

25 Kata relevansi yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat kesesuaian dari strategi pemasaran yang dibuat dan diterapkan oleh Bank

Arugemh Beton Indonesia yang mempunyai rata-rata risiko yang paling besar pada bidang produksi adaiah tentang sarana dan pelengkap fasili- tas- Bidang logistik yang

looked like he knew he wasn ’ t going to like his orders. Damn

Walaupun demikian perlu membuat satu catatan penting, yaitu bahwa walaupun dalam UKM pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia tidak serumit di perusahaan berskala besar,

Dari uraian diatas, maka faktor inilah yang telah melatarbelakangi penulis untuk mengangkatnya menjadi topik pembahasan dalam penulisan skripsi dengan judul “PENEGAKAN

Autopsi / nekropsi / obduksi / seksi / bedah bangkai, untuk melakukan pemeriksaan yang cepat dan tepat dalam menetapkan diagnosa pada beberapa sebab penyakit

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti permasalahan efektivitas dan kontribusi pemungutan pajak dan retribusi daerah di Kabupaten

A század első felében a természetes anyagok totálszintézise még elsősorban azt a célt szolgálta, hogy a vegyületek feltételezett szerke­ zetét egyértelműen