Jurnal Akuntansi ISSN 2302-0164
Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Halaman 66- 75
Volume 3, No. 2, Mei 2014 - 66
PENGARUH DIVIDEN TUNAI, ARUS KAS BEBAS, DAN
UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP UTANG PADA
PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA.
Risha Lailita1, Darwanis2, Syukriy Abdullah3
1) Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3) Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dividen tunai, arus kas bebas, dan ukuran perusahaan terhadap utang baik secara simultan (bersama-sama) maupun secara parsial (individu).Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang telah memenuhi kriteria untuk pengamatan. Periode data perusahaan-perusahaan yang digunakan dari tahun 2008 s.d 2011. Hasil penelitian menunjukkan secara simultan dividen tunai, arus kas bebas, dan ukuran perusahaan mempengaruhi utang pada perusahaan pertambangan. Secara parsial dividen tunai dan arus kas bebas berpengaruh negatif terhadap utang, sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap utang perusahaan pertambangan.
Kata kunci : Utang, dividen tunai, arus kas bebas, dan ukuran perusahaan.
PENDAHULUAN
Setiap perusahaan memerlukan pendanaan
dalam jumlah yang cukup untuk
menunjang kebijakan perusahaannya.
Berdasarkan balance theory dan pecking order theory, keputusan pendanaan berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber dana
internal maupun sumber dana eksternal.
Kadang kala, dana yang diperoleh secara
internal tidak akan cukup untuk mendanai
seluruh rencana perusahaan. Dalam situasi
inilah, dibutuhkan pendanaan eksternal.
Penggunaan utang lebih dipilih oleh
perusahaan daripada ekuitas (Siregar, 2005).
Penelitian ini melibatkan satu dari
sembilan sektor yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, yaitu sektor primer. Data empiris
dari sektor primer yang terdaftar di BEI
menunjukkan rasio utang terhadap ekuitas
(debt to equity ratio) yang berfluktuatif dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Rasio
utang sektor primer tersebut bisa dilihat pada
Tabel 1.1:
Tabel 1.1
Rasio Utang terhadap Ekuitas pada Sektor Primer
Tahun
Sektor
2008 2009 2010 2011
Rata-rata
(mean)
Sektor Primer
Pertamban gan
(Mining)
1,43 1,33 3,5 1,48 1,93
Pertanian
(Agriculture
)
0,96 2,39 1,40 2,23 1,74
67 – Volume 3, No. 2, Mei 2014
Berdasarkan data dari PT Bursa Efek
Indonesia (BEI), diantara kedua kelompok
perusahaan yang terdapat dalam sektor primer
tersebut, perusahaan pertambangan lebih
memiliki risiko tinggi bagi para investor,
karena perusahaan pertambangan termasuk
dalam kategori perusahaan high profile, yaitu perusahaan yang memiliki tingkat sensitivitas
yang tinggi terhadap lingkungan, tingkat risiko
politik atau tingkat kompetisi yang ketat.
Tahun 2008 dan 2009 perusahaan
pertambangan memiliki rasio utang sebesar
1,43 kali atau 143% dan 1,33 kali atau 133%
dari total ekuitas. Bahkan tahun 2010 rasio
utang mencapai hingga 3,5 kali atau 350%
dari total ekuitas perusahaan. Tahun 2011
turun menjadi 1,48 kali atau 148% dari total
ekuitas. Akan tetapi, perusahaan pertanian
yang masih dalam satu sektor dengan
perusahaan pertambangan (sektor primer)
tidak mengalami kondisi utang yang terlalu
tinggi seperti perusahaan pertambangan.
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa utang
pada perusahaan pertambangan sangat tinggi,
yaitu pernah mencapai hingga 350% dari total
ekuitas pada tahun 2010. Idealnya komposisi
utang menurut Lasher (2003:431) dalam
Soleman (2008) berkisar antara 30%-50% dari
total modal untuk perusahaan bisnis. Akibat
dari tingginya utang ini adalah perusahaan bisa
berpotensi tidak dapat melunasi beban bunga
dan pokok pinjaman, sehingga mengalami
kesulitan keuangan (financial distress) dan akhirnya perusahaan akan bangkrut.
Tujuan dari artikel ini adalah untuk
membahas apakah dividen tunai, arus kas
bebas, dan ukuran perusahaan mempengaruhi
utang pada perusahaan pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian
ini disusun dengan pendahuluan yang
mencakup latar belakang masalah dan tujuan
penelitian, kemudian kajian pustaka, kerangka
pemikiran dan hipotesis, disertai pula
metodologi penelitian yang akan
menunjukkan hasil penelitian dan kesimpulan.
I. KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
2. 1. Hubungan Dividen Tunai dengan Utang
Menurut signaling theory, pembayaran dividen yang tinggi atau rendah merupakan
sinyal perusahaan memiliki prospek yang
bagus atau buruk di
masa depan, tetapi juga bisa bermakna
bahwa perusahaan tidak lagi memiliki prospek
pendanaan internal. Pembayaran dividen juga
merupakan mekanisme yang mengurangi
biaya keagenan karena konflik kepentingan
antara manajer dan pemegang saham (Jensen,
1986). Aliran dana akan berkurang sehingga
mencegah manajemen melakukan tindakan
yang akan merugikan pemegang saham,
seperti menginvestasikan dana aliran kas pada
investasi yang tidak menguntungkan yang
akan berdampak pada penurunan nilai saham.
Akibatnya, perusahaan harus mencari sumber
dana lain untuk menutupi kekurangan dana
tersebut untuk menjalankan aktivitas
Volume 3, No. 2, Mei 2014 - 68 perusahaan untuk memilih utang sebagai
sumber pendanaan perusahaan. Besar kecilnya
komposisi utang yang akan dipilih tersebut
tergantung dari seberapa besar kekurangan
dana akibat pembayaran dividen tadi. Bila
monitoring eksternal meningkat, masalah
keagenan menurun, asimetri informasi antara
manajer dan pemegang saham juga berkurang.
Jensen (1986) dan Hasan (2006)
menyatakan bahwa pembayaran dividen
berpengaruh dengan utang perusahaan.
Semakin tinggi pembayaran dividen maka
semakin tinggi kebijakan utang perusahaan.
Adanya pembayaran dividen yang tetap
menyebabkan timbulnya suatu kebutuhan
dana yang tetap setiap tahunnya sehingga
kebutuhan dana perusahaan akan meningkat.
Dengan demikian, semakin besar pembayaran
dividen tunai yang dilakukan oleh perusahaan,
maka semakin besar juga utang yang dipilih
oleh perusahaan.
Berdasarkan uraian-uraian diatas,
hipotesis yang akan diuji adalah bahwa
pembayaran dividen tunai berpengaruh
terhadap utang.
2. 2. Hubungan Arus Kas Bebas dengan
Utang
Jensen (1986), Gul dan Jaggi (1999),
Indahningrum dan Handayani (2009) dan
Susilawati (2010) mengungkapkan mengenai
free cash flow bahwa tekanan pasar akan mendorong manajer untuk mendistribusikan
free cash flow kepada pemegang saham. Perusahaan-perusahaan dengan free cash flow
tinggi dan mempunyai level utang yang tinggi
akan menurunkan agency cost. Dengan demikian utang membuat konflik agensi dan
biaya agensi berkurang.
Menurut Kieso (2007:212) menyatakan
bahwa free cash flow berpengaruh positif terhadap utang pada perusahaan besar dan
perusahaan kecil. Hal ini dikarenakan free cash flow yang dimiliki selain digunakan untuk kegiatan operasional dan investasi, juga
digunakan untuk melunasi utang, membeli
treasury stock atau penambahan sederhana atas likuidasi perusahaan. Dengan demikian,
semakin tinggi arus kas bebas yang tersedia
dalam perusahaan, maka semakin tinggi utang
yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk
menutupi kekurangan dana internal.
Jadi dengan adanya arus kas bebasyang
memadai diharapkan mampu mempengaruhi
kebijakan yang akan diambil khususnya
mengenai utang. Berdasarkan uraian-uraian
diatas, hipotesis yang akan diuji adalah bahwa
arus kas bebas berpengaruh terhadap utang.
2. 3. Hubungan Ukuran Perusahaan
dengan Utang
Perusahaan yang besar tentu dapat lebih
mudah mengakses pasar modal. Karena
kemudahan tersebut maka berarti bahwa
perusahaan memiliki fleksibilitas dan
kemampuan untuk mendapatkan dana
(Wahidahwati, 2002 dalam Joni dan Lina,
2010). Hal ini berarti, perusahaan mudah
mendapatkan dana baik melalui saham
maupun utang. Perusahaan besar akan lebih
mudah mendapatkan utang karena perusahaan
69 – Volume 3, No. 2, Mei 2014
banyak yang sesuai dengan colateral hypothesis.
Perusahaan besar dapat memberikan
jaminan dalam hal pelunasan utang yang lebih
besar daripada perusahaan kecil. Perusahaan
yang besar juga memiliki kecenderungan
untuk menggunakan sumber pendanaan
eksternal daripada perusahaan yang berukuran
kecil karena accessibility perusahaan ke pasar modal. Berdasarkan uraian-uraian diatas,
hipotesis yang akan diuji adalah bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap utang.
II. METODE PENELITIAN
3. 1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah 14
perusahaan pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2008
s.d 2011 yang telah memenuhi kriteria seperti
yang terlihat di Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Populasi Penelitian
No Kriteria Jumlah Jumlah Tahun
Jumlah
Observasi
1 Perusahaan
Pertambangan 34 4 136
yang terdaftar di
Bursa Effek
Indonesia selama
periode
pengamatan, yaitu
dari Tahun 2008
s.d 2011
2
Perusahaan
Pertambanganyan
g tidak terdaftar
berturut-turut
selama periode
pengamatan, yaitu
dari Tahun 2008
s.d 2011
(13) (52)
3
Perusahaan
Pertambangan
yang tidak
membayar
dividen tunai di
Tahun 2008 s.d
2011
(7) (28)
Jumlah Populasi 14 56
Alasan terpilihnya perusahaan
pertambangan sebagai populasi penelitian
karena perusahaan pertambangan merupakan
salah satu perusahaan yang high profile selain perusahaan perusahaan perminyakan, media
dan komunikasi, energi (listrik), engineering, kesehatan,
transportasi dan pariwisata, kimia, hasil
hutan, kertas, otomotif, penerbangan, agribisnis,
tembakau dan rokok. Perusahaan high profile
lebih sensitif terhadap keinginan konsumen
atau pihak lain yang berkepentingan terhadap
produknya (Zuhroh dan Sukmawati, 2003).
Perusahaan tipe ini biasanya memiliki tingkat
sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan,
tingkat risiko politik atau tingkat kompetisi
yang ketat. Selain itu perusahaan high profile
pada umumnya merupakan perusahaan yang
memperoleh sorotan dari masyarakat karena
aktivitasnya operasinya memiliki potensi untuk
bersinggungan dengan kepentingan luas.
Utang merupakan perbandingan antara
Volume 3, No. 2, Mei 2014 - 70 perusahaan dan menunjukkan kemampuan
modal sendiri. Formulasinya adalah:
Dividen merupakan bagian dari laba yang
dibagikan dalam bentuk kas kepada pemegang
saham (Joni dan Lina, 2010). Dividen yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah dividen
tunai. P
Arus kas bebas merupakan kelebihan kas
yang diperlukan untuk mendanai semua proyek
yang memiliki net present value positif (Susilawati, 2010). Arus kas bebas dalam
penelitian ini diukur dengan selisih aliran kas
operasi, pengeluaran modal dan modal kerja
bersih (Ross et al, 2000 dalam Susilawati,
2010). Berikut adalah formulasinya:
Ukuran perusahaan ditunjukkan dari
kemampuan perusahaan dalam pemberdayaan
asetnya, sehingga untuk pengukurannya
digunakan rumusan:
3. 2. Metode Analisis
Untuk mengukur pengaruh antara lebih
dari satu variabel prediktor (variabel bebas)
terhadap variabel terikat, regresi linear
berganda merupakan metode analisis data yang
tepat. Persamaannya adalah sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2+ β3X3 + e
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis deskriptif memberikan
gambaran umum mengenai nilai statistik data
penelitian seperti nilai minimum, maksimum,
rata-rata (mean), dan standar deviasi. Secara
lengkap, analisis deskriptif terlihat pada Tabel
4.1.
Berdasarkan Tabel 4.1, dapat dilihat nilai
terendah, tertinggi, dan rata-rata dari variabel
yang diteliti dengan 56 observasi. Nilai
rata-rata dari hasil deskriptif untuk variabel dividen
71 – Volume 3, No. 2, Mei 2014
sebesar 0,461 dengan nilai terendah 0,04 yang
dimiliki oleh perusahaan PT. Petrosa, Tbk
(PTRO) pada tahun 2010, dan nilai tertinggi
2,14 yang dimiliki oleh perusahaan PT. Timah
(Persero), Tbk (TINS) pada tahun 2009.
Nilai rata-rata untuk variabel arus kas
bebas (X2) adalah sebesar -687,417, standar
deviasi sebesar 2293,112 dengan nilai terendah
-7920,75 (dalam milyar) yang dimiliki oleh
perusahaan PT Internasional Nickel Indonesia,
Tbk (INCO) pada tahun 2010, dan nilai
tertinggi 5905,96 (dalam milyar) yang dimiliki
oleh perusahaan PT. Timah (Persero), Tbk
(TINS) pada tahun 2011.
Nilai rata-rata untuk variabel ukuran
perusahaan(X3) adalah sebesar 8,639, standar
deviasi sebesar 1,683 dengan nilai terendah
5,25 yang dimiliki oleh perusahaan PT. Citatah
Industri Marmer, Tbk (CITA) pada tahun 2009,
dan nilai tertinggi 11,27 yang dimiliki oleh
perusahaan PT. Bumi Resources, Tbk (BUMI)
pada tahun 2010.
Nilai rata-rata untuk variabel utang
perusahaan (Y) adalah sebesar 1,319, standar
deviasi sebesar 1,085 dengan nilai terendah
0,21 yang dimiliki oleh perusahaan PT
Internasional Nickel Indonesia, Tbk (INCO)
pada tahun 2008, dan nilai tertinggi 5,26 yang
dimiliki oleh perusahaan PT. Bumi Resources,
Tbk (BUMI) pada tahun 2011.
Selanjutnya hasil pengujian hipotesis
dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Persamaan Regresi Linier Berganda Y = -2,585- 0,337X1 - 0,086X2 + 0,882X3
+ ε
Nama Variabel B Standar
Error t Sig
Konstanta (a) -2,585 1,051 -2,461
0,017
Dividen tunai (X1)
-0,337 0,116
-3,256 0,002
Arus kas bebas (X2) -0.086 0,174 -491 0,626
Ukuran perusahaan (X3) 0.882 0,467 1,887 0,065
Koef. Korelasi (R) = 0,458
Koef. Determinasi (R2) = 0,209
Adjusted (R2) = 0,164
Fhitung = 4,592
F sig = 0,006
a. Predictor : (Constant)
Dividen Tunai, Arus Kas bebas dan
Ukuran Perusahaan.
b. Dependent Variabel :
Utang Perusahaan.
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui
hasil perhitungan statistik dengan
menggunakan bantuan program SPSS, maka
diperoleh persamaan regresi berganda sebagai
berikut:
Y = -2,585- 0,337X1 - 0,086X2 + 0,882X3 + ε
4. 1. Pengaruh Dividen Tunai, Arus Kas
Bebas, dan Ukuran Perusahaan secara
Bersama-Sama (Simultan)terhadap Utang.
Untuk menguji apakah dividen tunai, arus
kas bebas, dan ukuran perusahaan berpengaruh
secara signifikan terhadap utang perusahaan
pada perusahaan pertambangan yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat dilihat dari
output SPSS seperti tertera pada Tabel 4.2. Koefisien korelasi (R) = 0,458
menunjukkan bahwa derajat hubungan
(korelasi) antara variabel independen dengan
variabel dependen sebesar 45,8%. Artinya a
Volume 3, No. 2, Mei 2014 - 72 dividen tunai, arus kas, dan ukuran perusahaan
mempunyai hubungan yang lemah terhadap
utang perusahaan.
Koefisien Determinasi (R2)=0,209
bermakna bahwa sebesar 20,9%
perubahan-perubahan dalam variabel utang perusahaan
dapat dijelaskan oleh perubahan-perubahan
dalam dividen tunai(X1), arus kas bebas(X2),
dan ukuran perusahaan (X3). Sedangkan
selebihnya, yaitu sebesar 79,1% dijelaskan oleh
faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam
model penelitian ini.
4. 2. Pengaruh Dividen Tunai terhadap
Utang Perusahaan
Hasil pengujian statistik memperlihatkan
bahwa nilai koefisien regresi (β1≠ 0) adalah
-0,337, yang bermakna bahwa penelitian ini
menerima hipotesis kedua yang menyebutkan
bahwa pembayaran dividen tunai berpengaruh
terhadap utang perusahaan pertambangan yang
terdaftar di BEI tahun 2008-2011.
Nilai koefisien regresi yang menunjukkan
minus (-) memberikan keterangan bahwa
pengaruh hubungan antara pembayaran dividen
tunai terhadap utang adalah pengaruh negatif
yang artinya setiap kenaikan pembayaran
dividen tunai diikuti oleh penurunan tingkat
utang. Kenaikan pembayaran dividen
mengakibatkan laba perusahaan naik dan harga
saham semakin tinggi, dan asimetri informasi
dianggap tidak mengkhawatirkan pemegang
saham.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
signaling theory, pembayaran dividen tunai mempunyai tujuan untuk memberikan sinyal
kepada investor. Berdasarkan teori ini, manajer
atau corporate insider mempunyai informasi mengenai masa depan perusahaan
(Bhattacharya, 1979). Mereka lebih
mengetahui prospek perusahaan dibandingkan
dengan investor dan mereka memilih dividen
sebagai sinyal dari private information. Perusahaan akan berusaha untuk tetap
membagikan dividen kepada pemilik saham
sebagai bentuk tanda bahwa perusahaan dapat
berjalan dengan normal dan mampu
melaksanakan tujuan perusahaan untuk
memperoleh laba, apalagi utang akan menurun
jika pembayaran dividen naik. Penelitian
Jensen (1986) dan Hasan (2006) memiliki hasil
bahwa pembayaran dividen tunai berpengaruh
terhadap utang perusahaan, tetapi arah
pengaruhnya positif.
Penelitian ini menolak hasil penelitian
yang dilakukan oleh Indahningrum dan
Handayani (2009), Yeniati dan Destriana
(2010) dan Joni dan Lina (2010) yang
menyatakan bahwa pembayaran dividen tidak
berpengaruh dengan utang perusahaan.
4. 3. Pengaruh Arus Kas Bebas terhadap
Utang Perusahaan
Hasil pengujian statistik memperlihatkan
bahwa nilai koefisien regresi (β2≠ 0) adalah
-0,086, yang bermakna bahwa penelitian ini
menerima hipotesis ketiga yang menyebutkan
bahwa arus kas bebas berpengaruh terhadap
utang perusahaan pertambangan yang terdaftar
di BEI tahun 2008-2011. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa arus kas bebas juga
73 – Volume 3, No. 2, Mei 2014 perusahaan.
Penelitian ini juga mendukung penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Jensen (1986),
Gul dan Jaggi (1999), Indahningrum dan Ratih
(2009), dan Susilawati (2010) yang
menyatakan bahwa arus kas bebas berpengaruh
terhadap utang perusahaan, tetapi arah
pengaruhnya positif, sedangkan hasil penelitian
ini memberikan arah pengaruh yang negatif
antara arus kas bebas terhadap utang
perusahaan.
Perusahaan yang memiliki arus kas bebas
yang tinggi akan memiliki kemampuan untuk
membayar utang yang tinggi pula. Dengan
adanya arus kas bebas yang memadai
diharapkan mampu mempengaruhi kebijakan
yang akan diambil khususnya mengenai utang.
4. 4. Pengaruh Ukuran Perusahaan
terhadap Utang Perusahaan
Hasil pengujian statistik memperlihatkan
bahwa nilai koefisien regresi (β3≠0) adalah
0,882, yang bermakna bahwa penelitian ini
menerima hipotesis keempat yang
menyebutkan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap utang perusahaan
pertambangan yang terdaftar di BEI tahun
2008-2011. Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh
positif terhadap utang perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Gul dan Jaggi
(1999), Hasan (2006), Susilawati (2010), dan
Shaheen dan Malik (2012) yang menyatakan
bahwa semakin besar suatu perusahaan maka
kecenderungan penggunaan dana eksternal
semakin besar. Hal ini disebabkan perusahaan
besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan
salah satu alternatif pemenuhan dana yang
tersedia adalah pendanaan eksternal. Untuk
memenuhi kebutuhan dana operasionalnya
maka perusahaan cenderung akan
meningkatkan utang. Hal ini dilakukan oleh
perusahaan dengan tujuan agar dapat terus
meningkatkan dan mengembangkan bisnisnya.
Menurut teori trade off (Darminto dan Manurung, 2008) dan Soleman (2008),
perusahaan besar dapat dengan mudah
mengakses pasar modal. Kemudahan untuk
mengakses ke pasar modal berarti perusahaan
memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk
mendapatkan dana. Ukuran perusahaan
merupakan salah satu hal yang
dipertimbangkan perusahaan dalam
menentukan kebijakan utangnya. Perusahaan
besar memiliki keuntungan lebih dikenal oleh
publik dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Penelitian Joni dan Lina (2010) menemukan
bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki
pengaruh terhadap utang.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengujian dan analisis
data dalam penelitian ini, secara keseluruhan
dapat ditarik beberapa kesimpulan sesuai
dengan hipotesis yang diuji, yaitu:
1. Dividen tunai, arus kas bebas, dan
ukuran perusahaan secara simultan
Volume 3, No. 2, Mei 2014 - 74 perusahaan pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2008-2011.
2. Dividen tunai mempunyai pengaruh
negatif terhadap utang perusahaan
pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Perusahaan akan
berusaha untuk tetap membagikan
deviden kepada pemilik saham
sebagai bentuk tanda bahwa
perusahaan dapat berjalan dengan
normal dan mampu melaksanakan
tujuan perusahaan untuk memperoleh
laba tanpa harus meningkatkan utang.
Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa perusahaan akan membayar
dividen hanya jika perusahaan
mendapatkan laba dan memiliki dana
internal yang memadai.
3. Arus kas bebas juga memiliki
pengaruh negatif terhadap utang
perusahaan pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
utang yang dimiliki perusahaan
dibayar dengan menggunakan arus kas
bebassehingga semakin tinggi tingkat
arus kas bebas maka semakin rendah
utang yang dimiliki perusahaan.
4. Ukuran perusahaan juga memiliki
pengaruh positif terhadap utang
perusahaan pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Untuk memenuhi kebutuhan dana
operasionalnya maka perusahaan
cenderung akan meningkatkan utang.
Hal ini dilakukan oleh perusahaan
dengan tujuan agar dapat terus
meningkatkan dan mengembangkan
bisnisnya. Perusahaan besar dapat
dengan mudah mengakses pasar
modal. Kemudahan untuk mengakses
ke pasar modal berarti perusahaan
memiliki fleksibilitas dan kemampuan
untuk mendapatkan dana.
5. 2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka
peneliti memberikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Penelitian selanjutnya perlu
mempertimbangkan populasi yang lebih
luas. Hal ini dimaksudkan agar
kesimpulan yang dihasilkan dari peneliti
tersebut memiliki cakupan yang lebih luas
dan tidak hanya merpakan perusahaan
pertambangan saja. Dengan
menambahkan lama priode penelitiannya
diyakini hasil penelitiannya dapat lebih
menggambarkan dan menjelaskan kondisi
yang ada.
2. Penelitian selanjutnya dapat diperhatikan
variabel-variabel lain yang juga ikut
mempengaruhi utang perusahaan seperti
perubahan struktur modal, struktur asset, perubahan regulasi, serta kepemilikan
manajerial.
DAFTAR PUSTAKA
Bhattacharya, Sudipto. 1979.
Imperfect Information, Dividend Policy,
75 – Volume 3, No. 2, Mei 2014
Bell Journal of Economics. Vol 10, No.1. 259-270.
Darminto dan Adler, H. Manurung.
2008. Pengujian Teori Trade Off dan Teori
Pecking Order dengan Satu Model
Dinamis pada Perusahaan Publik di
Indonesia. Jurnal Manajemen Bisnis. Vol.1. No.1:35-52.
Gul, Ferdinand A. dan Bikki Jaggi.
1999. An Analysis of Joint Effects of
Investment Opportunity Set, Free Cash
Flows, and Size on Corporate Debt Policy.
Review of Qualitative Finance and Accounting. No.12:371-381.
Hasan, Mudrika A. 2006. Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Struktur Modal. Jurnal Tepak Manajerial Magister Manajemen UNRI. Vol.6. No.6.
Indahningrum, R. P. dan R.
Handayani. 2009. Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusional,
Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free
Cash flow, dan Profitabilitas Terhadap
Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.11. No.3:189-207.
Jensen, Michael C. 1986. Agency
Costs of Free Cash Flow, Corporate
Finance, and Takeovers. American Economic Review. Vol.76. No.2:323-329.
Joni dan Lina. 2010. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Struktur Modal.
Jurnal Bisis dan Akuntansi. Vol.12. No.2:81–96.
Kieso, D. E. dan T. D. Warfield. 2007.
Intermediate Accounting. Twelfth Edition. Asia:JohnWiley and Sons.
Shaheen, Sadia dan Qaisar Ali Malik.
2012. The Impact of Capital Intensity, Size
of Firm, and Profitability on Debt
Financing in Textile Industry of Pakistan.
Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business. Vol.3. No.10:1061-1066.
Siregar, B. 2005. Hubungan antara
Dividen, Leverage Keuangan, dan
Investasi. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol.16, No.3:219-230.
Soleman, Ruslan. 2008. Karakteristik
Perusahaan terhadap Tingkat Leverage.
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.12. No.3:411–420.
Susilawati, R. Anastasia Endang.
2010. Analisis Free Cash Flow dan
Kepemilikan Manajerial terhadap
Kebijakan Hutang pada Perusahaan Publik
di Indonesia. Jurnal Ekonomi Modernisasi. Vol.6. No.2:109-129.
Www. idx.co.id.
Zuhroh, Diana dan I Putu Pande Heri
Sukmawati. 2003. Analisis Pengaruh Luas
Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan
Perusahaan terhadap Reaksi Investor (Studi Kasus
pada Perusahaan-Perusahaan High Profile di BEJ).