ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA REWORK PADA
PEKERJAAN KONSTRUKSI
(Studi Kasus: Proyek Konstruksi Kabupaten Kerinci)
TESIS
OLEH :
SYAFRI ANSORI B
1110018312038
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL
KONSENTRASI TEKNIK MANAJEMEN KONTRUKSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA REWORK PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI
(Studi Kasus Proyek Konstruksi Kabupaten Kerinci) Syafri Ansori2, Alizar Hasan1, Erna Mizwar2
1
Fakultas Teknik Universitas Andalas,2Magister Teknik Sipil PPs-Universitas Bung Hatta
Ansorry.syafri@yahoo.com
Abstract
In a construction project is very large uncertainty because it can’t predict exactly how much
profit or loss to be obtained. Losses can only occur because one of them caused by reworking (rework) on a series of transformation processes a job. According to Love (2002) is generally reworks are doing work in the field more than once or activity that moves the job has been done before as part of the project. From the definition, it was clear that rework is something which is not favorable conditions for the parties to a construction work. In The Kabupaten Kerinci, work with rework status is not something strange because almost found the repetition of jobs in recent years, especially the last five years 2010 through 2014. Some efforts have been made, one of which is to discover the dominant cause of the onset of rework through a survey conducted independently by each partner, but these efforts do not provide optimal results. This study aims to determine the exact factors that cause the occurrence of rework on any kind of jobs that have been held throughout the last five years by the Department of Public Works of Kabupaten Kerinci simultaneously know the exact size of the contribution of each factor causes of rework that will provide convenience for all parties to action anticipation of the future. The analysis showed that there are two very decisive factors in the occurrence of rework that material usage and availability Work Schedule, and improper design. The second contribution of this factor amounted to 94.9% and the remaining 5.1% is determined by other factors outside of these two factors. For a level of significance of the influence brought about by two factors together or simultaneously visible from the F test results obtained. F test results obtained at 40 659. As for the standard F at α = 5% (n-k-1) where n is the number of samples (70), k is the number of variables (2 variables) obtained value of 3:07. Of the two F values obtained can be concluded that the F1 and F2 have a significant effect because F count > F table. Furthermore, to see the significance of each factor to rework determined based on the value of t obtained. For this study t table amounted to 1.65 with a value of α = 0.05 compared with the value of t the calculation results, we conclude all the factors of significant influence in the rework.
Key Word : Rework, Performance
1.1 Pendahuluan
Fenomena maraknya pembangunan
berbagai fasilitas infrastruktur di berbagai sektor, mulai dari sistem energi, transportasi jalan raya, bangunan-bangunan perkantoran dan sekolah, hingga telekomunikasi, rumah peribadatan dan jaringan layanan air bersih, yang kesemuanya itu memerlukan adanya
dukungan infrastruktur yang handal
(Soemardi, 2006). Adalah suatu hal yang
umum bila mengkaitkan pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan suatu negara dengan pertumbuhan infrastruktur di negara tersebut.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5.30% pada tahun 2013 (Berita Resmi Statistik No.16/02/Th. XVII, 5 Februari 2014) tercatat sebagai salah satu yang tertinggi di dunia. Namun demikian, masih banyak tantangan yang harus dihadapi oleh
pemerintah. Data yang dilansir oleh World
menempatkan Indonesia pada posisi ke-86
dari 143 negara dalam hal kondisi
infrastruktur (Wiryawan, 2009). Perlu disadari
bahwa, pemenuhan kebutuhan akan
infrastruktur bangunan air yang memadai dibutuhkan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi, sosial dan politik sebuah daerah.
Beranjak dari fenomena tersebut jelas pembangunan infrastruktur akan dihadapkan pada suatu risiko, risiko ini merupakan suatu konsekuensi dari kondisi yang tidak pasti.
Dalam suatu proyek konstruksi
ketidakpastiannya sangat besar karena tidak
dapat diprediksi secara pasti berapa
keuntungan atau kerugian yang akan
diperoleh. Kerugian bisa saja terjadi karena salah satunya disebabkan oleh pekerjaan ulang (rework) pada rangkaian proses trasnformasi sebuah pekerjaan.
Menurut Love (2002) secara umum rework adalah melakukan pekerjaan di lapangan lebih dari sekali ataupun aktivitas yang memindahkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya sebagai bagian dari proyek. Dari definisi tersebut terlihat dengan jelas bahwa rework adalah sesuatu yang merupakan kondisi tidak menguntungkan bagi pihak-pihak terkait dengan sebuah pekerjaan konstruksi. Di Kabupaten Kerinci, pekerjaan dengan status rework bukanlah sesuatu hal
yang aneh karena hampir ditemukan
terjadinya pengulangan pekerjaan pada tahun-tahun terakhir, khususnya lima tahun-tahun terakhir 2010 sampai dengan 2014. Beberapa upaya sudah dilakukan, salah satunya adalah dengan menelusuri penyebab dominan timbulnya
rework melalui sebuah survey yang
dilaksanakan secara independent oleh masing-masing rekanan, namun upaya ini belum memberikan hasil yang optimal.
Data yang diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci pada akhir tahun anggaran 2014 memberikan indikasi bahwa rework yang terjadi setiap tahun menunjukkan peningkatan pada masing-masing jenis proyek konstruksi baik bangunan, jalan ataupun
irigasi. Salah satu contoh pekerjaan rework yang sering ditemukan adalah pengulangan dan pembongkaran pada bagian sisi/bahu jalan oleh karena ketidaktepatan dan kesalahan prosedur kerja. Jenis pekerjaan rework ini paling banyak ditemukan sepanjang lima tahun terakhir.
Beberapa contoh pekerjaan rework yang ditemukan pada masing-masing bidang yaitu : pekerjaan finishing pada bangunan untuk bidang cipta karya, kesalahan fabrikasi yang dibetulkan dilapangan pada bidang bina marga dan Pekerjaan Ulang bendung, bangunan pengambilan, dan bangunan pengatur pada bidang irigasi.
1.2 Permasalahan
Beranjak dari latar belakang masalah diatas maka dapat ditarik suatu kesimpulan masalah bahwa rework ataupun pekerjaan pengulangan yang terjadi sepanjang lima tahun terakhir pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci belum dapat diminimasi secara maksimal. Hal ini disebabkan karena upaya-upaya penanggulangan yang dilakukan
belum seutuhnya memperbaiki akar
permasalahan rework tetapi masih sebatas memperbaiki unsur gejala secara umum. Terdapat tiga faktor secara umum penyebab
terjadinya rework diantaranya karena
desain/dokumentasi, manajerial dan sumber daya. Permasalahan rework bukanlah hal yang baru ditemukan di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci melainkan suatu kejadian yang hampir muncul setiap tahun dan tentunya ini membawa dampak negative bagi seluruh
pihak yang terkait. Berangkat dari
permasalahan ini, maka penelitian ini akan menelusuri lebih jauh tentang faktor-faktor dominan yang menjadi akan permasalahan
munculnyarework ini dari tahun ketahun
.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Mengetahui secara pasti faktor-faktor
jenis pekerjaan yang telah diselenggarakan sepanjang lima tahun terakhir oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci.
2) Mengetahui secara pasti besarnya
kontribusi masing-masing faktor penyebab
rework sehingga akan memberikan
kemudahan bagi seluruh pihak untuk melakukan tindakan antisipasi pada masa akan datang
1.4 Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Faktor-faktor penyebab rework yang akan ditinjau lebih ditekankan pada tiga faktor dominan, antara lain : 1) desain dan dokumentasi, 2) Manajerial dan 3) Sumber daya.
b. Responden pada penelitian ini adalah berasal dari pihak owner dan kontraktor.
Jumlah responden yang dikunjungi
didasarkan pada lingkup populasi
penelitian yaitu seluruh pihak yang terkait sebagai owner dan kontraktor pada pakerjaan konstruksi di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci sepanjang lima tahun terakhir. Jumlah responden yang
akan dikunjungi ditetapkan dengan
menggunakan model Slovin dengan
tingkat kesalahan pendugaan sebesar 5%. c. Objek yang akan dijadikan dasar dalam
pengungkapan fakta terjadinya pekerjaan
ulang (rework) adalah pekerjaan
konstruksi pada bidang Cipta Karya, Bina Marga dan Irigasi
1.5 Tinjauan Literatur
Kata rework dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai mengolah lagi; mengerjakan ulang, dan akan seterusnya
dipakai. “Beberapa definisi rework adalah
sebagai berikut ( Winata & Hendarlin, 2005) 1. Rework adalah mengerjakan sesuatu
paling tidak satu kali lebih banyak, yang disebabkan oleh ketidakcocokan dengan permintaan (Josephson, 2002)”
2. Rework adalah efek yang tidak perlu dari mengerjakan ulang suatu proses atau aktivitas yang diimplementasikan secara tidak tepat pada awalnya dan dapat
ditimbulkan oleh kesalahan ataupun
adanya variasi (CIDA, 1995)”.
3. Rework adalah melakukan pekerjaan di lapangan lebih dari sekali ataupun aktivitas yang memindahkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya sebagai
bagiandari proyek (Love, 2002)”.
4. Rework adalah total biaya di lapangan yang dikeluarkan selain biaya dan sumber daya awal (Fayek, 2004)”.
Rework adalah aktivitas di lapangan yang harus dikerjakan lebih dari sekali, ataupun aktivitas yang menghilangkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya sebagai bagian dari proyek diluar sumber daya,
dimana tidak ada change order yang
dikeluarkan dan change of scope yang
diidentifikasi (Fayek ,2004)”
A. Batasan Definisi Rework
“Sedangkan batasan atau hal-hal yang tidak
termasuk rework (Fayek, 2004)” adalah
sebagai berikut:
1. Perubahan scope pekerjaan mula-mula
yang tidak berpengaruh pada pekerjaan yang sudah dilakukan.
2. Perubahan desain atau kesalahan yang
tidak mempengaruhi pekerjaan
dilapangan.
3. Kesalahan fabrikasi off-site yang
dibetulkanoff-site.
4. Kesalahan off-site modular fabrication
yang dibetulkanoff-site.
5. Kesalahan fabrikasi on-site tapi tidak
mempengaruhi aktivitas di lapangan
secara langsung (diperbaiki tanpa
mengganggu jalannya aktivitas
konstruksi).
Pada penelitian ini rework didefinisikan
yang menghilangkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya sebagai bagian dari proyek diluar sumber daya, dimana tidak ada change order yang dikeluarkan. Pengertian ini dirasa paling tepat karena menyertakan
batasan bagi terjadinyarework.
B. Faktor-Faktor Penyebab Rework
Faktor-faktor ini dikelompokkan menjadi
tiga bagian, yaitu faktor desain dan
dokumentasinya, faktor manajerial, dan faktor sumber daya (resources) (Andi, Wenata, Hendarlim, 2005). Faktor yang terkait dengan desain dan dokumentasinya biasanya lebih langsung berhubungan dengan proses desain yang melibatkan desainer (konsultan) dan pemilik proyek. Sebagai contoh, kesalahan dan permintaan perubahan pada desain yang baru diketahui setelah pekerjaan konstruksi berjalan dapat menyebabkan pihak kontraktor harus membongkar dan mengerjakan ulang
pekerjaan yang sama. Penelitian ini
mengidentifikasikan enam faktor yang
berkaitan dengan desain dan dokumentasinya. Kelompok kedua berkaitan dengan faktor-faktor manajerial. Faktor-faktor-faktor ini bisa disebabkan oleh semua pihak dikonstruksi, baik itu pemilik, desainer (konsultan), dan atau kontraktor (Atkinson.1998; Alarcon, Mardones, 1998). Kelompok terakhir, faktor sumber daya, berhubungan pekerja dan peralatan proyek, sehingga kontraktor lebih banyak terkait dengan faktor-faktor tersebut. Faktor sumber daya ini biasanya muncul pada fase konstruksi dan mengakibatkan adanya kesalahan pengerjaan di lapangan. Faktor ini dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.
Rework
Desain dan Dokumentasi
Manajerial
Sumber Daya
Kesalahan Desain Perubahan Desain Detail Tidak Jelas
Kurangnya Sumber : Winata dan Hendarlim, 2005
C. Faktor desain dan dokumentasi
Faktor yang terkait dengan desain dan
dokumentasi biasanya lebih langsung
berhubungan dengan proses desain yang melibatkan desainer (konsultan) dan pemilik proyek. Sebagai contoh, kesalahan dan permintaan perubahan pada desain yang baru
diketahui setelah pekerjaan konstruksi
berjalan dapat menyebabkan pihak kontraktor harus membongkar dan mengerjakan ulang
pekerjaan yang sama. Penelitian ini
mengidentifikasikan enam faktor yang
berkaitan dengan desain dan dokumentasinya.
D. Faktor Manajerial
Faktor ini berkaitan dengan seluruh unsur-unsur pengelola proyek konstruksi, baik itu pengguna jasa (Pemilik proyek) dan penyedia
jasa (kontraktor dan konsultan). Pada
penelitian ini diidentifikasi adanya delapan faktor yang berkaitan dengan manajerial pada proyek konstruksi.
E. Faktor Sumber Daya
Faktor ini berkaitan dengan sumber daya
manusia (pekerja/tukang) dan barang
(peralatan kerja proyek). Faktor sumber daya biasanya muncul pada fase konstruksi yang
akan mengakibatkan adanya kesalahan
pengerjaan di lapangan karena kurangnya skill
pekerja dan minimnya peralatan yang
digunakan, sehingga pihak kontraktorlah yang lebih banyak terkait dengan faktor ini. Pada penelitian ini diidentifikasi adanya enam faktor yang berkaitan dengan sumberdaya.
F. Proses Terjadinya Rewok (Rework Tracking Process)
Proses terjadinya Rework yang
ditunjukkan oleh gambar 2 dimulai dari mengidentifikasi kejadian, membuat dan melaporkan hasil identifikasi, memutuskan
melakukan pembicaraan dengan unsur-unsur yang terlibat dan bertanggung jawab penuh terhadap jalannya proyek tersebut. Kemudian langkah selanjutnya menginstruksikan untuk
mengadakanrework baik secara lisan maupun
tertulis. Sumber : Fayek, 2004
Kegiatan Rework (Rework Activity)
Kegiatan dan tahapan-tahapan rework
pada pekerjaan proyek konstruksi secara keseluruhan digambarkan pada gambar 2.3
dibawah ini. Original Activity merupakan
kegiatan pekerjaan proyek mula-mula yang
dikerjakan sebelum rework diidentifikasi dan
dilaksanakan. Setelah rework diidentifikasi
maka tahapan berikutnya rework duration
yang dibagi dalam tiga tahap kegiatan, yaitu sebagai berikut:
1. Standby
Tahap ini merupakan tahap yang pertama
dari kegiatan rework. Pada tahap ini kegiatan
proyek pada situasi menunggu instruksi untuk
melakukan rework setelah proses identifikasi
rework selesai dilakukan.
2. Rework
Tahap ini merupakan tahap kedua dari
kegiatan rework. Pada tahap ini seluruh
instruksi untuk melakukan rework dikerjakan
dan diselesaikan.
3. Gear Up
Tahap ini merupakan tahap ketiga dari
kegiatan rework. Sesudah rework
diselesaikan maka perlu persiapan dan kegiatan untuk menyesuaikan kembali dengan pekerjaan mula-mula selanjutnya yang dihentikan sementara akibat adanya
reworktadi.
Continuation of original activity merupakan
kegiatan pekerjaan selanjutnya setelah rework
diselesaiakan dan telah disesuaikan dengan pekerjaan mula-mala yang direncanakan
sebelum terjadinyarework
Original Activity Original ActivityContinuation of Standby Rework Gear Up
Rework Duration
Gambar 3
Kegiatan Rework Sumber : Fayek, 2004
Klasifikasi Sumber Penyebab Rework (Rework Cause Classification)
Klasifikasi sumber penyebab rework
merupakan akar pemasalahannya ada pada beberapa sumber (Fayek et al, 2004 )”, adalah sebagai berikut :
Kemampuan Sumber Daya Manusia
Kurangnya kemampuan sumberdaya
manusia yang terlibat dalam proyek konstruksi akan menyebabkan antara lain, kurang dalam hal pengawasan dan perencanaan pekerjaan, instruksi yang disampaikanpun tidak tepat serta mutu pekerjaannya rendah sehingga akan menyebabkan terjadinya banyak kesalahan.
Keahlian Bidang Teknik Dan Melakukan Inspeksi
Kurangnya keahlian dalam bidang teknik khususnya konstruksi bangunan gedung dan
melakukan pemeriksaan sekaligus
memberikan tinjauan terhadap pekerjaan tersebut, akan menyebabkan keterlambatan
dalam menindaklanjuti terhadap adanya
perubahan perencanaan dan perubahan pada
saat fase konstruksi. Disamping itu
pengawasan terhadap dokumen-dokumen
juga sehingga kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan akan mudah terjadi.
Kemampuan Memimpin Dan Berkomunikasi
Tidak adanya jiwa kepemimpinan dan
kemampuan berkomunikasai dengan atasan,
rekan kerja dan bawahan dari para pengambil
keputusan (manager proyek, site manager,
superfisor dan lain-lain) mengakibatkan team kerja yang ada pada proyek tersebut tidak kompak dan jaminan maupun kontrol terhadap kualitas pekerjaan sulit untuk diwujudkan.
Perencanaan Dan Penjadwalan Konstruksi
Perencanaan dan penjadwalan pekerjaan konstruksi yang tidak tepat dan tidak realistis ini disebabkan dari penggunaan tenaga kerja perencana yang tidak professional, tidak memahami tentang pemasalahan konstruksi, minimnya skill sumberdaya manusia (pekerja) yang dimiliki dan rencana-rencana pekerjaan yang dibuat memang tidak realistis / tidak dikomparasikan dengan sumberdaya yang ada.
Ketersedian Bahan Dan Alat-Alat Perlengkapan
Ketersedian material dan alat-alat
perlengkapan untuk konstruksi yang tidak memenuhi disebabkan karena material yang ada tidak sesuai dengan RKS, ini terjadi
karena kurangnya pemahaman tentang
kualitas, jumlah dan cara pengujian kualitas material dan peralatan yang yang diperlukan. Penumpukan material akibat dari pengiriman yang terlalu cepat menyebabkan penyimpanan dan perawatan menjadi tidak baik, sehingga pada saat material tersebut dibutuhkan jumlah dan kualitasnya sudah tidak memenuhi sarat
lagi. Keterlambatan dalam pengiriman
material dan perlengkapan juga
mengakibatkan minimnya kontrol terhadap material dan peralatan serta pelaksanaan pekerjaan akan menjadi terhambat juga. Penelitian mengenai pekerjaan ulang yang dilakukan oleh Levis dan Atherley dalam Langford (1996) pada 30 proyek konstruksi di India, yang dibangun antara tahun 1978
sampai tahun 1992 telah dapat
mengidentifikasi beberapa penyebab
terjadinya pekerjaan ulang, yaitu antara lain :
• Pelaksanaan tahapan pekerjaan yang jelek
oleh kontraktor
• Kesalahan pengelolaan material oleh
kontraktor
• Kekurangan tenaga kerja oleh kontraktor
• Hujan deras/lokasi pekerjaan yang
tergenang air
• Keadaan tanah yang berbeda dari yang
diharapkan
• Pekerjaan tambahan yang diminta oleh
client owner
• Perubahan dalam pekerjaan.
• Kesalahan dalam perencanaan dan
spesifikasi
• Ketidak jelasan perencanaan dan
spesifikasi
• Perubahan-perubahan dalam perencanaan
dan spesifikasi
• Perubahan metode kerja oleh kontraktor
• Kesalahan dalam mengenterprestasikan
gambar atau spesifikasi
• Perencanaan schedule pekerjaan yang
kurang baik oleh kontraktor
• Produktifitas yang kurang optimal dari
kontraktor
• Perubahanscopepekerjaan konsultan
• Pemogokan yang dilakukan oleh
kontraktor
• Memperbaiki pekerjaan yang sudah selesai
• Memperbaiki kerusakan suatu pekerjaan
akibat pemogokan
• Terlambatnya persetujuan shop drawing
oleh konsultan
Sedangkan menurut Assaf (1995), faktor-faktor penyebab pekerjaan ulang pada proyek konstruksi yang disebabkan oleh faktor bahan material adalah :
a. Kekurangan bahan/material konstruksi
b. Perubahan tipe dan spesifikasi material
c. Lambatnya pengiriman material
Menurut Barie (1984), pekerjaan ulang dapat disebabkan oleh pihak-pihak yang berbeda, yaitu :
1. Pemilik atau wakilnya (Delay caused by
owner or his agent). Bila pemilik atau
wakilnya menyebabkan suatu
keterlambatan, katakan misalnya karena terlambat pemberian gambar kerja atau
keterlambatan dalam memberikan
persetujuan terhadap gambar, maka
kontraktor umumnya akan diperkenankan untuk mendapatkan perpanjangan waktu dan juga boleh mengajukan tuntutan yang
sah untuk mendapatkan kompensasi
ektranya.
2. Keterlambatan oleh pihak ketiga yang
diperkenankan (Excusable triedparty
delay). Sering terjadi keterlambatan yang disebabkan oleh kekuatan yang berbeda diluar jangkauan pengendalian pihak pemilik atau kontraktor. Contoh yang
umumnya tidak dipersoalkan lagi
diantaranya adalah kebakaran, banjir, gempa bumi dan hal yang lain disebut sebagai “tindakan Tuhan Yang Maha Kuasa”. Hal-hal lainnya yang sering kali menjadi masalah perselisihan meliputi
pemogokan, embargo untuk
pengangkutan, kecelakaan dan
keterlambatan dalam menyerahkan yang bisa dimengerti. Termasuk pula yang tidak dapat dimasukkan dalam kondisi yang telah ada pada saat penawaran dilakukan dan keadaan cuaca buruk. Dalam hal ini dapat disetujui, tipe keterlambatan dari tipe-tipe ini umumnya menghasilkan perpanjangan waktu namun tidak disertai dengan konpensasi tambahan.
3. Keterlambatan yang sebabkan kontraktor
(contractor-caused delay). Keterlambatan semacam ini umumnya akan berakibat tidak diberikannya perpanjangan waktu dan tiada pemberian suatu konpensasi tambahan. Sesungguhnya pada situasi yang ektrim maka hal-hal ini akan menyebabkan terputusnya ikatan kontrak.
Dampak Pekerjaan Ulang dan Cara Mengatasi Pekerjaan Ulang
Menurut Lewis dan Atherley (1996),
pekerjaan ulang akan berdampak pada perencanaan semula serta pada masalah keuangan. Pekerjaan ulang dalam suatu proyek konstruksi akan memperpanjang durasi proyek atau meningkatkan biaya maupun
kedua-duanya. Adapun dampak pekerjaan
ulang pada owner adalah hilangnya potensial income dari fasilitas yang dibangun tidak sesuai waktu yang ditetapkan, sedangkan pada kontraktor adalah hilangnya kesempatan untuk menempatkan sumber dayanya ke proyek lain,
meningkatnya biaya tidak langsung (indirect
cost)karena bertambahnya pengeluaran untuk
gaji karyawan, sewa peralatan serta
mengurangi keuntungan. Obrein JJ (1976), menyimpulkan bahwa dampak pekerjaan ulang akan menimbulkan kerugian :
a. Bagi pemilik, keterlambatan menyebabkan kehilangan penghasilan.
b. Bagi kontraktor, keterlambatan
penyelesaian proyek beranti naiknya
overheadkarena bertambah panjang waktu pelaksanaan, sehingga merugikan akibat kemungkinan naiknya harga karena inflasi dan naiknya upah buruh, juga akan terta
hannya modal kontraktor yang
kemungkinan besar dapat dipakai untuk proyek lain.
c. Bagi konsultan, keterlambatan akan
mengalami kerugian biaya karena dengan adanya keterlambatan tersebut konsultan yang bersangkutan akan terhambat dalam mengagendakan proyek lainnya.
Menurut Dipohusodo (1996), selama proses konstruksi selalu saja muncul gejala kelangkaan periodik atas material-material yang diperlakukan, berupa material dasar atau barang jadi baik yang lokal maupun import.
Cara penanganannya sangat bervariasi
tanggung jawab diantara pemberi tugas, kontraktor dan sub-kontraktor, sehingga penawaran material suatu proyek dapat datang dari sub-kontraktor, pemasok atau agen, importer, produsen atau industri, yang
kesemuanya mengacu pada dokumen
perencanaan dan spesifikasi teknis yang telah
ditetapkan. Cara mengendalikan proyek
adalah :
1. Mengerahkan sumber daya tambahan
2. Melepas rintangan-rintangan, ataupun
upaya-upaya lain untuk menjamin agar
pekerjaan meningkat dan membawa
kembali ke garis rencana
3. Jika tidak mungkin tetap pada garis rencana semula mungkin diperlukan revisi jadwal, yang untuk selanjutnya dipakai
sebagai dasar penilaian kemajuan
pekerjaan pada saat berikutnya.
Menurut Ahyari (1987), untuk mengatasi
bahan yang terjadi karena penyedia
mengalami suatu hal, maka perlu adanya penyedia cadangan. Dalam penyusunan daftar prioritas pemasok, tidak cukup sekali disusun dan digunakan selanjutnaya. Daftar tersebut setiap periode tertentu harus diadakan evaluasi
mengenai pemasok biasa dilakukan
berdasarkan hubungan pada waktu yang lalu. Untuk mengetahui kualitas pemasok bisa dilihat dari karakteristik pola kebiasaan, pola pengiriman, cara penggantian atas barang yang rusak. Sedangkan menurut Baffie (1990), sekalipun sudah dipergunakan prosedur yang terbaik, namun permasalahan akan timbul juga. Kadang-kadang terjadi suatu perubahan
rencana kontraktor itu sendiri yang
memerlukan barang kritis harus lebih
dipercepat lagi penyerahannya dari tanggal
yang sudah disetujui sebelumnya.
Keterlambatan lain mungkin timbul dari pihak pemasok atau kontraktor, atau pada proses
pengiriman dan lain-lain. Tugas dari
ekspeditur profesional yang berpengalaman adalah menentukan cara yang efektif dalam menjaga agar pengadaan barang tetap sesuai jadwal yang telah diteta pkan dengan
pengaruh kerugian sekecil mungkin. Bila suatu material tidak dapat diperoleh lagi atau
menjadi sangat mahal, maka spesialis
pengadaan harus mengetahui tempat
memperoleh material pengganti (substitusi)
yang akan dapat memenuhi atau melampaui persyaratan aslinya.
1.6 Metodologi
Dari segi perspektifnya penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian kuantitatif
karena penelitian lebih menggunakan
pendekatan etik, dalam arti bahwa peneliti mengumpulkan data dengan menetapkan terlebih dahulu konsep sebagai variabel-variabel yang berhubungan yang berasal dari teori yang sudah ada yang dipilih oleh peneliti. Kemudian variabel tersebut dicari dan ditetapkan indikator-indikatornya. Hanya dari indikator yang telah ditetapkan tersebut dibuat kuesioner, pilihan jawaban dan skor-skornya. Secara skematik, model penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4
Kerangka Penelitian
Sementara variabel-variabel penelitian yang akan digunakan dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:
Variabel independent didalam penelitian ini adalah variabel-variabel yang diduga
menyebabkan terjadinya rework
berdasarkan tiga faktor utama yang nantinya akan dijelaskan oleh sub faktor melalui penjajakan opini masing-masing pemangku kepentingan
• Variabel dependen (variabel terikat)
Disebut juga variabel output, kriteria, konsekuen. Merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat dari
variabel bebas yaitu pekerjaan
pengulangan (rework).
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian didefinisikan sebagai suatu himpunan sumber dan objek penelitian yang memiliki karakteristik dan variansi komplek. Didalam penelitian ini populasi adalah objek Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci selama lima tahun terakhir 2010 s.d 2014. Sementara populasi yang menjelaskan person yang memiliki kapasitas untuk dijadikan
responden adalah seluruh pihak yang
mewakili owner dan kontraktor. Karakteristik dan perbedaan sampel yang ada didalam populasi ini dibedakan berdasarkan Jenis Kelamin, Jabatan, Pengalaman dan Tingkat Pendidikan. Sementara sampel (n) yang akan dituju sebagai responden untuk
masing-masing unsur ditetapkan dengan
menggunakan persamaan Slovin. Penggunaan Slovin ini menetapkan asumsi bahwa tingkat kesalahan dalam menduga sebesar 5%, dengan formulasi sebagai berikut (n = N/(N.d2 + 1)). Dimana N adalah ukuran populasi yang menyatakan jumlah personel yang terlibat mewakili owner dan kontraktor pada masing-masing bidang di Dinas Pekerjaan Umum untuk lima tahun terakhir. Dari 85 orang
jumlah owner dan kontraktor, dapat
ditentukan jumlah sampel yang akan
dikunjungi adalah sebesar 70.10 orang (dibulatkan 70 orang)
Metoda Pengumpulan Data dan Analisis Data
Guna memudahkan pengumpulan dan analisis data, berikut disajikan tabel yang akan memberikan informasi tentang jenis dan sumber data serta pendekatan analisis yang diperlukan untuk masing-masing tujuan yang telah ditetapkan. Untuk tujuan pertama data yang dikumpulkan adalah data opini/pendapat dari responden tentang seberapa besarkah
pengaruh masing-masing variabel yang
berasal dari tiga faktor utama penyebab rework (desain dan dokumentasi, manajerial, sumber daya). Pertanyaan yang ada pada kuesioner akan dilengkapi dengan pilihan jawaban sesuai dengan pengalaman dan penilaian responden. Love (2002) didalam penelitiannya menggunakan 5 (lima) skala tingkat keterkaitan faktor-faktor penyebab rework dengan makna sebagai berikut:
1) Sangat Rendah (pengaruhnya < 10%)
2) Rendah (pengaruhnya berkisar 10– 20%
3) Sedang (pengaruhnya berkisar 20– 30%)
4) Tinggi (pengaruhnya berkisar 30– 40%)
5) Sangat Tinggi (pengarunya > 40%)
Kemudian, untuk tujuan pertama ini
responden juga dimintai pendapat tentang penilain tingkat kejadian rework. Untuk tujuan kedua data yang dikumpulkan adalah data
opini/pendapat dari responden tentang
seberapa seringkah munculnya masing-masing variabel penyebab pada setiap pekerjaan yang
dilaksanakan berdasarkan pengalaman
responden. Selain opini tentang tingkat keseringan munculnya variabel penyebab, responden juga dimintakan untuk memberikan penilaian tentang rating dampak terjadinya rework. Skala penilaian yang disediakan untuk masing-masing pernyataan adalah sebagai berikut (Love, 2002):
1) Sangat Rendah (munculnya < 10%)
2) Rendah (munculnya berkisar 10– 20%
3) Sedang (munculnya berkisar 20– 30%)
4) Tinggi (munculnya berkisar 30– 40%)
Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas diartikan sebagai pengujian untuk
mengetahui sejauhmana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrument
penelitian dapat dinyatakan mempunyai
validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau meberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar S, 1997). Uji validitas atau kesahihan digunakan untuk mengetahi seberapa tepat suatu alat ukur mampu melakukan fungsi. Alat ukur yang dapat digunakan dalam pengujian validitas suatu kuesioner adalah angka hasil korelasi antara skor pernyataan dan skor keseluruhan pernyataan responden terhadap infomasi dalam kuesioner (Trition, 2005). Pengujian validitas data dilakukan dengan alat bantu software SPSS dengan menggunakan
angka r hasil Corrected Item Total
Correlation melalui sub menu Scale pada
pilihanReliability Análisis.
Uji Reliabilitas
Konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu penelitian dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang mana diperoleh hasil yang relatif sama (Azwar S,
1997). Hasil ukur erat kaitannya dengan error
dalam pengambilan sampel (sampling eror)
yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda. Tujuan utama pengujian reliabilitas adalah untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil
pengukuran apabila instrument tersebut
digunakan lagi sebagai alat ukur suatu responden. Hasil uji reliabilitas mencerminkan dapat dipercaya atau tidaknya suatu instrumen penelitian berdasarkan tingkat kemantapan dan ketepatan suatu alat ukur dalam pengertian bahwa hasil pengukuran yang
didapatkan merupakan ukuran yang benar dari suatu ukuran (Trition, 2005). Pengujian validitas data dilakukan dengan alat bantu software SPSS dengan menggunakan metode
Alpha-Cronbach. Standar yang digunakan dalam menentukan reliabel dan tidaknya suatu
instrumen penelitian umumnya adalah
perbandingan antara r hitung dengan r tabel pada taraf tingkat kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5%, dalam perhitungan ini
nilai r diwakili oleh alpha, apabila alpha
hitung lebih besar daripada r tabel dan alpha
hitung bernilai positif, maka suatu instrumen penelitian dapat disebut reliabel (Trition, 2005).
Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan setelah
dilaksanakan pengujian kelayakan instrument (uji validitas dan uji realibilitas). Pengolahan data akan dijelaskan berdasarkan kebutuhan analisis masing-masing tujuan yang akan didapatkan didalam penelitian, yaitu;
Pengolahan Data Untuk Tujuan 1
Untuk mendapatkan jawaban yang diinginkan pada tujuan pertama ini, maka pengolahan data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
• Analisa Faktor
Analisis faktor yang dilakukan adalah analisis faktor secara parsial. Prosedur
yang dilaksanakan adalah dengan
KMO-MSA > 0,5; sehingga analisis faktor yang dilakukan menunjukkan sampel tersebut layak untuk difaktorkan dan faktornya dapat dianalisis lebih lanjut. Kemudian perhatikan nilai matriks anti image correlation, khususnya nilai pada angka koefisien korelasi yang berada pada off diagonal. Apabila nilai matriks anti
image correlation lebih kecil dari
setengah, maka variabel tersebut harus dikeluarkan atau dieliminasi dari analisis faktor. Apabila nilai anti image correlation lebih kecil dari setengah, maka variabel tersebut tidak layak dianalisis lebih lanjut. Analisis lebih lanjut adalah melakukan reduksi terhadap variabel yang tidak layak difaktorkan atau dikenal dengan istilah faktoring atau eliminasi.
• Analisa Regresi
Setelah didapatkan faktor baru dan variabel baru melalui analisis faktor selanjutnya dilakukan analisis regresi dengan memasukkan dua variabel yang berbeda yaitu variabel rework sebagai
variabel respon dan variabel yang
mempengaruhi (predictor) yang berasal dari hasil analisis faktor. Analisis regresi
akan memberikan gambaran tentang
seberapa besarkah kontribusi masing-masing variable predictor memberikan pengaruhi pada variabel respon. Dalam regresi linier berganda variabel tak bebas (y) tergantung kepada dua atau lebih variabel bebas (x). Bentuk persamaan regresi linier berganda yang mencakup dua atau lebih variabel dapat ditulis sebagai berikut
Dimana :
y = dampak yang ditimbulkan sehingga
terjadinya rework
x = variabel predictor yang
menyebabkan tingginya dampak terjadinya rework yang didapatkan dari hasil analisis fakto
β = nilai kemiringan atau besarnya
kontribusi masing-masing predictor yang mengakibatkan terganggunya
kinerja waktu penyelesaian
pekerjaan
Untuk rumus diatas, dapat diselesaikannya dengan empat persamaan oleh empat variabel yang terbentuk:
1.7 Pembahasan
Berdasarkan jumlah responden yang
ditetapkan sebanyak 70 orang, keseluruhan kuesioner yang dikembalikan layak untuk dianalisis lebih lanjut karena sudah memenuhi syarat (seluruh pernyataan terisi dengan lengkap). Hasil pengolahan data secara deskriptif memberikan informasi karakteristik responden sebagai berikut:
Gambar 5
Distribusi Jenis Kelamin Responden
sebesar 81.4% dan 18.6% responden dengan jenis kelamin perempuan.
Gambar 6
Distribusi Jabatan Responden
Gambar 6 memperlihatkan bahwa jabatan responden yang paling dominan adalah sebagai supervisor sebanyak 20 orang (25.71%) dan responden dengan jabatan PPK adalah kelompok responden paling sedikit, yaitu sebesar 8.57% dari 70 orang responden yang dikunjungi.
Gambar 7
Distribusi Pengalaman Responden
Gambar 7 diatas menunjukkan kelompok responden berdasarkan masa pengalaman kerja yang paling banyak adalah responden
dengan lama pengalaman 10 – 15 tahun yaitu
sebesar 42.86% dari 70 orang responden yang dikunjungi. Sementara kelompok pengalaman kerja responden yang paling sedikit adalah kecil dari 5 tahun yaitu sebanyak 10 orang atau 14.29%.
Gambar 8
Distribusi Jenjang Pendidikan Responden
Gambar 8 diatas menunjukkan kelompok responden berdasarkan jenjang pendidikan yang paling banyak adalah responden dengan
latar belakang jenjang pendidikan S1
sebanyak 29 orang atau sekitar 41.43% dan responden dengan pendidikan paling sedikit adalah responden yang memiliki pendidikan S3 sebanyak 1 orang.
Analisis Faktor-Faktor Penyebab Rework
Tujuan pertama dari penelitian ini akan dijawab melalui serangkaian pengolahan data statistik dengan menggunakan analisis faktor. Analisis faktor yang dipakai adalah analisis faktor konfirmasi karena peneliti sudah menetapkan faktor secara apriori berdasarkan teori dan konsep yang sudah diketahui sebelumnya. Pembentukan faktor konfirmatori (CFA) secara sengaja berdasarkan teori dan konsep, dalam upaya untuk mendapatkan variabel baru atau faktor yang mewakili beberapa item atau sub-variabel, yang
merupakan variabel teramati atau observerb
1. Penentuan Nilai KMO (Kaiser Meyer Olkin) dan MSA (Measure of Sampling Adequacy), nilai ini diperlukan untuk melihat apakah variabel yang tersisa sebanyak 10 variabel untuk X dan 1 variabel untuk Y dengan jumlah case (responden) 70 layak dilakukan analisis faktor dengan kriteria nilai KMO > 0.5. Parameter nilai kedua yang diperlukan adalah nilai MSA yang ditujukan untuk melihat apakah variabel-variabel yang digunakan mampu menjelaskan faktor yang terbentuk dengan kriteria MSA > 0.5. Berikut hasil perhitungan analisis faktor yang disajikan kedalam tabel dibawah ini.
Tabel 1
Nilai KMO Variabel X (Independent Variabel) Tahap Pertama
Sumber : Pengolahan Data, 2015
Tabel 2
Nilai MSA Variabel X (Independent Variabel) Tahap Pertama
Sumber : Pengolahan Data, 2015
Informasi yang disajikan pada tabel 2 diatas menunjukkan bahwa 10 variabel yang tersisa dinyatakan layak untuk dianalisis melalui analisis faktor karena memberikan nilai KMO > 0.5 yaitu sebesar 0.748. Nilai ini maksudnya adalah bahwa 10 variabel yang dipakai mampu menjelaskan tujuan pertama dari penelitian ini sebesar 74.8% sementara sisasnya 25.2% adalah dikarenakan oleh variabel
lain selain dari 10 variabel yang
digunakan. Secara statistik nilai yang diperoleh sangat memadai karena batas
minimal yang dipersyaratkan hanya
sebesar 50% (0,5). Sementara nilai MSA masing-masing variabel kebanyakan sudah melebihi batas minimal yang disyaratkan (>0,5) meskipun terdapat 4 diantaranya dengan nilai MSA < 0,5 yaitu X2, X4, X9
dan X13 dengan nilai MSA secara
berturut-turut adalah (0.414), (0.362), (0.459) dan (0.408). Oleh karena masih didapatkan nilai MSA kecil dari 0.5 maka analisis factor masih dilanjutnya dengan cara dan prosedur yang sama tetapi dengan tidak menyertakan X2, X4, X9 dan X13. Hasil
yang diberikan adalah sebagai berikut:
Tabel 3
Nilai KMO Variabel X (Independent Variabel) Tahap Kedua
Tabel 4
Nilai MSA Variabel X (Independent Variabel) Tahap Kedua
Sumber : Pengolahan Data, 2015
Hasil yang disajkan pada tabel 3 dan 4
menunjukkan bahwa tujuh variable
penyebab terjadinya rework sudah
memenuhi kaedah dan syarat untuk difaktorkan karena memiliki nilai KMO dan MSA sesuai kriteria secara statistik. Selanjutnya setelah diperoleh nilai KMO
dan MSA maka pembahasan akan
masing-masing variabel baik variabel bebas (X) ataupun variabel terikat (Y).
2. Penentuan Jumlah Faktor Yang Terbentuk Jumlah faktor yang terbentuk didasari dari
nilai Eigenvalues yang diperoleh dari
pengelompokan 7 variabel yang tersisa pada tahap sebelumnya (untuk variabel X) dan 3 variabel untuk variabel Y. Kriteria
yang digunakan nilai Eigenvalues > 1.
Hasil perhitungan disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 5
Nilai Eigenvalue Pembentuk Faktor X
Sumber : Pengolahan Data, 2015
Berdasarkan nilai eigenvalues pada tabel 5 diatas maka dapat disimpulkan bahwa terjadinya rework bergantung pada dua faktor (jumlah komponen yang memiliki nilai total initial eigenvalue > 1). Selanjutnya 7 variabel (component) akan dikelompokkan kedalam dua faktor yang terbentuk melalui nilai loading faktor pada komponen matrik (> 0.5) seperti tabel dibawah ini.
Tabel 6
Pengelompokan Faktor Berdasarkan Nilai Loading Komponen Matrik
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2015
Berdasarkan nilai loading pada komponen matrik yang disajikan pada tabel 4.6
diatas, selanjutnya dilakukan
pengelompokkan variabel kedalam dua faktor. Oleh karena faktor yang terbentuk menghasilkan dimensi/variabel baru maka pada tahap ini akan diberikan penamaan baru terhadap faktor yang didasari dari variabel pembentuknya. Untuk menguji apakah jumlah faktor yang terbentuk sudah memenuhi kriteria memadai untuk menampung 7 variabel yang tersisa maka
perlu ditentukan nilai component
transformation matrix dengan kriteria nilai
Component Transformation Matrix > 0.5.
Sementara hasil perhitungan untuk
variabel terikat (Y) dengan tiga
indikatornya disajikan sebagai berikut:
Tabel 6
Nilai KMO Variabel Y
Tabel 7
Nilai MSA Untuk Variabel Y
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2015
Tabel 8
Berdasarkan nilai eigenvalues pada tabel diatas maka disimpulkan bahwa terjadinya rework pada masing-masing bidang di Dinas Pekerjaan Umum yang semula
dijelaskan oleh tiga indikator
dikelompokkan menjadi satu faktor karena hanya terdapat satu komponen yang memiliki nilai initial eigenvalue besar dari 1 yaitu 1.195. Selanjutnya pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pekerjaan rework akan didefinisikan hanya dengan
satu faktor yaitu “Ketepatan Pekerjaan
Untuk Menghindari Rework”.
Pengaruh Independent Variabel (X) Terhadap Dependent Variabel (Y)
Tujuan kedua dari penelitian ini akan dibahas dengan menentukan persamaan regresi antara
variabel independent dengan variabel
dependent (x) melalui pengujian regresi berganda. Hasil yang diperoleh disajikan sebagai berikut:
Tabel 9
Nilai Koefisien Determinansi
Tabel 10
Hasil Uji Variansi Persamaan Regresi
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2015
Tabel 11
Nilai Koefisien Regresi
Hasil rekapitulasi pada tabel diatas
menunjukkan bahwa secara keseluruhan
faktor 1 dan faktor 2 sangat menentukan untuk mendapatkan pekerjaan yang baik tanpa terjadinya rework yang terjadi adalah sebesar 94.9% dan sisanya 5.1% ditentukan oleh faktor lain diluar dari dua faktor tersebut. Untuk tingkat signifikansi pengaruh yang ditimbulkan oleh dua faktor secara bersama-sama atau simultan terlihat dari hasil uji F yang diperoleh. Hasil uji F yang diperoleh sebesar 40.659. Sementara untuk standar F pada α = 5% (n-k-1) dimana n adalah jumlah sampel (70), k adalah jumlah variabel (2 variabel) diperoleh nilai 3.07. Dari dua nilai F yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa F1 dan F2 memiliki pengaruh yang signifikan karena F hitung > F tabel. Selanjutnya untuk melihat signifikansi masing-masing faktor terhadap rework ditentukan berdasarkan nilai t hitung yang diperoleh. Untuk penelitian ini t tabel adalah sebesar 1.65 dengan nilai α=0.05, jika dibandingkan dengan nilai t hasil perhitungan maka disimpulkan seluruh faktor berpengaruh signifikan terhadap terjadinya rework. Dari dua faktor tersebut dapat
diurutkan berdasarkan level signifikan
terbesar hingga terkecil yaitu :
• F1 (Penggunaan Bahan dan Ketersediaan
Jadwal Pekerjaan) memiliki signifikansi pengaruh paling tinggi dengan nilai t = 0.60.
• F2 (design yang tidak tepat) sebesar 0.535
Berdasarkan nilai parameter yang diperoleh maka dapat dituliskan persamaan regresi yang
terbentuk untuk menjelaskan pengaruh
Penyebab Terjadinya Rework dengan
persamaan sebagai berikut:
Y = 0267 + 0.739F1 + 0.104F2
Dimana :
Y : Rework Pada Pekerjaan
F1 : Penggunaan Bahan dan Ketersediaan
Jadwal Pekerjaan
F2 : Design yang tidak tepat
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Faktor-faktor dominan yang menyebabkan
terjadinya rework pada pekerjaan
konstruksi di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci yang semula dijelaskan oleh tiga fungsi diantaranya desain dan komunikasi, kepemimpinan serta sumber daya menjadi dua faktor setelah dilakukan
pembahasan, faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
• Penggunaan Bahan dan Ketersediaan
Jadwal Pekerjaan
• Design yang tidak tepat
2. Secara keseluruhan kedua faktor yang
ditemukan memiliki penyebab pada
terjadinya rework 94.9% dan sisanya ditentukan oleh faktor lain sebesar 5.1%.
Masing-masing penyebab memiliki
pengaruh secara parsial adalah sebagai berikut:
• Penggunaan Bahan dan Ketersediaan
Jadwal Pekerjaan sebesar 0.60
• Design yang tidak tepat sebesar 0.535
•
1.9 Saran
1. Oleh karena masih ditemukan penyebab dari faktor lain selain dari dua yang ditemukan pada penelitian ini, maka
sebaiknya kedepan diperlukan suatu
analisis tambahan untuk mengenali secara pasti kontribusi dari faktor lain sehingga rework yang terjadi dapat ditekan seefektif mungkin.
2. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Kerinci, sebaiknya melakukan upaya perbaikan pada beberapa aspek yang ditemukan salah satunya adalah dengan mengendalikan pekerjaan tersebut melalui mekanisme evaluasi yang memadai.
Referensi
Abdul-Rahman, H., The Cost of Non-conformance during a Highway Project:
A Case Study, Construction
Management and Economics, 1995 Ayininuola, GM & Olalusi, O.O (2004).
Assessment of building failures in Nigeria: Lagos and Ibadan case study. African Journal of Science and Technology (AJST), Science and Engineering Series vol. 5, no.1, pp.
73-78.http://www.ansti.org
Barber, P., Sheath, D., Tomkins, C., and Graves, A., The Cost of Qaulity Failures in Major Civil Engineering Projects, International Journal of Quality and Reliability Management, 2000
Burati, J.L., Farrington, J.J., and Ledbetter, W.B., Causes of Quality Deviations in Design and Construction, Journal of
Construction Engineering and
Management, 1992
Carper, Kenneth L. ed. 1989.Forensic
Engineering.Elsevier Science
Publishers. New York.
Chan, D.W.M and Kumaraswamy, M.M., A Comparative Study of Causes of Time Overruns in Hong Kong Construction Projects, International Journal of Project Management, 1997
Eldukair, ZA & Ayyub, BM 1991). Analysis
of recent US structural and
constructional failures. Journal of Performance of Construction Facilities. vol 5, no.1
Ervianto, Wulfram.2009. Manajemen Proyek Konstruksi. Andi. Yogyakarta.
Ghozali.2005.Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
G.S. Birdie, Ram Chandra DAS, 1988, IrrigationEngineering, Dhanpat Rai & SONS.
Husen. 2009. Manajemen Proyek, Andi. Yogyakarta
Love, P.E.D., Influence of Project Type and Procurement Method on Rework Cost in Building Construction Projects, Journal of Construction Engineering and Management, 2002
Love, P.E.D., Auditing the Indirect
Consequences of Rework in
Construction: A Case Based Approach, Managerial Auditing Journal,
Porteous, WA (1992). Identification, Evaluation, And Clasification of Building Failures. Victoria University of Wellington.
http:\\researcharchive.vuw.ac.
P. Novak, AIB Moffat & C Nalluri, 1990, Hydraulic Structure, Unwin Hyman, London.
Rits,G.J, Total Engineering Project Manajement,1 edition 1990.
R.S. Varshney, Gupta 1979, Theory & Design of Irrigation Structure Volume II, NEM Chand & Bros Roorkel.
Ray K Linslay, Joseph B Franzui, Djoko Sasongko, 1986, Teknik Sumber Daya Air,Erlangga.
Sudjarwadi, 1992,Dasar-dasar Teknik Irigasi, Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik, Universitas Gajah Mada.
Suyono Sosrodarsono, Kensaku Takeda, 1992, Bendungan Tipe Urugan, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
USBR, 1974,Design of Small Dam, Oxford & IBN Publishing Co., New Delhi, India Yates, JK. & Lockley, EE.(2002).
Documenting and analyzing
construction failures. Journal of
construction engineering and