1 - Volume 4, No. 4, November 2015
PENGARUH PEMAHAMAN ATAS SISTEM AKUNTANSI
KEUANGAN DAERAH DAN PERAN PENGAWAS
FUNGSIONAL TERHADAP EFEKTIVITAS PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH
(Studi pada Satuan Kerja Perangkat Aceh di Pemerintah Aceh)
Fadri Yanti1, Hasan Basri2, Muhammad Arfan3
1) Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2) Prodi Magister Akuntansi Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh 23111, Indonesia
fadriy@yahoo.co.id
Abstract: This study aimed to examine the influence of the understanding of the local financial accounting system and the role of the functional control (either simultaneously or partially) on the effectiveness of the local financial management (a study at Aceh work units of the Government of Aceh). This is a hypothesis testing research which was based on the data collected by means of questionnaires and analysed by using multiple linear regressions. The population comprised 48 Finance Administration Officers (PPK) of SKPA of the Aceh Government. The data analysis was carried out by using SPSS (Statistical Package for Social Science) version 20. The results show that (1) the understanding of local financial accounting system and the role of functional control simultaneously have an influence on the effectiveness of the local financial management of the Aceh Government, (2) the understanding of local financial accounting system has a positive influence on the effectiveness of the local financial management of the Aceh Government, and (3) the role of functional control has a positive influence on the effectiveness of the local financial management of the Aceh Government.
Keywords: Effectiveness of Local Financial Management, Local Financial Accounting System, and Role of Functional Control.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemahaman atas sistem akuntansi keuangan daerah dan peran pengawas fungsional (baik secara simultan maupun parsial) terhadap efektivitas pengelolaan keuangan daerah (studi pada Satuan Kerja Perangkat Aceh di Pemerintah Aceh). Penelitian ini merupakan hypothesis testing research dengan pengujian menggunakan regresi linear berganda dari data yang dikumpulkan melalui kuisioner. Populasi penelitian merupakan 48 Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) SKPA yang ada di Pemerintah Aceh. Analisis data dilakukan menggunakan SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pemahaman atas sistem akuntansi keuangan daerah dan peran pengawas fungsional secara bersama-sama berpengaruh terhadap efektivitas pengelolaan keuangan daerah pada Pemerintah Aceh, (2) pemahaman atas sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif terhadap efektivitas pengelolaan keuangan daerah pada Pemerintah Aceh, dan (3) peran pengawas fungsional berpengaruh positif terhadap efektivitas pengelolaan keuangan daerah pada Pemerintah Aceh.
Kata Kunci: Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah, Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, dan Peran Pengawas Fungsional.
PENDAHULUAN
Salah satu aspek dari pemerintah daerah yang harus diatur secara hati-hati adalah masalah pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah berdasarkan pada Undang-undang No. 32 Tahun 2004 bertumpu
Volume 4, No. 4, November 2015 - 2 dilaksanakan pemerintah daerah dalam
mengelola keuangan daerahnya (Saleba, 2014). Efektivitas diukur berdasarkan seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Bastian, 2006).
Apabila hasil suatu layanan telah mencapai dampak yang diharapkan atau ditargetkan melalui perbandingan antara outcome dengan output maka dapat dikatakan organisasi tersebut telah berjalan dengan efektif (Harimurti,2004). Efektivitas pengelolaan keuangan daerah dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu: 1) penyelesaian kegiatan tepat pada waktunya, seperti pengesahan anggaran untuk SKPA dan penyampaian laporan keuangan tepat waktu; 2) penyelesaian kegiatan dalam batas anggaran yang tersedia; dan 3) pencapaian tujuan dan sasaran sesuai dengan rencana, seperti tingginya persentase daya serap (realisasi) APBA serta adanya peningkatan opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) menjadi Wajar Tanpa Pengecualian (Halim, 2004).
Pada Pemerintah Aceh, pengelolaan keuangan daerah sudah berstruktur SKPA, namun sampai tahun anggaran 2013, Pemerintah Aceh masih mengalami keterlambatan dalam pengesahan anggaran untuk SKPA. Keterlambatan pengesahan anggaran ini telah berdampak pada rendahnya daya serap APBA. Hal ini membuktikan ketidakmampuan Pemerintah Aceh dalam merealisasikan anggaran secara optimal, sehingga beberapa kegiatan yang telah
direncanakan belum dapat diselesaikan tepat waktu dan sesuai dengan batas anggaran yang tersedia (LKPD Pemerintah Aceh Tahun Anggaran 2013). Kemudian, meskipun LKPD Pemerintah Aceh untuk tahun anggaran 2013 telah dapat disampaikan tepat waktu, namun berdasarkan laporan hasil pemeriksaan BPK-RI Perwakilan Provinsi Aceh atas LKPD Pemerintah Aceh untuk tahun anggaran 2013 masih memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (BPK RI, 2014). Fenomena inilah yang menunjukkan bahwa tata kelola keuangan daerah pada SKPA di Pemerintah Aceh belum diselenggarakan dengan efektif.
Hasil-hasil penelitian sebelumnya menemukan beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap efektivitas pengelolaan keuangan daerah. Fariky (2013) menemukan bahwa pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh signifikan terhadap kinerja pengelolaan keuangan daerah. Kemudian, Mardiana (2011) menyatakan bahwa pengawasan fungsional berpengaruh signifikan terhadap efektivitas pengelolaan keuangan daerah, dimana dengan adanya pengawasan fungsional dalam pengelolaan keuangan daerah, maka akan mampu meningkatkan efektivitas pengelolaan keuangan daerah.
3 - Volume 4, No. 4, November 2015 tinjauan pustaka, kemudian menjelaskan metode penelitian yang digunakan. Setelah itu, dilanjutkan dengan diskusi hasil temuan penelitian, dan terakhir kesimpulan dan saran.
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah
Efektivitas diukur berdasarkan seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Bastian, 2006). Menurut Mardiasmo (2004:105) efektivitas berarti bahwa “penggunaan anggaran harus mencapai target-target atau tujuan kepentingan publik”. Apabila hasil suatu layanan telah mencapai dampak yang diharapkan atau ditargetkan melalui perbandingan antara outcome dengan output maka dapat dikatakan organisasi tersebut telah berjalan dengan efektif (Harimurti,2004). Menurut Halim (2004:74) efektivitas dalam pengelolaan keuangan daerah dapat diartikan “penyelesaian kegiatan tepat pada waktunya dan di dalam batas anggaran yang tersedia, dapat berarti pula mencapai tujuan dan sasaran seperti apa yang telah direncanakan”.
Menurut Pradita (2010) indikator yang digunakan untuk menilai efektivitas pengelolaan keuangan daerah di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah: 1) Penyelesaian kegiatan tepat waktu, mengacu pada ketaatan jadwal penyelesaian tugas yang sudah ditetapkan; 2) Penyelesaian kegiatan sesuai batas anggaran yang tersedia, mengacu
pada jumlah pengeluaran untuk penyelesaian kegiatan telah sesuai dengan jumlah yang dianggarkan; dan 3) Pencapaian tujuan dan sasaran sesuai dengan rencana, mengacu pada tercapainya target pendapatan yang telah ditetapkan serta melakukan pengeluaran dengan menggunakan prinsip hemat, tidak mewah, efektif, dan efisien.
Efektivitas merupakan salah satu sistem penilaian yang dapat digunakan oleh suatu organisasi (lembaga) untuk mengukur keberhasilan dari suatu kegiatan yang telah dilaksanakan. Beberapa penelitian-penelitian sebelumnya telah menganalisis beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas pengelolaan keuangan daerah, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Fariky (2013) yang memberikan bukti empiris bahwa pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh signifikan terhadap kinerja pengelolaan keuangan daerah.
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari struktur dan proses. Sedangkan akuntansi menjelaskan proses pengidentifikasian, pengukuran dan pengkomunikasian informasi keuangan tentang entitas ekonomi kepada para pemakai yang berkepentingan (Nordiawan, 2007).Jadi, sistem akuntansi keuangan diciptakan untuk menangani sesuatu yang berulangkali atau secara rutin terjadi untuk menyediakan informasi keuangan.
Volume 4, No. 4, November 2015 - 4 menyatakan, sistem akuntansi pemerintahan
daerah meliputi serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer. Menurut Qanun Aceh Nomor 1 Tahun 2008, “Sistem Akuntansi Pemerintah Aceh sekurang-kurangnya meliputi prosedur akuntansi penerimaan kas, prosedur akuntansi pengeluaran kas, prosedur akuntansi asset, dan prosedur akuntansi selain kas”.
Pemahaman atas SAKD yang baik, akan menghasilkan penatausahaan keuangan daerah yang memiliki akurasi dan akuntabilitas yang tinggi sehingga pengelolaan keuangan daerah dapat berjalan dengan efektif (Pradita, 2010). Ini artinya bahwa pemahaman atas sistem akuntansi keuangan daerah akan berpengaruh positif terhadap efektivitas pengelolaan keuangan daerah.
Pengawasan Fungsional
Untuk mendeteksi pengelolaan keuangan daerah telah sesuai dengan rencana yang ditetapkan diperlukan adanya pengawasan fungsional. Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktivitas yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. pengawasan pada pemerintah daerah diperankan oleh Inspektorat, yang melakukan pengawasan secara fungsional terhadap jalannya pemerintahan daerah, khususnya mengenai pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah agar dapat memenuhi tujuan
efektivitas dalam pengelolaan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Peran Pengawas Fungsional
Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008, menyatakan bahwa “pengawasan fungsional dilakukan melalui: (1) Audit; (2) Reviu; (3) Evaluasi, yang mengacu pada kegiatan membandingkan hasil atau prestasi suatu kegiatan dengan standar, rencana atau norma yang telah ditetapkan; (4) Pemantauan, yang mengacu pada penilaian kemajuan suatu program atau kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan; dan (5) Kegiatan pengawasan lainnya, seperti sosialisasi mengenai pengawasan, pembimbingan dan konsultasi, pengelolaan hasil pengawasan, dan pemaparan hasil pengawasan”. Oleh karena itu, semakin sering dilakukannya pengawasan oleh Inspektorat, maka akan semakin meningkat pula efektivitas pengelolaan keuangan daerah.
Hasil penelitian Mardiana (2011) menunjukkan adanya pengaruh dari pengawasan fungsional terhadap pengelolaan keuangan daerah. Hal serupa juga dikemukakan oleh Andyani, Anisa (2012), yang mengungkapkan bahwa pengawasan fungsional memiliki peranan positif dalam pelaksanaan APBD. Hasil penelitian Suhaili (2012) juga menunjukkan peran auditor internal pemerintah berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan daerah.
5 - Volume 4, No. 4, November 2015 Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
H1: Pemahaman atas SAKD berpengaruh
positif terhadap efektivitas pengelolaan
keuangan daerah pada SKPA di
Pemerintah Aceh.
H2: Peran pengawas fungsional
berpengaruh positif terhadap efektivitas
pengelolaan keuangan daerah pada
SKPA di Pemerintah Aceh.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis yang bertujuan untuk menguji pengaruh variabel pemahaman atas sistem akuntansi keuangan daerah dan peran pengawas fungsional terhadap efektivitas pengelolaan keuangan daerah di Pemerintah Aceh. Tipe hubungan dalam penelitian ini adalah studi kausalitas (causal relationship’s study), yaitu tipe hubungan yang menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Sekaran & Bougie, 2010). Unit Analisis adalah tingkat organisasional yaitu seluruh kantor, dinas dan badan yang ada di pemerintah Aceh, sedangkan horizon waktu yang digunakan adalah cross-sectionalstudies.
Populasi dalam penelitian ini yaitu Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA) di Pemerintahan Aceh. Menurut Kuncoro (2009), “populasi adalah kelompok elemen yang lengkap yang biasanya berupa orang, objek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian” (p.118). Responden penelitiannya adalah Pejabat Penatausahaan Keuangan atau Kasubbag Keuangan SKPA yang berjumlah 48 responden. Maka penelitian ini menggunakan metode sensus. Sumber data yang digunakan adalah primer, pengumpulan data dilakukan melalui kuisioner.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan SPSS (Statistical Package for Social Science). Data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner perlu untuk diuji, baik validitas maupun reliabilitas. Uji validitas dimaksudkan untuk menguji data tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian (Sugiyono, 2012). Teknik pengujian validitas menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson. sedangkan uji reliabilitas dimaksudkan untuk menguji konsistensi instrumen kuisioner dalam mengukur suatu konstruk yang sama atau stabilitas kuisioner jika digunakan dari waktu ke waktu (Ghozali,
2013). Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Cronbach alpha masing-masing instrumen.
Teknik analisis data pada pengujian hipotesis menggunakan pengujian analisis Pemahaman
atas Sistem Akuntansi Keuangan Daearah
Peran Pengawas Fungsional
Efektivitas Pengelolaan
Volume 4, No. 4, November 2015 - 6 regresi linear berganda yang merupakan teknik
statistik yang digunakan untuk menguji pengaruh antara dua atau lebih variabel dan untuk melihat pengaruh secara bersama-sama dan parsial. Persamaan model empiris yang digunakan dalam meneliti pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, yaitu:
Y = + 1X1 + 2 X 2 + ε
Hasil uji regresi dengan menggunakan bantuan software SPSS adalah seperti pada Tabel 1.
Tabel 1
Hasil Regresi Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen
Sumber: Data primer, 2015 (diolah)
Berdasarkan Tabel 1, diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut:
Y = 1.011 + 0.157X1 + 0.590X2+ ε
Nilai konstanta yaitu 1.011, angka ini menunjukkan bahwa apabila faktor-faktor pemahaman atas SAKD (X1) dan peran
pengawas fungsional (X2) dianggap konstan,
maka besarnya efektivitas pengelolaan
keuangan daerah pada SKPA di Pemerintah Aceh adalah sebesar 1.011 satuan pada skala interval.
Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
0.564, dapat diartikan bahwa variasi efektivitas pengelolaan keuangan daerah dapat dijelaskan oleh variasi pemahaman atas SAKD dan peran pengawas fungsional sebesar 56.4%, sedangkan selebihnya sebesar 43.6% lagi dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Hasil Pengujian Secara Bersama-Sama
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa semua koefisien regresi (β) untuk masing-masing variabel independen tidak sama dengan nol, yaitu koefisien regresi pemahaman atas SAKD (β1) sebesar 0.157 dan koefisien
regresi peran pengawas fungsional (β2) sebesar
0.590. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis yaitu jika 1 = 2 = 0 : H0 diterima dan
jika paling sedikit ada satu i (i = 1,2) ≠ 0 : H0
ditolak, dimana variabel peran pengawas fungsional (X2) mempunyai pengaruh dominan
terhadap peningkatan efektivitas pengelolaan keuangan daerah pada Pemerintah Aceh,
Persamaan regresi linear berganda Y = 1.011 + 0.157X1 + 0.590X2+ ε
Koefsien korelasi (R) = 0.751a
Koefisien determinasi (R2) =0.564
7 - Volume 4, No. 4, November 2015 dengan persentase koefisien regresi 59%, dan variabel pemahaman atas SAKD (X1) sebesar
15.7%. Oleh karena itu, hasil penelitian ini menolak hipotesis nol (H0) dan menerima
hipotesis alternatif (Ha). Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa pemahaman atas SAKD dan peran pengawas fungsional secara bersama-sama berpengaruh terhadap efektivitas pengelolaan keuangan daerah. Hasil tersebut dapat diterapkan oleh SKPA untuk memperhatikan kedua variabel independen tersebut dalam meningkatkan efektivitas pengelolaan keuangan daerah pada SKPA.
Hasil Pengujian Secara Parsial
Seperti ditunjukkan dalam Tabel 1 bahwa nilai koefisien regresi pemahaman atas SAKD (X1) terhadap efektivitas pengelolaan keuangan
daerah (Y) adalah sebesar 0.157 (β1=0.157≥0).
Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis yaitu jika β1 < 0 : H0diterima dan jika β1 ≥ 0 :
H0 ditolak. Oleh karena itu, hasil penelitian ini
menolak hipotesis nol (H0) dan menerima
hipotesis alternatif (Ha). Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa pemahaman atas SAKD berpengaruh positif terhadap efektivitas pengelolaan keuangan daerah pada Pemerintah Aceh. Nilai koefisien regresi pemahaman atas SAKD sebesar 0.157 menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan pemahaman atas SAKD sebesar 1satuan pada skala interval akan mengakibatkan peningkatan terhadap efekivitas pengelolaan keuangan daerah sebesar 0.157 satuan pada skala interval, dengan asumsi variabel peran pengawas fungsional (X2) adalah
konstan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Onumah dan Simpson (2008), Pradita (2010), dan Fariky (2013) yang menyatakan bahwa pemahaman mengenai SAKD berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pemahaman atas SAKD merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan keuangan daerah pada SKPA di Pemerintah Aceh.
Dalam Tabal 1 juga ditunjukkan bahwa nilai koefisien regresi peran pengawas fungsioanal (X2) terhadap efektivitas
pengelolaan keuangan daerah (Y) adalah sebesar 0.590 (β2=0.590≥0). Kriteria
penerimaan dan penolakan hipotesis yaitu jika β2 < 0 : H0diterima dan jika β2≥ 0 : H0 ditolak.
Oleh karena itu, hasil penelitian ini menolak hipotesis nol (H0) dan menerima hipotesis
alternatif (Ha). Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa peran pengawas fungsional berpengaruh positif terhadap efektivitas pengelolaan keuangan daerah pada Pemerintah Aceh. Nilai koefisien regresi peran pengawas fungsioanal sebesar 0.590 menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan peran pengawas fungsional sebesar 1satuan pada skala interval akan mengakibatkan peningkatan terhadap efekivitas pengelolaan keuangan daerah sebesar 0.59 satuan pada skala interval, dengan asumsi variabel pemahaman atas SAKD (X1) adalah
Volume 4, No. 4, November 2015 - 8 bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
pengawasan inspektorat daerah dengan pengelolaan keuangan daerah. Oleh karena itu, Pemerintah Aceh dan pengawas fungsional harus mempertimbangkan variabel ini dalam rangka meningkatkan efektivitas pengelolaan keuangan daerah di SKPA.
Pengaruh Pemahaman atas SAKD dan
Peran Pengawas Fungsional secara
Bersama-sama terhadap Efektivitas
Pengelolaan Keuangan Daerah pada SKPA Pemerintah Aceh
Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien regresi βi (i=1,2) ≠ 0, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pemahaman atas sistem akuntansi keuangan daerah dan peran pengawas fungsional secara bersama-sama berpengaruh terhadap efektivitas pengelolaan keuangan daerah pada SKPA di Pemerintah Aceh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan efektivitas pengelolaan keuangan daerah pada SKPA di Pemerintah Aceh memerlukan adanya peningkatan pemahaman atas sistem akuntansi keuangan daerah dan peran pengawas fungsional secara bersamaan. Semakin besar pemahaman atas sistem akuntansi keuangan daerah dan peran pengawas fungsional, maka akan semakin efektif pengelolaan keuangan daerah pada SKPA di Pemerintah Aceh.
Pengaruh Pemahaman atas SAKD
terhadap Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah pada SKPA Pemerintah Aceh
Hasil pengujian secara parsial menunjukkan nilai koefisien regresi β1 ≥ 0,
yaitu sebesar 0,157 yang berarti bahwa setiap
kenaikan pemahaman atas SAKD sebesar 1 (satu) satuan pada skala interval maka akan diikuti oleh kenaikan efektivitas pengelolaan keuangan daerah pada SKPA di Pemerintah Aceh sebesar 0,157 satuan pada skala interval, dengan asumsi variabel independen lainnya tetap (konstan). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemahaman atas SAKD berpengaruh positif terhadap efektivitas pengelolaan keuangan daerah di SKPA. Ini artinya semakin baik pemahaman atas SAKD oleh pengelola keuangan daerah di SKPA, maka akan semakin efektif pengelolaan keuangan daerah di SKPA tersebut. Apabila pengelolaan keuangan daerah dilingkungan SKPA Pemerintah Aceh sudah semakin efektif maka akan semakin efektif pula pengelolaan keuangan daerah Pemerintah Aceh.
Pengaruh Peran Pengawas Fungsional
terhadap Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah pada SKPA Pemerintah Aceh
Hasil penelitian secara parsial menunjukkan nilai koefisien regresi untuk β2 ≥
0, yaitu sebesar 0,59, yang artinya peran pengawas fungsional berpengaruh positif terhadap efektivitas pengelolaan keuangan daerah pada SKPA di Pemerintah Aceh. Jadi setiap peningkatan peran pengawas fungsional sebesar 1 (satu) satuan pada skala interval maka akan diikuti oleh peningkatan efektivitas pengelolaan keuangan daerah di SKPA sebesar 0,59 satuan pada skala interval.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
9 - Volume 4, No. 4, November 2015 dapat disimpulkan bahwa, pemahaman atas SAKD dan peran pengawas fungsional secara bersama-sama berpengaruh terhadap efektivitas pengelolaan keuangan daerah pada SKPA di Pemerintah Aceh. Secara parsial, pemahaman atas SAKD dan peran pengawas fungsional berpengaruh positif terhadap efektivitas pengelolaan keuangan daerah.
Saran
Rekomendasi yang dapat diberikan adalah: (1) Untuk lebih meningkatkan efektivitas pengelolaan keuangan daerah di SKPA, para pengelola keuangan terutama PPK-SKPA diharapkan agar senantiasa meningkatkan pemahamannya tentang SAKD melalui berbagai pendidikan dan pelatihan mengenai pengelolaan keuangan daerah; (2) Dalam usaha meningkatkan pengelolaan keuangan daerah agar menjadi semakin efektif, Pengawas fungsional Inspektorat Aceh diharapkan lebih berperan lagi dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan keuangan di SKPA, dimana dengan berjalannya pelaksanaan pengawasan sebagaimana mestinya, maka diharapkan Laporan Keuangan Pemerintah Aceh (LKPA) tetap akan dapat diselesaikan tepat waktu dan dapat memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK; (3) Disarankan untuk penelitian selanjutnya menggunakan variasi variabel lain yang mungkin berpengaruh terhadap efektivitas pengelolaan keuangan daerah untuk melihat pengaruhnya, seperti: pemanfaatan teknologi informasi akuntansi, penerapan SPIP,
kompetensi SDM, dan lain-lain.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Andyani, A. (2012). Peranan Pengawasan
Fungsional terhadap Efektivitas
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Sukabumi. Thesis Telah Dipublikasikan. Universitas Kristen Maranatha.
http://repository.maranatha.edu
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. (2014, Juni 16). Opini WDP untuk Laporan Keuangan Pemerintah Aceh Tahun Anggaran 2013. Siaran Pers:
Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi Aceh. http://bandaaceh.bpk.go.id Bastian. (2006). Akuntansi Sektor Publik: Suatu
Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Fariky. (2013). Pengaruh Pemahaman Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah,
Penatausahaan Keuangan Daerah, dan
Pengawasan Inspektorat Daerah
terhadap Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah (Studi pada SKPD Kabupaten
Nagan Raya). Tesis. Banda Aceh:
Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala.
Fitrie, S. (2008). Pengelolaan Keuangan Daerah Perspektif Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 pada Pemerintah Kota
Binjai. Tesis. Medan. Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Halim, A. (2004). Seri Bunga Rampai.
Manajemen Keuangan Daerah. Edisi
Revisi. Jakarta: Salemba Empat.
Harimurti. (2004). Problematika Suatu Instansi Pemerintah dalam Menyusun Indikator Kinerja: Tinjauan dari Dimensi Value For Money. JAKSP, Vol.05, No.02, Agustus 2004.
Volume 4, No. 4, November 2015 - 10 Erlangga.
Mardiana, D. (2011). Pengaruh Kinerja Pegawai dan Pengawasan Fungsional
terhadap Efektivitas Pengelolaan
Keuangan Daerah (Survey pada
Inspektorat Kota Bandung). Universitas Komputer Indonesia.
Mardiasmo. (2004). Otonomi dan Manajemen
Keuangan Daerah. Edisi Kedua.
Yogyakarta: Andi.
Nordiawan, D. (2007). Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat.
Onumah, J.M., & Samuel, N.Y.S. (2008). The Accounting Discipline and The Government Budgeting Concept.
International Journal of Governmental Financial Management, Vol.08, No.02: 1-18.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
Pradita, G. (2010). Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) terhadap
Efektivitas Pengelolaan Keuangan
Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis.
Qanun Aceh Nomor 1 Tahun2008 tentang
Pengelolaan Keuangan Aceh.
Diperbanyak oleh Sekretariat DPRA Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2008
Saleba, S.N. (2014). Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Kompetensi Sumber Daya Manusia
terhadap Efektivitas Pengelolaan
Keuangan Daerah Pada DPPKAD
Kabupaten Gorontalo. http://
repository.unhas.ac.id .
Sekaran, U., & Roger, B. (2010). Research Methods for Business. Fifth Editions. Wiley
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Suhaili. (2012). Pengaruh Penerapan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah dan
Peran Auditor Internal Pemerintah