V-1 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
5.1.
ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN
Tabel 5. 1 Arahan RTRW Kabupaten Ponorogo untuk Bidang Cipta Karya
ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG
1. KAWASAN LINDUNG
a. Kawasan hutan lindung; seluas kurang lebih 16.987
Kecamatan Pudak; Kecamatan Pulung; Kecamatan Jenangan; Kecamatan Ngebel; Kecamatan Sawoo; Kecamatan Ngrayun; Kecamatan Slahung; Kecamatan Bungkal; Kecamatan Sambit; Kecamatan Mlarak; Kecamatan Siman; Kecamatan Balong; Kecamatan Jambon; Kecamatan Badegan; Kecamatan Sampung; dan Kecamatan Sukorejo.
b. kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
c. kawasan perlindungan setempat;
d. kawasan suaka alam, cagar budaya dan pelestarian alam;
Cagar alam merupakan kawasan lindung yang ditetapkan fungsinya untuk menjaga kelestarian kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya secara alami meliputi Cagar Alam Sigogor di Kecamatan Ngebel dengan luas kurang lebih 190,5 Ha (seratus sembilan puluh koma lima hektar) dan Cagar Alam Gunung Picis di Kecamatan Ngebel dengan luas kurang lebih 27,9 Ha (duapuluh tujuh koma sembilan hektar).
Cagar Budaya berupa benda cagar budaya, meliputi: i. kawasan Masjid dan Makam Kyai Hasan Besari Tegal
Sari di Kecamatan Jetis;
ii. kawasan Makam Batoro Kathong di Kecamatan Jenangan;
iii. kawasan Situs Purbakala Sukosewu di Kecamatan Sukorejo;
iv. kawasan Makam Raden Jayengrono di Kecamatan Pulung;
v. kawasan Astana Srandil di Kecamatan Jambon; dan vi. Kawasan makam Prabu Joyonegoro di Kecamatan
Slahung.
1. Rencana Sistem Pusat Kegiatan; a. Sistem perkotaan meliputi:
penetapan pusat - pusat perkotaan dan wilayah pelayanan;
PKL terdiri dari : PKL Perkotaan Ponorogo dengan wilayah pelayanan meliputi Kecamatan Siman, Kecamatan Babadan, Kecamatan Jenangan, dan Kecamatan Ponorogo;
PKLp terdiri dari : PKLp Perkotaan Jetis dengan wilayah pelayanan meliputi: Kecamatan Jetis, Kecamatan Mlarak, Kecamatan Bungkal, Kecamatan Sambit dan Kecamatan Sawoo;
PKLp terdiri dari : PKLp Perkotaan Pulung dengan wilayah pelayanan meliputi: Kecamatan Sooko, Kecamatan Pulung dan Kecamatan Ngebel dan Kecamatan Pudak
PKLp terdiri dari : PKLp Perkotaan Jambon dengan wilayah pelayanan meliputi : Kecamatan Sampung, Kecamatan Sukorejo, Kecamatan Badegan, Kecamatan Kauman, dan Kecamatan Jambon;
PKLp terdiri dari : PKLp Perkotaan Slahung dengan wilayah pelayanan meliputi: Kecamatan Balong, Kecamatan Slahung dan Kecamatan Ngrayun
PPK terdiri dari : PPK Perkotaan Mlarak, PPK Perkotaan Sawoo, PPK Perkotaan Sambit, PPK Perkotaan Sukorejo, PPK Perkotaan Ngrayun, PPK Perkotaan Badegan, PPK Perkotaan Bungkal, PPK
BAB 5
KETERPADUAN STRATEGI
V-2 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG
e. kawasan bencana alam meliputi:
Kawasan rawan longsor; dan
terdapat di kecamatan-kecamatan yang berada di areal perbukitan meliputi:
a. Kecamatan Ngrayun; b. Kecamatan Sambit; c. Kecamatan Sawooo; d. Kecamatan Sooko; e. Kecamatan Badegan; f. Kecamatan Sampung; g. Kecamatan Bungkal; dan h. Kecamatan Slahung.
Kawasan rawan banjir;
berupa kawasan sekitar DAS Tempuran di Kecamatan Ponorogo yang merupakan daerah pertemuan dari 3 (tiga) sungai.
f. kawasanlindung geologi; merupakan zona kerentanan becana gerakan tanah/tanah longsor, meliputi:
a. Kecamatan Sooko; b. Kecamatan Pudak; c. Kecamatan Ngebel; d. Kecamatan Pulung; e. Kecamatan Ngrayun; f. Kecamatan Bungkal; g. Kecamatan Sawoo; h. Kecamatan Sampung; i. Kecamatan Badegan; j. Kecamatan Balong; k. Kecamatan Slahung; dan
g. kawasan lindung lainnya.
Kawasan lindung pariwisata sebagaimana dimaksud pada dalam ayat (1) meliputi:
a. Telaga Ngebel di Kecamatan Ngebel; b. Air Terjun Plethuk di Kecamatan Sooko; c. Air Terjun Klentheng di Kecamatan Sawoo; d. Mata Air Beji Pager di Kecamatan Bungkal; e. Mata Air Ngembak di Kecamatan Siman; f. Hutan Wisata Kucur di Kecamatan Badegan; dan g. Cagar Alam di Kecamatan Slahung.
Kawasan ruang terbuka hijau perkotaan, meliputi: 1. Taman kota : 77.265 m
Untuk kawasan budidaya wilayah Kabupaten Ponorogo meliputi a. kawasan peruntukan hutan produksi;
Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf a seluas kurang lebih 31.519 ha. (tiga puluh satu ribu lima ratus sembilan belas hektar) tersebar di seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Ponorogo. b. kawasan peruntukan pertanian; meliputi:
Perkotaan Pudak, PPK Perkotaan Babadan, PPK Perkotaan Jenangan, PPK Perkotan Ngebel, PPK Perkotaan Kauman, PPK Perkotaan Balong, PPK Perkotaan Sooko, dan PPK Perkotaan Siman dengan wilayah pelayanannya meliputi wilayah kecamatan yang bersangkutan; dan
PPL perdesaan terdiri dari : PPL Desa Mlarak dan Desa Gontor, Kecamatan Mlarak; PPL Desa Sawoo, Kecamatan Sawoo; PPL Desa Sambit, Kecamatan Sambit; PPL Desa Jetis, Kecamatan Jetis; PPL Desa Balong, Desa Karang Patihan, dan Desa Ngampel, Kecamatan Balong; PPL Desa Slahung, Kecamatan Slahung; PPL Desa Pulosari dan Desa Jambon, Kecamatan Jambon; PPL Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo; PPL Desa Ngrayun, Kecamatan Ngrayun; PPL Desa Badegan, Kecamatan Badegan; PPL Desa Sampung, Kecamatan Sampung; PPL Desa Bungkal, Kecamatan Bungkal; PPL Desa Pudak Kulon, Kecamatan Pudak; PPL Desa Babadan Kecamatan Babadan; PPL Desa Jenangan, Kecamatan Jenangan; PPL Desa Ngebel, Kecamatan Ngebel; PPL Desa Pulung, Desa Pulung Merdiko, dan Desa Sidoharjo, Kecamatan Pulung; PPL Desa Semanding dan Desa Kauman, Kecamatan Kauman; PPL Desa Sooko, Kecamatan Sooko, dan PPL Desa Siman, Kecamatan Siman.
rencana fungsi pusat pelayanan;
PKL Perkotaan Ponorogo dengan fungsi pelayanan kegiatan utama pemerintahan, perdagangan dan jasa, serta pendidikan
PKLp Perkotaan Jetis, dengan fungsi pelayanan dengan kegiatan utama perdagangan dan jasa skala lokal dan pusat pendidikan
PKLp Perkotaan Pulung, dengan fungsi pelayanan sebagai pusat perdagangan dan jasa skala lokal, pusat agropolitan dan pusat kesehatan skala lokal;
PKLp Perkotaan Jambon, dengan fungsi pelayanan sebagai pusat perdagangan dan jasa, dan pusat pengolahan industri batu kapur/gamping; dan
PKLp Perkotaan Slahung, dengan fungsi pelayanan sebagai sub pusat
pengembangan kawasan agropolitan untuk kegiatan off farm dan pusat perdagangan dan jasa skala lokal/kecamatan
pengembangan fasilitas kawasan perkotaan.
PKL Perkotaan Ponorogo,
V-3 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG
Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan meliputi: a.kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan meliputi:
1. Kecamatan Babadan2. Kecamatan Sampung;3. Kecamatan Sukorejo; 4. Kecamatan Jenangan; 5. Kecamatan Ponorogo; 6. Kecamatan Badegan; 7. Kecamatan Kauman; 8. Kecamatan Siman; 9. Kecamatan Jambon; 10. Kecamatan Jetis; 11. Kecamatan Sawoo; 12. Kecamatan Bungkal; dan 13. Kecamatan Slahung. luasan kawasan pertanian sawah irigasi teknis kurang lebih 33.050 Ha (tiga puluh tiga ribu lima puluh hektar), dan luas sawah tadah hujan kurang lebih 1.750 Ha (seribu tujuh ratus lima puluh hektar); dan
sawah beririgasi teknis yang ditetapkan sebagai kawasan pertanian pangan berkelanjutan seluas kurang lebih 25.000 Ha (dua puluh lima ribu hektar).
b.Kawasan peruntukan hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, berupa tegalan (tanah ladang) yang terletak di seluruh kecamatan terutama pada daerah yang kurang mendapatkan air dan mengandalkan air hujan (tadah hujan) dengan luas kurang lebih 6.579 Ha (enam ribu lima ratus tujuh puluh sembilan hektar).
c.Kawasan peruntukan perkebunan meliputi :
kawasan peruntukan perkebunan dengan luas kurang lebih 23.359 Ha (dua puluh tiga ribu tiga ratus lima puluh
sembilan hektar), meliputi:
1. Kecamatan Ngayun; 2. Kecamatan Slahung; 3. Kecamatan Bungkal; 4. Kecamatan Sambit; 5. Kecamatan Sawoo; 6. Kecamatan Pulung; dan 7. Kecamatan Mlarak.
komoditas unggulan kebun campur meliputi tanaman manggis, jeruk, mangga dan durian, pepaya, apel, sukun, duku/langsat, nenas, melinjo, pepaya, petai, sirsak, belimbing, jambu biji, pisang, kelengkeng, jambu air, rambutan, mangga, sawo, jeruk siam/keprok, salak, dan jeruk besar.
d.Kawasan peruntukan peternakan berupa ternak besar dengan komoditas unggulan sapi potong dan sapi perah, meliputi:
a. Kecamatan Kauman; b. Kecamatan Ngebel; c. Kecamatan Pulung; d. Kecamatan Sooko; e. Kecamatan Slahung; dan f. Kecamatan Pudak
c. kawasan peruntukan perikanan; meliputi :
kawasan peruntukan budidaya perikanan;
terletak di Telaga Ngebel dengan luas kurang lebih 403 Ha (empat ratus tiga hektar)
kawasan peruntukan kawasan pengolahan ikan. meliputi pengolahan ikan untuk pariwisata dan konsumsi masyarakat di Kecamatan Ngebel.
d. kawasan peruntukan pertambangan;
(1) Kawasan peruntukan pertambangan meliputi: a.kawasan peruntukan mineral; dan
b. kawasan peruntukan panas bumi. (2) Kawasan peruntukan mineral meliputi :
a.Kawasan peruntukkan pertambangan logam meliputi : 1. emas di Kecamatan Ngebel, Kecamatan Sooko dan
Kecamatan Sawoo;
2. mangaan di Kecamatan Ngrayun, Kecamatan Sooko dan Kecamatan Slahung;
perdagangan skala regional, pusat pelayanan jasa skala regional, fasilitas pendidikan skala kabupaten, fasilitas kesehatan skala kabupaten, fasilitas perkantoran skala Kabupaten, fasilitas olahraga dan kesenian skala Regional - Nasional serta pengem-bangan fasilitas agropolitan;
PKLp Perkotaan Jetis, pengembangan fasilitas yang diarahkan untuk
dikembangkan di Jetis meliputi fasilitas perdagangan skala lokal-kecamatan, fasilitas pendidikan skala regional, dan fasilitas perkantoran skala kecamatan;
PKLp Perkotaan Pulung, pengembangan fasilitas berupa fasilitas perdagangan skala kabupaten, pasar agribisnis, fasilitas pelayanan jasa skala kecamatan fasilitas pendidikan skala kecamatan, dan pusat industri/pemasaran hasil pertanian;
PKLp Perkotaan Jambon, pengembangan fasilitas berupa perdagangan skala kecamatan, fasilitas pelayanan jasa skala kecamatan, fasilitas pendidikan skala kecamatan, fasilitas kesehatan skala kecamatan, dan fasilitas perkantoran skala kecamatan; dan
PKLp Perkotaan Slahung, pengembangan fasilitas berupa fasilitas perdagangan skala kecamatan, fasilitas pendidikan skala Kecamatan, fasilitas peribadatan skala kecamatan, fasilitas perkantoran skala kecamatan.
b. Sistem perdesaan meliputi:
pusat pelayanan antar desa;
pusat pelayanan setiap desa; dan
pusat pelayanan pada setiap dusun atau kelompok permukiman
(1). Rencana pengembangan potensi pedesaan pengembangan kawasan perdesaan berbasis hasil perkebunan pada wilayah pengembangan kawasan Agropolitan Kecamatan Babadan, Kecamatan Jenangan, Kecamatan Pulung, Kecamatan Slahung, Kecamatan Balong, Kecamatan Sukorejo, dan dijadikan sebagai pengembangan pusat pengolahan hasil pertanian, serta peningkatan pertanian berbasis Agropolitan pada kawasan pendukung.
(2). Rencana pengembangan kawasan agropolitan secara hierarki meliputi:
Pusat pengembangan kawasan agropolitan, berada di Kecamatan Ponorogo dan Kecamatan Ngebel; dan
V-4 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG
3. tembaga di Kecamatan Slahung dan Kecamatan Ngrayun; dan
4. zeng di Kecamatan Slahung.
b. Kawasan peruntukan pertambangan non logam dan batuan meliputi :
1. rijang/chert/batu api terdapat di Kecamatan Slahung; 2. batu gamping berada di Kecamatan Soogo, Kecamatan
Sampung, Kecamatan Slahung, Kecamatan Sawoo dan Kecamatan Badegan;
3. bentonit di Kecamatan Slahung dan Kecamatan Ngrayun;
4. gipsum terdapat di Kecamatan Slahung dan Kecamatan Pulung;
5. Kaolin terdapat di Kecamatan Slahung;
6. batuan beku terdapat di Kecamatan Sawoo, Kecamatan Ngebel dan Kecamatan Ngrayun;
7. sirtu/batuan kerikil terdapat di Kecamatan Sambit, Kecamatan Jenangan, Kecamatan Slahung, Kecamatan Siman, Kecamatan Kauman dan Kecamatan Badegan; dan
8. trast terdapat di Kecamatan Ngebel, Kecamatan Pulung, Sawoo, Kecamatan Slahung dan Kecamatan Jenangan.
c.Kawasan peruntukan panas bumi meliputi Panas Bumi Geothermal di Kecamatan Ngebel.
e. kawasan peruntukan industri; meliputi: 1. Industri Kecil dan Menengah (IKM); dan
Kawasan peruntukan Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang telah berkembang meliputi :
a. industri pengolahan getah pohon di Kecamatan Sooko; b. industri pengolahan kayu putih dan terpentin di kecamatan Pulung; c. industri etanol di Kecamatan Ngebel;
d. industri pipa beton di Kecamatan Pulung; dan e. industri pengolahan produk pertanian di Kecamatan Ngebel dan Kecamatan Ponorogo.
2. Industri Rumah Tangga.
Kawasan peruntukan industri rumah tangga meliputi : a. industri meubel di Kecamatan Pulung;
b. kerajinan peralatan rumah tangga di Kecamatan Sawoo; c. industri pembuatan genteng di Kecamatan Pulung; dan d. kerajinan emas di Kecamatan Pulung, Kecamatan Sokoo
dan Kecamatan Ngebel. f. kawasan peruntukan pariwisata;
(1) Kawasan peruntukan pariwisata meliputi: a. kawasan peruntukan pariwisata alam; dan b. kawasan peruntukan pariwisata budaya. (2)Kawasan peruntukan pariwisata alam meliputi:
a. Kawasan Telaga Ngebel di Kecamatan Ngebel;
b. Kawasan Sendang Tirtowaluyo Jatiningsih di Kecamatan Sooko;
c. Kawasan Air Terjun Toyamarto dan Air Terjun Pelatuk di Kecamatan Ngebel;
d. Kawasan Hutan pada di Kecamatan Pudak; e. Waduk Bendo di Kecamatan Sawoo; dan f. Agrowisata di Kecamatan Ngebel dan Kecamatan
Ponorogo.
(3)Kawasan peruntukan pariwisata budaya meliputi: a. Kawasan Larungan dan Kirab Pusaka di Kecamatan
Ponorogo meliputi Kecamatan Babadan, Sukorejo, Slahung, Balong, Pulung, dan Kecamatan Jenangan.
2. rencana sistem jaringan prasarana kabupaten
V-5 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG
Ponorogo;
b. Kawasan Pagelaran Wayang Khusus di Kecamatan Ponorogo;
c. Kawasan Reog di Kecamatan Ponorogo; d. Kawasan Masjid Tegal Sari di Kecamatan Jetis; e. Kawasan Makam Batoro Kathong di Kecamatan
Jenangan;
f. Kawasan Situs purbakala Sukosewu di Kecamatan Sukorejo;
g. Kawasan Makam Raden Jayengrono di Kecamatan Pulung; dan
h. Kawasan Astana Srandil di Kecamatan Badegan g. kawasan peruntukan permukiman; meliputi:
1)kawasan permukiman perkotaan;
Kawasan permukiman perkotaan dengan luas kurang lebih 11.392 Ha (sebelas ribu tiga ratus sembilan puluh dua hektar) meliputi :
a. kawasan permukiman perkotaan di perkotaan Ponorogo yang mendukung ibukota kabupaten;
b. kawasan permukiman perkotaan yang merupakan bagian dari ibukota Kecamatan;
c. kawasan permukiman perkotaan yang padat; d. kawasan permukiman baru; dan
e. kawasan permukiman perkotaan yang terdapat bangunan lama/kuno.
2)kawasan permukiman perdesaan.
Kawasan permukiman perdesaan dengan luas kurang lebih 10.196 Ha (sepuluh ribu seratus sembilan puluh enam hektar) meliputi :
a. kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada wilayah pegunungan dan dataran tinggi, terdapat di Kecamatan Sambit, Kecamatan Siman, Kecamatan Jabon, Kecamatan Sampung dan Kecamatan Bedegan, Kecamatan Pulung, Kecamatan Pudak, dan Kecamatan Ngebel; b. kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada
dataran rendah; dan
c. kawasan perdesaan berbentuk kawasan agropolitan, yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan adanya keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis, terdapat di Kecamatan Ponorogo dan Kecamatan Ngebel. h. kawasan peruntukan cadangan lahan;
i. kawasan peruntukan hutan rakyat; j. kawasan peruntukan lainnya.
V-6 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
Jenis kawasan strategis, antara lain, adalah kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Adapun jenis-jenis kawasan strategis adalah sebagai berikut:
Tabel 5. 2 Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten ( KSK ) Berdasarkan RTRW Kabupaten Ponorogo
No KAWASAN STRATEGIS KAB./KOTA
SUDUT
KEPENTINGAN LOKASI/ BATAS KAWASAN
1
Kawasan Strategis Kepentingan ekonomi
Pertumbuhan
Ekonomi
a. kawasan pengembangan
agropolitan Kecamatan Ponorogo
b. kawasan wisata
wisata alam berwawasan lingkungan (ecotourism) berada di Kecamatan Pudak
wisata kota (urbantourism) dan wisata budaya
(culturetourism) berada di Kecamatan Ponorogo dengan atraksi belanja dan kesenian reog, grebeg suro dan taman singo pitu
c. kawasan industri
sektor agroindustri di wilayah-wilayah kecamatan yang potensial untuk pertanian, perkebunan, mebel dan kerajinan dari kayu jati
pengolahan hasil tambang yang cukup potensial yaitu tambang emas di daerah Kecamatan Pulung, Kecamatan Sooko dan Kecamatan Ngebel
pengolahan etanol dan panas bumi di Kecamatan Ngebel
industri pengolahan minyak kayu putih yang ada di Kecamatan Pulung
2 Kawasan strategis sosio-kultural
Sosial-Budaya kawasan Makam Bathoro Katong
kawasan Astana Srindil
kawasan Masjid Tegal Sari
kawasan Pondok Modern Gontor
Goa Lowo
3 Kawasan strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
Penyelamatan Lingkungan Hidup
bagian dari gunung Wilis sebelah barat, yaitu
Kecamatan Pudak, Kecamatan Ngebel dan Kecamatan Pulung, sedangkan pada bagian selatan terdiri dari Kecamatan Ngrayun, Kecamatan Sambit, Kecamatan Sawoo, dan Kecamatan Sooko. Pada bagian barat terdiri dari Kecamatan Badegan, Kecamatan Sampung, Kecamatan Bungkal dan Kecamatan Slahung kawasan sempadan sungai, terutama sungai-sungai besar yang ada di Kabupaten Ponorogo, seperti DAS Tempuran, DAS Asin, DAS Cemer, DAS Keyang dan DAS Slahung
4 Kawasan Strategis dari sudut kepentingan Pendayagunaan Sumber daya alam dan/atau Teknologi Tinggi
V-7 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
Tabel 5. 3 Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten Ponorogo Terkait Infrastruktur Bidang Cipta Karya
NO USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
A PERWUJUDAN STRUKTUR RUANG
Ponorogo sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau sebagai ibukota kabupaten;
Kecamatan b. Pengembangan perkotaan Pusat Kegiatan Lokal
(PKLp); serta
d. Pengembangan pusat kegiatan klaster
agroindustri meliputi industri pengolahan, produk olahan pertanian dan pengembangan ekonomi berbasis kerakyatan di Kecamatan Ponorogo dan Kecamatan Ngebel yang ditetapkan sebagai Pusat pengembangan agropolitan.
Kecamatan Ponorogo dan Kecamatan Ngebel
2 Perwujudan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
1. Pengembangan jaringan Jalan Lingkar Wilis
Kecamatan 2. Jaringan Jalan Kolektor Primer penghubung antar
wilayah Kabupaten Madiun-Ponorogo-Kabupaten Wonogiri
3. Jaringan Jalan Kolektor Primer penghubung antar wilayah Kabupaten Ponorogo (Jetis)- Trenggalek
Kecamatan Ponorogo, Jetis, Sambit dan Sawoo
4. Jaringan Jalan Kolektor Primer penghubung antar wilayah Kabupaten Ponorogo (Balong)- Pacitan
Kecamatan Ponorogo, Balong, dan Kecamatan Slahung
V-8 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
NO USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
5. Jaringan Jalan Kolektor Primer penghubung antar wilayah Kabupaten Ponorogo (Siman)-
Tulungagung
6. Pemeliharaan jalan Kolektor primer secara rutin Kabupaten
Ponorogo
7. Pemeliharaan jalan Kabupaten
Ponorogo
8. Pekerasan Jalan Kabupaten
Ponorogo
9. Pelebaran jalan kolektor primer Kabupaten
Ponorogo
10. Peningkatan Jalan Lokal dan Pengembangannya Semua Kecamatan ABPN/APBD
DEP
1. Pembangunan Terminal Tipe C Kecamatan Babadan ABPN/APBD
DINAS PERHUBUN GAN KABUPATE N
2. Pembangunan Sub Terminal
Kecamatan Ngebel APBD Kab.
3. Terminal Barang Agrobis Kecamatan
Ponorogo APBD Kab.
4. Terminal Agropolitan Kecamatan Ngebel APBD Provinsi,
APBD Kab
V-9 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
NO USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
3. Pengembangan jalur bis Ponorogo-Pacitan, Ponorogo-Trenggalek dan Ponorogo-Wonogiri
Kecamatan Sambit
· Pengembangan Jalan Kereta Api Komuter Madiun-Ponorogo-Slahung dan Prasarana pendukungnya termasuk penanganan perlintasan kereta api
Kecamatan
Ponorogo-Slahung APBN/APBD
DINAS
1. Pengembangan Sarana Air Bersih oleh PDAM Kabupaten
Ponorogo
1. Rehabilitasi dan pemeliharaan Jaringan Irigasi
Seluruh Kecamatan 4. Pengembangan Waduk baru Bendungan Bendo,
Waduk Badegan, Waduk Slahung, Waduk Cemer, yang akan mendukung sistem jaringan energi serta irigasi
1. Peningkatan Pelayanan Listrik Kabupaten
Ponorogo
APBN/SWAST
A PLN
2. Pengembangan Jaringan Listrik Kabupaten
Ponorogo
APBN/SWAST
A PLN
3. Pengembangan sumber energy baru berupa PLTP
(Panas Bumi/Geothermal) Kecamatan Ngebel
APBN/SWAST
A PLN
V-10 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
NO USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
2.4 Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan
2.4.1 Persampahan
1. Pengadaan Alat Angkutan Sampah/Truck Sampah Dinas Kebersihan Kabupaten
- Pembangunan Drainase Ibukota-ibukota
kecamatan APBD Kab
- Pembangunan jaringan telekomunikasi Seluruh kecamatan SWASTA TELKOM
- Penataan dan Penyusunan Pedoman system
jaringan telekomunikasi Kabupaten
BAPPEDA KABUPATE N
B PERWUJUDAN POLA RUANG
1 Perwujudan Kawasan Lindung
1.1 Kawasan Hutan Lindung
Pengembalian ke fungsi semula, konservasi, pengelolaan dan pengendalian erosi.
Dataran Tinggi
Pengembalian fungsi hutan, konservasi dan pengelolaan dengan prinsip hutan kemitraan.
kecamatan Ngebel dan Kecamatan Jenangan
Pengendalian fungsi hutan, pengelolaan kawasan penyangga dan mempertahankan keberadaan kebun campur.
Pengendalian top soil dengan metode rorak.
V-11 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
NO USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
Gerakan Penghutan Kembali Kawasan Hutan Lindung/GERHAN
Perlindungan dan Pemantauan Kawasan Hutan
Lindung 47079.9Ha
1.2 Kawasan yang Memberi Perlindungan di
Bawahnya
1.2.1 Pemantapan kawasan lindung bernilai strategis dalam penyediaan air :
c. Pengolahan sistem terasering dan vegetasi yang
mampu menahan dan meresapkan air. Kecamatan Slahung
1.3.1 Kawasan Sempadan Sungai
Semua DAS di a. Pencegahan dan pengendalian kegiatan budidaya,
pengamanan aliran sungai, penanganan limbah industri, pengembangan Sistem Sanitasi dan Pengelolaan Air Buangan.
b. Penataan Sempadan Sungai sungai Asin, cemer, Keyang, Gendol, Sungai Sungkur dan Galo
V-12 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
NO USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI Penataan dan perlindungan kawasan Ssekitar mata
air
1.4 Kawasan Suaka Alam
1.4.1 Kawasan Cagar Alam
a. Pelestarian, perlindungan, perbaikan/rehabilitasi dan peningkatan kondisi/kualitas ekosistem
Kecamatan Ngebel,
a. Perlindungan Suaka Margasatwa
Kecamatan Ngebel,
b. Perlindungan Taman Wisata Alam
Kecamatan Ngebel,
c. Perlindungan dan Konservasi Lingkungan Dataran Tinggi a. Penanganan daerah-daerah rawan letusan gunung
berapi, pembangunan saluran lahar dan posko siaga a.Penanganan daerah-daerah rawan Longsor
V-13 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
NO USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI rehabilitasi hutan dan lahan yang rusak dan konservasi lahan dan air
Mlarak
2. Perwujudan Kawasan Budidaya
hasil hutan secara terbatas melalui hak penguasaan
hutan kemasyarakatan (HPHKM) Kecamatan
Jenangan, lingkungan dengan pengembangan obyek wisata alam yang berbasis pada pemanfaatan hutan.
PERHUTANI
2.2 Peruntukan Pertanian
1 Intensifikasi dan Diversifikasi Tanaman Hortikultura.
2. Pengembangan strategi pemasaran produk unggulan
3. Penyuluhan dan pendampingan petani, termasuk
peternak, dan pembudidaya ikan Semua kecamatan APBN/APBD
DINAS
4. Peningkatan peran/revitalisasi KUD dan KOPTAN Semua kecamatan APBN/APBD
V-14 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
NO USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
5. Pembentukan kelompok UPJA (usaha pelayanan
jasa alsitan) dan peningkatan peranannya Semua kecamatan
APBN/APBD
6. Mengoptimalkan konsep agrowisata Kecamatan Ngebel APBN/APBD
DINAS PERKEBUN AN, DINAS PARIWISAT A
7. Pengembangan agroindustri
Kecamatan Kauman, Sukorejo, Babadan, Ponorogo dan Kecamatan Ngebel
APBN/APBD
8. Pengembangan agropolitan
Kecamatan - Pengembangan sentra-sentra pertanian dan
pariwisata agribisnis
9. Pengembangan Komoditas Unggulan
a. Pengembangan Tanaman/Komoditi unggulan wilayah
Kecamatan Ngebel, Pulung, Babatan, Jenangan, Sukorejo, Kauman, Balong dan Kecamatan Slahung
APBN/APBD
b. Pembangunan Pabrik Pengolahan
Kecamatan Kauman, Sukorejo, Babadan, Ponorogo dan Kecamatan Ngebel
10. Pengembangan kawasan pertanian lahan basah
Kecamatan Babatan,
11. Peningkatan kapasitas produktivitas pertanian
sustainable APBN/APBD
12. Peningkatan dan peluang ekstensifikasi APBN/APBD
DINAS PERTANIAN /
MASYARAK AT
13. Mempertahankan irigasi teknis dan peningkatan
irigasi sederhana APBN/APBD
V-15 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
NO USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
14. Pengembangan kawasan pertanian lahan kering APBN/APBD
DINAS
a. Intensifikasi dan Pengembangan tanaman perkebunan/keras
b. Penyediaan Bibit unggul tanaman perkebunan
(kopi, cengkeh, kakao dan panili) Kecamatan Ngebel APBN/APBD
c. Pengembangan perkebunan kopi, cengkeh, kakao
dan panili Kecamatan Ngebel APBN/APBD
d. Pengembangan strategi pemasaran produk unggulan
e. Mengoptimalkan konsep agrowisata Kecamatan Ngebel
APBN/APBD
f. Pengembangan agropolitan perkebunan yaitu :
Kecamatan Ngebel - pengembangan komoditi potensial kopi, cengkeh,
kakao dan panili
- meningkatkan usaha agroindustri skala kecil
- penyediaan terminal agribisnis
- pengembangan outlet pemasaran komoditi
unggulan
2.4 Peruntukan Peternakan
- persiapan infrastruktur pendukung industri
Kecamatan Kauman, Ngebel, Pulung, Sooko, Slahung dan Kecamatan Pudak - pengembangan komoditi potensial kambing
Etawa, sapi potong dan sapi perah, ayam ras, ayam buras/kampung
- pengembangan outlet pemasaran komoditi
V-16 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
NO USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
b. Pengembangan industri pengolahan
Kecamatan Kauman, Sukorejo, Babadan, Ponorogo dan Kecamatan Ngebel
APBN, APBD
- Penanganan Kawasan Penambangan Bahan mineral batuan (Darat dan Sungai)
Kecamatan
1. Pembangunan industria pengolahan pertanian
Kecamatan Kauman, Sukorejo, Babadan, Ponorogo dan Kecamatan Ngebel
SWASTA SWASTA
2. Pembangunan Prasarana dan Sarana Agribisnis/Agro Industri
Kecamatan Kauman, Sukorejo, Babadan, Ponorogo dan Kecamatan Ngebel
APBN/SWAST
3. Pengembangan Industri Kecil dan Kerajinan Kabupaten
Ponorogo APBN/APBD
5. Pengembangan industri pengolahan minyak putih
dan terpetin Kecamatan Pulung
2.8 Peruntukan Pariwisata
a. Rencana Pengembangan Jalur/Koridor Pariwisata
Pintu masuk
- Pengembangan sistem transportasi wisata
(Pembangunan Gateway )
Jalur/Koridor
V-17 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
NO USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
b. Rencana Prioritas Pengembangan Pariwisata
Obyek Wisata
- Kawasan prioritas pengembangan wisata
budaya/sejarah dan pagelaran budaya
Pekan budaya di
- Kawasan prioritas pengembangan wisata rekreasi
Wisata Belanja
c. Penataan Ruang Kawasan Yang Berpotensi Wisata
Cluster Culture
d. Pembangunan Prasarana dan sarana wisata
Kecamatan peristirahan seperti hotel, wisma
Kecamatan
f. Pengembangan Promosi Wisata Kabupaten
Ponorogo
- Perbaikan dan pelebaran jalan Kecamatan
Ponorogo, APBN, APBD
V-18 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
NO USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI - Pembangunan dinding-dinding penahan longsor,
baik yang berada di atas bangunan jalan maupun di bawah jalan
- Pembuatan rambu dan penunjuk arah jalan menuju obyek wisata
- Perencanaan dan pembangunan ulang
tikungan-tikungan yang mempunyai manuver
membahayakan
- Pembangunan dinding-dinding penahan longsor, baik yang berada di atas bangunan jalan maupun di bawah jalan
- Pemberian guard rill terutama pada tikungan berbahaya
h. Pemeliharaan dan perbaikan berkala situs budaya
Kecamatan
1. Rencana pengembangan kawasan permukiman baru
Kabupaten
Ponorogo SWASTA SWASTA
2.Rencana Pengembangan dan Peningkatan Jaringan Sarana dan Prasarana Dasar
3. Rencana Peningkatan Kualitas Permukiman
(Rehabilitasi, Revitalisasi, Refungsi, Peremajaan, Pebaikan)
4. Perbaikan permukiman melalui Program
Peremajaan Kampung (PPK)
Kecamatan
V-19 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
NO USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
MERUPAKAN KSK (Ya/Tidak)
SUMBER PENDANAAN
INSTANSI PELAKSANA
C Sosialisasi, Penyusunan Rancangan Peraturan Perda,
Penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
1. Sosialisasi Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten Ponorogo
Kabupaten/Kecamat
an APBN/APBD BAPPEDA
2.Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Kabupaten
Ponorogo APBN/APBD BAPPEDA
3.Penyusunan Rencana Rinci Kawasan Perdesaan
Desa Pusat Pertumbuhan (DPP),
Kawasan Agropolitan, Agribisnis, Kawasan
Agro Wisata, Kawasan Terisolir
APBN/APBD BAPPEDA
4. Penyusunan Rencana Penataan dan Pengelolaan Kawasan DAS
Sungai Keyang dan Sungai Asin yang mengalir ke arah barat, dari arah selatan mengalir Sungai Slahung, dari
arah barat ke timur mengalir Sungai Tempuran dan Galok
dan ke selatan mengalir sungai
Nglerep
APBN/APBD BAPPEDA
5. Penyusunan Rencana Rinci kawasan Hutan Wisata, Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan
Kabupaten
Ponorogo APBN/APBD BAPPEDA
5.2.
Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
5.2.1 Kebijakan Pembangunan Daerah
5.2.1.1 Visi dan Misi RPJMD
Dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan, penyusunan perencanaan pembangunan mutlak diperlukan, agar dalam pelaksanaanya dapat dilakukan dengan sitematis, terpadu dan terarah sesuai dengan cita-cita yang ingin diwujudkan. Suatu hal yang mendasar dari setiap perencanaan adalah perumusan visi dan misi, yang merupakan suatu nilai yang ingin dicapai dalam periode tertentu, dalam penyelenggaraan pemerintahan. Berdasarkan kondisi masyarakat Kabupaten Ponorogo saat ini, permasalahan yang dihadapi, tantangan yang dihadapi dalam lima tahun mendatang, dan sesuai dengan cita-cita.
Pemerintah Kabupaten Ponorogo tahun 2010-2015, serta sebagai manivestasi dari janji politik Bupati/Wakil Bupati terpilih, maka visi yang ingin diwujudkan adalah:
Masyarakat Ponorogo Yang Sejahtera, Aman, Berbudaya, Berkeadilan Berlandaskan Nilai-nilai
V-20 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
Dengan penjelasan sebagai berikut:
Sejahtera : Suatu masyarakat dikatakan sejahtera apabila dapat diciptakan suatu keadaan dimana anggota masyarakatnya dalam kondisi sehat, damai serta terpenuhi segala kebutuhannya.
Aman : Kondisi masyarakat yang bebas dari segala gangguan, bebas dari ancaman, bebas dari intimidasi, tidak merasa takut atau khawatir, was-was, tidak ada kerusuhan, dengan kata lain tercipta lingkungan yang tenteram.
Berbudaya : Cara hidup masyarakat, termasuk hasil ciptaan dan pemikirannya sesuai dengan kehendak dan yang menjadi amalan untuk kesejahteraan hidup. Adil : Masyarakat yang adil berarti tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun
baik antar individu, gender maupun wilayah.
Rahayu : Selamat, sejahtera, jauh dari musibah atau kekurangan.
Pernyataan visi tersebut dimaksudkan bahwa Kabupaten Ponorogo selama kurun waktu lima tahun ke depan, yaitu Tahun 2010- 2015 mengendepankan masyarakat yang sejahtera, terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat baik yang berupa sandang, pangan dan papan; baik kebutuhan lahir maupun batin. Masyarakat yang sejahtera akan merasa aman, tenteram, damai, merasa terlindungi dan bebas dari bahaya, sehingga masyarakat dapat tumbuh dan berkembang melalui pemikiran-pemikiran yang maju dan berbudi pekerti. Masyarakat yang memiliki sistem makna, nilai-nilai, norma-norma dan kepercayaan yang
dianut bersama menjadi pedoman dalam bertindak, mempengaruhi perilaku sebagai identitas daerah. Masyarakat yang sejahtera, aman dan damai serta berbudi luhur menjadi cita-cita untuk diwujudkan secara berkeadilan, tidak memihak dan tidak berat sebelah, serta tidak condong pada salah satu pihak.
Kesejahteraan, aman, berbudaya bagi seluruh masyarakat Kabupaten Ponorogo dengan berlandaskan nilai-nilai Ketuhanan dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan dan ketenteraman masyarakat di bumi reyog Kabupten Ponorogo.
Rumusan misi pembangunan Rahayuning Bumi Reog 2010-2015 adalah sebagai berikut: 1. Menjamin terwujudnya kepastian akses dan mutu pelayanan dasar masyarakat secara
optimal baik pedesaan maupun perkotaan, serta menjamin kepastian penyediaan pelayanan publik dengan model pelayanan yang efektif dan efisien;
2. Memacu pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan kerja dalam rangka pengentasan kemiskinan dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat;
3. Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang transparan, akuntabel, serta profesional yang berlandaskan norma-norma dengan mengedepankan supremasi hukum;
V-21 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
5. Membangun dan memelihara stabilitas pemerintahan, politik, ekonomi, sosial dan budaya sehingga memberikan rasa aman bagi masyarakat, dengan menjunjung tinggi budaya dan karakter masyarakat yang agamis, bermoral dan berbudi luhur.
5.2.1.2 Strategi Kebijakan
Strategi merupakan cara umum yang paling praktis dalam mengembangkan seluruh potensi lokal dengan cara global yang dimiliki oleh Kabupaten Ponorogo saat ini. Setidaknya ada beberapa strategi yang akan digunakan dalam menganalisis permasalahan, mengolah dan mencari solusi berbagai persoalan dan pengembangan potensi sosial di Kabupaten Ponorogo 2010-2015, antara lain :
1. Reinforcement. Strategi ini digunakan untuk memperkuat basis-basis potensi sosial yang
dimiliki oleh Kabupaten Ponorogo. Berbagai potensi sosial yang sudah mapan yang
ditandai dengan munculnya kantongkantong aktifitas sosial lebih diperkuat dengan
harapan dapat menjadi lebih meningkat dan berimplikasi semakin luas. Tidak saja pada
level lokal, namun diharapkan bias berimplikasi pada level regional, nasional ataupun
internasional.
2. Pemberdayaan dan Pendampingan. Ini dimaksudkan sebagai langkah untuk mengurangi
berbagai keterbelakangan dan dependensi kehidupan masyarakat. Dengan strategi
pemberdayaan dapat diharapkan memunculkan berbagai jenis varietas baru dalam segala
lini kehidupan. Ini didasarkan pada argument bahwa salah satu keterbelakangan
masyarakat karena adanya ketergantungan pada mode of production yang menyebabkan
melemahnya aspek-aspek kreativitas.
3. Titik berat pembangunan mengarah ke wilayah perdesaan. Kondisi ini semakin dirasakan
sebagai hal yang mendesak karena adanya ketimpangan dan kesenjangan yang nyata antara wilayah perdesaan dan perkotaan. Oleh karena itu untuk menjawab tantangan tersebut pada Pemerintahan Tahun 2010-2015 titik berat pembangunan di Ponorogo berada di perdesaan. Hal ini bukan berarti pembangunan wilayah perkotaan akan diabaikan, akan tetapi prosentase pembangunan wilayah pedesaan akan lebih besar dibandingkan dengan wilayah perkotaan.
4. Pembangunan berkelanjutan berpusat pada rakyat (people centered development). Dalam
pendekatan ini mengedepankan partisipasi rakyat (participatory based development) dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi program pembangunan yang menyangkut hajat hidup mereka sendiri, keluarga dan lingkungannya.
5. Pembangunan ekonomi melalui pendekatan Pro Growth, Pro Job Pro-Poor, Pro Gender
V-22 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
Percepatan laju pertumbuhan ini ditandai dengan makin banyaknya kesempatan kerja tercipta sehingga semakin banyak masyarakat Kabupaten Ponorogo yang dapat dilepaskan dari perangkap kemiskinan, serta memperkuat perekonomian untuk menghadapi berbagai goncangan. Hal ini menunjukkan bahwa strategi progrowth, pro
jobs, pro poor, pro gender dan pro enviroment, telah memberikan arah pembangunan yang
benar, menyeluruh, berkeadilan dan berkelanjutan. Secara lebih terperinci, dalam agenda
pro growth, terjadi percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Dalam periode 2005-2009, laju
pertumbuhan ekonomi mengalami fluktuatif dimana pada tahun 2005 perekonomian Kabupaten Ponorogo mampu tumbuh sebesar 4,11%, tahun 2006 mengalami kenaikan menjadi 4,93% dan pada tahun 2007 kembali naik menjadi 6,56%. Naum dengan adanaya krisis energi dan pangan yang melanda dunia, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo mengalami penurunan hingga hanya tumbuh 5,68%. Goncangan krisis global nampaknya belum bisa mendongkrak pertumbuhan Kabupaten Ponorogo hingga pada tahun 2009 hanya mampu tumbuh sebesar 5,16% namun apabila dibandingkan dengan pertumbuhan nasional yang hanya 4,50% dan Propinsi jawa Timur yang hanay pada kisaran 5,06% merupakan prestasi yang patut kita hargai dan diapresiasi.
6. Pembangunan dengan melibatkan peran wanita (Pengarus Utamaan Gender/ pro gender)
V-23 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
7. Keseimbangan pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, melalui
pengembangan agroindustri/ agrobisnis dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan (pro enviroment).
Pembangunan berpusat pada rakyat menempatkan individu bukan sebagai objek, melainkan sebagai pelaku yang menetapkan tujuan, mengendalikan sumber daya, dan mengarahkan proses yang mempengaruhi kehidupannya. Pembangunan berpusat pada rakyat menghargai dan mempertimbangkan prakarsa rakyat dan kekhasan setempat. Prakarsa dan kreativitas rakyat merupakan sumber daya pembangunan yang utama. Kesejahteraan material dan spiritual mereka merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh proses pembangunan
5.2.1.3 Arah Kebijakan Pembangunan Daerah
Arah kebijakan pembangunan Kabupaten Ponorogo 2010-2015 menekankan pada pemberdayaan rakyat, sekaligus partisipasi rakyat. Partisipasi merupakan proses aktif, di mana inisiatif diambil oleh masyarakat sendiri, dibimbing oleh cara berpikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) di mana mereka dapat menegaskan control secara efektif.
Upaya pembangunan diarahkan langsung pada akar persoalannya, yaitu meningkatkan kemampuan rakyat. Bagian yang tertinggal dalam masyarakat harus ditingkatkan kemampuannya dengan mengembangkan dan mendinamisasikan potensinya, atau memberdayakannya. Secara praktis, upaya yang merupakan pengerahan sumber daya untuk mengembangkan potensi ekonomi rakyat ini akan meningkatkan produktivitas rakyat, sehingga baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam di sekitar keberadaan rakyat dapat ditingkatkan produktivitasnya.
Dengan demikian, rakyat dan lingkungannya mampu secara partisipatif menghasilkan dan menumbuhkan nilai tambah ekonomis. Rakyat miskin atau yang berada pada posisi belum termanfaatkan secara penuh potensinya akan meningkat, bukan hanya ekonominya, tetapi juga harkat, martabat, rasa percaya diri, dan harga diri mereka, serta terpeliharanya tatanan nilai budaya setempat (nguwongke-uwong). Pemberdayaan sebagai konsep sosial budaya yang implementatif dalam pembangunan yang berpusat pada rakyat, tidak saja menumbuhkan dan mengembangkan nilai tambah ekonomis, tetapi juga nilai tambah sosial dan budaya, sehingga partisipasi rakyat meningkatkan emansipasi rakyat.
V-24 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
Pola kebijakan yang selama ini dilaksanakan, umumnya, lebih kuat datang dari atas ke bawah daripada dari bawah ke atas, karena itu perlu adanya pergeseran peran pemerintah, dari peran sebagai penyelenggara pelayanan sosial menjadi fasilitator, mediator, motivator, koordinator, edukator, mobilisator, sistem pendukung, dan peran-peran lain yang lebih mengarah pada pelayanan tak langsung. Pada saat yang bersamaan, peran organisasi lokal, organisasi sosial, lembaga swadaya masyarakat, dan kelompok masyarakat lainnya, didorong sebagai agen pelaksana perubahan dan pelayanan sosial kepada kelompok rentan atau masyarakat pada umumnya. Dalam posisi sedemikian, maka permasalahan pembangunan ditangani oleh masyarakat sendiri atas fasilitasi dari pemerintah.
Pemberdayaan rakyat adalah sebuah strategi pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni bersifat
people-centered, participatory, empowering, dan sustainable. Konsep ini lebih luas dari semata
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety net). Konsep ini berkembang dari upaya mencari strategi pembangunan alternatif, yang menghendaki adanya inclusive democracy,appropriate economic
growth, kesetaraan gender, dan intergenerational equity.
Strategi pemberdayaan rakyat dalam proses pembangunan Kabupaten Ponorogo dijalankan dengan pengarusutamaan gender untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, di mana pada setiap tahapan pembangunan, mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, sampai dengan evaluasi, harus responsif gender. Laki-laki dan perempuan diposisikan sebagai pelaku (subjek) yang setara dalam akses, partisipasi dan kontrol atas pembangunan, serta pemanfaatan hasil pembangunan.
Strategi pembangunan daerah Kabupaten Ponorogo 2010-2015 yang bertumpu pada pemberdayaan rakyat ini dijalankan melalui model dual track strategy, di mana di satu sisi berupaya mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar rakyat, seperti hak atas pangan, pelayanan kesehatan, pendidikan, air bersih dan sanitasi, pekerjaan, secara merata, berkualitas, dan berkeadilan, melalui keberpihakan kepada rakyat miskin (pro-poor) untuk menuju masyarakat Ponorogo sejahtera, makmur dan berakhlak, aman, berbudaya dan berkeadalian. Di sisi lain berupaya mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan, terutama melalui pengembangan agroindustri/ agrobisnis dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.
V-25 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
terkompartementalisasi. Berbagai studi menunjukkan, produksi yang dihasilkan masyarakat di lapisan bawah memberikan sumbangan lebih besar pada pertumbuhan dibandingkan investasi yang sama pada sektor-sektor yang skalanya lebih besar. Pertumbuhan itu dihasilkan bukan hanya dengan biaya lebih kecil, tetapi juga dengan devisa yang lebih kecil.
Pembangunan daerah Kabupaten Ponorogo 2010-2015 menempatkan strategi pro-poor sebagai prioritas utama untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar rakyat, seperti hak atas pangan, pelayanan kesehatan, pendidikan, air bersih dan sanitasi, pekerjaan, secara merata, berkualitas, dan berkeadilan. Revitalisasi pertanian dan ekonomi pedesaan, serta usaha mikro dan kecil menjadi ujung tombak penting, karena sebagian besar penduduk Kabupaten Ponorogo menggantungkan nafkah hidup mereka pada sektor tersebut.
Pemerataan pendapatan, melalui revitalisasi pertanian dan ekonomi pedesaan, revitalisasi kelautan dan masyarakat pesisir, reformasi agraria, dan pengembangan infrastruktur pedesaan, akan meningkatkan penciptaan lapangan kerja, sehingga pada gilirannya dapat mengentas penduduk miskin. Dengan adanya pemerataan, maka akan tercipta landasan lebih luas bagi pertumbuhan, dan akan menjamin pertumbuhan berkelanjutan.
Upaya memberdayakan rakyat dilakukan melalui tiga cara. Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Di sini titik tolaknya adalah setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena kalau demikian, ia sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya membangun daya itu dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya, serta berupaya mengembangkannya.
Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki rakyat (empowering). Untuk itu, diperlukan langkah-langkah lebih positif selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana kondusif. Penguatan ini meliputi langkah-langkah nyata, danmenyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke berbagai peluang yang membuat masyarakat menjadi makin berdaya.
Upaya pemberdayaan paling pokok adalah melalui peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke sumber-sumber kemajuan ekonomi, seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. Masukan (input) pemberdayaan juga menyangkut pembangunan prasarana dan sarana dasar, baik fisik, seperti irigasi, jalan, listrik, maupun sosial, seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau oleh masyarakat lapisan paling bawah, serta ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di pedesaan, di mana terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya relatif amat kurang. Untuk itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena programprogram umum yang berlaku untuk semua, tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini.
V-26 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi yang partisipatoris.
Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi (protecting). Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, karena kekurangberdayaannya menghadapi yang kuat. Perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan rakyat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya mencegah terjadinya persaingan tak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah.
Pemberdayaan rakyat bukan membuat mereka menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati, harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertukarkan dengan pihak lain). Dengan demikian, tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara sinambung.
Pembangunan Kabupaten Ponorogo saat ini sedang mengalami tantangan serius berupa masalah kemiskinan dan ketertinggalan, serta dampak krisis ekonomi nasional maupun global. Krisis ekonomi yang terjadi saat ini merupakan akibat masalah fundamental dan keadaan khusus (shock). Masalah fundamental itu adalah tantangan internal --berupa kesenjangan yang ditandai pengangguran, ketertinggalan, dan kemiskinan-- serta tantangan eksternal yakni upaya meningkatkan daya saing menghadapi era perdagangan bebas. Sedangkan keadaan khusus (shock) adalah berbagai bencana alam yang dating bersamaan krisis ekonomi dan moneter. Karena itu, kebijakan pembangunan Kabupaten Ponorogo harus ditempatkan dalam tatanan strategi pemberdayaan masyarakat (civil society) untuk menuntaskan berbagai tantangan pembangunan.
Pembangunan adalah milik rakyat, karenanya agenda pemulihan ekonomi harus berpihak kepada rakyat untuk mewujudkan kesejahteraan. Strategi pemberdayaan rakyat harus dipahami dan menjadi komitmen dalam penyelenggaraan kebijakan ekonomi melalui sistem perencanaan dan penganggaran pembangunan, maupun melalui upaya pemihakan pada ekonomi rakyat yang masih tertinggal dan rawan kondisi krisis.
Upaya pemberdayaan rakyat dalam pembangunan Kabupaten Ponorogo merupakan perwujudan paradigma pembangunan yang berorientasi kepada rakyat (people centered
development). Strategi pemberdayaan rakyat menekankan langkah nyata pembangunan yang
demokratis, yang berindikasikan proses pembangunan dari, oleh, dan untuk rakyat, yang berjalan dalam proses perubahan struktur yang benar. Proses yang diarahkan agar rakyat yang menikmati pembangunan haruslah mereka yang menghasilkan, dan mereka yang menghasilkan haruslah yang menikmati.
V-27 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
agenda reformasi pembangunan nasional, yakni pembangunan yang demokratis. Penajaman arah baru pembangunan ini ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pengembangan struktur masyarakat yang muncul dari kemampuan masyarakat sendiri. Mengingat potensi dan kemampuan masyarakat yang tidak sama, maka arah dan kebijakan pembangunan Jawa Timur dirumuskan dengan strategi pemberdayaan dan pemihakan kepada rakyat miskin (pro-poor) untuk menuju Masayarakat Ponorogo yang sehatera, makmur, berakhlak, berbudaya dan berkeadilan.
Menumbuhkan gerakan demokrasi berbasis masyarakat dalam kebijakan pembangunan menjadi keniscayaan, terutama dengan mengagendakan pemetaan untuk memahami berbagai kendala yang dihadapi rakyat miskin, dan gerakan-gerakan sosial kerakyatan di tingkat lokal serta akar rumput, untuk mendorong berbagai jenis gerakan sosial kerakyatan itu mentransformasikan diri menjadi gerakan sosial politik demi peningkatan kesejahteraan mereka.
Menumbuhkan berbagai asosiasi dan organisasi gerakan sosial di tingkat akar rumput dianggap penting karena mereka mencerminkan respons yang otentik dan berhubungan dengan kepentingan-kepentingan langsung rakyat miskin. Di dalam konteks inilah betapa perlu perhatian diarahkan kepada berbagai kelompok masyarakat yang memiliki kepedulian pandangan yang sama untuk merevitalisasi demokrasi melalui peningkatan partisipasi rakyat dalam berbagai ranah publik di tingkat lokal dan akar rumput, yaitu lembaga-lembaga dan praktik-praktik sosial politik yang menjaga kepentingan publik yang terbuka untuk dimanfaatkan masyarakat dalam merespons fenomena otonomi dan demokratisasi lokal, sebagai bagian dari penguatan kembali kapasitas rakyat untuk terlibat secara lebih substantif dalam proses demokrasi.
Kabupaten Ponorogo sudah saatnya mengembangkan proses demokratisasi partisipatoris, sebagai gerakan sosial baru, dan sebagai “jalan lain menuju kesejahteraan rakyat” dengan mengembangkan politik aktivisme masyarakat dan organisasi-organisasi non-pemerintah, khususnya pada aras politik lokal dalam ruang otonomi, di mana berbagai macam entitas masyarakat di akar rumput, para pelaku pasar, dan birokrasi pemerintah daerah, terlibat dalam gerakan yang memperkuat satu sama lain untuk memproduksi semua hal yang baik bagi semua orang.
Dalam perspektif seperti ini, semua wacana dan praktik pembangunan Kabupaten Ponorogo selayaknya bersifat polisentris dengan membangun kepercayaan, bahwa kegiatan kelompok-kelompok masyarakat di tingkat lokal dan akar rumput memiliki kemampuan sendiri menyelesaikan daftar masalah yang terus berkembang yang mereka hadapi.
asosiasi-V-28 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
asosiasi masyarakat di akar rumput yang kondusif demi mengembangkan sistem pendidikan yang murah dan bermutu, membangun institusi pelayanan kesehatan yang murah dan berkualitas, memperluas lapangan kerja, demi meningkatkan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi. Pendeknya, demi memberantas kemiskinan.
Dalam konteks pemahaman demokrasi partisipatoris sedemikian itu merupakan sebuah konsep bagaimana mewujudkan Rahayuning Bumi Reyog menjadi relevan sebagai sarana mewujudkan visi pembangunan Kabupaten Ponorogo 2010-2015. Suatu konsep pembangunan yang berpihak pada rakyat, pro-poor, dengan memberi penekanan prioritas pada program pendidikan yang murah dan bermutu untuk semua demi peningkatan kualitas sumber daya manusia; program pembangunan kesehatan yang murah dan berkualitas demi meningkatkan produktivitas sumber daya manusia; dan perluasan lapangan kerja, terutama di sektor pertanian (agroindustri/agrobisnis), di mana sebagian terbesar masyarakat miskin Kabupaten Ponorogo berada, serta pemeliharaan lingkungan hidup untuk mencegah kerugian-kerugian sosial-ekonomi rakyat.
Kesadaran membangun demokrasi partisipatoris sedemikian itu menjadi landasan utama dan peluang terbesar untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan kehidupan lebih baik, dan menghapus marginalisasi, devaluasi, deprivation, dan silencing, serta segala bentuk diskriminasi.
5.3.
ARAHAN PERATURAN DAERAH TENTANG BANGUNAN GEDUNG
5.3.1 Ketentuan Fungsi Bangunan Gedung
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Bangunan Gedung
A. Pola Umum Pengaturan Bangunan Gedung
Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada diatas dan/atau di dalam tanah dan/air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan social, budaya, maupun kegiatan khusus.
Bangunan gedung tertentu adalah bangunan gedung yang digunakan untuk kepentingan umum dan bangunan gedung fungsi khusus, yang dalam pembangunan dan/atau pemanfaatannya membutuhkan pengelolaan khusus dan/atau memiliki kompleksitas tertentu yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap masyarakat dan lingkungannya.
Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan gedung.
V-29 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
a. Lingkup penyelenggaraan bangunan gedung
Penyelenggaraan bangunan gedung sebagai satu kesatuan sistem dalam pelaksanaan urusan wajib pemerintahan di bidang bangunan gedung, melipiti : pembangunan, pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran bangunan gedung pada umumnya dan bangunan gedung tertentu.
b. Pengaturan bangunan gedung bertujuan untuk :
1. Mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya
2. Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin keandalan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan
3. Mewujudkan kepastian hokum dalam penyelenggaraan bangunan gedung c. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung
Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dilakukan dengan : 1. Penertiban IMB
2. Penertiban Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung dan Perpanjangan Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung
3. Persetujuan Rencana Teknis Pembongkaran Bangunan Gedung 2. Pengelolaan Bangunan Gedung
a. Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung 1. Fungsi bangunan gedung
a) Fungsi bangunan gedung harus memenuhi ketentuan peruntukan yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota, Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan (RDTRKP), dan/atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) yang bersangkutan.
b) Bangunan gedung dapat dirancang memiliki lebih dari satu fungsi, dengan tetap memenuhi ketentuan dalam RTRW Nasional, RTRW provinsi, RTRW kabupaten/kota, RDTRKP, dan/atay RTBL
c) Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha, social dan budaya, serta fungsi khusus
(1) Bangunan gedung fungsi hunian meliputi bangunan untuk rumah tinggal tunggal, rumah tinggal deret, rumah susun, dan rumah tinggal sementara
V-30 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
(3) Bangunan gedung fungsi usaha meliputi bangunan gedung untuk perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan penyimpanan
(4) Bangunan gedung fungsi social dan budaya meliputi bangunan gedung untuk pendidikan, kebudayaan, pelayanan kesehatan, laboraturium dan pelayanan umum
(5) Bangunan gedung fungsi khusus meliputi bangunan gedung untuk reactor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan, dan bangunan gedung sejenis yang diputuskan oleh menteri
2. Klasifikasi bangunan gedung
a) Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan tingkat kompleksitas meliputi: (1) Bangunan gedung sederhana
(2) Bangunan gedung tidak sederhana (3) Bangunan gedung khusus
b) Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan tingkat permanensi meliputi : (1) Bangunan gedung permanen
(2) Bangunan gedung semi permanen
(3) Bangunan gedung darurat atau sementara
c) Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan tingkat resiko kebakaran meliputi: (1) Bangunan gedung tingkat resiko kebakaran tinggi
(2) Bangunan gedung tingkat resiko kebakaran sedang (3) Bangunan gedung tingkat resiko kebakaran rendah
d) Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan pada zonasi gempa, mengikuti tingkat zonasi gempa yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang meliputi :
(1) Zona I / minor (2) Zona II / minor (3) Zona III / sedang (4) Zona IV / sedang (5) Zona V / kuat (6) Zona VI / kuat
e) Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan lokasi meliputi : (1) Bangunan gedung di lokasi padat
(2) Bangunan gedung di lokasi sedang (3) Bangunan gedung di lokasi renggang
f) Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan ketinggian meliputi :
V-31 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
(2) Bangunan gedung bertingkat sedang dengan jumlah lantai lima lantai samapai dengan delapan lantai
(3) Bangunan gedung bertingkat rendah dengan jumlah lantai satu lantai sampai dengan 4 lantai
g) Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan kepemilikan meliputi :
(1) Bangunan gedung milik Negara, bangunan gedung milik yayasan dikategorikan sama dengan milik Negara dalam pengaturan berdasarkan kepemilikan
(2) Bangunan gedung milik badan usaha
(3) Bangunan gedung milik perorangan. Bangunan gedung kedutaan besar Negara asing dan bangunan gedung diplomatiknlainnya dikategorikan sebagai bangunan gedung milik perorangan
b. Penetapan dan perubahan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung
1. Penetapan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung. Fungsi dan klasufikasi bangunan gedung diusulkan oleh pemilik bangunan gedung dalam pengajuan permohonan IMB. Pemerintah daerah, menetapkan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung, kecuali bangunan gedung fungsi khusus oleh Pemerintah dan pemerintah provinsi lainnya
2. Perubahan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung
a) Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung dapat diubah melalui permohonan baru IMB yang diusulkan oleh pemilik dalam bentuk rencana teknis bangunan gedung sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam RTRW Nasional, RTRW provinsi, RTRW kabupaten/kota, RDTRKP, dan/atau RTBL b) Dalam proses permohonan baru IMB, perubanahn fungsi dan klasifikasi
bangunan gedung harus diikuti dengan pemenuhan persyaratan administrative dan persyaratan teknis bangunan gedung yang ditetapkan oleh pemerintah daerah, kecuali bangunan gedung fungsi khusus ditetapkan oleh Pemerintah dan pemerintah provinsi lainnya
c. Penggolongan bangunan gedung untuk penertiban IMB
Penggolongan bangunan gedung untuk penertiban IMB sebagai dasar untuk menentukan lamanya (durasi) waktu proses penertiban IMB meliputi :
1. Bangunan gedung pada umumnya
a) Bangunan gedung hunian rumah tinggal tunggal sederhana, meliputi: rumah inti tumbuh, rumah sederhana sehat, dan rumah deret sederhana
b) Bangunan gedung hunian rumah tinggal tunggal dan rumah deret sampai dengan dua lantai
c) Bangunan gedung hunian rumah tinggal tidak sederhana dua lantai atau lebih, bangunan gedung lainnya pada umumnya
V-32 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
a) Bangunan gedung untuk kepentingan umum b) Bangunan gedung fungsi khusus
5.3.2 Persyaratan Bangunan Gedung
Persyaratan Bangunan Gedung
1. Persyaratan Tata Bangunan dan Lingkungan
a. Setiap bangunan yang didirikan tidak boleh melanggar ketentuan minimal jarak bebas bangunan gedung yang ditetapkan dalam RTRWK, RDTRKP dan/atau RTBL b. Garis sempadan pondasi banguna terluar yang sejajar dengan as jalan (rencana
jalan)/ tepi sunai ditentukan berdasarkan lebar jalan/rencana jalan/lebar sungai, fungsi jalan dan peruntukan kapling/kawasan
c. Letak garis sempadan pondasi banguna terluar, bilaman tidak ditentukan lain adalah separuh lebar ruang milik jalan (rumija) dihitung dari tepi jalan/pagar d. Untuk lebar jalan/sungai yang kurang dari 6 meter, letak garis semapadan adalah
3 meter dihitung dari tepi jalan/pagar
e. Letak garis sempadan pondasi banguna terluar pada bagian samping dan bagian belakang berbatasan dengan tetangga bilamana tidak ditentukan lain adalah minimal 2 meter dari batas kapling, atau atas dasar kesepakatan dengan tetangga yang saling berbatasan
f. Garis sempadan pagar terluar yang berbatasab dengan jalan ditentukan berhimpit dengan batas terluar daerah milik jalan
g. Garis pagar disudut persimpangan jalan ditentukan dengan serongan/lengkungan atas dasar funsi dan peranan jalan
Tinggi pagar yang berbatasan dengan jalan ditentukan maksimum 2 meter dari permukaan halaman/trotoar dengan bentuk transparan atau tembus pandang
Garis sempadan jalan masuk ke kapling, bilamana tidak ditentukan lain adalah berhimpit dengan bats terluar garis pagar
h. Teras/balkon tidak dibenarkan diberikan dinding sebagai ruang tertutup i. Balkon bangunan tidak dibenarkan mengarah/menghadap ke kapling tetangga j. Garis terluar balkon bangunan tidak dibenarkan melewati batas pekarangan yang
berbatasan dengan tetangga
k. Garis terluar tritis (oversteck) yang menghadap kea rah tetangga, tidak dibenarkan melewati batas pekarangan yang berbatasan dengan tetangga l. Apabila garis sempadan bangunan ditetapkan berhimpit dengan garis sempadan
pagar, cucuran atap tritis (oversteck) harus diberi talang dan pipa talang serta disalurkan sampai ke tanah
V-33 Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020
n. Jarak antara masa/blok bangunan satu lantai yang satu dengan yang lainnya dalam satu kapling atau antara kapling minimum adalah 4 meter
o. Setiap bangunan umum harus mempunyai jarak masa/blok bangunan dengan bangunan disekitarnya sekurang-kurangnya 6 meter dan 3 meter dengan batas kapling
p. Untuk bangunan bertingkat, setiap kenaikan satu lantai jarak antara masa/blok bangunan yang satu dengan yang lainnya ditambah dengan 0,5 meter
2. Persyaratan Kelengkapan Prasarana dan Sarana
a. Setiap bangunan harus memiliki prasarana dan sarana banguna yang mencukupi agar dapat terselenggaranya fungsi bangunan yang telah ditetapkan
b. Setiap bangunan umum harus memiliki kelengkapan prasarana dan sarana bangunan yang memadai meliputi :
Sarana pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran
Tempat parker
Sarana transportasi vertical (tangga dan/atau escalator, dan/atau lift)
Sarana tata udara
Fasilitas bagi penyandang cacat sesuai ketentuan tentang Persyaratan Teknis Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan
Fasilitas bagi anak-anak dan lanjut usia