BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Provinsi Sumatera
Utara yang memiliki potensi tidak kalah menarik dengan daerah tujuan wisata lainnya di
Indonesia. Kepariwisataan Kabupaten Karo sudah cukup dikenal masyarakat Indonesia bahkan
masyarakat mancanegara. Kabupaten Karo memiliki banyak obyek wisata yang dapat dikunjungi
seperti wisata alam, agrowisata, wisata seni dan budaya, dan wisata peninggalan sejarah dan lain
sebagainya.
Adapun obyek wisata dan daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Karo dapat dilihat
pada Tabel 1.1 dibawah ini :
Tabel 1.1
Obyek wisata di Kabupaten Karo
18. Desa Peceren Desa Budaya
Berastagi Semangat Gunung
10
21. Raja Berneh Pemandian Air Panas Alam
Merdeka Semangat Gunung
Sumber : Booklet Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo
Melihat banyaknya potensi obyek wisata yang ada, begitu juga dengan kesenian dan
kebudayaan masyarakat Karo, maka sangat wajarlah sektor pariwisata ini ditetapkan sebagai
andalan dalam mengembangkan daerah tujuan wisata di Kabupaten Karo. Apabila semua potensi
obyek wisata di atas dikembangkan secara baik dan berkesinambungan serta adanya komitmen
yang kuat dari Pemerintah Kabupaten Karo dan khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Karo akan dapat memberikan manfaat yang besar bagi pemerintah daerah dan
masyarakat di daerah tersebut.
Salah satu contoh obyek wisata Kabupaten Karo yang menjadi suatu pusat perhatian atau
yang memiliki banyak masalah bagi pengembanganya yaitu ‘Taman Mejuah-Juah’. Taman ini
bunga-bungaan yang indah. Tempat ini biasanya dipergunakan sebagai tempat rekreasi dan
menampilkan berbagai acara seperti acara keagamaan, acara pesta bunga dan buah, atraksi dan
kesenian budaya dan pertunjukan konser band. Namun dalam kenyataannya objek wisata Taman
Mejuah-juah ini belum sepenuhnya berkembang karena rendahnya tingkat promosi dan
keterbatasan dana dalam pembangunan untuk pengembangannya. Permasalahan di atas pada
dasarnya masih dapat diatasi apabila dilakukan usaha pengembangan yang terencana oleh semua
instansi yang terkait khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo.
Menyadari akan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Karo melalui Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata dalam memasuki era otonomi dan globalisasi berupaya membenahi
kepariwisataan Karo dari segala aspek dengan tujuan meraih tempat sebagai Daerah Tujuan
Wisata Utama, sehingga sektor kepariwisataan menjadi sumber atau pemasok dana strategis
dalam menunjang pembangunan daerah. Agar potensi kepariwisataan dapat berkembang dan
dapat dijadikan sebagai produk andalan yang layak dijual di pasar global, harus melakukan
strategi yang mendukung perkembangan daerah tujuan wisata tersebut khususnya “Taman
Mejuah-juah”.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mencari atau melihat isu-isu strategi
yang perlu dilakukan dalam upaya pengembangan sektor pariwisata Kabupaten Karo. Hal ini
1.2Perumusan Permasalahan
Berdasarkan dari latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis menentukan
perumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana strategi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
dalam mengembangkan objek wisata Taman Mejuah-juah, Bukit Gundaling, dan Desa Budaya
Lingga di Kabupataen Karo ?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menggambarkan strategi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam
mengembangkan daerah tujuan wisata Kabupaten Karo.
2. Untuk mengidentifikasi lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) dan lingkungan
eksternal (peluang dan ancaman) yang terjadi dalam strategi Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata dalam mengembangkan daerah tujuan wisata Kabupaten Karo.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai adalah :
1. Secara subjektif, penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan
berpikir melalui penulisan karya ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang
diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.
2. Secara praktis, khususnya aparatur pemerintah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Karo, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan/sumbangan pemikiran
dalam mengelola sektor pariwisata untuk mengembangkan daerah tujuan wisata di
3. Secara akademis, sebagai referensi bagi kepustakaan jurusan Ilmu Administrasi Negara.
1.5 Kerangka Teori
Sebagai titik tolak atau landasan berfikir dalam menyoroti atau memecahkan masalah
perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu. Landasan teori perlu ditegakkan agar
penelitian mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan coba – coba landasan
teoritis. Menurut Hoy dan Miskel, teori adalah seperangkat konsep, asumsi dan generelisasi yang
dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi1. Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat penelitian, tempat peneliti
memberikan penjelasan tentang hal–hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel
atau pokok masalah yang ada dalam penelitian2. Untuk dapat menerangkan dan menjelaskan tentang strategi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam mengembangkan daerah tujuan wisata
di Kabupaten Karo, maka penulis menggunakan kerangka teori sebagai berikut :
1.5.1 Manajemen Strategis
1.5.1.1 Pengertian Manajemen Strategi
Manajemen Strategis berasal dari dua kata yakni manajemen dan strategi. Manajemen
strategi merupakan sebuah ilmu yang pada akhir abad ke-20 menjadi sangat terkenal dan
populer. Kesuksesan organisasi tidak terlepas dari kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
berbagai tuntutan perubahan. Perubahan yang terjadi akibat perkembangan zaman berimplikasi
kepada munculnya kebutuhan untuk menyusun strategi yang tidak hanya berdasarkan pada
perhitungan sederhana, kebijakan-kebijakan yang telah mapan, bahkan terhadap aturan-aturan
1 Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi Negara. Bandung: Alfabeta, hal 25.
2
yang telah dibuat. Kajian manajemen strategi dalam konteks organisasi menjadi kebutuhan yang
sangat penting. Bahkan organisasi mapan yang telah lama menjadi ikon dan memimpin para
kompetitornya selama berpuluh tahun pun dapat secara cepat tertinggal akibat mengabaikan
manajemen strategis. Pengabaian terhadap manajemen strategis dapat menyebabkan organisasi
gagal dalam beradaptasi terhadap dinamika lingkungan, gagal mengantisipasi perkembangan
jaman apalagi menciptakan perubahan.
Manajemen strategis menjadi bidang ilmu yang berkembang dengan cepat, muncul
sebagai respon atas meningkatnya pergolakan lingkungan dan akibat semakin kompleksnya
dinamika lingkungan organisasi. Bidang ilmu ini melihat pengelolaan organisasi secara
menyeluruh dan berusaha menjawab tantangan perubahan lingkungan. Ciri khusus manajemen
strategis adalah penekanan pada pengambilan keputusan strategis, keputusan strategis
berhubungan dengan masa yang akan datang dalam jangka panjang untuk organisasi secara
keseluruhan.
Manajemen strategis adalah suatu cara pengelolaan organisasi atau program yang
dilakukan dengan memperhatikan lingkungan eksternal dan lingkungan internal dari organisasi
atau program tersebut. Dalam manajemen strategis terdapat dua bagian yang saling berhubungan
yaitu perencanaan strategis dan pelaksanaan pengelolaaan dari hasil perencanaan strategi
tersebut3. Sedangkan menurut David dan Thomas, manajemen strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja organisasi dalam jangka panjang.
Manajemen strategi meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi (perencanaan strategi
atau perencanaan jangka panjang), implementasi strategi, evaluasi dan pengendalian. Manajemen
3
Triton PB. 2007. Manajemen Strategis. Yogyakarta: ANDI, hal 35.
strategi menekankan pada pengamatan dan evaluasi peluang dan ancaman lingkungan dengan
melihat kekuatan dan kelemahan organisasi4.
a. Pengamatan Lingkungan
Pengamatan lingkungan dilihat dari dua aspek yaitu analisis eksternal dan analisis
internal. Lingkungan eksternal terdiri dari variabel-variabel (peluang dan ancaman) yang berada
diluar organisasi dan tidak secara khusus ada dalam pengendalian jangka pendek dari manjemen
puncak. Variabel-variabel tersebut membentuk keadaan dalam organisasi dimana organisasi ini
hidup. Lingkungan eksternal memiliki dua bagian yaitu lingkungan kerja dan lingkungan sosial.
Lingkungan kerja terdiri dari elemen-elemen atau kelompok secara langsung berpengaruh atau
dipengaruhi oleh operasi-operasi utama organisasi. Beberapa elemen tersebut adalah pemegang
saham, pemerintah, pemasok, komunitas lokal, pesaing, pelanggan, kreditur, serikat buruh,
kelompok kepentingan khusus, dan asosiasi perdagangan.
Sedangkan lingkungan sosial terdiri dari kekuatan umum, kekuatan ini tidak berhubungan
langsung dengan aktivitas-aktivitas jangka pendek organisasi tetapi dapat dan sering
mempengaruhi keputusan-keputusan jangka panjang. Lingkungan internal terdiri dari
variabel-variabel (kekuatan dan kelemahan) yang ada di dalam organisasi tetapi biasanya tidak dalam
pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Variabel-variabel tersebut membentuk
suasana dimana pekerjaan dilakukan. Variabel-variabel itu meliputi struktur, budaya, dan sumber
daya organisasi. Struktur adalah bagaimana cara organisasi mengoperasikan suatu kegiatan yang
berhubungan dengan komunikasi, wewenang, dan arus kerja. Budaya adalah pola keyakinan,
pengharapan, dan nilai-nilai yang dibagikan oleh anggota organisasi. Sumber daya adalah asset
yang merupakan bahan baku bagi produksi barang dan jasa organisasi. Aset itu meliputi keahlian
4
orang, kemampuan, bakat manajerial seperti asset keuangan dan fasilitas organisasi dalam
wilayah fungsional.
b. Perumusan Strategi
Perumusan strategi adalah pengembangan rencana jangka panjang untuk manajemen
efektif dari kesempatan dan ancaman lingkungan, dilihat dari kekuatan dan kelemahan
organisasi. Dalam mempermudah analisis isu lingkungan internal dan eksternal organisasi
diperlukan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah analisis yang memberikan gambaran
mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang berpengaruh dalam organisasi.
Dengan melakukan analisis ini akan memperoleh gambaran kearah mana organisasi akan dibawa
dan hal-hal apa yang menjadi langkah-langkah untuk mencapai tujuan organisasi tersebut.
Perumusan strategi meliputi visi dan misi organisasi, tujuan-tujuan yang ingin dicapai,
pengembangan strategi dan penetapan pedoman kebijakan.
c. Implementasi Strategi
Implementasi strategi adalah sebuah proses penerapan dari perumusan strategi ke objek
yang sebenarnya dilapangan. Implementasi strategi merupakan hal yang sangat penting dari
sebuah strategi karena sebaik apapun organisasi merumuskan sebuah strategi yang akan
dilaksanakan tetapi saat pelaksanaannya tidak dilakukan dengan baik pula maka perumusan
d. Evaluasi dan Pengendalian
Evaluasi dan pengendalian adalah proses penilaian akan efektivitas strategi yang telah
diterapka terhadap hasil yang diperoleh, apakah sesuai dengan apa yang diharapkan atau tidak.
Apabila dari hasil evaluasi menunjukkan bahwa perumusan strategi dan implementasi strategi
serta hasil yang diperoleh merupakan sebuah tujuan yang ingin dicapai telah sesuai maka strategi
yang telah dirumuskan akan dilanjutkan. Namun, jika dalam hasil evaluasi dari kegiatan
organisasi tidak menunjukkan hasil yang baik sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
organisasi maka organisasi akan meninjau kembali letak kesalahan dari strategi tersebut, apakah
rumusan strategi yang bermasalah atau justru pada tahap implementasi yang salah. Data yang
diperoleh dari hasil evaluasi tersebut akan digunakan sebagai analisis situasi program di masa
mendatang.
Tiga jenis pengendalian yaitu :
1. Pengendalian strategis berhubungan dengan arah strategis dasar organisasi di dalam
hubunganya dengan lingkungan perusahaan. Pengendalian strategis memfokuskan pada
organisasi sebagai satu keseluruhan dan menekankan pada pengukuran jangka panjang
(satu tahun atau lebih).
2. Pengendalian taktis, sebaliknya berhubungan terutama dengan pelaksanaan perencanaan
strategis. Pengendalian taktis menekankan pada implementasi berbagai program dan
menggunakan pengukuran jangka menengah (dari enam bulan sampai setahun).
3. Pengendalian operasional berhubungan dengan berbagai aktivitas jangka pendek (hari ini
sampai enam bulan ke depan) dan memfokuskan pada apa yang dapat dilakukan pada saat
ini untuk dapat mencapai kesuksesan, baik dalam waktu dekat maupun dalam jangka
Manajemen strategi dalam organisasi akan berkembang melalui empat tahap yang
berurutan yaitu 5:
Tahap 1. Perencanaan keuangan dasar : mencari pengendalian operasional yang lebih
baik melalui pemenuhan anggaran.
Tahap 2. Perencanaan berbasis peramalan : mencari perencanaan yang lebih efektif untuk
pertumbuhan dengan mencoba meramalkan masa yang akan datang, melebihi dari tahun
berikutnya.
Tahap 3. Perencanaan berorentasi keluar (perencanaan strategi) : mencari cara untuk
meningkatkan respon terhadap pasar dan persaingan dengan mencoba berpikir secara
strategi.
Tahap 4. Manajemen strategi : mencari cara untuk mengelola semua sumber daya guna
mengembangkan keunggulan kompetitif dan membantu menciptakan kesuksesan di masa
yang akan datang.
Dengan demikian, manajemen strategi ini menitik beratkan pada kegiatan untuk
memantau dan mengevaluasi peluang dan kendala lingkungan , di samping memahami kekuatan
dan kelemahan organisasi. Kegiatan pengamatan lingkungan, perumusan, implementasi dan
evaluasi strategi merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena antara satu dengan
yang lainnya memiliki keterkaitan yang kuat untuk mewujudkan tujuan organisasi.
1.5.1.2 Strategi
Strategi adalah sebuah kosa kata yang pada mulanya berasal dari bahasa Yunani, yaitu
‘strategos’ yang berarti militer dan ‘ag’ yang artinya memimpin. Berdasarkan pemaknaan ini,
5
maka kata strategi pada awalnya bukan kosa kata disiplin ilmu manajemen, namun lebih dekat
dengan bidang kemiliteran. Strategi adalah sekumpulan pilihan kritis untuk perencanaan dan
penerapan serangkaian rencana tindakan dan alokasi sumber daya yang penting dalam mencapai
tujuan dasar dan sasaran, dengan memperhatikan keunggulan kompetitif, komperatif dan sinergis
yang ideal berkelanjutan sebagai arah, cakupan dan perspektif jangka panjang keseluruhan yang
ideal dari individu atau organisasi6.
Secara khusus, strategi adalah penempaan misi organisasi, penetapan sasaran organisasi
dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu
untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan
sasaran utama organisasi akan tercapai. Berdasarkan defenisi di atas maka strategi organisasi
adalah suatu kebijakan dasar organisasi dalam upaya pencapaian tujuan organisasi. Peranan yang
dimainkan oleh strategi tersebut adalah sebagai penentu arah yang harus ditempuh oleh
organisasi yang bersangkutan7. Selain itu strategi juga dapat disoroti sekurang-kurangnya dari dua perspektif yang berbeda yaitu :
1. Mengenai apa yang hendak dilakukan organisasi, disini strategi didefenisikan sebagai
program yang luas untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan melaksanakan
misi organisasi. Karena program mengacu pada peranan yang aktif, sadar dan rasional
yang dimainkan oleh manajer dalam merumuskan strategi organisasi.
2. Mengenai masalah apa sesungguhnya yang dilakukan oleh sebuah organisasi, maksudnya
bahwa strategi merupakan tanggapan organisasi yang dilakukan terhadap lingkungannya
sepanjang waktu.
6
Triton PB. 2007. Manajemen Strategis. Yogyakarta: ANDI, hal 23.
7
Tahapan dalam penyusunan strategi terdiri dari enam tahapan yaitu 8: 1. Seleksi yang mendasar dan kritis terhadap permasalahan
2. Menetapkan tujuan dasar dan sasaran strategis
3. Menyusun perencanaan tindakan (action plan)
4. Menyusun rencana penyumberdayaan
5. Mempertimbangkan keunggulan
6. Mempertimbangkan keberlanjutan
Dengan memahami tahapan umum yang ada dalam penyusunan strategi, maka akan lebih
mudah di dalam melakukan strategi itu sendiri.
1.5.1.3 Ciri-ciri dan Manfaat Strategi
Hasil akhir dari strategi adalah sebuah rencana yang diberlakukan oleh pimpinan
sebuah organisasi yang mengacu kepada arah perjalanan sebuah organisasi dimasa yang akan
datang. Sebuah strategi yang telah dirumuskan akan mengalami perubahan ketika sebuah
organisasi akan mengalami perubahan lingkungan yang ada. Menurut Pardede ciri-ciri organisasi
antara lain 9:
1. Mempengaruhi setiap tingkat manajemen.
Keputusan dari rangkaian kegiatan strategi akan mempengaruhi setiap tingkat manajemen
strategi mulai dari manajemen tertinggi hingga manajemen terendah dari organisasi.
8
Triton PB. 2007. Manajemen Strategis. Yogyakarta: ANDI.
9
Pardede, Pontas M. 2011. Manajemen Strategik dan Kebijakan Perusahaan. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Namun pemberlakuan dari strategi tersebut menjadi tanggungjawab seorang manajemen
strategi tertinggi.
2. Menimbulkan pengaruh dalam jangka panjang.
Pembuatan putusan-putusan strategi dapat dibuat dalam waktu yang lebih singkat, namun
keputusan yang dibuat dalam waktu singkat tersebut akan berpengaruh terhadap jangka
panjang dari aktivitas sebuah organisasi.
3. Berwawasan masa depan.
Putusan strategi dimaksudkan untuk pedoman pelaksanaan kegiatan dimasa yang akan
datang oleh karenanya putusan strategi didasari oleh sebuah analisis yang menyangkut
masa yang akan datang seperti peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan dari
organisasi.
4. Mempengaruhi seluruh bagian dari organisasi.
Bagian dari organisasi merupakan sebuah sistem yang saling berhubungan antara satu
dengan yang lain. maka ketika putusan-putusan strategi mempengaruhi satu bidang maka
secara otomatis akan mempengaruhi bidang lainnya. Tentu besar kecilnya berpengaruh
tergantung kepada seberapa besar tingkat keterikatan atau ketergantungan satu bidang
dengan bidang lainnya.
5. Berwawasan terbuka.
Setiap kegiatan yang terjadi dalam sebuah organisasi tentu saja selalu dipengaruhi oleh
berbagai hal yang terdapat diluar organisasi. Oleh karenanya keputusan strategi itu harus
berwawasan terbuka karena dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan luar
organisasi.
Manajer tertinggi merupakan orang yang paling bertanggungjawab dalam berjalannya
sebuah organisasi. Namun tidak jarang terjadi dalam pengambilan keputusan sehari-hari
manajer tingkat yang lebih rendah harus membuat berbagai keputusan dalam
kegiatannya. Oleh sebab itu, putusan strategi menjadi sebuah landasan kerangka berpikir
dari manajer tingkat yang lebih rendah untuk mengambil sebuah keputusan sehingga
tidak bertentangan dengan manajer tertinggi dan arah tujuan organisasi.
7. Membutuhkan sumber daya.
Sebuah keputusan strategi akan memerlukan penambahan sumber daya yang relevan
untuk mendukung dan menjalankan strategi tersebut.
Manfaat Strategi
Sebuah strategi dibuat dalam sebuah organisasi tentu saja memiliki manfaat untuk
organisasi tersebut, baik itu menyangkut tentang bagaimana organisasi dapat berjalan, dapat
berkembang menunjukkan pertumbuhan kearah yang positif, mampu bertahan bahkan mampu
untuk menjadi sebuah sektor organisasi yang unggul dibandingkan organisasi lainnya. Oleh
karena itu, Digantoro memberikan beberapa manfaat dari strategi di antaranya yaitu 10:
1. Sebagai sarana untuk mengkomunikasikan tujuan organisasi dan menentukan jalan yang
mana yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan.
2. Untuk meningkatkan keuntungan organisasi walaupun kenaikan keuntungan organisasi
bukan secara otomatis dengan menerapkan strategi.
3. Membantu mengidentifikasi, memprioritaskan dan mengeksploitasi peluang.
4. Menyiapkan pandangan terhadap manajemen problem.
10
Pardede, Pontas M. 2011. Manajemen Strategik dan Kebijakan Perusahaan. Jakarta: Mitra Wacana Media.
5. Menggambarkan framework untuk meningkatkan koordinasi dan kontrol terhadap
aktivitas.
6. Meminimumkan pengaruh dan perubahan.
7. Memungkinkan keputusan utama untuk mendukung tujuan yang ditetapkan.
8. Memungkinkan alokasi waktu dan sumber daya yang efektif.
9. Membantu perilaku yang lebih terintegrasi.
1.5.1.4 Strategi Pengembangan Daerah Tujuan Pariwisata
Dalam rangka mengembangkan sebuah destinasi pariwisata, seorang perencana harus
memperhatikan dua lingkup pengembangan yang saling melengkapi, yaitu lingkup
pengembangan spasial dan tingkatan pengembangan dari destinasi tersebut. Lingkup
pengembangan spasial maksudnya adalah keharusan seorang perencana pengembangan destinasi
untuk memahami dan memperhatikan latar belakang kontekstual atau lingkungan makro dari
destinasi yang akan dikembangkan. Perhatian pada lingkungan makro tersebut sangat penting,
hal ini disebabkan keseluruhan strategi pengembangan sebuah destinasi pada intinya tidak boleh
terlepas dari kesesuaiannya dengan konfigurasi lingkungan makronya.
Strategi pengembangan keseluruhan komponen destinasi seperti : thema dari daya tarik
utama, pengembangan amenitas dan akomodasi, pengembangan fasilitas umum dan fasilitas
pariwisata sampai dengan pengembangan masyarakat setempat sebagai tuan rumah harus sesuai
dengan konteks lingkungan makronya. Suatu destinasi yang terletak pada wilayah pertanian atau
perkebunan akan membutuhkan pengembangan : thema daya tarik wisata berbasis pada
masyarakat yang berbasis nilai budaya pertanian yang tentu saja sangat berbeda dengan strategi
pengembangan destinasi yang berbasis lingkungan makro perindustian di perkotaan.
Sedangkan yang dimaksud dengan keharusan seorang perencana pengembangan destinasi
pariwisata dalam memperhatikan strategi tingkatan pengembangan destinasi adalah suatu cara
pandang atau perspective perencanaan pengembangan destinasi yang harus berpandangan secara
holistic dan menyeluruh, mulai dari tingkatan strategi perencanaan makro dalam dimensi
kerangka waktu jangka panjang yang akan memberikan arah, prinsip dan panduan-panduan
pengembangan jangka panjang, kemudian ke lingkup perencanaan jangka menengah yang
menetapkan misi-tujuan dan sasaran pengembangan destinasi dan pemosisian destinasi beserta
program-program pengembangan dalam kerangka waktu menengah, sampai dengan lingkup
perencanaan tingkat operasional yang meliputi: program – program aksi jangka pendek,
termasuk business plan dan pengendaliannya yang harus dilakukan oleh organisasi atau lembaga
yang diberi kewenangan untuk mengelola destinasi.
Menurut ‘Plog dan Pintana’ mendasarkan pada pola perilaku pilihan kunjungan
wisatawan ke suatu destinasi wisata ada beberapa tipologi wisatawan sebagai berikut 11:
1. Allocentris yaitu kelompok wisatawan yang hanya ingin mengunjungi tempat-tempat
yang belum diketahui, kunjungannya bersifat pertualangan, dan mau memanfaatkan
fasilitas yang disediakan oleh masyarakat setempat.
2. Psycocentris yaitu kelompok wisatawan yang hanya ingin mengunjungi daerah tujuan
wisata yang sudah mempunyai fasilitas dengan standar yang sama dengan di negaranya.
11
Sunaryo, Drs.Bambang.M.Sc.MS. 2012. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata :Konsep dan Aplikasinya
di Indonesia. Jakarta: Gava Media, hal 17.
3. Mid-centris yaitu kelompok wisatawan yang terletak diantara kedua tipologi perilaku
Allocentris dan Psycocentris.
Dalam proses pembangunan kepariwisataan, khususnya dalam perencanaan
pengembangan destinasi wisata, pemahaman mengenai tipologi wisatawan mendasarkan kepada
perilaku pilihannya terhadap produk pariwisata yang akan dibeli dan jenis destinasi yang akan
dikunjungi seperti telah diuraikan diatas, menjadi sangat perlu untuk dicermati dan khususnya
sebagai bahan masukan informasi dan basis data yang sangat penting dalam rangka
merencanakan produk kepariwisataan , sehingga produk wisata yang dihasilkan akan menjadi
mudah untuk dipasarkan.
Utamanya pada sub system produk kepariwisataan, berbagai komponen yang sangat
penting untuk diperhatikan dalam pengembangan destinasi pariwisata adalah sebagai berikut :
1. Atraksi dan Daya Tarik Wisata
Atraksi dan daya tarik wisata dibagi atas 3 jenis sebagai berikut :
Daya tarik wisata alam adalah daya tarik wisata yang dikembangkan berbasis pada
anugrah keindahan dan keunikan yang telah tersedia di alam seperti pantai, laut,
danau, gunung, sungai, air terjun dan sebagainya.
Daya tarik wisata budaya adalah daya tarik yang yang dikembangkan berbasis pada
hasil karya dan hasil cipta manusia, baik yang berupa peninggalan budaya maupun
yang nilai budaya yang masih hidup dalam kehidupan di suatu masyarakat, seperti :
upacara/ritual, adat-istiadat, seni pertunjukan , seni kriya, seni sastra, maupun seni
rupa dan keunikan kehhidupan sehari-hari yang dimiliki oleh suatu masyarakat.
Daya tarik minat khusus adalah daya tarik wisata yang dikembangkan berbasis pada
pengamatan satwa tertentu, memancing, berbelanja, kesehatan dan penyegaran
badan, arung jeram, golf, wisata agro, menghadiri pertemuan, rapat, perjalanan dan
pameran wisata, dan aktivitas-aktivitas wisata khusus lainnya biasanya terkait dengan
hobi seseorang wisatawan.
2. Akomodasi atau Amenitas
Komponen produk berikutnya yang juga sangat penting untuk diperhatikan adalah
fasilitas akomodasi. Fasilitas akomodasi adalah berbagai jenis fasilitas dan
kelengkapannya yang dapat digunakan oleh wisatawan untuk beristirahat dan bersantai
dengan nyaman serta menginap selama melakukan kunjungan ke suatu destinasi wisata,
seperti hotel, restoran, wisma, losmen, dan penginapan lainnya.
3. Aksesibilitas dan Transportasi
Komponen produk selanjutnya yang juga membutuhkan perhatian untuk dikembangkan
adalah aksesibilitas dan transportasi. Aksesibilitas dan transportasi yaitu segenap fasilitas
dan moda angkutan yang memungkinkan dan memudahkan serta membuat nyaman
wisatawan untuk mengunjungi suatu destinasi wisata seperti angkutan darat, udara dan
laut.
4. Infrastruktur Pendukung
Infrastruktur pendukung adalah keseluruhan jenis fasilitas umum yang berupa prasarana
fisik seperti : pelabuhan, bandara, stasiun kereta api dan jaringan telekomunikasi serta
jaringan listrik, air minum, toilet dan sebagainya.
5. Fasilitas Pendukung Wisata Lainnya
Fasilitas pendukung wisata lainnya adalah berbagai jenis fasilitas pendukung
selama melakukan kunjungan di suatu destinasi wisata, seperti : keamanan, rumah
makan, biro perjalanan, toko cinderamata, pusat informasi wisata, rambu wisata, fasilitas
perbelanjaan, hiburan malam, fasilitas perbankan.
6. Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia Pariwisata
Kelembagaan dan sumber daya manusia pariwisata adalah keseluruhan unsur organisasi
atau institusi pengelola kepariwisataan dan termasuk sumber daya manusia
pendukungnya, yang terkait dengan manajemen pengelolaan kepariwisataan di suatu
destinasi , baik dari unsur Pemerintah, Swasta/industri dan Masyarakat. Beberapa contoh
kelembagaan dan SDM pariwisata yang memegang peranan penting dalam manajemen
pengelolaan kepariwisataan di Indonesia yaitu Dinas Pariwisata beserta keseluruhan Unit
Pelaksana Teknisnya, Asosiasi Industri Perjalanan Wisata (ASITA), Persatuan Hotel dan
Restoran Indonesia (PHRI), Asosiasi Jasa Pemanduan Wisata, Kelompok Sadar Wisata
maupun Masyarakat Pariwisata yang terkait dengan kepariwisataan, baik sebagai tenaga
kerja, pelaku usaha maupun sebagai tuan rumah dalam suatu destinasi wisata.
1.5.2 Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia 1.5.2.1 Pengertian Organisasi
Organisasi terbentuk karena orang mempunyai keinginan yang hendak dicapai yaitu
untuk kepentingan manusia (antroposentris). Keinginan itu berarti apa yang baik atau seharusnya
dicapai. Organisasi sebenarnya diciptakan untuk orang, bukan untuk organisasi. Manusia harus
memperalat organisasi, bukan diperalat organisasi. Organisasi bukan untuk tujuan melainkan
sebagai suatu kelompok orang yang bersatu dalam tugas-tugas atau tugas umum, terkait pada
lingkungan tertentu dengan menggunakan alat teknologi dan patuh pada peraturan.
Organisasi dapat diartikan bermacam-macam tergantung dari arah mana kita
memandangnya. Teori klasik memandang organisasi itu sebagai satu wujud. Sedangkan teori
sistem memandang organisasi sebagai proses. Jika dipandang dari segi wujud maka organisasi
adalah kerja sama orang-orang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan12. Menurut Fathoni ciri-ciri organisasi antara lain :
1. Adanya orang-orang dalam arti lebih dari satu orang.
2. Adanya kerja sama.
3. Adanya tujuan.
Menurut Fathoni dalam suatu organisasi harus memuat sekurang-kurangnya empat unsur
yaitu13 :
1. Goals Oriented, yaitu mengarah kepada pencapaian tujuan.
2. Psychosocial system, yaitu orang-orang yang berhubungan satu sama lain dalam
kelompok kerja.
3. Structure activities, yaitu orang-orang bekerja sama dalam suatu hubungan yang terpola.
4. Technological system, yaitu orang yang menggunakan pengetahuan dan teknologi.
Didalam defenisi yang telah dikemukakan diatas, organisasi dipandang dari segi statisnya
yaitu suatu badan struktur. Organisasi itu sebagai suatu sistem dimana bagian-bagian organisasi
yang berhubungan satu sama lain menjadi satu kesatuan secara keseluruhan.
12
Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta, hal 22.
13
Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Bagian-bagian itu terdiri dari faktor-faktor luar dan dalam organisasi. Faktor luar
organsasi adalah lingkungan dimana organisasi itu berada seperti faktor politik, ekonomi, sosial,
budaya, teknologi, hokum, demografi, sumber-sumber alam, langganan, nasabah dan lain-lain.
Faktor dalam organisasi adalah orang-orang yang bekerja sama dan tanggung jawab hubungan
kerja, dana alat-alat, peraturan dan prosedur kerja dan lain-lain. Organisasi sebagai proses sistem
terdiri dari faktor luar dan faktor dalam yang berhubungan atau berinteraksi satu sama lain,
saling mempengaruhi sehingga merupakan suatu kebulatan. Ada tiga unsur yang disusun dalam
proses organisasi yaitu : pekerjaan orang-orang dan sistemnya. Jadi dalam hal ini, faktor
lingkungan dapat mempengaruhi organisasi lalu berinteraksi dengan faktor organisasi sehingga
perlu menyesuaikan dirinya dengan perubahan-perubahan yang terjadi demi untuk
mempertahankan kelanjutan hidup organisasi. Adapun yang menjadi manfaat dari organisasi
adalah sebagai berikut :
1. Mengatasi terbatasnya kemampuan, kemauan dan sumber daya yang dimilkinya dalam
mencapai tujuanya;
2. Mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien karena dikerjakan bersama-sama;
3. Wadah memanfaatkan sumber daya dan teknologi bersama-sama;
4. Wadah mengembangkan potensi dan spesialisasi yang dimiliki seseorang;
5. Wadah mendapatkan jabatan dan pembagian kerja;
6. Wadah mengelola lingkungan bersama-sama;
7. Wadah mencari keuntungan bersama-sama;
8. Wadah menggunakan kekuasaan dan pengawasan;
9. Wadah mendapatkan penghargaan;
11.Wadah menambah pergaulan;
12.Wadah memanfaatkan waktu luang.
1.5.2.2 Organisasi Pengelolaan Destinasi
Destination Management Organization (DMO) merupakan bentuk otoritas pengelolaan
destinasi yang terkoordinasikan dalam satu otoritas manajemen yang mencakup keseluruhan
fungsi pengelolaan tehadap elemen-elemen pembentuk suatu destinasi itu sendiri, utamanya pada
aspek-aspek :
1. Pengembangan produk; pada aspek ini intinya untuk mengembangkan produk destinasi
agar dapat memberikan kualitas produk wisata yang lebih, dari hanya sekedar
memberikan pengalaman dan pemenuhan harapan bagi wisatawan. Manajemen
pengembangan produk destinasi yang harus menjadi tanggungjawab dari DMO ini antara
lain :
a) Koordinasi dan pengelolaan destinasi untuk memberikan kualitas pengalaman dan
kepuasan bagi wisatawan, serta peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat
sekitar.
b) Memberikan pelayanan jasa/servis kepariwisataan bagi wisatawan; misalnya
memberikan layanan informasi dan reservasi hotel.
c) Melakukan inisiatif pengembangan produk (produk ‘start-ups’).
d) Pengembangan berbagai even wisata (tourism event) beserta pengelolaannya
(event organizer).
f) Pengembangan edukasi dan training di bidang kepariwisataan.
g) Pengembangan saran dan bimbingan sehubungan dengan bisnis kepariwisataan.
h) Pengembangan penelitian dan rekomendasi; kebijakan, program dan strategi
pembangunan kepariwisataan.
2. Pengembangan pemasaran untuk lebih menarik wisatawan mengunjungi destinasi.
Kegiatan Manajemen Pemasaran ini meliputi antara lain :
a) Promosi destinasi, termasuk di dalamnya pengembangan branding dan image
destinasi.
b) Kampanye untuk menggerakkan bisnis, khususnya untuk industri skala kecil dan
menengah yang terkait.
c) Penyediaan informasi kepariwisataan yang jelas dan efektif.
d) Penyediaan layanan/fasilitas reservasi hotel yang baik.
e) Pengembangan komunikasi yang baik dengan klien (Customer Relationship
Management/CRM).
3. Pengembangan lingkungan (fisik, sosial, budaya dan ekonomi) yang baik untuk
berkelanjutan pembangunan kepariwisataan di destinasi. Aktivitas fungsi Manajemen
Lingkungan ini meliputi antara lain :
a) Perencanaan dan penyediaan infrastuktur.
b) Pengembangan sumber daya manusia.
c) Pengembangan produk wisata.
d) Pengembangan sistem pembangunan dan pemakaian standar teknologi.
Jika digambarkan dalam bentuk diagram, organisasi manajemen destinasi atau DMO
dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut ini 14: Gambar 1.1
14
Sunaryo, Drs.Bambang.M.Sc.MS. 2012. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata :Konsep dan Aplikasinya
di Indonesia. Jakarta: Gava Media.
Elemen Destinasi
Atraksi, amenitas, aksesibilitas,
image/citra,
kelembagaan/masyarakat
Pengelolaan Destinasi DMO/ Sistem Kerja Sama Leading and coordinating
Manajemen Lingkungan (fisik, sosial, budaya,
Sumber : UNWTO Conference Creating competitive advantage for your destination,
Budapest,2007
1.5.2.3 Manajemen Sumber Daya Manusia
Fenomena sosial pada masa kini dan masa depan dalam era globalisasi ini, yang
menentukan adalah manajemen sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan modal
dan kekayaan yang terpenting dari setiap kegiatan manusia. Manusia sebagai unsur terpenting
mutlak dianalisis dan dikembangkan dengan cara tersebut. Waktu, tenaga dan kemampuanya
benar-benar dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan organisasi maupun kepentingan
individu. Manajemen sumber daya manusia adalah pemanfaatan sejumlah individu untuk
mencapai tujuan-tujuan organisasi 15.
Konsekuensinya, para manajer/ pimpinan disetiap tingkat organisasi harus melibatkan
diri mereka dengan manajemen sumber daya manusia. Pada dasarnya, setiap manajer / pimpinan
membuat segala sesuatunya terselesaikan melalui upaya-upaya orang lain dan memerlukan
manajemen sumber daya manusia yang efektif. Para individu yang berurusan dengan
masalah-masalah sumber daya manusia menghadapi sejumlah besar tantangan, mulai dari tenaga kerja
yang berubah secara terus-menerus hingga peraturan-peraturan pemerintah yang selalu ada,
revolusi teknologi dan bencana-bencana alam begitu juga dengan persaingan global memaksa
organisasi untuk meningkatkan kualitas manajemen sumber daya manusia yang ada pada
organisasi.
Peningkatan kualitas manajemen sumber daya manusia yang dilihat dari konsep totalitas
kehidupan perlu dilengkapi dengan dimensi kualitas yang bersifat strategis dalam konteks
organisasi yang seutuhnya, yaitu : keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
15
professional, intelektual, disiplin dan efesien. Ada lima prinsip pendekatan terhadap manajemen
sumber daya manusia, yaitu :
1. Sumber daya manusia adalah merupakan kekayaan yang paling penting, yang dimiliki
oleh organisasi, sedangkan manajemen yang efektif adalah kunci bagi keberhasilan
organisasi tersebut.
2. Keberhasilan sangat mungkin dicapai manakala peraturan atau kebijaksanaan dan
prosedur serta mekanisme kerja yang bertalian dengan manusia dari perusahaan saling
berhubungan dan memberikan sumbangan terhadap pencapaian tujuan perusahaan dan
pencapaian strategis.
3. Budaya dan nilai perusahaan, suasana organisasi dan perilaku manajerial yang berasal
dari kultur tersebut akan memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil pencapaian
terbaik.
4. Manajemen sumber daya manusia berhubungan dengan integrasi semua anggota
organisasi yang terlibat untuk mencapai tujuan.
5. Keempat prinsip tersebut harus tertanam dalam diri setiap anggota ditambah dengan
ketakwaan dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
1.5.2.4 Pengembangan SDM Pariwisata
Sumber daya manusia pariwisata adalah potensi yang terkandung dalam diri manusia
untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaftif dan transformatif yang mampu
mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya
kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan di bidang
berkecimpung dan atau menyumbangkan tenaga dan fikirannya pada seluruh potensi yang
terkandung di dalam usaha pariwisata demi tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan
yang seimbang dan berkelanjutan.
Berdasarkan pada UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, SDM Pariwisata
pada intinya dapat digolongkan berdasarkan institusinya sebagai berikut :
a) Institusi Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah.
b) Institusi Swasta/ Industri.
c) Masyarakat.
Secara skematis, pengelompokan SDM pariwisata mendasarkan pada penggolongan
institusinya dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini :
Tabel 1.2
No SDM Pariwisata Tingkatan
Kompetensi
2. SDM non-pemerintah Akademis/peneliti
/ilmuwan
teknokrat
Perguruan Tinggi
Negeri/Lembaga peneliti
swasta dan LSM.
3. SDM usaha pariwisata
Kompetensi yang dibutuhkan oleh SDM pariwisata dalam berbagai tingkatan menurut
Koster sesuai dengan pengelompokan diatas diantaranya adalah 16:
a) Akademis/peneliti/ilmuwan; SDM yang harus memiliki kompetensi untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan kepariwisataan.
b) Teknokrat; SDM yang harus memiliki kompetensi untuk mengembangkan rancang
bangun, kebijakan, diversifikasi produk wisata dan pemasaran pariwisata.
c) Professional; SDM yang harus memiliki keahlian untuk mengelola dan mengembangkan
usuha pariwisata.
d) Tenaga teknis; SDM yang harus memiliki kompetensi berupa ketrampilan untuk
melaksanakan tugas-tugas yang bersifat teknis dalam pariwisata.
Dalam mengembangkan potensi kepariwisataan dan dapat dijadikan sebagai produk
andalan yang layak dijual di pasar global, harus ditangani oleh tenaga professional di bidang
kepariwisataan. Dalam hal ini manajemen sumber daya manusia yang efektif penting bagi
keberhasilan setiap organisasi. Agar manajemen sumber daya manusia menjadi efektif, para
manajer/ pimpinan organisasi harus memahami dan secara kompeten menerapkan manajemen
sumber daya manusia. Tenaga professional diartikan bahwa tenaga-tenaga aparatur pemerintah
pengelola pariwisata yang mampu membawa dan menggerakkan organisasi pariwisata dan
masyarakat dalam membangun sektor kepariwisataan dengan mengacu kepada visi
pembangunan yang telah ditetapkan.
16
Sunaryo, Drs.Bambang.M.Sc.MS. 2012. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata :Konsep dan Aplikasinya
di Indonesia. Jakarta: Gava Media, hal 201.
1.5.3 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah sebuah analisis yang dicetuskan oleh Albert Humprey pada tahun
1960-1970-an. Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi
dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal
(dalam) yaitu Strengths (kekuatan), Weakness (kelemahan) dan faktor eksternal (luar) yaitu,
Opportunity (peluang) dan Threats (ancaman).
Menurut Sudarmo analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu 17:
1. Strengths (kekuatan) merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek
atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat
dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
2. Weakness (kelemahan) merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi,
proyek atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianaliasis merupakan faktor yang
terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
3. Opportunity (peluang) merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang
terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep
bisnis itu sendiri. Misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah dan kondisi lingkungan
sekitar.
4. Threats (ancaman) merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat
mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
Analisis SWOT merupakan awal proses perumusan strategi. Selain itu, analisis situasi
juga mengharuskan manajer / pimpinan strategis untuk menemukan kesesuaian strategis antara
peluang eksternal dan kekuatan internal,disamping memperhatikan ancaman eksternal dan
17
Sudarmo, Indriyo Gito. Manajemen Strategi. Yogyakarta: BPFE, hal 115.
kelemahan internal. Mengingat bahwa SWOT adalah akronim untuk Strengths, Weakness,
Opportunity dan Threats dari organisasi yang semuanya merupakan faktor-faktor strategis.
Matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 1.3
Tabel 1.3
kekuatan untuk mengatasi
ancaman.
Strategi (WT)
Menciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan
Dari matriks SWOT diatas dapat diperoleh 4 strategi yaitu :
1. Strategi SO
Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan yang dimiliki untuk merebut
dan memanfaatkan peluang sebesar- besarnya.
2. Strategi ST
Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.
3. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang dengan cara meminimalkan
kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
4. Strategi WT
Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal
serta menghindari ancaman.
Hasil dari analisis SWOT ini akan memberikan sebuah arahan ke arah mana organisasi
akan memberikan perumusan strategi, implementasi bahkan evaluasi yang dapat mendukung
keunggulan organisasi dan kesempatan yang ada untuk perkembangan sebuah organisasi dan
rumusan strategi yang dapat memperkecil kelemahan bahkan memprediksi ancaman di masa
depan serta menghasilkan cara-cara untuk mengantipasinya.
Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi relasi-relasi sumber daya pariwisata
dengan sumber daya lain. Jadi kekuatan dan kelemahan sumber daya tersebut perlu ditegaskan
sejak awal. Didalam analisis SWOT ada sejumlah unsur dan variabel yang mutlak menjadi
fokus kajian seperti dalam Tabel 1.4 berikut ini 18:
18
Tabel 1.4
Beberapa unsur dan variabel dalam analisis SWOT pariwisata
UNSUR VARIABEL
Atraksi alam Lokasi,jenis,jumlah,mutu, masalah dan daya tarik.
Atraksi budaya Lokasi,jenis,jumlah,mutu, masalah dan daya tarik.
Dampak lingkungan
yang potensial
Perubahan lingkungan fisik, ekologis dan daya
dukung.
Aksesibilitas Daya angkut, akses, mutu, frekuensi dan ongkos.
Pasar Daerah asal, tipe perjalanan dan tipe kegiatan.
Usaha Jasa Mutu, kesesuaian dengan pasar dan masalah lain.
Informasi wisata Mutu peta, buku panduan wisata, pemaparan, akurasi
dan autentitas informasi.
Promosi Efektivitas advertensi, publisitas, kehumasan,
insentif, mode dan promosi.
Organisasi Organisasi terkait, hubungan kerja, kemitraan, team
work pengembangan pariwisata.
Komitmen pelaku
wisata
Dukungan reel berbagai sektor, sikap publik dan
masyarakat lokal terhadap pengembangan pariwisata.
Sumber : Gunn, 2002 : 246
Didalam hasil analisis SWOT sebaiknya harus menggambarkan hal-hal berikut ini:
1. Perkembangan produk dan pasar pariwisata itu sendiri.
2. Organisasi dan kelembagaan pariwisata.
3. Peluang-peluang pengembangan inti kegiatan pariwisata.
4. Jasa-jasa kegiatan lain yang mungkin dikembangkan.
Melalui analisis SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) akan dapat
diketahui isu ataupun faktor-faktor strategis yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan pada
waktu yang akan datang dalam rangka pengembangan daerah tujuan wisata.
1.5.4 Pariwisata 1.5.4.1 Pengertian Pariwisata
Istilah kepariwisataan berasal dari kata wisata. Didalam UU No. 10 Tahun 2009, tentang
Kepariwisataan pengertian wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orng dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan
pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara. Sedangkan seseorang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan perjalanan
untuk tujuan wisata seperti berkreasi , berbisnis, maupun untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
khusus yang lain disebut sebagai wisatawan (tourist).
Didalam UU No. 10 Tahun 2009, keseluruhan lingkup kegiatan pariwisata adalah
berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Didalam UU No.
10 Tahun 2009, tentang Kepariwisataan pengertian kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan
wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat
setempat, sesama wisatawan , Pemerintah, Pemerintah Daerah dan pengusaha.
Kepariwisataan Indonesia adalah kepariwisataan yang berbasis masyarakat (community
based tourism) dan berbasis budaya (cultural tourism). Kepariwisataan yang dibangun Indonesia
dengan prinsip dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat yaitu sebagai berikut :
1. Kepariwisataan Budaya (cultural tourism)
Dilihat dari sisi obyek dan daya tarik wisata, Undang-Undang No.10 Tahun 2009 tentang
kepariwisataan antara lain menyebutkan bahwa pembangunan obyek dan daya tarik wisata
dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai agama, adat istiadat serta pandangan nilai-nilai yang
hidup didalam masyarakat, kelestarian budaya dan lingkungan hidup. Nilai-nilai luhur yang
dijunjung masyarakat, prikehidupan yang unik serta hasil-hasil karya berupa bangunan atau
benda yang indah dan menarik dapat menjadi obyek dan daya tarik wisata. Dalam memanfaatkan
potensi budaya untuk menjadi obyek dan daya tarik wisata, terlebih dahulu yang harus dilakukan
adalah mengedepankan prinsip pelestarian budaya itu sendiri.
Pelestarian budaya adalah pemeliharaan, pemanfaatan dan pengembangan kebudayaan
sehingga dalam hal ini kepariwisataan adalah alat untuk melestarikan kebudayaan bukan untuk
merusaknya. Bagaimana kebudayaan dari suatu masyarakat tertentu akan dipelihara,
dimanfaatkan dan dikembangkan adalah menjadi kewenangan masyarakat pendukung budaya itu
yang menentukan. Merekalah yang paling mengetahui apa yang terbaik bagi diri mereka,
masyarakat dan lingkungan mereka.
Dilihat dari sisi pengunjung (wisatawan), kepariwisataan budaya adalah suatu kebutuhan
tata kehidupan yang berbeda dan juga untuk memperoleh nilai-nilai kehidupan yang baru yang
dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
2. Kepariwisataan Berbasis Masyarakat (community based touris)
Prinsip dasar kepariwisataan berbasis masyarakat adalah menempatkan masyarakat
sebagai pelaku utama melalui pemberdayaan masyarakat dalam berbagai kegiatan
kepariwisataan, sehingga manfaat pariwisata sebesar-besarnya diperuntukkan bagi masyarakat.
Sasaran utama pengembangan kepariwisataan haruslah meningkatkan kesejahteraan masyarakat
setempat. Pemerintah daerah berperan sebagai fasilitator pengembangan kepariwisataan.
1.5.4.2 Jenis-Jenis Pariwisata dan Manfaat Pariwisata
Menurut Pendit, jenis- jenis pariwisata terdiri dari 19: 1. Wisata Budaya
Wisata budaya ini dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup
seseorang dengan melakukan kegiatan perjalanan ke tempat lain, mempelajari keadaan
rakyat, kebiasaan, adat-istiadat mereka, cara hidup mereka, dan budaya dan seni mereka.
2. Wisata Maritim atau Bahari
Jenis wisata ini biasanya dikaitkan oleh kegiatan olahraga air seperti danau, pantai, dan
laut. Misalanya memancing, berlayar, berselancar, menyelam sambil melakukan
pemotretan, dan lain sebagainya.
3. Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi)
19
Pendit, Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya Paramitha.
Wisata ini biasanya melakukan kegiatan perjalanan ke daerah taman/hutan lindung yang
dikaitkan dengan keindahan alamnya, kesegaran udara pegunungan, serta flora dan fauna
yang jarang ditemukan di tempat lain.
4. Wisata Konvensi
Berbagai negara dewasa ini membangun wisata konvensi dengan menyediakan fasilitas
bangunan, ruangan-ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu konferensi,
musyawarah, konvensi, atau pertemuan lainnya baik bersifat nasional maupun
internasional.
5. Wisata Pertanian (Agrowisata)
Wisata pertanian ini melakukan perjalanan wisata ke perkebunan, ladang pembibitan,
dan sebagainya.
6. Wisata Pilgrim
Jenis wisata ini dikaitkan dengan agama, sejarah, adat-istiadat dan kepercayaan umat atau
kelompok atau masyarakat. Wisata pilgrim banyak dilakukan oleh perorangan atau
rombongan ke tempat-tempat suci, ke makam orang besar atau pemimpin yang
diagungkan, ke bukit atau pegunungan yang dianggap keramat. Wisata pilgrim ini banyak
dihubungkan dengan niat atau hasrat sang wisatawan untuk memperoleh berkah dan
Manfaat Pariwisata
Menurut Pendit, manfaat pariwisata antara lain 20:
1. Pariwisata adalah faktor penting untuk menggalang persatuan bangsa yang rakyatnya
memilki daerah yang berbeda, dialek, adat istiadat dan citra rasa yang beraneka ragam
pula.
2. Pariwisata menjadi faktor penting dalam pengembangan ekonomi, karena kegiatanya
mendorong perkembangan beberapa sektor ekonomi nasional misalnya :
Meningkatkan urbanisasi karena pertumbuhan pembangunan fasilitas wisata. Hal ini
meliputi perbaikan prasarana pariwisata.
Menggugah industry-industri baru yang berkaitan denga jasa-jasa wisata misalnya :
usaha-usaha transportasi, akomodasi (hotel,motel, pondok wisata, perkemahan
danlain-lain) yang memerlukan perluasan beberapa industri seperti peralatan hotel,
kerajinan tangan dan lain-lain.
Menambah permintaan dan pemakaian akan hasil-hasil pertanian semakin
bertambah.
Memperluas pasar barang-barang local.
Menunjang pendapatan Negara dengan valuta asing sehingga mengurangi defisit
didalam neraca pembayaran dan memajukan perekonomian nasional.
Memperluas lapangan kerja.
Membantu pembangunan daerah-daerah terpencil dalam suatu Negara jika daerah itu
memiliki daya tarik pariwisata.
20
Pendit, Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya Paramitha.
3. Pariwisata juga berperan dalam meningkatkan kesehatan. Pergantian tempat dan iklim
serta menjauhkan diri dari segala kehidupan rutin sehari-hari, semua ini akan menambah
daya tahan dan menurunkan ketegangan syaraf.
1.6 Definisi Konsep
Menurut Masri Singarimbun bahwa konsep adalah istilah atau definisi yang digunakan
untuk menggambarkan secara abstrak kejadian kelompok atau individu yang menjadi pusat ilmu
social21. Melalui konsep kemudian peneliti diharapkan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian (events) yang berkaitan satu dengan
yang lainnya. Untuk mendapatkan batasan-batasan yang jelas dari masing-masing konsep, maka
definisi konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Strategi adalah sekumpulan pilihan kritis untuk perencanaan dan penerapan serangkaian
rencana tindakan dan alokasi sumber daya yang penting dalam mencapai tujuan dasar
dan sasaran, dengan memperhatikan keunggulan kompetitif, komperatif dan sinergis yang
ideal dan berkelanjutan sebagai arah,cakupan dan perspektif jangka panjang keseluruhan
yang ideal dari individu atau organisasi.
2. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk obyek dan
daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.
3. Analisis SWOT adalah salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan
mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal
(dalam) yaitu strengths, weakness dan faktor eksternal (luar) yaitu, opportunity dan
threats di sektor pariwisata dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo.
21
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT LP3ES, hal 33.
1.7 Definisi Operasional
Menurut Singarimbun definisi operasional adalah unsur penelitian memberitahukan
bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah
semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel22. Melalui pengukuran ini dapat diketahui indikator apa saja sebagai pendukung untuk di analisis dari
variabel-variabel tersebut.
Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini adalah antara lain :
1. Ketersediaan rencana strategis
Merupakan manajemen strategis dalam pengelolaan daerah tujuan wisata.
2. Kekuatan objek wisata
Merupakan kekuatan apa yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata.
3. Kelemahan objek wisata
Merupakam kelemahan apa yang dimiliki daerah tujuan wisata.
4. Peluang objek wisata
Merupakan peluang apa yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata.
5. Ancaman objek wisata
Merupakan ancaman apa yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata.
1.8 Sistematika Penulisan
22
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT LP3ES.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat latarbelakang masalah,perumusan masalah,tujuan dan manfaat
penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi operasional dan
sistematika penulisan.
BAB II METODE PENELITIAN
Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik
penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum atau karakteristik lokasi penelitian
berupa sejarah singkat, visi, misi dan struktur organisasi serta hal-hal lain yang
berkaitan dengan masalah penelitian.
BAB IV PENYAJIAN DATA
Bab ini memuat tentang hasil data yang diperoleh dari lapangan selama penelitian
berlangsung dan dokumen-dokumen lain yang akan dianalisis.
BAB V ANALISIS DATA
Bab ini memuat tentang kajian dan analisis data yang diperoleh saat penelitian dan
memberikan interprestasi atas permasalahan yang diteliti.
BAB VI PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dan saran-saran yang dianggap perlu dari hasil